17.05.2015 Views

o_19lfn1ar3141v41j1lmd1266amka.pdf

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

HUBUNGAN KETERSEDIAAN JAMBAN SEHAT DENGAN<br />

KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA<br />

USIA1- 4 TAHUN<br />

Nanik Puji Rahayu, Mamiek Sumarmi, dr. Palgunadi.<br />

Akademi Kebidanan Wiyata Mitra Husada Nganjuk<br />

Ippmwimisada@gmail.com<br />

ABSTRACT<br />

Developmental epidemiology specifically describe the role of the<br />

environment in the occurrence of diseases and epidemics, the world population in<br />

general and Indonesia in particular is increasing rapidly in number and<br />

development in all areas is not comparable to the residential areas, the disposal<br />

of human waste human (fece) are also increasingly growing, judging from In<br />

terms of public health, this problem is a fundamental issue to be addressed as<br />

early as possible. Because human waste (feces) is a source of spread of the<br />

disease is very complex, in addition to the feces can be directly decontaminating<br />

food, beverages, vegetables, and so on, also water, soil, insects (flies, cockroaches,<br />

etc.) and parts - body parts we can be contaminated by the feces. If there is no<br />

availability of healthy toilet stool processing not good, clear statement, will easily<br />

spread. It is necessary to good handling and sanitary qualify.<br />

This type of research uses Analytical types of research, the population in this<br />

study amounted to 80 children aged 1-4 Toddler Years. The sampling technique<br />

used in this study using sampling Randem sampling, in this study using Chi-<br />

Square.<br />

Based on the results penelitihan in the Village District of Sukomoro Bagor<br />

Wetan Nganjuk on June 17, 2014 showed that of the 44 respondents who provided<br />

healthy toilet as much as 36.4% and 17.4% experienced diarrhea, which is not<br />

available while the healthy toilet as much as 63, 6% and diarrhea that occurs as<br />

much as 82.6%. From the test results obtained with the 0.006 value ≤ 0.05 so<br />

H0 is rejected. There is availability of latrines healthy relationship with the<br />

incidence of diarrhea in the Village District of Sukomoro Bagor Wetan Nganjuk<br />

2014.<br />

We hope this research can be used as input and information about the<br />

availability of healthy toilet with diarrhea in children Toddlers and references for<br />

further research, especially on the improvement of sampling techniques used and<br />

multiply the number of samples.<br />

Keywords: Diarrhea Childhood, Healthy Latrine<br />

PENDAHULUAN<br />

Perkembangan epidemiologi<br />

menggambarkan secara spesifik<br />

peran lingkungan dalam terjadinya<br />

penyakit dan wabah, bahwasanya<br />

lingkungan berpengaruh pada<br />

terjadinya penyakit. Interaksi<br />

manusia dengan lingkungan


hidupnya merupakan suatu yang<br />

wajar dan terlaksana sejak manusia<br />

itu dilahirkan sampai ia meninggal,<br />

hal ini disebabkan karena manusia<br />

memerlukan daya dukung unsurunsur<br />

lingkungan untuk<br />

kelangsungan hidupnya. Penduduk<br />

dunia umumnya dan Indonesia<br />

khususnya makin meningkat dengan<br />

pesat jumlahnya dan pembangunan di<br />

segala bidang tidak sebanding dengan<br />

area pemukiman, maka masalah<br />

pembuangan kotoran manusia (tinja)<br />

juga makin terus bertambah, dilihat<br />

dari segi kesehatan masyarakat,<br />

masalah ini merupakan masalah yang<br />

pokok untuk sedini mungkin diatasi.<br />

Karena kotoran manusia (tinja) adalah<br />

sumber penyebaran penyakit yang<br />

sangat komplek, di samping itu tinja<br />

dapat langsung menkontaminasi<br />

makanan, minuman, sayuran, dan<br />

sebagainya, juga air, tanah, serangga,<br />

(lalat, kecoa, dan sebagainya) dan<br />

bagian – bagian tubuh kita dapat<br />

terkontaminasi oleh tinja tersebut.<br />

Sanitasi sesuai nomenklatur<br />

MDGs 2015 adalah pembuangan<br />

tinja. Termasuk dalam pengertian<br />

ini meliputi jenis pemakaian atau<br />

penggunaan tempat buang air besar,<br />

jenis kloset yang digunakan dan jenis<br />

tempat pembuangan akhir tinja.<br />

Sedangkan kriteria akses terhadap<br />

sanitasi layak jika penggunaan<br />

fasilitas tempat BAB milik sendiri<br />

atau bersama, jenis kloset yang<br />

digunakan jenis ‘latrine’ dan tempat<br />

pembuangan akhir tinjanya<br />

menggunakan tangki septik atau<br />

sarana pembuangan air limbah<br />

(SPAL). Di Negara berkembang<br />

termasuk Indonesia anak-anak<br />

menderita diare lebih dari 12 kali per<br />

tahun dan hal ini yang menjadi<br />

penyebab kejadian diare ialah<br />

kurangnya sanitasi jamban sehat dan<br />

faktor lingkungan yang tidak bersih.<br />

Tujuan pembangunan<br />

kesehatan Indonesia sehat adalah<br />

meningkatkan kesadaran, kemauan<br />

dan kemampuan hidup sehat bagi<br />

setiap orang agar terwujudnya derajat<br />

kesehatan yang optimal melalui<br />

terciptanya masyarakat, bangsa dan<br />

negara Indonesia ditandai oleh<br />

penduduknya yang hidup dengan<br />

perilaku dan dalam lingkungan sehat,<br />

memiliki kemampuan untuk<br />

menjangkau pelayanan kesehatan<br />

yang bermutu secara adil dan merata<br />

serta memiliki derajat kesehatan<br />

yang optimal di seluruh wilayah<br />

Republik Indonesia. Sampai saat ini<br />

masih banyak penduduk di negara<br />

kita terkena penyakit yang<br />

diakibatkan karena rendahnya tingkat<br />

sanitasi.<br />

Banyak faktor yang secara<br />

langsung maupun tidak langsung<br />

menjadi pendorong terjadinya diare<br />

yaitu faktor agent, penjamu,<br />

lingkungan dan perilaku. Kualitas<br />

lingkungan<br />

yang buruk merupakan penyebab<br />

timbulnya berbagai gangguan pada<br />

kesehatan masyarakat. Untuk<br />

mewujudkan status kesehatan<br />

masyarakat yang optimum<br />

diperlukan suatu kondisi atau<br />

keadaaan lingkungan yang juga<br />

optimum. Pada umumnya keadaan<br />

lingkungan fisik dan biologis<br />

pemukiman penduduk di Indonesia<br />

belum baik, hal ini berakibat masih<br />

tingginya angka kesakitan dan<br />

kematian karena berbagai penyakit.<br />

Salah satu penyakit terbanyak yang<br />

disebabkan oleh buruknya sanitasi di<br />

lingkungan masyarakat adalah diare,<br />

yaitu buang air besar yang tidak<br />

normal berbentuk tinja encer dengan<br />

frekuensi lebih banyak dari biasanya.<br />

(Notoatmodjo,2007: 175 - 180)<br />

Berdasarkan UU No.32/2004<br />

tentang Pemerintah Daerah dan UU


No. 33/2004 tentang Perimbangan<br />

Keuangan antara Pemerintah Pusat<br />

dan Pemerintah Daerah, maka<br />

pemerintah daerah bertanggung<br />

jawab penuh untuk memberikan<br />

pelayanan dasar kepada masyarakat<br />

di daerahnya masing-masing,<br />

termasuk pelayanan air minum dan<br />

sanitasi. Namun demikian, bagi<br />

daerah-daerah dengan wilayah<br />

pedesaan relatif luas, berpenduduk<br />

miskin relatif tinggi dan mempunyai<br />

kapasitas fiskal rendah, pada<br />

umumnya kemampuan mereka<br />

sangat terbatas. Jamban di daerah<br />

pedesaan di samping harus<br />

memenuhi persyaratan jamban sehat,<br />

juga harus didasarkan pada<br />

sosiobudaya dan ekonomi<br />

masyarakat pedesaan. Kebiasaan<br />

penduduk desa yang suka membuang<br />

kotoran disungai, tidak mencuci<br />

tangan dengan air sabun sebelum<br />

memberi makan pada anak, tidak<br />

menjaga kebersihan makanan, serta<br />

perilaku yang tidak mencerminkan<br />

pola hidup sehat dapat menjadi<br />

menyebabkan timbulnya diare.<br />

Upaya pemerintah dalam<br />

menanggulangi penyakit diare,<br />

terutama diare pada balita sudah<br />

dilakukan melalui peningkatan<br />

kondisi lingkungan baik melalui<br />

program proyek desa tertinggal<br />

maupun proyek lainnya, namun<br />

sampai saat ini belum mencapai<br />

tujuan yang diharapkan, karena<br />

kejadian penyakit diare masih belum<br />

menurun. Apabila diare pada balita<br />

ini tidak ditangani secara maksimal<br />

dari berbagai sektor dan bukan hanya<br />

tanggung jawab pemerintah saja<br />

tetapi masyarakatpun diharapkan<br />

dapat ikut serta menanggulangi dan<br />

mencegah terjadinya diare pada<br />

balita ini, karena apabila hal itu tidak<br />

dilaksanakan maka dapat<br />

menimbulkan kerugian baik itu<br />

kehilangan biaya untuk pengobatan<br />

yang cukup besar ataupun dapat pula<br />

menimbulkan kematian pada balita<br />

yang terkena diare. Untuk mencegah<br />

sekurang-kurangnya kontaminasi<br />

tinja terhadap lingkungan dan<br />

kesehatan, maka pembuangan<br />

kotoran manusia harus dikelola<br />

dengan baik, maksudnya<br />

pembuangan kotoran harus di suatu<br />

tempat tertentu atau jamban yang<br />

sehat.<br />

Kesakitan diare di Jawa Timur<br />

tahun 2009 mencapai 989.869 kasus<br />

diare dengan proporsi anak Balita<br />

sebesar 39,49% (390.858 kasus)<br />

Kejadian ini meningkat di tahun<br />

2010, Jumlah penderita diare di Jawa<br />

Timur tahun 2010 sebanyak<br />

1.063.949 kasus dengan 37,94%<br />

(403.611 kasus) diantaranya adalah<br />

anak Balita, dikarenakan faktor<br />

lingkungan yang kurang bersih, BAB<br />

disembarangan tempat, tidak<br />

tersedianya jamban sehat. Dinas<br />

kesehatan Jawa Timur berharap<br />

kejadian diare turun setiap tahunnya,<br />

25% (247.468) selama 5 tahun<br />

mendatang. Angka kesakitan diare<br />

pada tahun 2009 sebesar 21,58%<br />

(160.210) tahun 2010 sebesar<br />

19,76% ( 146.698) tahun 2011<br />

sebesar 22,15% (164.441). Di Bagian<br />

Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM,<br />

diare diartikan sebagai buang air<br />

besar yang tidak normal atau bentuk<br />

tinja yang encer dengan frekuensi<br />

lebih banyak dari biasanya.<br />

Penelitian bertujuan untuk<br />

mengetahui hubungan tingkat<br />

ketersediaan jamban sehat dengan<br />

kejadian diare pada anak Balita di<br />

Desa Bagor Wetan Kecamatan<br />

Sukomoro Kabupaten Nganjuk tahun<br />

2014. (Anonim, 2007 : 03).<br />

METODE PENELITIAN<br />

Penelitian ini termasuk jenis<br />

penelitian analitik. rancangan dalam


penelitian ini adalah rancangan<br />

survei Cross Sectional. Populasi<br />

dalam penelitian ini adalah semua<br />

anak Balita di Desa Bagor Wetan<br />

Kecamatan Sukomoro Kabupaten<br />

Nganjuk Tahun 2014. Dan sampel<br />

sejumlah 44 anak Balita dengan<br />

mengunakan teknik randem<br />

sampling. Kemudian dilakukan<br />

tabulasi untuk mengetahui adakah<br />

hubungan ketersediaan jamban sehat<br />

dengan kejadian diare pada anak<br />

Balita di Desa Bagor Wetan dengan<br />

mengunakan uji chi square.<br />

HASIL PENELITIAN DAN<br />

PEMBAHASAN<br />

Distribusi anak Balita di Desa Bagor<br />

Wetan Kecamatan Sukomoro<br />

Kabupaten Nganjuk<br />

Tabel 1 : Distribusi Frekuensi<br />

ketersediaan jamban<br />

Ketersediaan<br />

Jamban<br />

Sehat<br />

sehat<br />

Jumlah<br />

Prosentase<br />

Tersedia<br />

Jamban<br />

16<br />

28<br />

36,4 %<br />

63,6 %<br />

Sehat Total 44 100 %<br />

Sumber : Data Primer Tahun 2014<br />

Berdasarkan Tabel 1 dapat<br />

diinterpretasikan bahwa responden<br />

yang tersedia jamban sehat sebanyak<br />

36,4 % dan yang tidak tersedia<br />

jamban sehat sebanyak 63,6%.<br />

Tabel 2 : Distribusi Frekuensi anak<br />

Balita Berdasarkan ke<br />

Jadian Diare<br />

Kejadian Jumlah Presentasi<br />

Diare<br />

Diare<br />

Tidak<br />

23<br />

21<br />

52,3 %<br />

47,7 %<br />

Jumlah 44 100 %<br />

Sumber : Data Primer Tahun 2014<br />

Berdasarkan Tabel 2 dapat<br />

diinterpretasikan bahwa anak Balita<br />

yang terkena diare sebanyak 52,3 %<br />

anak Balita dan yang tidak diare<br />

sebanyak 47,7%.<br />

Tabel 3 : Chi-Square Hubungan<br />

Ketersediaan Jamban<br />

Sehat Dengan Kejadian<br />

Diare Pada Anak Balita<br />

Pearon Chi<br />

Square<br />

Continuity<br />

Correction<br />

Likelihood<br />

Ratio<br />

Fisher”s<br />

Exact Test<br />

Linear – by<br />

Linear<br />

Assosiasen<br />

N of Valid<br />

Cases<br />

Value Df Asy<br />

mp.<br />

Sig.<br />

(2-<br />

side<br />

d)<br />

7.496 1 .006<br />

5.877<br />

7.747<br />

7.326<br />

44<br />

Exa<br />

ct<br />

Sig.<br />

(2-<br />

side<br />

d)<br />

Exa<br />

ct<br />

Sig.<br />

(1-<br />

side<br />

d)<br />

Berdasarkan uji korelasi Chi –<br />

Square dengan tingkat signifikasi ≤<br />

0,05 dan p = 0,006 dimana 0,006 ≤<br />

0,05 yang berarti H0 ditolak. Jadi ada<br />

hubungan ketersediaan jamban sehat<br />

dengan kejadian diare pada anak<br />

Balita usia 1- 4 Tahun di Desa Bagor<br />

Wetan Kecamatan Sukomoro<br />

Kabupaten Nganjuk Tahun 2014.<br />

Pembahasan<br />

Berdasarkan hasil penelitian di<br />

Desa Bagor Wetan Kecamatan<br />

Sukomoro Kabupaten Nganjuk pada<br />

Tanggal 17 Juni 2014 didapatkan<br />

hasil bahwa dari 44 anak Balita yang<br />

tersedia jamban sehat sebanyak 16<br />

(36,4%) anak Balita dan yang tidak<br />

tersedia jamban sehat sebanyak 28<br />

(63,6%).<br />

Menurut (Notoatmodjo,2007:<br />

180). Syarat pembuangan<br />

kotoran yang memenuhi<br />

aturan kesehatan adalah<br />

tidak mengotori permukaan<br />

tanah disekitarnya, tidak<br />

1<br />

1<br />

1<br />

.015<br />

.005<br />

.007<br />

.011 .007


mengotori air permukaan<br />

disekitarnya, tidak<br />

mengotori air dalam tanah<br />

di sekitarnya, kotoran<br />

tidak boleh terbuka dapat<br />

dipakai sebagai tempat<br />

vektor bertelur dan<br />

berkembang biak. Untuk<br />

mencegah sekurang kurangnya<br />

mengurangi kontaminasi tinja<br />

terhadap lingkungan, maka<br />

pembuangan kotoran manusia harus<br />

dikelola dengan baik, pembuangan<br />

kotoran harus di suatu tempat<br />

tertentu atau jamban yang sehat.<br />

Dengan ketidak tersedianya<br />

jamban sehat dirumah responden,<br />

mengakibatkan anak Balita buang air<br />

besar di sembarangan tempat yaitu di<br />

sungai dan di pekarangan rumah, hal<br />

ini dikarenakan kurangnya<br />

pengetahuan responden tentang<br />

pentingnya ketersediaan jamban<br />

sehat, ketidak perduliannya<br />

responden terhadap kesehatan anak<br />

Balita, dan tidak mengertinya<br />

responden terhadap manfaat<br />

ketersediaan jamban sehat.<br />

Berdasarkan hasil penelitian di<br />

Desa Bagor Wetan Kecamatan<br />

Sukomoro Kabupaten Nganjuk pada<br />

Tanggal 17 Juni Tahun 2014<br />

didapatkan sebagian besar Anak<br />

Balita yang terkena diare sebanyak<br />

23 Balita (52,3 %), Balita yang tidak<br />

terkena diare sebanyak 21 Balita<br />

(47,7 %).<br />

Anak Balita yang mengalami<br />

diare disebabkan oleh infeksi virus,<br />

bakteri, atau parasit. Akan tetapi,<br />

tidak sedikit diare disebabkan oleh<br />

faktor alergi komponen makanan,<br />

keracunan, malabsorpsi nutrisi.<br />

Sebenarnya diare bukanlah penyakit,<br />

melainkan pertanda adanya bahaya<br />

dalam saluran cerna anak, sehingga<br />

usus beusaha mengeluarkan kuman<br />

tersebut, dan terjadilah diare. Secara<br />

umum, ada beberapa bakteri dan<br />

virus di saluran pencernaan anak<br />

yang menyebabkan diare, di<br />

antaranya ialah Etamuba coli,<br />

Salmonela, dan Sigella (bakteri),<br />

enterovirus dan rotavirus (virus),<br />

serta cacing dan jamur (parasit).<br />

Selain menyebabkan kesakitan dan<br />

kematian, diare disinyalir sebagai<br />

penyebab utama malnutrisi pada<br />

anak Balita. (Fina, 2012 : 314).<br />

Dengan kejadian diare pada anak<br />

Balita menyebabkan anak Balita<br />

rewel, lemas, dehidrasi, mual muntah,<br />

nafsu makan menurun dan<br />

menurunnya berat badan pada anak<br />

Balita, dan bila tidak segera tertolong<br />

bisa menyebabkan kematian pada<br />

anak Balita.<br />

Berdasarkan uji korelasi Chi –<br />

Square dengan tingkat signifikasi ≤<br />

0,05 dan p = 0,006 dimana 0,006 ≤<br />

0,05 yang berarti H0 ditolak.<br />

artinya ada hubungan antara<br />

ketersediaan jamban sehat dengan<br />

kejadian diare pada anak Balita di<br />

Desa Bagor Wetan Kecamatan<br />

Sukomoro Kabupaten Nganjuk<br />

Tahun 2014.<br />

Dengan ketidak tersedianya<br />

jamban sehat mengakibatkan<br />

kejadian diare pada anak Balita.<br />

Yang berarti ada hubungan<br />

ketersediaan jamban sehat dengan<br />

kejadian diare pada anak Balita di<br />

Desa Bagor Wetan Kecamatan<br />

Sukomoro Kabupaten Nganjuk<br />

Tahun 2014 yaitu sebanyak 63,6 %<br />

responden yang tidak memiliki<br />

jamban sehat. Kejadian diare pada<br />

anak Balita ini disebabkan karena<br />

sebanyak 43,1% Responden buang<br />

air besar di sembarangan tempat,<br />

yaitu di sungai, kebun dan<br />

pekarangan rumah.<br />

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian yang<br />

telah dilaksanakan di Desa Bagor<br />

Wetan Kecamatan Sukomoro<br />

Kabupaten Nganjuk pada Bulan Juli<br />

Tahun 2014, maka dapat<br />

disimpulkan kesimpulan sebagai<br />

berikut : Ketersediaan jamban sehat<br />

di Desa Bagor Wetan Kecamatan<br />

Sukomoro Kabupaten Nganjuk<br />

masih kurang dari 44 responden yang<br />

dilakukan penelitian sejumlah 16<br />

(36,4%) responden yang sudah<br />

tersedia jamban sehat, Kejadian diare<br />

di Desa Bagor Wetan Kecamatan<br />

Sukomoro Kabupaten Nganjuk<br />

Tahun 2014 dari 44 anak Balita yang<br />

dilakukan penelitihan sejumlah 23<br />

(52,3%) anak Balita yang terkena<br />

diare, Berdasarkan uji korelasi Chi –<br />

Square dengan tingkat signifikasi ≤<br />

0,05 dan p = 0,006 dimana 0,006 ≤<br />

0,05 yang berarti H0 ditolak. Jadi ada<br />

hubungan ketersediaan jamban sehat<br />

dengan kejadian diare pada anak<br />

Balita usia 1- 4 Tahun di Desa Bagor<br />

Wetan Kecamatan Sukomoro<br />

Kabupaten Nganjuk Tahun 2014.<br />

Diharapkan hasil penelitian ini<br />

dapat digunakan sebagai masukan<br />

dan informasi tentang ketersediaan<br />

jamban sehat dengan kejadian diare<br />

pada anak Balita dan acuan bagi<br />

peneliti selanjutnya khususnya<br />

tentang perbaikan teknik sampling<br />

yang digunakan dan memperbanyak<br />

jumlah sampel.<br />

Fina dan Maya. 2012 Penerapan<br />

ilmu Kesehatan Anak. D.<br />

Medika<br />

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007.<br />

Kesehatan Masyarakat. Jakarta:<br />

Rineka Cipta.<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

Anonim, 2007. Buku Saku<br />

Pelaksanaan PHBS Bagi<br />

Masyarakat Di Wilayah<br />

Kecamatan.<br />

http://www.Depkes.co.id di<br />

akses tanggal 1 Mei 2014 jam<br />

19.50 wib

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!