07.06.2015 Views

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />

lebih berdasarkan pada rasa khawatir, curiga, takut, dan bimbang<br />

dalam menyikapi perbedaan. Bukan semata-mata karena memperhitungkan<br />

obyektivitas kebutuhan dan realitas di masyarakat tetapi<br />

karena kepentingan-kepentingan tertentu. Bisa kepentingan politik,<br />

bisa kepentingan kelompok agama tertentu, dan lain sebagainya.<br />

Akibatnya, peraturan bahkan perundang-undangan yang dibuat sulit<br />

diimplementasikan. Kalaupun bisa diimplementasikan belum tentu<br />

akan memberi efek positif bagi masyarakat. Contoh paling konkret<br />

adalah kasus Ahmadiyah. Mereka hidup dan berkembang di Indonesia<br />

sudah beberapa generasi, mengapa baru sekarang diperlakukan<br />

secara tidak adil? Tentu mereka juga memiliki kelemahan, tetapi<br />

apakah harus mendapat perlakuan-perlakuan yang tidak manusiawi<br />

semacam yang terjadi di Jawa Barat dan di Nusa Tenggara Barat?<br />

Lebih menyedihkan lagi, karena sampai saat ini sama sekali tidak<br />

ada usaha penyelesaian yang serius dari negara terhadap persoalanpersoalan<br />

seperti ini.<br />

Misalnya saja, soal kebebasan beragama yang menurut UU sudah<br />

dijamin seluas-luasnya tapi ternyata di lapangan tidak terjadi.<br />

Menurut saya, affirmative action itu tidak apa-apa, lakukan saja.<br />

Tunggu sampai kapan lagi? Jangan sampai kita menunggu sesuatu<br />

yang tidak akan pernah berubah, sementara dinamika pluralitas<br />

masyarakat semakin konkret dialami dan berkembang. Apakah perlu<br />

menunggu perubahan di Departemen Agama? Bagi saya, justru<br />

orang-orang di Departemen Agama sebagai para pengambil keputusan<br />

dalam persoalan-persoalan ini masih tertutup, mempunyai pikiran<br />

dan pengalaman sempit tentang pluralisme. Mungkin, untuk tingkat<br />

pemerintahan, mulai dari mereka inilah yang hendaknya bisa berubah.<br />

Mereka harus memulai hidup baru dengan pikiran baru, sikap<br />

dan tindakan yang baru, yang relevan dengan kehidupan konkret<br />

Elga Sarapung –<br />

473

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!