17.05.2015 Views

o_19lfo570g1nmsbr6cv1qgfp8ra.pdf

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU PADA BAYI USIA<br />

2 – 7 HARI DENGAN KEJADIAN IKTERUS FISIOLOGIS<br />

Erika Widyawati, Niniek Suharyani, FX. Bhakti Hendra Kusuma<br />

Akademi Kebidanan Wiyata Mitra Husada Nganjuk<br />

lppmwimisada@gmail.com<br />

ABSTRACT<br />

Jaundice is a disease that is often encountered. The thing to do is to start<br />

breastfeeding immediately after birth and fed as often as possible without being limited.<br />

Milk first came out (colostrum) may help the baby to pass meconium and bilirubin is<br />

excreted through the feces. So yellow colostrum prevents baby. The study was conductedin<br />

the Work Area Health Center KertosonoNganjuk. The purpose of this study was to<br />

determine the relationship of breastfeeding with the incidence of jaundice.<br />

This research is analytic. Cross-sectional study design. The population of infants<br />

aged 2-7 days with 30 samples. Method of sampling with simple non-random sampling<br />

method. The independent variables are granting Mother's Milk, The dependent variable was<br />

the incidence of jaundice. The data was collected using a questionnaire.<br />

The result showed 23 respondents (76.7%) breast-feeding did not occur and jaundice,<br />

7 respondents (23.3%) who did not give breast milk and suffered from jaundice. The results<br />

of the analysis obtained using the chi square test p


pelayanan yang tidak adekuat pada bayi<br />

baru lahir dapat menyebabkan<br />

meningginya angka kematian pada bayi.<br />

Pemberian nutrisi yang baik akan<br />

membantu turunnya angka kematian bayi<br />

karena jika bayi tidak mendapat nutrisi<br />

yang cukup setelah lahir maka akan<br />

menyebabkan berbagai masalah.<br />

Tuhan telah menciptakan manusia<br />

yang sempurna. Terlebih lagi seorang<br />

perempuan yang pada akhirnya akan<br />

menjadi seorang ibu. Seorang ibu<br />

memberikan limpahan kasih sayang<br />

kepada anaknya melalui pemberian ASI<br />

sejak hari pertama kelahiran. Pada saat ini<br />

anak sangat membutuhkan nutrisi lengkap<br />

guna tumbuh kembangnya.<br />

Menurut World Health<br />

Organization (WHO) Tahun 2007<br />

pemenuhan kebutuhan gizi bayi 0-6 bulan<br />

mutlak diperoleh melalui ASI bagi bayi<br />

dengan ASI eksklusif. Berdasarkan hal ini<br />

maka upaya perbaikan gizi bayi 0-6 bulan<br />

dilakukan melalui perbaikan gizi ibu<br />

sebelum dan pada masa pemberian ASI<br />

eksklusif. Selain itu Bank Dunia (World<br />

Bank) Tahun 2009 mengemukakan bahwa<br />

upaya perbaikan gizi bayi 0-6 bulan<br />

didasarkan bahwa gizi kurang berdampak<br />

terhadap penurunan pertumbuhan fisik,<br />

perkembangan dan kecerdasan otak.<br />

Di negara berkembang, lebih dari<br />

sepuluh juta Balita meninggal dunia<br />

pertahun, 2/3 dari kematian tersebut<br />

terkait dengan masalah gizi yang<br />

sebenarnya dapat dihindarkan.Penelitian<br />

di 42 negara berkembang menunjukkan<br />

bahwa pemberian ASI secara eksklusif<br />

selama enam bulan merupakan intervensi<br />

kesehatan masyarakat yang mempunyai<br />

dampak positif terbesar untuk<br />

menurunkan angka kematian Balita, yaitu<br />

sekitar 13%.<br />

ASI Eksklusif adalah pemberian<br />

ASI sedini mungkin setelah lahir sampai<br />

bayi berumur 6 bulan tanpa pemberian<br />

makanan lain. ASI selain terdiri atas<br />

berbagai unsur zat gizi, faktor<br />

perkembangan, faktor kekebalan, hormon,<br />

faktor pertumbuhan dan faktor alergi juga<br />

enzim yang sangat proporsi sesuai dengan<br />

kebutuhan bayi serta memiliki sistem<br />

pengaman secara otomatis terhadap<br />

bayi.Tapi kenyataannya pemberian ASI<br />

eksklusif di masyarakat belum dapat<br />

dilaksanakan secara maksimal. Hanya<br />

sebagian kecil dari masyarakat yang mau<br />

dan mampu menerapkan upaya pemberian<br />

ASI Eksklusif sebagai satu-satunya<br />

makanan bayi usia 0-6 bulan. Apabila<br />

pelaksanaan upaya pemberian ASI<br />

eksklusif tidak berjalan sesuai target maka<br />

akan berdampak pada kesehatan bayi.<br />

Bayi akan rentan terhadap berbagai<br />

macam penyakit infeksi.<br />

ASI Eksklusif sangat penting<br />

sekali bagi bayi usia 0-6 bulan karena<br />

semua kandungan gizi ada pada ASI yang<br />

berguna untuk membangun dan<br />

menyediakan energi dalam susunan yang<br />

diberikan,tidak ada makanan lain bagi<br />

bayi baru lahir yang dapat disamakan<br />

dengan ASI.<br />

Pemberian ASI hendaknya<br />

secepatnya. Susu awal yang diproduksi<br />

oleh ibu yang baru melahirkan dalam<br />

waktu 24 jam pertama setelah melahirkan<br />

disebut Kolostrum yaitu cairan kental<br />

berwarna kekuningan yang mengandung<br />

lebih banyak antibodi, protein, mineral<br />

dan vitamin A. Pemberian ASI tidak<br />

dibatasi dapat diberikan setiap saat.<br />

Air Susu Ibu ( ASI ) merupakan<br />

makanan utama yang sangat dibutuhkan<br />

dan cocok untuk bayi, tidak ada makanan<br />

lainnya yang mampu menyaingi<br />

kandungan gizinya. ASI mengandung<br />

protein, lemak, gula dan kalsium.Dalam<br />

ASI juga terdapat zat – zat yang disebut<br />

antibodi yang dapat melindungi bayi dari<br />

serangan penyakit selama ibu menyusui.<br />

Bayi yang senantiasa mengkonsumsi ASI<br />

jarang mengalami sakit. Pertumbuhan dan<br />

perkembangan bayi pun berlangsung<br />

dengan baik berkat ASI.<br />

ASI mampu memberikan<br />

perlindungan baik secara aktif maupun<br />

secara pasif.Pemberian ASI sangat<br />

dianjurkan, terlebih saat 4 bulan pertama.


Banyak keunggulan ASI yang penting<br />

untuk ibu menyusui.Keunggulan ASI ini<br />

memacu agar ibu menyusui lebih<br />

bersemangat dalam memberikan ASI pada<br />

bayinya.<br />

Makanan lain termasuk air dapat<br />

membuat bayi sakit dan menurunkan<br />

persediaan ASI ibu, karena ibu<br />

memproduksi ASI tergantung seberapa<br />

banyak ASI dihisap oleh bayi. Bila<br />

minuman lain atau air diberikan, bayi<br />

tidak akan merasa lapar sehingga ia tidak<br />

akan menghisap.<br />

Menyusui yang terbaik untuk bayi<br />

karena ASI mudah dicerna dan<br />

memberikan gizi dalam jumlah yang<br />

cukup untuk kebutuhan bayi.Supaya ASI<br />

yang diproduksi bagus maka seorang ibu<br />

harus sehat dan tercukupi kebutuhan<br />

gizinya setiap hari mulai sejak masa<br />

kehamilan.Semua ibu dapat menyusui<br />

bayinya asalkan yakin dan mampu.<br />

ASI melindungi bayi dari berbagai<br />

penyakit dan infeksi, membantu<br />

mencegah alergi makanan.Memiliki anak<br />

yang sehat, kuat dan cerdas adalah<br />

dambaan setiap orang tua. Kunci untuk<br />

mendapatkan anak sehat, kuat dan cerdas<br />

adalah pemberian ASI saja yang optimal<br />

mulai bayi lahir sampai 6 bulan dan<br />

dilanjutkan sampai 2 tahun dengan<br />

ditambah makanan pendamping ASI<br />

sehingga kejadian ikterus pada bayi tidak<br />

akan dialami oleh bayi.<br />

Dengan seringnya bayi menyusu kepada<br />

ibu, maka produksi ASI juga akan<br />

semakin bertambah. Karena produksi ASI<br />

yang lama sudah disusukan kepada bayi,<br />

sehingga merangsang produksi ASI yang<br />

baru dan lebih banyak. Selain itu untuk<br />

menghindari penyumbatan duktus<br />

laktiferus di payudara sebaiknya sesering<br />

mungkin bayi disusui.Jarak menyusui<br />

bayi setiap 3 jam. Alasannya karena<br />

lambung bayi akan kosong setelah waktu<br />

3 jam setelah menyusu.<br />

Menurut ahli kesehatan,bayi pada<br />

usia 0-6 bulan sudah terpenuhi gizinya<br />

dengan ASI saja,tetapi banyak ibu<br />

menghadapi masalah untuk memberikan<br />

ASI Eksklusif masalah yang timbul<br />

disebabkan ibu bekerja. Diberikan<br />

makanantambahan yang belum<br />

waktunyadan ibu terpengaruh promosi<br />

susu formula, sehingga pelaksanaan ASI<br />

Eksklusif tidak bisa<br />

terlaksanakan.Padahal dampak bila bayi<br />

tidak diberikan ASIeksklusif dapat<br />

menurunkan berat badan bayi,bayi juga<br />

akan mudah sakit karena tidak dapat zat<br />

immunoglobulin yang terkandung dalam<br />

kolostrum. Pemberian susu formula pada<br />

bayi baru lahir bisa menyebabkan alergi<br />

karena merangsang aktivasi system IgE<br />

yang pada bayi baru lahir belum<br />

sempurna, sedangkan dalam jangka<br />

panjang anak akan mudah kekurangan<br />

gizi dan obesitas.<br />

ASI merupakan makanan pertama,<br />

utama dan terbaik bagi bayi, yang bersifat<br />

alamiah. ASI mengandung berbagai zat<br />

gizi yang dbutuhkan dalam proses<br />

pertumbuhan dan perkembangan bayi.<br />

Terkait itu, ada suatu hal yang perlu di<br />

sayangkan, yakni rendahnya pemahaman<br />

ibu, keluarga dan masyarakat mengenai<br />

pentingnya ASI bagi bayi.<br />

Kurangnya pengetahuan ibu<br />

tentang pentingnya ASI, di pengaruhi<br />

oleh promosi produk- produk makanan<br />

tambahan dan susu formula. Kemajuan<br />

teknologi dan canggihnya komunikasi<br />

serta gencarnya promosi susu formula<br />

sebagai pengganti ASI, membuat<br />

masyarakat kurang mempercayai<br />

kehebatan ASI, sehingga<br />

akhirnyamemilih susu formula. Bagi ibu<br />

yang aktif bekerja, upaya pemberian ASI<br />

mengalami hambatan.<br />

Berdasarkan hasil Survey Demografi<br />

Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007,<br />

hanya 3,7 % bayi yang memperoleh ASI<br />

pada hari pertama, sedangkan pemberian<br />

pemberian ASI pada usia 2 bulan pertama<br />

64%, yang kemudian menurun pada<br />

periode berikutnya umur 3 bulan 45,5 %,<br />

pada usia 4-5 bulan 13,9% dan umur 6-7<br />

bulan 7,8 %. Sementara itu ada<br />

peningkatan penggunaan Pengganti Air<br />

Susu Ibu (PASI) yang biasa disebut susu


formula tiga kali lipat dalam kurun waktu<br />

2005 dari 10,8% menjadi 32,4 % pada<br />

tahun 2007, hal ini mungkin diakibatkan<br />

kurangnya pemahaman, dukungan<br />

keluarga dan lingkungan akan pemberian<br />

ASI secara eksklusif.<br />

Sedangkan untuk daerah Jawa<br />

Timur pada tahun 2006 pemberian ASI<br />

mencapai 76,8 %. Kemudian pada tahun<br />

2010,80%pemberian ASI eksklusif<br />

sampai 6 bulan.Faktor pemberian<br />

kolostrum merupakan faktor penentu yang<br />

berhubungan dengan pemberian ASI<br />

eksklusif sampai 6 bulan adalah ibu<br />

tinggal di wilayah kabupaten, Ibu tidak<br />

bekerja atau ibu rumahtangga dan<br />

penolong persalinan oleh tenaga<br />

kesehatan.<br />

Pemberian ASI hendaknya<br />

secepatnya. Susu awal yang diproduksi<br />

oleh ibu yang baru melahirkan dalam<br />

waktu 24 jam pertama disebut Kolostrum.<br />

Kolostrum adalah cairan kental berwarna<br />

kekuningan yang mengandung lebih<br />

banyak antibody, protein, mineral dan<br />

vitamin A. Pemberian ASI tidak dibatasi<br />

dan dapat diberikan setiap saat. Pada hari<br />

pertama dan kedua lama pemberian ASI<br />

adalah 10 – 15 menit pada setiap<br />

payudara.Pada hari ketiga dan seterusnya<br />

lamapemberian ASI adalah 15 – 20<br />

menit.Produksi ASI dirangsang oleh<br />

isapan bayi dan keadaan ibu tenang.<br />

Dalam kehidupan sehari – hari<br />

banyak ibu yang tidak memberikan ASI<br />

pada bayinya karena merasa tidak mampu<br />

terutama di minggu awal perannya<br />

menjadi seorang ibu.Sehingga bayi yang<br />

seharusnya tercukupi nutrisinya dengan<br />

ASI tergantikan oleh pengganti ASI. Pada<br />

bayi usia 2 – 7 hari masalah yang terjadi<br />

terkait dengan ketidak cukupan ASI<br />

adalah timbulnya ikterus fisiologis.<br />

Dimasa modern seperti ini<br />

sebagian ibu merasa enggan untuk<br />

menyusui bayinya.Gencarnya susu<br />

formula sebagai pengganti ASI<br />

menyebabkan ibu beranggapan susu<br />

formula lebih bagus dan lebih dibutuhkan<br />

oleh bayi. Sehingga ibu terbujuk untuk<br />

memberikan susu formula dari pada<br />

memberikan ASI. Banyak ibu yang tidak<br />

menyadari bahwa diawal kehidupan<br />

bayinya terutama pada hari ke 2 – 7 hari<br />

dapat menyebabkan kejadian ikterus<br />

fisiologis.<br />

ASI merupakan sumber makanan<br />

yang terbaik untuk bayi baru lahir karena<br />

memiliki banyak zat penting untuk<br />

meningkatkan kekebalan tubuh terhadap<br />

penyakit termasuk mencegah terjadinya<br />

ikterus fisiologis pada bayi baru lahir usia<br />

2 – 7 hari.<br />

Pengetahuan ibu tentang ASI<br />

sangat diperlukan dalam keberhasilan<br />

menyusui bayinya. Setelah melahirkan<br />

ibu harus minta bantuan petugas<br />

kesehatan untuk melakukan IMD<br />

( Inisiasi Menyusu Dini ). Meningkatnya<br />

pengetahuan ibu akan pentingnya ASI dan<br />

cara pemberian ASI akan meningkatkan<br />

kesehatan bayi terutama diawal kehidupan<br />

bayi. Selain itu diperlukan nutrisi yang<br />

cukup.Dengan seringnya bayi menyusu<br />

kepada ibu maka produksi ASI juga<br />

akansemakin bertambah. Karena produksi<br />

ASI yang lama sudah disusukan kepada<br />

bayi, sehingga merangsang produksi ASI<br />

yang baru dan lebih banyak.<br />

Di Kabupaten Nganjuksecara<br />

nasional cakupan pemberian ASI<br />

menunjukkan kecenderungan menurun<br />

selama 3 tahun terakhir.Cakupan<br />

pemberian ASI pada bayi 0–6. Pada tahun<br />

2007 pemberian ASI 62,2 %.<br />

Kemudian pada tahun 2008 pemberian<br />

ASI m e n c a p a i 5 6 , 2 % .<br />

Berdasarkan survei pendahuluan<br />

di Desa Bangsri wilayah kerja Puskesmas<br />

Kertosono Kecamatan Kertosono<br />

Kabupaten Nganjuk Tahun 2014 di<br />

dapatkan data dari 8 Bayi usia 2 – 7 hari<br />

ada 3 bayi (37,5 %) diantaranya yang<br />

menderita ikterus fisiologis dikarenakan<br />

kurangnya pemberian ASI.<br />

Meningkatnya pengetahuan ibu<br />

dan keluarga akan pentingnya ASI dan<br />

cara pemberian ASI akan meningkatkan<br />

kesehatan bayi terutama diawal<br />

kehidupannya sehingga dapat terhindar


dari penyakit seperti ikterus neonatorum.<br />

Rasa percaya diri dari ibu dan menyusui<br />

sesuka ibu bayi dengan posisi serta<br />

perlekatan yang baik adalah kunci<br />

produksi dan pengaliran ASI.<br />

Pemberian nutrisi yang baik akan<br />

membantu turunnya angka kesakitan dan<br />

angka kematian bayi karena bayi jika<br />

tidak mendapatkan nutrisi yang cukup<br />

setelah lahir maka akan menyebabkan<br />

berbagai masalah. Penyebab mortalitas<br />

pada bayi salah satunya adalah Ikterus<br />

neonatorum.<br />

Ikterus adalah menjadi kuningnya<br />

warna kulit, selaput lendir, dan berbagai<br />

jaringan tubuh oleh zat warna empedu.<br />

Ikterus yang disebabkan karena ASI<br />

biasanya akan terjadi pada usia 2 hari<br />

bahkan lebih. Namun hal ini berlangsung<br />

lama.Ikterus yang timbul dini disebabkan<br />

oleh faktor ASI pada hari – hari pertama<br />

masih sedikit dan pengeluaran feces<br />

sedikit.<br />

Bayi baru lahir akan mengalami<br />

peningkatan kadarbilirubin karena hati<br />

bayi baru lahir belum mampu berfungsi<br />

secara baik untuk mengeluarkan bilirubin.<br />

Selain itu kadar bilirubin yang dihasilkan<br />

cukup banyak akibat sel darah merah<br />

pecah. Sebagian besar ikterus fisiologi<br />

akan hilang seiring bertambahnya usia<br />

bayi, jika bayi memperoleh ASI secara<br />

optimal, sehingga kebutuhan cairannya<br />

tercukupi dan akan mempercepat<br />

keluarnya mekonium yang akan<br />

membantu menurunkan kadar bilirubin<br />

dalam darah bayi.<br />

Penelitian bertujuan untuk<br />

mengetahui Hubungan Pemberian ASI<br />

Pada Bayi usia 2-7 Hari Dengan Kejadian<br />

Ikterus di Wilayah Kerja Puskesmas<br />

Kertosono Kecamatan Kertosono<br />

Kabupaten Nganjuk Tahun 2014.<br />

METODOLOGI PENELITIAN<br />

Jenis penelitian yang digunakan<br />

dalam penelitian ini adalah metode<br />

analitik.Metode analitik adalah penelitian<br />

yang mencoba menggali bagaimana dan<br />

mengapa fenomena kesehatan itu terjadi<br />

(Notoatmodjo, 2012 : 37). Metode lain<br />

yang digunakan adalah metode korelasi.<br />

Metode korelasi adalah penelitian antara<br />

dua variabel pada pada suatu situasi atau<br />

sekelompok subjek. Hal ini dilakukan<br />

untuk melihat hubungan antara gejala satu<br />

dengan gejala lain, atau variabel satu<br />

dengan variabel yang lain (Notoatmodjo,<br />

2012 : 47). Hal ini dilakukan untuk<br />

melihat hubungan pemberian air susu ibu<br />

pada bayi usia 2 – 7 hari di Wilayah Kerja<br />

Puskesmas “ K”. Populasi dalam<br />

penelitian ini adalah semua bayi usia 2 – 7<br />

hari sejumlah 30 bayi di Wilayah Kerja<br />

Puskesmas Kertosono, Kecamatan<br />

Kertosono Kabupaten Nganjuk Tahun<br />

2014, dan sampel sejumlah 30 bayi<br />

dengan menggunakan teknik non random<br />

sampling.<br />

HASIL PENELITIAN DAN<br />

PEMBAHASAN<br />

HASIL PENELITIAN<br />

Tabel 4.5<br />

Distribusi Frekuensi Responden<br />

Berdasarkan Pemberian ASI di<br />

Wilayah Kerja Puskesmas Kertosono<br />

Kecamatan Kertosono<br />

Kabupaten Nganjuk Tahun 2014<br />

Pemberian ASI Jumlah Presentasi %<br />

Diberikan<br />

Tidak diberikan<br />

23<br />

7<br />

76,7<br />

23,3<br />

Jumlah 30 100<br />

Sumber : Data Primer Tahun 2014<br />

Dari hasil penelitian didapatkan<br />

bahwa responden memberikan ASI yaitu<br />

sebanyak 23 responden ( 76,7 % ) dan<br />

responden tidak memberikan ASI yaitu<br />

sebanyak 7 responden (23,3 %)<br />

Tabel 4.6<br />

Distribusi Frekuensi Responden<br />

Berdasarkan Kejadian Ikterus Fisiologis<br />

di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosono<br />

Kecamatan Kertosono Kabupaten<br />

Nganjuk Tahun 2014.<br />

Kejadian Ikterus Jumlah Presentasi %<br />

Ikterus<br />

7<br />

23,3<br />

Tidak Ikterus 23<br />

76,7


Jumlah 30 100<br />

Sumber : Data Primer Tahun 2014<br />

Dari hasil penelitian bahwa<br />

responden yang bayinya tidak terkena<br />

ikterus yaitu sebanyak 23 responden (76,7<br />

%). Dan responden yang bayinya terkena<br />

ikterus yaitu sebanyak 7 responden ( 23,3<br />

% ).<br />

Hasil analisis data dengan uji Chi<br />

Square didapatkan p = exact sig ( 2 sided )<br />

= 0,000 dengan α = 0,05 jadi p < α H0<br />

ditolak dapat diambil kesimpulan ada<br />

hubungan pemberian air susu ibu pada<br />

bayi usia 2 – 7 hari dengan kejadian<br />

ikterus fisiologis di Wilayah Kerja<br />

Puskesmas Kertosono Kecamatan<br />

Kertosono Kabupaten Nganjuk Tahun<br />

2014.<br />

PEMBAHASAN<br />

Responden dengan pemberian Air Susu<br />

Ibu yaitu sejumlah 76,7 %.<br />

Pemberian ASI adalah proses<br />

diberikan ASI pada bayi dimulai sedini<br />

mungkin dan secara Eksklusif. ASI<br />

merupakan makanan pertama, utama dan<br />

terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah.<br />

ASI mengandung berbagai zat gizi yang<br />

dibutuhkan dalam proses pertumbuhan<br />

dan perkembangan bayi.<br />

Menyusui bayi yang baik adalah<br />

secara tidak dijadwal, karena bayi akan<br />

menentukan sendiri kebutuhannya.<br />

Menyusui yang dijadwalkan akan<br />

berakibat kurang baik, karena isapan bayi<br />

sangat berpengaruh pada rangsangan<br />

produksi ASI selanjutnya. Dengan<br />

menyusui yang tidak di jadwal sesuai<br />

kebutuhan bayi, akan mencegah banyak<br />

masalah yang mungkin timbul.<br />

Sebagian besar ahli kesehatan<br />

berpendapat bahwa keberhasilan<br />

menyusui tidaklah semata- mata<br />

tergantung pada faktor ibu dan bayi.<br />

Keberhasilan ini juga dipengaruhi<br />

lingkungan, terutama dukungan dari<br />

suami. Menyusui bayi bisa menciptakan<br />

ikatan psikologis dan kasih sayang yang<br />

kuat antara ibu dan bayi. ( Sunar, 2012 :<br />

28)<br />

Kelancaran pengeluaran ASI sesuai<br />

jumlah yang dibutuhkan oleh bayi dan<br />

tergantung isapan pada putting yang<br />

merangsang kelenjar pituitary posterior<br />

untuk menghasilkan hormon oksitosin.<br />

Adanya rangsangan pada serabut otot<br />

halus dalam dinding saluran susu<br />

membuat air susu mengalir dengan mudah<br />

dan lancar. Penghisapan putting<br />

menunjukkan gerakan yang berbeda jika<br />

dibandingkan dengan penghisapan dot.<br />

Air Susu keluar dengan banyak<br />

selama beberapa menit keluar awal<br />

menyusui tetapi bayi akan terus<br />

menghisap beberapa saat lagi. Selesai<br />

menghisap payudara tersebut, pindahkan<br />

bayi ke payudara yang satu lagi sampai<br />

selesai menyusui. Dengan demikian, bayi<br />

menerima air susu dalam volume yang<br />

sama dari setiap payudara.<br />

Pemberian ASI sedini mungkin dan<br />

sesering mungkin serta tidak dijadwal<br />

bisa untuk memicu agar ibu menyusui<br />

lebih bersemangat dalam memberikan<br />

ASI pada bayinya. Sehingga bayi<br />

mendapatkan ASI yang cukup dan sesuai<br />

dengan kebutuhan bayi.<br />

Dari hasil penelitian menunjukkan<br />

bahwa terdapat bayi responden usia 2 – 7<br />

hari yang<br />

menderita ikterus. Responden dengan<br />

pemberian ASI dan mengalami kejadian<br />

ikterus sejumlah 0,00 %, responden<br />

dengan pemberian ASI dan tidak<br />

mengalami kejadian ikterus sebanyak<br />

76,7 %. Sedangkan responden dengan<br />

tidak memberikan ASI dan mengalami<br />

kejadian ikterus sejumlah 23,3%,<br />

responden dengan tidak memberikan ASI<br />

dan tidak mengalami kejadian ikterus<br />

sebanyak 0 responden 0,00 %<br />

Berdasarkan penelitian kejadian<br />

ikterus pada bayi usia 2– 7 hari<br />

menunjukkan bahwa kejadian ikterus<br />

pada responden merupakan kejadian<br />

ikterus yang fisiologis.<br />

Ikterus ialah warna kuning pada<br />

kulit konjungtiva dan mukosa akibat


penumpukan bilirubin. Gejala ini<br />

seringkali ditemukan terutama pada bayi<br />

kurang bulan atau yang menderita suatu<br />

penyakit yang bersifat sismetik. (Hanifa,<br />

2009 : 17)<br />

Ikterus fisiologis tidak terjadi pada<br />

24 jam sesudah lahir karena dibutuhkan<br />

waktu untuk pengumpulan bilirubin,<br />

biasanya terjadi setelah 2-7 hari setelah<br />

lahir dan akan menurun perlahan. Ikterus<br />

yang timbul setelah 24 jam kelahiran<br />

kemungkinan disebabkan faktor ketidak<br />

sesuaian darah (faktor Rhesus/ABO).<br />

Ikterus terjadi karena adanya<br />

hiperbilirubinemia, yaitu keadaan dimana<br />

konsentrasi bilirubin dalam darah sangat<br />

tinggi yang dapat disebabkan oleh<br />

peningkatan kadar bilirubin tidak<br />

terkonjugasi atau peningkatan bilirubin<br />

terkonjugasi ataupun keduannya.<br />

Hiperbilirubinemia dan ikterus dapat<br />

timbul sebagai hasil dari produksi<br />

bilirubin yang meningkat, penurunan<br />

kecepatan penyerapan bilirubin oleh sel<br />

hati, gangguan konjugasi bilirubin dan<br />

gangguan ekskresi bilirubin terkonjugasi.<br />

Pada keadaan ini peningkatan terjadi pada<br />

bilirubin tidak terkonjugasi dalam plasma.<br />

sebagai usaha tubuh untuk mengurangi<br />

kadar bilirubin tidak terkonjugasi ini,<br />

penyerapan ke dalam sel hati, begitu pula<br />

ekskresi bilirubin oleh sel hati meningkat.<br />

Hal ini mengakibatkan pembentukkan<br />

urobilinogen meningkat sehingga<br />

peningkatan ekskresi dalam urine feces<br />

(warna gelap).<br />

Apabila bayi berusia 2 – 7 hari<br />

mengalami warna kuning pada kulit, Ibu<br />

cukup menjemur bayinya dibawah sinar<br />

matahari pada jam 06.30 – 08.00 pagi<br />

selama 15 – 20 menit dengan posisi bayi<br />

berubah – ubah. Misalnya seperempat jam<br />

posisi terlentang dan seperempat jam<br />

posisi telungkup. Penjemuran dilakukan<br />

pada jam 06.30 – 08.00 selama 15 – 20<br />

menit karena waktu inilah sinar matahari<br />

sangat efektif mengurangi kadar bilirubin.<br />

Selain itu menganjurkan ibu untuk<br />

menyusui bayinya sedini mungkin dan<br />

sesering mungkin dengan cara menyusui<br />

yang tidak dijadwalkan.<br />

Berdasarkan hasil Uji Chi Square<br />

didapatkan didapatkan p = exact sig (2<br />

sided) = 0,000 dengan α 0,05 jadi p < α<br />

H0 ditolak dapat diambil kesimpulan ada<br />

hubungan pemberian air susu ibu pada<br />

bayi usia 2 – 7 hari dengan kejadian<br />

ikterus fisiologis di Wilayah Kerja<br />

Puskesmas Kertosono Kecamatan<br />

Kertosono Kabupaten Nganjuk Tahun<br />

2014.<br />

Berdasarkan data yang didapat,<br />

diperoleh hasil ada hubungan pemberian<br />

ASI pada bayi usia 2 – 7 hari dengan<br />

kejadian ikterus fisiologis. Dari hasil yang<br />

didapatkan responden bayi yang<br />

menderita ikterus dengan tidak diberikan<br />

ASI. Meskipun pemberian ASI pada usia<br />

2 – 7 hari juga bisa menderita ikterus<br />

fisiologis. Hal ini akan hilang dengan<br />

sendirinya. Meskipun ASI berperan dalam<br />

pengeluaran bilirubin melalui feses dan<br />

kencing, kemungkinan ada faktor lain<br />

yang juga dapat berperan seperti kualitas<br />

ASI, gizi ibu, dan lain – lain.<br />

Ikterus yang disebabkan karena ASI<br />

lazimnya akan terjadi pada usia 2 hari<br />

bahkan lebih. Namun hal ini tidak<br />

berlangsung lama. Pada bayi yang<br />

menderita ikterus selain menjemur<br />

dibawah sinar matahari sebaiknya ibu<br />

juga memberikan ASI sesering mungkin<br />

tanpa dibatasi. Ibu juga harus<br />

memperhatikan pola makan ibu.<br />

KESIMPULAN DAN SARAN<br />

Berdasarkan hasil analisis dan<br />

pembahasan tentang “ Hubungan<br />

Pemberian Air Susu Ibu Pada Bayi<br />

Usia 2 – 7 hari di Wilayah Kerja<br />

Puskesmas Kertosono, Kecamatan<br />

Kertosono, Kabupaten Nganjuk Tahun<br />

2014”, dapat disimpulkan bahwa Dari<br />

30 responden yang dilakukan<br />

penelitian, Ibu bayi usia 2-7 hari di<br />

Wilayah Kerja Puskesmas Kertosono<br />

Kecamatan Kertosono Kabupaten<br />

Nganjuk tahun 2014 yang memberikan


air susu ibu adalah sejumlah 76,7 %.<br />

Dari 30 responden yang dilakukan<br />

penelitian, Ibu bayi usia 2-7 hari di<br />

Wilayah Kerja Puskesmas Kertosono<br />

Kecamatan Kertosono Kabupaten<br />

Nganjuk tahun 2014 yang tidak<br />

memberikan ASI dan bayinya<br />

menderita ikterus adalah sejumlah<br />

23,3 %. Dan ada hubungan pemberian<br />

air susu ibu pada bayi usia 2 – 7 hari di<br />

Wilayah Kerja Puskesmas Kertosono<br />

Kecamatan Kertosono Kabupaten<br />

Nganjuk Tahun 2014.<br />

Untuk pengembangan peneliti<br />

selanjutnya, disarankan agar peneliti<br />

berikutnya dapat mengembangkan<br />

variabel, juga perlu diadakan penelitian<br />

ulang pada waktu mendatang, dengan<br />

menambah jumlah sampel agar hasil<br />

penelitian lebih akurat.<br />

Disarankan dari hasil penelitian ini<br />

klien dapat meningkatkan<br />

pengetahuannya tentang Pentingnya<br />

Pemberian Air Susu Ibu pada bayi usia 2-<br />

7 hari dengan kejadian Ikterus fisiologis<br />

di Wilayah Kerja Puskesmas Kertosono<br />

Kecamatan Kertosono Kabupaten<br />

Nganjuk.<br />

Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis<br />

Data. Jakarta : Salemba Medika<br />

Kristiyansari Weni, 2012. ASI, Menyusui<br />

dan Sadari. Yogyakarta : Nuha Medika<br />

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan<br />

Metodologi Penelitian Ilimu Keperawatan.<br />

Jakarta : Salemba Medika<br />

Prawirohardjo, Sarwono, 2007.<br />

Pelayanan Kesehatan dan Neonatal.<br />

Jakarta : Bina Pustaka.<br />

Saifuddin, Abdul Bari, 2002.Pelayanan<br />

Kesehatan Maternal dan Neonatal.<br />

Jakarta: YBP-SP<br />

Soekidjo Notoatmodjo, 2012. Metodologi<br />

Penelitian Kesehatan. Jakarta :<br />

Rineka Cipta<br />

Uliyah, Musrifatul, 2006. Keterampilan<br />

Dasar Praktik Klinik Kebidanan.<br />

Jakarta: Salemba Medika.<br />

Vivian, 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan<br />

Anak Balita. Jakarta : Salemba<br />

Medika<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Anonim, 2009, Hubungan Pemberian ASI<br />

Eksklusif http:<br />

//www.Depkes.co.id di akses<br />

tanggal 3 Mei 2009 jam 19.00<br />

WIB.<br />

Arikunto Suharsimi, 2010. Prosedur<br />

Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta<br />

Cholil Achmad, 2008. Maternal Neonatal<br />

dan Health. Yogyakarta : YPB-SP<br />

Dwi Sunar, 2012. ASI Ekslusif.<br />

Yogyakarta : Diva Press<br />

Hanifa, 2009. Ilmu Kesehatan Anak.<br />

Jakarta : Info Medika<br />

Hidayat A Aziz Alimul. 2010. Metode

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!