05.03.2015 Views

n e w s l e t t e r - Al-Azhar Peduli Ummat

n e w s l e t t e r - Al-Azhar Peduli Ummat

n e w s l e t t e r - Al-Azhar Peduli Ummat

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Warta Jejaring<br />

Beastudi Santri<br />

<strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong> <strong>Peduli</strong> <strong>Ummat</strong> Padang<br />

“Mereka adalah tumpuan harapan kami.<br />

Kami ikhlas dan rela melepas mereka,<br />

bahkan jika harus sampai meninggal di<br />

pondok ini. Kami hanya ingin sepulang<br />

mereka dari pondok membawa ilmu,”<br />

ujar Duhusokhi Waruwu alias Ama Niska<br />

dengan terbata. Sore yang teduh itu, Ama<br />

Niska melepas Desen Pradi Waruwu,<br />

putranya, untuk mondok sebagai santri<br />

muallaf di Ponpes. Prof Hamka.<br />

Bahagia jelas membuncah di dada<br />

Ama Niska dan dua orangtua santri baru<br />

asal Nias yang mengantar anak-anak<br />

mereka. “Tidak ada sekolah Islam di<br />

Kecamatan Botomuzoi. Bahkan di sana,<br />

kami yang hanya 12 keluarga ini semua<br />

muallaf,” ungkap Bambang Mardin<br />

Polem, pegawai Kecamatan Botomuzoi,<br />

Nias, yang mendampingi “expedisi<br />

muallaf ” itu.<br />

Program Beastudi Santri <strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong><br />

<strong>Peduli</strong> <strong>Ummat</strong> Padang merupakan<br />

sinergi dengan program <strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong> <strong>Peduli</strong><br />

Muslim Nias (APMN).<br />

“Salah satu agenda APMN adalah<br />

membekali muslim Nias yang minoritas<br />

dan tertinggal dengan ilmu agama yang<br />

memadahi. Selain telah menempatkan<br />

Ustadz Qoimuddin Sarabiti asal Flores<br />

untuk membimbing<br />

warga muslim<br />

Botomuzoi, APMN<br />

juga memfasilitasi<br />

anak-anak Nias yang<br />

mau mengaji ilmu<br />

agama di pondok<br />

pesantren di luar<br />

Nias,” ungkap Agus<br />

Budiono, staff Divisi<br />

Program/Pendayagunaan<br />

<strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong><br />

<strong>Peduli</strong> <strong>Ummat</strong>.<br />

Kebetulan,<br />

Ponpes. Prof Hamka<br />

merupakan mitra kerja<br />

<strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong> <strong>Peduli</strong> <strong>Ummat</strong>. Dan, “Salah satu<br />

program <strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong> <strong>Peduli</strong> <strong>Ummat</strong> Padang<br />

adalah beastudi santri. Jadi klop. Subhanallah,<br />

semua ini sudah diatur <strong>Al</strong>lah Ta’ala,” ujar<br />

Agus Nafi, Manajer <strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong> <strong>Peduli</strong><br />

<strong>Ummat</strong> Padang.<br />

Semangat serupa ditunjukkan<br />

Ustadz Zainul Arifin, Direktur PP. Prof.<br />

Dr. Hamka, “Kami menyambut baik<br />

program ini. Untuk mendidik anak-anak<br />

muallaf belajar agama dari nol, insya<strong>Al</strong>lah<br />

kami sudah biasa.” Ponpes. Prof. Hamka<br />

memang dikenal sebagai tujuan mengaji<br />

Tiga santri muallaf asal Botomuzoi, Nias bergambar bersama orangtua di pelataran<br />

Ponpes. Prof. Hamka, Batu Nanggai, Kab. Agam, Sumatera Barat. Mereka didampingi<br />

Bambang Mardin Polem (ke dua dari kanan) dan Agus Nafi, Manajer <strong>Al</strong> <strong>Azhar</strong> <strong>Peduli</strong><br />

<strong>Ummat</strong> Padang (paling kanan).<br />

Foto oleh: ZA.<br />

para muallaf dari Kepulauan Mentawai,<br />

Sumbar. Kini, syiar pondok pewaris<br />

ajaran Buya Hamka itu meluas.<br />

Bersama Desen yang harus<br />

mengulang di kelas 2 MTs (sebenarnya<br />

dia baru naik kelas 3 di Nias), Arpan<br />

Halawa dan Flanji Delvisko Gea yang<br />

baru lulus SD akan memulai menjadi<br />

santri di MTs Prof. Hamka.<br />

“Mudah-mudahan nanti merekalah<br />

yang akan melanjutkan membimbing<br />

kami para orangtua di Nias mereguk<br />

nikmat Islam,” harap Ama Niska. [an]

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!