Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

abad.demokrasi.com
from abad.demokrasi.com More from this publisher
07.06.2015 Views

Democracy Project– Dengan melihat kondisi sekarang ini, apakah Anda termasuk orang yang pesimis atau optimis dengan masa depan Indonesia? Optimis, tapi tetap harus waspada. Dengan demokrasi kita sudah membuka akses yang sama terhadap semua warga bangsa, khususnya di bidang politik. Persoalannya, bangsa ini masih belum melewati masa transisi. Demokrasi kita belum mantap. Kebebasan yang ada belum diimbangi dengan kesadaran taat hukum dan penghormatan kepada pihak lain. Demokratisasi telah membuka keran kebebasan, termasuk kebebasan mendesakkan formalisasi syariah. Sekarang media juga lebih terbuka. Konsekuensi negara demokratis adalah tidak bisa melarang tumbuhnya kelompokkelompok tertentu, kecuali ketika sudah menjadi aksi kekerasan, maka negara bisa bertindak. Jadi memang demokratisasi itu sendiri mempunyai risiko, salah satunya terasa ketika kita membahas RUU APP, sampai muncul pemikiran tidak masalah Indonesia tinggal 14 provinsi asal menjadi negara Islam. Saya berpikir jika itu yang terjadi, tamatlah Indonesia yang dibangun atas dasar kebersamaan dan kesetaraan. Siapa yang berposisi menjadi minoritas, dialah yang tergilas. Di dearah mayoritas Muslim, yang non-Muslim harus mengalah, sementara di dearah minoritas Muslim, yang Muslim harus tunduk pada mayoritas. Gejalanya sudah mulai tampak. Jika di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi ada perda-perda syariat Islam, maka di Manokwari ada perda kota Injili. Ini persoalan serius yang bisa mengancam eksistensi bangsa. Sebetulnya semua pihak harus melakukan koreksi. Otonomi daerah juga sangat memungkinkan suburnya sentimen-sentimen rasial, primordial, kedaerahan, termasuk sentimen agama. Di era 334 – Membela Kebebasan Beragama (Buku 1)

Democracy Project– terbukanya informasi seperti sekarang ini, hal-hal seperti itu tidak bisa dibendung. Sejauh ini kalau kita melihat konfigurasi politik nasional, demokratisasi masih bisa dikawal dalam kerangka NKRI yang berdasarkan Pancasila. Tetapi kita tidak tahu kalau nanti Prinsip liberalisme tidak bisa direduksi ada calon kepala daerah independen, di mana kita ti- lagi dipahami bebas tanpa batas. hanya pada soal kebebasan. Terlebih dak bisa menolak siapapun, Sebab dalam liberalisme juga termasuk isi kepalanya. Ini ada rule of law. adalah ekses demokratisasi. Oleh karena itu, kelompok moderat dan kelompok yang menerima kemajemukan harus menyatukan langkah membangun pemahaman, kekuatan, dan akar kebersamaan yang solid. Wawancara dilakukan di Jakarta, 13 Juni 2007 Badriyah Fayumi – 335

–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />

terbukanya informasi seperti sekarang ini, hal-hal seperti itu tidak<br />

bisa dibendung.<br />

Sejauh ini kalau kita melihat konfigurasi politik nasional, demokratisasi<br />

masih bisa dikawal dalam kerangka NKRI yang berdasarkan<br />

Pancasila. Tetapi<br />

kita tidak tahu kalau nanti Prinsip liberalisme tidak bisa direduksi<br />

ada calon kepala daerah independen,<br />

di mana kita ti-<br />

lagi dipahami bebas tanpa batas.<br />

hanya pada soal kebebasan. Terlebih<br />

dak bisa menolak siapapun, Sebab dalam liberalisme juga<br />

termasuk isi kepalanya. Ini<br />

ada rule of law.<br />

adalah ekses demokratisasi.<br />

Oleh karena itu, kelompok moderat dan kelompok yang menerima<br />

kemajemukan harus menyatukan langkah membangun pemahaman,<br />

kekuatan, dan akar kebersamaan yang solid.<br />

Wawancara dilakukan di Jakarta, 13 Juni 2007<br />

Badriyah Fayumi –<br />

335

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!