05.05.2015 Views

Asasi Sept-Okt 2012.indd - Elsam

Asasi Sept-Okt 2012.indd - Elsam

Asasi Sept-Okt 2012.indd - Elsam

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

laporan utama<br />

Divonis Setelah Atheis<br />

Oleh Harry Kurniawan<br />

(Staf Perkumpulan Q-Bar Padang)<br />

Alexander Aan panggilan Aan adalah<br />

seorang calon pegawai negeri sipil (CPNS)<br />

yang bekerja di Badan Perencanaan<br />

dan Pembangunan Daerah (Bappeda)<br />

Kabupaten Dharmasraya. Dia lahir dari pasangan<br />

Armas, seorang guru SD, dan ibunya bernama<br />

Nuraini, ibu rumah tangga. Alexander Aan dikenal<br />

sebagai anak yang cerdas. Dia menamatkan studi<br />

Strata-1 di Jurusan Statistik Universitas Padjajaran,<br />

Bandung. Menurut data LBH Padang, berkat<br />

kecerdasannya itu, Aan berhasil lolos menjadi<br />

CPNS di Dharmasraya.<br />

Alexander Aan ditetapkan sebagai tersangka<br />

dalam kasus penistaan agama dan disidangkan di<br />

Pengadilan Negeri Sijunjung. Kasus yang menimpa<br />

Alexander Aan bermula dari kedatangan warga<br />

Pulau Punjung ke kantor Bappeda Kabupaten<br />

Dharmasraya pada 18 Januari 2012. Mereka<br />

mencari Alexander Aan.<br />

Aan dituduh melakukan penghinaan terhadap<br />

Agama Islam karena tulisan di halaman Facebooknya<br />

yang berjudul “Nabi Muhammad tertarik kepada<br />

menantunya sendiri” dan sebuah komik yang<br />

diambilnya dari grup Facebook “Atheis Minang”<br />

dan di-posting di dinding “Alex Aan” dengan judul<br />

“Nabi Muhammad bersetubuh dengan pembantu<br />

istrinya”.<br />

Dengan alasan keamanan, Aan kemudian<br />

dibawa ke kantor Polsek Sijunjung. Di kantor<br />

Polsek Sijunjung Aan mengaku bahwa dia seorang<br />

atheis sejak tahun 2008. Dia sempat diminta<br />

bertobat, namun Aan menolak karena menurutnya<br />

itu merupakan bagian dari hak kebebasannya.<br />

Alexander Aan kemudian ditahan oleh Polres<br />

Dharmasraya. Dia ditetapkan sebagai tersangka<br />

pelaku penodaan agama.<br />

Alexander Aan disangka dan didakwa dengan<br />

Pasal 28 ayat (2) UU nomor 11 tahun 2008<br />

Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang<br />

berbunyi “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa<br />

hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk<br />

menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan<br />

individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu<br />

berdasarkan atas suku, agama, ras, antargolongan<br />

(SARA)” dengan ancaman hukuman paling lama 6<br />

(enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.<br />

1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).<br />

Selain itu, Alexander Aan juga didakwa dengan<br />

Pasal 156 huruf a KUHP yang berbunyi “Dengan<br />

sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan<br />

atau melakukan perbuatan yang pada pokoknya<br />

bersifat permusuhan, penyalahgunaan atau<br />

penodaan terhadap suatu agama yang dianut<br />

di Indonesia” dan Pasal 156 a huruf b KUHP<br />

yang berbunyi “dengan sengaja di muka umum<br />

mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan<br />

dengan maksud agar supaya orang tidak menganut<br />

agama apapun juga, yang bersendikan ketuhanan<br />

yang maha esa”. Dalam hal ini diancam dengan<br />

hukuman selama-lamanya 5 (lima) tahun.<br />

Pada waktu di Polres Dharmasraya Alexander<br />

Aan secara sadar dan tanpa paksaan juga<br />

menyatakan permintaan maaf kepada umat Islam,<br />

keluarga, dan pihak Pemerintahan Dharmasraya.<br />

Karena posting-an dengan judul “Nabi Muhammad<br />

tertarik kepada menantunya sendiri” yang ada<br />

dalam Facebook “Aan Aan” bukan bertujuan<br />

untuk menyudutkan dan atau menghina Agama<br />

Islam, dan gambar yang bertuliskan kisah “Nabi<br />

Muhammad bersetubuh dengan pembantu istrinya”<br />

bukan merupakan karya/tulisannya, melainkan<br />

diambil dari tautan Facebook “Atheis Minang” yang<br />

diduga dikelola oleh Jusfi q Hadjar.<br />

Jusfi q Hadjar adalah pria yang berumur 70<br />

Tahun yang berasal dari Cingkariang, Banuhampu,<br />

Agam, Sumatera Barat, yang sekarang menetap<br />

di Leiden, Belanda. Sebelum berada di Belanda<br />

yang bersangkutan tinggal di Prancis sejak tahun<br />

1960 dan menjadi dosen di salah satu universitas di<br />

Prancis. Sejak tinggal di Belanda, Jusfi q Hadjar aktif<br />

menulis di berbagai milis dan sering menyerang<br />

ajaran Islam dan menonjolkan sisi-sisi buruk dari<br />

Islam dan Nabi Muhammad.<br />

Jusfi q Hadjar mengaku sebagai penganut Islam<br />

Mu’tazillah, yang bertujuan memanusiawikan<br />

ajaran Islam. 1 Aan sendiri tidak pernah bertemu<br />

dan berbicara langsung dengan Jusfi q Hadjar. Aan<br />

diundang sebagai pengelola akun “Atheis Minang”.<br />

Alexander Aan kemudian dituntut 3 tahun 6<br />

bulan penjara dengan Pasal 28 UU ITE. Hakim<br />

memvonis Aan bersalah dengan hukuman 2 tahun<br />

6 bulan penjara. Putusan ini sangat disayangkan<br />

karena pada dasarnya unsur pasal yang<br />

didakwakan terhadap Alexander Aan tidak terbukti<br />

di persidangan.<br />

Permusuhan dan kebencian yang timbul di<br />

masyarakat bukanlah akibat perbuatan Alexander<br />

Aan mem-posting komentar-komentarnya di<br />

Facebook akan tetapi akibat perbuatan rekan<br />

sekantornya yang meng-capture dinding Facebook<br />

grup Atheis Minang dan Facebook Alexander Aan<br />

<br />

ASASI EDISI SEPTEMBER-OKTOBER 2012 11

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!