o_19lg16csfti9gjhug142u1c80a.pdf
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
HUBUNGAN PENGETAHUAN KANKER PAYUDARA DENGAN<br />
PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI PADA<br />
REMAJA PUTRI KELAS XI DI SMK PGRI<br />
Nina Liliani Dewi, Niniek Suharyani, Imaniah Sri Utami<br />
Akademi Kebidanan Wiyata Mitra Husada Nganjuk<br />
lppmwimisada@gmail.com<br />
ABSTRACT<br />
Breast cancer is a common disease in women, the cause is a unhealthy change<br />
lifestyle. Based on data reported distribution of cancer in the sentinel hospital (outpatient) in<br />
East Java by the time continued to increase in 2011 as many as 1,527 cases were reported.<br />
Breast self-examination is the first step in the early detection of breast cancer. Early<br />
detection can reduce the death rate by 25-30%. To prove that the knowledge of breast<br />
cancer tend to have a relationship with the behavior of breast self-examination.<br />
This study is a cross sectional analytic. Samples were taken with a simple random<br />
sampling technique a number of 125 respondents. Independent variable is the knowledge of<br />
breast cancer in adolescent girls of class XI, while the dependent variable is breast selfexamination<br />
behavior in adolescent girls of class XI. Data collection using questionnaire<br />
and checklist. And data analysis with Spearman Rank correlation (Rho) with provision<br />
smaller than α = 0.05.<br />
The results showed that nearly half the students pengetahuanya enough about breast<br />
cancer as much as 41.6%, the majority of students with less breast self-examination<br />
behavior as much as 51.2%. From the results of the Spearman Rank test concluded There is<br />
a relationship between knowledge about breast cancer with breast self-examination behavior<br />
in adolescent girls of class XI.<br />
Based on the above it can be concluded urian the higher the level of knowledge the<br />
students will behave well in breast self-examination, if the student knowledge about breast<br />
cancer is less then the student is lacking in the behavior of breast self-examination and a<br />
class XI student futher enhance and increase knowledge and knowledge seeking<br />
information about breast cancer and breast self-examination behavior.<br />
Keywords: Knowledge of breast cancer, breast self-examination<br />
PENDAHULUAN<br />
Masa remaja merupakan suatu<br />
periode rentan kehidupan manusia yang<br />
sangat kritis karena merupakan tahap<br />
transisi dari masa kanak-kanak kemasa<br />
dewasa. Pada tahap ini sering kali remaja<br />
tidak menyadari bahwa suatu tahap<br />
perkembangan sudah dimulai, namun<br />
yang pasti setiap remaja akan mengalami<br />
suatu perubahan baik fisik, emosional<br />
maupun sosial (Dianawati, 2012: 25).<br />
Pemeriksaan payudara sendiri atau<br />
SADARI merupakan langkah awal<br />
deteksi dini kanker payudara, bila di<br />
lakukan secara rutin seorang wanita bisa<br />
menemukan benjolan atau kemungkinan<br />
kanker payudara secara dini. Deteksi dini<br />
ini dapat menekan angka kematian<br />
sebesar 25-30%. Alangkah baiknya jika<br />
semua wanita melakukan SADARI setiap<br />
bulan dan segera memeriksakan diri ke<br />
dokter bila ada benjolan pada payudara.<br />
SADARI sangat penting di anjurkan<br />
kepada masyarakat untuk menerapkannya.<br />
Sekitar 90% kanker payudara ditemukan<br />
sendiri oleh pasien dan sekitar 5%<br />
ditemukan selama pemeriksaan fisik<br />
untuk alasan lain. Penemuan awal pada<br />
sebagian besar kanker payudara 66%,<br />
berupa massa keras atau kokoh, tidak<br />
lunak, batas tidak tegas. Pada 11% kasus<br />
yang timbul berupa tanda yang timbul
erupa massa dipayudara yang nyeri.<br />
Tanda klinis lain yang bisa terjadi adalah<br />
discharge puting 90%, edema lokal 4%,<br />
retraksi puting 3%. Gejala awal berupa<br />
gatal, nyeri, pembesaran, kemerahan<br />
(Dyayadi, 2009: 1).<br />
Kanker payudara dapat ditemukan<br />
secara dini dengan salah satu cara<br />
pemeriksaan payudara sendiri, kanker<br />
payudara adalah salah satu jenis kanker<br />
yang juga menjadi penyebab kematian<br />
terbesar kaum wanita di dunia termasuk<br />
di Indonesia. Kanker payudara<br />
(Carcinoma Mammae) merupakan salah<br />
satu kanker yang sangat ditakuti oleh<br />
kaum wanita, setelah kanker serviks.<br />
Kanker payudara merupakan suatu<br />
kondisi dimana sel telah kehilangan<br />
pengendalian dan mekanisme normalnya,<br />
sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak<br />
normal, cepat dan tidak terkendali yang<br />
terjadi pada jaringan payudara. Kanker<br />
payudara pada umumnya menyerang pada<br />
kaum wanita, tetapi tidak menutup<br />
kemungkinan menyerang kaum laki-laki<br />
itu sangat kecil yaitu 1:1000 (Mulyani<br />
dan Nuryani, 2013: 27-28).<br />
International Union Against Cancer<br />
pada tahun 2009 menyatakan kanker<br />
merupakan salah satu penyakit yang telah<br />
menjadi masalah kesehatan masyarakat.<br />
Setiap tahun, 12 juta orang di seluruh<br />
dunia menderita kanker dan 7,6 juta di<br />
antaranya meninggal dunia karena kanker.<br />
Jika tidak diambil tindakan pengendalian<br />
yang memadai, pada tahun 2030<br />
diperkirakan 26 juta orang akan menderita<br />
kanker dan 17 juta di antaranya akan<br />
meninggal dunia karena kanker. Kejadian<br />
ini akan terjadi lebih cepat di negara<br />
miskin dan berkembang (Anonim, 2009:<br />
1).<br />
Menurut WHO 8-9 % wanita akan<br />
mengalami kanker payudara. Kanker<br />
payudara sebagai jenis kanker yang paling<br />
banyak ditemui pada wanita. Pada setiap<br />
tahun lebih dari 250.000 kasus baru<br />
kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan<br />
kurang lebih 175.000 di Amerika Serikat.<br />
Sedangkan pada tahun 2000 diperkirakan<br />
1,2 juta wanita terdiagnosis kanker<br />
payudara dan lebih dari 700.000<br />
meninggal karena kanker payudara<br />
(Mulyani dan Nuryani, 2013: 28). Data<br />
terbaru dari American Cancer Society<br />
telah menghitung bahwa di tahun 2013,<br />
terdapat 64.640 kasus kanker payudara.<br />
Sekitar 39.620 wanita meninggal dunia<br />
setiap tahunnya karena kanker payudara.<br />
Setiap tahunnya, di Amerika Serikat<br />
44.000 pasien meninggal karena penyakit<br />
ini sedangkan di Eropa lebih dari 160.000.<br />
setelah menjalani perawatan, sekitar 50 %<br />
pasien mengalami kanker payudara<br />
stadium akhir dan hanya bertahan hidup<br />
18-30 bulan. Kanker payudara sendiri<br />
diharapkan untuk memperhitungkan 30%<br />
(230.480) dari seluruh kasus kanker baru<br />
pada wanita. Sebanyak 1.596.670 kasus<br />
kanker baru dan 571.950 kematian akibat<br />
kanker yang diproyeksikan terjadi di AS<br />
pada 2011 (Anonim, 2013: 1).<br />
Di Indonesia, angka kejadian tertinggi<br />
kanker pada wanita saat ini adalah kanker<br />
payudara, kemudian disusul kanker leher<br />
rahim. Angka kejadian kanker payudara<br />
di Indonesia 26/100.000, yang berarti ada<br />
26 wanita menderita kanker payudara di<br />
setiap 100.000 wanita Indonesia (Anonim,<br />
2013: 1). Di Indonesia belum ada data<br />
statistik yang akurat tentang kanker<br />
payudara, namum data yang terkumpul<br />
dari Rumah Sakit menunjukan bahwa<br />
kanker payudara menduduki peringkat<br />
pertama diantara kanker lainnya pada<br />
wanita. Yayasan Kanker Indonesia pada<br />
tahun 2012 menyatakan bahwa kanker<br />
payudara menempati urutan pertama pada<br />
pasien rawat inap di seluruh RS di<br />
Indonesia (16,85%), disusul kanker leher<br />
rahim (11,78%) (Anonim, 2012: 1 ).<br />
Dinas Kesehatan (DinKes) Provinsi<br />
Jawa Timur pada tahun 2012 didapatkan<br />
estimasi insiden kanker payudara di<br />
Indonesia sebesar 26 per 100.000<br />
perempuan. Berdasarkan data laporan<br />
distribusi penyakit kanker di rumah sakit<br />
sentinel (rawat jalan) se Jawa Timur<br />
berdasarkan waktu terus meningkat pada<br />
tahun 2007 sebanyak 666, tahun 2009
sebanyak 825 sedangkan pada tahun 2011<br />
dilaporkan sebanyak 1.527 kasus. Untuk<br />
distribusi penyakit kanker payudara<br />
(rawat inap) pada tahun 2011 dilaporkan<br />
sebanyak 898 kasus dan 25 orang<br />
diantaranya meninggal dunia (Anonim,<br />
2012: 1). Dari laporan Triwulan I Rawat<br />
Jalan Rumah Sakit Tentara Nasional<br />
Indonesia Angkatan Laut dr. Ramelan<br />
Surabaya pada tahun 2012 didapatkan<br />
data kunjungan pasien yang menderita<br />
neoplasma ganas payudara sebanyak 549<br />
orang. Tingginya tingkat kematian akibat<br />
kanker terutama di Indonesia antara lain<br />
disebabkan karena terbatasnya<br />
pengetahuan masyarakat tentang bahaya<br />
kanker, tanda-tanda dini dari kanker,<br />
faktor-faktor resiko terkena kanker, cara<br />
penanggulangannya secara benar serta<br />
membiasakan diri dengan pola hidup<br />
sehat. Tidak sedikit dari mereka yang<br />
terkena kanker, datang berobat ketempat<br />
yang salah dan baru memeriksakan diri ke<br />
sarana pelayanan kesehatan ketika<br />
stadiumnya sudah lanjut sehingga biaya<br />
pengobatan lebih mahal.<br />
Tingginya angka kematian akibat<br />
kanker payudara disebabkan penderita<br />
kanker payudara datang ke pelayanan<br />
kesehatan dalam stadium inoperable atau<br />
stadium lanjut dan sukar disembuhkan,<br />
padahal pemeriksaan terhadap<br />
kemungkinan adanya gejala kanker secara<br />
dini dapat dilakukan oleh diri sendiri<br />
sehingga dapat dilakukan sewaktu-waktu<br />
dan tanpa biaya. Meskipun belum ada<br />
penyebab spesifik kanker payudara,<br />
hampir 60% wanita yang didiagnosa<br />
kanker payudara tidak mempunyai faktor<br />
risiko yang teridentifikasi. Hal ini<br />
menunjukkan bahwa semua wanita<br />
dianggap berisiko untuk mengalami<br />
kanker payudara selama hidupnya.<br />
Keterlambatan mengetahui bahwa<br />
seorang wanita telah mengidap kanker<br />
payudara hingga stadium lanjut<br />
dikarenakan rendahnya pemahaman<br />
wanita tentang kanker payudara itu<br />
sendiri dan rendahnya kesadaran untuk<br />
melakukan pemeriksaan terhadap<br />
payudaranya. Tingkat pemahaman<br />
masyarakat yang masih rendah dan<br />
adanya mitos-mitos yang keliru tentang<br />
kanker payudara menjadi salah satu faktor<br />
penyebab keterlambatan penanganan<br />
kanker payudara. Pendidikan kesehatan<br />
tentang kanker payudara dan pemeriksaan<br />
payudara sendiri akan menambah<br />
pengetahuan sehingga akan meningkatkan<br />
status kesehatan perempuan.<br />
Deteksi dini merupakan suatu langkah<br />
yang sangat penting untuk mengurangi<br />
tingkat kematian karena kanker payudara.<br />
Deteksi dini ini dapat dilakukan dengan<br />
cara pemeriksaan payudara sendiri, breast<br />
imaging, dan pengujian mammografi.<br />
Hasil penelitian di Amerika menunjukkan<br />
bahwa dengan pengujian mammografi<br />
pada wanita berumur 40 tahun dapat<br />
mengurangi tingkat kematian hingga 30%<br />
sedangkan breast imaging juga dapat<br />
mendiagnosis kista secara akurat sebesar<br />
95% - 99% tetapi tidak secara definitive<br />
menyingkirkan lesi malignan.<br />
Adanya informasi tentang SADARI<br />
serta kanker payudara menjadi motivasi<br />
para wanita untuk menambah<br />
pengetahuan tentang area payudara. Hal<br />
ini menjadi dasar utama untuk menambah<br />
pengetahuan tentang pemeriksaan<br />
payudara. Semakin meningkatnya tingkat<br />
pengetahuan tentang pemeriksaan<br />
payudara sendiri maka akan<br />
mempengaruhi perilaku wanita untuk<br />
menyadari pentingnya pemeriksaan<br />
payudara sendiri untuk mencegah risiko<br />
kanker payudara. Hal tersebut<br />
meningkatkan kesadaran para wanita<br />
khususnya usia dewasa awal untuk<br />
memotivasi diri sendiri mempraktekkan<br />
secara langsung pemeriksaan payudara<br />
sendiri sehingga dapat mengetahui<br />
kondisi payudaranya. Paparan informasi<br />
ini sangat penting karena meningkatkan<br />
pengetahuan remaja putri mengenai<br />
kanker payudara dan bahayanya serta<br />
cara-cara untuk melakukan deteksi dini<br />
terhadap kanker payudara. Informasi ini<br />
dapat diperoleh melalui berbagai media<br />
baik cetak maupun elektronik, sehingga
seseorang yang lebih sering terpapar<br />
media massa (majalah dan internet dan<br />
lain-lain) akan memperoleh informasi<br />
yang lebih banyak dibandingkan dengan<br />
orang yang tidak pernah terpapar<br />
informasi media. Media internet<br />
merupakan salah satu media yang<br />
menyediakan berbagai macam informasi<br />
dan dapat diakses oleh siapa saja. Ini<br />
berarti paparan media massa sebagai<br />
sumber informasi mempengaruhi tingkat<br />
pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.<br />
Selain itu pengetahuan juga di pengaruhi<br />
oleh ekonomi, pengalaman, serta usia.<br />
Rendahnya pengetahuan yang dimiliki<br />
oleh remaja khususnya tentang kanker<br />
payudara dan pemeriksaan payudara<br />
sendiri membawa dampak yang tidak baik<br />
bagi remaja itu sendiri. Hal-hal tersebut di<br />
atas menunjukkan pentingnya pendidikan<br />
untuk mencegah terjadinya masalah<br />
kanker payudara. Ada pun pendidikan<br />
kesehatan tentang kanker di Indonesia<br />
umumnya dilakukan dalam bentuk<br />
penyuluhan oleh lembaga-lembaga di luar<br />
sekolah, seperti Yayasan Kanker<br />
Indonesia. Selain itu peran serta orang tua<br />
juga mempengaruhi tingkat pengetahuan<br />
remaja tentang kesehatan reproduksi<br />
seperti kanker payudara. Penelitian<br />
menunjukkan bahwa remaja di negaranegara<br />
berkembang sangat membutuhkan<br />
pendidikan kesehatan tentang kanker<br />
payudara. Remaja yang berada di tingkat<br />
awal sekolah menengah mempunyai<br />
risiko terjadinya kanker payudara,<br />
sehingga untuk menghadapi permasalahan<br />
pada kesehatan seperti kanker payudara<br />
pada remaja, diperlukan penyuluhan di<br />
sekolah utamanya pada tingkatan SMA.<br />
Dengan adanya pendidikan, diharapkan<br />
masalah-masalah tersebut dapat dicegah.<br />
Tujuan memberikan pengetahuan dan<br />
menerapkan pemeriksaan payudara<br />
sendiri pada remaja adalah untuk<br />
membantu remaja agar memahami dan<br />
menyadari ilmu tersebut, sehingga<br />
memiliki sikap dan perilaku sehat dan<br />
tentu saja bertanggung jawab kaitannya<br />
dengan masalah kesehatan seperti kanker<br />
payudara. Upaya yang dilakukan adalah<br />
melalui advokasi, promosi, KIE,<br />
konseling dan pelayanan kepada remaja<br />
yang memiliki permasalahan khusus serta<br />
pemberian dukungan kepada kegiatan<br />
remaja yang bersifat positif (Widyastuti,<br />
2009: 5).<br />
Berdasarkan studi pendahuluan yang<br />
dilakukan pada tanggal 15 April 2014 di<br />
SMK PGRI 2 Kertosono, di dapatkan data<br />
dari 15 remaja putri, terdapat 5 siswa<br />
(33,3%) mempunyai pengetahuan yang<br />
baik tentang kanker payudara dan<br />
pemeriksaan payudara sendiri, 6 siswa<br />
(40%) mempunyai pengetahuan yang<br />
cukup tentang kanker payudara dan<br />
pemeriksaan payudara sendiri, 4 siswa<br />
(26,7%) mempunyai pengetahuan yang<br />
kurang tentang kanker payudara dan<br />
perilaku pemeriksaan payudara sendiri.<br />
Rendahnya pengetahuan remaja putri<br />
tentang perilaku pemeriksaan payudara<br />
sendiri pada remaja ini di pengaruhi oleh<br />
informasi yang jarang bahkan belum<br />
pernah di dapatkannya dari sekolah<br />
maupun forum yang lain. Berdasarkan<br />
hasil studi pendahuluan yang dilakukan di<br />
SMK PGRI 2 Kertosono 5 orang remaja<br />
putri diantaranya memiliki pengetahuan<br />
baik tentang pengertian dan manfaat<br />
pemeriksaan payudara sendiri atau<br />
SADARI sehingga mereka selalu<br />
memotivasi remaja lain untuk aktif<br />
berpartisipasi melakukan deteksi dini<br />
dengan cara pemeriksaan payudara sendiri<br />
atau SADARI.<br />
Berdasarkan latar belakang diatas<br />
peneliti tertarik untuk meneliti hubungan<br />
kanker payudara dengan pemeriksaan<br />
payudara sendiri pada remaja putri kelas<br />
XI di SMK PGRI 2 Kertosono tahun 2014.<br />
METODE PENELITIAN<br />
Pada penelitian ini peneliti<br />
menggunakan jenis penelitian analitik<br />
korelasi, yang bertujuan untuk<br />
menganalisa hubungan pengetahuan<br />
tentang kanker payudara dengan perilaku<br />
pemeriksaan payudara sendiri pada
emaja putri kelas XI di SMK PGRI 2<br />
Kertosono Kecamatan Kertosono<br />
Kabupaten Nganjuk Tahun 2014.<br />
Rancangan dalam penelitian ini adalah<br />
rancangan cross sectional. Populasi dalam<br />
penelitian ini adalah semua siswi remaja<br />
putri kelas XI SMK PGRI 2 Kertosono<br />
Kecamatan Kertosono, Kabupaten<br />
Nganjuk, Tahun 2014 Sejumlah 180 siswi.<br />
Besar sampel dalam penelitian ini di<br />
hitung dengan rumus Solvin dan<br />
didapatkan sejumlah 125 siswi dengan<br />
menggunakan teknik simple random<br />
sampling. Setelah data terkumpul melalui<br />
kuesioner, kemudian dilakukan tabulasi<br />
untuk mengetahui adakah hubungan<br />
pengetahuan tentang kanker payudara<br />
dengan perilaku pemeriksaan payudara<br />
sendiri pada remaja putri kelas XI di<br />
SMK PGRI 2 Kertosono dengan<br />
menggunakan uji Spearman Rank.<br />
HASIL PENELITIAN DAN<br />
PEMBAHASAN<br />
Hasil Penelitian<br />
Distribusi responden yang dalam hal<br />
ini adalah remaja putri kelas XI SMK<br />
PGRI 2 Kertosono, berdasarkan<br />
pengetahuan tentang kanker payudara.<br />
Berdasarkan dari hasil penelitian<br />
diperoleh hasil bahwa hampir setengah<br />
responden yang memiliki pengetahuan<br />
tentang kanker payudara cukup yaitu<br />
sebanyak 52 siswi (41,6%). Data tersebut<br />
dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini:<br />
Tabel 1: Tingkat Pengetahuan tentang<br />
Kanker Payudara pada Siswi Kelas XI<br />
SMK PGRI 2 Kertosono Kecamatan<br />
Kertosono Kabupaten Nganjuk<br />
Tingkat Jumlah Prosentase<br />
Pengetahuan<br />
Baik<br />
Cukup<br />
Kurang<br />
26<br />
52<br />
47<br />
(%)<br />
20,8<br />
41,6<br />
37,6<br />
Total 125 100<br />
Sumber: Data Primer, Juni 2014<br />
PGRI 2 Kertosono, berdasarkan perilaku<br />
pemeriksaan payudara sendiri<br />
Berdasarkan dari hasil penelitian<br />
diperoleh hasil bahwa sebagian besar<br />
responden yang memiliki perilaku<br />
pemeriksaan payudara sendiri kurang<br />
yaitu sebanyak 64 siswi (51,2%). Data<br />
tersebut dapat dilihat pada tabel 2<br />
dibawah ini:<br />
Tabel 2: Jumlah Perilaku Pemeriksaan<br />
Payudara Sendiri pada Siswi Kelas XI<br />
SMK PGRI 2 Kertosono Kecamatan<br />
Kertosono Kabupaten Nganjuk<br />
Tingkat Jumlah Prosentase<br />
Perilaku<br />
Baik<br />
Cukup<br />
Kurang<br />
15<br />
46<br />
64<br />
(%)<br />
12,0<br />
36,6<br />
51,2<br />
Total 125 100<br />
Sumber: Data Primer, Juni 2014<br />
Berdasarkan hasil uji Spearman Rank<br />
dengan menggunakan SPSS 16<br />
didapatkan nilai sig 0,000, dimana hasil<br />
tersebut lebih kecil dari pada ketetapan α<br />
= 0,05. Hal ini menunjukan bahwa H0<br />
ditolak, sehingga terdapat hubungan<br />
pengetahuan kanker payudara dengan<br />
perilaku pemeriksaan payudara sendiri<br />
pada remaja putri kelas XI SMK PGRI 2<br />
Kertosono Kecamatan Kertosono<br />
Kabupaten Nganjuk. Dari tabel<br />
Nonparametric Correlations diketahui<br />
nilai Correlation Coefficientnya yaitu<br />
0,723, sehingga kekuatan hubungan<br />
pengetahuan tentang kanker payudara<br />
dengan perilaku pemeriksaan payudara<br />
sendiri pada remaja putri kelas XI SMK<br />
PGRI 2 Kertosono Kecamatan Kertosono<br />
Kabupaten Nganjuk adalah kuat. Data<br />
tersebut dapat dilihat pada tabel 3<br />
Nonparametric Correlations dibawah ini:<br />
Distribusi responden yang dalam hal<br />
ini adalah remaja putri kelas XI SMK
Correlations<br />
Spearman's Pengetahuan tentang Correlation Coefficient<br />
Rank kanker payudara Sig. (2-tailed)<br />
N<br />
Perilaku pemeriksaan Correlation Coefficient<br />
payudara sendiri Sig. (2-tailed)<br />
N<br />
Pengetahuan Perilaku<br />
tentang kanker pemeriksaan<br />
payudara payudara sendiri<br />
1,000 ,723**<br />
, ,000<br />
125 125<br />
,723** 1,000<br />
,000 ,<br />
125 125<br />
**. Correlation is significant at the .01 level (2-tailed).<br />
Pembahasan<br />
Berdasarkan hasil penelitian yang<br />
dilakukan pada siswi kelas XI SMK PGRI<br />
2 Kertosono Kecamatan Kertosono<br />
Kabupaten Nganjuk dapat diperoleh hasil<br />
hampir setengah siswi pengetahuan cukup<br />
tentang kanker payudara sebanyak 52<br />
siswi (41,6%). Hal ini dapat dihubungkan<br />
dengan faktor umur, dimana siswi<br />
sebagian besar berumur 17 tahun yaitu<br />
sebanyak 80 siswi (64 %), dimana umur<br />
17 tahun adalah umur yang normal untuk<br />
mengaplikasikan dan menerapkan<br />
perilaku pemeriksaan payudara sendiri.<br />
Pengetahuan adalah merupakan hasil<br />
“tahu” dan ini terjadi setelah orang<br />
melakukan penginderaan terhadap suatu<br />
objek tertentu. Penginderaan terjadi<br />
melalui panca indera manusia, yakni :<br />
indera penglihatan, pendengaran,<br />
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar<br />
pengetahuan manusia diperoleh melalui<br />
mata dan telinga (Notoatmodjo, 2010 :<br />
27). Pada masa remaja sudah seharusnya<br />
para remaja putri mulai memperhatikan<br />
perubahan yang ada pada dirinya, juga<br />
halnya dengan payudara dan<br />
kesehatannya. Maka tidak aneh jika orang<br />
yang pertama paling mungkin<br />
menemukan benjolan pada payudara<br />
adalah kita sendiri (Anonim, 2013: 19).<br />
Umur mempengaruhi pengetahuan<br />
seseorang, semakin cukup umur<br />
seseorang semakin matang juga dalam<br />
berpikir dan bekerja, sehingga sebagai<br />
responden yang berusia lebih dewasa<br />
akan lebih matang dalam berpikir dan<br />
mengambil keputusan karena pengalaman<br />
hidup yang dialaminya. Sebaliknya,<br />
responden yang berumur lebih muda<br />
belum bisa terlalu matang dan terbatas<br />
dalam berpikir sehingga berpengaruh<br />
terhadap setiap keputusan yang diambil<br />
(Widyastuti, 2009: 11-12).<br />
Bersadarkan paparan diatas semakin<br />
cukup umur seseorang semakin matang<br />
juga dalam berpikir dan bekerja, sehingga<br />
sebagai responden yang berusia lebih<br />
dewasa akan lebih matang dalam berpikir<br />
dan mengambil keputusan karena<br />
pengalaman hidup yang dialaminya.<br />
Selain itu juga informasi dapat menunjang<br />
pengetahuan tentang kanker payudara,<br />
informasi tersebut dapat diperoleh dari<br />
guru, lingkungan, teman sebaya, keluarga,<br />
orangtua, lembaga Yayasan Kanker<br />
Indonesia (YKI), dan media sosial lainnya,<br />
misalnya saja internet, majalah, tabloid<br />
yang saat ini membuat kita mudah dalam<br />
mencari informasi. Sehingga siswi dapat<br />
memperoleh informasi dan pengetahuan<br />
tentang kanker payudara semakin luas.<br />
Karena pengetahuan tentang kanker<br />
payudara sangat penting pada usia remaja<br />
dalam menerapkan perilaku pemeriksaan<br />
payudara sendiri agar sedini mungkin<br />
kanker payudara dapat terdeteksi.<br />
Berdasarkan hasil penelitian yang<br />
dilakukan pada siswi kelas XI SMK PGRI<br />
2 Kertosono Kecamatan Kertosono<br />
Kabupaten Nganjuk dapat diperoleh hasil<br />
sebagian besar remaja putri perilaku<br />
kurang dalam pemeriksaan payudara<br />
sendiri sebanyak 64 siswi (51,2%), Hal<br />
ini dapat dihubungkan dengan<br />
pengetahuan responden sebagian kecil<br />
pengetahuan baik sebanyak 26 siswi<br />
(20,8%).<br />
Perilaku adalah respon individu<br />
terhadap suatu stimulus atau suatu<br />
tindakan yang dapat diamati dan<br />
mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan<br />
tujuan baik disadari maupun tidak.<br />
Perilaku merupakan kumpulan berbagai<br />
faktor yang saling berinteraksi. Sering<br />
tidak disadari bahwa interaksi tersebut<br />
sangat kompleks sehingga kadang-kadang<br />
kita tidak sempat memikirkan penyebab<br />
seseorang menerapkan perilaku tertentu.<br />
Karena itu amat penting untuk dapat
menelaah alas an dibalik perilaku individu,<br />
sebelum ia mampu mengubah perilaku<br />
tersebut (Wawan, 2011: 48). Sedangkan<br />
pemeriksaan payudara sendiri adalah<br />
pemeriksaan payudara sendiri atau<br />
SADARI merupakan langkah awal<br />
deteksi dini kanker payudara, bila di<br />
lakukan secara rutin seorang wanita bisa<br />
menemukan benjolan atau kemungkinan<br />
kanker payudara secara dini. Pemeriksaan<br />
payudara sendiri (SADARI) adalah<br />
pemeriksaan payudara sendiri untuk dapat<br />
menemukan benjolan abnormal.<br />
Pemeriksaan ini dapat dilakukan sendiri<br />
tanpa harus pergi kepetugas kesehatan<br />
dan tanpa harus mengeluarkan biaya<br />
(Mulyani dan Nuryani, 2013: 64-75).<br />
Berdasarkan uraian diatas semakin<br />
tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki<br />
oleh seseorang maka akan mempengaruhi<br />
setiap tindakan atau perilaku yang akan<br />
dilakukan. Dengan kata lain apabila<br />
seseorang memiliki pengetahuan yang<br />
baik tentang kanker payudara maka akan<br />
terbentuk perilaku yang baik terhadap<br />
pemeriksaan payudara sendiri tersebut.<br />
Pengetahuan atau kognitif yang<br />
merupakan domain yang sangat penting<br />
untuk terbentuknya tindakan seseorang.<br />
Karena dari pengalaman dan penelitian<br />
ternyata perilaku yang didasari oleh<br />
pengetahuan akan lebih langgeng<br />
dibandingkan dengan perilaku yang tidak<br />
didasari oleh pengetahuan. Dengan<br />
demikian peran keluarga dapat<br />
memberikan informasi tentang<br />
pemeriksaan payudara sendiri sehingga<br />
memberi pengetahuan untuk putrinya<br />
dalam menerapkan perilaku pemeriksaan<br />
payudara sendiri supaya remaja tersebut<br />
lebih percaya diri dan tidak tabu dengan<br />
perilaku pemeriksaan payudara sendiri.<br />
Dengan adanya hal seperti itu maka<br />
diharapkan remaja putri lebih baik dalam<br />
melakukan pemeriksaan payudara sendiri<br />
sehingga lebih dini untuk mendeteksi<br />
adanya kanker payudara.<br />
Berdasarkan hasil penelitian yang<br />
dilakukan menunjukan jumlah<br />
pengetahuan tentang kanker payudara<br />
dengan perilaku pemeriksaan payudara<br />
sendiri pada remaja putri kelas XI SMK<br />
PGRI 2 Kertosono Kecamatan Kertosono<br />
Kabupaten Nganjuk diperoleh hasil<br />
bahwa hampir setengah pengetahuan<br />
tentang kanker payudara cukup sebanyak<br />
52 siswi (41,6%) dan sebagian besar<br />
perilaku pemeriksaan payudara sendiri<br />
kurang sebanyak 64 siswi (51,2%). Hal ini<br />
bisa disebabkan karena adanya tingkat usia<br />
yang masih labil, dimana responden<br />
berumur 17 tahun yaitu sebanyak 81 siswi<br />
(64,8%) yang menyebabkan proses<br />
berpikirnya kurang rasional dalam<br />
menentukan tindakan yang akan dilakukan,<br />
dan bisa juga disebabkan dengan<br />
pengetahuan responden sebagian kecil<br />
pengetahuan baik sebanyak 26 siswi<br />
(20,8%).<br />
Berdasarkan hasil penelitian diketahui<br />
bahwa ada hubungan antara variabel<br />
tingkat pengetahuan tentang kanker<br />
payudara dengan perilaku pemeriksaan<br />
payudara sendiri pada remaja putri kelas<br />
XI SMK PGRI 2 Kertosono Kecamatan<br />
Kertosono Kabupaten Nganjuk.<br />
Hubungan tersebut dapat dilihat dari hasil<br />
analisa uji Spearman Rank didapatkan<br />
nilai sig 0,000, dimana hasil tersebut lebih<br />
kecil daripada ketetapan α = 0,05. Hal<br />
ini menunjukan bahwa H0 ditolak,<br />
sehingga terdapat hubungan pengetahuan<br />
kanker payudara dengan perilaku<br />
pemeriksaan payudara sendiri pada<br />
remaja putri kelas XI SMK PGRI 2<br />
Kertosono.<br />
Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan<br />
pemeriksaan payudara sendiri yang<br />
kurang, sehingga banyak siswi yang<br />
masih belum bisa melakukan pemeriksaan<br />
payudara sendiri dengan benar. Selain itu<br />
yang harus diketahui seputar pendidikan<br />
adalah bimbingan yang diberikan<br />
seseorang terhadap perkembangan orang<br />
lain menuju kearah cita-cita tertentu yang<br />
menentukan manusia untuk berbuat dan<br />
mengisi kehidupan untuk mencapai<br />
keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan<br />
diperlukan untuk mendapat informasi<br />
misalnya hal-hal yang menunjang
kesehatan sehingga dapat meningkatkan<br />
kualitas hidup, misalnya seseorang dapat<br />
mengetahui tentang kanker payudara serta<br />
pemeriksaan payudara sendiri pada<br />
remaja putri (Wawan, 2011: 16). Oleh<br />
karena itu, pendidikan disarankan untuk<br />
diterapkan bagi remaja putri sejak<br />
mereka mendapatkan pendidikan<br />
disekolah. Pendidikan juga sebagai salah<br />
satu upaya untuk menambah pengetahuan<br />
tentang kanker payudara sehingga<br />
perilaku pemeriksaan payudara sendiri<br />
baik. Selanjutnya remaja putri juga harus<br />
mengetahui hal apa saja yang menjadi<br />
tanda gejala dari kanker payudara dan<br />
pemeriksaan payudara sendiri.<br />
Perilaku adalah respon individu<br />
terhadap suatu stimulus atau suatu<br />
tindakan yang dapat diamati dan<br />
mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan<br />
tujuan baik disadari maupun tidak<br />
(Wawan, 2011: 48). Dan ada beberapa<br />
faktor yang mempengaruhi perilaku<br />
misalnya saja kebutuhan. Selain itu ada<br />
juga Dorongan/ motovasi adalah<br />
Kebutuhan dasar manusia merupakan<br />
sumber kekuatan yang mendorong<br />
menuju kearah tujuan tertentu secara<br />
disadari maupun tidak disadari. Dorongan<br />
penggerak ini disebut motivasi. Motivasi<br />
bisa timbul dalam diri individu atau dari<br />
lingkungan. Misalnya karena ingin pandai<br />
seseorang mempunyai motivasi untuk<br />
belajar dengan giat sehingga perilaku<br />
tersebut menunjukan motif belajar yang<br />
tinggi (Supiyati dan Ambarwati, 2012:<br />
94-95).<br />
Berdasarkan hasil penelitian semakin<br />
tinggi tingkat pengetahuan remaja putri<br />
baik maka remaja putri akan berperilaku<br />
baik dalam pemeriksaan payudara sendiri,<br />
jika pengetahuan remaja putri tentang<br />
kanker payudara kurang maka remaja<br />
putri tersebut kurang dalam perilaku<br />
pemeriksaan payudara sendiri.<br />
KESIMPULAN DAN SARAN<br />
Berdasarkan hasil yang terkumpul<br />
maka dapat disimpulkan bahwa:<br />
Berdasarkan pengetahuannya, hampir<br />
setengah siswi pengetahuanya cukup<br />
tentang kanker payudara sebanyak 41,6%<br />
di SMK. Berdasarkan perilaku, sebagian<br />
besar siswi perilaku pemeriksaan<br />
payudara sendiri kurang sebanyak 51,2%.<br />
Berdasarkan hasil penelitian<br />
menggunakan analisa uji Spearman Rank<br />
menunjukan bahwa ada hubungan antara<br />
pengetahuan tentang kanker payudara<br />
dengan perilaku pemeriksaan payudara<br />
sendiri pada remaja putri kelas XI di<br />
SMK PGRI 2 Kertosono Kecamatan<br />
Kertosono Kabupaten Nganjuk dan<br />
kekuatan hubungan adalah kuat.<br />
Hasil penelitian ini dapat menjadi<br />
pengalaman yang berharga untuk<br />
meningkatkan pengetahuan dan<br />
kemampuan dalam melakukan penelitian.<br />
DAFTAR PUSTAKA<br />
Anonim. 2013. Tingkat Pengetahuan<br />
Pemeriksaan Payudara<br />
Sendiri Pada Remaja Putri.<br />
http://digilib.unimus.ac.id/file<br />
s/disk1/112/jtptunimus-gdlputriyanot-5569-2-bab1.<strong>pdf</strong><br />
(diakses 2 Mei 2014).<br />
_______. 2013. Laporan Kanker<br />
Payudara.<br />
http://dinkes.jatimprov.go.id/<br />
userimage/laporan%20hari%2<br />
0kanker%2013.<strong>pdf</strong>. (diakses<br />
12 Mei 2014)<br />
_______. 2012. Deteksi Dini Kanker<br />
Payudara dan Kanker Servik.<br />
http://www.setkab.go.id/nusan<br />
tara-10602-pemerintahtargetkan-80-perempuandapat-deteksi-dini-kanker-
payudara-dan-kanker-serviks.<br />
html. (diakses 13 Mei 2014)<br />
_______. 2009. Kanker Payudara. http://<br />
nonigenetic.com/blog/keywor<br />
d/kanker-payudara-tahitiannoni-juice/.<br />
(diakses 13 Mei<br />
2014)<br />
Dianawati, Ajeng. 2005. Pendidikan Seks<br />
Untuk Remaja. Kawan<br />
Pustaka: Jakarta<br />
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.<br />
2012. Kegiatan<br />
Penanggulangan Kanker.<br />
http://dinkes.jatimprov.go.id/u<br />
serimage/dokumen/kegiatan%<br />
20penanggulangan%20kanker<br />
%20di%20jawa%20timur.<strong>pdf</strong>.<br />
(diakses 13 Mei 2014)<br />
Dyayadi. 2009. Kanker Payudara.<br />
Digilib.unimus.ac.id/downloa<br />
d.php?id=5468. (diakses 2<br />
Mei 2014).<br />
Mulyani, Nina Siti dan Nuryani. 2013.<br />
Kanker Payudara dan PMS<br />
pada Kehamilan. Yogyakarta:<br />
nuha Medika.<br />
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi<br />
Penelitian Kesehatan. Jakarta:<br />
Rineka<br />
Supiyati dan Ambarwati. 2012. Promosi<br />
Kesehatan Dalam Praktik<br />
Ilmu Kebidanan. Yogyakarta:<br />
Pustaka Rihama.<br />
Wawan, dan M. Dewi. 2011. Teori dan<br />
Pengukuran Pengetahuan,<br />
Sikap dan Perilaku Manusia.<br />
Yogjakarta: Nuha Medika<br />
Widyastuti. 2009. Kesehatan Reproduksi.<br />
Jakarta : Fitramaya.