07.06.2015 Views

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />

Sebagaimana telah Anda singgung sebelumnya perihal liberalisme,<br />

bagaimana Anda merespon anggapan bahwa liberalisme merupakan<br />

gagasan kebebasan tanpa batas dan menabrak nilai-nilai yang sudah<br />

mapan?<br />

Pertama-tama perlu diingat bahwa istilah liberalisme dalam percakapan<br />

kita tidak lepas dari berbagai konteks. Orang bisa membicarakan<br />

liberalisme dalam konteks ekonomi. Dalam konteks ini kita<br />

bicara tentang ekonomi liberal di mana terdapat kebebasan bersaing,<br />

yang dibedakan dari ekonomi sosialis di mana peranan negara sangat<br />

menentukan. Orang bisa juga membicarakan liberalisme dalam<br />

konteks politik. Misalnya, dalam kaitan dengan pemerintahan demokratis<br />

yang menjunjung tinggi asas kedaulatan rakyat dan menjamin<br />

kebebasan berpikir dan menyatakan pendapat sebagai pilihan<br />

lain dari pemerintahan teokratis yang berdasarkan keyakinan agama<br />

akan kedaulatan Tuhan yang diwujudkan melalui institusi agama,<br />

orang maupun hukum, atau pemerintahan otoriter yang mengekang<br />

hak-hak sipil warga negara.<br />

Dalam kaitan dengan pertanyaan di atas, saya rasa, wacana liberalisme<br />

di sini lebih berkaitan dengan wacana kebebasan berpikir,<br />

khususnya dalam konteks keagamaan. Umumnya dalam kehidupan<br />

beragama orang membagi para penganutnya dalam dua<br />

kelompok: kelompok khâshsh atau elite keagamaan dan kelompok<br />

awam, yakni para penganut biasa. Biasanya masyarakat menganggap<br />

yang berhak menafsirkan ajaran agama hanyalah kelompok<br />

khas, seperti ulama, pendeta atau apapun namanya, yaitu mereka<br />

yang dianggap sebagai memiliki pengetahuan agama. Sedangkan<br />

kalangan awam cukup mengikuti pendapat para ahli agama.<br />

Dalam konteks kaum Muslimin kita mengenal katagori mujtahid<br />

394<br />

– <strong>Membela</strong> <strong>Kebebasan</strong> <strong>Beragama</strong> (Buku 1)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!