07.06.2015 Views

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />

Sebelumnya Anda sudah mengatakan bahwa fenomena keagamaan<br />

yang muncul belakangan adalah sesuatu yang baru setelah sekian<br />

puluh tahun dikekang Orde Baru. Apakah artinya Anda masih<br />

mempunyai optimisme untuk masa depan pluralitas dan pluralisme<br />

di Indonesia?<br />

Saya masih mempunyai harapan karena, menurut saya, lamakelaman<br />

akan ada resistensi dari masyarakat sendiri terhadap gerakan-gerakan<br />

yang fundamentalis dan anarkis. Di Aceh, kalangan<br />

ibu-ibu kini sudah mulai marah karena ada qanun dalam perda<br />

syariah yang membuatnya tidak boleh memakai ini dan itu. Artinya<br />

perda syariah dan sejenisnya kini sudah banyak memperoleh<br />

penolakan dari masyarakat yang diaturnya sendiri.<br />

Makanya, kalau RUU APP konsepnya tidak jauh seperti itu<br />

(terlampau restriktif terhadap hak-hak dan kebebasan warga),<br />

pasti ibu-ibu kampung akan marah. Karena kultur Indonesia sebenarnya<br />

memang tidak demikian, sebagaimana diinginkan oleh<br />

perda maupun RUU APP. Kultur asli perempuan Aceh, misalnya,<br />

sebenarnya tidak memakai jilbab. Faktanya, kalau kita lihat gambar<br />

relief-relief atau patung-patung ratu Aceh tidak ada yang memakai<br />

jilbab. Apalagi perempuan Jawa. Banyak dari mereka yang<br />

hanya memakai kemben untuk sehari-hari maupun bekerja masuk<br />

ke hutan dan sebagainya. Tapi tidak ada yang mengatakan kalau<br />

itu pornoaksi. Orang kampung tidak ada yang mengatakan seperti<br />

itu, yang mengatakan demikian hanya orang kota.<br />

Dalam kasus ini seolah telah terjadi semacam kolonialisasi<br />

orang kota terhadap orang desa. Pemakaian koteka di Papua sama<br />

sekali tidak ada masalah. Orang kota saja yang melihatnya sebagai<br />

sesuatu yang bermasalah.<br />

Abdul Moqsith Ghazali –<br />

133

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!