17.02.2015 Views

3zuizDDtp

3zuizDDtp

3zuizDDtp

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

DUEL POLISI VS TENTARA<br />

PROTON:<br />

MOBNAS ATAU<br />

BUKAN<br />

WASWAS<br />

KOMJEN<br />

BUWAS<br />

EDISI 168 | 16 - 22 FEBRUARI 2015


DAFTAR ISI<br />

EDISI 168 16 - 22 FEBRUARI 2015<br />

TAP PADA KONTEN UNTUK MEMBACA ARTIKEL<br />

FOKUS<br />

KOMJEN BUWAS<br />

BIKIN CEMAS<br />

KEPALA BARESKRIM KOMJEN BUDI<br />

WASESO, YANG MEMERINTAHKAN<br />

PENYELIDIKAN TERHADAP<br />

PIMPINAN KPK, MALAH MASUK<br />

DAFTAR CALON KAPOLRI.<br />

TERBELIT BANYAK MASALAH, TAPI<br />

KARIERNYA TETAP MULUS.<br />

NASIONAL<br />

CRIME STORY<br />

n TEROR DI KOMISI ANTIRASUAH<br />

n ‘TURUN GUNUNG’ UNTUK ZULKIFLI<br />

INTERNASIONAL<br />

n PRIA NECIS ITU TERNYATA BEGAL<br />

HUKUM<br />

n SALING TUDING DI BENGKEL CAFE<br />

EKONOMI<br />

n PUKULAN TERAKHIR UNTUK ANWAR<br />

n PRAJURIT ASING DI PERANG UKRAINA<br />

n RAWABI JADI SANDERA NEGERI YAHUDI<br />

INTERVIEW<br />

n TONY KWOK: KPK TERBAIK KETIGA DI ASIA<br />

KOLOM<br />

n JALAN TENGAH JOKOWI<br />

RUMAH<br />

n MUNGIL RASA BESAR<br />

INSPIRING PEOPLE<br />

n PROGRAM MENIRU PROTON<br />

n BUKAN TIMOR JILID II<br />

n NGEBUT DIBAWA MAHATHIR<br />

n KISAH DUA MOBIL NASIONAL<br />

BISNIS<br />

n MAL TUA BERSALIN RUPA<br />

n MIMPI PUNYA BANK RAKSASA<br />

BUKU<br />

n SALAH JUDUL DALAM PRAM<br />

LENSA<br />

n TUKANG SULAP HUTAN MEGAMENDUNG<br />

MUSIK<br />

n BANJIR JAKARTA<br />

PEOPLE<br />

n SI MUDA BERSIASAT<br />

FILM<br />

n AL GHAZALI | RAYMOND SAPOEN | SONG JI-HYO<br />

GAYA HIDUP<br />

n FLAMBOYAN INGGRIS PALING GRES<br />

n FILM PEKAN INI<br />

n AGENDA<br />

Cover:<br />

Ilustrasi: Kiagus Auliansyah<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik<br />

n SI LUCU PENCABUT NYAWA<br />

n BERBURU MASJID DI MANILA<br />

n HOTEL TANPA KAMAR<br />

Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />

Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo<br />

Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M<br />

Rizal, Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar<br />

Rifai, Jaffry Prabu Prakoso, Ibad Durohman, Aditya Mardiastuti. Bahasa: Habib Rifa’i,<br />

Rahmayoga Wedar. Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo. Product<br />

Management & IT: Sena Achari, Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus,<br />

Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim,<br />

Luthfy Syahban. Illustrator: Kiagus Aulianshah, Edi Wahyono.<br />

Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />

Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />

appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />

No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.


LENSA<br />

BANJIR JAKARTA<br />

TAP UNTUK MELIHAT FOTO UKURAN BESAR<br />

Hujan deras pada Senin (9/2) membuat sebagian wilayah Ibu Kota Jakarta banjir. Jalur utama, seperti di depan Istana Negara dan jalan<br />

protokol, tak luput dari luapan air hujan.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


LENSA<br />

Banjir menyisakan satu lajur di depan Mal Sarinah, Jalan Thamrin, Jakarta. (Rachman Haryanto/DETIKCOM)


LENSA<br />

Sopir bajaj mendorong kendaraannya yang mogok akibat terjebak banjir di Jalan Medan Merdeka Utara. (Darren Whiteside/REUTERS)


LENSA<br />

Petugas Satpol PP membantu mendorong pengendara sepeda motor yang mogok di depan Istana Negara, Jakarta. (Rachman Haryanto/<br />

DETIKCOM)


LENSA<br />

Sebuah Andong melintasi banjir di Kelapa Gading, Jakarta Utara. (Darren Whiteside/REUTERS)


LENSA<br />

Banjir merendam jalan di bundaran Bank Indonesia, Jakarta. (Zabur Karuru/ANTARAFOTO)


LENSA<br />

Menggunakan gerobak, warga memberikan jasa mengangkut sepeda motor di Jalan S. Parman, Jakarta. (Lamhot Aritonang/DETIKCOM)


NASIONAL<br />

TEROR DI KOMISI ANTIRASUAH<br />

PRESIDEN MEMERINTAHKAN POLRI MENANGKAP PENEBAR TEROR TERHADAP PEGAWAI<br />

DAN PENYIDIK KPK. KOMNAS HAM MENGGELAR PENYELIDIKAN.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Anggota Tim 9, Jimly<br />

Asshiddiqie, menjawab<br />

pertanyaan wartawan<br />

setelah bertemu dengan<br />

KPK, Jumat (13/2).<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

SEORANG penyidik Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi curhat kepada Tim<br />

9 yang menyambangi gedung KPK,<br />

Jakarta, Rabu pekan lalu. Penyidik itu<br />

mengaku diminta oleh pihak tertentu untuk<br />

bersaksi dalam sidang praperadilan Komisaris<br />

Jenderal Budi Gunawan. Di hadapan tim yang<br />

dibentuk Presiden Joko Widodo untuk memberi<br />

masukan terkait perseteruan KPK dengan<br />

Kepolisian RI tersebut, ia juga mengaku ditekan.<br />

Namun penyidik ini tak ingin menyampaikan<br />

hal-hal yang diketahuinya sebagai saksi untuk<br />

Budi Gunawan. Sebab, de ngan begitu, ia harus<br />

mundur dari komisi antikorupsi tersebut.<br />

Keterangannya bisa jadi akan digunakan untuk<br />

memberatkan KPK, tempatnya bertugas saat<br />

ini. Karena itu, di menit-menit terakhir, penyidik<br />

yang berasal dari sebuah instansi penegak hukum<br />

itu akhirnya menolak permintaan untuk<br />

bersaksi di pengadilan.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Bambang Widjojanto,<br />

Nurkholis<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

Saat ditemui Tim 9, ia<br />

didampingi seluruh pimpinan<br />

komisi antirasuah<br />

itu, yakni Ketua KPK<br />

Abraham Samad serta<br />

Wakil Ketua Bambang<br />

Widjojanto, Zulkarnain,<br />

dan Adnan Pandu Praja.<br />

Sedangkan dari Tim 9,<br />

hadir Jimly Asshiddiqie,<br />

Tumpak Hatorangan<br />

Panggabean, Bambang<br />

Widodo Umar, Hikmahanto<br />

Juwana, dan Imam<br />

Prasodjo.<br />

Tim yang diketuai<br />

Ahmad Syafii Maarif itu<br />

juga mendapat cerita soal adanya ancaman<br />

teror yang dialami KPK. Ancaman juga dialami<br />

staf dan pegawai struktural di KPK, bahkan<br />

melebar hingga ke keluarga mereka. “Ancaman<br />

ini sangat serius,” kata Bambang Widjojanto.<br />

Ancaman itu berupa telepon dan pesan<br />

singkat gelap hingga ancaman pembunuhan.<br />

Bambang menilai ancaman tersebut bersifat<br />

nasional, karena bisa mengganggu seluruh<br />

upaya pemberantasan korupsi yang semestinya<br />

bisa dilakukan optimal oleh KPK. Meski<br />

hal serupa sering dialami KPK, ancaman kali<br />

ini, menurut dia, merupakan sebuah rangkaian<br />

proses yang sistematis.<br />

“Kalau di satu negara demokratis ada orangorang<br />

yang bertindak di luar aturan dan mengambil<br />

tindakan teror, itu tidak bisa dibenarkan,”<br />

tuturnya.<br />

KPK memang tak tinggal diam. Ancaman ini<br />

telah diinformasikan kepada Wakil Kepala Kepolisian<br />

RI Komjen Badrodin Haiti. Adnan Pandu<br />

Praja dan Zulkarnain telah menemui Badrodin.<br />

Menurut Bambang, pimpinan Polri serius menanggapi<br />

informasi itu dan akan mengambil<br />

langkah tepat dan tegas. “Alhamdulillah, kami<br />

mendapat jaminan dan kami percaya atas jaminan<br />

yang diberikan Wakapolri,” ucapnya.<br />

Bambang juga menyebut adanya panggilanpanggilan<br />

terhadap pegawai struktural KPK,<br />

yang disebutnya berasal dari penyidik Badan<br />

Reserse Kriminal Polri. Namun, menurut dia,<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Polri tidak<br />

pernah melakukan<br />

tindakan yang<br />

membahayakan<br />

institusi lain.<br />

Ronny F. Sompie<br />

Wakapolri tidak mengetahui soal panggilan<br />

tersebut.<br />

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia juga<br />

menggelar penyelidikan atas dugaan intimidasi<br />

dan teror yang dialami KPK setelah mendapat<br />

laporan. Namun komisi itu belum bisa menyimpulkan<br />

kebenarannya dan akan menyikapinya<br />

secara hati-hati. “Semua harus didasarkan<br />

fakta dan keterangan saksi,” kata komisioner<br />

Komnas HAM, Nurcholis, Kamis, 12 Februari<br />

lalu.<br />

Adanya ancaman dan teror terhadap KPK<br />

itu diakui Badrodin dapat mengganggu<br />

hubungan antara KPK dan Polri. Sebab,<br />

bisa saja ada pihak lain yang memanfaatkan<br />

situasi. “Bisa saja yang menghendaki<br />

(perseteruan KPK-Polri) ini<br />

tidak selesai-selesai. Mungkin para<br />

koruptor,” ujarnya di Markas Besar<br />

Polri, Kamis pekan lalu.<br />

Secara terpisah, Kepala Divisi Humas<br />

Markas Besar Polri Brigadir Jenderal Ronny<br />

F. Sompie meminta agar Polri tidak dituding<br />

sebagai penebar ancaman atau teror terhadap<br />

KPK. Apalagi dengan mengaitkan hubungan<br />

kedua instansi itu. “Jangan difitnah Polri itu<br />

melakukan penggeledahan, te ror,” tuturnya.<br />

“Polri tidak pernah melakukan tindakan yang<br />

membahayakan institusi lain.”<br />

Harapan senada dilontarkan anggota Komisi<br />

Kepolisian Nasional, M. Nasser. Ia meminta<br />

semua pihak, termasuk KPK, menghindari<br />

pembentukan opini publik untuk berprasangka<br />

kepada Polri. Kompolnas meminta KPK melaporkan<br />

soal ancaman teror itu kepada Kepolisian<br />

Daerah Metro Jaya.<br />

“Karena, polisi yang tahu bagaimana mengatasi<br />

teror, dan ancaman itu bisa diselesaikan<br />

dengan cepat,” ucapnya.<br />

Sebelum ancaman teror dialami penyidik dan<br />

pegawai struktural di KPK, lembaga itu mengalami<br />

“serangan” beruntun. Seluruh pimpinan<br />

KPK, yang saat ini berjumlah empat orang,<br />

telah dilaporkan ke polisi dengan beragam<br />

tuduhan. Bambang Widjojanto adalah yang<br />

pertama dilaporkan atas tuduhan kesaksian<br />

palsu terkait sengketa pemilihan kepala daerah<br />

Kotawaringin Barat di Mahkamah Konstitusi.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Ketua KPK Abraham<br />

Samad berjabat tangan<br />

dengan Wakil Ketua KPK<br />

Bambang Widjojanto<br />

disaksikan Adnan Pandu<br />

Praja (kiri) dan Zulkarnain<br />

(kanan) saat melepas<br />

Bambang yang akan<br />

berangkat ke Mabes Polri<br />

dari gedung KPK, Jakarta,<br />

Selasa (3/2).<br />

SIGID KURNIAWAN/ANTARA<br />

Pelapornya adalah Sugianto Sabran.<br />

Hanya dalam hitungan hari setelah dilaporkan,<br />

Bambang ditetapkan sebagai tersangka,<br />

dan ditangkap saat mengantar anaknya berangkat<br />

ke sekolah pada 23 Januari lalu. Tangannya<br />

diborgol saat dibawa ke Badan Reserse Kriminal.<br />

Namun Bambang urung ditahan setelah<br />

dua pimpinan KPK memberi jaminan.<br />

Abraham Samad juga dilaporkan ke Bareskrim<br />

terkait pertemuannya dengan Pelaksana<br />

Tugas Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi<br />

Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto. Hasto<br />

menyebut Samad menyodorkan diri sebagai<br />

calon wakil presiden bagi Jokowi dalam pemilihan<br />

presiden tahun lalu. Samad juga dilaporkan<br />

soal kepemilikan senjata api tanpa izin serta<br />

pemalsuan dokumen.<br />

Adnan Pandu dilaporkan atas tuduhan perampasan<br />

saham PT Daisy Timber. Saat itu Pandu<br />

adalah kuasa hukum perusahaan tersebut.<br />

Bareskrim sudah mengeluarkan surat perintah<br />

penyidikan untuk kasus pertemuan Samad<br />

dengan Hasto serta perkara Adnan Pandu. Namun,<br />

hingga pekan lalu, belum ada penetapan<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Penyidik aktif KPK, Ibnu<br />

C. Purba, berjalan ke<br />

luar ruangan dengan<br />

pengawalan setelah<br />

mengikuti sidang<br />

praperadilan tersangka<br />

Komjen Budi Gunawan<br />

sebagai saksi fakta di<br />

Pengadilan Negeri Jakarta<br />

Selatan, Kamis (12/2).<br />

MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA<br />

tersangka kasus tersebut.<br />

Zulkarnain juga tak luput dilaporkan. Ia dituduh<br />

menerima gratifikasi saat menjadi Kepala<br />

Kejaksaan Tinggi Jawa Timur pada 2008. Kasus<br />

ini juga sudah naik ke tahap penyidikan. Belakangan,<br />

Deputi Pencegahan KPK Johan Budi<br />

dan mantan pimpinan KPK Chandra Hamzah<br />

pun dilaporkan ke polisi.<br />

Sejumlah kalangan menilai semua serangan<br />

itu sulit dilepaskan dari langkah KPK menetapkan<br />

Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka<br />

kasus korupsi. Penetapan tersangka bagi<br />

mantan ajudan presiden kelima RI Megawati<br />

Soekarnoputri itulah yang saat ini digugat praperadilan<br />

oleh pengacara Budi Gunawan.<br />

Namun Kepala Bareskrim Polri Komjen Budi<br />

Waseso menyebut tidak ada kriminalisasi terhadap<br />

pimpinan KPK. Meski begitu, penyidikan<br />

terhadap para pimpinan KPK berjalan terus.<br />

Soal kemungkinan polisi menjadikan Samad<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Aktivis Republik Aeng-aeng<br />

memasang poster bertulisan<br />

"Segera Tegas demi Rakyat"<br />

di dekat foto Presiden-Wakil<br />

Presiden di Solo, Jawa<br />

Tengah, Rabu (11/2).<br />

OLIVIA HARRIS /REUTERS<br />

dan Adnan Pandu sebagai tersangka, menurut<br />

Waseso, akan ditentukan oleh penyidik.<br />

“Kalau penyidiknya langsung (menetapkan)<br />

tersangka, ya silakan,” katanya di Mabes Polri,<br />

Kamis pekan lalu. Waseso juga mengakui adanya<br />

pemanggilan terhadap pegawai struktural<br />

di KPK. Namun ia membantah jika dikatakan<br />

pemanggilan itu terkait dengan kasus yang<br />

menjerat para pimpinan KPK.<br />

Adapun Presiden Jokowi mengatakan sudah<br />

bertemu dengan pimpinan KPK dan Polri. Ia<br />

pun memerintahkan Polri menangkap penebar<br />

teror terhadap KPK tersebut. “Kalau betul ada<br />

yang meneror, sudah, tangkap pelakunya!”<br />

begitu kata Jokowi. n<br />

JAFFRY PRABU P., ADITYA MARDIASTUTI, PRINS DAVID S. | DIM<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

‘TURUN GUNUNG’<br />

UNTUK ZULKIFLI<br />

PERTARUNGAN CALON KETUA UMUM PAN<br />

MEMANAS. ZULKIFLI DIDUKUNG PARA MANTAN<br />

KETUA UMUM. POSISI HATTA RAJASA MASIH KUAT.<br />

DETIKFOTO<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Mantan Ketua Umum PAN<br />

Sutrisno Bachir<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

BERTAHUN-TAHUN sudah Sutrisno<br />

Bachir tak cawe-cawe di partai politik<br />

yang melambungkan namanya.<br />

Ketua Umum Partai Amanat Nasional<br />

periode 2005-2010 itu memilih berfokus di<br />

dunia bisnis yang digelutinya sejak awal, pascalengser<br />

sebagai orang nomor satu di partai<br />

berlambang matahari terbit tersebut.<br />

Bukan hanya absen di dunia politik, pria<br />

kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah, pada 10<br />

April 1957 itu bahkan tak lagi mempunyai<br />

hak suara di PAN di masa kepemimpinan<br />

Hatta Rajasa. Sutrisno memang berbeda<br />

pandangan politik dengan Menteri Koordinator<br />

Perekonomian pada era Presiden<br />

Susilo Bambang Yudhoyono itu.<br />

Perbedaan tersebut kian meruncing<br />

setelah Hatta mengambil tampuk kepemimpinan<br />

PAN dari tangan Sutrisno pada<br />

kongres partai itu di Batam pada 2010. Di<br />

era Hatta memimpin PAN, Sutrisno secara<br />

mendadak menghibahkan<br />

kantor Dewan Pimpinan Pusat<br />

PAN kepada Pengurus Pusat<br />

Muhammadiyah.<br />

Gedung di Jalan Warung Jati Barat, Jakarta<br />

Selatan, itu memang milik Sutrisno. Pengurus<br />

PAN sempat terkejut oleh hibah tersebut karena<br />

saat itu masih dipakai sebagai kantor partai.<br />

Namun Hatta akhirnya mencari solusi de ngan<br />

memindahkan kantor PAN ke gedung baru<br />

di Jalan TB Simatupang, yang hanya berjarak<br />

sekitar 5 kilometer dari kantor lama.<br />

Sutrisno juga seakan menunjukkan dirinya<br />

berseberangan dengan Hatta, yang saat<br />

pemilihan presiden 2014 berpasangan dengan<br />

calon presiden Prabowo Subianto. Sutrisno<br />

terang-terangan mendukung pasangan Joko<br />

Widodo dan Jusuf Kalla, yang tidak disokong<br />

PAN.<br />

Nah, menjelang Kongres IV PAN, yang akan<br />

digelar 28 Februari hingga 2 Maret 2015 di<br />

Bali, Sutrisno disebut-sebut “turun gunung”<br />

mendukung Zulkifli Ha san. Zulkifli, yang kini<br />

menjabat Ketua Majelis Permusyawaratan<br />

Rakyat, akan berhadapan dengan Hatta dalam<br />

perebutan kursi Ketua Umum PAN 2015-2020.<br />

Dalam menghadapi sang calon petahana,<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Zulkifli Hasan dalam<br />

sebuah acara PAN di<br />

Rusun Tambora, Jakarta,<br />

2013.<br />

HASAN/DETIKCOM<br />

sejumlah politikus di kubu Zulkifli memang<br />

pernah menyebut akan menggandeng para<br />

tokoh senior partai itu yang sebelumnya meninggalkan<br />

PAN. Salah satunya Sutrisno Bachir.<br />

Sayangnya, Sutrisno masih enggan bicara. Ia<br />

belum terang-terangan menyatakan dukungan<br />

ke Zulkifli.<br />

Saat dimintai konfirmasi majalah detik,<br />

pengusaha bidang properti dan batik ini hanya<br />

berkomentar singkat. “Yang lain saja dulu.<br />

Aku belakangan (menanggapi),” kata Sutrisno<br />

melalui pesan singkat.<br />

Namun, menurut salah satu orang dekatnya,<br />

politikus PAN, Totok Daryanto, Sutrisno<br />

memang sudah memberikan dukungan kepada<br />

Zulkifli. “Sutrisno Bachir percaya kepada<br />

Zulkifli Hasan,” ujarnya. Menurut Totok, selain<br />

berseberangan dengan Hatta, Sutrisno cocok<br />

dengan gaya kepemimpinan Zulkifli, yang<br />

dinilainya mirip dengan gaya Sutrisno saat<br />

memimpin PAN.<br />

“Model kepemimpinan yang egaliter, melayani,<br />

mudah berhubungan dengan kader,<br />

tidak membeda-bedakan. Itulah yang saat ini<br />

dibutuhkan PAN,” tutur Totok.<br />

Terjunnya Sutrisno mendukung Zulkifli membuat<br />

pertarungan dua kandidat semakin seru.<br />

Apalagi lawan yang dihadapi sangat tangguh,<br />

yakni Hatta, bekas calon wakil presiden, dan<br />

pernah menjabat menteri di Kabinet Indonesia<br />

Bersatu Jilid I dan II. Saat ini saja dukungan terhadap<br />

besan SBY itu terus mengalir. Sejumlah<br />

petinggi partai itu berada dalam barisan pen-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Konsolidasi pemenangan<br />

Hatta Rajasa untuk wilayah<br />

timur Indonesia di Manado.<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKFOTO<br />

dukung Hatta. Sebut saja Wakil Ketua Umum<br />

Dradjad Wibowo, Taufik Kurniawan, dan Bima<br />

Arya.<br />

Dalam acara deklarasi dukungan untuk Hatta<br />

di Manado, Sulawesi Utara, Ahad, 8 Februari<br />

lalu, Hatta setidaknya mengantongi 165 pemilik<br />

hak suara yang hadir. Namun, untuk kembali<br />

menjadi ketua umum di periode kedua, Hatta<br />

harus meraup sedikitnya 300 suara. Sebab,<br />

jumlah suara yang diperebutkan mencapai<br />

596, terdiri atas Majelis Pertimbangan Partai<br />

(2 suara), DPP (3 suara), serta dewan pimpinan<br />

wilayah dan dewan pimpinan daerah dengan<br />

585 suara serta organisasi otonomi partai (6<br />

suara).<br />

Meraup jumlah suara itu tak mudah. Apalagi<br />

sedari awal Zulkifli didukung pendiri PAN yang<br />

juga Ketua Majelis Pertimbangan Partai, Amien<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Ketua DPW PAN Nusa<br />

Tenggara Timur Eurico<br />

Guterres<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

Rais. Namun keberpihakan Amien dipersoalkan<br />

kubu Hatta. Sebab, sebagai sesepuh PAN,<br />

Amien semestinya netral, bukan mendukung<br />

salah satu calon, sekalipun yang maju adalah<br />

Zulkifli, yang berbesan de ngannya.<br />

“Faktanya, Pak Amien sudah tidak netral. Pak<br />

Amien sudah tidak lagi sebagai tokoh pemersatu,”<br />

ucap Ketua DPW PAN Nusa Tenggara<br />

Timur Eurico Guterres. Bekas pejuang prointegrasi<br />

di Timor Timur itu juga menilai<br />

ketokohan Amien sudah surut.<br />

Serangan ke Amien itu pun menuai<br />

reaksi keras. Sebanyak 13 ketua DPD<br />

PAN se-Nusa Tenggara Timur yang<br />

berada di kubu Zulkifli langsung menyatakan<br />

mosi tidak percaya terhadap<br />

Eurico. Mosi tidak percaya digalang<br />

di tengah konsolidasi tim pemenangan<br />

Zulkifli Hasan seluruh<br />

wilayah timur Indonesia di Hotel<br />

Lombok Jaya, Mataram,<br />

Nusa Tenggara Barat, Senin<br />

pekan lalu.<br />

Adapun Totok Daryanto,<br />

yang ditemui pekan lalu, menyatakan, yang<br />

menyebut Amien Rais semestinya tidak berpihak<br />

adalah orang yang tak mengerti sejarah<br />

PAN. “Amien Rais justru diharapkan memberi<br />

saran. Dan sa ran (dukungan)-nya ke Zul (Zulkifli<br />

Hasan),” katanya.<br />

Menurut Totok, ada alasan Amien condong<br />

ke Zulkifli. Alasan itu antara lain supaya regenerasi<br />

di PAN tetap berjalan. “Malu harusnya<br />

ketua partai maju lagi. Kalau dia (Hatta)<br />

kalah sama Zul, lebih jatuh lagi marwah-nya,”<br />

ujarnya, seraya menilai keinginan Hatta mencalonkan<br />

diri kembali adalah ambisi pribadi,<br />

bukan ambisi partai.<br />

Namun konsultan politik dari Lingkaran<br />

Survei Indonesia, Denny Januar Ali, menilai<br />

dukungan kepada Hatta Rajasa masih lebih<br />

kuat ketimbang kepada Zulkifli, khususnya dari<br />

pemegang hak suara di Jawa dan Sumatera.<br />

Dari sisi dukungan finansial, Hatta dinilai masih<br />

lebih mumpuni. Hubungan Hatta de ngan<br />

Koalisi Merah Putih juga cukup baik.<br />

“Zulkifli bisa dikatakan hanya calon alternatif.<br />

Menurut saya sih, Hatta masih lebih kuat,”<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Amien Rais dan Zulkifli<br />

Hasan dalam acara deklarasi<br />

Prabowo-Hatta Rajasa, Mei<br />

tahun lalu.<br />

HASAN/DETIKCOM<br />

tuturnya saat dihubungi Kamis pekan lalu.<br />

Denny mengakui, PAN sebagai partai reformis<br />

belum pernah memiliki ketua umum yang menjabat<br />

sampai dua periode. Karena itu, menjelang<br />

kongres, akan disuarakan soal regenerasi. Pertarungan<br />

menjadi lebih panas karena lawan Hatta<br />

adalah Zulkifli, yang didukung Amien Rais, yang<br />

masih dihormati di PAN. “Kita lihat saja nanti<br />

siapa yang menang,” ucapnya.<br />

Kendati begitu, panasnya pertarungan Hatta<br />

versus Zulkifli dianggap Jon Erizal, Ketua Organizing<br />

Committee Kongres IV PAN, hanyalah<br />

bentuk demokrasi yang berjalan di partainya.<br />

Hal itu tidak menjadi masalah.<br />

“Ada yang minta (Hatta) dilanjutkan, ada<br />

yang minta regenerasi,” kata Erizal, yang mengaku<br />

bersikap netral. “Itulah demokrasi.” n<br />

DEDEN GUNAWAN, JAFFRY PRABU PRAKOSO | DIM<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 16 2 - 22 - 8 FEBRUARI 2015


HUKUM<br />

SALING TUDING<br />

DI BENGKEL CAFE<br />

KASUS PEMUKULAN PERWIRA<br />

POLRI OLEH ANGGOTA POM TNI<br />

AL DIPROSES HUKUM. VERSI TNI,<br />

SANG POLISI MEMBENTAK DAN<br />

MENODONGKAN SENJATA. ADA<br />

BUKTI VIDEO DAN FOTO.<br />

ILUSTRATOR: EDI WAHYONO<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


HUKUM<br />

JUMAT malam, 6 Februari 2015, menjadi<br />

malam panjang bagi Komisaris<br />

Teuku Arsya Khadafi dan Komisaris<br />

Budi Hermanto. Siapa sangka, saat<br />

menjalankan tugas, dua perwira menengah<br />

Kepolisian Daerah Metro Jaya ini malah terjaring<br />

operasi razia gabungan TNI-Polri. Arsya<br />

bahkan dianiaya oknum tentara. Tangannya<br />

diborgol, diangkut naik truk, dan dalam kondisi<br />

terluka dibawa berkeliling sebelum ke Markas<br />

Polisi Militer TNI Angkatan Laut.<br />

Keduanya sedang menggelar pertemuan<br />

di sebuah tempat karaoke di Bengkel<br />

Cafe, kawasan Sudirman Central Business<br />

District, Jalan Jenderal Sudirman,<br />

Jakarta Selatan, saat razia itu digelar. Di<br />

suatu ruangan, mereka membahas hasil<br />

penyelidikan sebuah perkara.<br />

Operasi penegakan hukum<br />

yang dilakukan aparat Polisi<br />

Militer beberapa waktu lalu<br />

(foto ilustrasi).<br />

DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


HUKUM<br />

Petugas Polisi Militer TNI<br />

mengamankan sembilan orang<br />

dalam penggerebekan miras di<br />

Cawang, Jakarta Timur, akhir<br />

Desember 2014.<br />

HASAN ALHABSHY/DETIKCOM<br />

Selain Arsya, yang<br />

menjabat Kepala Unit II<br />

Subdirektorat Kejahatan<br />

dengan Kekerasan Direktorat<br />

Reserse Kriminal<br />

Umum Polda Metro Jaya,<br />

dan Budi, ada Inspektur<br />

Satu Rovan, anggota<br />

unit yang dipimpin Arsya.<br />

Mereka tergabung<br />

dalam Tim Satuan Tugas<br />

Bareskrim Polri, yang<br />

kabarnya tengah menangani<br />

kasus yang membidik<br />

pimpinan Komisi<br />

Pemberantasan Korupsi.<br />

Namun, belakangan,<br />

informasi itu dibantah<br />

Kepala Bareskrim Polri Komisaris Jenderal<br />

Budi Waseso.<br />

Dari Jumat malam, pertemuan usai pada<br />

Sabtu dini hari. Nah, pukul 00.45 WIB<br />

tiba-tiba datang puluhan aparat gabungan<br />

untuk menggelar Operasi Penegakan<br />

Ketertiban yang diikuti personel dari Polisi<br />

Militer dan Provos Polri. Pelaksanaan razia<br />

saat itu dilakukan oleh Pusat Polisi Militer<br />

(Puspom) TNI AL, meskipun diikuti juga<br />

oleh POM TNI Angkatan Darat, POM<br />

TNI Angkatan Udara, serta dua anggota<br />

Provos Polri. Jumlah aparat gabungan saat<br />

itu 64 personel. Mereka juga memasuki<br />

ruangan tempat perwira polisi itu mengadakan<br />

pertemuan.<br />

Sejumlah personel POM TNI AL kemudian<br />

menanyakan identitas ketiganya.<br />

Saat itu Arsya sudah mengatakan mereka<br />

anggota Polri yang sedang menjalankan<br />

tugas, dan mengaku mengantongi surat<br />

perintah tugas (sprint) dari Kepala Polri.<br />

Arsya juga meminta bertemu dengan perwira<br />

pemimpin operasi. Namun anggota<br />

TNI AL itu memaksa Arsya menunjukkan<br />

kartu tanda identitas Polri dan mencoba<br />

merampas tasnya yang berisi sprint tugas<br />

dan pistol.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


HUKUM<br />

Razia yang dilakukan Polisi<br />

Militer (ilustrasi).<br />

DETIKCOM<br />

Anggota TNI itu lalu memanggil Mayor<br />

Tugi, Wakil Komandan Operasi Gaktib<br />

malam itu. Kepada Tugi, Arsya sempat<br />

menjelaskan keberadaan timnya di tempat<br />

tersebut. Saat itu sebenarnya situasi terkendali.<br />

Namun masalah muncul setelah<br />

beberapa menit Tugi keluar dan Komisaris<br />

Budi masuk toilet.<br />

Tak lama, Kolonel Laut Nazali Lempo,<br />

yang memimpin razia, masuk ruangan<br />

dan menggedor-gedor toilet tersebut. Seorang<br />

anggota POM kemudian ada yang<br />

berteriak, “Itu di dalam mau buang narkoba.”<br />

Beberapa anggota POM TNI AL ke-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


HUKUM<br />

Apa urusannya? Karena<br />

kita (Polri) sendiri punya<br />

provos, kenapa dibawa<br />

ke POM AL?<br />

mudian berusaha mendobrak pintu toilet.<br />

Nah, saat itu, Arsya berusaha menengahi,<br />

tapi malah dipukuli hingga jatuh pingsan.<br />

Arsya dan Budi lalu diborgol dan diangkut<br />

menggunakan truk patroli. Keduanya<br />

dibawa berkeliling mengikuti razia<br />

ke sejumlah kafe dan tempat<br />

hiburan lain di Jakarta. Tempat<br />

hiburan tersebut antara lain<br />

di kawa san Senayan dan<br />

Kemang, Jakarta Selatan.<br />

Dari razia itu, terjaring<br />

sejumlah anggota TNI<br />

dan Polri. Bersama mereka,<br />

Arsya dan Budi baru<br />

dibawa ke Markas POM<br />

TNI AL di Kelapa Gading,<br />

Jakarta Utara.<br />

Mendapat kabar penangkapan<br />

itu, Direktur Reserse Kriminal<br />

Umum Polda Metro Jaya Komisaris<br />

Besar Heru Pranoto datang ke Markas<br />

POM TNI AL untuk menjemput anak buahnya.<br />

Heru mendapati keduanya babakbelur.<br />

Arsya bahkan terluka serius, tulang<br />

rusuknya patah. Perwira menengah Polri<br />

itu lalu dilarikan ke Rumah Sakit Siloam,<br />

Semanggi, Jakarta Selatan.<br />

Heru menyayangkan penganiayaan<br />

yang dialami dua bawahannya. Apalagi<br />

lalu digiring ke Markas POM TNI AL. “Apa<br />

urusannya? Karena kita (Polri) sendiri punya<br />

provos, kenapa dibawa ke POM AL?”<br />

katanya. Saat Heru menjemput, malah<br />

ada oknum TNI berpangkat sersan kepala<br />

berucap kepadanya, “Ada apa, Pak? Masih<br />

kurang dipukulin?”<br />

Senada, Kepala Bidang Penerangan<br />

Umum Markas Besar Polri Komisaris Besar<br />

Rikwanto mengatakan POM TNI AL<br />

tidak berwenang menangkap personel<br />

Polri. Apalagi Arsya dan Budi mengantongi<br />

sprint. “Apalagi sampai melakukan<br />

penganiayaan,” ujar Rikwanto, Senin, 9<br />

Februari lalu.<br />

Berbeda dengan versi polisi, sebaliknya,<br />

pihak TNI menuding dua perwira menengah<br />

Polri itu membentak dan meno-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


HUKUM<br />

Direktur Reserse Kriminal<br />

Umum Polda Metro Jaya<br />

Komisaris Besar Heru Pranoto<br />

DETIKCOM<br />

dongkan pistolnya saat akan diperiksa.<br />

Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI<br />

AL Laksamana Pertama TNI Manahan<br />

Simorangkir, apa yang dilakukan prajurit<br />

POM TNI AL adalah untuk membela<br />

diri. Apalagi saat itu keduanya tak<br />

mau menunjukkan KTA Polrinya.<br />

“Hanya mengaku aparat<br />

negara,” tutur Manahan saat<br />

dimintai konfirmasi.<br />

Sayang, setelah dibawa ke<br />

Markas POM TNI AL, Arsya<br />

baru mengaku anggota Polri.<br />

Keduanya juga menolak<br />

menjalani tes urine. Menurut<br />

Manahan, pihaknya<br />

memiliki bukti-bukti<br />

rekaman video dan foto<br />

yang dilakukan aparat<br />

POM TNI AL saat operasi<br />

tersebut.<br />

“Enggak apa-apa kalau<br />

(sedang) tugas, tapi kenapa enggak<br />

ngaku (polisi)? Operasi ini gabungan<br />

POM TNI AL dan Propam Polri atas perintah<br />

Panglima TNI Jenderal Moeldoko,”<br />

ucapnya.<br />

Adapun Komandan Puspom TNI AL<br />

Brigadir Jenderal Marinir Gunung Heru,<br />

yang awalnya bersedia ditemui di kantornya<br />

pada Rabu pekan lalu, tiba-tiba membatalkan<br />

wawancara. Namun, dari informasi<br />

yang diperoleh di lingkungan POM<br />

TNI AL, penangkapan dan pemukulan itu<br />

tidak begitu saja dilakukan tanpa sebab<br />

yang jelas.<br />

Seorang anggota POM TNI AL yang<br />

ikut dalam operasi mengatakan, saat<br />

aparat gabungan masuk ruangan karaoke,<br />

dua polisi itu mencoba mengusir, bahkan<br />

sempat menodongkan pistol. Secara<br />

spontan, sejumlah petugas POM TNI AL<br />

melumpuhkannya. Ia juga melihat salah<br />

satu perwira polisi itu masuk toilet dan<br />

mengunci pintu. Dan saat diminta mem-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


HUKUM<br />

Kepala Dinas Penerangan TNI<br />

AL Laksamana Pertama TNI<br />

Manahan Simorangkir<br />

DETIKCOM<br />

TAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR<br />

buka pintu, air mengucur<br />

dari keran sampai<br />

membanjiri lantai.<br />

“Apa coba yang<br />

mereka lakukan kalau<br />

enggak menghilangkan<br />

barang bukti? Entah<br />

apa itu,” kata dia,<br />

seraya menyebut ada<br />

empat perempuan<br />

muda di ruangan itu<br />

saat razia.<br />

Majalah detik<br />

berupaya mencari penjelasan kepada<br />

pihak lain. Namun sejumlah karyawan di<br />

lingkungan Bengkel Cafe enggan memberi<br />

keterangan. Manajer tem pat karaoke<br />

itu saat dihubungi menolak permintaan<br />

wawancara.<br />

“Maaf, kami enggak bisa kasih info. Kalau<br />

saya kasih (informasi), artinya saya tidak<br />

menjaga tempat (kerja) saya,” ujarnya.<br />

Masalah ini akhirnya berbuntut panjang.<br />

Arsya melaporkan penganiayaan dan<br />

penangkapan dirinya itu ke Kepolisian<br />

Polda Metro Jaya dengan terlapor Kolonel<br />

Nazali Lempo. Ia dilaporkan dengan<br />

dugaan pelanggaran Pasal 170 Kitab<br />

Undang-Undang Hukum Pidana tentang<br />

pengeroyokan. Arsya juga melapor cincin<br />

dan uangnya hilang.<br />

Namun, menurut Heru Pranoto, bukan<br />

institusi Polri yang melaporkan, melainkan<br />

individu Arsya sebagai korban. Saat<br />

ini sejumlah saksi kasus pengeroyokan<br />

dua anggotanya itu masih dikumpulkan.<br />

“Apakah itu pegawai Bengkel Cafe atau<br />

orang sipil yang melihat kejadian,” tuturnya.<br />

Kasus itu akan ditindaklanjuti bersama<br />

antara Provos Polri dan POM TNI.<br />

Sementara itu, soal dugaan adanya narkoba<br />

dan wanita dibantah oleh Rikwanto.<br />

“Tidak ada perempuan, minuman keras,<br />

apalagi narkotik, senjata atau pisau yang<br />

ditodongkan,” ucapnya. ■<br />

ADITYA MARDIASTUTI | M. RIZAL<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


CRIME STORY<br />

BAGIAN 2<br />

PRIA NECIS ITU<br />

TERNYATA BEGAL<br />

PULUHAN ANGGOTA “KELOMPOK LAMPUNG” BELUM<br />

TERTANGKAP. BERGANTI-GANTI NAMA DAN KTP<br />

UNTUK MENYAMARKAN IDENTITAS.<br />

ILUSTRASI: EDI WAHYONO<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


CRIME STORY<br />

Saya dengar suara tembakan tiga<br />

kali, yang dua katanya kena si Mul<br />

itu.<br />

SUARA keras seperti benda terjatuh<br />

membangunkan Karyo dari tidur lelapnya.<br />

Pedagang makanan ini masih<br />

limbung saat berjalan untuk membuka<br />

pintu rumahnya. Di luar masih gelap-gulita.<br />

Baru pukul 03.20 WIB saat Karyo melihat seorang<br />

pria tersungkur di depan rumah kontrakan<br />

tetangganya, Masduki.<br />

“Waktu itu dia masih pakai helm, jaket kulit<br />

cokelat, celana panjang hitam, sama sepatu<br />

leret (setrip) merah,” kata Karyo, mengisahkan<br />

kejadian pada Selasa dini hari, 27 Januari lalu itu.<br />

“Saya lihat dia gerenggereng<br />

(mengerang),<br />

sekarat, di pojokan.”<br />

Sejumlah aparat bersenjata<br />

ternyata sudah<br />

menyebar di sekitar rumah<br />

kontrakan petak di Jalan KUD, Kelurahan<br />

Sukamaju, Kecamatan Cilodong, Kota Depok,<br />

Jawa Barat, itu. Ia baru tersadar kegaduhan<br />

di pagi buta itu ternyata polisi yang sedang<br />

menggerebek kontrakan yang dihuni komplotan<br />

pelaku kejahatan asal Lampung.<br />

Salah satunya Mul, pria yang tersungkur<br />

setelah ditembak polisi. Mul, yang selama ini<br />

tinggal di rumah yang dikontrak Masduki,<br />

akhirnya tewas. “Saya dengar suara tembakan<br />

tiga kali, yang dua katanya kena si Mul itu,” ujar<br />

Karyo, yang tak ingin nama sebenarnya ditulis,<br />

saat ditemui di rumahnya, akhir Januari lalu.<br />

Penggerebekan tersebut memang membuahkan<br />

hasil. Meski satu tewas ditembak<br />

karena melawan, satu anggota komplotan itu,<br />

Masduki, ditangkap. Namun beberapa lainnya<br />

kabur melalui lubang menganga pada tembok<br />

yang memang sudah lama jebol.<br />

Karyo sempat mendengar sang komandan<br />

penggerebekan memarahi anak buahnya yang<br />

terlalu cepat melepas tembakan. Kalau saja tak<br />

buru-buru menembak, mungkin saja anggota<br />

komplotan ini bisa tertangkap semua.<br />

Polisi sebenarnya sudah “menyekap” Masduki<br />

beberapa jam sebelumnya di dalam rumah.<br />

Aparat dari Kepolisian Resor Tangerang<br />

Kabupaten dan Polres Kota Depok sengaja menunggu<br />

teman-temannya datang. Benar saja,<br />

pada dini hari, datang empat anggota kawanan<br />

itu, yang masing-masing menunggang sepeda<br />

motor, termasuk Mul.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


CRIME STORY<br />

“Kata polisi, mereka datang sambil tertawatawa,”<br />

tuturnya.<br />

Polisi juga menyita tujuh sepeda motor. Tiga<br />

sepeda motor disimpan di dalam kontrakan<br />

dan empat unit ditumpangi komplotan itu. Dari<br />

tujuh motor, empat di antaranya bermerek<br />

Suzuki Satria, yang salah satunya mirip dengan<br />

sepeda motor korban pembegalan yang belakangan<br />

ini meresahkan warga Depok.<br />

“Salah satu motor yang ada pada pelaku<br />

mirip dengan motor korban (pembegalan) di<br />

flyover UI,” ucap Kepala Satuan Reserse Kriminal<br />

Polresta Depok Komisaris Agus Salim<br />

beberapa waktu lalu. Korban Abdul Rahman,<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


CRIME STORY<br />

Polisinya bilang, ‘Ibu tahu enggak,<br />

dia itu perampok yang baru bunuh<br />

korbannya di Tangerang. Kalau<br />

enggak percaya, ini pedangnya.<br />

warga Bogor, Jawa Barat, tewas dibacok komplotan<br />

begal berjumlah empat orang.<br />

Saat mengendarai sepeda motornya seorang<br />

diri pada Minggu dini hari, 25 Januari lalu, Rahman,<br />

karyawan sebuah perusahaan swasta,<br />

dipepet para pelaku yang mengendarai dua<br />

sepeda motor di Jalan Margonda Raya, Depok,<br />

dekat flyover Universitas Indonesia (baca "Begal<br />

Berulah Bikin Resah", majalah detik edisi 167).<br />

Setelah dibacok hingga tewas, sepeda motor<br />

korban, Suzuki Satria<br />

berwarna putih,<br />

digasak para<br />

pelaku.<br />

Dua pekan sebelumnya,<br />

begal<br />

juga beraksi di<br />

Jalan Juanda, dekat proyek jalan tol Cinere-<br />

Jagorawi, Depok. Kejadiannya juga dini hari.<br />

Korban yang baru berusia 23 tahun juga tewas<br />

dibunuh komplotan pelaku.<br />

Dalam penggerebekan di Sukamaju itu, polisi<br />

menemukan sebilah pedang yang berlumuran<br />

darah yang sudah mengering. Pedang itu<br />

sempat diperlihatkan kepada Karyo dan istrinya<br />

yang bertanya-tanya, kejahatan apa yang<br />

dilakukan tetangganya tersebut sehingga harus<br />

ditembak mati.<br />

“Polisinya bilang, ‘Ibu tahu enggak, dia itu<br />

perampok yang baru bunuh korbannya di Tangerang.<br />

Kalau enggak percaya, ini pedangnya,’”<br />

kata Karyo, menirukan ucapan seorang<br />

polisi.<br />

Atun―juga bukan nama sebenarnya―anak<br />

perempuan Karyo, juga setengah tak percaya<br />

Masduki dan Mul, tetangga kontrakannya<br />

selama ini, ternyata pelaku pembegalan. Saat<br />

ke luar rumah, Mul selalu berpenampilan rapi<br />

mengenakan kemeja lengan panjang dan bersepatu<br />

kets. “Pakaiannya rapi, necis gitu.”<br />

Keduanya ramah dan kerap menyapa tetangga.<br />

Teman-teman Masduki dan Mul, yang sering<br />

datang ke kontrakan, pun berpenampilan rapi.<br />

Mereka mengaku bekerja di sebuah koperasi.<br />

“Bocahnya putih-putih, ganteng, kagak ada<br />

tatonya, makanya kagak nyangka kalau mereka<br />

perampok sadis,” ujar Atun dengan logat Betawi<br />

kental.<br />

Karyo juga tak pernah menaruh curiga.<br />

Kalaupun polisi menduga mereka komplotan<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


CRIME STORY<br />

begal yang beraksi di wilayah Depok dan Tangerang,<br />

Masduki dan Mul tak pernah terlihat<br />

gonta-ganti motor. Mul sehari-hari mengendarai<br />

motor Yamaha Mio GT berwarna merah.<br />

Sedangkan Masduki menunggang Honda Beat<br />

berwarna hitam.<br />

“Kalau teman-temannya memang ganti-ganti<br />

(motor), tapi kan enggak curiga. Bisa aja pinjam<br />

motor teman,” tuturnya.<br />

Namun Karyo mengakui tetangganya itu<br />

kerap pulang dini hari. Pernah saat istrinya<br />

hendak salat sekitar pukul 02.30 WIB melihat<br />

Masduki baru masuk rumah. “Dia itu pulang<br />

pas orang lain istirahat,” ucapnya.<br />

Soal nama mereka, Karyo mengaku baru<br />

tahu setelah penggerebekan. Sebab, Masduki<br />

dan Mul tak pernah menyebut nama mereka.<br />

Namun bisa jadi itu pun bukan nama asli. Menurut<br />

Kepala Unit Reskrim Kepolisian Sektor<br />

Serpong, Tangerang, Ajun Komisaris Toto Daniyanto,<br />

komplotan yang disebut “Kelompok<br />

Lampung” ini memang kerap berganti-ganti<br />

nama untuk menyamarkan identitas mereka.<br />

Para pelaku tahu dicari polisi dan masuk<br />

daftar pencarian orang (DPO). Karena itu,<br />

hampir setiap pekan mereka berganti-ganti<br />

nama, termasuk kartu tanda penduduk, yang<br />

disesuaikan dengan kontrakan mereka yang<br />

berpindah-pindah. “Seperti (nama) Edi jadi<br />

Agus, Agus jadi Edi, padahal orangnya itu-itu<br />

saja.” kata Toto secara terpisah.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


CRIME STORY<br />

Penggerebekan itu merupakan pengembangan<br />

dari penangkapan sebelumnya terhadap<br />

kelompok Karim di Serpong. Lalu seorang<br />

anggota kelompok ini, yang berniat menyeberang<br />

ke Sumatera di Pelabuhan Penyeberangan<br />

Merak, Banten, tewas ditembak. Dari telepon<br />

seluler pelaku, polisi menelusuri jaringan itu di<br />

Cikupa, Tangerang, hingga Serang.<br />

Beberapa kelompok yang ditangkap, termasuk<br />

yang digerebek di Sukamaju, Depok, semua<br />

berasal dari “Kelompok Lampung”. “Mereka ini<br />

ada beberapa kelompok, tapi masih satu jaringan,”<br />

ujar Toto.<br />

Tidak hanya membegal pengendara dan<br />

melakukan pencurian kendaraan bermotor,<br />

komplotan Lampung juga melakukan berbagai<br />

tindak pidana lain, seperti perampokan nasabah<br />

bank dan menggarong rumah tinggal.<br />

Dari jaringan Lampung, polisi berhasil menangkap<br />

11 orang, dan enam di antaranya tewas<br />

ditembak karena melawan. Namun diduga<br />

masih ada 30 orang lebih yang masih berkeliaran.<br />

Mereka tak lagi hanya beraksi di wilayah<br />

Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi<br />

(Jabodetabek), tapi sudah merambah sampai<br />

ke Sukabumi, Jawa Barat.<br />

“Lolos di sini, mereka bikin kelompok lagi di<br />

kota lain,” ucap Toto. Dan perburuan para begal<br />

belum akan berakhir. ■<br />

ADITYA MARDIASTUTI, M. RIZAL | DIM<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

TUKANG SULAP HUTAN<br />

MEGAMENDUNG<br />

“SAYA TAK MENYANGKA DI PUNCAK YANG<br />

DIPENUHI VILA INI ADA HUTAN RIMBUN.”<br />

FOTO-FOTO: DIKHY SASRA/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

Tap untuk melihat<br />

Video<br />

PERTAMA kali datang ke rumah<br />

Bambang Istiawan, 60 tahun, pada<br />

Desember tahun lalu, Chaerudin,<br />

52 tahun, langsung melongo. Bapak<br />

tiga anak ini tak menyangka ada hutan lebat<br />

terhampar di depan rumah Bambang.<br />

Yang membuat Chaerudin bertambah takjub,<br />

hutan yang disebut Bambang sebagai hutan organik<br />

ini tumbuh lebat laiknya hutan alam. Warga<br />

Jakarta yang mengenal Bambang di sebuah<br />

seminar tentang lingkungan ini benar-benar<br />

heran bagaimana mungkin hutan selebat dan<br />

seluas itu merupakan hasil menanam sendiri.<br />

“Saya tak menyangka di Puncak yang dipenuhi<br />

vila ini ada hutan rimbun. Apalagi ditanam<br />

dan dibuat sendiri. Ini kan ide gila,” ujar Chaerudin<br />

dua pekan lalu. Bukan cuma Chaerudin<br />

yang terpesona oleh hutan organik Bambang.<br />

Melani Sunito, 51 tahun, dosen di Fakultas<br />

Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, justru<br />

sudah terpesona hanya dengan mendengar<br />

penuturan Bambang soal hutan organik di lingkungan<br />

rumahnya. Penasaran dengan hutan<br />

organik di Megamendung, Puncak, Bogor, Jawa<br />

Barat, itu, Melani mengajak suaminya bertandang<br />

ke rumah Bambang.<br />

“Dari penjelasan bagaimana kondisi tanah,<br />

proses penanaman, hingga pemetaan lahan<br />

yang didokumentasikan dengan rigid, saya sudah<br />

takjub luar biasa,” ujar Melani. Dan benar,<br />

begitu tiba di rumah Bambang, Melani terheran-heran<br />

melihat hamparan pohon yang mulai<br />

tumbuh menghijau di atas lahan yang semula<br />

tandus dan kering.<br />

Walaupun bukan sarjana pertanian, juga tak<br />

paham soal kehutanan, menurut Melani, Bam-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

bang sudah membuktikan bahwa bermodal<br />

komitmen dan kerja keras, siapa pun bisa menyulap<br />

lahan kritis menjadi hutan yang memberikan<br />

manfaat ekonomi. “Banyak aktivis dan<br />

pakar lingkungan yang melakukan advokasi.<br />

Tapi Bambang mempraktekkan, terjun langsung<br />

menjadi pelaku,” ujarnya.<br />

Melani ingat bagaimana dalam sebuah seminar<br />

seorang peserta mencibir Bambang. Orang<br />

itu mengatakan siapa pun bisa membuat hutan<br />

asalkan punya banyak uang. “Jadi usaha Bapak<br />

membuat hutan itu tidak istimewa,” kata<br />

Melani mengutip pandangan miring orang<br />

itu. Mendapat cibiran seperti itu, Bambang<br />

tetap adem. Justru Melani yang sewot. Sebab,<br />

menurut Melani, tanpa komitmen dan kemauan,<br />

tak mungkin ada hutan organik seperti di<br />

lingkungan rumah Bambang.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

Usaha Bapak<br />

membuat hutan itu<br />

tidak istimewa.<br />

l l l<br />

Sejak 20 tahun lalu, Bambang punya angan-angan<br />

di mana dia akan melewatkan masa<br />

pensiun. Kepada istrinya, Rosita, 52 tahun,<br />

Bambang, yang bekerja di perusahaan minyak,<br />

menyampaikan mimpinya untuk punya rumah<br />

yang dikepung hutan.<br />

Semula ada dua tempat impian yang ia incar,<br />

yakni Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan.<br />

Namun hutan di Kalimantan Timur sudah<br />

banyak yang beralih menjadi permukiman,<br />

sementara hutan di Sumatera sudah berganti<br />

menjadi kebun sawit. “Kalau hutan sudah tidak<br />

ada, ya ayo kita bikin hutan,” Rosita menantang<br />

Bambang.<br />

Kebetulan sekali, ada tanah menganggur di<br />

Megamendung. Gara-gara dihajar krisis ekonomi,<br />

kebun teh seluas 12 hektare milik pengusaha<br />

Probosutedjo jadi tak terurus, tandus<br />

dan gersang ditumbuhi ilalang. Rosita segera<br />

menghubungi orang kepercayaan adik Presiden<br />

Soeharto itu. Bersaing dengan para calo,<br />

Rosita berhasil membeli lahan seluas sekitar<br />

3.000 meter persegi dengan harga Rp 1.000<br />

per meter.<br />

“Jangankan membeli lahan baru, yang sudah<br />

dibeli kalau tidak dijaga saja bisa dikaveling oleh<br />

biong, makelar tanah,” ujar Rosita. Sedikit demi<br />

sedikit Rosita menabung tanah. Bambang,<br />

yang kala itu banyak bertugas di luar negeri,<br />

kaget saat tahu istrinya telah memiliki tanah<br />

yang luas.<br />

Bersama anak bungsunya, Bambang dan<br />

Rosita meneliti kondisi tanah gersang milik<br />

mereka. Bambang tak menyangka, lahan yang<br />

sebagian besar ditumbuhi alang-alang ini<br />

kondisinya benar-benar rusak parah. Tanah itu<br />

sangat asam, bahkan cacing pun tak sanggup<br />

hidup di dalamnya.<br />

Bermodal coba-coba, pada 2001 Bambang<br />

memulai menanami lahannya. Dua pertiga lahannya<br />

dia tanami pohon perintis, sementara<br />

sisanya untuk tanaman endemik dan buah-buahan<br />

supaya lahan bisa hijau lebih dulu. Untuk<br />

memulihkan kesuburan tanah, Bambang 100<br />

persen mengandalkan pupuk kandang. Dia sengaja<br />

memelihara sepasang kambing di sana.<br />

“Itulah bodohnya saya... Saya kira kalau mau<br />

cepat beranak ya pelihara sepasang. Padahal<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

bisa empat kambing betina dengan satu pejantan,”<br />

ujar Bambang terkekeh.<br />

Perlahan tanaman mulai tumbuh. Bambang<br />

beserta anak dan istrinya selama mengolah<br />

lahan berpuasa tak menggunakan pupuk anorganik.<br />

Berkat ketelatenannya, tanaman sudah<br />

terlihat mulai menghijau meskipun tak secepat<br />

bayangan Bambang. Tak sabar melihat pertumbuhan<br />

tanaman yang kelewat pelan, dia sempat<br />

tergoda menggunakan pupuk anorganik.<br />

“Ini tantangan luar biasa. Saya merasa pohon<br />

itu tumbuh sangat lama. Saya mulai bosan,”<br />

katanya.<br />

Kesabaran Bambang terbayar. Pada 2003,<br />

muncul mata air jernih di cekungan lahan<br />

Bambang. Air pompa yang biasa dipakai dia<br />

tinggalkan dan beralih ke mata air di hutan miliknya.<br />

Hati Bambang tambah bungah melihat<br />

tanaman tumpang sari juga memberikan hasil<br />

yang memuaskan.<br />

Panen tanaman, seperti sawi, lobak, bayam,<br />

cabai, terung, jagung, dan aneka tanaman<br />

tumpang sari lainnya, berlimpah. Dan hasilnya<br />

bisa dijual untuk membayar para petani yang<br />

membantu Bambang sekeluarga. Hutan di<br />

depan rumahnya juga mulai jadi persinggahan<br />

rupa-rupa satwa.<br />

Kegigihan keluarga Bambang menghutankan<br />

tanah gersang di Megamendung dan mempertahankan<br />

tanah itu dari incaran calo membuat<br />

mereka jadi tempat mengadu warga sekitar.<br />

Pada 2005, warga tak jauh dari rumah Bambang<br />

mendatangi mereka dan menuturkan<br />

soal rencana seorang pengusaha membuat<br />

penangkaran buaya di bukit seberang rumah<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

Bambang.<br />

“Mereka keberatan karena pasti akan ada<br />

bau bangkai dan kotoran yang akan mengalir ke<br />

permukiman warga,” kata Bambang. Lantaran<br />

didesak warga, Bambang terpaksa merelakan<br />

tabungannya dikuras untuk mengambil alih<br />

lahan seluas 11 hektare itu. Seperti juga tanah<br />

mereka sebelumnya, lahan kosong itu mereka<br />

hutankan kembali. Kini puluhan hektare lahan<br />

itu sudah menjadi hutan lebat. Sebagian berfungsi<br />

sebagai hutan konservasi, sebagian lagi<br />

dia manfaatkan sebagai hutan produksi yang<br />

memberikan manfaat ekonomi.<br />

Tapi sejak dulu tanah di kawasan Puncak<br />

selalu menjadi incaran orang. Suatu ketika pada<br />

2011, rumahnya beberapa kali diancam dibongkar.<br />

Bahkan alat berat sudah berdiri di kawasan<br />

rumahnya. Waktu itu, kata Bambang, seorang<br />

pejabat merasa tersinggung karena menolak<br />

lokasi hutannya digunakan sebagai tempat<br />

kampanye.<br />

“Katanya rumah saya disebut vila tak berizin<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

dan harus dibongkar,” kata Bambang menirukan<br />

salah seorang petugas yang akan membongkar<br />

rumahnya. Padahal, kata Bambang, rumahnya<br />

hanya bangunan kayu yang luasnya tak seberapa<br />

dibanding luas hutan dengan ribuan pohon<br />

besar.<br />

Entah kenapa ancaman itu tak pernah terlaksana.<br />

Bambang menduga ancaman itu merupakan<br />

buntut dari kritik yang sering ia lontarkan<br />

terhadap kebijakan pemerintah daerah yang<br />

tak serius menjaga kawasan Puncak. Alih-alih<br />

difungsikan sebagai kawasan konservasi yang<br />

rimbun dengan pepohonan, Puncak malah<br />

rimbun oleh vila.<br />

Pengalamannya merehabilitasi lahan tandus<br />

menjadi hutan secara organik membuat Bambang<br />

menjadi langganan pembicara seminar<br />

di dalam negeri maupun mancanegara. “Saya<br />

tak punya latar belakang kehutanan, tak punya<br />

banyak uang dan dukungan politik. Yang saya<br />

punya hanyalah semangat. Dan itulah yang bisa<br />

saya bagikan,” katanya. n KUSTIAH<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

BIODATA<br />

BAMBANG ISTIAWAN<br />

LAHIR<br />

Jakarta, 17 Oktober 1954<br />

SEKOLAH<br />

STM, Jakarta, 1973<br />

PENGALAMAN KERJA<br />

● Project Coordinator PT Sinergi Mitra Sejati,<br />

2013<br />

● Technical Advisor PT Radiant Utama, 2010-<br />

2011<br />

● Independent Inspector PT Saripari Pertiwi<br />

Abadi, 2008<br />

● Project Coordinator PT Sillo Maritime Perdana,<br />

2005-2006<br />

● Independent Chief Inspector untuk Caltex<br />

Pacific Indonesia, Huabei Petroleum, Meta<br />

Epsi, PT Bormindo Nusantara, PT Dimas<br />

Drillindo, PT Tridiantara Alvindo, 1995-2005<br />

MAJALAH DETIK 1619 - 22 - 25 FEBRUARI JANUARI 2015


FOKUS<br />

KOMJEN BUWAS<br />

BIKIN<br />

CEMAS<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

KEPALA BARESKRIM KOMJEN BUDI WASESO, YANG MEMERINTAHKAN PENYELIDIKAN<br />

TERHADAP PIMPINAN KPK, MALAH MASUK DAFTAR CALON KAPOLRI. TERBELIT BANYAK<br />

MASALAH, TAPI KARIERNYA TETAP MULUS.<br />

Bambang Widjojanto sebelum<br />

diperiksa di Bareskrim Polri<br />

sebagai tersangka kasus<br />

kesaksian palsu.<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

ADA satu kursi kosong terselip di antara<br />

17 kursi yang disiapkan di ruang<br />

rapat utama Mabes Polri. Kepala<br />

Badan Reserse Kriminal Komisaris<br />

Jenderal Budi Waseso, yang semestinya duduk<br />

di sana, belum juga datang, padahal sembilan<br />

jenderal yang dipimpin Wakil Kepala Polri Komisaris<br />

Jenderal Badrodin Haiti sudah menanti.<br />

Pagi itu, Rabu, 28 Januari 2015, Badrodin<br />

menerima tujuh delegasi Komisi Nasional Hak<br />

Asasi Manusia. Selang beberapa menit setelah<br />

pertemuan dimulai, Komjen Budi Waseso akhirnya<br />

memasuki ruang rapat.<br />

Melihat Budi datang, komisioner Komnas<br />

HAM, Nur Kholis, bernapas lega. Pasalnya, mereka<br />

hari itu datang untuk melobi Mabes Polri<br />

agar bisa memeriksa Budi Waseso.<br />

Nur Kholis mengakui tidak mudah meminta<br />

keterangan kepada polisi berkaitan dengan penyelidikan<br />

dugaan pelanggaran hak asasi manusia<br />

dalam penangkapan Wakil Ketua Komisi<br />

Pemberantasan Korupsi Bambang Widjojanto.<br />

“Kalau dengan Polri, tidak begitu saja memanggil<br />

Budi Waseso yang Kabareskrim,” ujarnya. “Nah,<br />

di pertemuan itulah Waseso sedikit kami sentil<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Kami juga<br />

mempersoalkan<br />

kenapa tidak<br />

melakukan<br />

pemanggilan,<br />

lalu dinyatakan<br />

ditahan.<br />

soal dugaan kriminalisasi.”<br />

Bukan tidak beralasan jika para komisioner<br />

ragu bos reserse itu mau diperiksa. Sebab, dalam<br />

sejarah Komnas HAM, para jenderal memang<br />

ogah memenuhi panggilan lembaga independen<br />

ini. Apalagi Budi Waseso tidak menggubris<br />

desakan agar menyetop penyelidikan terhadap<br />

pimpinan KPK.<br />

Buwas—begitu dia biasa disapa—memang dinanti<br />

penjelasannya oleh Komnas HAM. Adalah<br />

koalisi Masyarakat Sipil Anti-Korupsi yang mengadukan<br />

adanya pelanggaran hak asasi terhadap<br />

Bambang oleh Bareskrim Mabes Polri.<br />

Dugaan pelanggaran yang ditelusuri adalah<br />

berlebihannya jumlah dan persenjataan personel<br />

yang menangkap Bambang. “Kami juga mempersoalkan<br />

kenapa tidak melakukan pemanggilan,<br />

lalu dinyatakan ditahan,” kata Nur Kholis.<br />

Komnas HAM juga menelisik dugaan kesengajaan<br />

mempercepat penetapan tersangka<br />

Bambang yang terjadi setelah KPK menetapkan<br />

calon tunggal Kapolri, Komisaris Jenderal Budi<br />

Gunawan, sebagai tersangka kasus gratifikasi.<br />

Lima hari sejak dilaporkan, Bambang ditetapkan<br />

sebagai tersangka mengarahkan kesaksian palsu<br />

dalam sidang sengketa pemilihan Bupati Kotawaringin<br />

Barat di Mahkamah Konstitusi.<br />

Buwas juga jadi sorotan publik setelah ketahuan<br />

polisi menangkap Bambang saat masih<br />

mengenakan sarung. Saat Bambang memprotes<br />

surat penangkapan, seorang polisi sempat<br />

mengancam akan melakban mulutnya.<br />

Buwas dituding berniat melemahkan KPK<br />

dengan menerbitkan surat perintah penyelidikan<br />

terhadap pimpinan KPK lainnya: Abraham<br />

Samad, Zulkarnain, dan Adnan Pandu Praja. Selain<br />

itu, ia dianggap menghalangi penyelidikan<br />

terhadap Budi Gunawan dengan mengirim telegram<br />

rahasia yang melarang polisi memenuhi<br />

panggilan KPK.<br />

Buwas sendiri membantah pihaknya berlebihan<br />

saat menangkap Bambang Widjojanto. “Mana<br />

bukti pengerahan berlebihan?” kata Buwas saat<br />

ditemui majalah detik di rumah dinas Kabareskrim<br />

pada Jumat, 13 Februari 2015.<br />

Buwas mengatakan sudah menyerahkan video<br />

rekaman penangkapan itu kepada Komnas<br />

HAM. Ia juga menganggap cepatnya Bambang<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

status tersangka Budi Gunawan. Penyelidikan<br />

terhadap pimpinan KPK dilakukan atas laporan<br />

masyarakat dan kebetulan yang tersangkut adalah<br />

petinggi komisi antirasuah itu. “Saya tidak<br />

dendam. Buktikan kalau saya dendam, tidak<br />

perlu waswaslah.”<br />

●●●<br />

Kepala Badan Reserse<br />

Kriminal Mabes Polri Inspektur<br />

Jenderal Budi Waseso sebelum<br />

memberi keterangan di<br />

Komnas HAM Jakarta, Jumat<br />

(30/1).<br />

FANNY OCTAVIANUS/ANTARAFOTO<br />

jadi tersangka bukan hal yang luar biasa.<br />

Soal telegram rahasia, Buwas menyatakan niatnya<br />

bukan buat menghalangi penyidikan KPK.<br />

Isi telegram itu, kata dia, mengingatkan personel<br />

Polri bahwa mereka wajib melapor ke Divisi<br />

Profesi dan Pengamanan serta Divisi Pembinaan<br />

Hukum sebelum memenuhi panggilan KPK.<br />

Buwas menegaskan tidak ada upaya kriminalisasi<br />

oleh Polri terhadap KPK sebagai balasan<br />

Lulus dari Akademi Polisi pada 1984, karier<br />

Budi Waseso baru tertangkap radar saat menjabat<br />

Kepala Kepolisian Resor Barito Utara,<br />

Kalimantan Tengah. Di sana ia terseret pusaran<br />

kasus korupsi pelelangan kayu hasil pembalakan<br />

liar yang melibatkan Kepala Dinas Kehutanan<br />

Toboryano Angga dan Ketua DPRD Barito Utara<br />

H Baslenudin.<br />

Kala itu Budi Waseso dipanggil sebagai saksi<br />

meringankan, tapi ia menolak. Kerabat Buwas<br />

yang menetap di Semarang, Adi Susilo, mendapat<br />

cerita dari pamannya tersebut bahwa dalam<br />

kasus seperti itu ia kerap menghadapi jenderal<br />

yang jadi beking. “Dia dimarah-marahi kok sama<br />

jenderal di Jakarta dan disingkir-singkirkan terus,”<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Kasus itu<br />

bukannya<br />

diselidiki,<br />

tapi malah<br />

diselesaikan<br />

dengan cara<br />

dituduh<br />

pelakunya teman<br />

si korban.<br />

ujarnya.<br />

Dari Barito Utara, Buwas digeser ke Polres<br />

Palangkaraya. Saat menjabat Kepala Polres<br />

Palangkaraya pada 2002 hingga 2005 inilah,<br />

Koordinator Badan Pekerja Komisi untuk Orang<br />

Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras)<br />

Haris Azhar mencatat, Buwas melakukan pembiaran<br />

atas ada dua kasus.<br />

Buwas dianggap Kontras menutup mata<br />

terhadap Upik, tahanan yang tewas di Markas<br />

Polres Palangkaraya. Kejanggalan kasus kematian<br />

Upik yang terjadi pada 1999 itu sebenarnya<br />

terungkap pada era Buwas. “Ketika terungkap<br />

itu kasusnya tidak diteruskan,” kata Haris.<br />

Lalu pada 2004, Polres Palangkaraya menangani<br />

kasus kematian akibat peluru nyasar.<br />

Menurut keterangan yang dihimpun Kontras,<br />

insiden itu terjadi akibat perebutan senjata di<br />

antara dua anggota Brimob.<br />

“Senjatanya meletus kena orang sipil,” kata<br />

Haris. “Kasus itu bukannya diselidiki, tapi malah<br />

diselesaikan dengan cara dituduh pelakunya<br />

teman si korban.”<br />

Selepas dari Palangkaraya, karier Buwas lebih<br />

banyak di Provos. Ia menjabat rupa-rupa posisi di<br />

Divisi Profesi dan Pengamanan. Puncaknya, saat<br />

menjabat Kepala Pusat Pengamanan Internal<br />

Mabes Polri, Buwas memimpin penangkapan<br />

terhadap Komisaris Jenderal Susno Duadji yang<br />

hendak terbang ke Singapura pada April 2010.<br />

Buwas pada 2011 juga menyemprit polisi yang<br />

juga artis, Norman Kamaru, karena manggung<br />

di televisi tanpa izin atasannya. “Tidak ada (sanksi),<br />

hanya kita suruh pulang untuk urus izin di<br />

sana (Gorontalo),” ujarnya ketika itu.<br />

Kala menapaki karier sebagai provos itulah<br />

Buwas bersinggungan dengan Budi Gunawan.<br />

Saat itu Budi Gunawan menjabat Kepala Divisi<br />

Profesi dan Pengamanan Mabes Polri, yang<br />

membawahi Buwas.<br />

Memang saat itu Buwas dilaporkan Wakil Kepala<br />

Polda Sulawesi Utara Komisaris Besar Jenmard<br />

Mangolui Simatupang ke Mabes Polri dan Komisi<br />

Kepolisian Nasional. Penyelidikan yang dipimpin<br />

Buwas menyimpulkan Jenmard dan dua perwira<br />

Polda Sulawesi Utara lainnya bersalah dan dicopot<br />

dari jabatannya.<br />

Belakangan, Jenmard tidak terima dan menu-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Demo mendukung pengusutan<br />

rekening gendut di depan Istana<br />

Negara, Jakarta, beberapa waktu<br />

lalu.<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

ding surat pencopotannya palsu. Namun, berdasarkan<br />

penelusuran Kompolnas, surat tersebut<br />

dikeluarkan oleh bidang Sumber Daya Manusia<br />

Polri atas perintah Kapolri Jenderal Timur Pradopo.<br />

Buwas membantah ada permainan dalam<br />

kasus hukum yang ditanganinya, baik di lingkup<br />

internal Polri maupun yang melibatkan masyarakat.<br />

“Begini saja, kalau saya dulu meras, memainkan<br />

perkara, pasti laporan terhadap saya<br />

banyak sekali,” ujarnya.<br />

Bukannya meredup, setelah laporan itu, karier<br />

Buwas malah hidup lagi. Pada 2012, ia mendapat<br />

promosi jadi brigadir jenderal dan memimpin<br />

Polda Gorontalo.<br />

Media-media lokal pun menyanjung Buwas<br />

semasa di Gorontalo karena dianggap berhasil<br />

menekan angka judi togel dan peredaran minuman<br />

keras. Toh, masanya di Gorontalo ternyata<br />

hanya seumur jagung dan dimutasi ke<br />

Jakarta.<br />

Buwas ketika itu membantah dia dipindah<br />

karena tengah menangani kasus korupsi pejabat<br />

pemerintah provinsi. Namun Adi Susilo membisikkan<br />

Buwas dicopot akibat mengusut kasus<br />

korupsi yang diduga melibatkan orang nomor<br />

satu di Gorontalo.<br />

Terlempar dari jabatan Kapolda Gorontalo,<br />

Buwas menjadi dosen di Sekolah Staf Pemimpin<br />

Polri dan tidak lama setelahnya ia jadi Kepala<br />

Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi Polri. Lagi-lagi<br />

ia bertemu dengan Budi Gunawan, yang tengah<br />

jadi Kepala Lembaga Pendidikan Polri.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Kepala Badan Reserse<br />

Kriminal Mabes Polri Komjen<br />

Pol Budi Waseso (kanan)<br />

menerima ucapan selamat<br />

seusai upacara kenaikan<br />

pangkat jadi bintang tiga di<br />

Mabes Polri, Jakarta, Kamis<br />

(5/2).<br />

M AGUNG RAJASA/ANTARAFOTO<br />

“Mas Budi kebetulan habis dari Gorontalo kan<br />

dibuang jadi dosen,” kata Adi. “Otomatis (Budi<br />

Gunawan) jadi pimpinannya. Jadi dia loyal kepada<br />

pimpinan.”<br />

Buwas menyatakan kedekatannya dengan<br />

Budi Gunawan sebatas pekerjaan. “Karena saya<br />

anak buah, kedekatan saya sama beliau itu memang<br />

karena saya anak buahnya,” ujarnya. “Janganlah<br />

kedekatan itu disalahartikan. Yakinlah<br />

kami dekat karena pekerjaan.”<br />

Soal beredarnya foto putrinya bergandengan<br />

tangan dengan anak Budi Gunawan, M. Herviano,<br />

Buwas tidak membantahnya. “Sekarang<br />

begini, seperti kalau saya dalam pendekatan ketika<br />

naksir seseorang, itu kan pasti pendekatan,<br />

sah-sah saja,” ujarnya. “Mesra atau gandengan<br />

tidak apa-apa.”<br />

Namun kedekatan ini jadi ganjalan tersendiri<br />

dalam peluangnya menjadi Kapolri. Setelah naik<br />

pangkat jadi komisaris jenderal pada 5 Februari<br />

lalu, Buwas memang bisa jadi calon orang nomor<br />

satu di kepolisian.<br />

Peluangnya menguat karena ia memegang<br />

jabatan bergengsi Kabareskrim, yang didapatnya<br />

setelah posisi itu ditinggalkan Komjen Suhardi<br />

Alius. Suhardi dicopot bersamaan dengan<br />

pemberhentian Kapolri Jenderal Sutarman oleh<br />

Presiden Joko Widodo.<br />

Beberapa sumber majalah detik menyayangkan<br />

langkah awal Buwas dengan menye-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Teman seangkatan Komjen<br />

Budi Waseso di Akpol, Irjen<br />

Djoko Susilo, saat diperiksa<br />

kasus dugaan korupsi<br />

pengadaan alat uji simulator<br />

SIM, 2012.<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

rang KPK. Bahkan ia dinilai kelewat membela<br />

Budi Gunawan saat menyebut polisi pembocor<br />

dokumen yang memungkinkan KPK mendapat<br />

alat bukti buat menjerat atasannya itu sebagai<br />

pengkhianat.<br />

Karena itu, meski namanya masuk daftar<br />

nama calon Kapolri pengganti Budi Gunawan<br />

yang diajukan kepada Jokowi, Kompolnas sedikit<br />

enggan menempatkannya di urutan pertama.<br />

“Jangan pula memilih polisi yang bermasalah<br />

yang banyak mendapatkan resistensi dari masyarakat,”<br />

kata anggota Kompolnas, Edi Hasibuan.<br />

Selain kedekatan dengan Budi Gunawan, Buwas<br />

dianggap terlalu muda. Calon Kapolri lainnya,<br />

Komjen Dwi Priyatno dan Komjen Anang<br />

Iskandar, lebih senior ketimbang Buwas.<br />

Sementara itu, bersaing dengan teman seangkatannya,<br />

Kepala Badan Pemelihara Keamanan<br />

Polri Komjen Putut Eko Bayuseno, Buwas kalah<br />

rekam jejak karena koleganya itu pernah jadi<br />

Kapolda Metro Jaya. Meski tidak ada aturan<br />

tertulis bahwa Kapolri harus pernah memimpin<br />

wilayah “A”, seperti Polda Metro Jaya dan Polda<br />

Sumatera Utara, komisioner Kompolnas, Hamidah,<br />

menyatakan pengalaman itu tetap jadi<br />

pertimbangan mereka.<br />

Masuknya Buwas dalam bursa calon Kapolri<br />

yang diajukan Kompolnas mendapat dua reaksi<br />

kontras. Kubu yang mendukung terutama<br />

teman-teman seangkatan Buwas, antara lain<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Silakan saja,<br />

wong saya<br />

tidak nafsu jadi<br />

pimpinan Polri.<br />

Brigjen I Ketut Untung Yoga Ana, yang menggantikan<br />

Buwas di Sekolah Staf dan Pimpinan<br />

Tinggi Polri.<br />

Yoga menegaskan, angkatannya punya semboyan<br />

“one forever” alias satu untuk selamanya.<br />

“Pasti kami dukung, apalagi angkatan kami, gitu<br />

kan.”<br />

Melesatnya karier Buwas menjadi Kabareskrim<br />

dianggap kembali mencerahkan masa<br />

depan angkatan 1984. Sebelumnya, angkatan ini<br />

terpuruk karena salah satu bintangnya, Inspektur<br />

Jenderal Djoko Susilo, terbukti melakukan<br />

korupsi dalam kasus pengadaan alat uji simulator<br />

surat izin mengemudi.<br />

Karier Buwas juga lebih cerah dari peraih<br />

Adhi Makayasa angkatan 1984, Brigjen<br />

Wahyu Indra Pramugari. Wahyu yang lulusan<br />

terbaik dari kepolisian itu kini "diparkir" jadi<br />

widyaiswara madya Sespimti Polri setelah<br />

KPK mendapati Wahyu juga kecipratan duit<br />

korupsi kasus simulator sebesar Rp 500 juta<br />

dari Irjen Djoko Susilo.<br />

Namun pihak yang menolak Buwas juga<br />

tidak sedikit. Mendatangi Kompolnas, para<br />

advokat yang tergabung dalam Forum Advokat<br />

Pengawal Konstitusi menolak Buwas karena tak<br />

pernah melaporkan hartanya ke KPK dan mengotaki<br />

penangkapan Bambang Widjojanto.<br />

Sementara itu, Kontras dan Indonesia Corruption<br />

Watch sejak Kamis, 12 Februari, menggalang<br />

dukungan buat melaporkan Buwas ke Divisi<br />

Profesi dan Pengamanan Polri. Haris Azhar mengatakan<br />

pihaknya ingin mendorong polisi juga<br />

memproses temuan Komnas HAM soal adanya<br />

dugaan pelanggaran hak asasi dalam proses<br />

penangkapan Bambang Widjojanto. “Nah, kita<br />

ingin Propam kerja dong, kok diam saja, nih,”<br />

ujarnya.<br />

Ditentang, Buwas tak gentar. “Itu hak Komnas<br />

HAM menyatakan saya bersalah. Silakan saja<br />

umumkan, memang kenapa?” ujarnya. “Silakan<br />

saja, wong saya tidak nafsu jadi pimpinan Polri.”<br />

■ ISFARI HIKMAT, BAHTIAR RIFAI, IBAD DUROHMAN, MONIQUE SHINTAMI, ARYO<br />

BHAWONO, IRWAN NUGROHO | OKTA WIGUNA<br />

TAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR<br />

MAJALAH DETIK 16 - - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

SEBULAN<br />

TANPA KEPALA<br />

KEPOLISIAN Republik Indonesia<br />

sudah hampir sebu lan tak<br />

memiliki pemimpin sejak Kepala<br />

Polri Jenderal Sutarman dicopot<br />

pada 16 Januari 2015. Calon<br />

tunggal penggantinya, Komisaris<br />

Jenderal Budi Gunawan, tak<br />

kunjung dilantik Presiden Joko<br />

Widodo karena terganjal status<br />

tersangka kasus gratifikasi.<br />

Desakan untuk melantik Budi<br />

dan juga membatalkan pencalonannya<br />

terus mengalir, tapi<br />

Jokowi belum juga mengambil<br />

keputusan. Berikut ini tarik-ulur<br />

penetapan Kepala Polri baru<br />

selama hampir sebu lan terakhir<br />

ini.<br />

5 Januari<br />

Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) menggelar<br />

“Kapolri Idol” di situs resminya, calonnya meminta<br />

masukan masyarakat terhadap lima komisaris jenderal,<br />

yakni Badrodin Haiti, Budi Gunawan, Dwi Priyatno,<br />

Putut Eko Bayuseno, dan Suhardi Alius.<br />

13 Januari<br />

Komisi Hukum DPR mempercepat rapat membahas calon<br />

Kapolri yang sedianya baru 19 Januari 2015.<br />

15 Januari<br />

Sidang paripurna DPR menyetujui Komjen Budi Gunawan<br />

sebagai pengganti Kapolri Jenderal Sutarman.<br />

19 Januari<br />

Mabes Polri mengajukan gugatan praperadilan penetapan<br />

tersangka Komjen Budi Gunawan ke Pengadilan Negeri Jakarta<br />

Selatan.<br />

25 Januari<br />

Jokowi membentuk Tim 9, tim independen buat menyelesaikan<br />

konflik KPK dan Polri akibat penetapan Budi Gunawan sebagai<br />

tersangka.<br />

29 Januari<br />

Jokowi menggelar pertemuan estafet dengan Ketua Umum<br />

Gerindra Prabowo Subianto, Wakapolri Komjen Badrodin<br />

Haiti, Kabareskrim Irjen Budi Waseso, serta Kompolnas. Usai<br />

rangkaian pertemuan, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan<br />

Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno menyatakan pengangkatan<br />

Kapolri menunggu putusan sidang praperadilan.<br />

Februari<br />

Mensesneg Pratikno menyarankan Komjen Budi mundur agar<br />

mempermudah penyelesaian masalah pemilihan Kapolri baru.<br />

Petinggi partai koalisi pendukung Jokowi bertemu Presiden di<br />

Istana dan membahas pelantikan Budi Gunawan.<br />

3<br />

Februari<br />

Jokowi janji segera memutuskan Kapolri baru. “Nanti<br />

minggu depan akan kita putuskan. Bisa Senin, Selasa, Rabu,<br />

Kamis, Jumat, atau Sabtu.”<br />

5<br />

Februari<br />

Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mulai menyidangkan<br />

gugatan praperadilan penetapan tersangka oleh Komjen Budi<br />

Gunawan.<br />

9<br />

11<br />

Februari<br />

Menteri-Sekretaris Negara Pratikno sudah menyampaikan<br />

berkas calon Kapolri baru dari Kompolnas, tapi Jokowi belum<br />

mau melihatnya.<br />

13<br />

Februari<br />

Santer diberitakan bakal membatalkan pelantikan Komjen Budi<br />

Gunawan, Jokowi kembali menunda karena butuh perhitungan<br />

yang matang. “Secepatnya.”<br />

9 Januari<br />

Jokowi mengajukan Komjen Budi Gunawan sebagai calon<br />

tunggal Kapolri kepada DPR.<br />

12 Januari<br />

KPK menerbitkan surat penetapan Komjen Budi Gunawan<br />

sebagai tersangka kasus gratifikasi saat menjabat Kepala<br />

Biro Pembinaan Karier Deputi SDM Mabes Polri tahun 2006.<br />

14 Januari<br />

DPR tetap melanjutkan uji kepatutan dan kelayakan<br />

terhadap Budi Gunawan.<br />

16 Januari<br />

22 Januari<br />

28 Januari<br />

30 Januari<br />

2 Februari<br />

4 Februari<br />

6 Februari<br />

10 Februari<br />

12 Februari<br />

Jokowi mencopot Kapolri Jenderal Sutarman, tetapi<br />

menunda pelantikan Budi Gunawan. Wakapolri Komjen<br />

Badrodin Haiti dijadikan Pelaksana Tugas Kapolri.<br />

Budi melaporkan pimpinan KPK, Abraham Samad dan<br />

Bambang Widjojanto, ke Kejaksaan Agung dan ke Mabes<br />

Polri dengan tudingan penyalahgunaan wewenang dan<br />

menyalahi prosedur penetapan sebagai tersangka.<br />

Tim 9 menyampaikan rekomendasi agar Jokowi tak<br />

melantik Budi, yang menurut mereka penetapannya<br />

memang bukan inisiatif Presiden. Jokowi dianjurkan<br />

memilih calon Kapolri baru.<br />

Budi Gunawan mangkir dari panggilan pemeriksaan<br />

oleh KPK.<br />

Sidang perdana praperadilan BG ditunda karena KPK<br />

tidak hadir.<br />

Ketua DPR Setya Novanto menemui Jokowi dan<br />

menyatakan pelantikan Budi sepenuhnya hak<br />

prerogatif presiden.<br />

Ketua Tim 9 Syafii Maarif menyatakan diberi<br />

tahu Jokowi tentang pembatalan pelantikan Budi<br />

Gunawan.<br />

Budi Gunawan menyatakan tidak akan mundur<br />

sebelum ada vonis sidang praperadilan.<br />

Kompolnas mulai mewawancarai empat calon<br />

Kapolri baru di Mabes Polri.<br />

Kompolnas menyerahkan enam nama calon<br />

Kapolri baru pengganti Budi Gunawan kepada<br />

Seskab Andi Widjajanto.<br />

Seskab Andi Widjajanto memastikan Jokowi<br />

akan mengumumkan Kapolri paling lambat 15<br />

Februari 2015.<br />

OKTA WIGUNA | INFOGRAFIS: MINDRA PURNOMO<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

PEMUDA PLAYBOY<br />

DARI ‘DANGER FAMILY’<br />

BUDI WASESO BERASAL DARI KELUARGA MILITER.<br />

AYAHNYA, KOLONEL (PURNAWIRAWAN) DANGIR<br />

MARWOTO, ADALAH BEKAS PERSONEL RPKAD DAN<br />

DIREKRUT PANGKOPKAMTIB SUDOMO MENJADI<br />

ANGGOTA OPERASI TERTIB.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Rumah dinas Kabareskrim<br />

Komjen Budi Waseso<br />

ISFARI HIKMAT /DETIKCOM<br />

RUMAH dinas Polri di Jalan Panglima<br />

Polim, Jakarta Selatan, itu<br />

dipermak di sana-sini. Sepekan ini,<br />

sejumlah tukang bekerja lembur<br />

sampai pukul 02.00 WIB. Renovasi rumah<br />

yang lumayan wah itu dikebut karena hendak<br />

ditempati penghuni baru.<br />

Penghuni barunya adalah Komisaris Jenderal<br />

Budi Waseso, Kepala Badan Reserse Kriminal<br />

Mabes Polri. Sudah hampir sebulan lulusan<br />

Akademi Kepolisian 1984 itu menduduki jabatan<br />

yang mentereng tersebut.<br />

Jumat, 13 Februari 2015, malam, mengendarai<br />

Toyota Kijang Innova, pria yang biasa disapa<br />

Buwas itu datang untuk mengecek perkembangan<br />

renovasi rumah dinasnya tersebut.<br />

Maklum, keesokan harinya, ia menggelar syukuran<br />

dengan mengundang kerabat dan anak<br />

yatim.<br />

Menurut Buwas, renovasi rumah dinas tidak<br />

dilakukan secara besar-besaran. Hanya, ia ingin<br />

sedikit menyulap ruangan belakangnya menjadi<br />

semacam bengkel untuk memenuhi hobi<br />

otomotifnya. Berdekatan dengan bengkel, dia<br />

juga akan membangun ruang khusus untuk<br />

para ajudan.<br />

Selama ini Buwas tinggal di rumah mertuanya,<br />

asrama TNI Angkatan Darat Bulak Rantai,<br />

Kramat Jati, Jakarta Timur. Menjadi polisi, ia<br />

mengaku membeli rumah seluas 78 meter<br />

persegi di Bogor. Saat itu pangkatnya masih<br />

komisaris besar.<br />

Namun, meski juga sudah direnovasi, rumah<br />

yang oleh pemilik lama dikredit melalui Bank<br />

Tabungan Negara itu tidak pernah dihuni.<br />

Bahkan lama-kelamaan rumah tersebut dijual.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Budi Waseso (kiri) usai berburu<br />

babi.<br />

REPRO/ARI SAPUTRA<br />

“Terlalu jauh dari kantor,” kata Buwas.<br />

Mertua Buwas bukan polisi sembarangan.<br />

Retno Setyowati, istrinya, adalah anak pensiunan<br />

polisi berpangkat letnan jenderal, Pamoedji.<br />

Pamoedji adalah Deputi Kapolri (Wakil Kepala<br />

Polri) pada 1980-an. Ia juga tercatat sebagai<br />

pendiri PT Asuransi Bhakti Bhayangkara, perusahaan<br />

asuransi anggota Polri, pada 1987.<br />

Lembaga yang masih berdiri sampai sekarang<br />

itu dibentuk oleh Pamoedji setelah gagal<br />

menghidupkan kembali Bank Bhayangkara<br />

Sejahtera, yang sempat ditutup kegiatan operasionalnya.<br />

Nama mantan Kepala Polda Jawa<br />

Timur itu juga beberapa kali muncul di media<br />

pada zaman penembakan misterius (petrus).<br />

Buwas kenal dengan anak sang jenderal saat<br />

kuliah di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian.<br />

Baru sebulan menjalin komunikasi, ia memu-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

Katanya di atas<br />

Rp 1 miliar.<br />

Bima Arya<br />

tuskan menikahi perempuan yang kini sudah<br />

memberinya tiga anak itu. Buwas mengaku sebelumnya<br />

suka ganti-ganti pacar alias playboy.<br />

“Itu masa muda saja, masa memilih,” ucapnya<br />

sambil terbahak.<br />

Tak sulit bagi Buwas mendapatkan Retno,<br />

karena ia sendiri berasal dari keluarga tentara.<br />

Buwas adalah anak ketiga dari seorang veteran<br />

TNI yang lumayan dikenal di Pati, Jawa Tengah,<br />

Kolonel (Purnawirawan) Dangir Marwoto. Dangir<br />

pernah bergabung di Resimen Pasukan<br />

Komando Angkatan Darat, pasukan pimpinan<br />

Sarwo Edhie Wibowo, yang ikut dalam<br />

penumpasan kader simpatisan Partai Komunis<br />

Indonesia.<br />

Dangir lantas dipindahkan ke bagian logistik<br />

AD. Tak lama, ia ditarik oleh Laksamana<br />

Sudomo setelah mantan Pangkopkamtib itu<br />

membentuk Operasi Tertib. Operasi Tertib<br />

adalah lembaga pemberantasan korupsi zaman<br />

Presiden Soeharto. Semacam Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi era sekarang. “Itu gabungan<br />

dari TNI, Polri, dan Kejaksaan,” kata Buwas.<br />

Buwas bukan satu-satunya penerus Dangir<br />

sebagai aparat keamanan negara. Adik Buwas,<br />

Adi Wahyudi, adalah perwira di TNI AD dengan<br />

pangkat letkol. Selebihnya, saudara-saudara<br />

kandung Buwas ada yang bekerja di lembaga<br />

pemerintah dan berbisnis. Mereka menyebut<br />

keluarga besar Dangir itu dengan istilah “Danger<br />

Family”.<br />

Saat masih hidup, Dangir banyak menyimpan<br />

mobil kuno. Setelah meninggal tahun 1990,<br />

mobil-mobil itu diwariskan kepada anak dan<br />

cucunya. Salah satu mobil warisan Dangir itu<br />

terlihat dipakai Wali Kota Bogor Bima Arya<br />

untuk upacara peringatan Hari Kemerdekaan<br />

RI 17 Agustus tahun lalu.<br />

Mobil Chevrolet Bel Air keluaran 1955 itu<br />

dipinjamkan secara sukarela oleh Firman<br />

Nugroho, cucu Dangir. Menurut Bima Arya,<br />

mobil jenis sedan itu masih nyaman. Ia sempat<br />

mendapat informasi bahwa harga jual mobil itu<br />

sangat fantastis. “Katanya di atas Rp 1 miliar,”<br />

ujar Bima Arya, yang mengaku menggunakan<br />

mobil itu untuk menampilkan simbol Kota Bogor<br />

akan menjaga heritage.<br />

Adi Susilo, keponakan Buwas, mengatakan<br />

pamannya itu mendapat warisan dua unit jip<br />

dari Dangir. Salah satunya Wrangler CJ7 ber-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Jeep CJ7 1980 milik Budi<br />

Waseso<br />

JIP.CO.ID<br />

warna kuning keluaran 1980. Tiga tahun lalu,<br />

Buwas memodifikasinya di bengkel Hidayat,<br />

Solo, Jawa Tengah. “Saya cuma betulin sedikit,<br />

kok,” kata Hidayat kepada majalah detik.<br />

Dari dua jip itu, koleksi Buwas bertambah.<br />

Rekan seangkatannya di Akademi Kepolisian,<br />

Irjen I Ketut Untung Yoga Ana, mengaku sempat<br />

melihat Budi mengendarai Toyota Hardtop.<br />

Sedangkan Adi Susilo mengatakan, kepadanya<br />

pernah diperlihatkan mobil Suzuki Jimny dan<br />

Daihatsu Taft. “Dia pernah bawa masuk mobil<br />

kunonya ke Mabes Polri,” ujar Adi.<br />

Sampai saat ini, tidak diketahui berapa jumlah<br />

pasti mobil klasik yang dimiliki Buwas. Ia menyebut<br />

bisa membeli mobil-mobil kuno di tepi<br />

jalan yang kondisinya nyaris seperti rongsokan.<br />

Mobil itu lantas dia dandani selama berbulanbulan<br />

dan, setelah jadi, langsung ditunggangi.<br />

Kalau sudah puas, ia akan menjualnya. “(Wrangler<br />

CJ7) itu sudah hilang (terjual),” katanya.<br />

Yang jelas, uang yang dikeluarkan untuk<br />

mendandani mobil itu tidak sedikit. Buwas tak<br />

segan merogoh kocek dalam untuk mengganti<br />

seluruh bagian mobil sesuai dengan seleranya.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Kabareskrim Polri Irjen Pol Budi<br />

Waseso (kiri) bersama Menko<br />

Polhukam Tedjo Edhy (kedua<br />

kiri), Menteri Kebudayaan dan<br />

Pendidikan Dasar Menengah<br />

Anies Baswedan (kedua kanan),<br />

Menkum HAM Yasonna H. Laoly<br />

pada sebuah acara di Mabes<br />

Polri, Jakarta (31/1).<br />

ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN<br />

Mobil CJ7, misalnya, ia ganti seluruh komponennya,<br />

dari kaki-kaki sampai mesin. Modifikasi<br />

mobil itu pernah diulas oleh majalah otomotif<br />

JIP.<br />

Selain maniak mobil klasik, Buwas banyak<br />

mengoleksi senjata api serta pisau komando.<br />

Sampai saat ini, ia tercatat sebagai Ketua Persatuan<br />

Menembak Sasaran dan Berburu Seluruh<br />

Indonesia (Perbakin) Bidang Tembak Berburu.<br />

“Surat-suratnya lengkap,” kata dia sambil menunjukkan<br />

kartu anggota Perbakin.<br />

Kegemaran berburu itu, tutur Buwas, dimulai<br />

sejak SD. Hobi berburu itu terus berlanjut hingga<br />

menjadi pejabat di Polri. Biasanya ia berburu babi<br />

hutan di kawasan Sukabumi, Jawa Barat. Ia membawa<br />

jip untuk berburu dan mengajak beberapa<br />

anggota keluarga atau teman. Artis pelawak Parto<br />

pernah ikut berburu bareng Buwas.<br />

Kariernya yang moncer membuat Buwas<br />

menjadi salah satu yang dituakan di keluarga<br />

Dangir. Kepada keluarganya, Buwas menasihati<br />

agar menggunakan harta kekayaan di jalan yang<br />

benar. Buwas juga suka menceramahi keluarga<br />

tentang agama. “Dia bilang, kalau sudah punya<br />

uang, langsung haji atau umrah,” kata Adi.<br />

Namun, di samping religius, Buwas ternyata<br />

percaya pada hal-hal yang berbau klenik. Adi<br />

menuturkan Buwas menggaet orang pintar<br />

untuk melindunginya dari serangan makhluk<br />

halus yang dikirim musuh-musuh Buwas. “Di<br />

kantor Bareskrim dapat serangan terus dari<br />

orang-orang yang sudah nyaman. Dia ada yang<br />

ikut bentengi di situ,” tuturnya. n ISFARI HIKMAT, IBAD<br />

DUROHMAN | IRWAN NUGROHO<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

NAMANYA<br />

JUGA USAHA,<br />

JENDERAL<br />

DWI PRIYATNO DISEBUT SEBAGAI CALON<br />

PALING KUAT KAPOLRI. BANYAK DIPUJI. DPR<br />

MERAGUKANNYA.<br />

GRANDYOS ZAFNA/ DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

(Searah jarum jam) Presiden<br />

Jokowi, Ketua DPR Setya<br />

Novanto, Benny K. Harman,<br />

dan Desmond J. Mahesa.<br />

DOK. DETIKCOM<br />

KOMISARIS Jenderal Budi<br />

Gunawan sudah hampir pasti<br />

tidak akan pernah menjadi Kapolri.<br />

Diwarnai perang dingin<br />

dengan partai pendukungnya,<br />

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Presiden<br />

Joko Widodo makin mantap membatalkan<br />

pelantikan tersangka kasus gratifikasi tersebut.<br />

Jokowi memang belum mengumumkan<br />

secara resmi keputusannya. Namun Presiden<br />

sudah berkonsultasi dengan Ketua Dewan Perwakilan<br />

Rakyat Setya Novanto dan Ketua Tim 9<br />

Syafii Maarif untuk menguatkan keputusannya<br />

membatalkan pelantikan calon Kapolri yang<br />

didukung PDI Perjuangan dan sudah disetujui<br />

DPR itu.<br />

Wakil Ketua Komisi III Desmond J. Mahesa<br />

menuturkan Jokowi menelepon Setya pada<br />

Rabu (11/2) malam. Keesokan harinya, Setya<br />

lantas mengundang pimpinan DPR dan anggota<br />

Komisi III untuk rapat membahas telepon<br />

Jokowi itu pada pukul 13.00 WIB.<br />

Desmond tidak bisa menghadiri rapat tersebut<br />

karena sedang berada di Medan. Karena<br />

mendadak, rapat pun akhirnya hanya dihadiri<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Presiden RI Joko Widodo (ketiga<br />

kanan) didampingi Ketua Umum<br />

Hanura Wiranto (kedua kanan)<br />

dan Ketua Umum PDIP Megawati<br />

Soekarnoputri (keempat<br />

kanan) menyanyikan lagu<br />

Indonesia Raya saat pembukaan<br />

Musyawarah Nasional II Partai<br />

Hanura di Solo, Jawa Tengah,<br />

Jumat (13/2). Munas kedua<br />

Partai Hanura berlangsung dari<br />

tanggal 13-15 Februari 2015.<br />

HAFIDZ MUBARAK/ ANTARA<br />

Setya dan Wakil Ketua Komisi III Benny K.<br />

Harman. Namun Setya kemudian membantah<br />

dia ditelepon Jokowi setelah PDI Perjuangan<br />

bersuara keras menyatakan yang menelepon<br />

Setya bukan Jokowi, melainkan Brutus.<br />

“Biarin saja dia berbohong. Biar publik tahu<br />

kebusukannya,” kata Desmond kepada majalah<br />

detik.<br />

Benny tidak membantah melakukan pertemuan<br />

dengan Setya membahas pembatalan<br />

pelantikan Budi Gunawan. Namun ia menolak<br />

membeberkan pertemuan tersebut. “Memang<br />

apa masalahnya? Enggak perlu kalian tahu,”<br />

katanya saat dihubungi majalah detik.<br />

Jokowi mengaku masih membutuhkan waktu<br />

untuk berhitung agar keputusannya tidak<br />

menimbulkan risiko besar, baik dari sisi hukum<br />

maupun politik. “Kalau masalahnya hanya satu,<br />

tidak bertumpukan, 1 X 24 jam sudah kita putuskan,”<br />

kata Jokowi.<br />

Secara politik, kasus Budi Gunawan ini<br />

memang berat bagi Jokowi. Hubungan Presiden<br />

dengan Ketua Umum PDI Perjuangan<br />

Megawati Soekarnoputri menjadi renggang<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Dwi Priyatno<br />

GRANDYOS ZAFNA/ DETIKCOM<br />

gara-gara Budi. Muncul kabar Jokowi sedang<br />

perang dingin dengan Mega. Isu ini seperti<br />

benar ketika kedua tokoh tidak bertegur sapa<br />

dalam acara pembukaan Munas Partai Hanura,<br />

padahal mereka duduk bersebelahan.<br />

Jokowi mengakui<br />

sudah mendapat<br />

Saya jadi Kapolda enam nama pengganti<br />

Budi Gunaw-<br />

Metro Jaya<br />

rasanya sudah<br />

an dari Komisi<br />

Kepolisian Nasional.<br />

alhamdulillah. Di<br />

“Nanti saya kasih<br />

kampung saya, tahu kalau sudah<br />

ini sudah jabatan waktunya,” kata<br />

yang paling<br />

Jokowi di sela-sela<br />

Munas.<br />

tinggi.<br />

Jokowi pada<br />

Selasa, 10 Februari,<br />

memanggil Kompolnas ke Istana, Jakarta.<br />

Namun Kompolnas kemudian hanya bertemu<br />

dengan Menteri-Sekretaris Negara Pratikno<br />

karena Jokowi mendadak menghadiri agenda<br />

lain. Kompolnas lantas menyerahkan amplop<br />

berwarna hijau kepada Pratikno. Isinya daftar<br />

nama calon Kapolri.<br />

Menurut anggota Kompolnas, Syafriadi Cut<br />

Ali, ada enam nama yang diserahkan. Empat<br />

nama, yakni Komjen Dwi Priyatno, Komjen Budi<br />

Waseso, Komjen Badrodin Haiti, dan Komjen<br />

Putut Eko Bayuseno, sudah diwawancarai<br />

Kompolnas. Dua nama, yakni mantan Kepala<br />

Badan Reserse Kriminal Komjen Suhardi Alius<br />

dan Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen<br />

Anang Iskandar, ikut dimasukkan meski belum<br />

diwawancarai karena desakan sejumlah kalangan.<br />

Dari keenam nama itu, Jokowi condong<br />

mengusulkan Dwi Priyatno sebagai Kapolri<br />

baru. “Pak Jokowi minta pendapat hukum tentang<br />

Pak Dwi,” ujar Desmond, yang merupakan<br />

politikus Gerindra.<br />

●●●<br />

“Saya jadi Kapolda Metro Jaya rasanya sudah<br />

alhamdulillah. Di kampung saya, ini sudah jabatan<br />

yang paling tinggi.”<br />

Ajun Komisaris Besar Agung Mardjianto ma-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Kapolda Metro Jaya yang baru,<br />

Irjen Pol Dwi Priyatno, bersama<br />

istri melambaikan tangan<br />

saat mengikuti parade pisah<br />

sambut di halaman Polda Metro<br />

Jaya, Jakarta, Selasa (18/3).<br />

Irjen Pol Dwi Priyatno resmi<br />

menjadi Kapolda Metro Jaya<br />

menggantikan Irjen Pol Putut<br />

Eko Bayuseno yang menjadi<br />

Kabaharkam Polri.<br />

DHONI SETIAWAN/ ANTARA<br />

sih ingat ucapan Komjen Dwi Priyatno tersebut.<br />

Kala itu Dwi masih menjabat Kapolda Metro<br />

Jaya dan Agung menjadi sekretaris pribadinya.<br />

Dwi lahir di Purbalingga, Jawa Tengah, pada<br />

12 November 1959. Namun ia besar di Cipinang,<br />

Jakarta. Lulusan Akademi Polisi 1982 ini<br />

menjabat Kapolda Metro Jaya hanya enam bulan,<br />

18 Maret 2014 hingga 3 September 2014.<br />

Agung mengingat Dwi sebagai kapolda yang<br />

disiplin dan suka mengajak diskusi anak buahnya.<br />

Dwi sering datang ke kantor pukul 05.00<br />

WIB. “Biasanya lantas lari keliling. Selain lari, ia<br />

hobi golf,” kata Agung kepada majalah detik.<br />

Seminggu sekali, Dwi juga mengajak makan<br />

siang jajarannya di ruang kerjanya. Saat menjadi<br />

Kapolda Metro Jaya, Dwi suka memberi<br />

nasihat bahwa yang terpenting bukanlah jabatan,<br />

tapi bermanfaat bagi orang lain.<br />

“Sehebat apa pun kamu, Dik, kalau kamu<br />

tidak memberikan manfaat kepada orang lain,<br />

orang lain juga tak akan peduli dengan kehebatanmu,”<br />

kata Dwi seperti ditirukan Agung.<br />

Meski cuma enam bulan, Dwi dinilai sukses<br />

menjadi Kapolda Metro Jaya. Dwi biasanya turun<br />

langsung saat ada demo di Istana ataupun<br />

saat melakukan pengamanan pemilu.<br />

“Pengamanan pemilu legislatif dan pemilu<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Natalius PigaI<br />

DETIKCOM<br />

presiden 2014 di Jakarta buktinya lancar,” kata<br />

anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia,<br />

Natalius Pigai.<br />

Saat menjadi Kapolda Metro Jaya inilah Dwi<br />

menjalin kedekatan dengan Jokowi, yang saat<br />

itu menjabat Gubernur DKI Jakarta. Jokowi<br />

bertandang ke Markas Polda Metro Jaya pada<br />

19 Maret 2013 atau menjelang pemilu legislatif.<br />

Natalius beberapa kali bertemu dan bekerja<br />

sama dengan Dwi sejak jenderal bintang tiga ini<br />

menjadi Kapolda Jawa Tengah. Pada 2013, Dwi<br />

membuat terobosan dalam penanganan terorisme<br />

yang tidak<br />

melanggar HAM.<br />

Dia selalu bilang,<br />

Bersama Universitas<br />

Diponegoro,<br />

‘Namanya juga<br />

usaha<br />

Semarang, ia mengajak<br />

semua komponen<br />

masyarakat<br />

bertemu untuk membahas pemberantasan<br />

terorisme. “Beliau justru masuk ke wilayah-wilayah<br />

kampus untuk mencari solusi. Saya kira<br />

ini sebuah prestasi yang paling wah di tahun<br />

2013 di Jawa Tengah,” kata Natalius.<br />

Sekarang, saat menjabat Inspektur Pengawasan<br />

Umum, Mabes Polri juga sangat responsif<br />

terhadap penanganan kasus-kasus. Dwi<br />

berprinsip akan memproses semua aduan ke<br />

Mabes Polri. Kepada Natalius, Dwi berkata<br />

mereka yang melapor pasti memiliki harapan<br />

mendapatkan keadilan. “Dia selalu bilang, ‘Namanya<br />

juga usaha.’ Kesannya sederhana tapi<br />

serius,” tutur Natalius.<br />

Kompolnas juga memberi penilaian positif<br />

pada Dwi. Riwayat tugas Dwi, pernah menjabat<br />

Kapolda Jawa Tengah dan Kapolda Metro Jaya<br />

sebelum akhirnya dilantik sebagai Inspektur<br />

Pengawasan Umum pada 2014, dinilai lengkap<br />

dan memadai untuk menjadi Kapolri.<br />

Dwi dinilai mampu mempersatukan Polri,<br />

mampu bekerja sama dengan institusi penegak<br />

hukum lain, dan bersih. “Kita sudah masukkan<br />

dia dari awal. Artinya, kita tidak punya catatan<br />

jelek tentang dia,” kata Komisioner Kompolnas,<br />

M. Nasser.<br />

Dwi menyatakan siap jika ditunjuk jadi Kapolri.<br />

“Saya tidak berandai-andai. Siapa pun yang<br />

ditunjuk harus mampu dan siap menjalankan-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Komjen Dwi Priyatno (kedua<br />

kiri) saat menjadi Kapolda<br />

Metro Jaya dalam rilis kasus<br />

kekerasan seksual di JIS,<br />

Jakarta International School,<br />

(9/6/2014).<br />

GRANDYOS ZAFNA/ DETIKCOM<br />

nya,” kata Dwi.<br />

Di tengah santernya nama Dwi disebut sebagai<br />

calon terkuat Kapolri, ia mendatangi KPK.<br />

Dwi melakukan pertemuan dengan Ketua KPK<br />

Abraham Samad dan Wakil Ketua KPK Bambang<br />

Widjojanto selama dua setengah jam.<br />

Dwi mengaku pertemuan itu hanyalah koordinasi.<br />

Pertemuan itu tidak berkaitan dengan<br />

santernya kabar nama Dwi disebut-sebut sebagai<br />

calon kuat Kapolri. “Bukan soal LHKPN.<br />

Saya sudah lapor pada 16 Desember,” tukas<br />

Dwi.<br />

Berdasarkan LHKPN pada 12 Juli 2002, harta<br />

Dwi tercatat Rp 860,2 juta. Saat itu Dwi menjabat<br />

Wakil Kepala Kepolisian Wilayah Kota<br />

Besar Surabaya. Laporan terbaru Dwi belum<br />

dipublikasikan KPK.<br />

Anggota Tim 9 Komjen Oegroseno mengingatkan<br />

calon Kapolri semestinya dipilih yang<br />

paling senior. Hal ini untuk menjaga hubungan<br />

yang harmonis di kepolisian. Selain itu, calon<br />

Kapolri harus pernah dua kali memimpin Polda<br />

tipe A. Wilayah tipe A meliputi Polda Aceh,<br />

Sumut, Sumsel, Metro Jaya, Jabar, Jateng, Jatim,<br />

Bali, Kaltim, Sulsel, dan Papua. Sehingga, be-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Presiden Jokowi bertemu Ketua<br />

DPR Setya Novanto di Istana<br />

Merdeka, (2/2/2015).<br />

AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />

nar-benar terbukti mampu mengatasi masalah<br />

sulit.<br />

Dari sejumlah kriteria itu, bukan Dwi seorang<br />

yang memenuhi. Suhardi Alius disebut<br />

Oegroseno juga patut diperhitungkan. “Tapi<br />

Tim 9 kan intinya menyarankan seyogianya<br />

tidak melantik Pak Budi Gunawan, kan gitu<br />

aja. Menjaring calon Kapolri, ya kita serahkan<br />

ke Bapak Presiden,” kata Oegro.<br />

DPR akan bersidang membahas calon Kapolri<br />

baru seusai reses pada Maret. Merujuk kontroversi<br />

Budi Gunawan, Desmond menyatakan,<br />

DPR akan lebih berhati-hati memilih Kapolri.<br />

Desmond mendapat laporan Dwi bukan polisi<br />

yang sangat bersih saat menjabat Kapolda Metro<br />

Jaya.<br />

“Kami mengharap Pak Dwi atau siapa pun<br />

yang masuk ke Komisi III, tentunya kami akan<br />

teliti. Lebih baik orang yang punya masalah<br />

jangan berani maju ke Komisi III. Sebab, yang<br />

namanya ada busuk pasti kebongkar,” Desmond<br />

menegaskan. n ADITYA MARDIASTUTI, IBAD DUROHMAN,<br />

BAHTIAR RIFAI | IIN YUMIYANTI<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

EMPAT NAMA<br />

LAIN YANG DITIMANG<br />

ADA empat nama lain yang diajukan<br />

Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas)<br />

kepada Presiden Joko Widodo,<br />

selain Komjen Budi Waseso<br />

yang kontroversial dan Komjen Dwi Priyatno<br />

yang disebut-sebut sebagai kandidat kuat<br />

untuk menjadi Kapolri.<br />

Mereka adalah Komjen Badrodin Haiti,<br />

Komjen Suhardi Alius, Komjen Putut Eko<br />

Bayuseno, dan Komjen Anang Iskandar.<br />

Berikut ini profil keempat orang<br />

tersebut.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Badrodin Haiti<br />

ANTARA/JOKO SULISTYO<br />

Badrodin Haiti<br />

Saat ini Komjen Badrodin Haiti adalah Wakil Kepala Kepolisian<br />

Republik Indonesia (Wakapolri). Pada 16 Januari,<br />

Jokowi menunjuk Badrodin Haiti sebagai Pelaksana Tugas<br />

Kapolri.<br />

Usianya 56 tahun, lahir di Jember, Jawa Timur, 24 Juli<br />

1958. Badrodin merupakan alumnus terbaik Akademi Polisi<br />

1982.<br />

Ia tiga kali menjadi Kapolda, yakni Kapolda Banten,<br />

Kapolda Sulawesi Tengah, dan Kapolda Sumatera Utara.<br />

Sebelum jadi Wakapolri, Badrodin menjabat Kepala Badan<br />

Pemeliharaan Keamanan (Kabaharkam) Polri.<br />

Badrodin memiliki sejumlah kontroversi. Komnas HAM<br />

menyebut Badrodin mempunyai indikasi pelanggaran<br />

HAM di Poso pada 2007. Pusat Pelaporan dan Analisis<br />

Transaksi Keuangan (PPATK) memasukkan namanya dalam<br />

daftar jenderal yang diduga memiliki rekening mencurigakan.<br />

Menurut Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara<br />

Negara ke KPK, kekayaannya saat ini Rp 8,2 miliar dan US$<br />

4.000.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Suhardi Alius<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

Suhardi Alius<br />

Komjen Pol Suhardi Alius menjabat Sekretaris Utama<br />

Lemhannas sejak 16 Januari 2015. Berusia 52 tahun, lahir di<br />

Jakarta, 10 Mei 1962.<br />

Ia menjabat sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes<br />

Polri sejak 24 November 2013. Ia dimutasi ke Sekretaris Utama<br />

Lemhannas, kemudian digantikan oleh Komjen Budi Waseso.<br />

Pemutasian ini sempat menimbulkan kontroversi karena dilakukan<br />

tidak lama setelah Komjen Budi Gunawan ditetapkan<br />

sebagai tersangka oleh KPK. Suhardi diisukan sebagai pihak<br />

yang membocorkan data BG ke KPK.<br />

“Saya jelas difitnah. Saya dekat dengan KPK dan PPATK<br />

dalam fungsi dan jabatan saya sebagai Kabareskrim. Saya<br />

prajurit, saya siap,” kata Suhardi.<br />

Lulus Akademi Polisi pada 1985, ia menjadi Kapolda Jabar<br />

(2013), Kadiv. Humas Mabes Polri (2012), dan Wakil Kapolda<br />

Metro Jaya (2011).<br />

Harta Suhardi Alius berdasarkan LHKPN tahun 2013<br />

adalah Rp 5,6 miliar. Sejumlah aktivis antikorupsi mengunggulkan<br />

Suhardi karena dinilai dekat dan mampu bekerja<br />

sama dengan KPK.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Putut Eko Bayuseno<br />

ANTARA /WIDODO S. JUSUF<br />

Putut Eko Bayuseno<br />

Saat ini Putut Eko menjabat sebagai Kepala Badan Pemeliharaan<br />

Keamanan (Kabaharkam) Polri. Pria 54 tahun<br />

ini sering disebut sebagai orang Presiden Susilo Bambang<br />

Yudhoyono (SBY) karena menjadi ajudannya selama lima<br />

tahun, dari 2004 sampai 2009.<br />

Putut Eko lahir di Tulungagung, Jawa Timur, 28 Mei 1961.<br />

Ia lulus Akademi Polisi pada 1984. Mengawali karier kepemimpinan<br />

dengan menjadi Kapolres Situbondo, Kapolres<br />

Jember, lalu ditarik ke Mapolda Jawa Timur sebagai Korspripim<br />

(2003-2004).<br />

Kariernya terus menanjak dengan tiga kali menjadi Kapolda,<br />

yakni Kapolda Banten, Kapolda Jabar, dan Kapolda<br />

Metro Jaya, sebelum akhirnya menjabat Kabaharkam Polri.<br />

Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara<br />

Negara (LHKPN) pada 2009, sebagai Kapolda Metro<br />

Jaya, Putut memiliki harta Rp 7.138.064.067 dan US$ 83.421.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Komjen Anang Iskandar<br />

ANTARA /WIDODO S. JUSUF<br />

Anang Iskandar<br />

Komjen Anang Iskandar saat ini menjadi Kepala Badan<br />

Narkotika Nasional (BNN). Usianya 57 tahun, lahir di Mojokerto,<br />

Jawa Timur, 18 Mei 1958.<br />

Lulusan Akademi Polisi 1983 ini menyatakan siap jika<br />

ditunjuk menjadi Kapolri. “Saya dengar selenting-selenting.<br />

Saya Kepala BNN. Kalau ditugasi, ya saya laksanakan<br />

dengan sebaik-baiknya,” kata Anang.<br />

Doktor Ilmu Hukum dari Universitas Trisakti ini belum<br />

pernah menjabat sebagai Kapolda di wilayah A. Sebelum<br />

menjadi Kepala BNN, ia pernah menjabat Kapolda Jambi<br />

(2011), Kadiv. Humas Polri (2012), dan Gubernur Akpol<br />

(2012).<br />

Data LHKPN KPK 2009, Anang memiliki harta Rp 5,5<br />

miliar. Namun ia juga memiliki utang Rp 3,1 miliar sehingga,<br />

setelah dikurangi utangnya, harta Anang Rp 2,4 miliar.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

BUDI WASESO:<br />

TIDAK PERLU<br />

WASWAS<br />

DENGAN SAYA<br />

“PAK BW BILANG, ‘SEANDAINYA SAYA<br />

HARI INI MENINGGAL, SAYA SIAP. JASAD<br />

SAYA BERIKAN UNTUK KEBENARAN.’ LA,<br />

SEKARANG BARU TEROR KOK SUDAH<br />

BINGUNG.”<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Komjen Budi Waseso memenuhi<br />

panggilan Komnas HAM, Jumat<br />

(30/1).<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

KOMISARIS Jenderal Budi Waseso<br />

siap menjadi Kepala Polri bila Presiden<br />

Joko Widodo memilihnya untuk<br />

menggantikan Komjen Budi Gunawan,<br />

yang pencalonannya menuai kontroversi<br />

setelah dijadikan tersangka oleh Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi.<br />

Sama seperti Budi Gunawan, pencalonan<br />

Budi Waseso memicu kontroversi. Aktivis antikorupsi<br />

ramai-ramai menolaknya. Budi Waseso<br />

dicemaskan akan semakin memperburuk konflik<br />

KPK dengan polisi bila menjadi Kapolri.<br />

Sebagai Kabareskrim sekarang, Budi Waseso<br />

dianggap mengkriminalisasi para pimpinan<br />

KPK. Pada zaman Budi Waseso inilah empat<br />

pimpinan KPK dilaporkan ke Mabes Polri dan<br />

diproses secara kilat. Ada yang sudah dijadikan<br />

tersangka, bahkan ada kejadian penangkapan.<br />

Budi Waseso membantah memiliki dendam<br />

kepada pimpinan komisi antirasuah itu. Ia<br />

mengklaim hanya menangani oknum pimpinan<br />

KPK yang melanggar hukum.<br />

“Saya tidak ada masalah, jadi tidak perlu<br />

waswas dengan saya,” kata Budi saat ditemui<br />

majalah detik di rumah dinas Kabareskrim, Jalan<br />

Panglima Polim, Jakarta, Jumat, 13 Februari<br />

2015.<br />

Berikut ini wawancara Isfari Hikmat dari<br />

majalah detik dengan Komjen Budi Waseso.<br />

Nama Anda masuk bursa calon Kapolri.<br />

Kabareskrim biasanya merupakan calon<br />

kuat Kapolri. Bagaimana tanggapan Anda?<br />

Ya, kan banyak, ada delapan calon. Oh, (kalau<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Kabareskrim disebut calon kuat) itu kan dugaan<br />

orang. Tinggal penilaian saja, ha-ha-ha….<br />

Kalau nanti terpilih jadi Kapolri, perseteruan<br />

KPK-Polri apakah masih akan berlanjut?<br />

Oh, ndak, yakinlah tidak. Sekali lagi yang saya<br />

tangani ini adalah personnya, pribadi-pribadi<br />

orang, oknum yang melakukan pelanggaran<br />

hukum. Hanya, karena itu, orang ini dilibat-libatkan<br />

dengan lembaga, institusi. Padahal tidak<br />

ada. Saya masih berkoordinasi sampai saat ini<br />

dengan KPK dalam kasus-kasus korupsi yang<br />

saya tangani. Karena KPK punya kewenangan<br />

untuk supervisi, untuk pengawasan. Saya tidak<br />

ada masalah, jadi tidak perlu waswas dengan<br />

saya.<br />

Mungkin karena kedekatan Anda dengan<br />

Budi Gunawan, sehingga dianggap jadi<br />

Sejumlah perwakilan<br />

masyarakat dari Kabupaten<br />

Batang, Jawa Tengah,<br />

berkumpul setelah menggelar<br />

ritual ruwatan di gedung<br />

Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi, Jakarta, Sabtu (7/2)<br />

malam.<br />

ISMAR PATRIZKI/ANTARA FOTO<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Kita harus<br />

profesional dalam<br />

menegakkan<br />

hukum.<br />

perpanjangan tangannya?<br />

Cara berpikirnya jangan begitu. (Kepada) setiap<br />

atasan saya, saya harus mendekat karena<br />

saya anak buah. Kedekatan saya sama beliau<br />

itu memang karena saya anak buahnya.<br />

Artinya kedekatan di sini ketika dalam pelaksanaan<br />

tugas, khususnya di lingkungan itu<br />

ya harus dekat, dong. Namanya profesional,<br />

yakinlah. Jangan kedekatan itu disalahartikan.<br />

Ada pihak yang khawatir Anda dendam<br />

dengan KPK?<br />

Oh, ndak. Mengapa harus khawatir? Saya<br />

tidak dendam. Buktinya, anggota saya sampai<br />

saat ini masih berkoordinasi dengan KPK terkait<br />

pelaksanaan penanganan tindak korupsi. Kok<br />

saya dendam, dendam dari mana. Ini tidak ada<br />

dendam.<br />

Kasus yang menjadikan Abraham Samad<br />

sebagai tersangka katanya tinggal difinalisasi?<br />

Ha-ha-ha... ya, gini. Yang pertama, saya harus<br />

teliti dalam kasus apa pun. Pekerjaan harus<br />

saya teliti. Saya tidak berangkat dari suka atau<br />

tidak suka. Dendam tidak boleh. Kita harus<br />

profesional dalam menegakkan hukum. Kalau<br />

dendam, nanti jadi tidak obyektif. Lillahi ta’ala,<br />

saya tidak dendam.<br />

Saat ini situasi KPK-Polri sedang genting?<br />

Saya pikir bukan masalah KPK dan Polri. Saya<br />

hanya bilang ini ada kemungkinan pihak ketiga<br />

yang bermain supaya saya dengan KPK selalu<br />

seteru.<br />

KPK tidak mau berkoordinasi dengan<br />

Polri terkait ancaman?<br />

Mau, tadi sudah lapor, kok. Itu kan saya kira<br />

tidak ada masalah. Makanya saya bilang, masak<br />

iya, sih. Coba kemarin KPK mau mogok, dia<br />

push saya mau mogok semua karyawannya.<br />

Terus, habis itu, KPK mau dikriminalisasi, terus<br />

KPK mau dilumpuhkan, isunya kan begitu.<br />

Terus sekarang KPK diteror. Tidak usah begitu!<br />

Padahal Pak BW (Bambang Widjojanto) kan<br />

bilang, “Seandainya saya hari ini meninggalkan<br />

jasad saya, saya siap.” Betul enggak? “Jasad<br />

saya berikan untuk kebenaran.” La, sekarang<br />

baru teror kok sudah bingung. Kalau toh benar<br />

ada teror, kenapa dia takut.<br />

Tapi apakah teror kepada KPK sudah<br />

ditangani?<br />

Begitu ada laporan, ya kita tangani. Tanpa<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Wakil Ketua KPK Bambang<br />

Widjojanto memberikan<br />

keterangan kepada wartawan<br />

setelah diperiksa di Bareskrim<br />

Polri, Jakarta, Selasa (3/2)<br />

malam.<br />

AGUNG/DETIKCOM<br />

kita menduga-duga dengan pemahaman kita,<br />

jangan. Kita harus bicara obyektif, itulah yang<br />

ayah saya selalu bilang, “Kamu harus jujur.”<br />

Makanya itu saja pedoman saya, buat apa saya<br />

takut kalau jujur.<br />

Soal jujur, apakah harta kekayaan Anda<br />

sudah dilaporkan ke KPK?<br />

Itulah kejujuran saya. Kenapa? Saya kan punya<br />

barang yang tadi susah ditebak. Kalau saya<br />

bilang mobil ini Rp 10 juta, terus ada yang naksir<br />

dengan harga Rp 50 juta, berarti saya bohong,<br />

kan. Jangan di kemudian hari itu dipakai untuk<br />

memukul saya, seperti yang dilakukan sekarang<br />

terhadap Pak Budi Gunawan. Ini pengalaman<br />

saya. Bukan saya tidak mau, tapi saya<br />

harus ditafsir jujur barang saya, yang menaksir<br />

harus ahlinya. Seperti senjata saya kan ada<br />

nilainya. Pisau saya banyak, ada nilainya, harus<br />

dilaporkan. Jangan saya yang melaporkan, yang<br />

menulis harus orang yang mengerti. Saya mau<br />

jujur.<br />

Berapa nilainya menurut Anda?<br />

Tidak tahu.<br />

Mencapai miliaran rupiah?<br />

Tidak tahu. Tergantung nanti yang mengkalkulasi.<br />

Memangnya masih proses sampai sekarang?<br />

Iya, kan mobil saya dikalkulasi, barang rongsokan<br />

kan juga ditaksir kan, yang di bengkel<br />

kan ditaksir.<br />

Termasuk senjata yang dikoleksi?<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Anggota saya<br />

sampai saat<br />

ini masih<br />

berkoordinasi<br />

dengan KPK terkait<br />

pelaksanaan<br />

penanganan tindak<br />

korupsi.<br />

Bukan koleksi, saya ini kan hobi. Kalau koleksi<br />

itu kan tidak dipakai, saya kan pemburu, atlet<br />

menembak, masih aktif. Saya kan Ketua Bidang<br />

Tembak Berburu Perbakin. Saya aktif memang.<br />

Saya juga punya bela diri.<br />

Suratnya lengkap?<br />

Lengkap (mengeluarkan kartu anggota Perbakin<br />

dan izin menembak). Surat (senjata) bela<br />

diri juga lengkap.<br />

Apakah Polri tersinggung karena Budi<br />

Gunawan dijadikan tersangka saat akan<br />

tinggal selangkah menjadi Kapolri. Ada<br />

yang menilai yang dilakukan KPK terhadap<br />

calon pimpinan Polri seperti melempar<br />

kotoran?<br />

Saya nilai bukan begitu. KPK dengan Polisi<br />

itu ada kerja sama, MOU. Ada norma-norma<br />

kelembagaan yang harus saling dijunjung dan<br />

dijaga, seperti tadi saya punya kewajiban melaporkan<br />

penanganan kasus korupsi kepada KPK.<br />

Itu harus saya junjung tinggi. Oleh sebab itu,<br />

setiap perkembangan saya laporkan, dan berjalan.<br />

Itu wujud nyata menghormati lembaga<br />

KPK. Artinya, siapa pun, bukan hanya KPK, di<br />

jaksa dan polisi, kita ada norma kelembagaan<br />

yang tidak bisa ditabrak. Seperti kemarin saya<br />

membuat TR (telegram rahasia) yang katanya<br />

menghalang-halangi penyidikan KPK.<br />

Saya ini mantan Propam (Profesi dan Pengamanan),<br />

saya tahu aturan internal, karena<br />

polisi ini bukan sipil murni. Polisi itu institusi<br />

yang punya aturan internal. Di kala seorang<br />

polisi, di situ sudah jelas, berhubungan atau<br />

berkaitan dengan kewajiban hukum, dia harus<br />

melaporkan ke Propam untuk mendapatkan<br />

pengamanan. Serta berkewajiban melaporkan<br />

ke Divkum (Divisi Hukum) untuk mendapat<br />

bantuan hukum. Itu yang saya punya TR ke<br />

seluruh Indonesia.<br />

TR saya bukan rahasia, terbuka. Tidak apa,<br />

akan saya buktikan. Tidak ada urusan menghalangi.<br />

Supaya norma-norma kelembagaan ini<br />

dihargai, diamankan, diberikan haknya, karena<br />

itu diatur. Saya tidak takut, kok. Ombudsman<br />

sudah datang untuk audit saya tentang kriminalisasi,<br />

silakan dibuktikan.<br />

Komnas HAM juga sudah datang?<br />

Kan saya sudah datang, duduk satu meja.<br />

Termasuk dengan KPK?<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Budi Waseso (tengah belakang)<br />

mengawal calon Kepala<br />

Polri Budi Gunawan saat uji<br />

kelayakan di DPR, Kamis<br />

(15/1).<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

Untuk apa, inilah akhirnya yang membuat<br />

seolah-olah saya ada masalah dengan KPK,<br />

seolah-olah Komnas HAM yang bisa menjembatani.<br />

Saya tidak mau yang begitu-begitu. Ini<br />

membuat opini yang blunder. Makanya saya<br />

tidak mau, kan tidak ada masalah. Itu hak Komnas<br />

HAM menyatakan saya bersalah. Silakan<br />

saja umumkan, memang kenapa.<br />

Ada yang bilang Anda orangnya sederhana.<br />

Apakah benar?<br />

Tidak tahu saya ya, tapi itulah saya. Saya<br />

tidak ikut-ikut orang, tapi saya selalu bicara<br />

fungsi. Orang kadang-kadang melihat kursi<br />

bekas yang lama tidak bagus, tidak (menarik)<br />

selera. Kan ini fungsinya untuk duduk, masih<br />

bisa digunakan untuk duduk.<br />

Istri tidak protes?<br />

Enggak, istri saya sama dengan saya. Mungkin<br />

itulah kecocokan saya dengan istri saya.<br />

Karena kita tidak pernah mengada-ada, tidak<br />

ingin hidup yang aneh-aneh.<br />

Anda bertemu dengan istri di PTIK?<br />

Ha-ha-ha… (dia) salah satu responden saya<br />

ketika penelitian. Saya mahasiswa PTIK, Ibu<br />

mahasiswi. Karena sering kita tanya untuk<br />

bahan penelitian, lama-lama kan komunikasi.<br />

Saya sama istri saya cuma kenal sebulan saja<br />

langsung jadi, ha-ha-ha....<br />

Kabarnya Anda dulu suka gonta-ganti<br />

pacar?<br />

Oh, ya, waktu saya muda memang iya. Ketika<br />

sudah sama Ibu tidak ada lagi. Kalau kita<br />

berteman, itu wajar-wajar saja. Yang terpenting<br />

kan kita tahu batasannya, kita tahu posisinya.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Presiden Joko Widodo<br />

menerima anggota Kompolnas,<br />

yaitu Edi Putra Hasibuan<br />

(kedua dari kanan), Logan<br />

Siagian (kanan), Hamidah<br />

Abdurrahman, Syafriadi Cut<br />

Ali (kedua dari kiri), Adrianus<br />

Meliala (kiri), di Istana<br />

Merdeka, Jakarta, Kamis<br />

(29/1).<br />

PRASETYO UTOMO/ANTARAFO<br />

Itu masa muda saja, masa remaja, masa penyesuaian,<br />

masa memilih. Belum menentukan.<br />

Anak Anda dijodohkan dengan putra<br />

Komjen Budi Gunawan?<br />

Sekarang begini, seperti kalau saya dalam<br />

pendekatan ketika naksir seseorang itu kan<br />

pasti pendekatan, sah-sah saja. Terhadap siapa<br />

pun.<br />

Foto mereka mesra sekali sambil gandengan?<br />

Mesra atau gandengan tidak apa-apa. Di kala<br />

dalam penyesuaian pasangan, kita memilih.<br />

Makanya tadi pacar saya banyak, jujur banyak<br />

saya katakan. Dan sekarang hubungannya<br />

tetap baik. ■<br />

ISFARI HIKMAT | PASTI LIBERTI MAPPAPA<br />

MAJALAH DETIK 16 - - 22 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

TONY KWOK:<br />

KPK<br />

TERBAIK<br />

KETIGA<br />

DI ASIA<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

AGAR TAK TERUS DIGANGGU, KPK HARUS DIATUR LEWAT KONSTITUSI DAN DIBUAT<br />

PERMANEN.<br />

DROFESOR Tony Kwok Man-wai adalah suhu<br />

dalam pemberantasan korupsi. Ia selama<br />

27 tahun berkiprah dalam pemberantasan<br />

korupsi di Hong Kong lewat Independent<br />

Commission against Corruption (ICAC) atau<br />

Komisi Pemberantasan Korupsi Hong Kong.<br />

Dia adalah saksi betapa brutalnya tindakan<br />

polisi Hong Kong saat menyerbu kantor ICAC<br />

pada 1977 setelah lembaga itu menyidik kasus<br />

korupsi di kepolisian.<br />

Bedanya, Gubernur Hong Kong Murray<br />

MacLehose tak berpangku tangan. Guna meredakan<br />

ketegangan, MacLehose memberikan<br />

amnesti kepada para perwira polisi yang terlibat<br />

korupsi minor sebelum 1977. Tapi tidak ada<br />

toleransi bila masih melakukan penyimpangan<br />

setelahnya.<br />

“Kalau boleh saya bandingkan, apa yang<br />

terjadi pada KPK di Indonesia ini seperti yang<br />

dialami ICAC pada 1977,” kata Kwok saat dimintai<br />

tanggapan atas kisruh KPK-Polri saat<br />

ini.<br />

Pada 1986, ia memimpin tim gabungan<br />

ICAC dan polisi menginvestigasi bangkrutnya<br />

bank terbesar ketiga di Hong Kong dengan<br />

nilai korupsi dan suap sebesar US$ 385 juta.<br />

Dibantu 30 penyidik, dalam tempo 16 bulan<br />

tim berhasil menyeret tiga top manager bank<br />

itu ke pengadilan, dan mengekstradisi dua<br />

pejabat lainnya dari Amerika Serikat.<br />

Sebagai konsultan pemberantasan korupsi<br />

di 25 negara, ia menyarankan agar KPK menjadi<br />

lembaga independen permanen. Bukan<br />

lagi lembaga ad hoc yang bersifat sementara<br />

dan cuma diatur berdasarkan undang-undang.<br />

Karena itu, keberadaan KPK harus masuk dalam<br />

konstitusi.<br />

Penggemar tai chi, menyelam, dan squash ini<br />

selama sepekan berada di Indonesia. Ia memberikan<br />

kuliah umum di sejumlah kampus di<br />

Jakarta dan Padang serta berbagi pengalaman<br />

dengan kelompok-kelompok penggiat antiko-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

rupsi. Apakah akan bertemu dengan Presiden<br />

Jokowi? “Bila Bapak Presiden berkehendak,<br />

tentu tidak sulit bagi saya untuk meluangkan<br />

waktu bertemu dengan beliau,” katanya diplomatis.<br />

Berikut ini petikan perbincangan majalah<br />

detik dengan Kwok di sebuah kedai di kawasan<br />

Epicentrum Walk, Kuningan, Jakarta, pada<br />

Senin, 9 Februari 2015, dan setelah memberikan<br />

kuliah umum di Universitas Paramadina,<br />

Jakarta, keesokan harinya.<br />

Video<br />

Anda menjadi konsultan pemberantasan<br />

korupsi di 25 negara. Apakah kisruh<br />

KPK dengan Polri juga terjadi di negara<br />

lain?<br />

Di hampir setiap negara yang tingkat korupsinya<br />

merajalela, pasti akan terjadi hambatan<br />

dan serangan. Itu wajar saja dihadapi hampir<br />

semua komisi antikorupsi. Kalau boleh saya<br />

bandingkan, apa yang terjadi pada KPK di<br />

Indonesia ini seperti yang dialami ICAC pada<br />

1977. Kala itu, puluhan anggota kepolisian<br />

Hong Kong mengepung kantor ICAC. Mereka<br />

protes atas pengusutan korupsi di kepolisian<br />

yang dilakukan ICAC.<br />

Menghadapi kondisi tersebut, Gubernur<br />

Hong Kong Murray MacLehose tidak diam.<br />

Dia mengambil langkah nyata untuk meredakan<br />

situasi. Langkah bersejarah itu berupa<br />

pemberian amnesti untuk kasus korupsi minor<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

yang dilakukan perwira-perwira polisi sebelum<br />

1977. Namun polisi diminta kooperatif dengan<br />

penyidikan ICAC untuk kasus korupsi yang<br />

dilakukan setelah tahun tersebut. Tak ada<br />

toleransi lagi bila terjadi korupsi setelah itu.<br />

Mulai 1978, ICAC menyidik kasus korupsi<br />

di kepolisian dan memenjarakan seratusan<br />

perwira polisi dan seorang petugas bea-cukai.<br />

Tapi beberapa perwira yang ringan kesalahannya<br />

hanya dipecat. Setelah itu secara internal<br />

polisi melakukan bersih-bersih massal dan<br />

mereformasi diri menjadi lebih transparan.<br />

Kini kepolisian Hong Kong menjadi salah satu<br />

yang terbersih di dunia.<br />

Badan antikorupsi diserang oleh parlemen atau<br />

partai politik itu lumrah terjadi di negara-negara<br />

korup.<br />

AGUNG PAMBHUDY/DETIKCOM<br />

Kalau di Hong Kong hanya menghadapi<br />

polisi yang korup, di sini KPK masih harus<br />

menghadapi partai politik dan parlemen....<br />

Sangat lumrah sebenarnya apa yang terjadi<br />

pada KPK di Indonesia. Badan antikorupsi<br />

diserang oleh parlemen atau partai politik itu<br />

lumrah terjadi di negara-negara korup.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

Tim Sembilan bentukan<br />

Presiden Joko Widodo untuk<br />

menyelesaikan konflik KPK<br />

dengan Polri bertemu dengan<br />

Komisi Yudisial, Rabu (11/2).<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

Terkait kisruh KPK-Polri saat ini, apa<br />

yang seharusnya dilakukan Presiden Jokowi<br />

jika semua komisioner KPK menjadi<br />

tersangka?<br />

Dalam krisis seperti sekarang, kalau saya<br />

ditanya oleh Presiden, tentu saja sebaiknya<br />

menyerahkan penyidikan kasus para komisioner<br />

itu ke tim independen atau komite khusus<br />

yang dibentuk untuk itu. Atau sederhana saja,<br />

Tim Sembilan diberi surat keputusan (keputusan<br />

presiden) untuk dapat mengambil alih<br />

kasus dari kepolisian untuk menyelesaikan investigasi<br />

kasus tersebut dengan sebagaimana<br />

mestinya. Itu saran saya. Sebab, betapapun,<br />

publik melihat ada konflik kepentingan jika<br />

polisi menangani kasus-kasus tersebut.<br />

Salah satu kritik terhadap KPK adalah<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

ICAC di Hong Kong diawasi oleh dua komite<br />

independen yang melayani keluhan warga dan<br />

memantau investigasi untuk memastikan semua<br />

operasi berjalan dengan benar.<br />

DIDI DWI HARYANTO/MY TRANS<br />

tidak adanya pengawas terhadap kinerja<br />

mereka. Kalau di Hong Kong seperti apa?<br />

Kalau berbicara terkait pengalaman Hong<br />

Kong, kami punya ICOC (Independent Complaint<br />

Committee). Jadi setiap warga negara<br />

yang tidak senang terkait kebijakan ICAC dapat<br />

memasukkan komplain lewat komite itu. Ada<br />

juga ORC (Operations Review Committee)<br />

yang memonitor investigasi yang dilakukan<br />

ICAC untuk memastikan semua operasi berjalan<br />

dengan benar.<br />

Sedangkan untuk kepolisian, ada yang namanya<br />

IPCC (Independent Police Complaints<br />

Council). Jadi, jika ada yang merasa polisi menyalahgunakan<br />

kebijakannya, dapat mengadu<br />

ke komite.<br />

Komposisinya seperti?<br />

Mereka bisa berasal dari beragam kelompok<br />

masyarakat atau golongan yang bekerja<br />

secara paruh waktu. Bentuknya mungkin<br />

sama dengan Tim Sembilan yang dibentuk<br />

Presiden. Pembentukan (komite) inilah yang<br />

harus dipertimbangkan oleh Indonesia untuk<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

Mahasiswa berunjuk<br />

rasa mendukung Komisi<br />

Pemberantasan Korupsi.<br />

RACHMAN/DETIKCOM<br />

memiliki IPCC dan ICOC.<br />

Anda pribadi menilai kiprah KPK sejauh<br />

ini?<br />

Anda harus bangga dengan KPK yang Anda<br />

miliki ini. Menurut pendapat saya, bila orang<br />

membicarakan tentang lembaga antikorupsi,<br />

biasanya langsung merujuk Hong Kong, lalu<br />

Singapura. Lantas siapa yang ketiga? Saya harus<br />

katakan, KPK-lah yang terbaik berikutnya.<br />

Apa indikatornya?<br />

Dengan segala keterbatasan yang masih<br />

dimiliki, KPK menjerat para pelaku korupsi<br />

dari lingkup big fish. Ada menteri, elite partai<br />

politik, juga petinggi kepolisian. Semua yang<br />

menjadi tersangka hampir dipastikan tidak<br />

akan lolos dari hukuman. Itu luar biasa. Anda<br />

bandingkan dengan di Malaysia. Mereka memang<br />

pada akhirnya menangani kasus korupsi<br />

big fish, tapi itu baru dicapai setelah beberapa<br />

tahun. Lama sekali.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

parlemen. Begitu juga keberadaan komisionernya,<br />

yang masih harus disetujui parlemen.<br />

Idealnya, KPK benar-benar lembaga permanen<br />

dan independen. Mereka dipilih oleh sebuah<br />

tim independen, bebas dari campur tangan<br />

parlemen dan partai politik.<br />

Ketika Anda melihat lembaga antikorupsi independen<br />

di negara Anda tidak diberi sumber<br />

daya, tidak diberi anggaran dan dasar aturan<br />

yang kuat, ya sudah, pulang saja ke rumah.<br />

Anda jangan mengharapkan apa-apa lagi.<br />

Hakim tunggal Sarpi Rizaldi<br />

menerima berkas barang<br />

bukti dari kuasa hukum<br />

Komjen Budi Gunawan di<br />

Pengadilan Negeri Jakarta<br />

Selatan, Senin (9/2).<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

Anda ingin mengatakan bahwa KPK<br />

sudah mendekati ideal?<br />

Tentu saja masih harus disempurnakan karena<br />

KPK belum sepenuhnya menjadi lembaga<br />

yang independen, sehingga masih sangat<br />

gampang mendapatkan gangguan seperti<br />

sekarang ini. Misalnya saja soal anggaran,<br />

besarannya kan masih harus dibahas dengan<br />

Bila demikian, berarti KPK harus menjadi<br />

lembaga permanen yang diatur dalam<br />

konstitusi?<br />

Ya, kenapa tidak? Ini bila Anda dan masyarakat<br />

benar-benar serius ingin negaranya bersih<br />

dan bebas dari korupsi. Hong Kong sudah<br />

membuktikannya. Begitu ICAC dimasukkan<br />

dalam konstitusi, dia menjadi lebih kuat dari<br />

sebelumnya yang hanya berlandaskan undang-undang.<br />

Jadi, rakyat sendiri yang harus<br />

memperjuangkannya. Mereka harus mendesak<br />

partai politik dan parlemen. Bagaimana<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

agar dapat dukungan parlemen, ya pilihlah<br />

calon anggota Dewan yang benar-benar punya<br />

komitmen untuk memberantas korupsi.<br />

Mereka yang tidak jelas jangan lagi dipilih.<br />

Idealnya, komisioner KPK dipilih oleh sebuah tim<br />

independen, bebas dari campur tangan parlemen<br />

dan partai politik.<br />

AGUNG PAMBHUDY/DETIKCOM<br />

Ada rencana bertemu dengan Presiden<br />

Jokowi?<br />

Saya akan berada di sini selama sepekan.<br />

Memang agenda utama saya selama di Jakarta<br />

adalah memberikan kuliah umum dan<br />

bertemu dengan beberapa pihak lainnya.<br />

Saya juga akan berbicara di Sumatera Barat.<br />

Tapi, bila Bapak Presiden berkehendak untuk<br />

berbagi pengalaman langsung, tentu tidak<br />

sulit bagi saya untuk meluangkan waktu<br />

bertemu dengan beliau. Di beberapa negara<br />

tempat saya menjadi konsultan, saya memang<br />

pernah bertemu dan berdiskusi langsung<br />

dengan mereka. Kami bertukar pandangan<br />

dan pengalaman. Tapi, seandainya tidak<br />

memungkinkan pun, bertemu dengan Anda,<br />

berbicara melalui media-media, di sini pesan<br />

yang saya sampaikan akan sama saja. ■<br />

FAJAR PRATAMA | PASTI L. MAPPAPA | SUDRAJAT<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


BIODATA<br />

NAMA: Prof Tony Kwok Man-wai<br />

PENDIDIKAN<br />

• Diploma Manajemen Hong<br />

Kong Polytechnic and City University<br />

• Master of Business Administration<br />

Hong Kong Polytechnic<br />

and City University<br />

• Mengikuti sejumlah pelatihan<br />

di bidang kepolisian di Police<br />

Staff College, Bramshill, Inggris<br />

dan Tsinghua University, Beijing<br />

KARIER<br />

• Bergabung dengan Komisi<br />

Independen Pemberantasan<br />

Korupsi (ICAC) Hong Kong,<br />

1975<br />

• Deputi Komisioner dan Kepala<br />

Operasi ICAC Hong Kong,<br />

1996-2002<br />

• Kepala Penasihat The EU’s 3M<br />

Euro Corruption Prevention<br />

Project di Filipina, 2005-2007<br />

• Konsultan Kepala Asian Development<br />

Bank untuk Country<br />

Governance Assessment di<br />

Mongolia, 2008<br />

• Anggota Chartered Institute<br />

of Management Inggris sejak<br />

1990<br />

• Fellow Chartered Institute of<br />

Management sejak Desember<br />

1994<br />

• Ketua Institute’s Hong Kong<br />

Branch<br />

• Dosen ahli tamu di International<br />

Corruption Control Training<br />

Course of the UN Asia & Far<br />

East Institute on Prevention of<br />

Crime, Jepang, 2002-2008 dan<br />

2011-2013<br />

• Dosen di Akademi Internasional<br />

Antikorupsi di Wina, Austria,<br />

yang dihadiri 70 peserta<br />

dari 60 negara, 2011-2012<br />

KARYA<br />

• Studi Komparatif Sistem Anti<br />

Korupsi dalam 38 Yurisdiksi, 2012<br />

• Practice Meets Science—Contemporary<br />

Anticorruption Dialogue<br />

volume 1, 2011<br />

• 365 Cerita untuk<br />

Anak-anak Perempuanku,<br />

2007<br />

PENGHARGAAN<br />

• ICAC Distinguished<br />

Service Medal,<br />

1998<br />

• Silver Bauhinia<br />

Star, 2002<br />

• Outstanding<br />

Teacher<br />

Award, 2006<br />

AGUNG/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


KOLOM<br />

ILUSTRASI: EDI WAHYONO<br />

JALAN TENGAH<br />

JOKOWI<br />

JIKA PARA KOMISIONER KPK MENJADI TERSANGKA,<br />

PRESIDEN BISA MENERBITKAN PERPU UNTUK<br />

MEMILIH PEMIMPIN SEMENTARA KPK.<br />

OLEH: HASYIM ASY’ARI, PhD<br />

BIODATA<br />

Nama: Hasyim Asy’ari<br />

Tempat/Tanggal Lahir:<br />

Pati, 3 Maret 1973<br />

Pendidikan:<br />

1. PhD (Doctor of Philosophy)<br />

dalam bidang Sosiologi Politik<br />

dari University of Malaya,<br />

Malaysia, 2012.<br />

SALAH satu misi dalam Nawa Cita yang diajukan oleh Jokowi-JK adalah<br />

“menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan<br />

hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan tepercaya. Kami akan<br />

memprioritaskan pemberantasan korupsi dengan konsisten dan tepercaya;<br />

pemberantasan mafia peradilan dan penindakan tegas terhadap korupsi di lingkungan<br />

peradilan; dan kejahatan pencucian uang....”<br />

Untuk mencapai visi dan misi tersebut, Jokowi-JK merumuskan program yang<br />

akan memberikan perhatian khusus pada upaya memperbaiki aspek-aspek kehidupan<br />

bernegara, yaitu 8 (delapan) prioritas utama. Untuk mewujudkan sistem dan<br />

penegakan hukum yang berkeadilan dalam kebijakan penegakan hukum, mereka<br />

akan memberi penekanan pada 42 prioritas utama.<br />

Prioritas utama kebijakan keamanan nasional dan ketertiban masyarakat, Jokowi-<br />

JK menggunakan tiga pendekatan, yaitu struktur, substansi hukum, dan kultural.<br />

Ketiga pendekatan itu terlihat dari garis kebijakan yang akan diambil. Pertama, “me-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


KOLOM<br />

2. Magister Sains (MSi) dalam<br />

Ilmu Politik, Program Pascasarjana<br />

dari Universitas<br />

Gadjah Mada, 1998.<br />

3. Sarjana Hukum Tata Negara<br />

dari Universitas Jenderal<br />

Soedirman, 1995.<br />

4. Pondok Pesantren Al-Hidayah,<br />

Karangsuci, Purwokerto,<br />

1991-1995.<br />

5. Sekolah Menengah Atas<br />

Negeri (SMAN) 1 Kudus,<br />

1988-1991.<br />

Karier:<br />

• Dosen pada Bagian Hukum<br />

Tata Negara Universitas Diponegoro,<br />

1998-sekarang.<br />

• Konsultan Senior Ahli<br />

Pendaftaran Pemilih pada<br />

Perkumpulan Pemilu dan<br />

Demokrasi (Perludem),<br />

Jakarta, Juli 2013-November<br />

2014.<br />

mulihkan kepercayaan publik dengan melakukan pembinaan terus-menerus mental<br />

dan disiplin anggota Polri demi membangun Polri yang profesional dan dipercaya<br />

oleh masyarakat”. Kedua, “melakukan evaluasi peraturan perundang-undangan yang<br />

terkait dengan Polri dengan berbasis pada arah kebijakan penataan Polri menjadi institusi<br />

profesional”. Ketiga, “menata kelembagaan dan tata wewenang Polri melalui<br />

pemisahan antara kewenangan pengambilan keputusan dan kewenangan pelaksanaan<br />

keputusan yang hingga saat sekarang masih tumpang-tindih. Hal itu dilakukan<br />

dengan menempatkan Polri dalam Kementerian Negara yang proses perubahan<br />

dilakukan secara bertahap”.<br />

Di antara program kerja Jokowi-JK di bidang penegakan hukum, terutama dalam<br />

pengisian jabatan, relevan kiranya dikutip kembali di sini. Pertama, “mendukung<br />

keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi, yang dalam praktek pemberantasan<br />

korupsi telah menjadi tumpuan harapan masyarakat. KPK harus dijaga sebagai lembaga<br />

yang independen, bebas dari pengaruh kekuatan politik. Independensi KPK<br />

harus didorong melalui langkah-langkah hukumnya yang profesional, kredibel, transparan,<br />

dan akuntabel”. Kedua, “memastikan sinergi di antara kepolisian, Kejaksaan<br />

Agung, dan KPK”.<br />

Ketiga, “membuka keterlibatan publik dan media massa dalam pengawasan terhadap<br />

upaya tindakan korupsi maupun proses penegakan hukum terhadap tindak<br />

pidana korupsi”. Keempat, “memilih Jaksa Agung dan Kapolri yang bersih, kompeten,<br />

antikorupsi, dan komit pada penegakan hukum”. Kelima, “melakukan lelang<br />

jabatan strategis pada lembaga penegak hukum dan pembentukan regulasi tentang<br />

penataan aparat penegak hukum”. Keenam, “membangun sistem penilaian kinerja<br />

lembaga penegak hukum berbasis tingkat kepercayaan publik”.<br />

Dalam konteks pengisian jabatan Kapolri, Jokowi dihadapkan pada situasi Komjen<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


KOLOM<br />

• Ketua Tim Ahli Prakarsa<br />

Pendaftaran Pemilih KPU,<br />

Jakarta, September 2011-<br />

Juni 2013.<br />

• Anggota Tim Seleksi Calon<br />

Anggota Panwaslu Kabupaten/Kota<br />

se-Jawa Tengah,<br />

Oktober 2012.<br />

• Sekretaris Tim Seleksi<br />

Calon Anggota Bawaslu<br />

Provinsi Jawa Tengah, Juli-<br />

September 2012.<br />

• Anggota Komisi Pemilihan<br />

Umum (KPU) Provinsi Jawa<br />

Tengah, 2003-2008.<br />

• Sekretaris Presidium Komite<br />

Independen Pemantau<br />

Pemilu (KIPP) Pemilu 1999,<br />

Kabupaten Kudus, 1998-<br />

1999.<br />

Karya:<br />

• Menulis sekitar 40 buku<br />

dan puluhan artikel di se-<br />

Budi Gunawan, yang diusulkannya mulus disetujui DPR tapi disandera status tersangka<br />

oleh KPK. Sedangkan Jenderal Sutarman sudah diberhentikan dari jabatan<br />

sebagai Kapolri. Terdapat kekosongan jabatan Kapolri di sini.<br />

Di tengah desakan politik, satu sisi para politikus Sena yan mendesak agar Komjen<br />

Budi Gunawan dilantik menjadi Kapolri, di sisi lain publik menolak pelantikannya.<br />

Agaknya Jokowi mengambil jalan tengah. Jabatan Kapolri dikosongkan sementara,<br />

dengan istilah “menunda pelantikan”, dan tugas wewenang Kapolri dilaksanakan<br />

sementara oleh Komjen Badrodin Haiti sebagai Wakapolri.<br />

Bisa jadi politik jalan tengah Jokowi itu akan digunakan kembali untuk mengisi<br />

jabatan Kapolri. Setelah mendengarkan berbagai pertimbangan yang diberikan<br />

oleh Wantimpres, tim independen bentukan Jokowi, partai politik pendukung, dan<br />

pimpinan DPR, tampaknya Jokowi akan mengajukan nama baru calon Kapolri yang<br />

tidak rentan konflik dan menimbulkan kritik tajam publik.<br />

Dalam konteks KPK, sekiranya benar kemudian semua pimpinan KPK terkena ma-<br />

ILUSTRASI: EDI WAHYONO<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


KOLOM<br />

jumlah media massa. Berikut<br />

ini di antaranya:<br />

• Pembreidelan Tempo 1994:<br />

Wajah Hukum Pers Sebagai<br />

Alat Represi Politik Negara<br />

Orde Baru, Cermin Kudus<br />

dan Pensil 324 Jakarta,<br />

2009.<br />

• Sistem Pemerintahan Indonesia<br />

Menuju Presidensil, Diponegoro<br />

University Press,<br />

2007.<br />

• Jejak Para Wali dan Ziarah<br />

Spiritual, Penerbit Buku<br />

Kompas, 2006.<br />

• Sulitnya Memprediksi Demokrasi,<br />

KOMPIP, Surakarta,<br />

2005.<br />

• Abdurrahman Sang Penakluk,<br />

LEPKISS, Surabaya,<br />

2000.<br />

salah pidana dengan status tersangka dan konsekuensinya adalah pemberhentian<br />

sementara serta diberhentikan tetap bila statusnya meningkat menjadi terdakwa.<br />

Tentu situasi ini akan menjadikan KPK lumpuh, mengingat pimpinan KPK adalah<br />

penanggung jawab utama secara kelembagaan.<br />

Pimpinan KPK tinggal empat orang dan bila dua orang, yaitu Bambang Widjojanto<br />

dan Abraham Samad, tersangkut kasus pidana, tidak cukup hanya dua orang pimpinan<br />

KPK mengambil keputusan. Jokowi sebagai presiden, menurut undang-undang,<br />

dapat mengajukan calon pengganti, tetapi proses seleksinya panjang. Sementara<br />

itu, kekosongan satu pimpinan KPK yang ditinggalkan Busyro Muqoddas hingga<br />

kini belum terisi. Wacana yang berkembang di DPR, pengisian jabatan pimpinan<br />

KPK akan dilakukan secara serentak untuk lima pimpinan sekaligus.<br />

Jokowi tampaknya kembali akan menempuh politik jalan tengah dalam memberikan<br />

dukungan kepada KPK. Peraturan pengganti undang-undang (perpu) akan<br />

digunakan sebagai instrumen hukum untuk merevisi sebagian undang-undang KPK,<br />

bukan dalam konteks untuk memberikan imunitas kepada pimpinan KPK, tapi sebaliknya<br />

untuk mengangkat pelaksana tugas pimpinan KPK. Pengisian pelaksana tugas<br />

pimpinan KPK menggunakan perpu ini dengan dua catatan, yaitu bila sebagian besar<br />

atau semua pimpinan KPK terkena kasus pidana dan hanya berlaku sementara<br />

hingga terdapat pimpinan KPK definitif.<br />

Pilihan politik jalan tengah Jokowi ini tidak mudah, penuh perjuangan, karena pasti<br />

banyak tarik-menarik politik di dalamnya. Namun Jokowi telah menggariskan Nawa<br />

Cita, dalam pengisian jabatan penegak hukum, dilakukan dengan kriteria “bersih,<br />

kompeten, antikorupsi, dan komit pada penegakan hukum”. Jokowi pasti paham<br />

bahwa perjuangan itu adalah pelaksanaan kata-kata. n<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


RUMAH<br />

FOTO-FOTO: GRANDY/DETIKCOM<br />

MUNGIL<br />

RASA BESAR<br />

BONA KOMETA<br />

RUMAH IDAMAN<br />

TAK SELALU YANG<br />

LUAS DAN MEGAH.<br />

FINALIS ASIA’S NEXT<br />

TOP MODEL 2014<br />

INI PUNYA KRITERIA<br />

RUMAH IDAMAN<br />

VERSINYA.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


RUMAH<br />

MENJANGKAU kawasan rumah<br />

milik Bona Dea Kometa lumayan<br />

sulit. Mesti melewati jalan berliku<br />

Bekasi dan menembus perkampungan<br />

penduduk.<br />

Permukiman di sini memang tak begitu<br />

padat, tapi cukup membuat saya bingung.<br />

Untung ada tulisan besar “Bukit Jatibening<br />

Town House” di gerbang masuk.<br />

Begitu saya masuk kompleks, rumah Bona<br />

gampang sekali ditemukan. Dari jajaran rumah<br />

town house, rumah finalis Asia’s Next<br />

Top Model 2014 ini memang sedikit berbeda<br />

dibanding rumah-rumah di sekitarnya.<br />

Rumah Bona paling mencolok. Selain karena<br />

lebih besar, rumahnya khas. Bercat cokelat<br />

muda, memiliki lis merah marun campuran<br />

cokelat tua, dan dinding muka rumah menggunakan<br />

batu alam.<br />

Sedangkan rumah lainnya punya warna,<br />

desain, dan bentuk pintu atau jendela yang<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


RUMAH<br />

sama. Untuk tampilan luar saja, Bona sudah<br />

berhasil membuat rumahnya terlihat unik.<br />

Rumah mantan presenter stasiun televisi<br />

swasta ini tak luas. Bangunannya hanya 220<br />

meter persegi, berdiri di atas tanah seluas<br />

240 meter. Namun jangan buru-buru menyimpulkan<br />

rumah mungil ini sempit.<br />

Bona dan suami berhasil mengubah citra<br />

rumah mungil berarti sempit. Justru saya,<br />

yang baru pertama kali bertamu ke rumah ini,<br />

mendapatkan kesan lega.<br />

Apalagi saat saya masuk ruang tengah,<br />

yang digunakan sebagai ruang berkumpul<br />

keluarga seluas 5 x 7 meter persegi. Sebelum<br />

memasuki ruang tengah, kita akan melewati<br />

ruang tamu yang ditata apik.<br />

Ukurannya memang hanya 3 x 2<br />

meter. Bukan lantaran pemilik ru-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


RUMAH<br />

mah pelit dengan menyempitkan ruang tamu,<br />

tapi lebih karena faktor fungsi.<br />

Menurut Bona, ruang tamu hanya diperuntukkan<br />

sebagai tempat transit. Menyadari<br />

ruangan ini tak cukup besar, Bona tak meletakkan<br />

banyak perabot.<br />

Hanya satu sofa panjang dan kursi sofa<br />

yang hanya bisa diduduki satu orang. Sebagai<br />

pembatas ruang tamu dengan ruang tengah,<br />

Bona memberi sekat bilah besi hitam.<br />

Selain supaya tetap terlihat lapang karena<br />

bisa melihat ruang tengah, sekat tembok tak<br />

dipilih supaya tidak mengesankan ruangan<br />

sumpek.<br />

“Saya sengaja membuat rumah minim sekat<br />

karena keterbatasan luas bangunan rumah<br />

kami,” kata Bona kepada majalah detik di<br />

kediamannya, Rabu (14/1).<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


RUMAH<br />

Keistimewaan ruang tengah tak<br />

hanya karena ukurannya yang lebih<br />

luas. Sebuah taman kecil dan tempat bermain<br />

yang berada di belakang rumah menambah<br />

kesan nyaman.<br />

Karena dari taman terbuka ini udara luar<br />

sepoi-sepoi menembus rumah. Jadi jangan<br />

heran jika Anda akan merasakan adem saat<br />

memasuki rumah. Padahal tak ada AC.<br />

Udara menerobos dari pintu dorong yang<br />

menjadi penyekat antara ruang tengah dan taman.<br />

Ditambah, plafon rumah ini cukup tinggi<br />

sehingga udara bisa leluasa keluar-masuk.<br />

Kesan luas dan lapang juga terasa di lantai<br />

dua. Atap di lantai dua yang dibuat bergelombang<br />

dan lebih tinggi dari atap di ruangan<br />

lainnya membuat rumah tak pengap.<br />

Selain itu, jendela kaca besar berdesain<br />

dinamis bisa menembus pemandangan di depan<br />

rumah. Genting rumah tetangga, pohon,<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


RUMAH<br />

dan bangunan rumah di sekitar bisa terlihat dari sini.<br />

Di lantai dua, Bona hanya membagi dua ruang utama:<br />

kamar tidur anak dan kamar tidur utama dengan toilet. Dia<br />

juga membuat ruangan untuk menyimpan koleksi tas, baju,<br />

dan sepatu Bona.<br />

Bona menyediakan ruangan di selasar ruang tidur utama<br />

untuk menyalurkan hobi membaca dan bercengkerama<br />

bersama keluarga. Di sini ada rak buku, tenda camping<br />

anak, televisi, dan sofa.<br />

Ruang tidur utama menjadi magnet. Bona mengaku<br />

sering tak bisa meninggalkan lama-lama ruangan yang ia<br />

anggap sebagai ruangan paling nyaman itu.<br />

Sekalipun pergi ke luar kota, menginap di hotel, kamar<br />

paling nyaman yang sering ia kangeni hanya kamarnya.<br />

Maklum, ruang tidur Bona hampir sama luasnya dengan<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


RUMAH<br />

ruang tengah.<br />

Tak hanya luas, Bona juga mendesain ruangannya<br />

senyaman mungkin dengan memadupadankan<br />

cat dinding bermotif kembang dan<br />

daun hijau. Ia membiarkan cahaya luar masuk<br />

lewat kedua jendela.<br />

Jadi, selain sirkulasi udara yang bagus, rumah<br />

Bona hemat listrik. Rumah ini relatif terang di<br />

siang hari tanpa perlu menyalakan lampu.<br />

Bona sudah menganggap rumah yang ia<br />

tempati sejak 2011 ini sebagai rumah impiannya.<br />

Bukan sekadar bangunan, ia menyebut<br />

rumahnya sebagai “home sweet home”.<br />

Ia dan suami turun tangan langsung<br />

dalam membangun, mendesain, dan menata<br />

rumahnya. Jadi rasa puas terbayar begitu<br />

rumah ditempati.<br />

Di dalam rumahnya juga tak ada ruang yang<br />

tak bermanfaat. Menyadari luas bangunan dan<br />

tanah terbatas, Bona dan suami merancang<br />

semua ruang dan sekat berdasarkan fungsi. n<br />

KUSTIAH | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 16 22 FEBRUARI 2015<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

SI LUCU<br />

PENCABUT NYAWA<br />

TAMPILANNYA MEMANG LUCU SEKALIGUS MENGGEMASKAN.<br />

TAPI EFEKNYA BISA BERUJUNG PADA KEMATIAN.<br />

THINKSTOCK<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

FIKRI sudah duduk di kelas tiga sekolah<br />

dasar. Dulu orang tuanya selalu<br />

membekalinya dengan makanan<br />

dari rumah, tapi kini diganti dengan<br />

uang.<br />

Orang tua Fikri berpikir uang lebih praktis.<br />

Mereka juga berharap Fikri bisa belajar memilih<br />

makanan yang hendak dikonsumsi dan<br />

mengatur uang sejak dini.<br />

Niat awal orang tua Fikri memang bagus.<br />

Ingin mengajarkan kemandirian pada anak.<br />

Namun, di balik itu, ternyata ada bahaya yang<br />

mengintai Fikri.<br />

Di sekolah, tak semua makanan “sehat”<br />

untuk anak-anak. Namun anak-anak terlihat<br />

tidak peduli. Mereka tetap lincah dan bebas<br />

memilih apa saja jajanan sekolah.<br />

Padahal baru-baru ini ditemukan jenis narkotik<br />

atau obat-obatan berbahaya (narkoba)<br />

yang dikemas sangat lucu. Sangat menarik<br />

untuk anak-anak. Bisa berbentuk permen<br />

atau potongan gambar.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

INDONESIABERKEBUN<br />

Narkoba ini berjenis lysergic acid diethylamide<br />

(LSD). Tidak setenar narkoba jenis lainnya.<br />

Di Indonesia, LSD masuk dalam golongan I<br />

narkoba, tertera dalam lampiran 36 Undang-<br />

Undang Narkotika 35 Tahun 2009.<br />

LSD awalnya diracik oleh Hofmann, peneliti<br />

kimia di Laboratorium Sandoz di Basel, Swiss,<br />

pada 1938. Dia berharap sintesis molekul LSD-<br />

25 dapat berguna untuk stimulus pernapasan.<br />

Namun, lima tahun kemudian, ia baru<br />

mengetahui adanya efek psikofarmakologikal<br />

dari LSD ketika ia menelannya. Saat itu dampak<br />

penggunaan LSD diuji pada 19 April 1943.<br />

Sang peneliti menguji coba dengan menelan<br />

0,25 miligram LSD. Dari catatan yang ditulisnya,<br />

direktur laboratorium itu merasakan<br />

efek yang luar biasa.<br />

“Empat puluh menit kemudian, Hofmann<br />

mengalami pusing, perasaan cemas, distorsi<br />

visual, gejala kelumpuhan,<br />

serta keinginan untuk tertawa,”<br />

demikian dikutip<br />

Telegraph.<br />

Kini, untuk meng-<br />

WIKIPEDIA<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

konsumsinya, narkoba berbentuk kertas sebesar<br />

prangko itu tinggal dimasukkan ke dalam mulut, ditempelkan<br />

di lidah, dan selanjutnya akan larut.<br />

LSD akan mempengaruhi reseptor serotonin dengan<br />

cara mengikat dan mengaktifkan 5-hydroxytryptamine<br />

subtype 2 receptor (5-HT2), yang mengganggu sistem<br />

inhibisi.<br />

Mengkonsumsi narkoba ini dapat mengakibatkan<br />

gangguan persepsi, sebagai dampak dari halusinasi<br />

senyawa tersebut yang sangat kuat. Namun konon<br />

narkoba ini tidak membuat ketagihan.<br />

Namun bukan berarti zat ini aman digunakan. Pakar<br />

adiksi narkoba dr Lula Kamal, Msc, mengatakan LSD<br />

justru berbahaya terutama jika digunakan dalam situasi<br />

tertentu.<br />

Selain itu, orang dalam pengaruh LSD tidak bisa diprediksi<br />

perilakunya. Sumber menyebutkan perasaan<br />

seperti melihat cahaya berpendar, melintasi waktu,<br />

dan halusinasi bisa dirasakan pemakai.<br />

Tapi beberapa sumber lain yang mengkonsumsi<br />

LSD juga menyebutkan halusinasi bisa membuat<br />

pemakainya histeris ketakutan dan paranoid.<br />

“Ada yang tenang-tenang saja, ada juga yang tidak.<br />

Tergantung persepsi orangnya. Jadi, kita enggak bisa<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

THINKSTOCK<br />

memprediksi apa yang akan ia rasakan,” ujar<br />

dr Lula.<br />

Menurut Kepala Badan Narkotika<br />

Nasional Provinsi Nusa Tenggara<br />

Barat Drs Mufti Djusnir, Msi, Apt,<br />

bila senyawa LSD dikonsumsi<br />

dalam jumlah waktu tertentu,<br />

dapat menimbulkan serangan<br />

hipotermia.<br />

Serangan ini membuat<br />

suhu tubuh turun hingga<br />

menjadi 32 derajat Celsius<br />

atau di bawah suhu<br />

normal (36-37 derajat Celsius).<br />

Tubuh akan mengalami<br />

kesulitan mengatasi tekanan<br />

suhu dingin.<br />

Bila hal ini dibiarkan, akan<br />

menyebabkan kematian<br />

bagi penggunanya. “Perlu<br />

berhati-hati, jika suhu<br />

tubuh menurun<br />

hingga 32 derajat<br />

Celsius,<br />

akan berhadapan dengan malaikat kematian,”<br />

ujar Mufti.<br />

Pada saat suhu tubuh berada di titik ini—<br />

atau kurang dari 32 derajat Celsius—sel-sel<br />

tubuh tak dapat bekerja. Kondisi ini sering<br />

dialami para pendaki gunung.<br />

Karena itu, kepada anak-anak, perlu ditanamkan<br />

kewaspadaan. Mereka sebaiknya<br />

diberi pengertian soal bahaya dan efek yang<br />

bisa diakibatkan oleh LSD.<br />

“Menaruh kertas di bawah lidah itu saja<br />

sudah sangat tidak lazim. Jadi, apa pun yang<br />

bentuknya tidak biasa kita konsumsi, ya jangan<br />

diterima,” kata dr Lula.<br />

Agar anak-anak tidak tergiur LSD yang dikemas<br />

lucu, psikolog Henny Wirawan menyarankan<br />

untuk memberikan pengertian bahwa<br />

tidak semua gambar lucu yang mereka lihat<br />

berarti baik.<br />

Jika anak dipaksa menerima LSD atau<br />

narkoba jenis lain, sebaiknya diterima saja,<br />

untuk selanjutnya dilaporkan dan diserahkan<br />

kepada guru atau orang tua.<br />

Namun, jika anak dipaksa memakan se-<br />

INDONESIABERKEBUN<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

INDONESIABERKEBUN<br />

suatu yang mencurigakan, ajari anak untuk<br />

segera kabur dan menemui orang dewasa<br />

yang dikenalnya.<br />

“Intinya, kalau kelas yang lebih kecil, lebih baik<br />

anak diajari tidak jajan sembarangan dan tidak<br />

terima barang dari orang lain. Kalau dipaksa, wajib<br />

ditunjukkan kepada orang tua,” kata Henny.<br />

Selain orang tua, peran guru sangat besar<br />

untuk menjaga anak dari paparan<br />

narkoba. Karena itu, pengetahuan guru<br />

tentang narkoba pun perlu diperkuat.<br />

“Ini kasus anak, ya, jadi anak masih perlu senantiasa<br />

didampingi orang tua, karena kematangan<br />

moral juga masih dalam proses,” ujar psikolog<br />

dari Universitas Tarumanagara ini. n<br />

MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


WISATA<br />

BERBURU MASJID<br />

DI MANILA<br />

MENEMUKAN MASJID DI NEGARA DENGAN MAYORITAS PENDUDUK<br />

NONMUSLIM MERUPAKAN KEBAHAGIAAN UNTUK SAYA.<br />

WIKIPEDIA & THINKSTOCK<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


WISATA<br />

MENJADI keharusan bagi saya<br />

ketika melakukan perjalanan ke<br />

luar negeri adalah berkunjung ke<br />

masjid-masjid, meskipun negara<br />

tersebut mayoritas penduduknya nonmuslim.<br />

Seperti pada Maret 2014, saat ke Filipina.<br />

Filipina adalah negara yang 80 persen penduduknya<br />

beragama Katolik. Menemukan<br />

sebuah masjid dan makanan halal di negara<br />

itu merupakan suatu kebahagiaan tersendiri<br />

bagi saya.<br />

Saya dan teman saya, Adam, hari itu, Jumat,<br />

7 Maret 2014, sedang berada di Kota Manila.<br />

Kami berencana menuju Golden Mosque atau<br />

Masjid Al Dahab—masjid terbesar di Manila.<br />

Adam berencana menunaikan salat Jumat di<br />

ESTI MURDIASTUTI (TRAVELER)<br />

WIKIPEDIA<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


WISATA<br />

ESTI MURDIASTUTI (TRAVELER)<br />

masjid itu. Namun, berhubung tempat menginap kami jauh dari Golden<br />

Mosque dan waktu salat jumat sudah mepet, kami akhirnya memutuskan<br />

mencari masjid lain yang lebih dekat.<br />

Dan ternyata, tak jauh dari Paranaque City, tempat kami menginap,<br />

terdapat masjid kecil bernama Al-Nur. Kami memburu salat jumat di<br />

masjid itu dengan menumpang jeepney, ongkosnya 8 peso (Rp 2.280)<br />

per orang.<br />

Setiba di Baclaran, lokasi masjid, kami celingak-celinguk. Kami sama<br />

sekali tak melihat tanda-tanda masjid di daerah ini. Hingga saya melihat<br />

seorang perempuan berjilbab penjual pernak-pernik.<br />

Dari mbak-mbak itu, akhirnya kami mendapat petunjuk lokasi masjid.<br />

Jaraknya cuma sekitar 100 meter dari tempat kami berdiri. Ah, kesampaian<br />

juga niat Adam melaksanakan salat jumat di salah satu masjid di<br />

Manila.<br />

Lokasi Masjid Al-Nur memang<br />

agak nyempil, terimpit<br />

toko-toko dan jalan kecil. Bangunan<br />

masjid ini memang tidak<br />

terlalu besar, tapi berlantai<br />

dua.<br />

Sambil menunggu salat<br />

Jumat selesai, saya mencari<br />

tempat salat untuk perempuan.<br />

Dari informasi yang<br />

DETIKTRAVEL<br />

WIKIPEDIA<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


WISATA<br />

ESTI MURDIASTUTI (TRAVELER)<br />

saya terima, masjid-masjid di Filipina sengaja<br />

memisahkan lokasi salat untuk laki-laki dan<br />

perempuan.<br />

Tempat salat wanita terletak di samping<br />

masjid. Di ruangan berukuran<br />

5 x 6 meter itu, para<br />

perempuan bisa mengikuti<br />

salat Jumat dan menyimak<br />

ceramah imam. Saya baru<br />

tahu di sini para perempuan<br />

bisa salat jumat di masjid.<br />

Dan meski sudah berhasil<br />

mewujudkan misi salat<br />

Jum at di masjid Filipina,<br />

saya masih tetap ingin mengunjungi<br />

Golden Mosque.<br />

Masjid ini dari awal kunjungan<br />

ke Manila memang<br />

sangat ingin saya datangi.<br />

Karena hari ini sudah<br />

terlampau sore, kami pun<br />

memutuskan melacak keberadaan<br />

Golden Mosque<br />

keesokan harinya. Kami<br />

berharap bisa dengan mudah menemukan<br />

masjid tersebut.<br />

Masjid Al-Dahab atau Golden Mosque terletak<br />

di ujung Jalan Globo de Oro, nama jalan<br />

yang berarti “bola dunia keemasan”. Distrik<br />

atau wilayah Quiapo banyak didiami komunitas<br />

muslim Metro Manila.<br />

Di sekitar masjid itu banyak terdapat toko,<br />

warung, dan rumah makan yang menyajikan<br />

makanan halal dan buah-buahan segar dari<br />

Pulau Mindanao. Meski begitu, pengunjung<br />

kawasan ini cukup beragam.<br />

Meski sama-sama berada di Kota Manila,<br />

suasana Makati City dan Quiapo sangat<br />

berbeda. Makati adalah daerah elite, banyak<br />

gedung pencakar langit. Sedangkan Quiapo<br />

adalah kota lama, pasarnya penuh pengemis<br />

dan macet.<br />

Kawasan ini bisa dijangkau dengan jeepney<br />

jurusan Quiapo. Jangan lupa berpesan kepada<br />

sopir, dia akan dengan senang hati memberi<br />

tahu jika lokasi masjid sudah dekat, tak jauh<br />

dari istana presiden Malacanang.<br />

Saat memasuki permukiman muslim di<br />

WIKIPEDIA<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


WISATA<br />

ESTI MURDIASTUTI (TRAVELER)<br />

Quiapo, kami melalui pintu gerbang besar<br />

dengan tulisan “Welcome Muslim Town”.<br />

Halamannya menjadi akses keluar-masuk ke<br />

permukiman penduduk di samping dan belakang<br />

masjid.<br />

Pintu gerbang itu bisa dilintasi mobil, tapi<br />

jalan masuk ke masjid hanya berupa pintu<br />

kecil untuk lalu lalang. Ada kotak sumbangan<br />

dan petugas keamanan yang ramah.<br />

Mereka akan dengan senang hati mengantarkan<br />

jemaah yang mungkin kebingungan<br />

mencari tempat wudu. Seperti yang saya dan<br />

teman saya alami waktu itu.<br />

Yang menarik, saat melewati pintu gerbang,<br />

semua perempuan diwajibkan segera mengenakan<br />

kerudung, walau hanya menutup kepala.<br />

Begitu juga ketika akan masuk area masjid.<br />

Ketika kami sampai di sana, waktu zuhur<br />

sudah lewat. Akhirnya kami memutuskan<br />

makan siang terlebih dulu di warung-warung<br />

yang banyak menyajikan makanan halal.<br />

Sekilas kami lihat warung makan yang berada<br />

di pinggir jalan layaknya rumah makan<br />

Padang. Warung-wa rung tersebut menyaji-<br />

DETIKTRAVEL<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


WISATA<br />

kan berbagai macam menu ikan, daging, dan<br />

sayur.<br />

Saking semangatnya makan, kami menghabiskan<br />

250 peso (Rp 71.250) untuk berdua.<br />

Tapi tak apalah, kami pikir sesekali, mengingat<br />

kami kesulitan mencari makanan yang pas di<br />

sini.<br />

Setelah mengisi perut, kami menuju masjid<br />

untuk salat. Kami berjalan lambat sembari<br />

melihat-lihat. Sungguh disayangkan, masjid ini<br />

kurang terawat.<br />

Bahkan, sewaktu mengambil air wudu, saya<br />

melihat kotoran hewan di tempat wudu. Lantai<br />

masjid juga jauh dari kata bersih. Saya bisa<br />

melihat debu di sana-sini.<br />

Padahal agama Islam mengajarkan untuk<br />

mencintai kebersihan di mana pun kita berada,<br />

termasuk di masjid. Sungguh sangat-sangat<br />

disayangkan. n<br />

ESTI MURDIASTUTI (TRAVELER) | KEN YUNITA<br />

ESTI MURDIASTUTI (TRAVELER)<br />

MAJALAH DETIK 16 22 FEBRUARI 2015<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


KULINER<br />

HOTEL TANPA<br />

KAMAR<br />

FOTO-FOTO : ARI SAPUTRA/MAJALAH DETIK<br />

DESAINNYA MIRIP LOBI<br />

HOTEL. TAPI, KARENA TAK<br />

PUNYA KAMAR UNTUK<br />

MENGINAP, HURUP “H”<br />

DIHILANGKAN.<br />

JADINYA OTEL LOBBY.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


KULINER<br />

AM makan siang sudah hampir<br />

tiba, saya masih berkutat di kawasan<br />

perkantoran Epicentrum,<br />

Jakarta Selatan. Kawasan ini memang<br />

cukup asing bagi saya, yang<br />

bermukim di Tangerang.<br />

Namun, karena sudah kepalang janji untuk<br />

bertemu dengan salah seorang teman, saya<br />

mencoba menembus kemacetan. Memacu kendaraan<br />

lebih cepat.<br />

“Kita ketemu di Otel Lobby,” begitu kira-kira isi<br />

pesan singkat yang ia kirim semalam.<br />

Persis di sebelah restoran Bluegrass, saya melihat<br />

sebuah plang bertulisan “Otel Lobby”. Nah,<br />

ini dia. Dari luar, bangunan dan arsitekturnya<br />

unik. Serbahitam.<br />

Saya sempat kebingungan mencari tempat<br />

parkir. Saya tak melihat ada “lahan” yang dikhususkan<br />

bagi tamu restoran untuk “menyimpan”<br />

kendaraan mereka.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


KULINER<br />

Hingga akhirnya seorang petugas satpam<br />

menghampiri saya. Dia mengarahkan saya memarkir<br />

kendaraan di bangunan di seberang jalan.<br />

Walah.<br />

Setelah urusan parkir beres, saya masuk melalui<br />

pintu hitam berdesain klasik. Meja resepsionis<br />

panjang dan seorang perempuan menyambut<br />

saya.<br />

Saya, yang belum pernah datang kemari,<br />

sempat menyangka tempat ini juga merangkap<br />

sebagai hotel. Bagaimana tidak, di dekat pintu<br />

masuknya, ada troli pengangkut koper seperti di<br />

hotel-hotel.<br />

Dari seorang pelayan, saya tahu restoran ini<br />

memang ditata layaknya lobi hotel. Namanya<br />

juga berasal dari Hotel Lobby. Karena tempat ini<br />

tidak punya kamar untuk menginap, huruf “H”<br />

pun dihilangkan.<br />

Di beberapa sudut, terdapat sofa-sofa. Furnitur<br />

di dining area tidak seragam. Kesan rustique vintage<br />

paling menonjol, berasal dari penggunaan<br />

warna hitam yang maskulin sekaligus elegan.<br />

Kaca besar berterali besi hitam menjadi peng-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


KULINER<br />

Saya merasa tak bosan<br />

karena mata saya<br />

dimanjakan oleh desain<br />

restoran yang elegan.<br />

ganti dinding. Elemen kayunya sukses bergabung<br />

dengan penataan cahaya yang agak temaram.<br />

Lampion putih dari kepompong ulat sutra<br />

menjadi karya seni unik sekaligus menarik. Ada<br />

pula lampion yang terbuat dari ratusan bola<br />

pingpong.<br />

Agaknya tempat ini sering menjadi tempat<br />

para ekspatriat bertemu untuk makan siang atau<br />

sekadar mengobrol. Teman saya melambaikan<br />

tangan dari arah sofa bundar di tengah ruangan.<br />

Tempat duduk ini memang sangat pas dan<br />

nyaman digunakan untuk bersantai sejenak sambil<br />

bersantap ria. Pelayan langsung membawakan<br />

dua buah buku menu yang juga berwarna hitam.<br />

Daftar menunya lebih banyak diisi oleh deretan<br />

minuman cocktail, mocktail, dan bir. Tapi tenang,<br />

ada menu-menu Western dan Indonesia yang<br />

bisa dipesan untuk mengisi perut.<br />

Setelah berdiskusi dengan teman, saya pun<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


KULINER<br />

memutuskan memesan Pigs in The Blanket<br />

(Rp 60 ribu), Local Duck Confit (Rp 95 ribu),<br />

dan Chocolate Souffle (Rp 50 ribu).<br />

Untuk minumannya, saya memilih Otel<br />

Punch (Rp 45 ribu) dan Chamomile Tea (Rp 30<br />

ribu). Saya harus menunggu sekitar 30 menit<br />

sampai satu per satu hidangan yang dipesan<br />

mampir ke meja.<br />

Agak lama memang. Tapi saya merasa tak<br />

bosan karena mata saya dimanjakan oleh desain<br />

restoran yang elegan. Hingga akhirnya seorang<br />

pelayan wanita membawakan hidangan<br />

yang saya pesan.<br />

Minuman pesanan teman saya, Otel Punch,<br />

disajikan dalam gelas cantik. Warnanya merah<br />

menyala karena campuran leci, sitrus stroberi,<br />

nanas, dan jeruk.<br />

Ketika saya mencobanya, rasa asam stroberi<br />

begitu domi nan, sementara cita rasa soda yang<br />

agak tajam membawa sensasi menyegarkan.<br />

Chamomile Tea pesanan saya disajikan dalam<br />

poci porselen berwarna putih. Ketika teh dituangkan<br />

ke cangkir bermotif bunga, tampaklah<br />

airnya yang jernih berwarna kekuningan.<br />

Hiruplah terlebih dahulu aroma teh yang<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


KULINER<br />

menenangkan. Ketika diteguk, teh ini terasa<br />

begitu ringan dan menyegarkan. Jika ingin rasa<br />

yang manis, bisa tambahkan gula pasir atau<br />

brown sugar.<br />

Teh ini punya banyak manfaat untuk menyembuhkan<br />

berbagai penyakit. Salah satunya<br />

menghilangkan stres. Jadi, saya rasa, minuman<br />

ini sangat cocok dinikmati di sela-sela aktivitas<br />

yang padat.<br />

Hidangan pembuka Pigs in The Blanket menjadi<br />

makanan sasaran pertama saya. Meskipun<br />

menu ini menggunakan embel-embel “pigs”,<br />

bahan bakunya sama sekali tidak mengandung<br />

unsur daging babi.<br />

Empat potong sosis sapi gempal disajikan<br />

di atas wadah kayu dibalut lembaran pastry<br />

yang tak terlalu tebal. Bubuk peterseli dan keju<br />

membuat tampilan menu ini makin menggiur-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


KULINER<br />

kan.<br />

Satu potong sosis bisa dimakan<br />

sekaligus. Lidah serasa dimanjakan<br />

oleh tekstur sosisnya yang<br />

juicy berpadu dengan kulit pastry<br />

yang renyah dan berlapis-lapis.<br />

Rasa gurih sosis makin mantap dengan<br />

tambahan saus mustard yang asam.<br />

Menurut saya, hidangan nikmat ini<br />

sungguh wajib dicoba. Tak akan menyesal.<br />

Puas dengan hidangan pembuka,<br />

saya menaruh harapan lebih pada<br />

Local Duck Confit. Tampilannya menarik,<br />

dari potongan kentang, suiran sayur<br />

bayam, bawang bombai, dan bebek goreng<br />

kecokelatan.<br />

Saus berwarna kecokelatan yang saya duga<br />

adalah saus marmalade (hasil awetan buahbuahan<br />

dan kulit jeruk yang dimasak bersama<br />

gula) turut menghiasi satu piring besar Local<br />

Duck Confit.<br />

Ketika saya bongkar susunan ini, green<br />

chillies terlihat menyusup di bawah potongan<br />

kentang goreng. Saya tergoda untuk<br />

mencicipi kentang berbalut sambal hijau ini.<br />

Kentangnya tidak terlalu garing tapi begitu<br />

lembut dan langsung lumer di lidah. Kehadiran<br />

sambal hijau ini efektif membangkitkan selera<br />

makan.<br />

Sementara itu, daging bebeknya tidak terlalu<br />

besar, kulitnya cukup garing dan lembut di bagian<br />

dalam. Selingi dengan bayam dan bawang<br />

bombai sehingga tidak terasa enek.<br />

Rasa dagingnya memang tidak terlalu gurih,<br />

tetapi, saran saya, nikmatilah seluruh komponen<br />

bersamaan. Dijamin, perpaduan cita rasanya<br />

tidak akan mengecewakan.<br />

Saya harus menunggu sekitar 15 menit lagi<br />

untuk mendapatkan satu Chocolate Souffle,<br />

yang menggembung dengan sempurna di atas<br />

wadah keramik.<br />

Meskipun ada sedikit retakan di bagian atasnya,<br />

hidangan cake semipuding yang tergolong<br />

sulit ini sukses dihidangkan Otel Lobby. Ketika<br />

dibelah dengan sendok, Chocolate Souffle<br />

langsung mengempis.<br />

Tekstur souffle memang ringan karena terbu-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


KULINER<br />

at dari kuning telur dan putih telur yang dikocok<br />

hingga kaku. Avocado sauce saya tuangkan ke<br />

atas dessert ini.<br />

Rasa khas cokelat dipadu dengan rasa gurih<br />

gula halus dan avocado sauce menjadi sajian<br />

penutup yang begitu pas. Lain kali, saya akan<br />

memesannya lagi.<br />

Oh iya, Otel Lobby juga punya satu layanan<br />

spesial. Setiap menu bisa disesuaikan dengan<br />

permintaan tamu yang memiliki dietary restrictions.<br />

Tamu yang memiliki kebutuhan khusus bisa<br />

meminta kepada pelayan untuk dibuatkan sajian<br />

yang rendah garam, gula, atau lemak sesuai<br />

dengan kebutuhan. Jadi, jangan ragu untuk<br />

mampir. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

NASIONAL<br />

PROGRAM<br />

MENIRU<br />

PROTON<br />

ADIPERKASA MENGGAGAS<br />

PRODUKSI MOBIL NASIONAL<br />

DIBANTU PROTON MALAYSIA.<br />

DIBEKINGI PERUSAHAAN<br />

PERTAMBANGAN.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

NASIONAL<br />

Pabrik Proton di Shah Alam,<br />

Malaysia.<br />

GOH SENG CHONG/GETTY IMAGES<br />

SALAH satu kantor pengacara di<br />

kawasan Dharmawangsa, Jakarta<br />

Selatan, itu banyak mendapat tamu<br />

wartawan sepekan silam. Bergantiganti<br />

para wartawan cetak, televisi, atau online<br />

datang menyambangi dengan wajah ingin tahu.<br />

Semuanya sama: ingin tahu kantor PT Adiperkasa<br />

Citra Lestari, perusahaan yang mendadak<br />

terkenal karena berencana membangun mobil<br />

nasional dibantu Proton dari Malaysia.<br />

Petugas front office menyatakan kantor itu<br />

bukan kantor Adiperkasa, melainkan kantor<br />

pengacara salah satu anak petinggi Adiperkasa.<br />

“Kemarin juga ada wartawan TV ke sini,” kata<br />

petugas front office yang enggan disebut namanya<br />

itu.<br />

Semua memang penasaran mengapa tibatiba<br />

saja Presiden Joko Widodo dan Perdana<br />

Menteri Malaysia Najib Razak ikut menyaksikan<br />

penandatanganan nota kesepahaman antara<br />

Adiperkasa—yang diwakili Abdullah Mahmud<br />

Hendropriyono—dan Presiden Direktur Proton,<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

NASIONAL<br />

Dato’ Abdul Harith Abdullah, di Kuala Lumpur.<br />

Bisa jadi kantor Adiperkasa susah dilacak<br />

karena perusahaan ini pada dasarnya special<br />

vehicle, istilah bisnis untuk merujuk pada perusahaan<br />

yang hanya terdaftar resmi lengkap<br />

dengan direksinya tapi sering kali tidak memiliki<br />

kantor atau karyawan.<br />

Fungsi perusahaan semacam ini untuk mempermudah<br />

kerja sama dengan perusahaan lain<br />

Kalau dengan negara lain, kami hanya jadi<br />

market-nya, sedangkan kami maunya jadi<br />

salah satu produsen juga<br />

atau gampang jika nantinya dipecah kepemilikan<br />

sahamnya. Perusahaan lazimnya memakai<br />

sistem special vehicle karena bisa membatasi<br />

risiko bisnis jika bisnis barunya bermasalah.<br />

“Adiperkasa adalah PT yang baru kami beli,<br />

sebagai special vehicle untuk kerja sama ini saja,”<br />

kata Edi Yosfi, Presiden Komisaris Adiperkasa.<br />

“Kami kan banyak bisnisnya, ada di properti,<br />

ada di pertambangan.”<br />

Edi Yosfi memang bergelut di bisnis pertambangan.<br />

Nama Edi, misalnya, muncul tahun lalu<br />

saat menandatangani nota kerja sama dengan<br />

perusahaan India untuk membangun pembangkit<br />

listrik di Sulawesi. Saat Presiden Susilo<br />

Bambang Yudhoyono mantu di Puncak, Bogor,<br />

namanya juga muncul karena membawa mobil<br />

supermewah Bentley.<br />

Tapi Edi enggan menjelaskan secara terperinci<br />

perusahaan ini atau bagaimana bentuk usaha<br />

patungan dengan Proton jika sudah terlaksana.<br />

Ia hanya mengatakan Adiperkasa memilih<br />

Proton karena perusahaan otomotif asal negeri<br />

jiran itu memiliki tim riset dan pengembangan<br />

mobil nasional yang bagus. Proton juga sukses<br />

menjadi mobil nasional di sana.<br />

Sebaliknya, jika menggandeng produsen<br />

otomotif dari Jepang, Eropa, atau negara lain,<br />

Adiperkasa tidak bisa berkembang menjadi<br />

produsen. “Kalau dengan negara lain, kami hanya<br />

jadi market-nya, sedangkan kami maunya<br />

jadi salah satu produsen juga,” kata Edi.<br />

Kerja sama Adiperkasa dengan Proton akan<br />

diawali dengan studi kelayakan selama enam<br />

bulan. Kajian itu untuk menilai apakah membu-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

NASIONAL<br />

Presiden Joko Widodo<br />

mendapat penjelasan soal<br />

mobil nasional Malaysia.<br />

REUTERS<br />

at mobil nasional secara ekonomis layak atau<br />

tidak.<br />

Adiperkasa dan Proton akan bekerja sama<br />

membentuk tim untuk melaksanakan kajian<br />

kelayakan tersebut. Kajian itu antara lain aspek<br />

teknis, kondisi pasar, ketersediaan vendor, serta<br />

lokasi pabrik.<br />

Edi menambahkan, Adiperkasa sudah memiliki<br />

gambaran untuk lokasi pabrik nantinya.<br />

Namun dia menolak menyebut lokasi persisnya<br />

karena harus menunggu hasil feasibility study.<br />

“Kami ingin membuat mobil, tentunya mobil<br />

nasional, tapi mobil nasional itu kami pelajari<br />

dulu. Kalau ekonomis, baru kami jalan,” tutur<br />

Edi.<br />

Rencana Adiperkasa dengan Proton membuat<br />

mobil nasional mengundang pertanyaan<br />

produsen otomotif yang tergabung dalam<br />

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo).<br />

Sebab, kalangan industri otomotif Indonesia—yang<br />

bekerja untuk membuat dan memasarkan<br />

mobil dengan merek asing—selama<br />

ini tidak pernah diajak pemerintah membahas<br />

soal membuat mobil nasional.<br />

Ketua I Gaikindo Jongkie D. Sugiarto mengatakan<br />

Indonesia memang pernah punya aturan<br />

tentang kriteria mobil nasional, tapi pada<br />

pemerintahan Orde Baru. Pemerintah saat itu<br />

meluncurkan proyek mobil nasional dengan<br />

merek Timor pada 1996 dan perusahaan itu<br />

dibebaskan dari bea masuk komponen serta<br />

pajak barang mewah.<br />

Selain masalah kriteria mobil nasional, rekam<br />

jejak Adiperkasa dipertanyakan karena sebe-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

NASIONAL<br />

AHMAD YUSNI/GETTY IMAGES<br />

lumnya tidak pernah terdengar di kalangan<br />

pelaku industri otomotif Indonesia, terutama<br />

yang tergabung dalam Gaikindo. “Setahu saya<br />

dia bukan anggota,” tutur Jongkie.<br />

Karena kerja sama ini murni urusan swasta,<br />

pemerintah hanya bisa menunggu. Menteri<br />

Perindustrian Saleh Husin mengatakan, jika<br />

kajian positif dan Adiperkasa-Proton memutuskan<br />

meneruskan proyek, mereka mesti mengajukan<br />

izin kepada Badan Koordinasi Penanaman<br />

Modal dan Kementerian Perindustrian.<br />

Jika tidak layak, kata Saleh, proyek itu harus<br />

berhenti. “Kita lihat saja yang dari Malaysia ini<br />

apakah feasibility study-nya feasible, bisa jalan,”<br />

kata Saleh di hadapan Komisi Industri DPR. n<br />

HANS HENRICUS B.S. ARON<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

NASIONAL<br />

BUKAN TIMOR<br />

JILID II<br />

BERBEDA KEPADA TIMOR,<br />

PEMERINTAH TAK MEMBERI<br />

PERLAKUAN KHUSUS<br />

TERHADAP “MOBIL<br />

NASIONAL” VERSI PROTON.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

NASIONAL<br />

Penandatanganan nota<br />

kesepahaman Proton<br />

dengan PT Adiperkasa Citra<br />

Lestari.<br />

DOK. PROTON<br />

SEKITAR satu atau dua tahun setelah<br />

pemerintahan Presiden Soeharto<br />

dijatuhkan lewat serangkaian<br />

unjuk rasa, ribuan unit sedan bercap<br />

Timor mangkrak di sebuah lahan di Cikampek,<br />

Jawa Barat, dan sebagian lagi di Sunter, Jakarta<br />

Utara. Debu tebal menutupi deretan mobil itu.<br />

Debu-debu itu seperti menjadi simbol kegagalan<br />

proyek mobil nasional yang diberikan<br />

kepada perusahaan milik Tommy Soeharto<br />

tersebut. Proyek yang bertujuan menciptakan<br />

mobil sendiri akhirnya malah hanya menjadi<br />

importir mobil built-up.<br />

Tak mengherankan jika, begitu kabar dari<br />

Malaysia bahwa PT Adiperkasa Citra Lestari,<br />

perusahaan dari Indonesia yang dipimpin<br />

Abdullah Mahmud Hendropriyono, akan<br />

membuat mobil nasional bekerja sama dengan<br />

Proton dari Malaysia, kontroversi muncul.<br />

Tidak banyak orang yang bisa melupakan nasib<br />

buruk mobil nasional Timor.<br />

Pemerintah pun berusaha meredam kontroversi<br />

ini. “Tidak akan ada perlakuan khusus<br />

(bagi Adiperkasa atau Proton),” kata Menteri<br />

Perindustrian Saleh Husin. “Yang dikhawatirkan<br />

kan takut terjadi seperti zaman dulu, ada<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

NASIONAL<br />

Yang dikhawatirkan kan takut<br />

terjadi seperti zaman dulu, ada<br />

perlakuan khusus sehingga<br />

akhirnya (program mobil nasional<br />

Timor) diperingatkan WTO.<br />

Saleh Husin<br />

HASAN/DETIKCOM<br />

perlakuan khusus sehingga akhirnya (program<br />

mobil nasional Timor) diperingatkan WTO.”<br />

Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) bersikap<br />

galak kepada kasus Timor karena pemerintah<br />

Indonesia dipandang diskriminatif. Mereka<br />

memberi perlakuan khusus hanya pada satu<br />

perusahaan dari Korea Selatan, yakni Kia Motors,<br />

tapi tidak kepada perusahaan lain. Dalam<br />

peraturan WTO, tidak boleh ada perlakuan<br />

khusus kepada satu perusahaan atau negara<br />

tertentu.<br />

Timor mulai dijual pada Oktober 1996 dengan<br />

harga sangat miring, hanya Rp 35 juta. Ini<br />

adalah sedan termurah<br />

karena saat itu<br />

umumnya sedan dijual<br />

dengan harga di<br />

atas Rp 50 juta. Harga<br />

bisa begitu miring<br />

karena pemerintah<br />

memasukkan Timor<br />

dalam program<br />

mobil nasional. Artinya,<br />

Timor tak perlu<br />

membayar pajak bea masuk komponen dan<br />

pajak barang mewah, tak seperti mobil lain.<br />

Lewat program ini, mestinya Timor dibuat<br />

di dalam negeri dengan kandungan lokal naik<br />

bertahap, dari 20 persen di tahun pertama, 40<br />

persen di tahun kedua, dan 60 persen di tahun<br />

ketiga. Sayangnya, syarat itu cuma berlaku di<br />

atas kertas karena kenyataannya justru mengimpor<br />

mobil sedan dari pabrik Kia Motors di<br />

Korea Selatan.<br />

Ini sebabnya WTO geram, mengapa perusahaan<br />

Korea Sela tan mendapat perlakuan<br />

khusus. WTO meminta pemerintah mencabut<br />

fasilitas bebas pajak dan bebas bea masuk karena<br />

hanya diberikan kepada satu perusahaan,<br />

sehingga akan menimbulkan persaingan tidak<br />

sehat. Akhirnya, pemerintah mencabut semua<br />

fasilitas tersebut dan proyek Timor berhenti<br />

pada 1998 seiring kejatuhan rezim Orde Baru.<br />

Berkaca pada peng alaman itu, tak aneh jika<br />

kontroversi kerja sama dengan Proton menyeruak.<br />

Apalagi, saat penandatanganan nota<br />

kesepahaman antara Adiperkasa dan Proton<br />

untuk membuat studi kelayakan, Presiden<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

NASIONAL<br />

Mobil Timor yang<br />

mendapat perlakukan<br />

khusus pemerintahan Orde<br />

Baru.<br />

DOK. MOBILTIMOR.COM<br />

Joko Widodo dan Perdana Menteri Malaysia<br />

Najib Tun Abdul Razak ikut datang menyaksikan.<br />

Apalagi Hendropriyono, bos Adiperkasa,<br />

adalah anggota tim sukses saat pemilihan<br />

presiden.<br />

Rapat kerja dengan DPR yang mestinya<br />

membahas anggaran, misalnya, malah menjadi<br />

ajang para legislator menanyakan program ini<br />

kepada Menteri Perindustrian. Salah satunya<br />

adalah Wakil Ketua Komisi VI Azam Azman<br />

Natawijana. Azam meminta Saleh Husin menjelaskan<br />

peran pemerintah karena proyek itu<br />

mengusung mobil nasional Indonesia.<br />

Menurut Saleh, tidak ada pembahasan apa<br />

pun di tingkat pemerintah untuk menghidupkan<br />

kembali proyek mobil nasional. Dia juga<br />

mengatakan tidak tahu detail tentang proyek<br />

mobil nasional itu karena tidak ikut dalam<br />

kunjungan Presiden Jokowi ke Malaysia. Selain<br />

itu, Kementerian Perindustrian belum pernah<br />

bertemu dengan pihak Proton dan Adiperkasa.<br />

“Datang ke kami saja belum, bagaimana mau<br />

tahu?” ujar Saleh.<br />

Justru, menurut Saleh, yang saat ini pemerintah<br />

lakukan adalah mengundang investasi<br />

di sektor otomotif sebanyak-banyaknya. Pemberian<br />

fasilitas khusus kepada satu perusahaan<br />

bisa membuat investor lari. Pemerintah, katanya,<br />

menjamin tidak ada fasilitas khusus bagi<br />

investor tertentu.<br />

Sedangkan Presiden Joko Widodo di tempat<br />

lain mengatakan ia datang ke acara penan-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

NASIONAL<br />

Pabrik Proton di Shah<br />

Alam, Malaysia.<br />

GOH SENG CHONG/BLOOMBERG VIA<br />

GETTY IMAGES<br />

datanganan nota kerja sama itu karena diundang.<br />

“Jadi, kemarin karena diundang Doktor<br />

Mahathir dan PM (Perdana Menteri) Najib, ya<br />

saya datang,” kata Jokowi, yang juga menyebut<br />

nama bekas Perdana Menteri Malaysia yang<br />

menjadi Presiden Komisaris Proton.<br />

Pihak Adiperkasa menjamin tidak akan melibatkan<br />

pemerintah ataupun meminta fasilitas<br />

khusus kepada pemerintah dalam kerja samanya<br />

dengan Proton. “Kami tidak akan seperti<br />

sekarang, tahap feasibility study dulu, dan kami<br />

juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan,”<br />

kata Presiden Komisaris Adiperkasa, Edi<br />

Yosfi.<br />

Selain itu, Edi memastikan kerja sama dengan<br />

Proton sama sekali tidak akan memakai dana<br />

pemerintah. Sumber investasi proyek—karena<br />

membuat pabrik mobil sangat mahal—berasal<br />

dari pinjaman. Ia memperkirakan pinjaman<br />

akan mencapai 70 persen biaya. “Nah, yang<br />

30 persen ini nanti kami sharing (patungan)<br />

dengan Proton,” kata Edi. n HANS HENRICUS B.S. ARON<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

NASIONAL<br />

NGEBUT<br />

DIBAWA<br />

MAHATHIR<br />

IDE DAN LANGKAH<br />

PROTEKSI MAHATHIR<br />

MEMBUAT PROTON<br />

SUKSES.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

NASIONAL<br />

Presiden Joko Widodo saat<br />

menyaksikan pabrik Proton<br />

di Shah Alam, Malaysia.<br />

OLIVIA HARRIS/REUTERS<br />

BERITA ini muncul mungkin di seluruh<br />

media massa Malaysia. Presiden<br />

Indonesia Joko Widodo duduk di<br />

bangku mobil yang ngebut dengan<br />

bekas Perdana Menteri Malaysia Mahathir<br />

Mohamad menginjak gas di belakang kemudi.<br />

Mahathir, pada usia 90 tahun, sangat bangga<br />

dengan kemampuan menyetirnya dan memuji<br />

Presiden Indonesia, yang tetap tenang duduk<br />

di kursi samping. “Biasanya orang tidak suka<br />

disopiri menikung oleh orang 90 tahun, tapi ia<br />

tidak takut,” katanya setelah membawa Jokowi<br />

berkeliling dengan seri Proton terbaru, Proton<br />

Iriz. Ia pun kemudian secara tidak langsung<br />

membanggakan prestasi negaranya. “Dalam<br />

beberapa hal, Malaysia mungkin bisa menjadi<br />

model (bagi Indonesia),” katanya seperti dikutip<br />

The Star dan sejumlah media setempat lain.<br />

Ia memang patut berbangga. Ia berhasil<br />

membawa Malaysia dari negara berkembang<br />

menjadi kelompok menengah, dan salah satu<br />

warisannya adalah industri mobil nasional. Tidak<br />

banyak negara di dunia yang sukses dengan<br />

mobil merek lokal dari industri yang juga dimiliki<br />

warga lokal. Indonesia pernah mencoba,<br />

lewat Timor, tapi gagal total.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

NASIONAL<br />

Pabrik mesin Proton<br />

rancangan sendiri, diberi<br />

nama CamPro, di Shah<br />

Alam. Proton baru mulai<br />

menggunakan mesin<br />

rancangan sendiri setelah<br />

dua dekade beroperasi.<br />

GOH SENG CHONG/BLOOMBERG VIA<br />

GETTY IMAGES<br />

Ide mobil nasional pertama kali diungkapkan<br />

oleh Mahathir pada 1979 dan baru tiga tahun<br />

kemudian disetujui resmi oleh pemerintah.<br />

Malaysia memutuskan membuat perusahaan<br />

mobil yang sahamnya dimiliki perusahaan investasi<br />

pemerintah, Khazanah Nasional. Langkah<br />

pertama setelah berdiri adalah mencari<br />

perusahaan otomotif top yang mau menjadi<br />

“induk angkat” dan akhirnya mereka bekerja<br />

sama dengan Mitsubishi.<br />

Mobil pertama didasarkan pada Mitsubishi<br />

Lancer dan diberi nama Proton Saga. Mesin<br />

juga masih menggunakan Mitsubishi. Mobil<br />

yang diluncurkan pada 1985 ini sangat sukses<br />

dan dalam waktu setahun langsung menguasai<br />

60 persen pasar. Produk ini diekspor ke sejumlah<br />

negara, dari Inggris sampai Indonesia. Di<br />

Jakarta, mobil ini dijadikan armada taksi oleh<br />

salah satu operator.<br />

Tapi pemerintah tidak cuma membuat pabrik<br />

mobil begitu saja. Sejumlah langkah dilakukan<br />

agar Proton bisa bertahan melawan merekmerek<br />

global yang kuat. Langkah-langkah ini<br />

membuat mobil bermerek asing tambah mahal,<br />

apalagi jika tidak dirakit di Malaysia.<br />

Sejak 1970-an, Malaysia hanya memberi izin<br />

pabrik perakitan mobil jika saham mayoritas<br />

dimiliki warga Melayu (Bumiputera). Atau, jika<br />

pabriknya itu ada di wilayah terpencil, seperti<br />

Sabah atau Sarawak, yang terletak di Kalimantan<br />

Utara.<br />

Kebijakan ini membuat unit bisnis peme-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

NASIONAL<br />

Presiden Joko Widodo<br />

melihat mobil andalan<br />

Proton yang baru, Iriz.<br />

UDDEN ABDUL/ANTARA<br />

rintah Malaysia memegang 70 persen saham<br />

Proton dan sisanya Mitsubishi. Belakangan,<br />

pemerintah melepas kepemilikan dan sekarang<br />

sebagian dimiliki perusahaan swasta. Selain itu,<br />

posisi saham Mitsubishi sudah berubah.<br />

Pemerintah Malaysia juga memberi insentif<br />

perusahaan yang dipandang menjadi pionir<br />

industri tertentu. Insentif ini berupa potongan<br />

pajak yang sangat besar dan ini sangat menguntungkan<br />

Proton.<br />

Langkah proteksi ini membuat harga Proton<br />

menjadi sangat murah dan populer. Tapi, sejak<br />

sekitar satu dekade ini, pasar bebas ASEAN<br />

untuk bidang otomotif mulai dijalankan. Mobil<br />

dari negara ASEAN lain mulai masuk dengan<br />

tarif pajak yang lebih miring.<br />

Mahathir Mohamad, yang sekarang menjadi<br />

Presiden Komisaris Proton, pun mengeluhkan<br />

hilangnya perlindungan bagi mobil nasional<br />

mereka ini. Ia menuduh perusahaan mobil<br />

impor kadang melakukan dumping. “Mereka<br />

bisa jual rugi di Malaysia, karena untungnya<br />

bisa didapat di tempat lain,” katanya tahun lalu<br />

seperti dikutip Malaysia Insider. “(Otomotif)<br />

Malaysia masih kecil, jadi masih butuh perlindungan<br />

bagi industri otomotif kita.”<br />

Meski mobil nasional sukses, ada juga warga<br />

Malaysia yang mengkritik kebijakan ini karena<br />

membuat pabrikan mobil luar enggan menanam<br />

modal di sana. Mereka tidak mau membuat<br />

mobil karena mendapat diskriminasi dari<br />

pemerintah. Akibatnya, investasi membangun<br />

pabrik lebih banyak dikucurkan ke Thailand. n<br />

NUR KHOIRI<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

NASIONAL<br />

KISAH DUA MOBIL NASIONAL<br />

SAMA-SAMA mendapat proteksi pemerintah. Sama-sama mendapat fasilitas khusus<br />

dari negara. Tapi mengapa kisah Timor dan Proton jauh berbeda? Timor, yang digagas<br />

sebagai mobil nasional, kini sudah lenyap dan menjadi salah satu simbol kegagalan<br />

Orde Baru. Sedangkan Proton masih berjaya dan Mahathir Mohamad, yang menjadi penggagasnya,<br />

masih membanggakan kepada siapa saja sampai sekarang.<br />

PROTON<br />

TIMOR<br />

Asal: Malaysia<br />

Merek: Proton<br />

Perusahaan: Perusahaan Otomobil<br />

Nasional Sdn. Bhd.<br />

Pemegang Saham: Perusahaan<br />

pemerintah 70 persen, Mitsubishi 30<br />

persen<br />

Produk Pertama:<br />

• Proton Saga<br />

• Berbasis Mitsubishi Lancer<br />

Asal: Indonesia<br />

Merek: Timor<br />

Perusahaan: PT Timor Putra<br />

Nusantara<br />

Pemegang Saham: Swasta terkait<br />

penguasa (Tommy Soeharto)<br />

Produk Pertama:<br />

• Timor S515<br />

• Di negara lain, mobil serupa<br />

dikenal sebagai Kia Sephia.<br />

Tahun: 1985<br />

Pabrik Produk Pertama:<br />

Dalam negeri di Shah Alam, Malaysia<br />

Kandungan Lokal Produk Pertama:<br />

• 18 persen<br />

• Awalnya menggunakan mesin buatan<br />

Mitsubishi, membuat sendiri<br />

mulai 1989 meski masih desain<br />

Mitsubishi. Lima tahun berdiri,<br />

kandungan lokal sudah 65 persen.<br />

Awal 2000-an mulai menggunakan<br />

mesin desain perusahaan mobil<br />

sport Inggris yang mereka caplok,<br />

Lotus Cars.<br />

Proteksi/Fasilitas Pemerintah:<br />

• Potongan pajak karena industri<br />

pionir<br />

• Pajak tinggi bagi kendaraan impor<br />

Kontroversi:<br />

Merek global enggan berinvestasi di<br />

Malaysia, sehingga modal dipindah ke<br />

Thailand dan negeri itu menjadi “Detroit<br />

Asia”.<br />

Kondisi Saat Ini:<br />

Dengan harga murah, Proton sangat<br />

laris di Malaysia dan sudah diekspor<br />

ke beberapa negara. Sejak 2003, pasar<br />

terbuka ASEAN untuk otomotif sudah<br />

terbuka dan Proton masih cukup bunyi<br />

di pasar dalam negeri Malaysia.<br />

Tahun: 1996<br />

Pabrik Produk Pertama:<br />

Luar negeri, di Hwaseong, Korea Selatan<br />

Kandungan Lokal Produk Pertama:<br />

• 0 persen (?)<br />

• Timor mengimpor utuh dari<br />

Korea Selatan. Hanya cap Kia<br />

Sephia yang diganti menjadi<br />

Timor S515.<br />

Proteksi/Fasilitas Pemerintah:<br />

• Bebas pajak barang mewah<br />

• Bebas pajak bea masuk komponen<br />

Kontroversi:<br />

• Pemerintah hanya memberi fasilitas<br />

ini kepada Timor, yang dimiliki<br />

anak Presiden Soeharto.<br />

• WTO memandang Indonesia<br />

memberi perlakuan khusus kepada<br />

Kia dari Korea Selatan.<br />

Kondisi Saat ini:<br />

Fasilitas untuk Timor dicabut saat<br />

Reformasi 1998. Belakangan, Timor<br />

kembali berubah nama menjadi Kia<br />

kembali.<br />

NASKAH: NUR KHOIRI<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

MAL TUA BERSALIN RUPA<br />

SEJUMLAH MAL TUA YANG SEMPAT DITINGGAL PELANGGAN BERHASIL MEMBALIK<br />

PERUNTUNGAN SETELAH BERALIH RUPA DAN BERGANTI STRATEGI.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

Salah satu mal di<br />

Jakarta Selatan sedang<br />

memperluas bangunan<br />

utama.<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

PADA masa kejayaannya, mal itu sangat<br />

ramai. Pengunjungnya begitu<br />

padat. Tak cuma di dalam gedung,<br />

tapi juga meluber ke jalanan sehingga<br />

membuat jalan raya di depannya mampet.<br />

Pengusaha berebut sewa tempat, bahkan<br />

kadang di bagian depan dipasang tenda agar<br />

ada ruang untuk disewa buat memamerkan<br />

mobil, misalnya.<br />

Tapi roda nasib terus berputar. Peruntungan<br />

pusat belanja itu—Mal Depok namanya—terjun<br />

bebas sekitar 10 tahun silam. Gara-garanya<br />

sederhana. Semula mal ini satu-satunya<br />

di Kota Depok, tapi dalam waktu hampir bersamaan<br />

datang dua pesaing baru yang tampil<br />

lebih baru dan segar. Bukan cuma itu, penghuni<br />

utama di mal itu, pusat belanja Matahari,<br />

pindah ke salah satu mal baru itu. “Itu yang<br />

menyebabkan penurunan drastis jumlah pengunjung<br />

kami,” ucap Andi Arifianto, Manajer<br />

Promosi dan Iklan D’Mall—sebutan baru Mal<br />

Depok.<br />

Mal Depok kemudian mengubah diri. Sejak<br />

2010, sejumlah strategi dipasang, mulai memermak<br />

penampilan depan sampai mengubah<br />

segmen pasar, dari mal keluarga menjadi<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

Kegiatan komunitas untuk<br />

menjaring pengunjung di<br />

Blu Plaza, Bekasi.<br />

BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />

mal mahasiswa dan kalangan muda. Langkah<br />

ini cukup berhasil. Semula hanya 5.000-7.000<br />

orang yang datang per hari, kini meningkat<br />

dua kali lipat. “Kini kami dapat limpahan pengunjung<br />

10-15 ribu orang setiap hari,” ucap<br />

Andi.<br />

Nasib mal memang berbeda-beda. Ada<br />

yang karena ketangkasan manajemen, lokasi,<br />

dan sebagainya yang membuat mal terus<br />

ramai selama belasan tahun, bahkan lebih.<br />

Pesaing datang dan pergi, tapi posisi mereka<br />

tidak tergoyahkan. Mereka pun kadang tidak<br />

banyak melakukan perubahan berarti. Blok M<br />

Mall di kawasan Jakarta Pusat atau Citraland<br />

di Jakarta Barat, misalnya. Penampilan dua<br />

mal ini nyaris tidak berubah dibanding pada<br />

1990-an. Mereka yang tidak datang selama<br />

10 tahun, misalnya, tidak akan pangling saat<br />

kembali datang.<br />

Tapi beberapa mal menjadi surut begitu<br />

pesaing datang atau zaman berubah. Maka<br />

beberapa mal tua ini mempercantik diri agar<br />

tidak kalah dengan mal-mal yang masih muda<br />

dan baru. Langkahnya tak cuma memperbaiki<br />

penampilan, tapi juga mengubah strategi agar<br />

pengunjung ramai berdatangan.<br />

Mal Depok salah satunya. Yang lain di antaranya<br />

Plaza Cibubur di kawasan Jalan Transyogi<br />

atau Kramat Jati Indah. Plaza Cibubur<br />

semula tampak agak “kumuh”. Begitu masuk<br />

mal, langsung bertemu pedagang yang menyewa<br />

lapak-lapak kecil. Tapi kini lobi tampak<br />

lega, lantai terlihat mengkilap seperti cermin.<br />

Gedung parkir juga ditambah sehingga mempermudah<br />

pengunjung yang semula sangat<br />

susah mencari tempat untuk memarkir kendaraan.<br />

Mal itu awalnya merupakan satu-satunya<br />

pusat belanja di Cibubur. Tapi belakangan<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

Kami ingin<br />

menguatkan<br />

segmentasi<br />

pusat belanja<br />

anak muda<br />

yang trendi,<br />

fashionable,<br />

dan memiliki<br />

gaya hidup<br />

berbeda.<br />

muncul pesaing, yakni Cibubur Junction dan<br />

Mal Ciputra, yang lokasinya hanya 2-3 kilometer<br />

dari mereka.<br />

Direktur Operasional Plaza Cibubur, Tanto<br />

Djarot, mengakui, sejak 2005 pengunjung<br />

mulai berkurang. Tapi, menurut dia, ini bukan<br />

karena kehadiran mal-mal baru, melainkan<br />

akibat turunnya daya beli masyarakat. “Kalau<br />

sekarang sudah meningkat daya beli masyarakat,”<br />

ucapnya. Ia menunjuk kehadiran mal<br />

baru yang pengaruhnya hanya sesaat. “Paling<br />

kalau ada yang baru goyahnya sebulan saja,”<br />

ucapnya.<br />

Tujuan melakukan renovasi, katanya, “Kami<br />

ingin menguatkan brand kami dan memenuhi<br />

tuntutan zaman.”<br />

Hal ini berbeda dengan Mal Depok, yang<br />

mengakui betul bahwa kehadiran mal baru<br />

sempat memukul mereka. Karena tidak ingin<br />

mengulang kesalahan yang sama, mereka<br />

mengubah penampilan dan strategi. Mal<br />

Depok berusaha meninggalkan citra mal keluarga.<br />

“Kami ingin menguatkan segmentasi<br />

pusat belanja anak muda yang trendi, fashionable,<br />

dan memiliki gaya hidup berbeda dengan<br />

yang lainnya,” ucapnya.<br />

Alasan memilih segmen anak muda adalah<br />

lokasi mal berada di lingkungan beberapa<br />

kampus besar, seperti Universitas Indonesia<br />

dan Universitas Gunadarma. Selain itu, di bagian<br />

belakang dibangun apartemen 23 lantai<br />

yang mengincar para mahasiswa sebagai penyewa.<br />

Maka, toko-toko terkait anak muda—dan<br />

tempat nongkrong, seperti kafe—ditambah.<br />

“Penghuni apartemen akan dimudahkan<br />

dalam urusan belanja kebutuhan sehari-hari,<br />

sandang, dan memenuhi gaya hidupnya, seperti<br />

makan dan bersosialisasi dengan temantemannya<br />

di bawah,” ucapnya.<br />

Kadang kala mal juga diubah karena sedari<br />

awal tidak pernah kebanjiran pengunjung. Ini<br />

seperti Blu Plaza di Bekasi, yang berdiri pada<br />

2006. Grup Lippo, yang mencaplok pusat<br />

belanja ini pada 2013, segera memermak<br />

agar tampil baru. Tempat parkir, misalnya,<br />

diperbaiki. Dinding luar dicat ulang. Taman<br />

diperbaiki.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

Blu Plaza setelah dipermak.<br />

BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />

Tak cuma secara fisik, manajemen juga<br />

agresif mempertajam pasar untuk menggaet<br />

pengunjung. Wisnu Wardana, Manajer Pemasaran<br />

Blu Plaza, mengatakan mereka terus<br />

membuat acara agar target pasar utama<br />

mereka—kalangan keluarga dan komunitas—<br />

gemar datang ke sana. “Kami menyediakan<br />

ruang yang cukup luas bagi semua komunitas<br />

kreatif di Bekasi untuk berkumpul dan mengekspresikan<br />

diri di sini,” ucapnya.<br />

Wisnu mencontohkan, setiap hari Kamis<br />

pihaknya mempersilakan komunitas penari,<br />

baik tari modern maupun tradisional, di Bekasi<br />

untuk melakukan latihan gratis di atrium<br />

Blu Plaza. Rumah makan dan toko peralatan<br />

rumah tangga ditambah. “Kami ingin menguatkan<br />

di segmen keluarga dan komunitas<br />

tadi,” ucapnya. Langkah ini cukup berhasil.<br />

Semula mal ini sangat sepi, sekarang bisa<br />

kedatangan 5.000-7.000 pengunjung setiap<br />

hari. “Pertumbuhannya 4-5 persen setiap<br />

tahun,” katanya. n BUDI ALIMUDDIN<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

MIMPI PUNYA<br />

BANK<br />

RAKSASA<br />

IDE MENGGABUNGKAN<br />

BANK LOKAL MUNCUL<br />

LAGI. AGAR BISA<br />

BERTAHAN SAAT RAKSASA<br />

PERBANKAN ASEAN<br />

MASUK MULAI 2020.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

Nasabah mengambil uang<br />

di ATM bank besar lokal di<br />

Bintaro, Jakarta Selatan,<br />

Minggu (8/2).<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

MENTERI Keuangan Bambang<br />

Brodjonegoro datang ke salah<br />

satu rumah makan di Kebayoran<br />

Baru, Jakarta Selatan, pada akhir<br />

pekan awal bulan ini. Acara itu memang sangat<br />

santai sehingga Pak Menteri, yang tinggal<br />

tidak jauh dari kawa san itu, hanya mengajak<br />

istrinya, Irina Justina Zega, tanpa membawa<br />

penggawanya. Datang juga beberapa petinggi<br />

bank di acara itu.<br />

Dengan santai pula tiba-tiba saja Bambang<br />

mengungkapkan kondisi ideal agar bank<br />

besar pemerintah, Mandiri dan BNI, dilebur<br />

saja menjadi satu supaya lebih kuat. Hal ini<br />

membuat Direktur Utama Bank Mandiri Budi<br />

Gunadi Sadikin, yang duduk di sebelahnya,<br />

tertawa kecil. “Saya enggak bisa komentar<br />

kalau soal ini,” kata Budi.<br />

Pemerintah memang berniat menggabungkan<br />

bank pemerintah untuk menghadapi<br />

Masyarakat Ekonomi ASEAN. Dalam kesepakatan<br />

dengan negara-negara ASEAN, bank-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

Saya enggak<br />

bisa komentar<br />

kalau soal ini.<br />

Budi Gunadi Sadikin<br />

LAMHOT/DETIKCOM<br />

bank dari sesama negara Asia Tenggara akan<br />

diperlakukan seperti bank lokal mulai 2020.<br />

Artinya, bank Malaysia atau Singapura bakal<br />

bisa beroperasi seperti bank lokal di Jakarta.<br />

Begitu pula sebaliknya, BTN atau BRI, misalnya,<br />

bisa pula membuka cabang di Johor atau<br />

di Vientiane.<br />

Dengan menggabungkan kekuatan, bank<br />

Indonesia bakal lebih kuat. Saat ini bank-bank<br />

Indonesia relatif lebih kecil. Bank terbesar<br />

lokal, Mandiri dan BRI, masing-masing hanya<br />

memiliki aset Rp 700-an triliun. Dibandingkan<br />

dengan bank Malaysia, misalnya, kekuatan ini<br />

lebih kecil.<br />

Bank terbesar Malaysia, Maybank, memiliki<br />

aset lebih dari Rp 1.900 triliun. Bank nomor<br />

dua di sana yang juga beroperasi di Indonesia,<br />

CIMB, memiliki aset Rp 1.300 triliun lebih. Malah,<br />

CIMB ini nyaris saja menjadi bank terbesar<br />

Malaysia, dengan aset di atas Rp 2.000 triliun,<br />

kalau rencana merger dengan bank menengah<br />

RHB tidak dibatalkan pada bulan lalu.<br />

Dengan menggabungkan kekuatan, pemerintah<br />

berharap bank-bank lokal ini bisa<br />

melawan bank-bank dari negara anggota<br />

ASEAN lain, termasuk dari Malaysia dan Singapura,<br />

yang memang besar-besar. Pengamat<br />

perbankan Kodrat Wibowo mengatakan<br />

modal maupun aset yang besar akan menjadi<br />

amunisi untuk merebut pasar di Indonesia<br />

maupun ASEAN.<br />

Modal dan aset yang besar merupakan<br />

jaminan keamanan bagi konsumen untuk<br />

menyimpan dana mereka di bank. Sedangkan<br />

untuk menjadi bank dengan kategori tersebut,<br />

tidak ada jalan selain melakukan merger.<br />

“Merger itu sebuah kewajiban, bukan untuk<br />

mengalahkan tetapi agar memiliki posisi tawar<br />

yang lebih kuat,” kata Kodrat.<br />

Kodrat mengatakan pemerintah bisa mengawali<br />

merger itu dengan bank pemerintah<br />

yang memiliki modal besar, misalnya Mandiri<br />

dengan BNI atau BRI dengan BNI. Cuma, dia<br />

meminta agar rencana merger itu dikaji mendalam<br />

supaya tidak memicu kegaduhan seperti<br />

saat Menteri BUMN era pemerintahan<br />

Presiden SBY, Dahlan Iskan, meminta Mandiri<br />

mengakuisisi BTN.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

Serikat Pekerja Bank BNI<br />

menolak rencana merger.<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

Saat itu direksi dan karyawan BTN menggelar<br />

demonstrasi menolak rencana tersebut.<br />

Akhirnya Sekretaris Kabinet saat itu, Dipo<br />

Alam, menyurati Menteri Koordinator Perekonomian<br />

Hatta Rajasa, Menteri Keuangan<br />

Chatib Basri, dan Dahlan Iskan untuk membatalkan<br />

rencana akuisisi tersebut.<br />

Padahal, menurut Dahlan, aksi korporasi<br />

itu akan membuat BTN dan Mandiri menjadi<br />

bank yang besar. Maksudnya, akan memperbesar<br />

BTN, memperbesar Mandiri untuk jago<br />

di kawasan regional dan internasional, serta<br />

supaya perusahaan besar di Indonesia tidak<br />

harus dilayani bank asing. “Kajian sudah sangat<br />

mendalam. Kalau dibilang kajian harus<br />

mendalam, sudah sangat mendalam,” ujar<br />

Dahlan saat masih menjabat Menteri BUMN.<br />

Belajar dari pengalaman itu, pemerintah era<br />

Presiden Jokowi akan menyikapi rencana merger<br />

itu dengan hati-hati, tetapi tidak menutup<br />

peluang itu. “Indonesia sebagai negara besar<br />

di ASEAN harus memiliki bank yang besar<br />

juga,” kata Sofyan Djalil, Menteri Koordinator<br />

Perekonomian.<br />

Namun dia menolak menjelaskan seperti<br />

apa rencana pemerintah untuk menggabungkan<br />

Mandiri dengan BNI. Dia hanya menjelaskan<br />

saat ini pemerintah sedang mengkaji<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

Karyawan Bank BTN saat<br />

menolak bank mereka<br />

digabung dengan Mandiri<br />

tahun lalu.<br />

HASAN/DETIKCOM<br />

upaya menguatkan modal bank BUMN untuk<br />

meningkatkan ekspansi.<br />

Namun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai<br />

merger bukan satu-satunya solusi untuk<br />

bersaing dalam pasar bebas ASEAN. Irwan<br />

Lubis, Deputi Pengawasan Perbankan OJK,<br />

mengatakan selama ini bank besar dari negara<br />

ASEAN, seperti Maybank, UOB, dan DBS,<br />

sudah ada di Indonesia dan berkompetisi<br />

dengan bank BUMN.<br />

Justru yang diperlukan untuk menghadapi<br />

pasar bebas ASEAN, menurut Irwan, adalah<br />

konsolidasi strategis antar-bank BUMN. Tujuan<br />

konsolidasi ini adalah untuk memperkuat<br />

jaringan antar-bank BUMN.<br />

Cakupan konsolidasi itu antara lain di bidang<br />

teknologi informasi, dalam infrastruktur<br />

pelayanan konsumen, misalnya di ATM, mesin<br />

EDC, maupun electronic banking. Selain itu,<br />

melakukan konsolidasi dalam pelatihan dan<br />

pengembangan karyawan sehingga antar-bank<br />

BUMN memiliki kualitas SDM yang sama.<br />

Menurut Irwan, pemerintah lebih baik melakukan<br />

konsolidasi ini sebelum memutuskan<br />

merger. “Merger itu harus dikaji secara mendalam<br />

bagaimana opportunity, benefit, serta<br />

peluang yang diperoleh dibandingkan dengan<br />

konsolidasi strategis ini dengan SWOT analysis,”<br />

kata Irwan. n HANS HENRICUS B.S. ARON, DEWI R. KUSUMA<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

PUKULAN TERAKHIR<br />

UNTUK ANWAR<br />

“SEBAGAI ANAK ANWAR IBRAHIM, KAMI AKAN MENGAMBIL ALIH<br />

MANTELNYA DAN MENERUSKAN PERJUANGAN DAN AMBISINYA”<br />

LATIMES<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Keluarga Anwar<br />

Ibrahim menjelang<br />

pembacaan putusan<br />

Mahkamah Agung<br />

Malaysia, Selasa (10/2)<br />

MALAYSIAINSIDER<br />

BARANGKALI seperti itulah rasanya<br />

kalah perang. Anwar Ibrahim, 67<br />

tahun, datang ke gedung Mahkamah<br />

Agung Malaysia di Putrajaya bersama<br />

istrinya, Wan Azizah Wan Ismail, diiringi keenam<br />

anaknya, dengan semangat tinggi Selasa<br />

pekan lalu. Walaupun tampak sedikit tegang,<br />

Anwar masih mengumbar senyum.<br />

Dia menyalami dan memeluk teman-temannya<br />

yang datang memberi dukungan. Di<br />

luar gedung Mahkamah, ratusan pendukungnya<br />

berkerumun sejak pagi. Bahkan, sebelum<br />

masuk ruang sidang, mantan Wakil Perdana<br />

Menteri Malaysia itu masih sempat bercanda<br />

dengan polisi dan wartawan.<br />

“Seperti kalian semua, aku juga menunggu<br />

dengan . Aku sudah melewati banyak hal.... .<br />

Apa yang terjadi, terjadilah. Bertawakal dan<br />

berdoa saja,” kata Anwar kepada para wartawan.<br />

Menurut Anwar, dia menyukai lagu yang<br />

dilantunkan Doris Day tersebut. Dengan nada<br />

bercanda, Anwar berjanji akan menyanyikan<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

UNTUK KETIGA KALINYA<br />

AKU AKAN KEMBALI KE<br />

PENJARA, TAPI AKU AKAN<br />

TETAP BERJALAN DENGAN<br />

KEPALA TEGAK.”<br />

lagu itu jika majelis hakim membebaskannya.<br />

“Itu lagu yang sangat cantik.”<br />

Kabar buruk itu mulai dibacakan oleh ketua<br />

majelis hakim Mahkamah Agung Arifin Zakaria<br />

tepat pukul 10.14. Sinyal-sinyal negatif itu segera<br />

terasa begitu hakim menyatakan kesaksian<br />

Mohammad Saiful Bukhari Azlan, 30 tahun,<br />

bisa dipercaya. Akhirnya<br />

putusan majelis diketok.<br />

Mahkamah menolak kasasi<br />

Anwar dan menghukumnya<br />

lima tahun penjara.<br />

Nurul Nuha, 30 tahun,<br />

putri keduanya, tak sanggup<br />

menahan tangis. “Aku<br />

baik-baik saja,” Anwar memeluk<br />

dan menenangkan anak-anaknya. “Ingat<br />

apa yang kakek selalu katakan, kamu harus<br />

terus bersekolah,” kata Anwar kepada cucunya.<br />

Wan Azizah terus menguatkan suaminya. “Kita<br />

harus kuat,” Wan Azizah berbisik.<br />

Untuk kesekian kalinya, putusan pengadilan<br />

Malaysia menusuk telak keluarga Anwar Ibrahim.<br />

Selama 17 tahun, keluarga Anwar hampir<br />

tak sempat bernapas, tak ada jeda berurusan<br />

dengan pengadilan. Padahal, pada 1990-an,<br />

Anwar adalah bintang cemerlang di dunia<br />

politik Malaysia. Pada Desember 1993, Anwar<br />

diangkat sebagai wakil perdana menteri, menjadi<br />

orang kedua di Malaysia, setelah Perdana<br />

Menteri Mahathir Mohamad. Orang-orang<br />

meramal, jarak Anwar dengan kursi nomor<br />

satu di Kuala Lumpur hanya tinggal beberapa<br />

jengkal.<br />

Tapi, ketika krisis ekonomi mendera negara-negara<br />

di Asia, hubungan Anwar dengan<br />

mentor politiknya, Mahathir Mohamad, malah<br />

memburuk. Konon, keduanya semakin sering<br />

berselisih paham. Karier politik Anwar menghunjam<br />

sangat cepat. Polisi menangkapnya<br />

dengan tuduhan korupsi pada September 1998.<br />

Dia juga dinista. Mantan sopirnya, Azizan<br />

Abu Bakar, menuding Anwar telah melakukan<br />

sodomi, satu praktek terlarang menurut hukum<br />

di negeri jiran ini. Pengadilan menjatuhkan<br />

vonis enam tahun dan sembilan tahun penjara<br />

bagi Anwar. Pada 2004, banding Anwar atas<br />

kasus sodomi dikabulkan dan dia bebas dari<br />

penjara.<br />

Hanya empat tahun mencicipi udara bebas,<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Para pendukung Anwar<br />

Ibrahim berkumpul<br />

di depan gedung<br />

Mahkamah Agung,<br />

Putrajaya, Malaysia,<br />

Selasa (10/2).<br />

OLIVIA HARRIS/REUTERS<br />

Anwar kembali berurusan dengan kasus sodomi.<br />

Kali ini Mohammad Saiful Bukhari Azlan,<br />

salah satu mantan asistennya, yang melaporkan<br />

Anwar ke polisi. Di mata keluarga dan para<br />

pendukung Anwar, kasus-kasus ini hanyalah<br />

akal-akalan untuk menjegal karier politik Anwar,<br />

yang kini menjadi pemimpin utama kelompok<br />

oposisi di Malaysia.<br />

“Tentu saja aku sedih dengan putusan itu.<br />

Aku sudah bekerja dengan dia selama 32 tahun.<br />

Bahkan kami sering tidur bersama, tapi tak<br />

terjadi apa pun,” kata Abdullah Sani, 55 tahun,<br />

salah seorang petugas keamanan di rumah<br />

Anwar. “Dan aku jelas lebih ganteng ketimbang<br />

Saiful.”<br />

Anwar tak sekali pun mengaku bersalah atas<br />

semua tuduhan yang dialamatkan kepadanya.<br />

“Untuk ketiga kalinya, aku akan kembali ke<br />

penjara, tapi aku akan tetap berjalan dengan<br />

kepala tegak karena aku tak bersalah,” kata<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

KAMI AKAN SELALU<br />

BERSAMA AYAH KAMI<br />

SAMPAI AKHIR.”<br />

Anwar. Sebelum menuju Penjara Sungai Buloh,<br />

kepada majelis hakim Mahkamah, dia berkata,<br />

”Kalian telah memilih untuk berada di sisi kegelapan<br />

dan menenggelamkan pertimbangan<br />

moral serta suara hati kalian di lautan kebohongan.”<br />

l l l<br />

Hari itu, 2 September 1998, Nurul Izzah<br />

tengah belajar untuk ujian matematika di<br />

kampusnya, Universiti Tenaga<br />

Nasional. Sekitar pukul 19.30,<br />

seorang temannya menelepon.<br />

“Aku ikut prihatin,” kata sang teman.<br />

Nurul Izzah kebingungan.<br />

Ada apa? “Apakah kamu belum<br />

dengar? Perdana Menteri telah memecat ayahmu,”<br />

temannya mengabarkan.<br />

Kontan Nurul Izzah berurai air mata. Menjelang<br />

tengah malam, Nurul baru bisa tersambung<br />

lewat telepon dengan ayahnya. “Izzah,<br />

kamu harus berani. Ayah akan melawan. Selesaikan<br />

ujianmu dan tak usah mengkhawatirkan<br />

ayahmu,” Anwar Ibrahim menenangkan putri<br />

sulungnya.<br />

Dari seorang anak sekolah yang hanya tahu<br />

mengurus kuliah, Nurul Izzah menjadi aktivis,<br />

menjadi orator, berjuang membela ayahnya.<br />

“Aku harus membersihkan nama ayahku dan<br />

mengembalikan kehormatan keluarga. Bagaimana<br />

mungkin aku hanya duduk berpangku<br />

tangan?” kata Nurul Izzah, kini Wakil Presiden<br />

Partai Keadilan Rakyat, partai yang didirikan<br />

ayahnya.<br />

Tujuh belas tahun bertarung memperjuangkan<br />

ayahnya, Nurul Izzah dan kelima adiknya<br />

telah kenyang pelajaran politik. Sekarang adik<br />

perempuannya, Nurul Nuha, siap menyusul<br />

jejak Izzah terjun ke arena politik. Nuha akan<br />

memimpin gerakan March to Freedom, menuntut<br />

pembebasan ayahnya.<br />

“Sebagai anak Anwar Ibrahim, kami akan<br />

mengambil alih mantelnya dan meneruskan<br />

perjuangan dan ambisinya.... Selama 17 tahun,<br />

kami sudah melewati emosi. Kami tak tahu berapa<br />

lama lagi mesti berjuang, tapi kami akan<br />

selalu bersama ayah kami sampai akhir,” kata<br />

Nuha, 31 tahun.


INTERNASIONAL<br />

Anwar Ibrahim<br />

bersama keluarganya<br />

berjalan menuju<br />

gedung Mahkamah<br />

Agung Malaysia, Selasa<br />

(10/2).<br />

SAYS<br />

Sebagai tulang punggung Partai Keadilan<br />

Rakyat, peran Anwar dan keluarganya sangat<br />

penting bagi Pakatan Rakyat. Koalisi tiga partai<br />

oposisi itu—Partai Keadilan Rakyat, Partai Islam<br />

se-Malaysia (PAS), dan Parti Tindakan Demokratik<br />

(DAP)—menguasai 89 kursi dari 222 kursi<br />

di parlemen Malaysia. Dengan dijebloskannya<br />

Anwar ke penjara, Pakatan mesti memikirkan<br />

siapa figur penggantinya.<br />

Menurut Lim Kit Siang, pemimpin DAP di<br />

parlemen, satu-satunya jalan untuk menjaga<br />

keutuhan Pakatan selama Anwar dalam penjara<br />

adalah kepatuhan pada fondasi kerja sama<br />

yang telah mereka sepakati. “Penghormatan<br />

terbesar yang bisa kita lakukan untuk pengorbanan<br />

Anwar hanyalah dengan membuat<br />

Pakatan lebih bersatu,” kata Lim Kit Siang.<br />

Soal siapa pengganti Anwar, hingga akhir<br />

pekan lalu para petinggi Pakatan belum memutuskan.<br />

“Kami tak merasa perlu terburu-buru.<br />

Kami masih punya waktu,” kata Lim Guan Eng,<br />

anggota parlemen dari DAP. n<br />

SAPTO PRADITYO | THESTAR | MALAYSIAINSIDER | MALAYSIAKINI | REUTERS<br />

| MYSINCHEW<br />

MAJALAH DETIK 1619 - 22 - 25 FEBRUARI JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

PRAJURIT ASING<br />

DI PERANG UKRAINA<br />

LATIMES<br />

“AMERIKA MEMPROVOKASI PERANG DUNIA KETIGA DENGAN RUSIA.”<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

DAILYNEWS<br />

DUA puluh tahun lalu, Adam Osmayev<br />

hanyalah satu di antara ratusan murid<br />

sekolah swasta prestisius, Wycliffe<br />

College, di Stone House, Gloucestershire,<br />

Inggris. Tak beda dengan remaja lainnya<br />

di Wycliffe, Adam lebih suka mengejar anakanak<br />

gadis ketimbang belajar.<br />

“Dia anak yang hebat... sangat bersemangat.<br />

Walaupun kadang agak nakal, dia sangat sopan,”<br />

kata Robert Workman, wali Adam di<br />

Stone House, beberapa pekan lalu. Keluarga<br />

Adam hijrah ke Inggris dari Chechnya setelah<br />

pecah perang di negeri itu pada 1994. Ayahnya,<br />

Aslanbek Osmayev, merupakan eksekutif<br />

di perusahaan minyak di Chechnya.<br />

Berlimpah uang dari ayahnya, Adam sangat<br />

royal kepada teman-temannya. “Kantongnya<br />

selalu penuh uang. Gadis-gadis berkerumun di<br />

sekitar Adam,” kata Mister Workman. Bersama<br />

teman-temannya dari Chechnya, Adam mengajak<br />

gadis-gadis itu ke London untuk berbelanja.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Pulang dari London, tangannya sudah penuh<br />

tentengan barang bermerek.<br />

Kadang mereka menggelar pesta sembari<br />

membakar daging dan menenggak vodka. “Tapi<br />

dia tak pernah terlibat kekerasan. Mereka hanyalah<br />

remaja yang menikmati hidup,” ujar Robert<br />

Workman. Nilai-nilainya di sekolah juga lumayan<br />

bagus. Lulus dari Wycliffe, Adam diterima di<br />

Jurusan Ekonomi Universitas Buckingham.<br />

“KAMI DATANG KE SINI UNTUK MELINDUNGI<br />

RAKYAT DARI AGRESI IMPERIALIS.”<br />

Menurut Robert, Adam punya cukup modal<br />

untuk sukses dalam karier: percaya diri dan<br />

lumayan pintar. Sayang, dia hanya bertahan<br />

sebentar di bangku kuliah. Semula Adam tak<br />

terlalu peduli soal politik. Sebagai seorang<br />

muslim, dia juga bukan seorang muslim yang<br />

taat.<br />

Tapi, setelah pulang dari Chechnya pada<br />

2001, setelah ayahnya disingkirkan pemimpin<br />

Chechnya, Ramzan Kadyrov, sikap politiknya<br />

semakin keras. Padahal semula Aslanbek ditunjuk<br />

Akhmad Kadyrov, ayah Ramzan, untuk<br />

mengepalai perusahaan minyak Chechnya,<br />

Chechennefteprodukt. Namun Akhmad tewas<br />

dibunuh pada 2004. Setelah Ramzan membelot<br />

dan memihak Rusia, Aslanbek disingkirkan.<br />

Kebencian Adam terhadap penguasa Rusia<br />

di Kremlin, terhadap Presiden Vladimir Putin,<br />

semakin berurat berakar. Adam meninggalkan<br />

kuliahnya di Inggris dan bergabung dengan<br />

ayahnya yang lari dari Chechnya ke Tbilisi,<br />

Georgia. Entah bagaimana ceritanya, dua<br />

tahun lalu Adam ditangkap dengan tuduhan<br />

merencanakan pembunuhan Presiden Putin.<br />

“Ini benar-benar gila dan tak masuk akal....<br />

Tak ada satu pun bukti yang menunjukkan<br />

keterlibatan Adam,” kata Amina Okuyeva, istri<br />

Adam. Setelah beberapa bulan menginap<br />

di penjara, Adam akhirnya dilepas karena tak<br />

cukup bukti. Hampir dua tahun tanpa kabar,<br />

kini Adam muncul kembali sebagai komandan<br />

milisi propemerintah Ukraina di Debaltseve.<br />

Adam menggantikan Isa Munayev, Komandan<br />

Batalion Dzhokhar Dudayev—diberi nama<br />

sesuai dengan Presiden Chechnya yang tewas<br />

dibunuh tentara Rusia—yang mati dalam per-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

FRONTPAGE<br />

tempuran dua pekan lalu. Munayev adalah veteran<br />

perang Chechnya melawan invasi Rusia.<br />

Bersama prajurit Ukraina dan milisi pro-Kiev,<br />

Adam bahu-membahu menghadang serbuan<br />

milisi separatis yang disokong Rusia.<br />

●●●<br />

Di dada kanan dan kiri Angel Davilla Rivas,<br />

22 tahun, tercetak tato dua mantan pemimpin<br />

komunis Uni Soviet, Vladimir Lenin dan Joseph<br />

Stalin. Bersama sobatnya, Rafael Munoz Perez,<br />

27 tahun, Angel berangkat dari rumahnya<br />

di Kota Madrid, Spanyol, dengan naik kereta,<br />

menuju wilayah timur Ukraina.<br />

Tiba di Ukraina, Angel dan Rafael segera<br />

bergabung dengan Batalion Vostok, milisi pro-<br />

Rusia, di Ukraina timur. Untuk apa dua pemuda<br />

Spanyol ini meninggalkan keluarganya dan<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

susah-susah naik kereta beribu-ribu kilometer<br />

dari kampungnya? “Aku anak tunggal. Dan<br />

kepergianku ini tentu menyakiti hati ibu dan<br />

ayahku. Tapi aku tak bisa tidur memikirkan apa<br />

yang terjadi di sini,” kata Angel.<br />

Semua demi menebus utang budi kelompok<br />

Republiken Spanyol kepada Uni Soviet. Sebagai<br />

seorang Republiken, Angel dan Rafael merasa<br />

punya utang budi kepada Uni Soviet dan Rusia.<br />

Saat terjadi perang saudara di Spanyol pada<br />

“AKU TAK AKAN PERNAH TUNDUK DI DEPAN<br />

PUTIN.”<br />

akhir 1930-an, Stalin mengirimkan bantuan<br />

kepada kelompok Republiken.<br />

Angel menyalahkan Amerika Serikat atas<br />

konflik berlarat-larat di Ukraina. “Amerika memprovokasi<br />

Perang Dunia Ketiga dengan Rusia,”<br />

kata Angel. “Akibatnya, warga sipil terjepit di<br />

antara tiga kekuatan raksasa: Rusia, Uni Eropa,<br />

dan Amerika Serikat.”<br />

Tak ada angka pasti berapa banyak prajurit<br />

“legiun asing” yang terlibat dalam pertempuran<br />

di wilayah timur Ukraina. Mereka datang menyabung<br />

nyawa dengan rupa-rupa alasan. Dua<br />

mantan prajurit Prancis punya lagi alasan lain.<br />

Victor Lenta, 25 tahun, kopral dari Resimen Penerjun<br />

Infanteri, dan Nikola Perovic, 25 tahun,<br />

kopral di Batalion Infanteri Pegunungan Ke-13,<br />

memilih memihak milisi pro-Rusia.<br />

Keduanya mengklaim sebagai pendiri gerakan<br />

ultranasionalis di Prancis, Unite Continentale<br />

alias Persatuan Continental. Menurut Lenta,<br />

Rusia merupakan benteng terakhir melawan<br />

liberalisasi global yang, menurut mereka, menggerogoti<br />

nilai-nilai nasionalis Prancis. “Kami datang<br />

ke sini untuk melindungi rakyat dari agresi<br />

imperialis,” kata Lenka. Mereka juga mengaku<br />

menyokong Presiden Suriah Bashar al-Assad.<br />

Lain pula Ruslan Arsayev. Dia sudah karatan<br />

mencicipi perang melawan Rusia di Chechnya.<br />

Sekarang dia kembali berperang melawan milisi<br />

yang disokong Rusia di Ukraina. “Aku tak akan<br />

pernah tunduk di depan Putin,” Ruslan menunjuk<br />

Presiden Vladimir Putin, musuh abadinya. n<br />

SAPTO PRADITYO | INDEPENDENT | BBC | DAILY MAIL | MASHABLE | REUTERS<br />

MAJALAH DETIK 1619 - 22 - 25 FEBRUARI JANUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

RAWABI JADI SANDERA<br />

NEGERI YAHUDI<br />

“JIKA RAWABI SAMPAI GAGAL, ITU AKAN MENJADI<br />

KEGAGALAN PERDAMAIAN DAN SOLUSI DUA NEGARA.”<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Bashar al-Masri<br />

VITALVOICE<br />

WALAUPUN lahir dari keluarga<br />

kaya di Nablus, Palestina,<br />

Bashar al-Masri tumbuh seperti<br />

pemuda Palestina pada<br />

umumnya. Sejak remaja, dia terseret dalam<br />

arus perlawanan terhadap pendudukan Israel.<br />

Tanpa senjata, hanya bermodalkan batu,<br />

Bashar dan teman-temannya melawan tentara<br />

Israel. Sebagai pemimpin organisasi di<br />

sekolahnya, Bashar berulang kali mencicipi<br />

dinginnya penjara Israel. Setelah pulang dari<br />

kuliah di Amerika Serikat, Bashar memilih<br />

jalan lain untuk “melawan” Israel.<br />

“Setelah kalian tumbuh dewasa, kalian akan<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

TAK ADA PROYEK LAIN<br />

YANG MENDEKATI INI,<br />

BAHKAN SEPARUH NILAINYA<br />

SEKALIPUN.”<br />

punya pemahaman lebih baik.... Aku percaya,<br />

setelah kami menandatangani kesepakatan<br />

damai, kami juga harus melawan dengan cara<br />

yang damai. Kita harus mencari jalan perlawanan<br />

yang lebih cerdas,” kata Bashar. Dia memilih<br />

jalan untuk melawan pendudukan Israel dengan<br />

cara membangun kota di Tepi Barat.<br />

Rawabi, kota yang dibangun Bashar, bukan<br />

kota sembarang kota.<br />

“Ini proyek terbesar<br />

sepanjang sejarah<br />

Palestina.... Tak ada<br />

proyek lain yang<br />

mendekati ini, bahkan<br />

separuh nilainya sekalipun,”<br />

kata Bashar<br />

Masri dengan bangga.<br />

Berada di atas<br />

perbukitan, sekitar<br />

20 kilometer arah utara Yerusalem, berjarak<br />

sekitar 40 kilometer dari Tel Aviv, Israel, jika<br />

proyek ini tuntas, Rawabi akan menampung<br />

lebih dari 40 ribu warga Palestina. Rawabi<br />

merupakan buah kolaborasi perusahaan milik<br />

Bashar al-Masri, Massar International, dan Diar<br />

Real Estate Investment Company, perusahaan<br />

properti milik pemerintah Qatar.<br />

Dibangun di atas lahan kosong, Bashar<br />

membangun Rawabi benar-benar dari nol.<br />

Di kota itu, akan dibangun stadion sepak<br />

bola kecil, amphitheater ala Romawi dengan<br />

kapasitas 12 ribu tempat duduk, taman bermain<br />

air, taman kota, juga pusat belanja. “Aku<br />

membayangkan semuanya sudah komplet....<br />

Aku membayangkan orang-orang kongko di<br />

restoran. Aku melihat orang tinggal di apartemen,”<br />

kata Bashar.<br />

Tak ada kota lain di Palestina yang menyerupai<br />

Rawabi. “Saat mencari model Rawabi,<br />

pertama kali kami melongok konsep kota di<br />

seberang perbatasan,” kata Bashar. Seorang<br />

arsitek kelahiran Israel, Moshe Safdie, mengajak<br />

Bashar menyaksikan model pengembangan<br />

Kota Modi’in Illit, kota yang dibangun Israel<br />

di atas wilayah pendudukan di Tepi Barat,<br />

Palestina.<br />

Modi’in memiliki topografi mirip sekali dengan<br />

Rawabi. Tapi satu kelemahan Modi’in ada-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

lll<br />

VITALVOICE<br />

lah minim sekali aktivitas ekonomi di kota itu.<br />

Rawabi, menurut Bashar, akan dikembangkan<br />

bukan cuma sekadar sebagai permukiman, tapi<br />

juga pusat bisnis. “Sekarang banyak perencana<br />

kota dari Israel yang belajar ke Rawabi,” ujar<br />

pengusaha kaya-raya Palestina itu.<br />

Hingga beberapa bulan lalu, sudah ada 600<br />

orang yang membeli apartemen di Rawabi.<br />

Pasangan Ayman dan Suhad Ibrahim adalah<br />

satu di antara ratusan pembeli pertama yang<br />

terpikat konsep Rawabi. Bashar menjanjikan<br />

akan ada banyak taman dan pohon di Rawabi.<br />

Tak seperti Kota Ramallah, yang sumpek dan<br />

sangat padat, Rawabi akan menjadi kota yang<br />

adem, tenang, dan lapang.<br />

Ayman dan Suhad sudah membayangkan<br />

ketiga anak mereka bakal bisa bermain dengan<br />

leluasa di Rawabi, kegiatan yang tak bisa<br />

mereka lakukan di Ramallah. “Rawabi akan<br />

menjadi model kecil dari negara Palestina,”<br />

kata Suhad. Mereka, kata Ayman, sudah lama<br />

sekali merindukan tempat tinggal yang damai.<br />

“Kami ingin membangun masa depan di sini,<br />

karena ini tanah kami.”<br />

Angan-angan Ayman dan Suhad mendapatkan<br />

tempat tinggal yang damai itu sepertinya<br />

masih jauh dari kenyataan. Dari jendela apartemen<br />

di Rawabi, masalah itu tampak persis<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

PROYEK INI DIBANGUN SWASTA<br />

UNTUK SEKTOR SWASTA DENGAN<br />

UANG SWASTA.”<br />

di depan mata. Di seberang bukit, berkibar<br />

bendera Israel di Ateret, permukiman Yahudi<br />

di wilayah pendudukan Tepi Barat. Di Ateret,<br />

bukan pemerintah Palestina yang berdaulat,<br />

melainkan tentara pendudukan Israel.<br />

Bagi warga Ateret, seperti Chanan dan<br />

Avigail Damri, mereka tak merasa tinggal di<br />

atas wilayah Palestina. “Negara ini negeri<br />

kami. Kami selalu meyakini bahwa ini tanah<br />

kami dan kamilah tuan<br />

atas tanah ini,” kata Avigail<br />

Damri, tegas. Mereka tak<br />

peduli pengakuan hak<br />

mereka atas tanah itu tak<br />

diakui internasional.<br />

Membangun di daerah yang dikepung wilayah<br />

pendudukan Israel—Rawabi berada di<br />

Area A, daerah yang sepenuhnya dikendalikan<br />

otoritas Palestina—Bashar tahu betapa tinggi<br />

risiko yang mesti dia tanggung. “Kami di sini<br />

tak menjanjikan surga. Kami tak menjanjikan<br />

apa pun, kecuali kenyataan bahwa kami masih<br />

hidup di wilayah pendudukan,” kata Bashar.<br />

Padahal luar biasa besar duit yang sudah dia<br />

tanam di proyek itu. Total investasi sekitar<br />

US$ 1 miliar atau Rp 12 triliun sepertinya berasal<br />

dari kantongnya. Sisanya ditanggung Diar<br />

Real Estate.<br />

“Tapi aku ingin membangun proyek yang<br />

memberi dampak besar bagi Palestina dan<br />

aku ingin menunjukkan bahwa kami bisa menciptakan<br />

lapangan kerja,” kata Bashar. Saat ini<br />

proyek Rawabi menyumbang 4.000 lapangan<br />

kerja bagi Palestina. Bukan jumlah yang kecil<br />

untuk negeri yang perekonomiannya masih<br />

morat-marit itu.<br />

Dikepung wilayah yang diduduki Israel, Bashar<br />

tak punya pilihan lain untuk membangun<br />

Rawabi, kecuali bekerja sama dengan negara<br />

Yahudi itu. Dia butuh izin Israel untuk membangun<br />

akses jalan ke daerah lain. Dia juga<br />

butuh tanda tangan pemerintah Israel supaya<br />

Rawabi mendapat pasokan gas dan listrik,<br />

juga air bersih.<br />

Urusan izin dari Israel inilah yang bikin runyam<br />

megaproyek Rawabi. Jalan sudah dibangun,<br />

demikian pula gedung-gedung apartemen<br />

sudah tegak menjulang, tapi belum ada<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

VITALVOICE<br />

air menetes di Rawabi. Izin untuk akses jalan<br />

melewati Area C Tepi Barat yang dikuasai Israel<br />

juga masih terkatung-katung.<br />

Komite Air Gabungan Israel-Palestina sudah<br />

lama sulit bertemu dan bersepakat. Apalagi<br />

setelah meletus perang di Jalur Gaza bebera-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

VITALVOICE<br />

pa bulan lalu. Israel hanya bersedia memberikan<br />

izin ke Rawabi jika pemerintah Palestina<br />

mengizinkan pasokan air ke permukiman di<br />

wilayah pendudukan. Prasyarat yang mustahil<br />

disetujui pemerintah Palestina.<br />

Di atas meja, kedua pemerintahan selalu<br />

menegaskan bahwa mereka mendukung proyek<br />

Rawabi seratus persen. Rawabi, menurut<br />

Saeb Erekat, juru runding perdamaian Palestina,<br />

akan menjadi pertaruhan perundingan<br />

damai Palestina dan Israel. “Jika Rawabi sampai<br />

gagal, itu akan menjadi kegagalan perdamaian<br />

dan solusi dua negara,” kata Erekat.<br />

Kolonel Grisha Yakubovich, Komandan<br />

Tentara Pendudukan Israel di Tepi Barat, mengatakan<br />

mereka tak pernah pasang syarat<br />

untuk mengalirkan air ke Rawabi. “Air akan<br />

mengalir dalam beberapa hari atau beberapa<br />

minggu lagi,” dia berjanji. Pemerintah<br />

Israel, menurut Kolonel Grisha, menyokong<br />

proyek Rawabi. “Kami ingin rakyat bahagia.”<br />

Tapi prakteknya, urusan akses jalan, pasokan<br />

air, gas, dan listrik untuk Rawabi masih<br />

gelap hingga detik ini.<br />

Berlarut-larutnya urusan izin ini membuat<br />

sejumlah konsumen Rawabi mulai ragu<br />

dengan masa depan proyek ini. Padahal, ujar<br />

Bashar, mereka tak ada sangkut-paut dengan<br />

masalah politik kedua negara. “Proyek ini<br />

dibangun swasta untuk sektor swasta dengan<br />

uang swasta,” ujar Dov Weiss glas, pengacara<br />

Bashar untuk urusan izin di Israel. n<br />

SAPTO PRADITYO | BBC | GUARDIAN | NYTIMES | AL-MONITOR | TIMES OF<br />

ISRAEL<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


BUKU<br />

“KALAU ORDE BARU<br />

LEBIH KEJAM LAGI,<br />

MUNGKIN PRAM AKAN<br />

MENULIS LEBIH BAGUS<br />

LAGI.”<br />

SUDRAJAT/DETIKCOM<br />

JUDUL BUKU:<br />

Pram dalam Kelambu<br />

PENULIS:<br />

Soesilo Toer<br />

PENERBIT:<br />

Pataba Press<br />

TERBITAN:<br />

Februari 2015<br />

TEBAL:<br />

xxvi + 164 halaman<br />

SALAH JUDUL<br />

DALAM PRAM<br />

KELAMBU, semua orang mestinya mafhum, itu adalah semacam kain<br />

berpori-pori cukup besar yang menutupi seluruh bagian ranjang atau<br />

tempat tidur. Fungsi utamanya adalah mencegah nyamuk mengganggu<br />

lelap tidur si penghuni di dalamnya.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


BUKU<br />

THINKSTOCK<br />

SILVIA/DETIKCOM<br />

Karena itu, lewat judul Pram dalam Kelambu, semula penulis menduga isinya<br />

akan berkisah seputar kebiasaan tidur Pramoedya yang harus di atas ranjang<br />

berkelambu. Atau, yang paling liar, berkisah tentang adegan-adegan roman sang<br />

sastrawan dengan para istrinya. Atau setidaknya bercerita kehidupan rumah<br />

tangga Pram dengan istri-istrinya.<br />

Semua prasangka itu meleset. Soesilo bahkan cuma sekelebat menggambarkan<br />

Pram bersikap mesra kepada istri pertamanya yang tengah hamil muda<br />

dengan cara membimbingnya saat hendak naik becak. Cuma itu.<br />

Padahal, kepada Radar Bojonegoro yang mewawancarainya pada 11<br />

September 2014, Soesilo menyatakan Pram dalam Kelambu bercerita<br />

tentang sosok Pram dalam memandang sebuah perkawinan. Bagaimana<br />

Pram menjalani perkawinannya, termasuk cerita detail<br />

seputar kado perkawinan dan maknanya. “Salah satu hadiah<br />

itu berupa ranjang pengantin yang diberikan kepada istrinya.<br />

Semua ada maknanya,” ujar lelaki kelahiran Blora, Jawa Tengah,<br />

1937, itu.<br />

Dari empat bagian isi buku ini, kesan kuat yang bisa ditangkap<br />

adalah kekaguman Soesilo kepada sang kakak. Sastrawan<br />

besar dengan hampir 50 karya dan pernah tujuh kali dicalonkan<br />

menjadi penerima Hadiah Nobel Sastra. Jadi, mungkinkah<br />

Soesilo telah salah memberi judul buku ini?<br />

Sebagai adik keenam, ia merasa Pram menaruh rasa sayang<br />

tersendiri kepadanya dibanding kepada yang lain. Pram—yang<br />

disapa Mas Moek—pernah mengatainya “kayak maling”. Sebagai<br />

SUDRAJAT/MAJALAHDETIK<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


BUKU<br />

kakak tertua, ia juga pernah menempelengnya karena masih asyik mengejar layang-layang<br />

ketika waktu telah magrib. Pram seorang kakak yang penuh disiplin,<br />

mandiri dalam berkarya, dan pekerja keras. Hingga suatu hari sang kakak yang<br />

jarang berkata-kata itu memujinya secara terbuka.<br />

“Tulisanmu keras seperti Steinbeck, pendek-pendek seperti Gorki,” halaman 81.<br />

Meski tak paham dan tak mengenal nama-nama yang disebut itu, Soesilo merasa<br />

itu sebuah pujian. Apalagi ketika karyanya dimuat di sebuah rubrik kesenian yang<br />

diasuh H.B. Jassin.<br />

Hal lain, Pram dikisahkan sebagai pribadi yang tak suka meminta maaf secara<br />

verbal. Ketika sadar telah salah menghukum sang adik, Pram lebih suka memangku<br />

Soesilo selama naik becak untuk menonton film di bios kop. Juga membebaskan<br />

adiknya memilih menu yang disukainya saat di restoran.<br />

Hingga usia mereka beranjak senja, di tahun-tahun terakhir Pram lebih banyak<br />

memberikan sesuatu kepada Soesilo ketimbang kepada adik-adiknya yang lain.<br />

Kenapa? Sayang, Soesilo tak memberikan penjelasan gamblang.<br />

Selain romantisisme hubungan adik-kakak, buku ini mencoba menjelaskan<br />

karakter pribadi Pram, sikap politik, dan ideologinya dalam berkarya. Tentu saja<br />

buku ini juga menyinggung perseteruan Pram dengan para sastrawan lain yang<br />

menandatangani Manifesto Kebudayaan.<br />

Sebagai doktor yang menulis kritik terhadap marxisme dan kapitalisme dalam<br />

disertasinya di Institut Plekhanov Uni Soviet, bertebaran nama filosof kenamaan<br />

yang dirujuk Soesilo untuk membela Pram.<br />

Ia juga menggunakan daftar pustaka yang tak main-main sebagai pangkal tolak.<br />

Sebut saja Considerations on the Causes of the Grandeur and Decadence of the Ro-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


BUKU<br />

mans (1882) yang ditulis Montesquieu, The Indonesian Killings of 1965-1966:<br />

Studies from Java and Bali (1990) oleh Robert Cribb, dan Radicalism After<br />

Communism in Two Southeast Asian Countries (1990) oleh Ben Anderson.<br />

lll<br />

Soesilo Toer adalah adik keenam Pramoedya Ananta Toer. Ia punya ambisi<br />

untuk bisa menyaingi sang kakak dalam berkarya maupun hal lainnya<br />

selama menjalani kehidupan ini. Pram dalam Kelambu adalah karya kedua<br />

dari lima yang disiapkannya untuk menyaingi Pram. Pada 2013, ia menerbitkan<br />

Pram dari Dalam, sedangkan buku lainnya berjudul Pram dalam Bubu,<br />

Pram dalam Belenggu, dan Pram dalam Tungku.<br />

“Ketiganya akan diterbitkan tahun ini,” kata dia saat peluncuran Pram<br />

dalam Kelambu di Perpustakaan Pramoedya Ananta Toer Anak Semua<br />

Bangsa (Pataba), Blora, Sabtu (7/2) malam. Acara itu menandai 90 tahun<br />

kelahiran Pramoedya, yang wafat di Jakarta pada 30 April 2006.<br />

“Pram menulis makin bagus ketika dia ditahan, karena di luar dia tak bisa<br />

konsentrasi menulis. Dan kalau Orde Baru lebih kejam lagi, mungkin Pram<br />

akan menulis lebih bagus lagi,” tutur Soesilo disambut tawa hadirin. n<br />

SILVIA GALIKANO | SUDRAJAT<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

MUSIK<br />

SI MUDA BERSIASAT<br />

MUSIKUS JAZZ MENDAPAT TANTANGAN ZAMAN YANG TAK RINGAN. DARI MEMBUAT<br />

MUSIK BAGUS, MENJUAL KARYA, HINGGA MEMAHAMI NAIK-TURUN PASAR, JADI<br />

SATU PAKET TAK TERPISAHKAN.<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

MUSIK<br />

MUSIKUS mesti<br />

sadar, memilih<br />

jazz artinya tak<br />

akan “seingar-bingar”<br />

musik lain.<br />

Mentalitas pun<br />

disetel ulang,<br />

tak bisa lagi<br />

cuma sampai launching dan selebihnya menyerahkan<br />

pada pasar. Alhasil, ketika album<br />

jeblok, label disalahkan.<br />

Strategi pun harus matang dan terus bergerak,<br />

bukan hanya bermodal pasang video di<br />

YouTube tanpa tahu metadata. Pasalnya, yang<br />

dijadikan patokan dari YouTube bukanlah<br />

berapa banyak viewer-nya, melainkan berapa<br />

banyak orang bertahan menonton video itu<br />

sampai selesai.<br />

Strategi berjualan jadi bahasan penting<br />

dalam “Diskusi Musik Jazz dan Anak Muda”<br />

di Serambi Salihara, Jakarta Selatan, Rabu,<br />

11 Februari 2015. Musikus adalah sekaligus<br />

tenaga pemasaran bagi karya-karyanya. Diskusi<br />

tersebut menghadirkan dua narasumber:<br />

Adib Hidayat, redaktur majalah Rolling Stone<br />

Indonesia, dan Aldo Sianturi, konsultan bisnis<br />

musik dan manajer Believe Digital.<br />

Acara ini merupakan pemanasan bagi “Salihara<br />

Jazz Buzz: Yang Muda Yang Ngejazz” di<br />

Teater Salihara tiap Sabtu-Minggu sepanjang<br />

Februari 2015, yang menghadirkan musikusmusikus<br />

muda jazz Indonesia, seperti Dion<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

MUSIK<br />

Subiakto, Jessi Mates & Ricad Hutapea, serta Andy Gomez.<br />

Musikus muda diharapkan punya paradigma baru dan segar<br />

yang memanfaatkan teknologi secara maksimal untuk menjual<br />

karya-karyanya. Menurut Aldo, iTunes belum dimanfaatkan<br />

maksimal. Terbukti, yang ada hanya Indra Lesmana dan Oddie<br />

Agam, sedangkan nama-nama besar lain tidak ada, termasuk<br />

Jack dan Mien Lesmana, yang notabene orang tua Indra.<br />

Penjualan album musik secara fisik, dalam hal ini CD, masih<br />

tetap diperhitungkan walau penjualan secara digital marak.<br />

Musikus harus berproduksi, membuat album, agar ada rekam<br />

jejak. Sebaliknya, masyarakat membeli album, bukan hanya<br />

menikmati lewat “ketengan” single.<br />

“Ketika rekam jejak musikus hilang, tak ada cara memperpanjang<br />

komunikasi dengan musikus tersebut dan kita kehilangan<br />

mata rantai serta orang yang menjaga gugusan itu,” kata Aldo.<br />

Dia memberi contoh remaja sekarang tak tahu siapa Jack Lesmana,<br />

apatah lagi Miles Davis atau Wynton Marsalis. Itu sebabnya,<br />

jazz sebaiknya diperdengarkan di tiap rumah karena Jack<br />

Lesmana itu untuk didengar supaya tahu bagaimana rohnya,<br />

bukan hanya dibaca.<br />

Membuat sebuah produksi selalu diikuti pertanyaan akan berapa<br />

banyak lakunya? Selama ini pertanyaan itulah yang membuat<br />

jiper musikus jazz. Namun sekarang, menurut Aldo, ekspektasi<br />

berapa lakunya album bisa diatur, cover album bahkan bisa dibikin<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

MUSIK<br />

dari kertas koran untuk menekan ongkos.<br />

Tinggal lihat lingkaran terdekat si musikus,<br />

apakah mereka mau beli CD tersebut? Kalau<br />

lingkaran terdekat saja tak mau membeli,<br />

jangan berharap banyak pada lingkaran yang<br />

lebih besar.<br />

Setelah album selesai, musikus harus membuka<br />

dan menciptakan sendiri jalur distribusi,<br />

seperti melalui perusahaan kurir atau convenient<br />

store, dan tidak harus masuk restoran<br />

cepat saji karena ini bukan produksi massal.<br />

Banyaknya musik dan musikus non-jazz<br />

yang tampil di festival-festival jazz, ujar Adib,<br />

adalah contoh pemasaran yang sudah lama dipraktekkan.<br />

Slayer yang beraliran metal tampil<br />

di Montreux Jazz Festival 2002 atau Foo Fighters<br />

main di New Orleans Jazz Festival 2014<br />

atau Sheila on 7 di JavaJazz Festival 2015.<br />

Siasat ini untuk menyedot penonton nonjazz<br />

datang ke acara jazz. Jika yang dimainkan<br />

hanya jazz totok, tingkat konsumsinya tak<br />

akan sebanyak jika ada nama-nama populer<br />

lain di luar jazz.<br />

Adib menyebut juga tentang saling menyeberang<br />

genre yang terjadi ketika musikus jazz<br />

berhadapan dengan industri. Musik-musik<br />

Maliq & D’essentials, misalnya, yang semula<br />

kental unsur jazz makin lama makin pop<br />

karena ingin memberi pembelajaran bahwa<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

MUSIK<br />

tak semua jazz harus seperti itu. Andien juga<br />

masuk ke aliran lain dengan alasan tak mau<br />

hanya dianggap sebagai penyanyi jazz.<br />

Fenomena tersebut ditentang Aldo, yang<br />

berpendapat musikus seharusnya konsisten<br />

sejak “ijab-kabul” memilih jazz, tak peduli alasan<br />

pasar, karena pengaruhnya ke katalogisasi.<br />

DNA jazz harus ada, itu syarat bisa diperdengarkan<br />

di luar negeri. Dari DNA jazz bisa<br />

dinilai apakah d’Masiv yang mengisi JavaJazz<br />

2013, misalnya, termasuk jazz atau tidak.<br />

Begitu masuk bisnis, saat itu juga musikus<br />

harus mengontrol ekspektasi, bahwa tiap<br />

musik punya jodoh masing-masing. Tahu kapan<br />

“kenyang”, karena akan berpengaruh pada<br />

kualitas. Tak bisa menargetkan dalam sekian<br />

tahun harus ada sekian produksi karena musik<br />

tak bisa dipaksakan. “Musikus yang tiap tahun<br />

bikin album biasanya tak lama akan kolaps<br />

karena sulit menjaga kualitas,” ujar Aldo.<br />

Cara lain adalah bersiasat di luar musik, yakni<br />

sudah saatnya musikus menganggap dan<br />

menggarap serius merchandise, seperti kaus,<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

MUSIK<br />

mug, jaket, atau topi. Adib memberi contoh<br />

ada sebuah band indie di Salatiga, Jawa Tengah,<br />

yang tak dikenal di Jakarta; manggung<br />

hanya sebu lan sekali; ternyata punya lebih<br />

dari 4.000 follower serta punya toko yang<br />

menjual merchandise dan album-album band<br />

indie lain. Sehingga praktis penjualan merchandise-lah<br />

yang menghidupi mereka.<br />

Di tataran band yang sudah dikenal luas,<br />

Noah punya cara cerdik, yakni membuka distribusi<br />

merchandise di tiap daerah dengan<br />

melibatkan penggemar. Sheila on 7 tiap pekan<br />

mengeluarkan desain baru kaus.<br />

Bandingkan dengan merchandise Slank,<br />

yang hanya ditaruh di Potlot. Penyanyi lain<br />

malah sama sekali tak berminat membuat<br />

merchandise, printilan recehan yang cuma<br />

merepotkan. Dia tak tahu, ada band indie yang<br />

dapat untung Rp 200 juta sebulan, dari kaus<br />

saja. Ya, zaman sudah beda, Masbro! ■<br />

SILVIA GALIKANO<br />

MAJALAH DETIK 16 -- 22 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

FLAMBOYAN<br />

INGGRIS<br />

PALING<br />

GRES<br />

PENYELIDIKAN ATAS<br />

TEWASNYA SEORANG AGEN<br />

MATA-MATA SAMPAI PADA<br />

MILIUNER EKSENTRIK BIDANG<br />

TELEKOMUNIKASI. APA<br />

TUJUANNYA?<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Judul:<br />

Kingsman: The Secret Service<br />

Genre:<br />

Action | Adventure | Comedy<br />

Sutradara: Matthew Vaughn<br />

Tap untuk melihat Video<br />

Skenario:<br />

Jane Goldman, Matthew<br />

Vaughn<br />

Produksi:<br />

20th Century Fox<br />

Pemain:<br />

Colin Firth, Taron Egerton,<br />

Samuel L. Jackson<br />

Durasi:<br />

1 jam 40 menit<br />

SEBUAH misi rahasia gagal di Timur<br />

Tengah pada akhir 1997. Unwin, seorang<br />

Lancelot (sebutan bagi agen<br />

mata-mata Kingsman), tewas demi<br />

melindungi rekan-rekannya sesama Lancelot,<br />

termasuk Harry Hart (Colin Firth).<br />

Sejak itu Harry merasa berutang nyawa kepada<br />

Unwin. Dia menyerahkan medali Kingsman<br />

kepada istri Unwin, Michelle (Samantha<br />

Womack), dan anak mereka yang masih<br />

kanak-kanak, Eggsy. Di balik medali terdapat<br />

nomor telepon berikut kode yang dapat me-<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK 23 DETIK - 293 DESEMBER MAJALAH - 9 MARET DETIK 2013 2014<br />

16 - 22 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

reka hubungi kapan pun butuh bantuan.<br />

Adegan melompat ke 17 tahun kemudian.<br />

Michelle kini lusuh dan punya suami baru, kepala<br />

preman kampung yang sering menyiksa<br />

istri, sedangkan Eggsy (Taron Egerton) jadi<br />

pemuda bandel yang bergaul dengan geng<br />

punk.<br />

Setelah “bersenang-senang” di bar, Eggsy<br />

dan kawan-kawan membawa lari mobil kelompok<br />

pesaing mereka. Polisi berhasil mengejar<br />

dan Eggsy ditangkap. Dia terancam hukuman<br />

penjara 8 tahun.<br />

Dalam kondisi ini, Eggsy ingat pada medali<br />

yang dulu diberikan rekan mendiang ayahnya.<br />

Setelah menelepon dan menyebutkan kode,<br />

ajaib, polisi membebaskannya.<br />

Di luar kantor polisi sudah menunggu Harry<br />

dengan data lengkap di kepala tentang Eggsy,<br />

termasuk catatan kriminalnya. Harry menawari<br />

pemuda itu ikut pelatihan mata-mata<br />

Kingsman karena dia melihat bakat pada diri<br />

Eggsy. Eggsy langsung setuju karena tak perlu<br />

lagi tinggal serumah dengan ayah tiri dan,<br />

yang terpenting, dibayar mahal.<br />

Markas Kingsman diakses lewat rumah jahit<br />

di Savile Row yang terkenal di London. Ini tak<br />

lepas dari sejarah Kingsman, yang berawal<br />

dari kumpulan penjahit kelas atas London<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Tak berlebihan jika<br />

Kingsman disebut<br />

puncak karya Vaughn<br />

dengan akting magnetik<br />

serta adegan-adegan<br />

action berdaya ledak<br />

tinggi.<br />

pada abad ke-19. Setelah banyak dari mereka<br />

meninggal tanpa punya ahli waris, uangnya<br />

digunakan untuk operasi matamata<br />

independen, tak terikat pada<br />

negara mana pun.<br />

Eggsy dilibatkan dalam misi<br />

terbaru Kingsman setelah seorang<br />

agen ditemukan tewas terbelah<br />

vertikal dalam sebuah misi. Pada<br />

saat bersamaan, seorang profesor<br />

hilang misterius, menyusul kemudian<br />

Putri Mahkota Swedia juga<br />

hilang.<br />

Penyelidikan Harry membawanya<br />

pada seorang mogul dunia telekomunikasi,<br />

miliuner yang kerap<br />

berpidato tentang pemanasan global, Richmond<br />

Valentine (Samuel L. Jackson). Orang<br />

kepercayaan Richmond adalah Gazelle (Sofia<br />

Boutella, penari Aljazair) yang mahir bela diri<br />

dan kaki palsunya dapat mengeluarkan pisau.<br />

Dari buku komik Kingsman: The Secret Service<br />

karya Mark Millar dan Dave Gibbons, tim<br />

penulisan naskah Kickass, yakni Vaughn dan<br />

Jane Goldman, mengangkatnya ke layar lebar.<br />

Keduanya menggunakan formula vodka martini<br />

dengan tambahan adrenalin, lalu di-shaked,<br />

bukan diaduk. Plotnya terkadang terbang<br />

liar, tapi di saat bersamaan banyak hiburan<br />

melihat gadget ajaib.<br />

Sutradara Matthew Vaughn (Stardust, X-<br />

Men First Class) mengemasnya dalam actionthriller<br />

keras, brutal, penuh gaya, flamboyan,<br />

dan punya pesona visual. Tak berlebihan<br />

jika Kingsman disebut puncak karya Vaughn<br />

dengan akting magnetik serta adegan-adegan<br />

action berdaya ledak tinggi.<br />

Genrenya mata-mata Inggris. Selama puluhan<br />

tahun kita punya James Bond berikut para<br />

imitasinya, tapi tak pernah ada yang benar-<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

benar satu paket bagusnya.<br />

Pemilihan pemain Kingsman terbilang<br />

sempurna. Colin Firth, yang pastinya sangat<br />

familiar dengan karakter pria Inggris, menyuguhkan<br />

adegan tarung spektakuler. Keras<br />

tapi, itu tadi, penuh gaya dan ciri Inggrisnya<br />

tak boleh hilang, seperti pernah dikatakan<br />

Harry, “Sopan santun menjadikan seseorang<br />

itu pria.”<br />

Petualangan Taron Egerton sebagai Eggsy<br />

pun fantastis, berawal dari pemuda kere yang<br />

sinis hingga kemudian ditemukan bakatnya<br />

yang lain, lalu berubah jadi jagoan.<br />

Penampilan terbaik datang dari sang legenda<br />

hidup Samuel L. Jackson sebagai Richmond<br />

Valentine. Villain karikatur yang punya ciri<br />

khas pengucapan “S” tak sempurna (lisping)<br />

ini berhasil merebut momen-momen penting<br />

film ini. Valentine akan jadi salah satu karakter<br />

paling dikenang yang pernah ditaklukkan Jackson.<br />

Vaughn memberi banyak sentuhan menarik<br />

lewat karakter Putri Mahkota Swedia, ilmuwan<br />

yang diculik, dan omongan tajam tentang mata-mata<br />

antara Harry dan Valentine. Gongnya<br />

adalah adegan makan malam yang disajikan<br />

dalam peranti perak dan layanan berkelas, padahal<br />

di dalamnya cuma burger dan kentang<br />

MacDonald’s. Ya, happy… meal!<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Walau sejumlah adegan kekerasannya bisa<br />

membuat kecewa penggemar genre matamata<br />

klasik, tapi patut diingat, action film ini<br />

menekankan pada keahlian dan kemahiran.<br />

Lagi pula, Kingsman adalah film mata-mata<br />

generasi sekarang, bukan generasi bapak kita.<br />

Jadi hati-hati, kini Bond punya pesaing. ■<br />

SILVIA GALIKANO<br />

MAJALAH DETIK DETIK 22 16 - 28 - 22 SEPTEMBER FEBRUARI 2014<br />

2015


FILM PEKAN INI<br />

UPITER Jones (Mila Kunis) bukanlah siapa-siapa.<br />

Pekerjaannya sebagai pembersih toilet. Namun<br />

semua itu berubah saat Jupiter bertemu dengan Caine<br />

(Channing Tatum), seorang tentara dari planet lain.<br />

Jupiter ternyata sosok penting di alam semesta.<br />

Dialah calon ratu dari seluruh planet yang ada di alam semesta. Tapi<br />

jalan Jupiter menjadi ratu tidaklah mudah saat pemimpin galaksi<br />

yang sedang berkuasa menginginkan Jupiter mati.<br />

JENIS FILM: ACTION,<br />

ADVENTURE, FANTASY<br />

| PRODUSER: GRANT HILL,<br />

ANDY WACHOWSKI, LANA<br />

WACHOWSKI | PRODUKSI:<br />

WARNER BROS. PICTURES |<br />

SUTRADARA: ANDY WACHOWSKI,<br />

LANA WACHOWSKI |<br />

DURASI: 126 MENIT<br />

AWAIZAADA diangkat dari kisah hidup<br />

ilmuwan India, Shivkar Bapuji Talpade, yang<br />

berhasil membangun pesawat terbang<br />

pertama di India. Film ini mengisahkan<br />

perjuangan dan penderitaan Shivkar dalam<br />

menciptakan karyanya itu.<br />

JENIS FILM: BIOGRAFI, DRAMA |<br />

PRODUSER: RAJESH BANGA, VISHAL<br />

GURNANI | PRODUKSI: RELIANCE<br />

ENTERTAINMENT | SUTRADARA:<br />

VIBHU PURI<br />

LAIRE Peterson (Jennifer<br />

Lopez) adalah guru SMA<br />

yang tengah menghadapi<br />

proses perceraian dengan<br />

suaminya. Claire, yang tinggal<br />

bersama anaknya, Kevin (Ian Nelson), berkenalan<br />

dengan Noah (Ryan Guzman), pemuda tampan<br />

yang baru pindah ke sebelah rumahnya.<br />

Tanpa disadari Claire, Noah, yang seusia dengan<br />

Kevin, mulai mendekatinya dan keduanya<br />

terlibat hubungan asmara. Sadar telah membuat<br />

kesalahan, Claire memutuskan untuk mengakhiri<br />

hubungan dengan Noah. Noah, yang tidak terima<br />

dengan keputusan Claire, akhirnya mulai merusak<br />

kehidupan Claire.<br />

JENIS FILM: THRILLER | PRODUSER: JOHN JACOBS,<br />

JASON BLUM, JENNIFER LOPEZ | PRODUKSI:<br />

UNIVERSAL PICTURES | SUTRADARA: ROB COHEN<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


AL GHAZALI<br />

BETAH<br />

DI ITALIA<br />

Tap judul untuk<br />

baca artikel<br />

RAYMOND SAPOEN<br />

CAPRES<br />

BANYUMAS<br />

SONG JI-HYO<br />

TEMBUS<br />

NEW<br />

YORK<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


PEOPLE<br />

AL GHAZALI<br />

BETAH DI ITALIA<br />

W<br />

AKTU tiga minggu<br />

sudah bisa membuat<br />

Al Ghazali jatuh cinta<br />

pada Italia. Anak pertama<br />

musikus Ahmad Dhani ini bahkan<br />

masih penasaran dengan negara sepak<br />

bola itu.<br />

Remaja yang akrab disapa Al ini bertandang<br />

ke Italia dalam rangka syuting film<br />

terbarunya, LDR. Beberapa kota, seperti<br />

Venezia, Roma, dan Verona, dijelajahinya.<br />

“Sulit berkomunikasi di sini, tapi kurang<br />

lama di sana, jadi masih penasaran,”<br />

ujarnya. Al terpaksa kembali ke Jakarta<br />

lebih dulu dibanding pemain dan kru film<br />

karena ada job yang menunggunya.<br />

Di sela-sela syuting, Al menyempatkan<br />

diri menonton pertandingan sepak bola<br />

antara Inter Milan dan Sampdoria. Artis<br />

kelahiran 1 September 1997 ini juga sempat<br />

mengunjungi Colosseum di Roma.<br />

Dalam film bertema cinta garapan<br />

Maxima Pictures itu, Al berperan sebagai<br />

Paul, adik Demas, yang diperankan oleh<br />

Verrell Bramasta. Sang ayah, Ahmad<br />

Dhani, dikabarkan akan tampil pula di<br />

film LDR. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

FOTO : ANTARA/TERESIA MAY<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


PEOPLE<br />

RAYMOND SAPOEN<br />

CAPRES BANYUMAS<br />

SEORANG keturunan Jawa<br />

mungkin akan menjadi orang<br />

nomor satu di Suriname. Dialah<br />

Raymond Sapoen, yang<br />

kini menjadi kandidat Presiden Suriname.<br />

Mantan Menteri Perdagangan dan<br />

Industri Suriname ini menyebut Desa<br />

Kanding sebagai kampung halaman kakek<br />

buyutnya. “Jadi saya generasi ketiga,”<br />

ujarnya.<br />

Raymond menduga, sebelum era kemerdekaan,<br />

kaket buyutnya dikirim pemerintah<br />

kolonial Belanda ke Suriname.<br />

Nama sang kakek ditemukan pada situs<br />

Arsip Nasional Belanda, BBC.<br />

Sapoen ada dalam daftar warga Hindia<br />

Belanda yang diberangkatkan ke Paramaribo<br />

pada 30 Juni 1928. Kakek buyutnya<br />

diberangkatkan menggunakan kapal<br />

bernama Merauke II.<br />

Raymond mengaku belum tahu banyak<br />

mengenai asal-usulnya, yang disebut keturunan<br />

warga Banyumas. Meski begitu,<br />

Raymond masih fasih berbahasa Jawa.<br />

“Aku ra ngerti, yo. Arepe ngerti tenan<br />

aku (Saya tidak tahu, ya. Saya benar-benar<br />

ingin tahu),” katanya.<br />

Dalam bahasa Jawa juga dia mengatakan<br />

sangat ingin pergi ke Banyumas tapi<br />

tidak tahu apakah dirinya masih memiliki<br />

saudara di sana atau tidak.<br />

“Aku perlu di-onderzoek, kudu research,<br />

aku ra ngerti. Menowo yo aku iso diguyubi<br />

nang kono. Ora nduweni sedulur-sedulur<br />

(Saya perlu cari tahu dulu, Saya tidak<br />

tahu. Semoga saya bisa disambut baik<br />

di sana. Tidak ada saudara-saudara).” ujar<br />

Raymond dalam campuran bahasa Jawa<br />

dan Inggris.<br />

Saat ini Raymond merupakan kader<br />

partai oposisi, Partai Pertjaja Luhur.<br />

Hari-harinya kini disibukkan dengan<br />

berkampanye untuk pemilihan presiden<br />

Suriname pada 25 Mei mendatang. n<br />

MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

FOTO : WWW.DBSURINAME.COM<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


PEOPLE<br />

SONG JI-HYO<br />

TEMBUS NEW YORK<br />

BERKAT peran sebagai Oh Jin<br />

Hee, dokter magang di Emergency<br />

Couple, aktris Korea<br />

Selatan, Song Ji-hyo, berhasil<br />

menembus New York. Dia merebut<br />

trofi aktris terbaik The 3 rd DramaFever<br />

Awards.<br />

Kabar baik itu disampaikan langsung<br />

oleh agensi Ji-hyo, C-JeS Entertainment.<br />

Salah satu member variety show Running<br />

Man ini menyabet dua piala sekaligus<br />

dari dua kategori yang berbeda.<br />

Piala pertama untuk kategori Best<br />

Actress Award, sementara Emergency<br />

Couple menang dalam kategori Drama<br />

Korea Terbaik.<br />

DramaFever Awards merupakan acara<br />

penganugerahan penghargaan yang<br />

diselenggarakan oleh website streaming<br />

drama Korea, DramaFever.<br />

Website ini dikunjungi 22 juta netizen<br />

setiap bulan dari Amerika Utara dan<br />

Selatan. Sedangkan pemenang dalam<br />

13 kategori penghargaan dipilih berdasarkan<br />

voting online dari 1,5 juta netizen<br />

yang telah berpartisipasi.<br />

Ji-hyo langsung merespons kabar<br />

kemenangannya dengan mengucapkan<br />

kata-kata terima kasih kepada para<br />

penggemarnya lewat video yang dirilis<br />

eksklusif DramaFever.<br />

Ji-hyo tampak semringah dengan dandanan<br />

natural sambil mengangkat piala<br />

berbentuk kobaran api. n<br />

MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

FOTO : CHUNG SUNG-JUN/GETTY IMAGES<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


AGENDA<br />

KONSER LANGGAM JAWA<br />

& KERONCONG<br />

Indra Utami Tamsir, “Langgam<br />

untuk Dunia”<br />

18 FEBRUARI 2015, PUKUL 20.00<br />

WIB<br />

Gedung Kesenian Jakarta<br />

HI 5 HOUSE HITS TOUR 2015<br />

18 FEBRUARI 2015, PUKUL 18.00 WIB<br />

Skenoo Exhibition Hall, Gandaria City Mall 3rd Floor, Jakarta<br />

Promotor: Sorak Gemilang Persada<br />

CONCERT: FROM<br />

ADHITIA SOFYAN<br />

WITH LOVE<br />

JUMAT, 20 FEBRUARI<br />

2015, PUKUL 19.00<br />

WIB<br />

@america, Pacific<br />

Place Mall lantai 3,<br />

Jakarta<br />

DUNIA DAWAI NAN EKSOTIS<br />

Oleh Svarabuana & Nanfeng Nusantara<br />

SABTU, 21 FEBRUARI 2015, PUKUL 15.00 WIB<br />

Galeri Indonesia Kaya, Jakarta<br />

LALA LAND<br />

21 FEBRUARI 2015, PUKUL 10.00 WIB<br />

Hall D, Senayan, Jakarta<br />

Promotor: GPTN-Komunitas Gerakan Pesta Tanpa Narkoba<br />

PENTAS TEATER GANDRIK YOGYAKARTA<br />

“TANGIS”<br />

Berdasarkan dua naskah asli Heru Kesawa Murti (Tangis<br />

dan Juragan Bakso)<br />

JUMAT-SABTU, 20-21 FEBRUARI 2015, PUKUL 20.00<br />

WIB<br />

HTM: Rp 500.000 | Rp 300.000 | Rp 200.000 | Rp<br />

100.000<br />

Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki<br />

PERGELARAN<br />

LEGONG SAM-<br />

PEK ENGTAY<br />

Bengkel Tari Ayu<br />

Bulan<br />

MINGGU, 22 FEB-<br />

RUARI 2015, PUKUL<br />

15.00 WIB<br />

Galeri Indonesia<br />

Kaya, Jakarta<br />

MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015


Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />

Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />

Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!