05.05.2015 Views

Asasi Sept-Okt 2012.indd - Elsam

Asasi Sept-Okt 2012.indd - Elsam

Asasi Sept-Okt 2012.indd - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

kematian, dengan ancaman pidana maksimal 7 tahun<br />

penjara; Ketiga, Pasal 351 ayat (1) jo Pasal 55 ayat<br />

(1) ke 1 KUHP, yakni tindak pidana ppenganiayaan,<br />

dengan ancaman pidana maksimal 2 tahun 8 bulan<br />

penjara; dan Keempat, Pasal 358 ayat (2) KUHP,<br />

yakni tindak pidana penyerangan atau perkelahian<br />

yang mengakibatkan kematian, dengan ancaman<br />

pidana maksimal 4 tahun penjara.<br />

Dalam persidangan, para Terdakwa didampingi<br />

3 orang Penasehat Hukum dari Kepolisian Daerah<br />

Sumatera Barat Republik Indonesia 6 , yakni Zulfia,<br />

SH., Hafnizal, SH., dan Hamrizal, SH.<br />

Berdasarkan surat dakwaan, JPU menyatakan<br />

para Terdakwa pada 30 Maret 2012, setelah<br />

menangkap Erik dan Nasution, di dalam ruang<br />

Opsnal Polsekta Bukittinggi, mereka secara bersamasama<br />

melakukan pemukulan terhadap korban Erik.<br />

Terdakwa I memukul kening korban menggunakan<br />

tangan, serta menendang dengan kaki ke arah kaki<br />

korban Erik; Terdakwa II memukul punggung Erik<br />

sebanyak 2 (dua) kali dengan menggunakan tangan;<br />

Terdakwa III memukul korban dengan menggunakan<br />

bambu sebanyak 5 (lima) kali sehingga korban<br />

menjerit kesakitan, selain itu Terdakwa III juga<br />

memukul korban menggunakan ikat pinggang<br />

yang diambil dari saksi Nasution ke kepala korban.<br />

Sedangkan Terdakwa IV menendang korban dengan<br />

menggunakan kakinya sembari menyerukan agar<br />

Erik jujur; Terdakwa V menampar kepala korban<br />

serta menendang kaki korban sebanyak 1 (satu) kali;<br />

Terdakwa VI memukul korban dengan menggunakan<br />

balok kayu sebanyak 2 (dua) kali ke arah kaki serta<br />

bahu korban dan juga memukul korban dengan<br />

tangkai sapu sebanyak 5 (lima) kali ke arah tubuh korban,<br />

sehingga korban berteriak “ampun pak, sakit pak”.<br />

Akibat perbuatan Para Terdakwa tersebut, Erik<br />

mengalami luka memar pada bagian kepala serta<br />

anggota tubuh lainnya. Pada pukul 17.00 WIB<br />

korban mengeluh sakit pada bagian perutnya dan tak<br />

lama kemudian korban jatuh pingsan dan dilarikan<br />

ke RSAM Bukittinggi. Sesampainya di RSAM, Dokter<br />

Rumah sakit menyatakan bahwa korban telah<br />

meninggal dunia.<br />

Bahwa setelah dilakukan pemeriksaan terhadap<br />

jenazah korban atau visum et repertum tanggal 1<br />

April 2012 oleh Dr. Rika Susanti Sp.F di RSUP Djamil,<br />

Padang, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat luka<br />

terbuka pada belakang kepala kiri, luka memar pada<br />

punggung, lengan, tungkai serta luka lecet pada dahi,<br />

pelipis, bibir, dagu, lengan dan jari akibat kekerasan<br />

benda tumpul. Hal yang mengakibatkan kematian<br />

korban adalah kekerasan benda tumpul pada kepala.<br />

Saksi Cabut BAP di Persidangan, Jaksa Tak<br />

Serius<br />

Sidang mendengarkan keterangan Saksi digelar<br />

pertama kali pada 17 Juli 2012. Ada hal yang<br />

sangat mengejutkan pada sidang tersebut, di mana<br />

Saksi (kunci) Nasution Setiawan yang sebelumnya<br />

pada investigasi LBH Padang dan Komnas HAM<br />

mengatakan bahwa Erik mengalami pemukulan,<br />

dan dirinya juga mengalami pemukulan, serta<br />

keterangan bahwasanya Erik tidak terjatuh saat<br />

penangkapan, mencabut keterangannya di BAP<br />

dengan alasan bahwa saat proses BAP, dirinya<br />

stress karena terlalu banyak pertanyaan dari Polisi<br />

serta dirinya sakit hari kepada Polisi yang telah<br />

menangkap dirinya. Hal ini melemahkan tuntutan<br />

Jaksa dan akhirnya keterangan-keterangan di<br />

persidangan pun mengarah bahwa kematian Erik<br />

utamanya disebabkan karena terjatuhnya Erik saat<br />

penangkapan, bukan dikarenakan pemukulan yang<br />

dilakukan Polisi saat interogasi.<br />

Pencabutan BAP ini, dicurigai akibat tidak<br />

berjalannya perlindungan yang diberikan LPSK.<br />

Padahal, Permohonan perlindungan Saksi yang<br />

diajukan melalui LBH Padang ini telah diterima<br />

LPSK sebagaimana surat Nomor: R–0576/1.3/<br />

LPSK/06/2012, perihal: Pemberitahuan Diterimanya<br />

Perlindungan an. Nasution Setiawan, tertanggal 1<br />

Juni 2012 7 . Namun, kenyataannya Saksi Nasution<br />

Setiawan dan Marjoni tidak mendapatkan<br />

perlindungan, hal ini dapat dilihat dari fakta bahwa<br />

Nasution Setiawan dan Marjoni ditahan di Lapas<br />

Biaro, Baso, Kab. Agam, Sumatera Barat, yakni<br />

Lapas yang sama dengan para Terdakwa penyiksaan.<br />

Meskipun menurut JPU ditempatkan pada blok<br />

yang berbeda 8 . Selain itu, Nasution Setiawan dan<br />

Marjoni yang juga sedang menjalani sidang perkara<br />

pencurian di PN Bukittinggi, beberapa kali berada<br />

dalam satu mobil tahanan dengan para Terdakwa<br />

penyiksaan. Padahal kendaraan tahanan Kejari<br />

Bukittinggi tersebut sangat kecil, yakni hanya muat<br />

mungkin 12 penumpang.<br />

Atas pencabutan BAP ini, Komnas HAM melalui<br />

surat bernomor 1.938/K/PMT/X/2012, tertanggal<br />

1 <strong>Okt</strong>ober 2012 (terlampir) menerangkan kepada<br />

Ketua PN Bukittinggi bahwa dicurigai pencabutan itu<br />

adalah akibat intimidasi dari Terdakwa.<br />

Pada 24 <strong>Sept</strong>ember 2012, Jaksa Penuntut<br />

Umum pun akhirnya hanya menuntut 1 tahun<br />

penjara terhadap Terdakwa AM. Muntarizal; Riwanto<br />

Manurung; Fitria Yohanda; dan Boby Hertanto.<br />

Sedangkan terhadap Deky Masriko dan Dodi<br />

Hariandi, Jaksa menuntut 1 tahun 2 bulan penjara,<br />

karena dianggap etrbukti melakukan penganiayaan,<br />

sebagaimana diatur Pasal 351 ayat (1) jo. Pasal 55<br />

ayat (1) KUHP. Padahal, awalnya para Terdakwa<br />

didakwa melakukan tindak pidana kekerasan<br />

yang mengakibatkan maut; penganiayaan yang<br />

mengakibatkan kematian; penganiayaan ringan;<br />

serta pengeroyokan yang mengakibatkan kematian.<br />

Dalam tuntutannya, Jaksa Penuntut Umum<br />

mengesampingkan pasal-pasal dan fakta-fakta<br />

persidangan. Luka-luka tak wajar, adanya darah<br />

saat di proses penyidikan, dan visum et repertum<br />

tidak dipertimbangkan dan dilihat secara baik oleh<br />

Jaksa untuk mengaitkannya dengan perbuatan para<br />

Terdakwa. Bahkan Jaksa Penuntut Umum tidak<br />

melihat perbuatan pelaku sebagai pengeroyokan.<br />

14 ASASI EDISI SEPTEMBER-OKTOBER MEI-JUNI 2012 2012

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!