07.06.2015 Views

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />

sebut. Hal ini akan tampak dalam paparan dan diskusi mengenai<br />

pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan di bawah.<br />

Selain itu, sayangnya, jaminan konstitusional di atas justru<br />

dibatasi oleh ketentuan yang membuatnya sulit dipraktikkan. Ini<br />

tampak jika kita baca pembatasan kebebasan seperti disebut dalam<br />

pasal 28J(2) UUD 1945: “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,<br />

setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang<br />

ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud semata-mata<br />

untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan<br />

kebebasan orang lain dan untuk memenuhi tuntutan yang adil,<br />

sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan,<br />

dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis” (cetak<br />

miring ditambahkan).<br />

Unsur-unsur pembatasan memang dikenal dalam pengaturan<br />

HAM internasional, seperti tampak dalam pasal 18(3) ICCPR.<br />

Tapi ayat itu menambahkan unsur “nilai-nilai agama” yang memberi<br />

ruang tafsir sangat luas, dan tidak pernah dikenal sebelumnya<br />

dalam pengaturan HAM di negara-negara lain! Karena itu, aman<br />

disimpulkan bahwa rumusan pembatasan itu merupakan bentuk<br />

pembatasan yang tak lazim dalam prinsip-prinsip pembatasan HAM<br />

(lihat Soetanto 2008).<br />

Lepas dari itu, dan inilah yang kita lihat faktanya di Indonesia,<br />

konsekuensi dari pembatasan berdasarkan “nilai-nilai agama”<br />

itu sangat jelas. Bagi M. Atho Mudzar, Kalitbang Depag, UU No<br />

1/PNPS/1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan<br />

Agama dianggap sebagai manifestasi pembatasan itu (lihat<br />

Suaedy dkk 2009: 42-48). Padahal, seperti ditunjukkan banyak studi<br />

dan akan didiskusikan lebih jauh di bawah, justru keberadaan<br />

xx<br />

– <strong>Membela</strong> <strong>Kebebasan</strong> <strong>Beragama</strong> (Buku 1)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!