Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

abad.demokrasi.com
from abad.demokrasi.com More from this publisher
07.06.2015 Views

Democracy Project– menonjol tertentu dalam perkembangan (kemajuan dan kemerosotan) kebebasan beragama dalam periode yang sedang dilaporkan. Catatan tentang Indonesia dari Dua Laporan Apa yang bisa dipelajari dari kedua laporan di atas untuk penulisan laporan tentang kebebasan beragama di Indonesia? Kami mencatat empat hal pokok. Pertama, kedua laporan di atas, terutama laporan Center for Religious Freedom, patut ditiru karena kesediaannya untuk berkata apa adanya mengenai keadaan kebebasan beragama satu negara, dengan antara lain menyeimbangkan laporan perkembangan yang negatif maupun positif. Kedua laporan ini dengan lugas dan langsung berbicara tentang kebebasan beragama dalam berbagai seginya. Kedua, kami memandang bahwa ketiga dimensi dalam laporan Center for Religious Freedom – regulasi pemerintah, favoritisme pemerintah, dan regulasi sosial – menawarkan kategori-kategori paling discrete untuk mengukur kebebasan beragama. Hanya saja, dalam konteks Indonesia, kami memandang bahwa dimensi favoritisme pemerintah sulit untuk diterapkan di sini, karena tolok ukur yang digunakan untuk mengukur dimensi ini sangat konkret, yakni seberapa adil distribusi subsidi yang diberikan pemerintah pada kelompok-kelompok agama. Sejauh ini, yang diterapkan di Indonesia adalah prinsip keadilan proporsional, di mana mayoritas Muslim memperoleh keistimewaan tertentu dari pemerintah. 11 Se- 11 Selain prinsip keadilan proporsional, dikenal pula prinsip keadilan distributif, di mana masing-masing kelompok agama memperoleh bagian subsidi yang sama dari pemerintah. xxxiv – Membela Kebebasan Beragama (Buku 1)

Democracy Project– lama penerapan ini tidak menimbulkan debat nasional yang berarti dan kebijakan yang melandasinya diubah, penggunaan dimensi favoritisme negara menjadi kurang relevan di Indonesia, karena dimensi itu kurang menggambarkan perkembangan kebebasan beragama di Indonesia. 12 Ketiga, kami berpandangan bahwa baik aspek kualitatif maupun kuantitatif laporan akan sama-sama bermanfaat. Itu sebabnya, selain memaparkan perkembangan yang ada secara umum, laporan kami juga akan menganalisis perkembangan itu dari berbagai segi: sebaran menurut wilayah tertentu, pelaku dan korban, isu-isu yang menonjol, dan seterusnya. Untuk kepentingan yang terakhir, analisis kuantitatif atas dasar kategori yang tegas akan sangat membantu. Akhirnya, keempat, belajar dari laporan Center for Religious Freedom, menarik juga untuk memikirkan kemungkinan membuat ranking kualitas kebebasan beragama di antara berbagai wilayah di Indonesia. Ini sangat dimungkinkan karena Indonesia dicirikan antara lain oleh terkonsentrasinya pemeluk agama tertentu di wilayah tertentu. Dengan begitu kita bisa menilai bahwa jangan-jangan hambatan untuk membangun rumah ibadah tidak saja dialami oleh umat Kristen di Jawa, tetapi juga oleh umat Islam di daerah seperti Menado, Sulawesi Utara, misalnya. 12 Walaupun data statistik keagamaan di Indonesia layak dipertanyakan keabsahannya, tidak dapat disangkal bahwa terdapat perbedaan proporsi antara agama mayoritas yang dipeluk masyarakat (Islam) dengan agama-agama lain. Berdasarkan Sensus BPS 1990 dan Supas BPS 2005, Islam merupakan agama yang dipeluk oleh mayoritas masyarakat Indonesia: 87.20% (1990) dan naik menjadi 88.58% (2005). Lihat Tabel I laporan CRCS (2008: 2). Membela Kebebasan Beragama: Catatan Pengantar – xxxv

–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />

lama penerapan ini tidak menimbulkan debat nasional yang berarti<br />

dan kebijakan yang melandasinya diubah, penggunaan dimensi<br />

favoritisme negara menjadi kurang relevan di Indonesia, karena<br />

dimensi itu kurang menggambarkan perkembangan kebebasan<br />

beragama di Indonesia. 12<br />

Ketiga, kami berpandangan bahwa baik aspek kualitatif maupun<br />

kuantitatif laporan akan sama-sama bermanfaat. Itu sebabnya,<br />

selain memaparkan perkembangan yang ada secara umum,<br />

laporan kami juga akan menganalisis perkembangan itu dari berbagai<br />

segi: sebaran menurut wilayah tertentu, pelaku dan korban,<br />

isu-isu yang menonjol, dan seterusnya. Untuk kepentingan yang<br />

terakhir, analisis kuantitatif atas dasar kategori yang tegas akan<br />

sangat membantu.<br />

Akhirnya, keempat, belajar dari laporan Center for Religious<br />

Freedom, menarik juga untuk memikirkan kemungkinan membuat<br />

ranking kualitas kebebasan beragama di antara berbagai wilayah<br />

di Indonesia. Ini sangat dimungkinkan karena Indonesia dicirikan<br />

antara lain oleh terkonsentrasinya pemeluk agama tertentu di wilayah<br />

tertentu. Dengan begitu kita bisa menilai bahwa jangan-jangan<br />

hambatan untuk membangun rumah ibadah tidak saja dialami<br />

oleh umat Kristen di Jawa, tetapi juga oleh umat Islam di<br />

daerah seperti Menado, Sulawesi Utara, misalnya.<br />

12<br />

Walaupun data statistik keagamaan di Indonesia layak dipertanyakan<br />

keabsahannya, tidak dapat disangkal bahwa terdapat perbedaan proporsi antara<br />

agama mayoritas yang dipeluk masyarakat (Islam) dengan agama-agama lain. Berdasarkan<br />

Sensus BPS 1990 dan Supas BPS 2005, Islam merupakan agama yang<br />

dipeluk oleh mayoritas masyarakat Indonesia: 87.20% (1990) dan naik menjadi<br />

88.58% (2005). Lihat Tabel I laporan CRCS (2008: 2).<br />

<strong>Membela</strong> <strong>Kebebasan</strong> <strong>Beragama</strong>: Catatan Pengantar –<br />

xxxv

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!