Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

abad.demokrasi.com
from abad.demokrasi.com More from this publisher
07.06.2015 Views

Democracy Project– Konsolidasi demokrasi lebih merupakan wilayah sosial dan politik ketimbang agama. Namun dalam konteks keindonesiaan, selama tidak menimbulkan gejolak pertentangan di masyarakat, akomodasi parsial terhadap agama oleh negara masih sangat dibutuhkan. Untuk itu ketidakefektifan negara, lantaran selama ini tidak berfungsi sebagaimana mestinya, harus segera dibenahi dengan memfokuskan penegakan hukum. Di situ negara berperan mengelola perbedaan dan menjadi penyangga (buffer) manakala terjadi benturan antar-kepentingan. Demokratisasi juga meniscayakan civil society yang berlaku sebagai counter balancing—dalam kerangka kerja sama, tanpa harus berhadap-hadapan dengan negara—atas intervensi berlebihan negara terhadap masyarakat. Maka sepatutnya pintu komunikasi, negosiasi, dan perdebatan yang lebih baik senantiasa terbuka. 272 – Membela Kebebasan Beragama (Buku 1)

Democracy Project– Bagaimana pandangan Anda terhadap sekularisme di Indonesia? Mungkinkah gagasan ini diterapkan? Saya kira sekularisme dalam pengertian pemisahan antara agama dan negara secara mutlak tidak mungkin diterapkan di Indonesia. Kalau kita ingin membangun Indonesia, menururt saya, sekularisme bukanlah jawaban yang tepat. Sebab, sejarah kita berbeda dengan sejarah perkembangan agama-agama di daerah lain. Kita tidak bisa memandang rendah yang dilakukan oleh Soekarno, Hatta, Natsir dan para founding fathers kita terdahulu. Mereka telah berpikir dan bekerja secara sangat serius sampai kemudian menemukan bahwa negara agama atau negara sekular tidak mungkin diterapkan di Indonesia. Bagi saya, pandangan-pandangan sekularisme bukanlah jawaban bagi problem masyarakat Indonesia. Di sisi lain, meskipun usaha memperjuangkan sekularisme masih sering dilakukan, masih ditemukan sikap-sikap yang tidak konsisten pada golongan yang memperjuangkannya. Mereka yang ketika berada di luar negara mempunyai pandangan sekular – agama tidak boleh dibawa ke ranah publik – setelah masuk ke dalam lingkaran negara, mereka justru kehilangan keberanian untuk terus memperjuangkan pandangan-pandangan tersebut. Kita tahu bahwa Abdurrahman Wahid (Gus Dur) merupakan salah seorang yang berada di garis terdepan dalam menyuarakan pemisahan antara agama dan negara. Ketika berada di luar pemerintahan, Gus Dur sering berpidato mengkampanyekan pandangan seperti ini. Ia berpandangan bahwa antara agama dan negara harus dipisahkan. Tapi, ketika menjadi presiden, Gus Dur pun kehilangan ketegaran untuk menerapkan pandangan yang sebelumnya kerap disuarakan. Buktinya, ketika menjadi presiden, Gus Dur merasa tidak perlu membubarkan Departemen Agama, atau mengalihfungsikan Masjid Baiturrahim yang Bahtiar Effendy – 273

–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />

Konsolidasi demokrasi lebih merupakan wilayah sosial dan politik<br />

ketimbang agama. Namun dalam konteks keindonesiaan,<br />

selama tidak menimbulkan gejolak pertentangan di masyarakat,<br />

akomodasi parsial terhadap agama oleh negara masih sangat<br />

dibutuhkan. Untuk itu ketidakefektifan negara, lantaran selama<br />

ini tidak berfungsi sebagaimana mestinya, harus segera dibenahi<br />

dengan memfokuskan penegakan hukum. Di situ negara berperan<br />

mengelola perbedaan dan menjadi penyangga (buffer) manakala<br />

terjadi benturan antar-kepentingan. Demokratisasi juga<br />

meniscayakan civil society yang berlaku sebagai counter balancing—dalam<br />

kerangka kerja sama, tanpa harus berhadap-hadapan<br />

dengan negara—atas intervensi berlebihan negara terhadap<br />

masyarakat. Maka sepatutnya pintu komunikasi, negosiasi, dan<br />

perdebatan yang lebih baik senantiasa terbuka.<br />

272<br />

– <strong>Membela</strong> <strong>Kebebasan</strong> <strong>Beragama</strong> (Buku 1)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!