07.06.2015 Views

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

Membela Kebebasan Beragama 1 - Democracy Project

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

–<strong>Democracy</strong> <strong>Project</strong>–<br />

Pro dan kontra selalu menyertai sekularisme. Bagi yang pro melihat<br />

sekularisme sebagai proyek menyelamatkan agama dari politisasi<br />

oleh kelompok tertentu. Sebaliknya, orang yang kontra menganggap<br />

sekularisme sebagai paham yang akan menghancurkan agama. Apa<br />

komentaer Anda?<br />

Bila dilihat dari sejarah, sekularisme adalah problem Eropa.<br />

Agama di Eropa, pada mulanya, muncul sebagai lembaga – harus<br />

dibedakan dengan agama sebagai faith. Agama dalam pengertian<br />

sebagai lembaga hanya berlaku di dunia Kristen. Oleh karena itu,<br />

tidak relevan dibincangkan dalam konteks Islam di Indonesia yang<br />

tidak punya lembaga seperti gereja. Sebagaimana juga tidak relevan<br />

jika kita membincangkannya di India. Sebab agama-agama di India,<br />

terutama Hindu, tidak punya lembaga seperti gereja. Agama<br />

mayoritas masyarakat India adalah Hindu dan penguasanya juga<br />

Hindu. Tetapi mereka bukan kerajaan Hindu.<br />

Istilah sekularisme itu sendiri berasal dari saecullum yang berari<br />

“masa kini”, “sekarang ini”, “dunia ini”. Kalau di dunia ini, sesuatu<br />

berubah. Sedangkan problem manusia bukan terbatas pada sesuatu<br />

yang berubah, tapi juga pada kultur yang ada di dunia ini. Akan<br />

tetapi tidak berarti negara harus Islam atau religius. Kendati demikian,<br />

negara punya kewajiban untuk memelihara kebudayaan atau<br />

kultur tersebut. Dalam kultur itulah agama-agama hadir. Artinya<br />

agama bukan sebagai wahyu. Itu juga yang, saya kira, harus dibicarakan<br />

secara tuntas dalam perdebatan mengenai sekularisme.<br />

Bagi saya pribadi, bangsa Indonesia, sudah selesai dengan Pancasila.<br />

Napas negara adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Kalau terjadi<br />

penyimpangan, lihat kembali negara sebagai bentuk kontrak sosial,<br />

kembali kepada konteks Indonesia. Sebab, kalau kita kembali ke<br />

konteks Barat, tidak akan ketemu jalan keluarnya. Bagaimanapun<br />

70<br />

– <strong>Membela</strong> <strong>Kebebasan</strong> <strong>Beragama</strong> (Buku 1)

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!