07.06.2015 Views

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />

merasa tidak diikutsertakan dalam dialog Perber. Hal ini yang kita<br />

sesalkan dari PGI.<br />

Sebenarnya konstitusi ataupun dasar negara kita, Pancasila, menjamin<br />

pluralisme. Masalahnya, gagasan pluralisme mendapat banyak<br />

tentangan termasuk dari MUI yang mengharamkannya. Melihat fenomena<br />

ini, konsep pluralisme seperti apakah yang mesti kita dorong<br />

untuk konteks Indonesia?<br />

Saya pernah membaca pendapat Prof. Din Syamsuddin di<br />

Suara Pembaruan bahwa selama ini paham pluralisme telah disalahmengertikan.<br />

Saya tidak tahu apakah pernyataan itu ditujukan<br />

pada MUI yang pernah mengeluarkan fatwa menolak puralisme.<br />

Namun yang saya tangkap, pluralisme yang Din sepakati adalah<br />

pluralisme non-indifference, karena kalau pluralisme indifference itu<br />

berarti sudah masuk kategori sinkretisme. Kita setuju dengan Din,<br />

kita tolak pluralisme indifference yang mencampuradukkan seperti<br />

itu. Jadi, menurut Din, di sana ada kesalahpahaman. Ini yang<br />

harus kita jelaskan dari konsep pluralisme.<br />

Pluralisme, kalau kita lihat dalam konteks Indonesia, bukanlah<br />

sekadar fakta tetapi sesuatu yang sudah menjadi keharusan (norm).<br />

Fakta artinya harus kita terima. Keharusan artinya tidak bisa kita<br />

hilangkan. Apa yang saya bicarakan di sini adalah juga berdasarkan<br />

teologi Kristen. Kasarnya, jangan bermimpi bahwa di dunia<br />

ini hanya akan ada satu agama.<br />

Jadi, bagi kita, Pluralisme secara menyeluruh, saya memakai istilah<br />

Immanuel Kant, adalah suatu keharusan kategoris yang unconditional,<br />

tidak bersyarat. Tetapi pluralisme secara parsial bisa dikatakan<br />

sebagai keharusan hipotetis (hypothetical imperative). Artinya,<br />

Benjamin F. Intan –<br />

367

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!