17.05.2015 Views

o_19lfmsrjrfm0ano13md1m1f1geja.pdf

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

(28,1%) dan Sumatera Barat (28,2%)<br />

(RISKESDAS, 2007). Salah satu contoh<br />

perilaku sehat dalam PHBS, adalah<br />

menggunakan jamban keluarga untuk<br />

membuang kotoran atau tinja manusia.<br />

Dengan Perilaku buang air besar<br />

menggunakan jamban keluarga dalam<br />

pembuangan kotoran atau tinja manusia,<br />

maka akan melindungi keluarga dan juga<br />

masyarakat dari ancaman penyakit<br />

menular berbasis lingkungan seperti diare,<br />

penyakit kulit dan kecacingan, dimana<br />

penyakit berbasis lingkungan tersebut<br />

merupakan salah satu penyebab cukup<br />

tingginya angka kesakitan dan kematian<br />

di Indonesia. Hal ini terkait erat dengan<br />

kondisi lingkungan yang belum memadai.<br />

Di Indonesia, penduduk pedesaan<br />

yang menggunakan air bersih baru<br />

mencapai 67,3%. Dari angka tersebut<br />

hanya separuhnya (51,4%) yang<br />

memenuhi syarat bakteriologis.<br />

Sedangkan penduduk yang menggunakan<br />

jamban sehat (WC) hanya 54%. Itulah<br />

sebabnya penyakit diare sebagai salah<br />

satu penyakit yang ditularkan melalui air<br />

masih merupakan masalah kesehatan<br />

masyarakat dengan angka kesakitan 374<br />

per 1000 penduduk. Penggunaan jamban<br />

di berbagai daerah di Indonesia masih<br />

menggunakan pembuangan air yang tidak<br />

sehat. Hal tersebut terlihat dari hasil<br />

penelitian yang dilaksanakan antara lain<br />

oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dimana<br />

data yang tercatat pada penduduk yang<br />

menggunakan jamban pada tahun 2015<br />

memperlihatkan rumah tangga yang<br />

memakai jamban leher angsa di daerah<br />

perkotaan sebesar 79,14% dan tinggal di<br />

pedesaan sebesar 42,16%, yang<br />

menggunakan jamban plengsengan, di<br />

daerah perkotaan sebesar 11,41% dan di<br />

daerah pedesaan sebesar 11,23%.<br />

Sedangkan yang menggunakan jamban<br />

cemplung di daerah perkotaan sebesar<br />

1,96% dan di daerah pedesaan sebesar<br />

10,56%. Bila dilihat secara keseluruhan<br />

(perkotaan dan perdesaan), rumah tangga<br />

yang memakai jamban leher angsa sebesar<br />

61,64%, jamban cemplung 21,01%,<br />

jamban plengsengan 11,32%, dan yang<br />

tidak memakai jamban 6,03%.<br />

Menurut BPS tahun 2013, di<br />

Indonesia keluarga yang menggunakan<br />

tempat penampungan akhir kotoran<br />

manusia atau tinja yang memenuhi syarat<br />

kesehatan masih relatif rendah, tempat<br />

penampungan akhir kotoran atau tinja<br />

yang digunakan berupa tangki septik,<br />

kolam atau sawah, sungai atau danau,<br />

lobang tanah, pantai atau tanah terbuka<br />

dan yang lainnya. Rumah tangga yang<br />

perilaku buang air besar sudah<br />

menggunakan tangki septik sebesar 39,<br />

65%, dimana di daerah perkotaan sebesar<br />

63,07% dan di daerah pedesaan sebesar<br />

5,79%, sungai atau danau sebesar 22,93%,<br />

lobang tanah sebesar 23,83%, pantai atau<br />

tanah terbuka sebesar 5,55% dan lainnya<br />

sebesar 2,25%.<br />

Pengetahuan adalah hal yang<br />

diketahui oleh orang atau responden<br />

terkait dengan sehat dan sakit atau<br />

kesehatan, misal : tentang penyakit<br />

(penyebab, cara penularan, cara<br />

pencegahan), gizi, sanitasi, pelayanan<br />

kesehatan, kesehatan lingkungan,<br />

keluarga berencana, dan sebagainya<br />

(Notoatmodjo, 2010:140). Ditinjau dari<br />

segi kesehatan, kebiasaan masyarakat<br />

desa yang membuang tinja ke sungai tidak<br />

sesuai dengan perilaku kesehatan.<br />

Masyarakat desa juga kurang menyadari<br />

bahwa pembuangan tinja yang<br />

sembarangan dapat mengganggu<br />

kesehatan. Hal itu terbukti masyarakat<br />

masih banyak yang membuang tinja ke<br />

sungai. Dari segi ekonomi, sebagian besar<br />

masyarakat desa memiliki mata<br />

pencaharian sebagai buruh tani. Dimana<br />

upah kerja sebagai buruh tani hanya<br />

cukup untuk memenuhi kebutuhan seharihari.<br />

Sehingga mereka tidak mempunyai<br />

biaya untuk membangun jamban keluarga.<br />

Maka pendidikan dan pengetahuan<br />

tentang sanitasi itu sangat diperlukan.<br />

Jamban sebagai fasilitas sanitasi<br />

dasar baru dimiliki oleh 54,87% keluarga<br />

di Jawa Timur, kondisinya pun belum<br />

semuanya memenuhi syarat, antara lain


Keluarga Tentang Cara Pembuatan<br />

Jamban Sehat di Desa Begendeng<br />

Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk<br />

No Pengetahuan Jumlah Prosentase (%)<br />

1 Baik 69 orang 83,3<br />

2 Cukup 11 orang 13,3<br />

3 Kurang 3 orang 3,6<br />

Total 83 orang 100.0<br />

Sumber : Data Primer Penelitian, Juni 20<br />

Karakteristik Responden Berdasarkan<br />

Pengetahuan Kepala Keluarga Tentang<br />

Kepemilikan Jamban Sehat<br />

Berdasarkan tabel 5 di bawah ini<br />

dapat diketahui bahwa karakteristik<br />

responden berdasarkan pengetahuan<br />

kepala keluarga tentang kepemilikan<br />

jamban sehat memiliki pengetahuan baik<br />

40 responden (48,2%), sedangkan yang<br />

memiliki pengetahuan cukup 23<br />

responden (27,7%), yang memiliki<br />

pengetahuan kurang sebanyak 20<br />

responden (24,1%).<br />

Tabel 5 : Karakteristik Responden<br />

Berdasarkan Pengetahuan Kepala<br />

Keluarga Tentang Kepemilikan Jamban<br />

Sehat di Desa Begendeng Kecamatan<br />

Jatikalen Kabupaten Nganjuk<br />

No Pengetahuan Jumlah Prosentase (%)<br />

1 Baik 40 orang 48,2<br />

2 Cukup 23 orang 27,7<br />

3 Kurang 20 orang 24,1<br />

Total 83 orang 100.0<br />

Sumber : Data Primer Penelitian, Juni 2014<br />

Pembahasan<br />

Pengetahuan Kepala Keluarga Tentang<br />

Pengertian Jamban Sehat<br />

Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan<br />

kepala keluarga tentang pengertian<br />

jamban sehat responden memilki<br />

pengetahuan baik yaitu 83,1% karena<br />

berdasarkan jawaban responden pada<br />

kuesioner pengetahuan keluarga tentang<br />

pengertian jamban sehat banyak yang<br />

menjawab dengan benar. Responden yang<br />

memiliki pengetahuan cukup 13,3 %,<br />

berpengetahuan kurang 3,6%.<br />

Jamban merupakan tempat yang<br />

digunakan sebagai tempat buang air besar.<br />

Sedangkan jamban sehat adalah fasilitas<br />

pembangunan tinja yang mencegah<br />

kontaminasi ke sumber air, mencegah<br />

kontak antara manusia dan tinja, membuat<br />

tinja tersebut tidak dapat dihinggapi<br />

binatang, mencegah bau yang tidak sedap.<br />

(Anonim,2009:5)<br />

Melihat dari hasil penelitian<br />

pengetahuan keluarga tentang pengertian<br />

jamban sehat adalah baik, responden<br />

yang berpengetahuan cukup maupun<br />

kurang harus mendapatkan penyuluhan<br />

intensif tentang pengertian jamban sehat<br />

sehingga pengetahuan responden bisa<br />

menjadi baik.<br />

Pengetahuan Kepala Keluarga Tentang<br />

Manfaat Jamban Sehat<br />

Berdasarkan hasil penelitian<br />

pengetahuan keluarga tentang manfaat<br />

jamban sehat responden memilki<br />

pengetahuan baik yaitu 79,6% karena<br />

berdasarkan jawaban responden pada<br />

kuesioner pengetahuan keluarga tentang<br />

manfaat jamban sehat banyak yang<br />

menjawab dengan benar. Berpengetahuan<br />

cukup 18,0%, dan yang berpengetahuan<br />

kurang 2,4%.<br />

Membangun dan menggunakan<br />

jamban dapat memberikan manfaat secara<br />

langsung dan tidak langsung, manfaat<br />

secara langsung yaitu menurunkan<br />

penyakit tifoid abdominalis, menurunkan<br />

penyakit kolera, menurunkan penyakit<br />

disentri basiler dan sebagainya, dan<br />

manfaat secara tidak langsung yaitu<br />

meningkatkan martabat dan hak pribadi,<br />

lingkungan yang lebih bersih, bau<br />

berkurang, sanitasi dan kesehatan<br />

meningkat, keselamatan lebih baik (tidak<br />

perlu pergi ke ladang pada malam hari),<br />

menghemat waktu dan uang,<br />

menghasilkan kompos pupuk dan biogas<br />

untuk energi, memutus siklus penyebaran<br />

penyakit yang terkait dengan sanitasi.<br />

(Anonim, 2009:11-13)<br />

Dari hasil penelitian pengetahuan<br />

responden hampir seluruhnya baik. Ini<br />

karena melihat keadaan lingkungan yang


sudah menggunakan jamban sehat.<br />

Karena lingkungan merupakan seluruh<br />

kondisi yang ada disekitar menusia dan<br />

pengaruhnya yang dapat mempengaruhi<br />

perkembangan dan perilaku seseorang.<br />

Sehingga responden mengetahui tentang<br />

manfaat menggunakan jamban sehat dan<br />

tidak lagi membuang air besar di<br />

sembarang tempat. Sedangkan responden<br />

yang berpengetahuan cukup maupun<br />

kurang harus mendapatkan bimbingan<br />

tentang manfaat jamban sehat sehingga<br />

pengetahuan responden yang bisa menjadi<br />

baik.<br />

Pengetahuan Kepala Keluarga Tentang<br />

Syarat Jamban Sehat<br />

Berdasarkan hasil penelitian<br />

pengetahuan keluarga tentang syarat<br />

jamban sehat responden memilki<br />

pengetahuan baik yaitu 83,1% karena<br />

berdasarkan jawaban responden pada<br />

kuesioner pengetahuan keluarga tentang<br />

syarat jamban sehat sebagian besar<br />

menjawab dengan benar. Berpengetahuan<br />

cukup 14,5%, dan yang berpengetahuan<br />

kurang 2,4%.<br />

Ada beberapa syarat jamban yang<br />

sehat salah satunya yaitu tidak mencemari<br />

air, tidak mencemari tanah permukaan,<br />

bebas dari serangga, tidak menimbulkan<br />

bau dan nyaman digunakan, aman<br />

digunakan oleh pemakainya, mudah<br />

dibersihkan dan tak menimbulkan<br />

gangguan bagi pemakainya, tidak<br />

menimbulkan pandangan yang tidak<br />

sopan. (Chandra, 2007:126)<br />

Melihat hasil penelitian, responden<br />

yang berpengetahuan baik ini karena<br />

pengetahuan mereka diperoleh dari<br />

pengalaman pribadi, informasi dari bidan,<br />

tetangga maupun media massa yang<br />

memberikan informasi tentang syarat<br />

jamban sehat, sehingga responden<br />

mengetahui bahwa jamban sehat itu harus<br />

tertutup agar tidak ada lalat yang masuk<br />

dan harus aman digunakan oleh<br />

pemakainya. Sedangkan responden yang<br />

berpengetahuan cukup maupun kurang<br />

harus mendapatkan penyuluhan atau<br />

informasi tentang syarat jamban sehat<br />

sehingga pengetahuan responden yang<br />

cukup bisa menjadi baik.<br />

Pengetahuan Keluarga Tentang Cara<br />

Pembuatan Jamban Sehat<br />

Berdasarkan hasil penelitian<br />

pengetahuan keluarga tentang cara<br />

pembuatan jamban sehat responden<br />

memilki pengetahuan baik yaitu 83,3%<br />

karena berdasarakan jawaban responden<br />

pada kuesioner pengetahuan keluarga<br />

tentang cara pembuatan jamban sehat<br />

sebagian besar menjawab dengan benar.<br />

Berpengetahuan cukup 13,3% dan yang<br />

berpengetahuan kurang 3,6%<br />

Cara pembuatan jamban sehat<br />

yaitu gali tanah selebar 1-1,5 m, dalam 3<br />

m atau lebih, tergantung kebutuhan, paku<br />

bronjong (anyaman bambu) atau bahan<br />

penguat lainnya pada dinding lubang<br />

untuk menahan longsor, tutup lubang<br />

dengan lantai yang berlubang dan<br />

bangunan penutup, lubang khusus<br />

pembuangan kotoran perlu ditutup dengan<br />

penutup yang dapat diangkat, untuk<br />

menghindari bau yang tidak sedap, lubang<br />

septik tank perlu dilengkapi dengan<br />

saluran pembuangan gas, bangunan<br />

jambang perlu diusahakan agar cukup<br />

ventilasi udara dan sinar masuk, bangunan<br />

diusahakan dari bahan yang ringan agar<br />

mudah dipindahkan. (Warsito, 2008:8)<br />

Pengetahuan responden yang baik<br />

ini mungkin juga karena responden ratarata<br />

sudah mendapatkan informasi tentang<br />

bagaimana pembuatan jamban sehat, apa<br />

alat serta bahan yang dibutuhkan.<br />

Responden yang berpengetahuan cukup<br />

maupun kurang harus mendapatkan<br />

bimbingan dan pendampingan tentang<br />

bagaimana cara pembuatan jamban sehat<br />

yang benar sehingga pengetahuan<br />

responden tentang cara pembuatan<br />

jamban sehat dari yang cukup atau kurang<br />

bisa menjadi baik.<br />

Pengetahuan Keluarga Tentang<br />

Kepemilikan Jamban Sehat<br />

Berdasarkan hasil penelitian<br />

kepemilikan jamban di desa begendeng<br />

yaitu 48,2% karena Desa Begendeng yang


terletak di dekat sungai membuat<br />

masyarakat masih ada yang buang air<br />

besar di sungai sehingga sebagian warga<br />

belum mempunyai jamban yang sehat.<br />

Keluarga yang masih menumpang di<br />

jamban tetangga 27,7%, dan yang buang<br />

air besar di sungai atau pekarangan 24,1%.<br />

Lingkungan adalah seluruh<br />

kondisi yang ada disekitar manusia dan<br />

pengaruhnya dapat mempengaruhi<br />

perkembangan dan perilaku orang atau<br />

kelompok. (Wawan, 2010 : 18)<br />

Dari hasil penelitian yang<br />

dilakukan menunjukkan bahwa masih<br />

banyak keluarga yang belum mempunyai<br />

jamban sehat bahkan masih banyak juga<br />

keluarga yang belum menggunakan<br />

jamban sehat, berbagai alasan dari<br />

responden salah satunya karena jarak<br />

mereka yang dekat dengan sungai, karena<br />

pekerjaan yang 49% sebagai petani<br />

dengan penghasilan yang tidak banyak<br />

sehingga belum bisa membuat jamban<br />

sehat di rumah, dan karena masih<br />

banyaknya responden yang berpendidikan<br />

rendah yaitu 71% sehingga responden<br />

masih sulit menerima informasi bahwa<br />

membuat jamban sehat itu penting.<br />

Sehingga responden harus mendapatkan<br />

penyuluhan dan bimbingan yang intensif<br />

agar responden yang berpendidikan<br />

rendah bisa menerima informasi yang<br />

jelas tentang kepemilikan jamban, dan<br />

bantuan bagi kepala keluarga yang belum<br />

bisa membuat jamban sehat karena alasan<br />

pekerjaan responden yang sebagai petani<br />

dengan penghasilan yang tidak banyak.<br />

KESIMPULAN DAN SARAN<br />

Pada bab ini akan menyajikan<br />

kesimpulan tentang “Gambaran<br />

Pengetahuan Kepala Keluarga Tentang<br />

Jamban Sehat di Desa Begendeng<br />

Kecamatan Jatikalen Kabupaten Nganjuk<br />

Tahun 2014”. Berdasarkan data penelitian<br />

dan hasil yang telah dilakukan dapat<br />

diambil kesimpulan bahwa pengetahuan<br />

kepala keluarga tentang jamban sehat<br />

sebagai berikut : Tingkat pengetahuan<br />

kepala keluarga tentang pengertian<br />

jamban sehat yaitu 83,1% dengan<br />

pengetahuan baik, cukup 13,3%, dan<br />

berpengetahuan kurang 3,6%. Tingkat<br />

pengetahuan kepala keluarga tentang<br />

manfaat jamban sehat 79,6% dengan<br />

pengetahuan baik, berpengetahuan cukup<br />

18,0%, dan berpengetahuan kurang 2,4%.<br />

Tingkat pengetahuan kepala keluarga<br />

tentang syarat jamban sehat 83,1%<br />

dengan pengetahuan baik, berpengetahuan<br />

cukup 14,5, dan berpengetahuan kurang<br />

2,4%. Tingkat pengetahuan kepala<br />

keluarga tentang cara pembuatan jamban<br />

sehat 83,3% dengan pengetahuan baik,<br />

berpengetahuan cukup 13,3%, dan<br />

berpengetahuan kurang 3,6%. Keluarga<br />

yang memiliki jamban sehat sebanyak<br />

48,2%, yang menumpang di jamban<br />

tetangga 27,7%, dan yang buang air besar<br />

di sembarang tempat atau disungai 24,1%.<br />

Pengetahuan kepala keluarga<br />

tentang jamban sehat adalah baik tetapi<br />

untuk kepemilikan jamban sehat masih<br />

kurang dengan alasan desa yang dekat<br />

dengan sungai, sehingga masyarakat<br />

masih memilih untuk buang air besar di<br />

sungai dan tidak mau membuat jamban<br />

yang sehat. Alasan yang lain karena<br />

pekerjaan responden yang 49% sebagai<br />

petani dengan penghasilan yang tidak<br />

banyak sehingga belum bisa membuat<br />

jamban sehat, dan karena masih<br />

banyaknya responden yang berpendidikan<br />

rendah yaitu 71% jadi responden masih<br />

sulit menerima informasi bahwa membuat<br />

jamban sehat itu penting. Sehingga<br />

responden harus mendapatkan<br />

penyuluhan dan bimbingan yang intensif<br />

agar responden yang berpendidikan<br />

rendah bisa menerima informasi yang<br />

jelas tentang kepemilikan jamban, dan<br />

bantuan bagi kepala keluarga yang belum<br />

bisa membuat jamban sehat karena alasan<br />

pekerjaan responden yang sebagai petani<br />

dengan penghasilan yang tidak banyak.<br />

Diharapkan dengan penelitian ini<br />

dapat dijadikan masukan dan

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!