05.05.2015 Views

Asasi Sept-Okt 2012.indd - Elsam

Asasi Sept-Okt 2012.indd - Elsam

Asasi Sept-Okt 2012.indd - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Putusan Hakim Mewajarkan Penyiksaan<br />

Setelah berjalan persidangan sejak Juni 2012,<br />

Majelis Hakim perkara Putusan No. 75/PID.B/2012/<br />

PN.BKT pada Senin, 22 <strong>Okt</strong>ober 2012 akhirnya<br />

membacakan putusan terhadap 6 (enam) orang<br />

Polisi Polsekta Bukittinggi, yang melakukan<br />

penyiksaan terhadap Erik Alamsyah. Majelis Hakim<br />

menyatakan para Terdakwa terbukti secara sah dan<br />

meyakinkan melanggar Pasal 351 ayat (1) jo Pasal<br />

55 ayat (1) ke-1 KUHP, yakni turut serta melakukan<br />

penganiayaan. Terdakwa a.n 1) AM. Muntarizal; 2)<br />

Riwanto Manurung; 3) Fitria Yohanda; da 4) Boby<br />

Heryanto dihukum dengan hukuman 10 bulan<br />

penjara. Sedangkan Terdakwa a.n 5) Deky Masriko;<br />

dan Dody Hariandi dihukum dengan hukuman 1<br />

tahun penjara. Hukuman ini dipotong masa tahanan.<br />

Masing-masing hukuman ini 2 bulan lebih rendah<br />

dibandingkan Tuntutan Jaksa Penuntut Umum.<br />

Hukuman yang dijatuhkan terhadap 6 (enam)<br />

Terdakwa sangat ringan, dan tidak memberikan efek<br />

jera terhadap para terdakwa yang notabene adalah<br />

aparat kepolisian yang seharusnya dapat menjadi<br />

contoh bagi masyarakat. Hukuman ringan tersebut<br />

menambah rentetan kasus penyiksaan yang<br />

melibatkan aparat kepolisian yang dihukum secara<br />

tidak maksimal, sehingga mengakibatkan perilaku<br />

penyiksaan dan merendahkan martabat kerap terjadi<br />

di institusi Kepolisian.<br />

Dalam pertimbangan putusannya, Majelis<br />

Hakim hampir sepenuhnya mengikuti logika-logika<br />

yang dibangun Penasehat Hukum Terdakwa dan<br />

argumentasi-argumentasi JPU, yakni bahwasanya<br />

adalah benar para Terdakwa melakukan<br />

penganiayaan terhadap Erik Alamsyah, namun<br />

penganiayaan tersebut bukanlah menjadi sebab yang<br />

mengakibatkan kematian Erik. Padahal seharusnya,<br />

Majelis Hakim seharusnya bisa menggali sendiri<br />

fakta-fakta selama di persidangan, terutama<br />

ketika saksi Nasution Setiawan yang mencabut<br />

keterangannya di BAP. Ketika saksi mencabut<br />

BAP-nya ini, seharusnya hakim memperhatikan<br />

kondisi psikologis saksi Nasution, yang juga menjadi<br />

Terdakwa dalam kasus pencurian motor. Selain itu,<br />

ketika dihadirkan sebagai saksi, Nasution dibawa<br />

menggunakan mobil tahanan yang sama dengan<br />

para terdakwa dan ditempatkan di dalam ruang<br />

tahanan PN yang sama.<br />

Kemudian, dalam pertimbangan “hal meringankan”<br />

Terdakwa, Majelis Hakim menyatakan beberapa hal,<br />

yang salah satunya adalah: tindakan para Terdakwa<br />

adalah dalam rangka mengungkap kasus pencurian<br />

sepeda motor yang sedang marak di Bukittinggi.<br />

Kami melihat pertimbangan Hakim ini tidak tepat,<br />

karena secara tidak langsung dapat dikatakan<br />

bahwa Majelis Hakim mewajarkan pemukulanpemukulan<br />

yang dilakukan para Terdakwa, karena<br />

dalam aktivitas pekerjaannya.<br />

Selain itu, Hakim juga menolak permohonan<br />

restitusi yang diajukan keluarga Erik melalui LPSK<br />

dengan alasan tidak terpenuhinya syarat formil<br />

sebagaimana diatur PP No. 44 tahun 2008 tentang<br />

monitoring sidang<br />

Pemberian Kompensasi, Restitusi dan Bantuan<br />

Kepada Saksi dan Korban (Pasal 20 s.d Pasal 33).<br />

Majelis Hakim berpendapat, karena permohonan<br />

tersebut tidak melampirkan kwitansi atau bukti<br />

biaya yang dikeluarkan korban atau keluarganya<br />

paska meninggalnya Erik, sehingga Restitusi tidak<br />

dikabulkan. Seharusnya, demi memenuhi hak<br />

korban, Hakim dapat mengabaikan syarat formil<br />

tersebut sepanjang dia meyakini benar adanya tindak<br />

pidana itu dan ada korban yang mengalami kerugian.<br />

Melihat perjalanan kasus Erik, bisa dilihat bahwa<br />

Pengadilan tidak dapat digunakan sebagai salah<br />

satu sarana untuk menghalangi merebaknya praktek<br />

penyiksaan. Apalagi untuk memenuhi keadilan<br />

dan hak-hak korban. Situasi ini akan mendorong<br />

dan memberikan pembenaran diam-diam bagi<br />

aparat penegak hukum atau mewajarkan praktek<br />

penyiksaan atau penganiayaan yang dilakukan<br />

pada saat penyidikan di Kepolisian. Oleh karenanya<br />

Pemerintah dan DPR harus segera memasukkan<br />

dan menyesuaikan pengertian penyiksaan<br />

sebagaimana didefinisikan dalam Convention<br />

against Torture and Other Cruel, Inhuman or<br />

Degrading Treatment or Punishment (Konvensi Anti<br />

Penyiksaan), karena KUHP yang selama ini menjadi<br />

landasan penghukuman bagi kejahatan penyiksaan,<br />

masih mendasarkan pada delik penganiayaan dan<br />

delik-delik lainnya, sehingga penghukumannya pun<br />

seringkali sangat lemah.<br />

Keterangan<br />

1 Berdasarkan Pemantauan Persidangan Aparat Kepolisian<br />

Terdakwa Penyiksaan Erik Alamsyah Perkara Nomor 75/<br />

PID.B.2012.PN/BKT Juni – <strong>Okt</strong>ober 2012<br />

2 Laporan Pemantauan, Kasus Kematian Tersangka di<br />

Mapolsek Kota Bukittinggi. Komnas HAM RI, 4 April 2012,<br />

hal 9.<br />

3 Pihak kepolisian sedari awal menekankan bahwa dalam<br />

penyergapan tersebut, Erik Alamsyah dan Nasution Setiawan<br />

mengalami benturan akibat terjatuh dan menabrak pagar<br />

pada saat hendak melarikan diri dengan sepeda motornya<br />

(Satria FU Warna Hitam Putih). Namun, berdasarkan hasil<br />

investigasi LBH Padang bersama Komnas HAM saat<br />

mewawancarai Nasution Setiawan, Erik dan rekannya<br />

Nasution tidak pernah terjatuh dan mengalami benturan<br />

apalagi menabrak pagar.<br />

4 LBH Padang mengetahui kejadian ini karena ditelpon<br />

oleh pihak keluarga korban. Pada saat itu pihak keluarga<br />

menginformasikan bahwa jenazah Erik Alamsyah akan di<br />

Otopsi di Rumah Sakit M. Jamil dan meminta LBH Padang<br />

untuk ikut menyaksikan proses otopsi.<br />

5 Keterangan Dokter Forensik sesuai dengan photo<br />

pemeriksaan pihak kepolisian terhadap jenazah.<br />

6 Kop Surat dari Naskah Eksepsi Tim Penasehat Hukum Para<br />

Terdakwa bertuliskan Kepolisian Negara Republik Indonesia.<br />

7 Keterangan ini juga bisa dilihat dalam Pers Release<br />

Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, Nomor: 32/<br />

PR/LPSK/V/2012, LPSK Menerima Perlindungan Saksi<br />

Kunci Tewasnya Erik Alamsyah, http://www.lpsk.go.id/<br />

page/4fb38b6d378c3<br />

8 Hal ini dikemukakan juga oleh Jaksa Penuntut Umum pada 5<br />

<strong>Sept</strong>ember 2012<br />

<br />

ASASI EDISI SEPTEMBER-OKTOBER 2012 15

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!