n e w s l e t t e r - Al-Azhar Peduli Ummat
n e w s l e t t e r - Al-Azhar Peduli Ummat
n e w s l e t t e r - Al-Azhar Peduli Ummat
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Warta Jejaring<br />
Beastudi Santri<br />
<strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong> <strong>Peduli</strong> <strong>Ummat</strong> Padang<br />
“Mereka adalah tumpuan harapan kami.<br />
Kami ikhlas dan rela melepas mereka,<br />
bahkan jika harus sampai meninggal di<br />
pondok ini. Kami hanya ingin sepulang<br />
mereka dari pondok membawa ilmu,”<br />
ujar Duhusokhi Waruwu alias Ama Niska<br />
dengan terbata. Sore yang teduh itu, Ama<br />
Niska melepas Desen Pradi Waruwu,<br />
putranya, untuk mondok sebagai santri<br />
muallaf di Ponpes. Prof Hamka.<br />
Bahagia jelas membuncah di dada<br />
Ama Niska dan dua orangtua santri baru<br />
asal Nias yang mengantar anak-anak<br />
mereka. “Tidak ada sekolah Islam di<br />
Kecamatan Botomuzoi. Bahkan di sana,<br />
kami yang hanya 12 keluarga ini semua<br />
muallaf,” ungkap Bambang Mardin<br />
Polem, pegawai Kecamatan Botomuzoi,<br />
Nias, yang mendampingi “expedisi<br />
muallaf ” itu.<br />
Program Beastudi Santri <strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong><br />
<strong>Peduli</strong> <strong>Ummat</strong> Padang merupakan<br />
sinergi dengan program <strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong> <strong>Peduli</strong><br />
Muslim Nias (APMN).<br />
“Salah satu agenda APMN adalah<br />
membekali muslim Nias yang minoritas<br />
dan tertinggal dengan ilmu agama yang<br />
memadahi. Selain telah menempatkan<br />
Ustadz Qoimuddin Sarabiti asal Flores<br />
untuk membimbing<br />
warga muslim<br />
Botomuzoi, APMN<br />
juga memfasilitasi<br />
anak-anak Nias yang<br />
mau mengaji ilmu<br />
agama di pondok<br />
pesantren di luar<br />
Nias,” ungkap Agus<br />
Budiono, staff Divisi<br />
Program/Pendayagunaan<br />
<strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong><br />
<strong>Peduli</strong> <strong>Ummat</strong>.<br />
Kebetulan,<br />
Ponpes. Prof Hamka<br />
merupakan mitra kerja<br />
<strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong> <strong>Peduli</strong> <strong>Ummat</strong>. Dan, “Salah satu<br />
program <strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong> <strong>Peduli</strong> <strong>Ummat</strong> Padang<br />
adalah beastudi santri. Jadi klop. Subhanallah,<br />
semua ini sudah diatur <strong>Al</strong>lah Ta’ala,” ujar<br />
Agus Nafi, Manajer <strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong> <strong>Peduli</strong><br />
<strong>Ummat</strong> Padang.<br />
Semangat serupa ditunjukkan<br />
Ustadz Zainul Arifin, Direktur PP. Prof.<br />
Dr. Hamka, “Kami menyambut baik<br />
program ini. Untuk mendidik anak-anak<br />
muallaf belajar agama dari nol, insya<strong>Al</strong>lah<br />
kami sudah biasa.” Ponpes. Prof. Hamka<br />
memang dikenal sebagai tujuan mengaji<br />
Tiga santri muallaf asal Botomuzoi, Nias bergambar bersama orangtua di pelataran<br />
Ponpes. Prof. Hamka, Batu Nanggai, Kab. Agam, Sumatera Barat. Mereka didampingi<br />
Bambang Mardin Polem (ke dua dari kanan) dan Agus Nafi, Manajer <strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong> <strong>Peduli</strong><br />
<strong>Ummat</strong> Padang (paling kanan).<br />
Foto oleh: ZA.<br />
para muallaf dari Kepulauan Mentawai,<br />
Sumbar. Kini, syiar pondok pewaris<br />
ajaran Buya Hamka itu meluas.<br />
Bersama Desen yang harus<br />
mengulang di kelas 2 MTs (sebenarnya<br />
dia baru naik kelas 3 di Nias), Arpan<br />
Halawa dan Flanji Delvisko Gea yang<br />
baru lulus SD akan memulai menjadi<br />
santri di MTs Prof. Hamka.<br />
“Mudah-mudahan nanti merekalah<br />
yang akan melanjutkan membimbing<br />
kami para orangtua di Nias mereguk<br />
nikmat Islam,” harap Ama Niska. [an]