17.05.2015 Views

o_19lg1bj0o1oh5npj17dqap05qda.pdf

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU BALITA USIA 3-5<br />

TAHUN DENGAN PARTISIPASI IBU MEMBAWA BALITA<br />

KE POSYANDU DI DESA GEBANGKEREP<br />

KECAMATAN BARON KABUPATEN<br />

NGANJUK TAHUN 2014<br />

Nurul Faiza, Hari Sapoetra, Supatimah<br />

Akademi Kebidanan Wiyata Mitra Husada Nganjuk<br />

lppmwimisada@gmail.com<br />

ABSTRACT<br />

Mother activeness in each Posyandu activity would affect the state of the toddler's<br />

nutritional status. Because one of the goals is to monitor the Posyandu Society of improving<br />

nutritional status, especially pregnant women and children under five years. In order to achieve<br />

that all the Mothers who have children Toddlers should beactive in the Posyandu that toddler<br />

nutrition . Purposive this study was to determine the correlation between Education Capital<br />

Toddlersaged 3-5 year with the participation of the mother carrying toddler to Posyandu in the<br />

Village District of Nganjuk Baron Gebangkerep 2014.<br />

The research methodology used is analytical survey. With a sample of 51 respondents,<br />

some moms toddlers aged 3-5 years in the Village District of Baron Gebangkerep 2014 that<br />

met inclusion criteria. With simple random sampling technique sampling. Instrument of data<br />

collection using a questionnaire that was done on June 18-19, 2014 By using the data analysis<br />

and Univariate analysis using the Spearman Rank test (Rho).<br />

The results showed that the level of maternal education children aged 3-5 years 32<br />

respondents (62.7%) education elementary / junior high / equal. While the participation of<br />

mothers carrying toddlers to Posyandu were 23 respondents (45.1%) have enough participation<br />

to to Posyandu. Based on the results of the Spearman Rank test (Rho) found that there<br />

Relationship Education Level of Mother Toddler Age 3-5 Years with Mom Takes Toddler<br />

Participation to the Posyandu in the Village District of Nganjuk Baron Gebangkerep 2014.<br />

Conclusion research note that the majority of mothers of children aged 3-5 years had<br />

elementary/junior high school with enough participation to bring a toddler to a neighborhood<br />

health center. Therefore midwife and cadres should be invited to come to the toddler's mother<br />

Posyandu that toddler's mother to participate either Posyandu.<br />

Keywords: Level of Education, Mother's Participation, Posyandu.<br />

PENDAHULUAN<br />

Undang-undang Kesehatan No. 23<br />

Tahun 1992 memberikan batasan bahwa<br />

kesehatan adalah keadaan sejahtera badan,<br />

jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap<br />

orang hidup reproduktif secara sosial dan<br />

ekonomi. Batasan yang diangkat dari<br />

batasan kesehatan menurut Organisasi<br />

Kesehatan Dunia (WHO) yang paling baru<br />

ini, memang lebih luas dan dinamis<br />

dibandingkan dengan batasan sebelumnya<br />

yang mengatakan, bahwa kesehatan adalah<br />

keadaan sempurna, baik fisik, mental<br />

maupun sosial dan tidak hanya bebas dari<br />

penyakit dan cacat. Pada batasan yang<br />

terdahulu, kesehatan itu hanya mencakup


tiga aspek, yaitu: fisik, mental, dan sosial.<br />

Tetapi menurut UU No.23/1992, kesehatan<br />

itu mencakup 4 aspek yaitu : fisik (Badan),<br />

mental (Jiwa), sosial dan ekonomi<br />

(Notoatmodjo,2009:3).<br />

Menyadari arti pentingnya<br />

pembangunan dalam rangka mewujudkan<br />

tujuan nasional, era pembangunan dewasa<br />

ini pemerintah dalam bidang kesehatan<br />

selalu berupaya meningkatkan derajat<br />

kesehatan dengan mengikut sertakan<br />

masyarakat untuk aktif dalam salah satu<br />

kegiatan yang di adakan di setiap Desa.<br />

Selain itu Tingkat Pendidikan atau jenjang<br />

Pendidikan juga sangat penting karena<br />

pengetahuan ibu mempengaruhi keaktifan<br />

ibu untuk membawa Balitanya ke Posyandu.<br />

Adapun jenjang Pendidikan terdiri atas<br />

Pendidikan formal, nonformal, dan<br />

informal yang dapat saling melengkapi dan<br />

memperkaya. Dalam penelitian ini kami<br />

menekankan pada Pendidikan formal,<br />

dimana jenjang Pendidikan formal terdiri<br />

atas Pendidikan dasar, Pendidikan<br />

menengah, Pendidikan tinggi. Pendidikan<br />

dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD),<br />

Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan<br />

Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk<br />

lain yang sederajat. Pendidikan menengah<br />

berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),<br />

Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah<br />

Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah<br />

Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang<br />

sederajat. Pendidikan Tinggi mencakup<br />

Program Pendidikan Diploma, Sarjana,<br />

Magister, Spesialis, dan Doktor yang<br />

diselenggarakan oleh Pendidikan Tinggi<br />

(Surya,2007:2.28-2.2.29).<br />

Pada Pendidikan di Indonesia masa<br />

awal perkembangannya sangat diwarnai<br />

oleh Pendidikan yang berbasis sosial<br />

budaya dilanjutkan dengan berbasis agama<br />

yang meliputi agama Hindhu-Budha, Islam,<br />

Katolik, dan Kristen-Protestan. Pendidikan<br />

berbasis agama Hindhu-Budha berkembang<br />

pada masa kejayaan Hindhu-Budha. Begitu<br />

juga Pendidikan berbasis ajaran Islam<br />

berkembang sejak berkembangnya<br />

kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara yang<br />

bertahan di masa penjajahan Belanda.<br />

Penyebaran agama Islam melalui Wali<br />

Sanga. Kemudian, berkembang agama<br />

Katolik yang dibawa misionaris-misionaris<br />

oleh bangsa portugis dan disusul bangsa<br />

Spanyol, sedangkan Pendidikan<br />

berlandaskan ajaran Kristen-Protestan<br />

dibawa oleh belanda (Surya,2007:5.24).<br />

Pendidikan zaman penjajahan<br />

Belanda diarahkan untuk kepentingan<br />

penjajahan melalui penyediaan tenaga dan<br />

trampil yang akan digunakan oleh<br />

pemerintah kolonial. Sistem persekolahan<br />

didasarkan atas golongan masyarakat dan<br />

status sosial. Barulah setelah era yang<br />

dikenal kebangkitan nasional Pendidikan<br />

lebih terbuka bagi orang-orang Indonesia di<br />

luar golongan ningrat dan Cina. Meskipun<br />

masa berkuasanya di Indonesia sangat<br />

singkat, pemerintah penduduk Jepang<br />

membuat perubahan-perubahan besar dalam<br />

Pendidikan di Indonesia, yaitu hilangnya<br />

dualisme dalam Pendidikan dan sistem<br />

Pendidikan yang lebih merakyat. Setelah<br />

kemerdekaannya 17 Agustus 1945, pada<br />

tanggal 18 Agustus 1945, PPKI<br />

menetapkan UUD 1945 yang mana di<br />

dalamnya memuat Pancasila sebagai dasar<br />

Negara. Bersamaan dengan berjalannya<br />

revolusi fisik, pemerintah memulai<br />

mempersiapkan Sistem Pendidikan<br />

Nasional sesuai dengan amanat UUD 1945<br />

(Surya,2007:5.25).<br />

Pendidikan formal adalah<br />

Kebutuhan pendekatan khusus sehingga<br />

proses belajar formal ini tidak terjebak oleh<br />

formalitas yang hanya mampu mentransfer<br />

pengetahuan tanpa memberikan “bekas”<br />

ruh jiwa pada peserta didik. Pendidikan<br />

formal terdiri atas Pendidikan dasar<br />

berbentuk Sekolah Dasar (SD), Sekolah<br />

Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah<br />

Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang


sederajat. Pendidikan menengah berbentuk<br />

Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah<br />

Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan<br />

(SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan<br />

(MAK), atau bentuk lain yang sederajat.<br />

Pendidikan Tinggi mencakup Program<br />

Pendidikan Diploma, Sarjana, Magister,<br />

Spesialis, dan Doktor yang diselenggarakan<br />

oleh Pendidikan Tinggi (Surya,2007:2.28-<br />

2.2.29).<br />

Jumlah Pendidikan yang ada di<br />

Indonesia berjumlah sebagai berikut untuk<br />

Pendidikan<br />

Tingkat<br />

Dasar/Sederajat :174.228, untuk Pendidikan<br />

Tingkat Menengah/Sederajat berjumlah :<br />

28.777, sedangkan untuk Tingkat Tinggi<br />

berjumlah 9.856. Adapun jumlah<br />

Pendidikan di Jawa Timur sebagai berikut:<br />

Pendidikan Tingkat Dasar/Sederajat<br />

berjumlah 25.670, untuk Pendidikan<br />

Tingkat Menengah/Sederajat berjumlah<br />

15.755, sedangkan untuk Pendidikan<br />

Tingkat Tinggi berjumlah 10.766. Jumlah<br />

Pendidikan di Kabupaten Nganjuk adalah<br />

untuk Pendidikan Tingkat Dasar/Sederajat<br />

9.670, Pendidikan Tingkat<br />

Menengah/Sederajat sebanyak 5800,<br />

Pendidikan Tingkat Tinggi sebanyak 2500.<br />

Sedangkan jumlah Pendidikan di<br />

Kecamatan Baron adalah untuk Pendidikan<br />

Tingkat Dasar/Sederajat 1.750, Pendidikan<br />

Tingkat Menengah/Sederajat sebanyak 850,<br />

Pendidikan Tingkat Tinggi sebanyak 450.<br />

Jumlah Pendidikan di Desa Gebangkerep<br />

adalah untuk Pendidikan Tingkat<br />

Dasar/Sederajat 800, Pendidikan Tingkat<br />

Menengah/Sederajat sebanyak 350,<br />

Pendidikan Tingkat Tinggi sebanyak 238<br />

(Men.Dik.Nas:2013).<br />

Pendidikan nasional berfungsi<br />

mengembangkan kemampuan dan<br />

membentuk watak serta peradapan bangsa<br />

yang bermartabat dalam rangka<br />

mempecerdas kehidupan bangsa. di<br />

masyarakat, dan individu-individu kunci<br />

yang akan dijadikan model oleh publik.<br />

(Surya,2007:3.3).<br />

Tujuan Pendidikan nasional untuk<br />

mengembangkan potensi peserta didik agar<br />

menjadi manusia yang beriman dan<br />

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,<br />

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,<br />

kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara<br />

yang demokratis serta bertanggung jawab<br />

(Surya,2007:3.3).<br />

Keaktifan Ibu pada setiap kegiatan<br />

Posyandu tentu akan berpengaruh pada<br />

keadaan status gizi anak Balitanya. Karena<br />

salah satunya tujuan Posyandu adalah<br />

memantau peningkatan status gizi<br />

Masyarakat terutama Anak Balita dan Ibu<br />

Hamil. Agar tercapai itu semua maka Ibu<br />

yang memiliki anak Balita hendaknya aktif<br />

dalam kegiatan Posyandu agar status gizi<br />

Balitanya terpantau. Beberapa dampak yang<br />

dialami Balita, bila Ibu Balita tidak aktif<br />

dalam kegiatan Posyandu antara lain tidak<br />

mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang<br />

pertumbuhan Balita yang normal, tidak<br />

mendapat vitamin A untuk kesehatan mata,<br />

Ibu Balita tidak mengetahui pertumbuhan<br />

berat badan Balita tiap bulan, Ibu Balita<br />

tidak mendapatkan pemberian dan<br />

penyuluhan tentang makanan tambahan<br />

(PMT). Dengan aktif dalam kegiatan<br />

Posyandu Ibu Balita dapat memantau<br />

tumbuh kembang Balitanya<br />

(Purwandari,2011:49).<br />

Sikap Ibu Balita untuk menyadari<br />

bahwa Posyandu merupakan hal yang<br />

utama untuk meningkatkan derajat<br />

kesehatan Balita, hal ini dapat<br />

menimbulkan perilaku positif Ibu Balita<br />

tentang Posyandu, sehingga Ibu bersedia<br />

untuk hadir ke Posyandu, karena kehadiran<br />

Ibu Balita sangat mempengaruhi<br />

peningkatan derajat kesehatan Ibu dan<br />

Balita selain itu Ibu dapat memantau<br />

tumbuh kembang Balitanya dengan<br />

pengawasan dari petugas kesehatan. Sikap<br />

Ibu Balita yang positif akan mempengaruhi<br />

perubahan perilaku yang positif, sehingga


Ibu Balita tidak berprasangka buruk akan<br />

pentingnya untuk hadir ke Posyandu,<br />

karena perilaku adalah bentuk respon atau<br />

reaksi stimulus atau rangsangan dari luar<br />

organisme (orang) dan stimulus tersebut<br />

dapat di berikan dengan cara mengadakan<br />

penyuluhan-penyuluhan tentang Posyandu<br />

kepada lapisan Masyarakat, namun dalam<br />

memberikan respon atau stimulus sangat<br />

tergantung pada karakteristik atau faktorfaktor<br />

lain dari orang bersangkutan yaitu<br />

faktor internal dan faktor eksternal. Bila<br />

sikap Ibu Balita tentang Posyandu positif<br />

maka Ibu Balita akan hadir secara rutin ke<br />

Posyandu setiap bulannya dan sebaliknya<br />

jika sikap Ibu Balita tentang Posyandu<br />

negatif maka kehadiran Ibu Balita tidak<br />

akan rutin setiap bulannya. Hal ini berarti<br />

meskipun stimulus sama bagi beberapa<br />

orang, namun respon tiap orang berbeda<br />

(Purwandari,2011:60).<br />

Menurut Menteri Kesehatan<br />

Indonesia mengakui Angka Kematian<br />

Balita di Indonesia masih menjadi<br />

masalah serius. Hingga kini pemerintah<br />

terus mendata dan mengkaji cara menekan<br />

kematian Balita. Hasil pendataan menjadi<br />

bahan evaluasi untuk mempercepat<br />

pencapaian target MDGs yaitu Angka<br />

Kematian Balita 30 per 1000 kelahiran<br />

hidup. Sejauh ini, langkah pemerintah di<br />

nilai belum efektif menekan Angka<br />

Kematian Balita di Indonesia. Pada saat ini<br />

pemerintah belum berhasil mencapai target<br />

pencapaian MDGs bidang kesehatan seperti<br />

yang sudah ditargetkan. Untuk menurunkan<br />

Angka Kematian Balita dengan<br />

meningkatkan partisipasi ibu untuk<br />

membawa Balitanya ke Posyandu sehingga<br />

ibu dapat memantau pertumbuhan dan<br />

perkembangan Balita sehingga Angka<br />

Kematian Balita bisa menurun dan<br />

tercapainya MDGs 2015. Selain itu<br />

meningkatkan kinerja di Posyandu-<br />

Posyandu setiap Desa agar ibu Balita aktif<br />

dalam Posyandu (Per.Men.Kes,2013).<br />

Salah satu upaya yang dilakukan<br />

untuk menurunkan Angka Kematian Bayi<br />

yaitu dengan melakukan Posyandu di setiap<br />

Desa-Desa agar bisa memantau kesehatan<br />

dan tumbuh kembang Balitanya. Posyandu<br />

yang di adakan di setiap Desa. Posyandu<br />

adalah Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)<br />

merupakan salah satu bentuk Upaya<br />

Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat<br />

(UKBM) yang dikelola dari, oleh dan untuk<br />

Masyarakat dengan dukungan teknis dari<br />

petugas kesehatan yang sasarannya adalah<br />

seluruh Masyarakat. Program Posyandu<br />

merupakan strategi pemerintah untuk<br />

menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI),<br />

Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka<br />

Kelahiran. Untuk mempercepat penurunan<br />

AKI,AKB dan Angka Kelahiran diperlukan<br />

peran serta Masyarakat dalam kegiatan di<br />

Posyandu. Dalam pelaksanaannya,<br />

pelayanan Posyandu memiliki lima<br />

program yaitu Kesehatan Ibu dan Anak<br />

(KIA), Keluarga Berencana (KB),<br />

imunisasi, Gizi dan Penanggulangan diare<br />

(Meilani,2009:141).<br />

Hingga saat ini, Posyandu masih<br />

menjadi sarana penting di dalam<br />

masyarakat yang mendukung upaya<br />

pencapaian keluarga sadar gizi<br />

(KADARZI), membantu penurunan angka<br />

kematian bayi dan kelahiran, serta<br />

mempercepat penerimaan norma keluarga<br />

kecil bahagia dan sejahtera. Kegiatan<br />

didalamnya meliputi kegiatan pemantauan<br />

pertumbuhan yang diintegrasikan dengan<br />

pelayanan seperti imunisasi untuk<br />

pencegahan penyakit, penanggualangan<br />

diare, pelayanan kesehatan ibu dan anak,<br />

pelayanan kontrasepsi, hingga penyuluhan<br />

dan konseling. Posyandu tersebar di lebih<br />

dari 70.000 Desa di Indonesia. Pada tahun<br />

2013, diperkirakan sekitar 91, % anak 6-11<br />

bulan dan 74,5% Balita dibawa ke<br />

Posyandu sekurang-kurangnya satu kali<br />

selama bulan terakhir (Kemenkes<br />

RI,2013:1).


Menurut kementerian kesehatan tahun<br />

2013 Jumlah Posyandu yang tersebar di 33<br />

provinsi di Indonesia sekitar 330.000.<br />

Posyandu digerakkan oleh para kader<br />

secara sukarela yang peduli dengan<br />

perkembangan kesehatan dan gizi anak<br />

Indonesia. Mengutip data Kementerian<br />

Kesehatan jumlah Balita yang datang di<br />

Posyandu (D/S) meningkat 32 %, dari 43%<br />

menjadi 75%, keberhasilan program (N/D)<br />

pun juga meningkat dari 50% menjadi 75%,<br />

sedangkan Balita yang mempunyai buku<br />

KIA dibandingkan dengan Balita yang tidak<br />

membawa buku KIA (K/S) 35%. Jumlah<br />

Posyandu yang ada di Jawa Timur<br />

sebanyak 45.603 Posyandu, untuk<br />

partisipasi masyarakat datang ke Posyandu<br />

(D/S) mencapai 80% dan keberhasilan<br />

program (N/D) mencapai 50% sedangkan<br />

jumlah Balita yang mempunyai buku KIA<br />

di bandingkan dengan Balita yang tidak<br />

membawa buku KIA (K/S) mencapai 40%.<br />

Jumlah Posyandu di Kabupaten Nganjuk<br />

berjumlah 1.221 Posyandu, sedangkan<br />

partisipasi masyarakat datang ke Posyandu<br />

(D/S) mencapai 75% dan keberhasilan<br />

Tingkat program (N/D) mencapai 50%<br />

sedangkan jumlah Balita yang membawa<br />

buku KIA di bandingkan dengan Balita<br />

yang tidak membawa Buku KIA (K/S)<br />

mencapai 50%. Jumlah Posyandu yang ada<br />

di Kecamatan Baron berjumlah 72<br />

Posyandu, dan partisipasi masyarakat<br />

datang ke Posyandu (D/S) mencapai 77%<br />

sedangkan keberhasilan liputan program<br />

(N/D) mencapai 60% dan jumlah Balita<br />

yang membawa buku KIA di bandingkan<br />

dengan yang tidak membawa buku KIA<br />

(K/S) mencapai 75%. (KeMenKes,2013).<br />

Jumlah Posyandu yang ada di Desa<br />

Gebangkerep berjumlah 2 Posyandu, dan<br />

partisipasi masyarakat datang ke Posyandu<br />

(D/S) mencapai 60% sedangkan<br />

keberhasilan liputan program (N/D)<br />

mencapai 50% dan jumlah Balita yang<br />

membawa buku KIA di bandingkan dengan<br />

yang tidak membawa buku KIA (K/S)<br />

mencapai 70%.<br />

Di dalam Posyandu menggunakan<br />

sistem informasi dengan lima meja yang<br />

dapat dijelaskan sebagai berikut : Meja I<br />

(merupakan layanan pendaftaran, kader<br />

melakukan pendaftaran pada Ibu dan Balita<br />

yang datang ke Posyandu. Alur pelayanan<br />

Posyandu menjadi terarah dan jelas dengan<br />

adanya petunjuk di meja pelayanan.<br />

Petunjuk ini memudahkan Ibu dan Balita<br />

saat datang sehingga antrian tidak terlalu<br />

banyak atau menumpuk di satu meja ).<br />

Meja II ( layanan meja II merupakan<br />

layanan penimbangan ). Meja III ( kader<br />

melakukan pencatatan pada buku KIA<br />

setelah Ibu dan Balita mendaftar dan di<br />

timbang. Pencatatan dengan mengisikan<br />

berat badan Balita dalam skala yang di<br />

sesuaikan dengan umur Balita. Di atas meja<br />

terdapat tulisan yang menunjukkan<br />

pelayanan yang diberikan). Meja IV<br />

(diketahuinya berat badan anak yang naik<br />

atau yang tidak naik, Ibu hamil dengan<br />

resiko tinggi, pasangan usia subur yang<br />

belum mengikuti KB, penyuluhan<br />

kesehatan, pelayanan PMT, oralit, vitamin<br />

A, tablet zat besi, pil ulangan, kondom ).<br />

Meja V ( pemberian makanan tambahan<br />

pada bayi dan Balita yang datang di<br />

Posyandu di layani di meja V. Kader<br />

menyiapkan nasi lauk, sayur dan buahbuahan<br />

yang akan di berikan sebelum<br />

pelaksanaan Posyandu. Pemberian makanan<br />

tambahan bertujuan meningkatkan Ibu<br />

untuk selalu memberikan makanan bergizi<br />

pada bayi dan Balitanya<br />

(Ambarwati,2009:141).<br />

Didalam kegiatan Posyandu ini<br />

sangat bermanfaat bagi masyarakat maupun<br />

kader itu sendiri. Manfaat Posyandu bagi<br />

masyarakat yaitu memperoleh kemudahan<br />

untuk mendapatkan informasi dan<br />

pelayanan kesehatan anak Balita dan ibu,<br />

pertumbuhan anak Balita terpantau<br />

sehingga tidak menderita gizi kurang atau


gizi buruk. Bayi dan anak Balita<br />

mendapatkan kapsul vitamin A, bayi<br />

memperoleh imunisasi lengkap, ibu hamil<br />

juga akan terpantau berat badannya dan<br />

memperoleh tablet tambah darah serta<br />

imunisasi TT, ibu nifas memperoleh kapsul<br />

vitamin A dan tablet tambah darah serta<br />

memperoleh penyuluhan kesehatan ibu dan<br />

anak. Sedangkan manfaat bagi kader yaitu:<br />

mendapatkan berbagai informasi kesehatan<br />

lebih dahulu dan lebih lengkap. Ikut<br />

berperan secara nyata dalam tumbuh<br />

kembang anak Balita dan kesehatan ibu.<br />

Citra diri meningkat di mata masyarakat<br />

sebagai orang yang terpercaya dalam<br />

bidang kesehatan menjadi panutan karena<br />

telah mengabdi demi pertumbuhan anak<br />

dan kesehatan ibu (Ismawati,2010:4-5).<br />

Ada beberapa faktor yang dapat<br />

mempengaruhi partisipasi ibu membawa<br />

Balita ke Posyandu diantaranya adalah<br />

Faktor kesadaran Ibu Balita yang rendah<br />

dalam kegiatan Posyandu, Faktor<br />

Pendidikan dimana ibu yang berPendidikan<br />

tinggi kebanyakan sibuk dengan<br />

pekerjaannya, Faktor pengetahuan ibu<br />

Balita tantang Posyandu dan juga<br />

dikarenakan keterbiasaan masyarakat<br />

memperoleh sesuatu dari pemerintah dan<br />

akan kehilangan partisipasi manakala<br />

pemerintah sudah tidak terlibat lagi, serta<br />

masyarakat tidak melihat bahwa kesehatan<br />

komunitas dan kelompoknya seharusnya<br />

menjadi tanggung jawabnya juga<br />

(Meilani,2009:141).<br />

Penelitian bertujuan untuk mengetahui<br />

Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Balita<br />

usia 3-5 Tahun dengan Partisipasi Ibu<br />

Membawa Balita ke Posyandu Di Desa<br />

Gebangkerep Kecamatan Baron Kabupaten<br />

Nganjuk Tahun 2014<br />

METODE PENELITIAN<br />

Penelitian ini merupakan penelitian<br />

analitik. menggunakan jenis penelitian<br />

survey analitik (Arikunto, 2010 : 04).<br />

Rancangan dalam penelitian ini adalah<br />

rancangan cross sectional (Nursalam,<br />

2011:83). Populasi dalam penelitian ini<br />

adalah seluruh ibu Balita usia 3-5 tahun di<br />

Posyandu Desa Gebangkerep, Kabupaten<br />

Nganjuk Tahun 2014 sejumlah 105 orang,<br />

dan sampel sejumlah 51 orang dengan<br />

menggunakan Simple Random Sampling<br />

(Notoatmodjo, 2010 : 115). Pada Variabel<br />

bebas yaitu tingkat Pendidikan ibu balita<br />

usia 3-5 Tahun dan Variabel terikat yaitu<br />

Partisipasi ibu membawa balita ke<br />

Posyandu. Setelah data terkumpul melalui<br />

kuesioner, kemudian dilakukan tabulasi<br />

untuk mengetahui adakah Hubungan<br />

Tingkat Pendidikan Ibu Balita usia 3-5<br />

Tahun dengan Partisipasi Ibu Membawa<br />

Balita ke Posyandu Di Desa Gebangkerep<br />

Kecamatan Baron Kabupaten Nganjuk<br />

Tahun 2014 dengan menggunakan<br />

Spearman Rank (Hidayat, 2010 : 140).<br />

HASIL PENELITIAN DAN<br />

PEMBAHASAN<br />

Hasil Penelitian<br />

Distribusi responden dalam hal ini<br />

adalah tingkat pendidikan ibu balita usia 3-<br />

5 tahun.<br />

Berdasarkan dari hasil penelitian dapat<br />

diperoleh hasil dengan pendidikan<br />

SD/SMP/Sederajat sebanyak 32 responden<br />

(62,7%), pendidikan SMA/Sederajat<br />

sebanyak 16 responden (31,4%) dan<br />

perguruan tinggi sebanyak 3 responden<br />

(5,9%). Data tersebut dapat dilihat pada<br />

tabel 1 dibawah ini :<br />

Tabel 1 : Karakteristik responden<br />

berdasarkan tingkat pendidikan ibu balita<br />

No. Pendidikan Frekuensi Persentase<br />

(%)<br />

1. SD/SMP/ 32 62,7<br />

Sederajat<br />

2. SMA/Sederajat 16 31,4<br />

3. Perguruan 3 5,9<br />

Tinggi<br />

Total 51 100<br />

Sumber : Data Primer, 2014


Distribusi responden dalam hal ini<br />

adalah partisipasi ibu membawa balita ke<br />

posyandu di Desa Gebangkerep Kecamatan<br />

Baron Kabupaten Nganjuk tahun 2014.<br />

Berdasarkan dari hasil penelitian ini<br />

didapatkan ibu dengan partisipasi baik<br />

sebanyak 16 responden (31,4%), ibu<br />

dengan partisipasi kurang sebanyak 23<br />

responden (45,1%) dan ibu dengan<br />

partisipasi rendah sebanyak 12 responden<br />

(23,5%). Data tersebut dapat dilihat pada<br />

tabel 2 dibawah ini :<br />

Tabel 2 : Karakteristik responden<br />

berdasarkan partispasi ibu membawa balita<br />

ke posyandu.<br />

No. Partisipasi Frekuensi Persentase<br />

(%)<br />

1. Baik 16 31,4<br />

2. Cukup 23 45,1<br />

3. Kurang 12 23,5<br />

Total 52 100<br />

Sumber : Data Primer, 2014<br />

Berdasarkan hasil uji Spearman Rank<br />

yang dapat dilihat dari Nonparametric<br />

correlations dengan menggunakan SPSS 16<br />

didapatkan nilai asym sig 0.000, dimana<br />

hasil tersebut lebih kecil dari pada<br />

ketetapan α = 0,05. Hal ini menunjukkan<br />

bahwa Ho ditolak, sehingga terdapat<br />

hubungan Tingkat Pendidikan ibu Balita<br />

usia 3-5 tahun dengan partisipasi ibu<br />

membawa Balita ke Posyandu di Desa<br />

Gebangkerep Kecamatan Baron Kabupaten<br />

Nganjuk tahun 2014.<br />

PEMBAHASAN<br />

Berdasarkan hasil Distribusi<br />

Frekuensi Karakteristik Responden<br />

Berdasarkan Pendidikan ibu Balita usia 3-5<br />

tahun didapatkan bahwa (62,7%) atau 32<br />

responden berpendidikan SD/SMP atau<br />

sederajat.<br />

Menurut (Notoatmodjo, 2009:26)<br />

Pendidikan adalah upaya persuasi atau<br />

pembelajaran kepada masyarakat agar<br />

masyarakat mau melakukan tindakantindakan<br />

(praktik) untuk memelihara<br />

(mengatasi masalah-masalah), dan<br />

meningkatkan kesehatannya. Perubahan<br />

atau tindakan pemeliharaan dan<br />

peningkatan kesehatan yang dihasilkan oleh<br />

Pendidikan kesehatan ini didasarkan pada<br />

pengetahuan dan kesadarannya melalui<br />

proses pembelajaran.<br />

Menurut (Jalaludin,2010:12) faktor<br />

yang mempengaruhi Pendidikan adalah<br />

faktor sosial dan faktor non sosial, Faktor<br />

sosial adalah faktor manusia (sesama<br />

manusia) baik manusia itu hadir (ada)<br />

maupun kehadirannya itu dapat<br />

disimpulkan jadi tidak langsung hadir.<br />

Faktor Non sosial adalah faktor yang boleh<br />

dikatakan juga tak terbilang jumlahnya,<br />

seperti keadaan udara, suhu udara, cuaca,<br />

waktu, tempat, alat yang dipakai untuk<br />

belajar dan lainnya.<br />

Dari uraian diatas semakin rendah<br />

Pendidikan ibu maka semakin<br />

berpartisipasi untuk ke Posyandu. Hal ini<br />

dikarenakan ibu bekerja sebagai ibu rumah<br />

tangga atau tidak bekerja. Sehingga<br />

terdapat waktu luang untuk ke Posyandu<br />

dan bisa datang setiap bulan ke Posyandu.<br />

Selain Pendidikan, lingkungan sosial yang<br />

baik berpengaruh terhadap perilaku<br />

kesehatan ibu, karena dengan lingkungan<br />

dan pergaulan yang baik, ibu dapat<br />

memperoleh pengalaman baru yang<br />

bermanfaat khususnya dibidang kesehatan<br />

sehingga dapat meningkatkan derajat<br />

kesehatan ibu dan anak. Dengan ini ibu<br />

Balita akan berpartisipasi baik untuk datang<br />

membawa Balitanya ke Posyandu.<br />

Berdasarkan hasil Distribusi<br />

Frekuensi Karakteristik Responden<br />

Berdasarkan partisipasi ibu Balita usia 3-5


tahun ke Posyandu didapatkan bahwa<br />

45,1% atau 23 responden berpartisipasi<br />

cukup dalam Posyandu Balita.<br />

Menurut (Notoatmodjo, 2009:274)<br />

partisipasi adalah peran serta aktif anggota<br />

masyarakat dalam berbagai jenjang<br />

kegiatan. Menurut (Meilani,2009:141)<br />

faktor yang mempengaruhi partisipasi ibu<br />

membawa Balita ke Posyandu diantaranya<br />

adalah faktor kesadaran Ibu Balita yang<br />

rendah untuk datang ke Posyandu.<br />

Kesadaran adalah dorongan dari dalam<br />

yang sadar, berdasar pertimbangan pikir<br />

dan perasaan, serta seluruh pribadi<br />

seseorang yang menimbulkan kegiatan<br />

yang terarah pada tercapainya tujuan<br />

tertentu yang berhubungan dengan<br />

kebutuhan kepribadian seseorang.<br />

Berdasarkan uraian diatas<br />

partisipasi masyarakat untuk datang ke<br />

Posyandu dikategorikan cukup dikarenakan<br />

terdapat faktor lain yaitu kebanyakan ibu<br />

Balita yang ada di Desa Gebangkerep<br />

berpendidikan SD/SMP/Sederajat sehingga<br />

ibu Balita tersebut tidak mengetahui akan<br />

pentingnya membawa Balita ke Posyandu.<br />

Selain itu kesadaran ibu yang rendah dapat<br />

mempengaruhi partisipasi membawa Balita<br />

usia 3-5 tahun ke Posyandu, kesadaran yang<br />

rendah tidak akan mendorong minat ibu<br />

untuk datang ke Posyandu sehingga tidak<br />

akan mengerti akan pentingnya ibu<br />

membawa Balita ke Posyandu dan tidak<br />

bisa memantau pertumbuhan dan<br />

perkembangan Balitanya dengan baik.<br />

Berdasarkan hasil uji Spearman<br />

Rank yang dapat dilihat dari Nonparametric<br />

correlations dengan menggunakan SPSS 16<br />

didapatkan nilai asym sig 0.000, dimana<br />

hasil tersebut lebih kecil dari pada<br />

ketetapan α = 0,05. Hal ini menunjukkan<br />

bahwa Ho ditolak, sehingga terdapat<br />

hubungan Tingkat Pendidikan ibu Balita<br />

usia 3-5 tahun dengan partisipasi ibu<br />

membawa Balita ke Posyandu di Desa<br />

Gebangkerep Kecamatan Baron Kabupaten<br />

Nganjuk Tahun 2014. Dari tabel tersebut<br />

juga dapat diketahui Correlation<br />

Coefficientnya yaitu 0,553. Sehingga<br />

kekuatan hubungan Tingkat Pendidikan ibu<br />

Balita usia 3-5 tahun dengan partisipasi ibu<br />

membawa Balita ke Posyandu di Desa<br />

Gebangkerep Kecamatan Baron Kabupaten<br />

Nganjuk Tahun 2014 adalah sedang.<br />

Pendidikan diperlukan untuk<br />

mendapat informasi misalnya hal-hal yang<br />

menunjang kesehatan sehingga dapat<br />

meningkatkan kualitas hidup. Menurut YB<br />

Mantra yang dikutip Notoatmodjo<br />

(2009:56), Pendidikan dapat mempengaruhi<br />

seseorang, termasuk juga perilaku<br />

seseorang akan pola hidup, terutama dalam<br />

memotivasi untuk bersikap dan berperan<br />

serta dalam pembangunan kesehatan.<br />

Berdasarkan uraian diatas<br />

Pendidikan memegang peran utama untuk<br />

berpartisipasi ke Posyandu, dikarenakan<br />

semakin ibu Balita mengerti akan<br />

pentingnya ke Posyandu maka ibu Balita<br />

tersebut akan berpartisipasi ke Posyandu.<br />

Selain Pendidikan, umur ibu Balita yang<br />

sebagian besar ≤ 30 tahun merupakan masa<br />

untuk menggali informasi kesehatan lewat<br />

Posyandu selain itu masa dimana daya pikir<br />

seseorang yang jernih dan mudah untuk<br />

berfikir secara jauh sehingga dapat<br />

memperhatikan Balitanya dengan<br />

membawa Balitanya ke Posyandu untuk<br />

bisa memantau pertumbuhan dan<br />

perkembangan Balitanya dengan baik. Serta<br />

pekerjaan ibu yang sebagian besar tidak<br />

bekerja mempunyai banyak waktu luang<br />

untuk datang ke Posyandu hal ini<br />

mengakibatkan ibu Balita tidak terganggu<br />

dengan pekerjaannya dan bisa fokus dengan<br />

Balitanya sehingga dapat berpartsipasi baik<br />

untuk membawa Balitanya ke Posyandu.<br />

KESIMPULAN DAN SARAN<br />

Berdasarkan hasil analisis dan<br />

pembahasan dalam penelitian tentang<br />

“Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Balita


Usia 3-5 Tahun dengan Partisipasi Ibu<br />

Membawa Balita ke Posyandu di Desa<br />

Gebangkerep Kecamatan Baron Kabupaten<br />

Nganjuk Tahun 2014 dapat disimpulkan<br />

bahwa Tingkat pendidikan ibu balita usia<br />

3-5 tahun di Desa Gebangkerep Kecamatan<br />

Baron Kabupaten Nganjuk Tahun 2014<br />

sebagian besar adalah pada Pendidikan<br />

Dasar (SD/SMP/Sederajat) sebanyak<br />

(62,7%). Dan Partisipasi ibu balita<br />

membawa balita usia 3-5 tahun ke<br />

Posyandu di Desa Gebangkerep Kecamatan<br />

Baron Kabupaten Nganjuk Tahun 2014<br />

adalah berada pada tingkat cukup yaitu<br />

sebanyak (45,1%). Dari hasil penelitian<br />

dengan menggunakan analisa uji Spearman<br />

Rank didapatkan bahwa Ho ditolak<br />

sehingga Ada Hubungan Tingkat<br />

Pendidikan Ibu Balita Usia 3-5 Tahun<br />

dengan Partisipasi Ibu Membawa Balita ke<br />

Posyandu di Desa Gebangkerep Kecamatan<br />

Baron Kabupaten Nganjuk Tahun 2014.<br />

Untuk pengembangan penelitian<br />

selanjutnya, disarankan agar peneliti<br />

berikutnya dapat menambah informasi dan<br />

pengetahuan tentang partisipasi ibu Balita<br />

membawa Balita ke Posyandu serta dapat<br />

memperoleh pengalaman yang berharga<br />

untuk meningkatkan pengetahuan dan<br />

ketrampilan dalam melakukan penelitian.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Ismawati,Cahyo Dkk. 2010. Posyandu<br />

(Pos Pelayanan Terpadu) Dan Desa<br />

Siaga. Yogyakarta : Nuha Medika.<br />

Jalaludin. 2010. Promosi Kesehatan Teori<br />

Dan Aplikasi. Jakarta : Fitramaya.<br />

Meilani Niken. 2009. Asuhan Kebidanan<br />

Komunitas. Jakarta : Fitramaya.<br />

Notoatmodjo Soekidjo. 2009. Promosi<br />

Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta:<br />

Rineka Cipta.<br />

.2010. Metodologi Penelitian<br />

Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.<br />

Paudni. 2013. Jumlah Pendidikan di<br />

Indonesia. http: //www.<br />

Paudni.kemdikbud.gp.id/kursus/Dkbs.p<br />

hp?cat:PKM. (diakses 28 februari 2014<br />

pukul :09.00 WIB).<br />

Purwandari Atik. 2011. Ilmu Kesehatan<br />

Masyarakat Dalam Konteks Kebidanan,<br />

Jakarta:Buku Kedokteran EGC<br />

Suharsimi Arikunto. 2010. Prosedur<br />

Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.<br />

Jakarta: Rineka Cipta.<br />

Surya, Dkk. 2007. Kapita Selekta<br />

Kependidikan SD. Jakarta : Universitas<br />

Terbuka.<br />

Eny Retna Ambarwati. 2009. Asuhan<br />

Kebidanan Komunitas. Yogyakarta:<br />

Nuha Medika.<br />

Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Metode<br />

Penelitian Kebidanan dan Teknik<br />

Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.<br />

Idilakbar. 2013. Jumlah Posyandu Di<br />

Indonesiahttp://www.slideshare.net/idila<br />

kbar75/pedoman-baru posyandu.<br />

(diakses 28 pebruari 2014 pukul: 09.30<br />

WIB ).

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!