Majalah CARE, Edisi Khusus Ramadhan 1430 H Majaalalah hh CA ...
Majalah CARE, Edisi Khusus Ramadhan 1430 H Majaalalah hh CA ... Majalah CARE, Edisi Khusus Ramadhan 1430 H Majaalalah hh CA ...
Telaah Sholat dan Zakat Sendi yang Utuh Zakat, rukun Islam yang lima. Ia salah satu sendi agama. Bentuk zakat, memberikan sebagian harta secara reguler kepada orang lain yang berhak. Ada yang setahun sekali, setiap Idul Fitri (zakat fitrah), ada yang setiap panen (zakat pertanian) ada yang tiap tutup buku (perdagangan) dan ada yang tiap berjumpa obyeknya (zakat barang temuan/harta karun). Bagi pembayar, zakat sebagaimana arti bahasa dari kata zakat mengandung arti suci dan tumbuh. Orang yang patuh membayar zakat, hatinya dididik menjadi suci. Yakni, hatinya sedikit-sedikit dilatih untuk tidak terbelenggu oleh harta, karena memberi kepada orang lain merupakan latihan jiwa membuang sifat tamak, menanamkan kesadaran bahwa di dalam harta miliknya ada hak orang lain yang harus ditunaikan. Harta pun menjadi suci, karena terbebas dari apa yang bukan miliknya. Al Quran, secara tegas juga memerintahkan pelaksanaan zakat. Menurut catatan Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy (1999), terdapat 30 kali penyebutan secara ma’rifah di dalam Al Quran. Bahkan kewajiban zakat kerap bergandeng dengan perintah sholat. Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk. (QS: al-Baqarah: 43). Penjelasan kewajiban zakat bergandeng dengan perintah sholat, terdapat pada 28 ayat Al Quran. Menurut sebagian ulama besar, jika sholat adalah tiang agama, maka zakat adalah mercusuar agama. Sholat merupakan ibadah jasmaniah yang paling mulia, sedangkan zakat dipandang sebagai ibadah hubungan kemasyarakatan yang paling mulia. Beberapa pandangan ulama besar, menyatakan, bersamaannya kewajiban zakat dan perintah sholat dalam Al Quran, menyiratkan bahwa semestinya Allah tidak akan menerima salah satu, dari sholat atau zakat, tanpa kehadiran yang lain. Pada dasarnya, kepentingan ibadah sholat tidak dimaksudkan untuk mengurangi arti penting zakat, karena sholat merupakan wakil dari jalur hubungan dengan Allah, sedangkan zakat adalah wakil dari jalan hubungan dengan sesama manusia. Zakat, juga dapat dimaknai sebagai 14 Majalah CARE, Edisi Khusus Ramadhan 1430 H
distribusi kesejahteraan. Menurut al Qur’an, di dalam harta si kaya terkandung hak-hak orang lain, yang meminta dan yang tidak berani meminta. Jadi, zakat memang milik mustahik yang harus dibayarkan. Jika tidak dibayarkan, berarti si kaya menahan hak-hak orang miskin yang berhak. Perbuatan itu, searti dengan korupsi. Zakat juga mengandung arti tumbuh. Bahwa harta yang dizakati akan tumbuh berkembang secara sehat seperti pohon rindang, indah dipandang mata, bisa untuk berteduh orang banyak dan buahnya bermanfaat. Prinsip dasar syariat Islam, memperkecil beban, oleh karena itu zakat bersifat ringan, hanya 2,5 % (zakat niaga/kekayaan), 5 % (zakat produksi pertanian padat modal) , 10 % (zakat produksi pertanian tadah hujan, dan 20 % (zakat barang temuan atau rejeki nomplok). Zakat dipusatkan pada membayar, bukan pada menerima. Oleh karena itu, zakat lebih merupakan shok terapi bagi pemilik harta, agar tidak serakah memonopoli kekayaan. Bahkan, menurut Chapra (1985), zakat mempunyai dampak positif dalam meningkatkan ketersediaan dana bagi investasi. Sebab, pembayaran zakat pada kekayaan dan harta yang tersimpan akan mendorong para pembayar zakat untuk mencari pendapatan dari kekayaan mereka, sehingga mampu membayar zakat tanpa mengurangi kekayaannya. Dengan demikian, dalam sebuah masyarakat yang nilai-nilai Islam-nya telah terinternalisasi, simpanan emas dan perak serta kekayaan yang tidak produktif, cenderung akan berkurang, sehingga meningkatkan investasi dan menimbulkan kemakmuran yang lebih besar. Zakat juga bukan bentuk kepemihakan kepada orang miskin. Karena, muzaki (pembayar zakat) bukanlah pemilik riil kekayaan itu. Mereka hanya pembawa amanah sebagaimana yang dikemukakan dalam Surah al-Hadiid ayat 7. Rasulullah menegaskan bahwa pembayaran zakat tidak akan mengurangi kekayaan seseorang. Wasiat Nabi ini, mengingatkan pada nasehat Hasan al Banna. Ia, pernah memberi tiga nasehat yang sangat baik. Katanya: berpikirlah untuk memberi agar orang lain memperoleh faedahnya, berfikirlah untuk selalu menanam agar orang lain bisa memetiknya, dan bersusahpayahlah untuk memberi kesempatan orang lain beristirahat. Wallahu’alam. Majalah CARE, Edisi Khusus Ramadhan 1430 H 15
- Page 1 and 2: Majalah CARE, Edisi Khusus u Ramadh
- Page 3 and 4: Majalah CARE, Edisi Khusus Ramadhan
- Page 5 and 6: PEMBANGUNAN MASJID AL-FURQAN Peduli
- Page 7 and 8: Peduli Ummat ZAKAT bersama Semangat
- Page 9 and 10: Majalah CARE, Edisi Khusus Ramadhan
- Page 11 and 12: Potret jauh berada di lembah tepi d
- Page 13: Potret “Sampaikan terima kasih ka
- Page 17 and 18: Naskah dan foto: arsa wening Empat
- Page 19 and 20: Naskah dan foto: arsa wening Madras
- Page 21 and 22: Majelis Maulid, misalnya. Dalam maj
- Page 23 and 24: Zakat atas Penghasilan Profesi Kons
- Page 25 and 26: Naskah & Foto: Mustolih Tengku Ilya
- Page 27 and 28: Kilas Program LAYANAN MUSTAHIK Seja
- Page 29 and 30: CSR Naskah: Mustolih Dalam menjalan
- Page 31 and 32: Tegar santri dari luar daerah, juga
- Page 33 and 34: YAYASAN PESANTREN ISLAM AL AZHAR LE
- Page 35 and 36: Majalah ala CARE, , Edisi iK Khusus
- Page 37 and 38: Semai Harapan di Rumah Gemilang Ind
- Page 39 and 40: Majalah CARE, Edisi Khusus Ramadhan
distribusi kesejahteraan. Menurut<br />
al Qur’an, di dalam harta si kaya<br />
terkandung hak-hak orang lain, yang<br />
meminta dan yang tidak berani meminta.<br />
Jadi, zakat memang milik mustahik yang<br />
harus dibayarkan. Jika tidak dibayarkan,<br />
berarti si kaya menahan hak-hak orang<br />
miskin yang berhak. Perbuatan itu, searti<br />
dengan korupsi. Zakat juga mengandung<br />
arti tumbuh. Bahwa harta yang dizakati<br />
akan tumbuh berkembang secara sehat<br />
seperti pohon rindang, indah dipandang<br />
mata, bisa untuk berteduh orang banyak<br />
dan buahnya bermanfaat.<br />
Prinsip dasar syariat Islam,<br />
memperkecil beban, oleh karena itu<br />
zakat bersifat ringan, hanya 2,5 %<br />
(zakat niaga/kekayaan), 5 % (zakat<br />
produksi pertanian padat modal) , 10 %<br />
(zakat produksi pertanian tadah hujan,<br />
dan 20 % (zakat barang temuan atau<br />
rejeki nomplok). Zakat dipusatkan pada<br />
membayar, bukan pada menerima. Oleh<br />
karena itu, zakat lebih merupakan shok<br />
terapi bagi pemilik harta, agar tidak<br />
serakah memonopoli kekayaan.<br />
Bahkan, menurut Chapra (1985),<br />
zakat mempunyai dampak positif dalam<br />
meningkatkan ketersediaan dana bagi<br />
investasi. Sebab, pembayaran zakat pada<br />
kekayaan dan harta yang tersimpan<br />
akan mendorong para pembayar zakat<br />
untuk mencari pendapatan dari kekayaan<br />
mereka, sehingga mampu membayar<br />
zakat tanpa mengurangi kekayaannya.<br />
Dengan demikian, dalam sebuah<br />
masyarakat yang nilai-nilai Islam-nya<br />
telah terinternalisasi, simpanan emas<br />
dan perak serta kekayaan yang tidak<br />
produktif, cenderung akan berkurang,<br />
sehingga meningkatkan investasi dan<br />
menimbulkan kemakmuran yang lebih<br />
besar.<br />
Zakat juga bukan bentuk kepemihakan<br />
kepada orang miskin. Karena, muzaki<br />
(pembayar zakat) bukanlah pemilik riil<br />
kekayaan itu. Mereka hanya pembawa<br />
amanah sebagaimana yang dikemukakan<br />
dalam Surah al-Hadiid ayat 7. Rasulullah<br />
menegaskan bahwa pembayaran zakat<br />
tidak akan mengurangi kekayaan<br />
seseorang.<br />
Wasiat Nabi ini, mengingatkan pada<br />
nasehat Hasan al Banna. Ia, pernah<br />
memberi tiga nasehat yang sangat baik.<br />
Katanya: berpikirlah untuk memberi<br />
agar orang lain memperoleh faedahnya,<br />
berfikirlah untuk selalu menanam<br />
agar orang lain bisa memetiknya,<br />
dan bersusahpayahlah untuk memberi<br />
kesempatan orang lain beristirahat.<br />
Wallahu’alam.<br />
<strong>Majalah</strong> <strong><strong>CA</strong>RE</strong>, <strong>Edisi</strong> <strong>Khusus</strong> <strong>Ramadhan</strong> <strong>1430</strong> H 15