Majalah CARE, Edisi Khusus Ramadhan 1430 H Majaalalah hh CA ...

Majalah CARE, Edisi Khusus Ramadhan 1430 H Majaalalah hh CA ... Majalah CARE, Edisi Khusus Ramadhan 1430 H Majaalalah hh CA ...

alazharpeduli.com
from alazharpeduli.com More from this publisher
05.03.2015 Views

Cermin Buya Puasa Tafsir Surah Al Baqarah ayat 183 - 185 Oleh: Buya Hamka Puasa bulan Ramadhan telah termasuk salah satu dari lima Rukun (tiang) Islam. Dalam bahasa Arab puasa disebut shiyam atau shaum, yang pokok artinya ialah menahan. Di dalam peraturan Syara’ dijelaskan bahwasanya shiyam menahan makan dan minum dan bersetubuh suami istri dari waktu fajar sampai waktu maghrib, karena menjunjung tinggi perintah Allah. Maka setelah nenek moyang kita memeluk Agama Islam kita pakailah kata PUASA buat menjadi arti daripada shiyam itu. Karena memang sejak agama yang dipeluk terlebih dahulu, peraturan puasa telah ada juga. Maka bersabdalah Tuhan: “Wahai orang-orang beriman ! Diwajiban kepada kamu puasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu.” (pangkal ayat 183). Sahabat Nabi kita, salah seorang ahli tafsir yang terkenal pula, yaitu Abdullah bin Mas’ud pernah mengatakan, bahwa apabila sesuatu ayat telah dimulai dengan panggilan kepada orang yang percaya, sebelum sampai ke akhirnya kita sudah tahu bahwa ayat ini akan mengandung suatu perihal yang penting ataupun suatu larangan yang berat. Sebab Tuhan Yang Maha Tahu itu telah memperhitungkan terlebih dahulu bahwa yang bersedia menggalangkan bahu buat memikul perintah Ilahi itu hanya orang yang beriman. Maka perintah puasa adalah salah satu perintah yang meminta pengorbanan kesenangan diri dan kebiasaan tiap hari. Kalau perintah tidak dijatuhkan kepada orang yang beriman tidaklah akan berjalan. Orang yang merasa dirinya ada iman bersedia menunggu, apa agaknya perintah yang akan dipikul itu. Dan bersedia merubah kebiasaannya, menahan nafsunya dan bersedia pula bangun di waktu sahur (dini hari) dan makan pada waktu itu, karena Tuhan yang memerintahkan. Dia bersedia menahan seleranya membatasi diri di dalam melakukan suatu latihan yang agak berat. Dengan ini dapatlah kita fahamkan bahwasanya peraturan puasa bukanlah peraturan yang baru diperbuat setelah Nabi Muhammad saw diutus saja, melainkan sudah diperintahkan juga kepada ummatummat terdahulu. Meskipun Kitab Taurat tidak menerangkan peraturan puasa sampai kepada yang berkecil-kecil, namun di dalamnya ada pujian dan anjuran kepada orang supaya berpuasa. Nabi Musa sendiri pernah puasa 40 hari. Sampai kepada zaman kita ini orang Yahudi masih tetap melakuka puasa pada hari-hari tertentu; puasa satu minggu sebagai peringatan hancurnya Yerusalem dan diambilnya kembali. Puasa hari ke sepuluh pada bulan ketujuh menurut perhitungan mereka, yang mereka puasakan sampai malam. Dalam kitab Injil pun tidaklah diberikan tuntunan puasa sampai kepada yang berkecil-kecil. Nabi Isa al Masih menganjurkan berpuasa, tetapi jangan digalakkan. Buatlah seakan-akan orang tidak tahu bahwa engkau puasa; minyaki rambut baik-baik, dan cuci muka supaya jangan kelihatan kusut karena puasa. Puasa orang Kristen yang terkenal ialah Puasa Besar sebelum Hari Paskah. Nabi Musa mempuasakan hari itu, demikian juga Nabi Isa dan murid-murid beliau. Kemudian gereja-gereja memutuskan pula hari-hari yang lain buat puasa, menurut yang diputuskan oleh pendeta-pendeta mereka dalam sekte masing-masing. Ada juga mempuasakan diri di hari-hari tertentu dari makanan tertentu, sebagai puasa dari daging, puasa dari ikan, puasa dari telur dan susu. Adapun puasa mereka menurut peraturan lam, makan hanya sekali dalam sehari semalam itu, tetapi kemudian ada perubaha, yaitu masa dari tengah malam sampai tengah hari. Orang Hindu pun mempunyai puasa, demikian pula penganut agama Budha Biksu (pendeta Budha) berpuasa sehari semalam, dimulai tengah hari tetapi boleh minum. Dalam agama Mesir purbakalapun ada juga peraturan puasa, terutama atas orang-orang perempuan. Bangsa Romawi sebelum Masehi-pun berpuasa. Di dalam surah Maryam kita lihat bahwasanya Nabi Zakaria dan Maryam, ibu Nabi Isa-pun mengerjakan puasa. Selain menurutiperaturan tidak makan dan tidak minum dan tidak bersetubuh (bagi Nabi Zakaria), berpuasa juga dari bercakap. Dengan demikian dapatlah kita simpulkan bahwasanya puasa adalah syariat yang penting di dalam tiap-tiap agama, meskipun ada perubahanperubahan hari ataupun bulan. Setelah Rasulullah s.a.w. diutus ditetapkanlah puasa buat ummat Islam pada bulan Ramadhan dan dianjurkan pula menambah (tathawwu’) dengan hari-hari yang lain. 36 Majalah CARE, Edisi Khusus Ramadhan 1430 H

Semai Harapan di Rumah Gemilang Indonesia Awal Agustus lalu, Rumah Gemilang Indonesia (RGI), melakukan seleksi penerimaan peserta pendidikan keterampilan Menjahit dan Menulis & Desain Grafis. Terdapat 100 pendaftar. Namun, untuk angkatan I, RGI baru menerima 40 peserta. Kelas menulis dan desain grafis mendapat minat tinggi. Kelas baru mulai dibuka pada 10 Agustus 2009. Catatan menarik dari hasil seleksi itu, tentu latar belakang peserta. Mereka datang ke RGI dengan tekad ingin mengubah hidup. Penampilan ala kadarnya dengan kaki memakai sandal jepit. Tak satu pun, ada yang membungkus telapak kakinya dengan sepatu. Sebagian besar pendaftar lulusan SMP, beberapa SD, dan tak lebih dari lima orang yang lulus SMA. Lebih dalam disibak, pendidikannya kebanyakan SMP terbuka. Sekolah yang dapat disambi bercocok tanam, cari rumput, dan pekerjaan lainnya yang dapat membantu orang tua. Beberapa ada yang sekolah formal hingga SMK, tapi mereka berhenti tanpa ijazah. Bukan karena tidak lulus, melainkan ijazahnya ditahan pihak sekolah, sebab menunggak biaya sekolah. Wajah-wajah polos mereka, menggurat sejuta harap, akan ada yang berubah dari perjalanan masa depannya. Ilmu pengetahuan dan keterampilan, selama ini amat mahal untuk mereka gapai. Kini, di RGI mimpi itu disemai. Semoga. Majalah ala CARE, ,E Edisi i Khusus u Ramadhan adh an 1430 0H 37

Cermin Buya<br />

Puasa<br />

Tafsir Surah Al Baqarah ayat 183 - 185<br />

Oleh: Buya Hamka<br />

Puasa bulan <strong>Ramadhan</strong> telah<br />

termasuk salah satu dari lima<br />

Rukun (tiang) Islam. Dalam<br />

bahasa Arab puasa disebut shiyam atau<br />

shaum, yang pokok artinya ialah menahan.<br />

Di dalam peraturan Syara’ dijelaskan<br />

bahwasanya shiyam menahan makan dan<br />

minum dan bersetubuh suami istri dari<br />

waktu fajar sampai waktu maghrib, karena<br />

menjunjung tinggi perintah Allah.<br />

Maka setelah nenek moyang kita<br />

memeluk Agama Islam kita pakailah kata<br />

PUASA buat menjadi arti daripada shiyam<br />

itu. Karena memang sejak agama yang<br />

dipeluk terlebih dahulu, peraturan puasa<br />

telah ada juga. Maka bersabdalah Tuhan:<br />

“Wahai orang-orang beriman ! Diwajiban<br />

kepada kamu puasa sebagaimana telah<br />

diwajibkan atas orang-orang yang<br />

sebelum kamu.” (pangkal ayat 183).<br />

Sahabat Nabi kita, salah seorang ahli<br />

tafsir yang terkenal pula, yaitu Abdullah<br />

bin Mas’ud pernah mengatakan, bahwa<br />

apabila sesuatu ayat telah dimulai<br />

dengan panggilan kepada orang yang<br />

percaya, sebelum sampai ke akhirnya<br />

kita sudah tahu bahwa ayat ini akan<br />

mengandung suatu perihal yang penting<br />

ataupun suatu larangan yang berat.<br />

Sebab Tuhan Yang Maha Tahu itu telah<br />

memperhitungkan terlebih dahulu<br />

bahwa yang bersedia menggalangkan<br />

bahu buat memikul perintah Ilahi itu<br />

hanya orang yang beriman.<br />

Maka perintah puasa adalah<br />

salah satu perintah yang meminta<br />

pengorbanan kesenangan diri dan<br />

kebiasaan tiap hari. Kalau perintah<br />

tidak dijatuhkan kepada orang yang<br />

beriman tidaklah akan berjalan. Orang<br />

yang merasa dirinya ada iman bersedia<br />

menunggu, apa agaknya perintah yang<br />

akan dipikul itu. Dan bersedia merubah<br />

kebiasaannya, menahan nafsunya dan<br />

bersedia pula bangun di waktu sahur<br />

(dini hari) dan makan pada waktu itu,<br />

karena Tuhan yang memerintahkan. Dia<br />

bersedia menahan seleranya membatasi<br />

diri di dalam melakukan suatu latihan<br />

yang agak berat.<br />

Dengan ini dapatlah kita fahamkan<br />

bahwasanya peraturan puasa bukanlah<br />

peraturan yang baru diperbuat setelah Nabi<br />

Muhammad saw diutus saja, melainkan<br />

sudah diperintahkan juga kepada ummatummat<br />

terdahulu. Meskipun Kitab Taurat<br />

tidak menerangkan peraturan puasa<br />

sampai kepada yang berkecil-kecil, namun<br />

di dalamnya ada pujian dan anjuran<br />

kepada orang supaya berpuasa.<br />

Nabi Musa sendiri pernah puasa 40<br />

hari. Sampai kepada zaman kita ini orang<br />

Yahudi masih tetap melakuka puasa pada<br />

hari-hari tertentu; puasa satu minggu<br />

sebagai peringatan hancurnya Yerusalem<br />

dan diambilnya kembali. Puasa hari ke<br />

sepuluh pada bulan ketujuh menurut<br />

perhitungan mereka, yang mereka<br />

puasakan sampai malam. Dalam kitab Injil<br />

pun tidaklah diberikan tuntunan puasa<br />

sampai kepada yang berkecil-kecil. Nabi<br />

Isa al Masih menganjurkan berpuasa,<br />

tetapi jangan digalakkan.<br />

Buatlah seakan-akan orang tidak<br />

tahu bahwa engkau puasa; minyaki<br />

rambut baik-baik, dan cuci muka supaya<br />

jangan kelihatan kusut karena puasa.<br />

Puasa orang Kristen yang terkenal ialah<br />

Puasa Besar sebelum Hari Paskah. Nabi<br />

Musa mempuasakan hari itu, demikian<br />

juga Nabi Isa dan murid-murid beliau.<br />

Kemudian<br />

gereja-gereja<br />

memutuskan pula hari-hari yang lain<br />

buat puasa, menurut yang diputuskan<br />

oleh pendeta-pendeta mereka dalam sekte<br />

masing-masing. Ada juga mempuasakan<br />

diri di hari-hari tertentu dari makanan<br />

tertentu, sebagai puasa dari daging,<br />

puasa dari ikan, puasa dari telur dan<br />

susu. Adapun puasa mereka menurut<br />

peraturan lam, makan hanya sekali dalam<br />

sehari semalam itu, tetapi kemudian<br />

ada perubaha, yaitu masa dari tengah<br />

malam sampai tengah hari. Orang Hindu<br />

pun mempunyai puasa, demikian pula<br />

penganut agama Budha Biksu (pendeta<br />

Budha) berpuasa sehari semalam, dimulai<br />

tengah hari tetapi boleh minum.<br />

Dalam agama Mesir purbakalapun<br />

ada juga peraturan puasa, terutama<br />

atas orang-orang perempuan. Bangsa<br />

Romawi sebelum Masehi-pun berpuasa.<br />

Di dalam surah Maryam kita lihat<br />

bahwasanya Nabi Zakaria dan Maryam,<br />

ibu Nabi Isa-pun mengerjakan puasa.<br />

Selain menurutiperaturan tidak makan<br />

dan tidak minum dan tidak bersetubuh<br />

(bagi Nabi Zakaria), berpuasa juga dari<br />

bercakap.<br />

Dengan demikian dapatlah kita<br />

simpulkan bahwasanya puasa adalah<br />

syariat yang penting di dalam tiap-tiap<br />

agama, meskipun ada perubahanperubahan<br />

hari ataupun bulan. Setelah<br />

Rasulullah s.a.w. diutus ditetapkanlah<br />

puasa buat ummat Islam pada bulan<br />

<strong>Ramadhan</strong> dan dianjurkan pula<br />

menambah (tathawwu’) dengan hari-hari<br />

yang lain.<br />

36<br />

<strong>Majalah</strong> <strong><strong>CA</strong>RE</strong>, <strong>Edisi</strong> <strong>Khusus</strong> <strong>Ramadhan</strong> <strong>1430</strong> H

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!