Majalah CARE, Edisi Khusus Ramadhan 1430 H Majaalalah hh CA ...

Majalah CARE, Edisi Khusus Ramadhan 1430 H Majaalalah hh CA ... Majalah CARE, Edisi Khusus Ramadhan 1430 H Majaalalah hh CA ...

alazharpeduli.com
from alazharpeduli.com More from this publisher
05.03.2015 Views

Titian Gemilang M Anwar Sani Direktur Al-Azhar Peduli Ummat Manajemen Zakat Berbasis Masjid Kali pertama diamanahi mengelola lembaga zakat, dengan basis masjid, saya sempat ragu. Tapi, peran masjid yang luar biasa pada masa Rasulullah dan sahabat, meyakinkan saya, bahwa sejarah itu ditulis dengan benar. Sehingga, dari sempat ragu, saya kian meyakini bahwa masjid, rumah zakat ideal untuk mengelola zakat, infak, sedekah (ZIS). Jika kita melihat pertumbuhan masjid-masjid di Indonesia, banyak masjid megah dan besar melebihi Masjid Agung Al-Azhar. Keberadaannya pun, di tengah komunitas dan lingkungan yang secara ekonomi mampu. Tapi, fungsi masjid itu baru menampakkan kemegahannya sebagai rumah ibadah. Belum memerankan diri, masjid sebagai fungsi sosial. Baru menjelang Idul Fitri dan Idul Qurban, peran sosial masjid berfungsi. Menghimpun dan mendistribusikan zakat dan memotong hewan qurban. Di sisa bulan lainnya, masjid hanya sebagai tempat ibadah biasa. Belajar dari pengalaman, mengelola lembaga zakat berbasis masjid, saya melihat masjidmasjid besar di Indonesia sangat potensial untuk memerankan fungsi dalam pengelolaan ZIS. Jika peran itu bisa dilakukan, maka kaum dhuafa tak hanya di bulan Ramadhan memetik manfaat zakat. Tapi, peran zakat sebagai instrument pemberdayaan umat dapat berjalan sepanjang waktu. Dalam proses distribusi zakat pun, peran masjid paling ideal sebagai Baitul Mal. Tentu, sebuah distribusi agar manfaatnya tepat dan berdampak pada perubahan masyarakat, harus dengan strategi yang benar. Meski dilakukan dari masjid, harus berjalan profesional. Al-Azhar Peduli Ummat misalnya, memiliki visi program pemberdayaan berbasis pendidikan dan dakwah. Visi ini, menjadi panduan sebuah perubahan hidup masyarakat berbasis masjid, pesantren, dan madrasah. Dalam membantu kaum dhuafa, Al-Azhar Peduli Ummat bersinergi dengan tiga pilar itu dalam mengembangkan program pemberdayaan masyarakat. Di Bali misalnya, Al-Azhar Peduli Ummat bersinergi dengan Pondok Pesantren Noor Muhammad untuk pemberdayaan petani Strawberry. Di Maninjau, juga mengembangkan pemberdayaan ikan di danau Maninjau. Juga pemberdayaan lainnya yang ada di berbagai wilayah pelosok Indonesia. Pengalaman ini, makin meyakinkan jika Masjid dapat memerankan fungsi sosialnya, maka masyarakat di sekitar masjid itu dapat sejahtera. Ramadhan tahun ini, semoga jadi tonggak gerakan pengelolaan zakat berbasis masjid. Tentang bagaimana memulainya, Al-Azhar Peduli Ummat, dengan ketulusan hati siap berbagi resep. Prinsipnya, rumah Tuhan yang kita agungkan itu, harus ramai dalam aktivitas ibadah dan sosial. Masjid, harus hidup 24 jam dan berperan layaknya masjid-masjid di zaman Rasulullah Muhammad saw. Wallahu’alam. 22 Majalah CARE, Edisi Khusus Ramadhan 1430 H

Zakat atas Penghasilan Profesi Konsultasi Zakat Adiwarman A. Karim Ketua Dewan Pertimbangan Al-Azhar Peduli Ummat Landasan Zakat Penghasilan • Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian (Q.S. Adz Dzariyat : 19) • …dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya …(Q.S. Al Hadiid : 7) • Wahai orang-orang yang beriman, infakanlah (zakatkanlah) sebagian dari hasil usahamu yang baikbaik,…(Q.S. Al Baqarah : 267) • Bila suatu kaum enggan mengeluarkan zakat, Allah akan menguji mereka dengan kekeringan dan kelaparan. (H.R. Thabrani) • Bila zakat bercampur dengan harta lainnya, maka ia akan merusak harta itu. (H.R. Al Bazar dan Baihaqi) Hasil Profesi Hasil profesi (pegawai negeri, swasta, konsultan, dokter, notaris, dll.) merupakan sumber pendapatan (kasab) yang tidak banyak dikenal di masa salaf (generasi terdahulu) oleh karenanya bentuk kasab ini tidak banyak dibahas, khususnya yang berkaitan dengan “zakat”. Lain halnya dengan bentuk kasab yang lebih populer saat itu, seperti pertanian, peternakan dan perniagaan, mendapat porsi pembahasan yang sangat memadai dan detail. Meskipun demikian bukan berarti harta yang didapat hasil profesi tersebut bebas dari zakat, sebab zakat pada hakekatnya adalah pungutan harta yang diambil dari orang-orang kaya untuk dibagikan kepada orangorang miskin di antara mereka (sesuai dengan ketentuan syara’). Qiyas atau Kemiripan (Syabbah) Zakat profesi didasarkan kepada qiyas atau kemiripan (syabbah) terhadap karakteristik harta zakat yang telah ada, yaitu : • Model memperoleh harta penghasilan (profesi) mirip dengan panen (hasil pertanian), sehingga harta ini dapat diqiyaskan kedalam zakat pertanian berdasrkan nishab (653 kg gabah kering giling atau setara dengan 520 kg beras) dan waktu pengeluaran zakatnya (setiap kali panen). • Model bentuk harta yang diterima sebagai penghasilan berupa uang, sehingga bentuk harta ini dapat diqiyaskan dalam zakat harta (simpanan/kekayaan) berdasarkan kadar zakat yang harus dibayarkan (2.5%). Dengan demikian hasil profesi seseorang apabila telah memenuhi ketentuan wajib zakat, maka wajib baginya untuk menunaikan zakat . Ketentuan Zakat Penghasilan • Menganalogikan secara mutlak kedua kategori di atas dengan hasil pertanian, baik nishab maupun kadar zakatnya, yaitu nishabnya senilai dengan hasil pertanian, yaitu 653 kg gabah dan tarifnya 5% dikeluarkan setiap menerima hasil tersebut. • Menganalogikan secara mutlak kedua lategori di atas dengan zakat perdagangan atau emas. Nishabnya 85 gram emas, kadar zakatnya 2.5% dikeluarkan setiap menerima dan kemudian diakumulasikan di akhir tahun, atau dibayar di akhir tahun. • Menganalogikan nishab zakat upah kerja/gaji dengan nishab zakat hasil pertanian yakni senilai 653 kg gabah dan dikonversi kedalam makanan pokok yaitu beras dengan penyusutan 20% dari gabah dan diperkirakan hasilnya menjadi 520 kg beras. Sedangkan kadar zakatnya dianalogikan dengan emas yakni 2.5%. Penghitungan Zakat Penghasilan Pada umumnya, pemahaman orang tentang penghitungan zakat penghasilan dibagi dua, yaitu : 1) Diambil Langsung dari Bruto x 2.5% 2) Dikurangi dulu dengan kebutuhan x 2.5% Masyarakat umumnya memakai cara penghitungan yang pertama karena kalau memakai cara yang kedua dikhawatirkan sampai kapanpun tidak akan terkena kewajiban berzakat, apalagi faktor pengurangnya terkadang untuk hal-hal yang bersifat konsumtif. Contoh : Nishab zakat penghasilan : 520 kg beras Misalnya harga beras Rp. 5.000,- / kg, maka penghasilan minimal Rp. 2.600.000 (didapat dari 520 x 5.000) sudah terkena wajib zakat. Majalah CARE, Edisi Khusus Ramadhan 1430 H 23

Zakat atas<br />

Penghasilan Profesi<br />

Konsultasi Zakat<br />

Adiwarman A. Karim<br />

Ketua Dewan Pertimbangan<br />

Al-Azhar Peduli Ummat<br />

Landasan Zakat Penghasilan<br />

• Dan pada harta-harta mereka ada<br />

hak untuk orang miskin yang<br />

meminta dan orang miskin yang<br />

tidak mendapat bagian (Q.S. Adz<br />

Dzariyat : 19)<br />

• …dan nafkahkanlah sebagian dari<br />

hartamu yang Allah telah menjadikan<br />

kamu menguasainya …(Q.S. Al<br />

Hadiid : 7)<br />

• Wahai orang-orang yang beriman,<br />

infakanlah (zakatkanlah) sebagian<br />

dari hasil usahamu yang baikbaik,…(Q.S.<br />

Al Baqarah : 267)<br />

• Bila suatu kaum enggan mengeluarkan<br />

zakat, Allah akan menguji<br />

mereka dengan kekeringan dan<br />

kelaparan. (H.R. Thabrani)<br />

• Bila zakat bercampur dengan harta<br />

lainnya, maka ia akan merusak<br />

harta itu. (H.R. Al Bazar dan<br />

Baihaqi)<br />

Hasil Profesi<br />

Hasil profesi (pegawai negeri, swasta,<br />

konsultan, dokter, notaris, dll.) merupakan<br />

sumber pendapatan (kasab)<br />

yang tidak banyak dikenal di masa salaf<br />

(generasi terdahulu) oleh karenanya<br />

bentuk kasab ini tidak banyak dibahas,<br />

khususnya yang berkaitan dengan<br />

“zakat”. Lain halnya dengan bentuk<br />

kasab yang lebih populer saat itu,<br />

seperti pertanian, peternakan dan<br />

perniagaan, mendapat porsi pembahasan<br />

yang sangat memadai dan<br />

detail. Meskipun demikian bukan<br />

berarti harta yang didapat hasil profesi<br />

tersebut bebas dari zakat, sebab zakat<br />

pada hakekatnya adalah pungutan<br />

harta yang diambil dari orang-orang<br />

kaya untuk dibagikan kepada orangorang<br />

miskin di antara mereka (sesuai<br />

dengan ketentuan syara’).<br />

Qiyas atau Kemiripan (Syabbah)<br />

Zakat profesi didasarkan kepada qiyas<br />

atau kemiripan (syabbah) terhadap<br />

karakteristik harta zakat yang telah<br />

ada, yaitu :<br />

• Model memperoleh harta penghasilan<br />

(profesi) mirip dengan<br />

panen (hasil pertanian), sehingga<br />

harta ini dapat diqiyaskan kedalam<br />

zakat pertanian berdasrkan nishab<br />

(653 kg gabah kering giling atau<br />

setara dengan 520 kg beras) dan<br />

waktu pengeluaran zakatnya<br />

(setiap kali panen).<br />

• Model bentuk harta yang diterima<br />

sebagai penghasilan berupa uang,<br />

sehingga bentuk harta ini dapat<br />

diqiyaskan dalam zakat harta (simpanan/kekayaan)<br />

berdasarkan<br />

kadar zakat yang harus dibayarkan<br />

(2.5%). Dengan demikian hasil<br />

profesi seseorang apabila telah<br />

memenuhi ketentuan wajib zakat,<br />

maka wajib baginya untuk menunaikan<br />

zakat .<br />

Ketentuan Zakat Penghasilan<br />

• Menganalogikan secara mutlak<br />

kedua kategori di atas dengan hasil<br />

pertanian, baik nishab maupun<br />

kadar zakatnya, yaitu nishabnya<br />

senilai dengan hasil pertanian,<br />

yaitu 653 kg gabah dan tarifnya<br />

5% dikeluarkan setiap menerima<br />

hasil tersebut.<br />

• Menganalogikan secara mutlak<br />

kedua lategori di atas dengan zakat<br />

perdagangan atau emas. Nishabnya<br />

85 gram emas, kadar zakatnya<br />

2.5% dikeluarkan setiap menerima<br />

dan kemudian diakumulasikan di<br />

akhir tahun, atau dibayar di akhir<br />

tahun.<br />

• Menganalogikan nishab zakat upah<br />

kerja/gaji dengan nishab zakat<br />

hasil pertanian yakni senilai 653<br />

kg gabah dan dikonversi kedalam<br />

makanan pokok yaitu beras dengan<br />

penyusutan 20% dari gabah dan<br />

diperkirakan hasilnya menjadi<br />

520 kg beras. Sedangkan kadar<br />

zakatnya dianalogikan dengan<br />

emas yakni 2.5%.<br />

Penghitungan Zakat Penghasilan<br />

Pada umumnya, pemahaman orang<br />

tentang penghitungan zakat penghasilan<br />

dibagi dua, yaitu :<br />

1) Diambil Langsung dari<br />

Bruto x 2.5%<br />

2) Dikurangi dulu dengan<br />

kebutuhan x 2.5%<br />

Masyarakat umumnya memakai cara<br />

penghitungan yang pertama karena<br />

kalau memakai cara yang kedua dikhawatirkan<br />

sampai kapanpun tidak akan<br />

terkena kewajiban berzakat, apalagi<br />

faktor pengurangnya terkadang untuk<br />

hal-hal yang bersifat konsumtif.<br />

Contoh :<br />

Nishab zakat penghasilan : 520 kg<br />

beras<br />

Misalnya harga beras Rp. 5.000,- /<br />

kg, maka penghasilan minimal Rp.<br />

2.600.000 (didapat dari 520 x 5.000)<br />

sudah terkena wajib zakat.<br />

<strong>Majalah</strong> <strong><strong>CA</strong>RE</strong>, <strong>Edisi</strong> <strong>Khusus</strong> <strong>Ramadhan</strong> <strong>1430</strong> H 23

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!