07.06.2015 Views

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />

Konsep agama publik mengandaikan adanya kedewasaan dari para<br />

pemeluk agama. Jika tidak, seperti di Indonesia, agama publik hampir<br />

tidak mungkin lahir, dan oleh karenanya sebagian kalangan<br />

menganggap perlunya peran negara. Di Barat, karena mereka telah<br />

melalui proses sejarah yang melelahkan, agama publik muncul tanpa<br />

dorongan negara. Menurut Anda?<br />

Mungkin kita harus kembali pada konsep Jose Casanova,<br />

bahwa agama publik beroperasi di tingkat civil society, bukan di<br />

tingkat state atau political society. Agama publik pada state level dalam<br />

bentuk negara agama; pada political society level dalam bentuk<br />

partai politik agama. Pada kedua level ini agama bersentuhan<br />

(lengket) dengan negara, sehingga politisasi agama dan agamaisasi<br />

politik tidak terelakkan. Dan, seperti yang telah saya ungkapkan<br />

di atas, dalam kedua proses ini baik negara maupun agama samasama<br />

rugi, keduanya sama-sama menghadapi tindakan bunuh diri.<br />

Itu sebabnya saya setuju dengan Casanova yang membatasi agama<br />

publik pada civil society level.<br />

Memang betul bahwa dulu pemerintah, meminjam gagasan T.B.<br />

Simatupang, memunculkan Pancasila sebagai asas tunggal. Tetapi<br />

itu hanya untuk partai politik, bukan untuk ormas, apalagi untuk<br />

organisasi keagamaan. Dengan pertimbangan siapapun atau partai<br />

politik apapun yang menang akan berdasar pada Pancasila. Mungkin<br />

“negara bisa masuk” ke situ. Dalam arti negara membolehkan<br />

apapun asasnya asal tidak bertentangan dengan Pancasila. Ungkapan<br />

Pancasila sebagai asas tunggal yang akhir-akhir ini mulai lagi<br />

didengung-dengungkan akan memunculkan kembali trauma masa<br />

lalu. Jadi, harus ada koridor atau batas intervensi negara, dan tetap<br />

mensyaratkan kebebasan.<br />

354<br />

– <strong>Membela</strong> <strong>Kebebasan</strong> <strong>Beragama</strong> (Buku 1)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!