Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

abad.demokrasi.com
from abad.demokrasi.com More from this publisher
07.06.2015 Views

Democracy Project– pakaian. Seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) diharuskan memakai baju A atau B dalam menjalankan aktivitas perkantoran. Kalau tidak salah, ada salah seorang Bupati di Jawa Barat yang mewajibkan PNS memakai baju koko pada hari Jum‘at. Celakanya lagi, baju koko itu bukan dari Arab, yang dinyatakan asal-muasalnya, melainkan dari Cina atau paling dekat dari Tanah Abang. Bagi saya, itu bertentangan dengan kebebasan yang didukung oleh konstitusi, UU Hak Asasi Manusia (HAM) dan lain-lain. Begitu juga, aturan penyelenggaraan salat berjamaah. Salat berjamaah itu sendiri bagus. Tapi kalau pelaksanaannya diatur oleh pemerintah, saya khawatir akan mengurangi pahala orang yang salat berjamaah. Karena mereka, tidak menutup kemungkinan, menyelenggarakan salat berjamaah hanya karena takut pada polisi atau pemerintah. Ini kalau dibiarkan terus, Indonesia sebagai negara bangsa yang berdasar Pancasila dan UUD ’45 akan bubar digantikan oleh negara agama. Persis pada titik itu jugalah, kalau terus dilanjutkan, pulau-pulau di Indonesia pun akan terkapling-kapling berdasarkan agama atau mazhab fikih yang dianutnya. Di internal para pengusung formalisasi syariat Islam tidak ada semacam konsensus. Bagian-bagian mana yang penting diformalisasikan dan mana yang tidak, antara satu dan yang lainnya berbedabeda; yang dimaksudkan oleh satu tokoh berbeda dengan tokoh yang lain. Ditinjau dari prosesnya, apakah perda syariah sudah memenuhi proses-proses legislasi? Banyak orang mengkritiknya jauh dari proses legislasi. Misalnya saja, perumusan kebijakan publik tentu harus melibatkan dan adanya konsultasi publik. Itu tidak selalu ditunaikan oleh para perumusnya. Sebuah aturan atau perda tidak jarang hanya dikonsultasikan kepada sebagian orang tokoh 104 – Membela Kebebasan Beragama (Buku 1)

Democracy Project– dan tidak kepada yang lainnya. Sehingga wajar ketika peraturan itu diberlakukan mengundang resistensi dari masyarakat banyak. Kalau melihat pola keseluruhan perda atau implementasi syariat Islam di beberapa daerah, apakah lebih beraroma politis atau memang murni teologis, karena mengerasnya semangat monoreligius dan radikalisme di masyarakat? Menurut saya, pembuatan perda syariah cenderung politis. Karena perda tidak disusun berdasarkan pertimbangan yang sangat dalam dan mengakomodir berbagai aspirasi yang Apakah pengambilan keputusan berkembang di masyarakat. dalam Islam sepenuhnya berdasarkan Celakanya lagi, sebagiannya pada pertimbangan suara terbanyak adalah fotokopi dari perdaperda di daerah atau negara karena Nabi seringkali memveto atau tidak? Faktanya adalah tidak, lain (Malaysia dan Brunei sejumlah persoalan tanpa meminta Darussalam). Mungkin juga pertimbangan para Sahabat. Tapi veto ada motif ekonomi, karena seperti ini biasanya dilakukan Nabi membuat perda itu ada anggarannya. Contoh konkret lebih pada persoalan keagamaan ketimbang persoalan politik kenegaraan. adalah UU Perbankan Syariah. Melalui UU ini, bankbank konvensional yang membuka bank syariah harus melalui pengawasan tertentu. Kepentingan ekonomi di sini masuk ketika diatur bahwa yang bisa menjadi dewan pengawas atau dewan syariah adalah orang Majelis Ulama Indonesia (MUI) atau orang-orang yang ditunjuk oleh MUI. Dari sini kemudian banyak bermunculan orang-orang MUI yang menjadi komisaris atau dewan syariah di Abdul Moqsith Ghazali – 105

–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />

dan tidak kepada yang lainnya. Sehingga wajar ketika peraturan itu<br />

diberlakukan mengundang resistensi dari masyarakat banyak.<br />

Kalau melihat pola keseluruhan perda atau implementasi syariat<br />

Islam di beberapa daerah, apakah lebih beraroma politis atau memang<br />

murni teologis, karena mengerasnya semangat monoreligius<br />

dan radikalisme di masyarakat?<br />

Menurut saya, pembuatan perda syariah cenderung politis.<br />

Karena perda tidak disusun berdasarkan pertimbangan yang sangat<br />

dalam dan mengakomodir<br />

berbagai aspirasi yang<br />

Apakah pengambilan keputusan<br />

berkembang di masyarakat.<br />

dalam Islam sepenuhnya berdasarkan<br />

Celakanya lagi, sebagiannya pada pertimbangan suara terbanyak<br />

adalah fotokopi dari perdaperda<br />

di daerah atau negara karena Nabi seringkali memveto<br />

atau tidak? Faktanya adalah tidak,<br />

lain (Malaysia dan Brunei sejumlah persoalan tanpa meminta<br />

Darussalam). Mungkin juga pertimbangan para Sahabat. Tapi veto<br />

ada motif ekonomi, karena seperti ini biasanya dilakukan Nabi<br />

membuat perda itu ada anggarannya.<br />

Contoh konkret<br />

lebih pada persoalan keagamaan<br />

ketimbang persoalan politik<br />

kenegaraan.<br />

adalah UU Perbankan Syariah.<br />

Melalui UU ini, bankbank<br />

konvensional yang membuka bank syariah harus melalui<br />

pengawasan tertentu. Kepentingan ekonomi di sini masuk ketika<br />

diatur bahwa yang bisa menjadi dewan pengawas atau dewan syariah<br />

adalah orang Majelis Ulama Indonesia (MUI) atau orang-orang<br />

yang ditunjuk oleh MUI. Dari sini kemudian banyak bermunculan<br />

orang-orang MUI yang menjadi komisaris atau dewan syariah di<br />

Abdul Moqsith Ghazali –<br />

105

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!