07.06.2015 Views

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />

sendiri kalau melulu melihat atau memberlakukan agama seperti<br />

itu. Bagaimanapun, menurut saya, itu bukan inti dari agama.<br />

Jika model keberagamaan masyarakat Indonesia masih terjebak pada halhal<br />

yang sifatnya normatif, ritualistik dan tidak sensitif terhadap problem<br />

kemanusiaan, kiranya diperlukan injeksi agar dapat keluar dari batasbatas<br />

itu. Liberalisme menawarkan alternatif keberagamaan yang bebas<br />

dan bertanggung jawab. Namun, apa lacur, banyak orang memahami<br />

liberalisme sebagai paham yang memberi ruang kebebasan tanpa batas,<br />

segalanya diperbolehkan. Akibatnya di Indonesia, yang masih kental<br />

dengan budaya ketimurannya, paham ini terus dicurigai dan bahkan<br />

ditentang. Menurut pandangan Anda apa sebenarnya liberalisme dan<br />

semangat apa yang patut dikedepankan dari paham ini?<br />

Menurut saya penolakan masyarakat terhadap liberalisme, kurang<br />

lebih, faktor penyebabnya hampir sama seperti resistensi mereka pada<br />

sekularisme. Walaupun liberalisme dapat dikatakan relatif baru untuk<br />

masyarakat Indonesia – khusus dalam khazanah keagamaan – tetapi<br />

kemunculannya langsung mendapt respon yang kurang baik. Menurut<br />

saya memang benar kebanyakan orang lebih memahami liberalisme<br />

sebagai paham yang mengedepankan kebebasan, termasuk di<br />

dalamnya kebebasan beragama. Namun demikian, kebebasan bukan<br />

tanpa batas atau yang sama sekali tidak dapat dibatasi. <strong>Kebebasan</strong> di<br />

sini lebih sebagai sikap atau ekspresi yang tentu saja dibatasi menurut<br />

ukuran-ukurannya yang tidak bisa kita patok atas dasar ukuran kita<br />

sendiri. Tetapi, ada ukuran bersama, yaitu etika kebebasan yang perlu<br />

dibangun supaya liberalisme agama, di satu pihak, tidak menjadi<br />

bangunan tembok fundamentalisme sempit. Di pihak lain, liberalisme<br />

agama justru menjadi wujud dari keterbukaan dan kemampuan<br />

Elga Sarapung –<br />

435

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!