17.05.2015 Views

o_19lfmmpbu153r12ho11dsnsd17i5a.pdf

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

di Posyandu (Anonim, 2013 : 04)<br />

Pada saat ini, Indonesia<br />

menghadapi masalah gizi ganda, yaitu<br />

masalah gizi kurang dan masalah gizi<br />

lebih. Masalah gizi kurang pada<br />

umumnya disebabkan oleh kemiskinan<br />

kurangnya persedian pangan, kurang<br />

baiknya kualitas lingkungan (sanitasi),<br />

kurangnya pengetahuan masyarakat<br />

tentang gizi, menu seimbang dan<br />

kesehatan dan adanya daerah miskin gizi<br />

(iodium). Sebaliknya masalah gizi lebih<br />

disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada<br />

lapisan masyarakat tertentu disertai<br />

dengan kurangnya pengetahuan tentang<br />

gizi, menu seimbang dan kesehatan<br />

(Proverawati, 2009 : 300)<br />

Masalah gizi di Indonesia dan di<br />

negara berkembang pada umumnya masih<br />

didominasi oleh masalah Kurang Energi<br />

Protein (KEP), masalah Anemia Besi,<br />

masalah Gangguan Akibat Kekurangan<br />

Yodium (GAKY), masalah Kurang<br />

Vitamin A (KVA) dan masalah obesitas<br />

terutama di kota-kota besar (Proverawati,<br />

2009 : 301).<br />

Oleh karena itu, Indonesia yang<br />

sekarang sedang membangun, faktor gizi<br />

di samping faktor-faktor lain dianggap<br />

penting untuk, memacu pembangunan,<br />

khususnya yang berkaitan dengan<br />

pengembangunan, khususnya yang<br />

berkaitan dengan pengembangan sumber<br />

daya manusia berkualitas. Hal yang<br />

penting dalam kehidupan manusia adalah<br />

meningkatkan perhatian terhadap<br />

kesehatan guna mencegah terjadinya<br />

malnutrisi (gizi salah) dan resiko untuk<br />

menjadi gizi kurang. Status gizi ini<br />

menjadi penting karena merupakan salah<br />

satu faktor resiko untuk terjadinya<br />

kesakitan dan kematian. Status gizi yang<br />

baik pada seseorang akan berkontribusi<br />

terhadap kesehatanya dan juga terhadap<br />

kemampuan dalam proses pemulihan<br />

(Susanti, 2010: 05).<br />

Kurang Energi dan protein (KEP)<br />

pada anak masih menjadi masalah gizi<br />

dan kesehatan masyarakat di Indonesia.<br />

Terdapat beberapa cara melakukan<br />

penilaian status gizi pada kelompok<br />

masyarakat. Salah satunya adalah dengan<br />

pengukuran tubuh manusia yang dikenal<br />

dengan Antropometri. Antropometri<br />

disajikan dalam bentuk indeks yang<br />

dikaitkan dengan variabel lain dimana<br />

variabel yang digunakan adalah umur,<br />

berat badan, dan tinggi badan. Berat<br />

badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks<br />

Berat Badan/ Umur. Berdasarkan riset<br />

kesehatan Dasar tahun 2010, sebanyak<br />

13,0% anak berstatus gizi buruk. Data<br />

yang sama menunjukan 13,3% anak kurus<br />

diantaranya 6,0% anak sangat kurus dan<br />

17,1% anak memiliki kategori sangat<br />

pendek. Keadaan ini berpengaruh pada<br />

masih tingginya angka kematian bayi.<br />

Pertumbuhan anak dapat diamati secara<br />

cermat dengan menggunakan Kartu<br />

Menuju Sehat (KMS) Balita (Cakrawati,<br />

2012 : 37)<br />

Salah satu upaya yang<br />

dikembangkan oleh Depkes RI dalam<br />

rangka mengurangi angka kesakitan,<br />

resiko tinggi, kematian maternal dan<br />

neonatal adalah dengan mengupayakan<br />

pemberdayaan keluarga dan masyarakat<br />

melalui penggunaan buku Kesehatan Ibu<br />

dan Anak (KIA). Usaha perbaikan gizi<br />

tersebut merupakan Institusi penerapan<br />

sistem kewaspadaan pangan dan gizi<br />

dengan harapan terwujudnya keluarga<br />

mandiri sadar gizi.<br />

Sementara masalah gizi di<br />

Indonesia mengakibatkan lebih dari 80%<br />

kematian anak. Berdasarkan data<br />

Bappenas, 2013, secara Nasional,<br />

prevalensi berat-kurang pada tahun 2013<br />

adalah 19,6 persen, terdiri dari 5,7% gizi<br />

buruk dan 13,9% gizi kurang. Untuk<br />

mencapai sasaran MDG tahun 2015 yaitu<br />

15,5% maka prevalensi gizi buruk-kurang<br />

secara nasional harus diturunkan sebesar<br />

4.1% dalam periode 2013 sampai 2015.<br />

Anak usia dibawah lima tahun<br />

atau Balita merupakan kelompok yang<br />

rentan terhadap masalah kesehatan dan<br />

gizi. Balita yang berat badannya dibawah<br />

garis merah masih banyak dijumpai di<br />

Indonesia. Balita Bawah Garis Merah

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!