07.06.2015 Views

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />

Artinya secara historis ada kepentingan-kepentingan politik di balik<br />

munculnya isu seperti khilâfah islâmiyah itu?<br />

Ya, pembacaan orang terhadap al-Quran atau sejarah Islam<br />

sendiri tidak pernah netral. Sejarah bisa dibalik menjadi sangat<br />

fundamentalis, liberal, progresif dan lain-lain. Sejarah sebagai<br />

teks sangat bergantung kepada<br />

siapa para perumus dan<br />

Kalau kita cari dari 47 atau 48<br />

pembacanya.<br />

pasal dalam Piagam Madinah<br />

tidak ditemukan satu kutipan pun<br />

Sejak awal kita tidak pernah<br />

yang berasal dari al-Quran. Hal<br />

ini menunjukkan bahwa dasar<br />

tahu apa sesungguhnya ‘jenis<br />

Piagam Madinah sama sekali bukan<br />

kelamin’ Indonesia, apakah<br />

pertimbangan keagamaan, melainkan<br />

negara sekular atau negara<br />

pertimbangan politis.<br />

agama. Banyak pihak mengatakan<br />

bahwa dengan adanya<br />

sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Indonesia adalah negara agama,<br />

dengan demikian agama pun masuk ke dalam konstitusi negara. Sementara<br />

ada pihak lain yang mengatakan bahwa Indonesia adalah<br />

negara sekular. Bagaimana Anda menanggapi hal ini?<br />

Agak repot mengatakan Indonesia sebagai negara sekular karena<br />

Indonesia memiliki Departemen Agama (Depag) yang masih<br />

mengurusi soal-soal keagamaan. Persoalan Ahmadiyah sendiri<br />

diinisiasi penyelesaiannya oleh Depag. Kasus ini saja sudah menunjukkan<br />

bahwa Indonesia tidak sepenuhnya bisa disebut negara<br />

sekular. Jangan lupa juga kehadiran Depag merupakan konsesi terhadap<br />

penghapusan tujuh kata di dalam Piagam Jakarta. Karenanya,<br />

ketika Gus Dur menghendaki pembubaran Depag, sebagian<br />

Abdul Moqsith Ghazali –<br />

99

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!