Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project
Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project
–Democracy Project– yang plural, yang sedang berupaya membangun rasa saling percaya, menghargai perbedaan dan mulai membangun suasana damai yang dinamis. Saya tidak akan menyinggung perihal urusan ajaran Islam ke dalam. Yang saya peduli adalah, tentang implikasinya dalam masyarakat Indonesia yang plural. Karena menurut saya seharusnya lembaga keagamaan seperti MUI, lebih terbuka dan realistis kepada hal-hal yang berbeda, sebagaimana tercermin dari realitas Indonesia, tanpa takut dan khawatir. Apalagi warga masyarakat kita dominan Muslim – dari segi kuantitas. Menurut saya, seharusnya warga Muslim Indonesia menjadi contoh bahwa mereka tidak khawatir, tidak takut dengan kenyataan plural di masyarakat. Tadi sudah saya kemukakan panjang-lebar, bahwa hal tersebut menunjukkan kalau orang-orang di MUI dan ulama-ulama yang menyokong pengharaman pluralisme tidak begitu percaya diri terhadap apa yang sudah terserap dan menjadi suatu keyakinan. Mereka adalah orang-orang yang merasa diri beragama Islam paling benar, tetapi ternyata masih terbersit kekhawatiran yang berlebihan. Saya pikir agama Islam tidak seperti itu, demikianpun pengikut Islam yang benar tidak bersikap seperti itu. Celakanya, kekhawatiran mereka lantas ditimpakan kepada umatnya, sehingga wujud dari kekhawatiran mereka akhirnya menghasilkan fatwa yang justru menularkan kekhawatiran kepada umatnya. Umat mengikuti fatwa itu bukan karena ketaatan atau atas kekuatan iman di hatinya sebagai orang Islam, melainkan lebih karena cerminan rasa tidak percaya diri dan takut pada MUI atau aturan agama yang formal. Menurut saya ini salah satu didikan para tokoh, ulama atau pimpinan agama yang tidak benar. Ingat, masyarakat kita semakin dewasa dalam hidup beragama dan tidak mau diatur oleh berbagai aturan formal yang kaku dan 458 – Membela Kebebasan Beragama (Buku 1)
–Democracy Project– menyempitkan hidup beragama mereka. Sudah banyak pengalaman yang menjadi bahan pembelajaran masyarakat dalam mendewasakan iman atau kepercayaan mereka. Dan mereka mampu untuk melakukan hal itu tanpa perlu diatur atau dilindungi dengan caracara seperti ini (fatwa). Keberatan beberapa kalangan lain terhadap pluralisme lebih karena paham ini dianggap menyebarkan gagasan relativisme, yang melihat benar dan salahnya sesuatu tidaklah berada pada satu ukuran tertentu saja. Karena itu, segala sesuatunya, tanpa atau dengan mengikatkan pada ukuran benar dan salahnya masing-masing, diperbolehkan dan dipersilakan saja. Segalanya nisbi. Sebab, kebenaran pada satu ruang dan waktu tertentu tidak lantas benar pada ruang dan waktu lain yang berbeda. Pengalaman kita di Interfidei juga dalam rangka concern terhadap isu pluralisme dan relasi antar-agama dan keyakinan, yang sama sekali tidak ada indikasi apapun ke hal-hal yang menjadi kekhawatiran tersebut. Saya sudah katakan di atas bahwa tidak ada yang relatif dalam pemahaman pluralisme dan dalam praktik serta pengalaman kami selama hampir 16 tahun. Kalaupun ada yang berpikir bahwa pluralisme punya kecenderungan demikian, itu hal yang pasti. Tetapi tidak ada hal yang bisa dijadikan sebagai bukti bahwa kekhawatiran tersebut terjadi. Juga tidak ada di antara kami yang mempunyai agenda seperti itu. Artinya, kita tidak pernah mengaitkan pluralisme yang kita perjuangkan dengan relativisme. Maka, pertama, perlu ditegaskan bahwa yang dimaksudkan dengan pluralisme sama sekali bukan relativisme. Kedua, kembali ke hal sebelumnya, bahwa pluralisme bukanlah gagasan yang menggerus Elga Sarapung – 459
- Page 491 and 492: -Democracy Project- masuk menyediak
- Page 493 and 494: -Democracy Project- dekatan saya da
- Page 495 and 496: -Democracy Project- madiyah, al-Irs
- Page 497 and 498: -Democracy Project- perguruan tingg
- Page 499 and 500: -Democracy Project- mereka ikut ser
- Page 501 and 502: -Democracy Project- etnik untuk sal
- Page 503 and 504: -Democracy Project- Sebab diskrimin
- Page 505 and 506: -Democracy Project- Pendidikan plur
- Page 507 and 508: -Democracy Project- ketetapan negar
- Page 509 and 510: -Democracy Project- abad lampau men
- Page 511 and 512: -Democracy Project- rakatnya menjad
- Page 513 and 514: -Democracy Project- Kalau implikasi
- Page 515 and 516: -Democracy Project- gereja karena d
- Page 517 and 518: -Democracy Project- Terkait dengan
- Page 519 and 520: -Democracy Project- sendiri kalau m
- Page 521 and 522: -Democracy Project- orang berhak at
- Page 523 and 524: -Democracy Project- adanya duit. Mu
- Page 525 and 526: -Democracy Project- lompok-kelompok
- Page 527 and 528: -Democracy Project- tas penduduk be
- Page 529 and 530: -Democracy Project- ngan perda syar
- Page 531 and 532: -Democracy Project- bagi minoritas.
- Page 533 and 534: -Democracy Project- terlebih lagi p
- Page 535 and 536: -Democracy Project- prasangka denga
- Page 537 and 538: -Democracy Project- Terancamnya plu
- Page 539 and 540: -Democracy Project- adalah niscaya
- Page 541: -Democracy Project- tas sempit kelo
- Page 545 and 546: -Democracy Project- usah takut iman
- Page 547 and 548: -Democracy Project- Dalam setiap ag
- Page 549 and 550: -Democracy Project- Anda memandang
- Page 551 and 552: -Democracy Project- perbedaan denga
- Page 553 and 554: -Democracy Project- tensi pengalama
- Page 555 and 556: -Democracy Project- lembaga, termas
- Page 557 and 558: -Democracy Project- lebih berdasark
- Page 559 and 560: -Democracy Project- bermakna. Karen
- Page 561 and 562: -Democracy Project- F. Budi Hardima
- Page 563 and 564: -Democracy Project- Ulil Abshar-Abd
- Page 565 and 566: -Democracy Project- affirmative act
- Page 567 and 568: -Democracy Project- bellum omni con
- Page 569 and 570: -Democracy Project- demitologisasi
- Page 571 and 572: -Democracy Project- G G 30 S/PKI Ga
- Page 573 and 574: -Democracy Project- Idris (Nabi) Id
- Page 575 and 576: -Democracy Project- Khadijah Khairi
- Page 577 and 578: -Democracy Project- Mahmakah Konsti
- Page 579 and 580: -Democracy Project- Nasr, S.H. Nasr
- Page 581 and 582: -Democracy Project- PKNU PKS Plato
- Page 583 and 584: -Democracy Project- S Sabah Sabi’
- Page 585 and 586: -Democracy Project- Taliban Tangera
- Page 587 and 588: -Democracy Project- V value free va
- Page 589: Yayasan Abad Demokrasi adalah lemba
–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />
menyempitkan hidup beragama mereka. Sudah banyak pengalaman<br />
yang menjadi bahan pembelajaran masyarakat dalam mendewasakan<br />
iman atau kepercayaan mereka. Dan mereka mampu untuk<br />
melakukan hal itu tanpa perlu diatur atau dilindungi dengan caracara<br />
seperti ini (fatwa).<br />
Keberatan beberapa kalangan lain terhadap pluralisme lebih karena<br />
paham ini dianggap menyebarkan gagasan relativisme, yang melihat<br />
benar dan salahnya sesuatu tidaklah berada pada satu ukuran tertentu<br />
saja. Karena itu, segala sesuatunya, tanpa atau dengan mengikatkan<br />
pada ukuran benar dan salahnya masing-masing, diperbolehkan dan<br />
dipersilakan saja. Segalanya nisbi. Sebab, kebenaran pada satu ruang<br />
dan waktu tertentu tidak lantas benar pada ruang dan waktu lain<br />
yang berbeda.<br />
Pengalaman kita di Interfidei juga dalam rangka concern terhadap<br />
isu pluralisme dan relasi antar-agama dan keyakinan, yang<br />
sama sekali tidak ada indikasi apapun ke hal-hal yang menjadi kekhawatiran<br />
tersebut. Saya sudah katakan di atas bahwa tidak ada<br />
yang relatif dalam pemahaman pluralisme dan dalam praktik serta<br />
pengalaman kami selama hampir 16 tahun. Kalaupun ada yang<br />
berpikir bahwa pluralisme punya kecenderungan demikian, itu hal<br />
yang pasti. Tetapi tidak ada hal yang bisa dijadikan sebagai bukti<br />
bahwa kekhawatiran tersebut terjadi. Juga tidak ada di antara kami<br />
yang mempunyai agenda seperti itu. Artinya, kita tidak pernah<br />
mengaitkan pluralisme yang kita perjuangkan dengan relativisme.<br />
Maka, pertama, perlu ditegaskan bahwa yang dimaksudkan dengan<br />
pluralisme sama sekali bukan relativisme. Kedua, kembali ke hal<br />
sebelumnya, bahwa pluralisme bukanlah gagasan yang menggerus<br />
Elga Sarapung –<br />
459