07.06.2015 Views

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />

Ada yang berpendapat bahwa agama sangat memungkinkan untuk<br />

menjadi landasan nilai-nilai dalam kehidupan sosial dan politik. Ini<br />

pendapat kalangan yang percaya dengan gagasan Public Religion.<br />

Sebaliknya, bagi kalangan yang ekstrem memajukan sekularisme memang<br />

berpandangan bahwa agama, lantaran karakternya yang agresif,<br />

sama sekali tidak dapat berperan di wilayah publik, hanya menjadi<br />

urusan privat. Bagaimana respon Anda?<br />

Kalaupun ada hal-hal yang hendak diangkat ke wilayah negara<br />

(publik), maka negara harus mengakomodir kasus-kasus, eksemplareksemplar,<br />

atau hal-hal yang partikular, yang unik sebagaimana<br />

saya kemukakan di atas. Sebab kita hidup bersama dengan orang<br />

lain yang tentu saja mempunyai perbedan-perbedaan, kendatipun<br />

memeluk agama yang sama. Mengangkat hal-hal yang kecil atau<br />

minor berguna untuk menjamin kehidupan masyarakat yang saling<br />

memahami dan saling menghargai. Tidak perlu jauh mengambil<br />

contoh kehidupan bermasyarakat bersama komunitas agama lain,<br />

sesama pemeluk Islam saja juga terdapat perbedaan-perbedaan yang<br />

tidak jarang amat tajam. Tetapi prinsip saling menghormati dan<br />

menghargai itu adalah suatu keharusan.<br />

Sejatinya konteks menjamin sikap saling memahami dan menghormati<br />

itu terdapat pula pada wilayah negara. Kalau demikian yang<br />

terjadi, maka situasi yang seperti itu lantas tidak dapat dibilang<br />

bahwa pada ranah negara tidak religius. Belakangan ini saya sering<br />

mengutip atau meminjam teori-teori dalam Mushthalah al-Hadîts,<br />

utamanya konsep mutawâthir. Jika dikembangkan dalam konteks<br />

kekinian, maka konsep mutawâthir itu dapat diterjemahkan dalam<br />

konteks pelibatan publik sebanyak-banyaknya dalam urusan-urusan<br />

bersama. Bukankah semua ajaran agama bertujuan menjamin kenyamanan<br />

hidup bagi semua orang (rahmatan li al-‘âlamîn)? Saya<br />

142<br />

– <strong>Membela</strong> <strong>Kebebasan</strong> <strong>Beragama</strong> (Buku 1)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!