You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
DUEL POLISI VS TENTARA<br />
PROTON:<br />
MOBNAS ATAU<br />
BUKAN<br />
WASWAS<br />
KOMJEN<br />
BUWAS<br />
EDISI 168 | 16 - 22 FEBRUARI 2015
DAFTAR ISI<br />
EDISI 168 16 - 22 FEBRUARI 2015<br />
TAP PADA KONTEN UNTUK MEMBACA ARTIKEL<br />
FOKUS<br />
KOMJEN BUWAS<br />
BIKIN CEMAS<br />
KEPALA BARESKRIM KOMJEN BUDI<br />
WASESO, YANG MEMERINTAHKAN<br />
PENYELIDIKAN TERHADAP<br />
PIMPINAN KPK, MALAH MASUK<br />
DAFTAR CALON KAPOLRI.<br />
TERBELIT BANYAK MASALAH, TAPI<br />
KARIERNYA TETAP MULUS.<br />
NASIONAL<br />
CRIME STORY<br />
n TEROR DI KOMISI ANTIRASUAH<br />
n ‘TURUN GUNUNG’ UNTUK ZULKIFLI<br />
INTERNASIONAL<br />
n PRIA NECIS ITU TERNYATA BEGAL<br />
HUKUM<br />
n SALING TUDING DI BENGKEL CAFE<br />
EKONOMI<br />
n PUKULAN TERAKHIR UNTUK ANWAR<br />
n PRAJURIT ASING DI PERANG UKRAINA<br />
n RAWABI JADI SANDERA NEGERI YAHUDI<br />
INTERVIEW<br />
n TONY KWOK: KPK TERBAIK KETIGA DI ASIA<br />
KOLOM<br />
n JALAN TENGAH JOKOWI<br />
RUMAH<br />
n MUNGIL RASA BESAR<br />
INSPIRING PEOPLE<br />
n PROGRAM MENIRU PROTON<br />
n BUKAN TIMOR JILID II<br />
n NGEBUT DIBAWA MAHATHIR<br />
n KISAH DUA MOBIL NASIONAL<br />
BISNIS<br />
n MAL TUA BERSALIN RUPA<br />
n MIMPI PUNYA BANK RAKSASA<br />
BUKU<br />
n SALAH JUDUL DALAM PRAM<br />
LENSA<br />
n TUKANG SULAP HUTAN MEGAMENDUNG<br />
MUSIK<br />
n BANJIR JAKARTA<br />
PEOPLE<br />
n SI MUDA BERSIASAT<br />
FILM<br />
n AL GHAZALI | RAYMOND SAPOEN | SONG JI-HYO<br />
GAYA HIDUP<br />
n FLAMBOYAN INGGRIS PALING GRES<br />
n FILM PEKAN INI<br />
n AGENDA<br />
Cover:<br />
Ilustrasi: Kiagus Auliansyah<br />
@majalah_detik<br />
majalah detik<br />
n SI LUCU PENCABUT NYAWA<br />
n BERBURU MASJID DI MANILA<br />
n HOTEL TANPA KAMAR<br />
Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />
Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo<br />
Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M<br />
Rizal, Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar<br />
Rifai, Jaffry Prabu Prakoso, Ibad Durohman, Aditya Mardiastuti. Bahasa: Habib Rifa’i,<br />
Rahmayoga Wedar. Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo. Product<br />
Management & IT: Sena Achari, Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus,<br />
Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim,<br />
Luthfy Syahban. Illustrator: Kiagus Aulianshah, Edi Wahyono.<br />
Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />
Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />
appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />
No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />
Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.
LENSA<br />
BANJIR JAKARTA<br />
TAP UNTUK MELIHAT FOTO UKURAN BESAR<br />
Hujan deras pada Senin (9/2) membuat sebagian wilayah Ibu Kota Jakarta banjir. Jalur utama, seperti di depan Istana Negara dan jalan<br />
protokol, tak luput dari luapan air hujan.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
LENSA<br />
Banjir menyisakan satu lajur di depan Mal Sarinah, Jalan Thamrin, Jakarta. (Rachman Haryanto/DETIKCOM)
LENSA<br />
Sopir bajaj mendorong kendaraannya yang mogok akibat terjebak banjir di Jalan Medan Merdeka Utara. (Darren Whiteside/REUTERS)
LENSA<br />
Petugas Satpol PP membantu mendorong pengendara sepeda motor yang mogok di depan Istana Negara, Jakarta. (Rachman Haryanto/<br />
DETIKCOM)
LENSA<br />
Sebuah Andong melintasi banjir di Kelapa Gading, Jakarta Utara. (Darren Whiteside/REUTERS)
LENSA<br />
Banjir merendam jalan di bundaran Bank Indonesia, Jakarta. (Zabur Karuru/ANTARAFOTO)
LENSA<br />
Menggunakan gerobak, warga memberikan jasa mengangkut sepeda motor di Jalan S. Parman, Jakarta. (Lamhot Aritonang/DETIKCOM)
NASIONAL<br />
TEROR DI KOMISI ANTIRASUAH<br />
PRESIDEN MEMERINTAHKAN POLRI MENANGKAP PENEBAR TEROR TERHADAP PEGAWAI<br />
DAN PENYIDIK KPK. KOMNAS HAM MENGGELAR PENYELIDIKAN.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Anggota Tim 9, Jimly<br />
Asshiddiqie, menjawab<br />
pertanyaan wartawan<br />
setelah bertemu dengan<br />
KPK, Jumat (13/2).<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
SEORANG penyidik Komisi Pemberantasan<br />
Korupsi curhat kepada Tim<br />
9 yang menyambangi gedung KPK,<br />
Jakarta, Rabu pekan lalu. Penyidik itu<br />
mengaku diminta oleh pihak tertentu untuk<br />
bersaksi dalam sidang praperadilan Komisaris<br />
Jenderal Budi Gunawan. Di hadapan tim yang<br />
dibentuk Presiden Joko Widodo untuk memberi<br />
masukan terkait perseteruan KPK dengan<br />
Kepolisian RI tersebut, ia juga mengaku ditekan.<br />
Namun penyidik ini tak ingin menyampaikan<br />
hal-hal yang diketahuinya sebagai saksi untuk<br />
Budi Gunawan. Sebab, de ngan begitu, ia harus<br />
mundur dari komisi antikorupsi tersebut.<br />
Keterangannya bisa jadi akan digunakan untuk<br />
memberatkan KPK, tempatnya bertugas saat<br />
ini. Karena itu, di menit-menit terakhir, penyidik<br />
yang berasal dari sebuah instansi penegak hukum<br />
itu akhirnya menolak permintaan untuk<br />
bersaksi di pengadilan.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Bambang Widjojanto,<br />
Nurkholis<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
Saat ditemui Tim 9, ia<br />
didampingi seluruh pimpinan<br />
komisi antirasuah<br />
itu, yakni Ketua KPK<br />
Abraham Samad serta<br />
Wakil Ketua Bambang<br />
Widjojanto, Zulkarnain,<br />
dan Adnan Pandu Praja.<br />
Sedangkan dari Tim 9,<br />
hadir Jimly Asshiddiqie,<br />
Tumpak Hatorangan<br />
Panggabean, Bambang<br />
Widodo Umar, Hikmahanto<br />
Juwana, dan Imam<br />
Prasodjo.<br />
Tim yang diketuai<br />
Ahmad Syafii Maarif itu<br />
juga mendapat cerita soal adanya ancaman<br />
teror yang dialami KPK. Ancaman juga dialami<br />
staf dan pegawai struktural di KPK, bahkan<br />
melebar hingga ke keluarga mereka. “Ancaman<br />
ini sangat serius,” kata Bambang Widjojanto.<br />
Ancaman itu berupa telepon dan pesan<br />
singkat gelap hingga ancaman pembunuhan.<br />
Bambang menilai ancaman tersebut bersifat<br />
nasional, karena bisa mengganggu seluruh<br />
upaya pemberantasan korupsi yang semestinya<br />
bisa dilakukan optimal oleh KPK. Meski<br />
hal serupa sering dialami KPK, ancaman kali<br />
ini, menurut dia, merupakan sebuah rangkaian<br />
proses yang sistematis.<br />
“Kalau di satu negara demokratis ada orangorang<br />
yang bertindak di luar aturan dan mengambil<br />
tindakan teror, itu tidak bisa dibenarkan,”<br />
tuturnya.<br />
KPK memang tak tinggal diam. Ancaman ini<br />
telah diinformasikan kepada Wakil Kepala Kepolisian<br />
RI Komjen Badrodin Haiti. Adnan Pandu<br />
Praja dan Zulkarnain telah menemui Badrodin.<br />
Menurut Bambang, pimpinan Polri serius menanggapi<br />
informasi itu dan akan mengambil<br />
langkah tepat dan tegas. “Alhamdulillah, kami<br />
mendapat jaminan dan kami percaya atas jaminan<br />
yang diberikan Wakapolri,” ucapnya.<br />
Bambang juga menyebut adanya panggilanpanggilan<br />
terhadap pegawai struktural KPK,<br />
yang disebutnya berasal dari penyidik Badan<br />
Reserse Kriminal Polri. Namun, menurut dia,<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Polri tidak<br />
pernah melakukan<br />
tindakan yang<br />
membahayakan<br />
institusi lain.<br />
Ronny F. Sompie<br />
Wakapolri tidak mengetahui soal panggilan<br />
tersebut.<br />
Komisi Nasional Hak Asasi Manusia juga<br />
menggelar penyelidikan atas dugaan intimidasi<br />
dan teror yang dialami KPK setelah mendapat<br />
laporan. Namun komisi itu belum bisa menyimpulkan<br />
kebenarannya dan akan menyikapinya<br />
secara hati-hati. “Semua harus didasarkan<br />
fakta dan keterangan saksi,” kata komisioner<br />
Komnas HAM, Nurcholis, Kamis, 12 Februari<br />
lalu.<br />
Adanya ancaman dan teror terhadap KPK<br />
itu diakui Badrodin dapat mengganggu<br />
hubungan antara KPK dan Polri. Sebab,<br />
bisa saja ada pihak lain yang memanfaatkan<br />
situasi. “Bisa saja yang menghendaki<br />
(perseteruan KPK-Polri) ini<br />
tidak selesai-selesai. Mungkin para<br />
koruptor,” ujarnya di Markas Besar<br />
Polri, Kamis pekan lalu.<br />
Secara terpisah, Kepala Divisi Humas<br />
Markas Besar Polri Brigadir Jenderal Ronny<br />
F. Sompie meminta agar Polri tidak dituding<br />
sebagai penebar ancaman atau teror terhadap<br />
KPK. Apalagi dengan mengaitkan hubungan<br />
kedua instansi itu. “Jangan difitnah Polri itu<br />
melakukan penggeledahan, te ror,” tuturnya.<br />
“Polri tidak pernah melakukan tindakan yang<br />
membahayakan institusi lain.”<br />
Harapan senada dilontarkan anggota Komisi<br />
Kepolisian Nasional, M. Nasser. Ia meminta<br />
semua pihak, termasuk KPK, menghindari<br />
pembentukan opini publik untuk berprasangka<br />
kepada Polri. Kompolnas meminta KPK melaporkan<br />
soal ancaman teror itu kepada Kepolisian<br />
Daerah Metro Jaya.<br />
“Karena, polisi yang tahu bagaimana mengatasi<br />
teror, dan ancaman itu bisa diselesaikan<br />
dengan cepat,” ucapnya.<br />
Sebelum ancaman teror dialami penyidik dan<br />
pegawai struktural di KPK, lembaga itu mengalami<br />
“serangan” beruntun. Seluruh pimpinan<br />
KPK, yang saat ini berjumlah empat orang,<br />
telah dilaporkan ke polisi dengan beragam<br />
tuduhan. Bambang Widjojanto adalah yang<br />
pertama dilaporkan atas tuduhan kesaksian<br />
palsu terkait sengketa pemilihan kepala daerah<br />
Kotawaringin Barat di Mahkamah Konstitusi.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Ketua KPK Abraham<br />
Samad berjabat tangan<br />
dengan Wakil Ketua KPK<br />
Bambang Widjojanto<br />
disaksikan Adnan Pandu<br />
Praja (kiri) dan Zulkarnain<br />
(kanan) saat melepas<br />
Bambang yang akan<br />
berangkat ke Mabes Polri<br />
dari gedung KPK, Jakarta,<br />
Selasa (3/2).<br />
SIGID KURNIAWAN/ANTARA<br />
Pelapornya adalah Sugianto Sabran.<br />
Hanya dalam hitungan hari setelah dilaporkan,<br />
Bambang ditetapkan sebagai tersangka,<br />
dan ditangkap saat mengantar anaknya berangkat<br />
ke sekolah pada 23 Januari lalu. Tangannya<br />
diborgol saat dibawa ke Badan Reserse Kriminal.<br />
Namun Bambang urung ditahan setelah<br />
dua pimpinan KPK memberi jaminan.<br />
Abraham Samad juga dilaporkan ke Bareskrim<br />
terkait pertemuannya dengan Pelaksana<br />
Tugas Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi<br />
Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto. Hasto<br />
menyebut Samad menyodorkan diri sebagai<br />
calon wakil presiden bagi Jokowi dalam pemilihan<br />
presiden tahun lalu. Samad juga dilaporkan<br />
soal kepemilikan senjata api tanpa izin serta<br />
pemalsuan dokumen.<br />
Adnan Pandu dilaporkan atas tuduhan perampasan<br />
saham PT Daisy Timber. Saat itu Pandu<br />
adalah kuasa hukum perusahaan tersebut.<br />
Bareskrim sudah mengeluarkan surat perintah<br />
penyidikan untuk kasus pertemuan Samad<br />
dengan Hasto serta perkara Adnan Pandu. Namun,<br />
hingga pekan lalu, belum ada penetapan<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Penyidik aktif KPK, Ibnu<br />
C. Purba, berjalan ke<br />
luar ruangan dengan<br />
pengawalan setelah<br />
mengikuti sidang<br />
praperadilan tersangka<br />
Komjen Budi Gunawan<br />
sebagai saksi fakta di<br />
Pengadilan Negeri Jakarta<br />
Selatan, Kamis (12/2).<br />
MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA<br />
tersangka kasus tersebut.<br />
Zulkarnain juga tak luput dilaporkan. Ia dituduh<br />
menerima gratifikasi saat menjadi Kepala<br />
Kejaksaan Tinggi Jawa Timur pada 2008. Kasus<br />
ini juga sudah naik ke tahap penyidikan. Belakangan,<br />
Deputi Pencegahan KPK Johan Budi<br />
dan mantan pimpinan KPK Chandra Hamzah<br />
pun dilaporkan ke polisi.<br />
Sejumlah kalangan menilai semua serangan<br />
itu sulit dilepaskan dari langkah KPK menetapkan<br />
Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka<br />
kasus korupsi. Penetapan tersangka bagi<br />
mantan ajudan presiden kelima RI Megawati<br />
Soekarnoputri itulah yang saat ini digugat praperadilan<br />
oleh pengacara Budi Gunawan.<br />
Namun Kepala Bareskrim Polri Komjen Budi<br />
Waseso menyebut tidak ada kriminalisasi terhadap<br />
pimpinan KPK. Meski begitu, penyidikan<br />
terhadap para pimpinan KPK berjalan terus.<br />
Soal kemungkinan polisi menjadikan Samad<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Aktivis Republik Aeng-aeng<br />
memasang poster bertulisan<br />
"Segera Tegas demi Rakyat"<br />
di dekat foto Presiden-Wakil<br />
Presiden di Solo, Jawa<br />
Tengah, Rabu (11/2).<br />
OLIVIA HARRIS /REUTERS<br />
dan Adnan Pandu sebagai tersangka, menurut<br />
Waseso, akan ditentukan oleh penyidik.<br />
“Kalau penyidiknya langsung (menetapkan)<br />
tersangka, ya silakan,” katanya di Mabes Polri,<br />
Kamis pekan lalu. Waseso juga mengakui adanya<br />
pemanggilan terhadap pegawai struktural<br />
di KPK. Namun ia membantah jika dikatakan<br />
pemanggilan itu terkait dengan kasus yang<br />
menjerat para pimpinan KPK.<br />
Adapun Presiden Jokowi mengatakan sudah<br />
bertemu dengan pimpinan KPK dan Polri. Ia<br />
pun memerintahkan Polri menangkap penebar<br />
teror terhadap KPK tersebut. “Kalau betul ada<br />
yang meneror, sudah, tangkap pelakunya!”<br />
begitu kata Jokowi. n<br />
JAFFRY PRABU P., ADITYA MARDIASTUTI, PRINS DAVID S. | DIM<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
‘TURUN GUNUNG’<br />
UNTUK ZULKIFLI<br />
PERTARUNGAN CALON KETUA UMUM PAN<br />
MEMANAS. ZULKIFLI DIDUKUNG PARA MANTAN<br />
KETUA UMUM. POSISI HATTA RAJASA MASIH KUAT.<br />
DETIKFOTO<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Mantan Ketua Umum PAN<br />
Sutrisno Bachir<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
BERTAHUN-TAHUN sudah Sutrisno<br />
Bachir tak cawe-cawe di partai politik<br />
yang melambungkan namanya.<br />
Ketua Umum Partai Amanat Nasional<br />
periode 2005-2010 itu memilih berfokus di<br />
dunia bisnis yang digelutinya sejak awal, pascalengser<br />
sebagai orang nomor satu di partai<br />
berlambang matahari terbit tersebut.<br />
Bukan hanya absen di dunia politik, pria<br />
kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah, pada 10<br />
April 1957 itu bahkan tak lagi mempunyai<br />
hak suara di PAN di masa kepemimpinan<br />
Hatta Rajasa. Sutrisno memang berbeda<br />
pandangan politik dengan Menteri Koordinator<br />
Perekonomian pada era Presiden<br />
Susilo Bambang Yudhoyono itu.<br />
Perbedaan tersebut kian meruncing<br />
setelah Hatta mengambil tampuk kepemimpinan<br />
PAN dari tangan Sutrisno pada<br />
kongres partai itu di Batam pada 2010. Di<br />
era Hatta memimpin PAN, Sutrisno secara<br />
mendadak menghibahkan<br />
kantor Dewan Pimpinan Pusat<br />
PAN kepada Pengurus Pusat<br />
Muhammadiyah.<br />
Gedung di Jalan Warung Jati Barat, Jakarta<br />
Selatan, itu memang milik Sutrisno. Pengurus<br />
PAN sempat terkejut oleh hibah tersebut karena<br />
saat itu masih dipakai sebagai kantor partai.<br />
Namun Hatta akhirnya mencari solusi de ngan<br />
memindahkan kantor PAN ke gedung baru<br />
di Jalan TB Simatupang, yang hanya berjarak<br />
sekitar 5 kilometer dari kantor lama.<br />
Sutrisno juga seakan menunjukkan dirinya<br />
berseberangan dengan Hatta, yang saat<br />
pemilihan presiden 2014 berpasangan dengan<br />
calon presiden Prabowo Subianto. Sutrisno<br />
terang-terangan mendukung pasangan Joko<br />
Widodo dan Jusuf Kalla, yang tidak disokong<br />
PAN.<br />
Nah, menjelang Kongres IV PAN, yang akan<br />
digelar 28 Februari hingga 2 Maret 2015 di<br />
Bali, Sutrisno disebut-sebut “turun gunung”<br />
mendukung Zulkifli Ha san. Zulkifli, yang kini<br />
menjabat Ketua Majelis Permusyawaratan<br />
Rakyat, akan berhadapan dengan Hatta dalam<br />
perebutan kursi Ketua Umum PAN 2015-2020.<br />
Dalam menghadapi sang calon petahana,<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Zulkifli Hasan dalam<br />
sebuah acara PAN di<br />
Rusun Tambora, Jakarta,<br />
2013.<br />
HASAN/DETIKCOM<br />
sejumlah politikus di kubu Zulkifli memang<br />
pernah menyebut akan menggandeng para<br />
tokoh senior partai itu yang sebelumnya meninggalkan<br />
PAN. Salah satunya Sutrisno Bachir.<br />
Sayangnya, Sutrisno masih enggan bicara. Ia<br />
belum terang-terangan menyatakan dukungan<br />
ke Zulkifli.<br />
Saat dimintai konfirmasi majalah detik,<br />
pengusaha bidang properti dan batik ini hanya<br />
berkomentar singkat. “Yang lain saja dulu.<br />
Aku belakangan (menanggapi),” kata Sutrisno<br />
melalui pesan singkat.<br />
Namun, menurut salah satu orang dekatnya,<br />
politikus PAN, Totok Daryanto, Sutrisno<br />
memang sudah memberikan dukungan kepada<br />
Zulkifli. “Sutrisno Bachir percaya kepada<br />
Zulkifli Hasan,” ujarnya. Menurut Totok, selain<br />
berseberangan dengan Hatta, Sutrisno cocok<br />
dengan gaya kepemimpinan Zulkifli, yang<br />
dinilainya mirip dengan gaya Sutrisno saat<br />
memimpin PAN.<br />
“Model kepemimpinan yang egaliter, melayani,<br />
mudah berhubungan dengan kader,<br />
tidak membeda-bedakan. Itulah yang saat ini<br />
dibutuhkan PAN,” tutur Totok.<br />
Terjunnya Sutrisno mendukung Zulkifli membuat<br />
pertarungan dua kandidat semakin seru.<br />
Apalagi lawan yang dihadapi sangat tangguh,<br />
yakni Hatta, bekas calon wakil presiden, dan<br />
pernah menjabat menteri di Kabinet Indonesia<br />
Bersatu Jilid I dan II. Saat ini saja dukungan terhadap<br />
besan SBY itu terus mengalir. Sejumlah<br />
petinggi partai itu berada dalam barisan pen-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Konsolidasi pemenangan<br />
Hatta Rajasa untuk wilayah<br />
timur Indonesia di Manado.<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKFOTO<br />
dukung Hatta. Sebut saja Wakil Ketua Umum<br />
Dradjad Wibowo, Taufik Kurniawan, dan Bima<br />
Arya.<br />
Dalam acara deklarasi dukungan untuk Hatta<br />
di Manado, Sulawesi Utara, Ahad, 8 Februari<br />
lalu, Hatta setidaknya mengantongi 165 pemilik<br />
hak suara yang hadir. Namun, untuk kembali<br />
menjadi ketua umum di periode kedua, Hatta<br />
harus meraup sedikitnya 300 suara. Sebab,<br />
jumlah suara yang diperebutkan mencapai<br />
596, terdiri atas Majelis Pertimbangan Partai<br />
(2 suara), DPP (3 suara), serta dewan pimpinan<br />
wilayah dan dewan pimpinan daerah dengan<br />
585 suara serta organisasi otonomi partai (6<br />
suara).<br />
Meraup jumlah suara itu tak mudah. Apalagi<br />
sedari awal Zulkifli didukung pendiri PAN yang<br />
juga Ketua Majelis Pertimbangan Partai, Amien<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Ketua DPW PAN Nusa<br />
Tenggara Timur Eurico<br />
Guterres<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
Rais. Namun keberpihakan Amien dipersoalkan<br />
kubu Hatta. Sebab, sebagai sesepuh PAN,<br />
Amien semestinya netral, bukan mendukung<br />
salah satu calon, sekalipun yang maju adalah<br />
Zulkifli, yang berbesan de ngannya.<br />
“Faktanya, Pak Amien sudah tidak netral. Pak<br />
Amien sudah tidak lagi sebagai tokoh pemersatu,”<br />
ucap Ketua DPW PAN Nusa Tenggara<br />
Timur Eurico Guterres. Bekas pejuang prointegrasi<br />
di Timor Timur itu juga menilai<br />
ketokohan Amien sudah surut.<br />
Serangan ke Amien itu pun menuai<br />
reaksi keras. Sebanyak 13 ketua DPD<br />
PAN se-Nusa Tenggara Timur yang<br />
berada di kubu Zulkifli langsung menyatakan<br />
mosi tidak percaya terhadap<br />
Eurico. Mosi tidak percaya digalang<br />
di tengah konsolidasi tim pemenangan<br />
Zulkifli Hasan seluruh<br />
wilayah timur Indonesia di Hotel<br />
Lombok Jaya, Mataram,<br />
Nusa Tenggara Barat, Senin<br />
pekan lalu.<br />
Adapun Totok Daryanto,<br />
yang ditemui pekan lalu, menyatakan, yang<br />
menyebut Amien Rais semestinya tidak berpihak<br />
adalah orang yang tak mengerti sejarah<br />
PAN. “Amien Rais justru diharapkan memberi<br />
saran. Dan sa ran (dukungan)-nya ke Zul (Zulkifli<br />
Hasan),” katanya.<br />
Menurut Totok, ada alasan Amien condong<br />
ke Zulkifli. Alasan itu antara lain supaya regenerasi<br />
di PAN tetap berjalan. “Malu harusnya<br />
ketua partai maju lagi. Kalau dia (Hatta)<br />
kalah sama Zul, lebih jatuh lagi marwah-nya,”<br />
ujarnya, seraya menilai keinginan Hatta mencalonkan<br />
diri kembali adalah ambisi pribadi,<br />
bukan ambisi partai.<br />
Namun konsultan politik dari Lingkaran<br />
Survei Indonesia, Denny Januar Ali, menilai<br />
dukungan kepada Hatta Rajasa masih lebih<br />
kuat ketimbang kepada Zulkifli, khususnya dari<br />
pemegang hak suara di Jawa dan Sumatera.<br />
Dari sisi dukungan finansial, Hatta dinilai masih<br />
lebih mumpuni. Hubungan Hatta de ngan<br />
Koalisi Merah Putih juga cukup baik.<br />
“Zulkifli bisa dikatakan hanya calon alternatif.<br />
Menurut saya sih, Hatta masih lebih kuat,”<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Amien Rais dan Zulkifli<br />
Hasan dalam acara deklarasi<br />
Prabowo-Hatta Rajasa, Mei<br />
tahun lalu.<br />
HASAN/DETIKCOM<br />
tuturnya saat dihubungi Kamis pekan lalu.<br />
Denny mengakui, PAN sebagai partai reformis<br />
belum pernah memiliki ketua umum yang menjabat<br />
sampai dua periode. Karena itu, menjelang<br />
kongres, akan disuarakan soal regenerasi. Pertarungan<br />
menjadi lebih panas karena lawan Hatta<br />
adalah Zulkifli, yang didukung Amien Rais, yang<br />
masih dihormati di PAN. “Kita lihat saja nanti<br />
siapa yang menang,” ucapnya.<br />
Kendati begitu, panasnya pertarungan Hatta<br />
versus Zulkifli dianggap Jon Erizal, Ketua Organizing<br />
Committee Kongres IV PAN, hanyalah<br />
bentuk demokrasi yang berjalan di partainya.<br />
Hal itu tidak menjadi masalah.<br />
“Ada yang minta (Hatta) dilanjutkan, ada<br />
yang minta regenerasi,” kata Erizal, yang mengaku<br />
bersikap netral. “Itulah demokrasi.” n<br />
DEDEN GUNAWAN, JAFFRY PRABU PRAKOSO | DIM<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 16 2 - 22 - 8 FEBRUARI 2015
HUKUM<br />
SALING TUDING<br />
DI BENGKEL CAFE<br />
KASUS PEMUKULAN PERWIRA<br />
POLRI OLEH ANGGOTA POM TNI<br />
AL DIPROSES HUKUM. VERSI TNI,<br />
SANG POLISI MEMBENTAK DAN<br />
MENODONGKAN SENJATA. ADA<br />
BUKTI VIDEO DAN FOTO.<br />
ILUSTRATOR: EDI WAHYONO<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
HUKUM<br />
JUMAT malam, 6 Februari 2015, menjadi<br />
malam panjang bagi Komisaris<br />
Teuku Arsya Khadafi dan Komisaris<br />
Budi Hermanto. Siapa sangka, saat<br />
menjalankan tugas, dua perwira menengah<br />
Kepolisian Daerah Metro Jaya ini malah terjaring<br />
operasi razia gabungan TNI-Polri. Arsya<br />
bahkan dianiaya oknum tentara. Tangannya<br />
diborgol, diangkut naik truk, dan dalam kondisi<br />
terluka dibawa berkeliling sebelum ke Markas<br />
Polisi Militer TNI Angkatan Laut.<br />
Keduanya sedang menggelar pertemuan<br />
di sebuah tempat karaoke di Bengkel<br />
Cafe, kawasan Sudirman Central Business<br />
District, Jalan Jenderal Sudirman,<br />
Jakarta Selatan, saat razia itu digelar. Di<br />
suatu ruangan, mereka membahas hasil<br />
penyelidikan sebuah perkara.<br />
Operasi penegakan hukum<br />
yang dilakukan aparat Polisi<br />
Militer beberapa waktu lalu<br />
(foto ilustrasi).<br />
DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
HUKUM<br />
Petugas Polisi Militer TNI<br />
mengamankan sembilan orang<br />
dalam penggerebekan miras di<br />
Cawang, Jakarta Timur, akhir<br />
Desember 2014.<br />
HASAN ALHABSHY/DETIKCOM<br />
Selain Arsya, yang<br />
menjabat Kepala Unit II<br />
Subdirektorat Kejahatan<br />
dengan Kekerasan Direktorat<br />
Reserse Kriminal<br />
Umum Polda Metro Jaya,<br />
dan Budi, ada Inspektur<br />
Satu Rovan, anggota<br />
unit yang dipimpin Arsya.<br />
Mereka tergabung<br />
dalam Tim Satuan Tugas<br />
Bareskrim Polri, yang<br />
kabarnya tengah menangani<br />
kasus yang membidik<br />
pimpinan Komisi<br />
Pemberantasan Korupsi.<br />
Namun, belakangan,<br />
informasi itu dibantah<br />
Kepala Bareskrim Polri Komisaris Jenderal<br />
Budi Waseso.<br />
Dari Jumat malam, pertemuan usai pada<br />
Sabtu dini hari. Nah, pukul 00.45 WIB<br />
tiba-tiba datang puluhan aparat gabungan<br />
untuk menggelar Operasi Penegakan<br />
Ketertiban yang diikuti personel dari Polisi<br />
Militer dan Provos Polri. Pelaksanaan razia<br />
saat itu dilakukan oleh Pusat Polisi Militer<br />
(Puspom) TNI AL, meskipun diikuti juga<br />
oleh POM TNI Angkatan Darat, POM<br />
TNI Angkatan Udara, serta dua anggota<br />
Provos Polri. Jumlah aparat gabungan saat<br />
itu 64 personel. Mereka juga memasuki<br />
ruangan tempat perwira polisi itu mengadakan<br />
pertemuan.<br />
Sejumlah personel POM TNI AL kemudian<br />
menanyakan identitas ketiganya.<br />
Saat itu Arsya sudah mengatakan mereka<br />
anggota Polri yang sedang menjalankan<br />
tugas, dan mengaku mengantongi surat<br />
perintah tugas (sprint) dari Kepala Polri.<br />
Arsya juga meminta bertemu dengan perwira<br />
pemimpin operasi. Namun anggota<br />
TNI AL itu memaksa Arsya menunjukkan<br />
kartu tanda identitas Polri dan mencoba<br />
merampas tasnya yang berisi sprint tugas<br />
dan pistol.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
HUKUM<br />
Razia yang dilakukan Polisi<br />
Militer (ilustrasi).<br />
DETIKCOM<br />
Anggota TNI itu lalu memanggil Mayor<br />
Tugi, Wakil Komandan Operasi Gaktib<br />
malam itu. Kepada Tugi, Arsya sempat<br />
menjelaskan keberadaan timnya di tempat<br />
tersebut. Saat itu sebenarnya situasi terkendali.<br />
Namun masalah muncul setelah<br />
beberapa menit Tugi keluar dan Komisaris<br />
Budi masuk toilet.<br />
Tak lama, Kolonel Laut Nazali Lempo,<br />
yang memimpin razia, masuk ruangan<br />
dan menggedor-gedor toilet tersebut. Seorang<br />
anggota POM kemudian ada yang<br />
berteriak, “Itu di dalam mau buang narkoba.”<br />
Beberapa anggota POM TNI AL ke-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
HUKUM<br />
Apa urusannya? Karena<br />
kita (Polri) sendiri punya<br />
provos, kenapa dibawa<br />
ke POM AL?<br />
mudian berusaha mendobrak pintu toilet.<br />
Nah, saat itu, Arsya berusaha menengahi,<br />
tapi malah dipukuli hingga jatuh pingsan.<br />
Arsya dan Budi lalu diborgol dan diangkut<br />
menggunakan truk patroli. Keduanya<br />
dibawa berkeliling mengikuti razia<br />
ke sejumlah kafe dan tempat<br />
hiburan lain di Jakarta. Tempat<br />
hiburan tersebut antara lain<br />
di kawa san Senayan dan<br />
Kemang, Jakarta Selatan.<br />
Dari razia itu, terjaring<br />
sejumlah anggota TNI<br />
dan Polri. Bersama mereka,<br />
Arsya dan Budi baru<br />
dibawa ke Markas POM<br />
TNI AL di Kelapa Gading,<br />
Jakarta Utara.<br />
Mendapat kabar penangkapan<br />
itu, Direktur Reserse Kriminal<br />
Umum Polda Metro Jaya Komisaris<br />
Besar Heru Pranoto datang ke Markas<br />
POM TNI AL untuk menjemput anak buahnya.<br />
Heru mendapati keduanya babakbelur.<br />
Arsya bahkan terluka serius, tulang<br />
rusuknya patah. Perwira menengah Polri<br />
itu lalu dilarikan ke Rumah Sakit Siloam,<br />
Semanggi, Jakarta Selatan.<br />
Heru menyayangkan penganiayaan<br />
yang dialami dua bawahannya. Apalagi<br />
lalu digiring ke Markas POM TNI AL. “Apa<br />
urusannya? Karena kita (Polri) sendiri punya<br />
provos, kenapa dibawa ke POM AL?”<br />
katanya. Saat Heru menjemput, malah<br />
ada oknum TNI berpangkat sersan kepala<br />
berucap kepadanya, “Ada apa, Pak? Masih<br />
kurang dipukulin?”<br />
Senada, Kepala Bidang Penerangan<br />
Umum Markas Besar Polri Komisaris Besar<br />
Rikwanto mengatakan POM TNI AL<br />
tidak berwenang menangkap personel<br />
Polri. Apalagi Arsya dan Budi mengantongi<br />
sprint. “Apalagi sampai melakukan<br />
penganiayaan,” ujar Rikwanto, Senin, 9<br />
Februari lalu.<br />
Berbeda dengan versi polisi, sebaliknya,<br />
pihak TNI menuding dua perwira menengah<br />
Polri itu membentak dan meno-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
HUKUM<br />
Direktur Reserse Kriminal<br />
Umum Polda Metro Jaya<br />
Komisaris Besar Heru Pranoto<br />
DETIKCOM<br />
dongkan pistolnya saat akan diperiksa.<br />
Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI<br />
AL Laksamana Pertama TNI Manahan<br />
Simorangkir, apa yang dilakukan prajurit<br />
POM TNI AL adalah untuk membela<br />
diri. Apalagi saat itu keduanya tak<br />
mau menunjukkan KTA Polrinya.<br />
“Hanya mengaku aparat<br />
negara,” tutur Manahan saat<br />
dimintai konfirmasi.<br />
Sayang, setelah dibawa ke<br />
Markas POM TNI AL, Arsya<br />
baru mengaku anggota Polri.<br />
Keduanya juga menolak<br />
menjalani tes urine. Menurut<br />
Manahan, pihaknya<br />
memiliki bukti-bukti<br />
rekaman video dan foto<br />
yang dilakukan aparat<br />
POM TNI AL saat operasi<br />
tersebut.<br />
“Enggak apa-apa kalau<br />
(sedang) tugas, tapi kenapa enggak<br />
ngaku (polisi)? Operasi ini gabungan<br />
POM TNI AL dan Propam Polri atas perintah<br />
Panglima TNI Jenderal Moeldoko,”<br />
ucapnya.<br />
Adapun Komandan Puspom TNI AL<br />
Brigadir Jenderal Marinir Gunung Heru,<br />
yang awalnya bersedia ditemui di kantornya<br />
pada Rabu pekan lalu, tiba-tiba membatalkan<br />
wawancara. Namun, dari informasi<br />
yang diperoleh di lingkungan POM<br />
TNI AL, penangkapan dan pemukulan itu<br />
tidak begitu saja dilakukan tanpa sebab<br />
yang jelas.<br />
Seorang anggota POM TNI AL yang<br />
ikut dalam operasi mengatakan, saat<br />
aparat gabungan masuk ruangan karaoke,<br />
dua polisi itu mencoba mengusir, bahkan<br />
sempat menodongkan pistol. Secara<br />
spontan, sejumlah petugas POM TNI AL<br />
melumpuhkannya. Ia juga melihat salah<br />
satu perwira polisi itu masuk toilet dan<br />
mengunci pintu. Dan saat diminta mem-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
HUKUM<br />
Kepala Dinas Penerangan TNI<br />
AL Laksamana Pertama TNI<br />
Manahan Simorangkir<br />
DETIKCOM<br />
TAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR<br />
buka pintu, air mengucur<br />
dari keran sampai<br />
membanjiri lantai.<br />
“Apa coba yang<br />
mereka lakukan kalau<br />
enggak menghilangkan<br />
barang bukti? Entah<br />
apa itu,” kata dia,<br />
seraya menyebut ada<br />
empat perempuan<br />
muda di ruangan itu<br />
saat razia.<br />
Majalah detik<br />
berupaya mencari penjelasan kepada<br />
pihak lain. Namun sejumlah karyawan di<br />
lingkungan Bengkel Cafe enggan memberi<br />
keterangan. Manajer tem pat karaoke<br />
itu saat dihubungi menolak permintaan<br />
wawancara.<br />
“Maaf, kami enggak bisa kasih info. Kalau<br />
saya kasih (informasi), artinya saya tidak<br />
menjaga tempat (kerja) saya,” ujarnya.<br />
Masalah ini akhirnya berbuntut panjang.<br />
Arsya melaporkan penganiayaan dan<br />
penangkapan dirinya itu ke Kepolisian<br />
Polda Metro Jaya dengan terlapor Kolonel<br />
Nazali Lempo. Ia dilaporkan dengan<br />
dugaan pelanggaran Pasal 170 Kitab<br />
Undang-Undang Hukum Pidana tentang<br />
pengeroyokan. Arsya juga melapor cincin<br />
dan uangnya hilang.<br />
Namun, menurut Heru Pranoto, bukan<br />
institusi Polri yang melaporkan, melainkan<br />
individu Arsya sebagai korban. Saat<br />
ini sejumlah saksi kasus pengeroyokan<br />
dua anggotanya itu masih dikumpulkan.<br />
“Apakah itu pegawai Bengkel Cafe atau<br />
orang sipil yang melihat kejadian,” tuturnya.<br />
Kasus itu akan ditindaklanjuti bersama<br />
antara Provos Polri dan POM TNI.<br />
Sementara itu, soal dugaan adanya narkoba<br />
dan wanita dibantah oleh Rikwanto.<br />
“Tidak ada perempuan, minuman keras,<br />
apalagi narkotik, senjata atau pisau yang<br />
ditodongkan,” ucapnya. ■<br />
ADITYA MARDIASTUTI | M. RIZAL<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
CRIME STORY<br />
BAGIAN 2<br />
PRIA NECIS ITU<br />
TERNYATA BEGAL<br />
PULUHAN ANGGOTA “KELOMPOK LAMPUNG” BELUM<br />
TERTANGKAP. BERGANTI-GANTI NAMA DAN KTP<br />
UNTUK MENYAMARKAN IDENTITAS.<br />
ILUSTRASI: EDI WAHYONO<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
CRIME STORY<br />
Saya dengar suara tembakan tiga<br />
kali, yang dua katanya kena si Mul<br />
itu.<br />
SUARA keras seperti benda terjatuh<br />
membangunkan Karyo dari tidur lelapnya.<br />
Pedagang makanan ini masih<br />
limbung saat berjalan untuk membuka<br />
pintu rumahnya. Di luar masih gelap-gulita.<br />
Baru pukul 03.20 WIB saat Karyo melihat seorang<br />
pria tersungkur di depan rumah kontrakan<br />
tetangganya, Masduki.<br />
“Waktu itu dia masih pakai helm, jaket kulit<br />
cokelat, celana panjang hitam, sama sepatu<br />
leret (setrip) merah,” kata Karyo, mengisahkan<br />
kejadian pada Selasa dini hari, 27 Januari lalu itu.<br />
“Saya lihat dia gerenggereng<br />
(mengerang),<br />
sekarat, di pojokan.”<br />
Sejumlah aparat bersenjata<br />
ternyata sudah<br />
menyebar di sekitar rumah<br />
kontrakan petak di Jalan KUD, Kelurahan<br />
Sukamaju, Kecamatan Cilodong, Kota Depok,<br />
Jawa Barat, itu. Ia baru tersadar kegaduhan<br />
di pagi buta itu ternyata polisi yang sedang<br />
menggerebek kontrakan yang dihuni komplotan<br />
pelaku kejahatan asal Lampung.<br />
Salah satunya Mul, pria yang tersungkur<br />
setelah ditembak polisi. Mul, yang selama ini<br />
tinggal di rumah yang dikontrak Masduki,<br />
akhirnya tewas. “Saya dengar suara tembakan<br />
tiga kali, yang dua katanya kena si Mul itu,” ujar<br />
Karyo, yang tak ingin nama sebenarnya ditulis,<br />
saat ditemui di rumahnya, akhir Januari lalu.<br />
Penggerebekan tersebut memang membuahkan<br />
hasil. Meski satu tewas ditembak<br />
karena melawan, satu anggota komplotan itu,<br />
Masduki, ditangkap. Namun beberapa lainnya<br />
kabur melalui lubang menganga pada tembok<br />
yang memang sudah lama jebol.<br />
Karyo sempat mendengar sang komandan<br />
penggerebekan memarahi anak buahnya yang<br />
terlalu cepat melepas tembakan. Kalau saja tak<br />
buru-buru menembak, mungkin saja anggota<br />
komplotan ini bisa tertangkap semua.<br />
Polisi sebenarnya sudah “menyekap” Masduki<br />
beberapa jam sebelumnya di dalam rumah.<br />
Aparat dari Kepolisian Resor Tangerang<br />
Kabupaten dan Polres Kota Depok sengaja menunggu<br />
teman-temannya datang. Benar saja,<br />
pada dini hari, datang empat anggota kawanan<br />
itu, yang masing-masing menunggang sepeda<br />
motor, termasuk Mul.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
CRIME STORY<br />
“Kata polisi, mereka datang sambil tertawatawa,”<br />
tuturnya.<br />
Polisi juga menyita tujuh sepeda motor. Tiga<br />
sepeda motor disimpan di dalam kontrakan<br />
dan empat unit ditumpangi komplotan itu. Dari<br />
tujuh motor, empat di antaranya bermerek<br />
Suzuki Satria, yang salah satunya mirip dengan<br />
sepeda motor korban pembegalan yang belakangan<br />
ini meresahkan warga Depok.<br />
“Salah satu motor yang ada pada pelaku<br />
mirip dengan motor korban (pembegalan) di<br />
flyover UI,” ucap Kepala Satuan Reserse Kriminal<br />
Polresta Depok Komisaris Agus Salim<br />
beberapa waktu lalu. Korban Abdul Rahman,<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
CRIME STORY<br />
Polisinya bilang, ‘Ibu tahu enggak,<br />
dia itu perampok yang baru bunuh<br />
korbannya di Tangerang. Kalau<br />
enggak percaya, ini pedangnya.<br />
warga Bogor, Jawa Barat, tewas dibacok komplotan<br />
begal berjumlah empat orang.<br />
Saat mengendarai sepeda motornya seorang<br />
diri pada Minggu dini hari, 25 Januari lalu, Rahman,<br />
karyawan sebuah perusahaan swasta,<br />
dipepet para pelaku yang mengendarai dua<br />
sepeda motor di Jalan Margonda Raya, Depok,<br />
dekat flyover Universitas Indonesia (baca "Begal<br />
Berulah Bikin Resah", majalah detik edisi 167).<br />
Setelah dibacok hingga tewas, sepeda motor<br />
korban, Suzuki Satria<br />
berwarna putih,<br />
digasak para<br />
pelaku.<br />
Dua pekan sebelumnya,<br />
begal<br />
juga beraksi di<br />
Jalan Juanda, dekat proyek jalan tol Cinere-<br />
Jagorawi, Depok. Kejadiannya juga dini hari.<br />
Korban yang baru berusia 23 tahun juga tewas<br />
dibunuh komplotan pelaku.<br />
Dalam penggerebekan di Sukamaju itu, polisi<br />
menemukan sebilah pedang yang berlumuran<br />
darah yang sudah mengering. Pedang itu<br />
sempat diperlihatkan kepada Karyo dan istrinya<br />
yang bertanya-tanya, kejahatan apa yang<br />
dilakukan tetangganya tersebut sehingga harus<br />
ditembak mati.<br />
“Polisinya bilang, ‘Ibu tahu enggak, dia itu<br />
perampok yang baru bunuh korbannya di Tangerang.<br />
Kalau enggak percaya, ini pedangnya,’”<br />
kata Karyo, menirukan ucapan seorang<br />
polisi.<br />
Atun―juga bukan nama sebenarnya―anak<br />
perempuan Karyo, juga setengah tak percaya<br />
Masduki dan Mul, tetangga kontrakannya<br />
selama ini, ternyata pelaku pembegalan. Saat<br />
ke luar rumah, Mul selalu berpenampilan rapi<br />
mengenakan kemeja lengan panjang dan bersepatu<br />
kets. “Pakaiannya rapi, necis gitu.”<br />
Keduanya ramah dan kerap menyapa tetangga.<br />
Teman-teman Masduki dan Mul, yang sering<br />
datang ke kontrakan, pun berpenampilan rapi.<br />
Mereka mengaku bekerja di sebuah koperasi.<br />
“Bocahnya putih-putih, ganteng, kagak ada<br />
tatonya, makanya kagak nyangka kalau mereka<br />
perampok sadis,” ujar Atun dengan logat Betawi<br />
kental.<br />
Karyo juga tak pernah menaruh curiga.<br />
Kalaupun polisi menduga mereka komplotan<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
CRIME STORY<br />
begal yang beraksi di wilayah Depok dan Tangerang,<br />
Masduki dan Mul tak pernah terlihat<br />
gonta-ganti motor. Mul sehari-hari mengendarai<br />
motor Yamaha Mio GT berwarna merah.<br />
Sedangkan Masduki menunggang Honda Beat<br />
berwarna hitam.<br />
“Kalau teman-temannya memang ganti-ganti<br />
(motor), tapi kan enggak curiga. Bisa aja pinjam<br />
motor teman,” tuturnya.<br />
Namun Karyo mengakui tetangganya itu<br />
kerap pulang dini hari. Pernah saat istrinya<br />
hendak salat sekitar pukul 02.30 WIB melihat<br />
Masduki baru masuk rumah. “Dia itu pulang<br />
pas orang lain istirahat,” ucapnya.<br />
Soal nama mereka, Karyo mengaku baru<br />
tahu setelah penggerebekan. Sebab, Masduki<br />
dan Mul tak pernah menyebut nama mereka.<br />
Namun bisa jadi itu pun bukan nama asli. Menurut<br />
Kepala Unit Reskrim Kepolisian Sektor<br />
Serpong, Tangerang, Ajun Komisaris Toto Daniyanto,<br />
komplotan yang disebut “Kelompok<br />
Lampung” ini memang kerap berganti-ganti<br />
nama untuk menyamarkan identitas mereka.<br />
Para pelaku tahu dicari polisi dan masuk<br />
daftar pencarian orang (DPO). Karena itu,<br />
hampir setiap pekan mereka berganti-ganti<br />
nama, termasuk kartu tanda penduduk, yang<br />
disesuaikan dengan kontrakan mereka yang<br />
berpindah-pindah. “Seperti (nama) Edi jadi<br />
Agus, Agus jadi Edi, padahal orangnya itu-itu<br />
saja.” kata Toto secara terpisah.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
CRIME STORY<br />
Penggerebekan itu merupakan pengembangan<br />
dari penangkapan sebelumnya terhadap<br />
kelompok Karim di Serpong. Lalu seorang<br />
anggota kelompok ini, yang berniat menyeberang<br />
ke Sumatera di Pelabuhan Penyeberangan<br />
Merak, Banten, tewas ditembak. Dari telepon<br />
seluler pelaku, polisi menelusuri jaringan itu di<br />
Cikupa, Tangerang, hingga Serang.<br />
Beberapa kelompok yang ditangkap, termasuk<br />
yang digerebek di Sukamaju, Depok, semua<br />
berasal dari “Kelompok Lampung”. “Mereka ini<br />
ada beberapa kelompok, tapi masih satu jaringan,”<br />
ujar Toto.<br />
Tidak hanya membegal pengendara dan<br />
melakukan pencurian kendaraan bermotor,<br />
komplotan Lampung juga melakukan berbagai<br />
tindak pidana lain, seperti perampokan nasabah<br />
bank dan menggarong rumah tinggal.<br />
Dari jaringan Lampung, polisi berhasil menangkap<br />
11 orang, dan enam di antaranya tewas<br />
ditembak karena melawan. Namun diduga<br />
masih ada 30 orang lebih yang masih berkeliaran.<br />
Mereka tak lagi hanya beraksi di wilayah<br />
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi<br />
(Jabodetabek), tapi sudah merambah sampai<br />
ke Sukabumi, Jawa Barat.<br />
“Lolos di sini, mereka bikin kelompok lagi di<br />
kota lain,” ucap Toto. Dan perburuan para begal<br />
belum akan berakhir. ■<br />
ADITYA MARDIASTUTI, M. RIZAL | DIM<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
TUKANG SULAP HUTAN<br />
MEGAMENDUNG<br />
“SAYA TAK MENYANGKA DI PUNCAK YANG<br />
DIPENUHI VILA INI ADA HUTAN RIMBUN.”<br />
FOTO-FOTO: DIKHY SASRA/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
Tap untuk melihat<br />
Video<br />
PERTAMA kali datang ke rumah<br />
Bambang Istiawan, 60 tahun, pada<br />
Desember tahun lalu, Chaerudin,<br />
52 tahun, langsung melongo. Bapak<br />
tiga anak ini tak menyangka ada hutan lebat<br />
terhampar di depan rumah Bambang.<br />
Yang membuat Chaerudin bertambah takjub,<br />
hutan yang disebut Bambang sebagai hutan organik<br />
ini tumbuh lebat laiknya hutan alam. Warga<br />
Jakarta yang mengenal Bambang di sebuah<br />
seminar tentang lingkungan ini benar-benar<br />
heran bagaimana mungkin hutan selebat dan<br />
seluas itu merupakan hasil menanam sendiri.<br />
“Saya tak menyangka di Puncak yang dipenuhi<br />
vila ini ada hutan rimbun. Apalagi ditanam<br />
dan dibuat sendiri. Ini kan ide gila,” ujar Chaerudin<br />
dua pekan lalu. Bukan cuma Chaerudin<br />
yang terpesona oleh hutan organik Bambang.<br />
Melani Sunito, 51 tahun, dosen di Fakultas<br />
Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, justru<br />
sudah terpesona hanya dengan mendengar<br />
penuturan Bambang soal hutan organik di lingkungan<br />
rumahnya. Penasaran dengan hutan<br />
organik di Megamendung, Puncak, Bogor, Jawa<br />
Barat, itu, Melani mengajak suaminya bertandang<br />
ke rumah Bambang.<br />
“Dari penjelasan bagaimana kondisi tanah,<br />
proses penanaman, hingga pemetaan lahan<br />
yang didokumentasikan dengan rigid, saya sudah<br />
takjub luar biasa,” ujar Melani. Dan benar,<br />
begitu tiba di rumah Bambang, Melani terheran-heran<br />
melihat hamparan pohon yang mulai<br />
tumbuh menghijau di atas lahan yang semula<br />
tandus dan kering.<br />
Walaupun bukan sarjana pertanian, juga tak<br />
paham soal kehutanan, menurut Melani, Bam-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
bang sudah membuktikan bahwa bermodal<br />
komitmen dan kerja keras, siapa pun bisa menyulap<br />
lahan kritis menjadi hutan yang memberikan<br />
manfaat ekonomi. “Banyak aktivis dan<br />
pakar lingkungan yang melakukan advokasi.<br />
Tapi Bambang mempraktekkan, terjun langsung<br />
menjadi pelaku,” ujarnya.<br />
Melani ingat bagaimana dalam sebuah seminar<br />
seorang peserta mencibir Bambang. Orang<br />
itu mengatakan siapa pun bisa membuat hutan<br />
asalkan punya banyak uang. “Jadi usaha Bapak<br />
membuat hutan itu tidak istimewa,” kata<br />
Melani mengutip pandangan miring orang<br />
itu. Mendapat cibiran seperti itu, Bambang<br />
tetap adem. Justru Melani yang sewot. Sebab,<br />
menurut Melani, tanpa komitmen dan kemauan,<br />
tak mungkin ada hutan organik seperti di<br />
lingkungan rumah Bambang.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
Usaha Bapak<br />
membuat hutan itu<br />
tidak istimewa.<br />
l l l<br />
Sejak 20 tahun lalu, Bambang punya angan-angan<br />
di mana dia akan melewatkan masa<br />
pensiun. Kepada istrinya, Rosita, 52 tahun,<br />
Bambang, yang bekerja di perusahaan minyak,<br />
menyampaikan mimpinya untuk punya rumah<br />
yang dikepung hutan.<br />
Semula ada dua tempat impian yang ia incar,<br />
yakni Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan.<br />
Namun hutan di Kalimantan Timur sudah<br />
banyak yang beralih menjadi permukiman,<br />
sementara hutan di Sumatera sudah berganti<br />
menjadi kebun sawit. “Kalau hutan sudah tidak<br />
ada, ya ayo kita bikin hutan,” Rosita menantang<br />
Bambang.<br />
Kebetulan sekali, ada tanah menganggur di<br />
Megamendung. Gara-gara dihajar krisis ekonomi,<br />
kebun teh seluas 12 hektare milik pengusaha<br />
Probosutedjo jadi tak terurus, tandus<br />
dan gersang ditumbuhi ilalang. Rosita segera<br />
menghubungi orang kepercayaan adik Presiden<br />
Soeharto itu. Bersaing dengan para calo,<br />
Rosita berhasil membeli lahan seluas sekitar<br />
3.000 meter persegi dengan harga Rp 1.000<br />
per meter.<br />
“Jangankan membeli lahan baru, yang sudah<br />
dibeli kalau tidak dijaga saja bisa dikaveling oleh<br />
biong, makelar tanah,” ujar Rosita. Sedikit demi<br />
sedikit Rosita menabung tanah. Bambang,<br />
yang kala itu banyak bertugas di luar negeri,<br />
kaget saat tahu istrinya telah memiliki tanah<br />
yang luas.<br />
Bersama anak bungsunya, Bambang dan<br />
Rosita meneliti kondisi tanah gersang milik<br />
mereka. Bambang tak menyangka, lahan yang<br />
sebagian besar ditumbuhi alang-alang ini<br />
kondisinya benar-benar rusak parah. Tanah itu<br />
sangat asam, bahkan cacing pun tak sanggup<br />
hidup di dalamnya.<br />
Bermodal coba-coba, pada 2001 Bambang<br />
memulai menanami lahannya. Dua pertiga lahannya<br />
dia tanami pohon perintis, sementara<br />
sisanya untuk tanaman endemik dan buah-buahan<br />
supaya lahan bisa hijau lebih dulu. Untuk<br />
memulihkan kesuburan tanah, Bambang 100<br />
persen mengandalkan pupuk kandang. Dia sengaja<br />
memelihara sepasang kambing di sana.<br />
“Itulah bodohnya saya... Saya kira kalau mau<br />
cepat beranak ya pelihara sepasang. Padahal<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
bisa empat kambing betina dengan satu pejantan,”<br />
ujar Bambang terkekeh.<br />
Perlahan tanaman mulai tumbuh. Bambang<br />
beserta anak dan istrinya selama mengolah<br />
lahan berpuasa tak menggunakan pupuk anorganik.<br />
Berkat ketelatenannya, tanaman sudah<br />
terlihat mulai menghijau meskipun tak secepat<br />
bayangan Bambang. Tak sabar melihat pertumbuhan<br />
tanaman yang kelewat pelan, dia sempat<br />
tergoda menggunakan pupuk anorganik.<br />
“Ini tantangan luar biasa. Saya merasa pohon<br />
itu tumbuh sangat lama. Saya mulai bosan,”<br />
katanya.<br />
Kesabaran Bambang terbayar. Pada 2003,<br />
muncul mata air jernih di cekungan lahan<br />
Bambang. Air pompa yang biasa dipakai dia<br />
tinggalkan dan beralih ke mata air di hutan miliknya.<br />
Hati Bambang tambah bungah melihat<br />
tanaman tumpang sari juga memberikan hasil<br />
yang memuaskan.<br />
Panen tanaman, seperti sawi, lobak, bayam,<br />
cabai, terung, jagung, dan aneka tanaman<br />
tumpang sari lainnya, berlimpah. Dan hasilnya<br />
bisa dijual untuk membayar para petani yang<br />
membantu Bambang sekeluarga. Hutan di<br />
depan rumahnya juga mulai jadi persinggahan<br />
rupa-rupa satwa.<br />
Kegigihan keluarga Bambang menghutankan<br />
tanah gersang di Megamendung dan mempertahankan<br />
tanah itu dari incaran calo membuat<br />
mereka jadi tempat mengadu warga sekitar.<br />
Pada 2005, warga tak jauh dari rumah Bambang<br />
mendatangi mereka dan menuturkan<br />
soal rencana seorang pengusaha membuat<br />
penangkaran buaya di bukit seberang rumah<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
Bambang.<br />
“Mereka keberatan karena pasti akan ada<br />
bau bangkai dan kotoran yang akan mengalir ke<br />
permukiman warga,” kata Bambang. Lantaran<br />
didesak warga, Bambang terpaksa merelakan<br />
tabungannya dikuras untuk mengambil alih<br />
lahan seluas 11 hektare itu. Seperti juga tanah<br />
mereka sebelumnya, lahan kosong itu mereka<br />
hutankan kembali. Kini puluhan hektare lahan<br />
itu sudah menjadi hutan lebat. Sebagian berfungsi<br />
sebagai hutan konservasi, sebagian lagi<br />
dia manfaatkan sebagai hutan produksi yang<br />
memberikan manfaat ekonomi.<br />
Tapi sejak dulu tanah di kawasan Puncak<br />
selalu menjadi incaran orang. Suatu ketika pada<br />
2011, rumahnya beberapa kali diancam dibongkar.<br />
Bahkan alat berat sudah berdiri di kawasan<br />
rumahnya. Waktu itu, kata Bambang, seorang<br />
pejabat merasa tersinggung karena menolak<br />
lokasi hutannya digunakan sebagai tempat<br />
kampanye.<br />
“Katanya rumah saya disebut vila tak berizin<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
dan harus dibongkar,” kata Bambang menirukan<br />
salah seorang petugas yang akan membongkar<br />
rumahnya. Padahal, kata Bambang, rumahnya<br />
hanya bangunan kayu yang luasnya tak seberapa<br />
dibanding luas hutan dengan ribuan pohon<br />
besar.<br />
Entah kenapa ancaman itu tak pernah terlaksana.<br />
Bambang menduga ancaman itu merupakan<br />
buntut dari kritik yang sering ia lontarkan<br />
terhadap kebijakan pemerintah daerah yang<br />
tak serius menjaga kawasan Puncak. Alih-alih<br />
difungsikan sebagai kawasan konservasi yang<br />
rimbun dengan pepohonan, Puncak malah<br />
rimbun oleh vila.<br />
Pengalamannya merehabilitasi lahan tandus<br />
menjadi hutan secara organik membuat Bambang<br />
menjadi langganan pembicara seminar<br />
di dalam negeri maupun mancanegara. “Saya<br />
tak punya latar belakang kehutanan, tak punya<br />
banyak uang dan dukungan politik. Yang saya<br />
punya hanyalah semangat. Dan itulah yang bisa<br />
saya bagikan,” katanya. n KUSTIAH<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
BIODATA<br />
BAMBANG ISTIAWAN<br />
LAHIR<br />
Jakarta, 17 Oktober 1954<br />
SEKOLAH<br />
STM, Jakarta, 1973<br />
PENGALAMAN KERJA<br />
● Project Coordinator PT Sinergi Mitra Sejati,<br />
2013<br />
● Technical Advisor PT Radiant Utama, 2010-<br />
2011<br />
● Independent Inspector PT Saripari Pertiwi<br />
Abadi, 2008<br />
● Project Coordinator PT Sillo Maritime Perdana,<br />
2005-2006<br />
● Independent Chief Inspector untuk Caltex<br />
Pacific Indonesia, Huabei Petroleum, Meta<br />
Epsi, PT Bormindo Nusantara, PT Dimas<br />
Drillindo, PT Tridiantara Alvindo, 1995-2005<br />
MAJALAH DETIK 1619 - 22 - 25 FEBRUARI JANUARI 2015
FOKUS<br />
KOMJEN BUWAS<br />
BIKIN<br />
CEMAS<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
KEPALA BARESKRIM KOMJEN BUDI WASESO, YANG MEMERINTAHKAN PENYELIDIKAN<br />
TERHADAP PIMPINAN KPK, MALAH MASUK DAFTAR CALON KAPOLRI. TERBELIT BANYAK<br />
MASALAH, TAPI KARIERNYA TETAP MULUS.<br />
Bambang Widjojanto sebelum<br />
diperiksa di Bareskrim Polri<br />
sebagai tersangka kasus<br />
kesaksian palsu.<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
ADA satu kursi kosong terselip di antara<br />
17 kursi yang disiapkan di ruang<br />
rapat utama Mabes Polri. Kepala<br />
Badan Reserse Kriminal Komisaris<br />
Jenderal Budi Waseso, yang semestinya duduk<br />
di sana, belum juga datang, padahal sembilan<br />
jenderal yang dipimpin Wakil Kepala Polri Komisaris<br />
Jenderal Badrodin Haiti sudah menanti.<br />
Pagi itu, Rabu, 28 Januari 2015, Badrodin<br />
menerima tujuh delegasi Komisi Nasional Hak<br />
Asasi Manusia. Selang beberapa menit setelah<br />
pertemuan dimulai, Komjen Budi Waseso akhirnya<br />
memasuki ruang rapat.<br />
Melihat Budi datang, komisioner Komnas<br />
HAM, Nur Kholis, bernapas lega. Pasalnya, mereka<br />
hari itu datang untuk melobi Mabes Polri<br />
agar bisa memeriksa Budi Waseso.<br />
Nur Kholis mengakui tidak mudah meminta<br />
keterangan kepada polisi berkaitan dengan penyelidikan<br />
dugaan pelanggaran hak asasi manusia<br />
dalam penangkapan Wakil Ketua Komisi<br />
Pemberantasan Korupsi Bambang Widjojanto.<br />
“Kalau dengan Polri, tidak begitu saja memanggil<br />
Budi Waseso yang Kabareskrim,” ujarnya. “Nah,<br />
di pertemuan itulah Waseso sedikit kami sentil<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Kami juga<br />
mempersoalkan<br />
kenapa tidak<br />
melakukan<br />
pemanggilan,<br />
lalu dinyatakan<br />
ditahan.<br />
soal dugaan kriminalisasi.”<br />
Bukan tidak beralasan jika para komisioner<br />
ragu bos reserse itu mau diperiksa. Sebab, dalam<br />
sejarah Komnas HAM, para jenderal memang<br />
ogah memenuhi panggilan lembaga independen<br />
ini. Apalagi Budi Waseso tidak menggubris<br />
desakan agar menyetop penyelidikan terhadap<br />
pimpinan KPK.<br />
Buwas—begitu dia biasa disapa—memang dinanti<br />
penjelasannya oleh Komnas HAM. Adalah<br />
koalisi Masyarakat Sipil Anti-Korupsi yang mengadukan<br />
adanya pelanggaran hak asasi terhadap<br />
Bambang oleh Bareskrim Mabes Polri.<br />
Dugaan pelanggaran yang ditelusuri adalah<br />
berlebihannya jumlah dan persenjataan personel<br />
yang menangkap Bambang. “Kami juga mempersoalkan<br />
kenapa tidak melakukan pemanggilan,<br />
lalu dinyatakan ditahan,” kata Nur Kholis.<br />
Komnas HAM juga menelisik dugaan kesengajaan<br />
mempercepat penetapan tersangka<br />
Bambang yang terjadi setelah KPK menetapkan<br />
calon tunggal Kapolri, Komisaris Jenderal Budi<br />
Gunawan, sebagai tersangka kasus gratifikasi.<br />
Lima hari sejak dilaporkan, Bambang ditetapkan<br />
sebagai tersangka mengarahkan kesaksian palsu<br />
dalam sidang sengketa pemilihan Bupati Kotawaringin<br />
Barat di Mahkamah Konstitusi.<br />
Buwas juga jadi sorotan publik setelah ketahuan<br />
polisi menangkap Bambang saat masih<br />
mengenakan sarung. Saat Bambang memprotes<br />
surat penangkapan, seorang polisi sempat<br />
mengancam akan melakban mulutnya.<br />
Buwas dituding berniat melemahkan KPK<br />
dengan menerbitkan surat perintah penyelidikan<br />
terhadap pimpinan KPK lainnya: Abraham<br />
Samad, Zulkarnain, dan Adnan Pandu Praja. Selain<br />
itu, ia dianggap menghalangi penyelidikan<br />
terhadap Budi Gunawan dengan mengirim telegram<br />
rahasia yang melarang polisi memenuhi<br />
panggilan KPK.<br />
Buwas sendiri membantah pihaknya berlebihan<br />
saat menangkap Bambang Widjojanto. “Mana<br />
bukti pengerahan berlebihan?” kata Buwas saat<br />
ditemui majalah detik di rumah dinas Kabareskrim<br />
pada Jumat, 13 Februari 2015.<br />
Buwas mengatakan sudah menyerahkan video<br />
rekaman penangkapan itu kepada Komnas<br />
HAM. Ia juga menganggap cepatnya Bambang<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
status tersangka Budi Gunawan. Penyelidikan<br />
terhadap pimpinan KPK dilakukan atas laporan<br />
masyarakat dan kebetulan yang tersangkut adalah<br />
petinggi komisi antirasuah itu. “Saya tidak<br />
dendam. Buktikan kalau saya dendam, tidak<br />
perlu waswaslah.”<br />
●●●<br />
Kepala Badan Reserse<br />
Kriminal Mabes Polri Inspektur<br />
Jenderal Budi Waseso sebelum<br />
memberi keterangan di<br />
Komnas HAM Jakarta, Jumat<br />
(30/1).<br />
FANNY OCTAVIANUS/ANTARAFOTO<br />
jadi tersangka bukan hal yang luar biasa.<br />
Soal telegram rahasia, Buwas menyatakan niatnya<br />
bukan buat menghalangi penyidikan KPK.<br />
Isi telegram itu, kata dia, mengingatkan personel<br />
Polri bahwa mereka wajib melapor ke Divisi<br />
Profesi dan Pengamanan serta Divisi Pembinaan<br />
Hukum sebelum memenuhi panggilan KPK.<br />
Buwas menegaskan tidak ada upaya kriminalisasi<br />
oleh Polri terhadap KPK sebagai balasan<br />
Lulus dari Akademi Polisi pada 1984, karier<br />
Budi Waseso baru tertangkap radar saat menjabat<br />
Kepala Kepolisian Resor Barito Utara,<br />
Kalimantan Tengah. Di sana ia terseret pusaran<br />
kasus korupsi pelelangan kayu hasil pembalakan<br />
liar yang melibatkan Kepala Dinas Kehutanan<br />
Toboryano Angga dan Ketua DPRD Barito Utara<br />
H Baslenudin.<br />
Kala itu Budi Waseso dipanggil sebagai saksi<br />
meringankan, tapi ia menolak. Kerabat Buwas<br />
yang menetap di Semarang, Adi Susilo, mendapat<br />
cerita dari pamannya tersebut bahwa dalam<br />
kasus seperti itu ia kerap menghadapi jenderal<br />
yang jadi beking. “Dia dimarah-marahi kok sama<br />
jenderal di Jakarta dan disingkir-singkirkan terus,”<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Kasus itu<br />
bukannya<br />
diselidiki,<br />
tapi malah<br />
diselesaikan<br />
dengan cara<br />
dituduh<br />
pelakunya teman<br />
si korban.<br />
ujarnya.<br />
Dari Barito Utara, Buwas digeser ke Polres<br />
Palangkaraya. Saat menjabat Kepala Polres<br />
Palangkaraya pada 2002 hingga 2005 inilah,<br />
Koordinator Badan Pekerja Komisi untuk Orang<br />
Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras)<br />
Haris Azhar mencatat, Buwas melakukan pembiaran<br />
atas ada dua kasus.<br />
Buwas dianggap Kontras menutup mata<br />
terhadap Upik, tahanan yang tewas di Markas<br />
Polres Palangkaraya. Kejanggalan kasus kematian<br />
Upik yang terjadi pada 1999 itu sebenarnya<br />
terungkap pada era Buwas. “Ketika terungkap<br />
itu kasusnya tidak diteruskan,” kata Haris.<br />
Lalu pada 2004, Polres Palangkaraya menangani<br />
kasus kematian akibat peluru nyasar.<br />
Menurut keterangan yang dihimpun Kontras,<br />
insiden itu terjadi akibat perebutan senjata di<br />
antara dua anggota Brimob.<br />
“Senjatanya meletus kena orang sipil,” kata<br />
Haris. “Kasus itu bukannya diselidiki, tapi malah<br />
diselesaikan dengan cara dituduh pelakunya<br />
teman si korban.”<br />
Selepas dari Palangkaraya, karier Buwas lebih<br />
banyak di Provos. Ia menjabat rupa-rupa posisi di<br />
Divisi Profesi dan Pengamanan. Puncaknya, saat<br />
menjabat Kepala Pusat Pengamanan Internal<br />
Mabes Polri, Buwas memimpin penangkapan<br />
terhadap Komisaris Jenderal Susno Duadji yang<br />
hendak terbang ke Singapura pada April 2010.<br />
Buwas pada 2011 juga menyemprit polisi yang<br />
juga artis, Norman Kamaru, karena manggung<br />
di televisi tanpa izin atasannya. “Tidak ada (sanksi),<br />
hanya kita suruh pulang untuk urus izin di<br />
sana (Gorontalo),” ujarnya ketika itu.<br />
Kala menapaki karier sebagai provos itulah<br />
Buwas bersinggungan dengan Budi Gunawan.<br />
Saat itu Budi Gunawan menjabat Kepala Divisi<br />
Profesi dan Pengamanan Mabes Polri, yang<br />
membawahi Buwas.<br />
Memang saat itu Buwas dilaporkan Wakil Kepala<br />
Polda Sulawesi Utara Komisaris Besar Jenmard<br />
Mangolui Simatupang ke Mabes Polri dan Komisi<br />
Kepolisian Nasional. Penyelidikan yang dipimpin<br />
Buwas menyimpulkan Jenmard dan dua perwira<br />
Polda Sulawesi Utara lainnya bersalah dan dicopot<br />
dari jabatannya.<br />
Belakangan, Jenmard tidak terima dan menu-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Demo mendukung pengusutan<br />
rekening gendut di depan Istana<br />
Negara, Jakarta, beberapa waktu<br />
lalu.<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
ding surat pencopotannya palsu. Namun, berdasarkan<br />
penelusuran Kompolnas, surat tersebut<br />
dikeluarkan oleh bidang Sumber Daya Manusia<br />
Polri atas perintah Kapolri Jenderal Timur Pradopo.<br />
Buwas membantah ada permainan dalam<br />
kasus hukum yang ditanganinya, baik di lingkup<br />
internal Polri maupun yang melibatkan masyarakat.<br />
“Begini saja, kalau saya dulu meras, memainkan<br />
perkara, pasti laporan terhadap saya<br />
banyak sekali,” ujarnya.<br />
Bukannya meredup, setelah laporan itu, karier<br />
Buwas malah hidup lagi. Pada 2012, ia mendapat<br />
promosi jadi brigadir jenderal dan memimpin<br />
Polda Gorontalo.<br />
Media-media lokal pun menyanjung Buwas<br />
semasa di Gorontalo karena dianggap berhasil<br />
menekan angka judi togel dan peredaran minuman<br />
keras. Toh, masanya di Gorontalo ternyata<br />
hanya seumur jagung dan dimutasi ke<br />
Jakarta.<br />
Buwas ketika itu membantah dia dipindah<br />
karena tengah menangani kasus korupsi pejabat<br />
pemerintah provinsi. Namun Adi Susilo membisikkan<br />
Buwas dicopot akibat mengusut kasus<br />
korupsi yang diduga melibatkan orang nomor<br />
satu di Gorontalo.<br />
Terlempar dari jabatan Kapolda Gorontalo,<br />
Buwas menjadi dosen di Sekolah Staf Pemimpin<br />
Polri dan tidak lama setelahnya ia jadi Kepala<br />
Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi Polri. Lagi-lagi<br />
ia bertemu dengan Budi Gunawan, yang tengah<br />
jadi Kepala Lembaga Pendidikan Polri.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Kepala Badan Reserse<br />
Kriminal Mabes Polri Komjen<br />
Pol Budi Waseso (kanan)<br />
menerima ucapan selamat<br />
seusai upacara kenaikan<br />
pangkat jadi bintang tiga di<br />
Mabes Polri, Jakarta, Kamis<br />
(5/2).<br />
M AGUNG RAJASA/ANTARAFOTO<br />
“Mas Budi kebetulan habis dari Gorontalo kan<br />
dibuang jadi dosen,” kata Adi. “Otomatis (Budi<br />
Gunawan) jadi pimpinannya. Jadi dia loyal kepada<br />
pimpinan.”<br />
Buwas menyatakan kedekatannya dengan<br />
Budi Gunawan sebatas pekerjaan. “Karena saya<br />
anak buah, kedekatan saya sama beliau itu memang<br />
karena saya anak buahnya,” ujarnya. “Janganlah<br />
kedekatan itu disalahartikan. Yakinlah<br />
kami dekat karena pekerjaan.”<br />
Soal beredarnya foto putrinya bergandengan<br />
tangan dengan anak Budi Gunawan, M. Herviano,<br />
Buwas tidak membantahnya. “Sekarang<br />
begini, seperti kalau saya dalam pendekatan ketika<br />
naksir seseorang, itu kan pasti pendekatan,<br />
sah-sah saja,” ujarnya. “Mesra atau gandengan<br />
tidak apa-apa.”<br />
Namun kedekatan ini jadi ganjalan tersendiri<br />
dalam peluangnya menjadi Kapolri. Setelah naik<br />
pangkat jadi komisaris jenderal pada 5 Februari<br />
lalu, Buwas memang bisa jadi calon orang nomor<br />
satu di kepolisian.<br />
Peluangnya menguat karena ia memegang<br />
jabatan bergengsi Kabareskrim, yang didapatnya<br />
setelah posisi itu ditinggalkan Komjen Suhardi<br />
Alius. Suhardi dicopot bersamaan dengan<br />
pemberhentian Kapolri Jenderal Sutarman oleh<br />
Presiden Joko Widodo.<br />
Beberapa sumber majalah detik menyayangkan<br />
langkah awal Buwas dengan menye-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Teman seangkatan Komjen<br />
Budi Waseso di Akpol, Irjen<br />
Djoko Susilo, saat diperiksa<br />
kasus dugaan korupsi<br />
pengadaan alat uji simulator<br />
SIM, 2012.<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
rang KPK. Bahkan ia dinilai kelewat membela<br />
Budi Gunawan saat menyebut polisi pembocor<br />
dokumen yang memungkinkan KPK mendapat<br />
alat bukti buat menjerat atasannya itu sebagai<br />
pengkhianat.<br />
Karena itu, meski namanya masuk daftar<br />
nama calon Kapolri pengganti Budi Gunawan<br />
yang diajukan kepada Jokowi, Kompolnas sedikit<br />
enggan menempatkannya di urutan pertama.<br />
“Jangan pula memilih polisi yang bermasalah<br />
yang banyak mendapatkan resistensi dari masyarakat,”<br />
kata anggota Kompolnas, Edi Hasibuan.<br />
Selain kedekatan dengan Budi Gunawan, Buwas<br />
dianggap terlalu muda. Calon Kapolri lainnya,<br />
Komjen Dwi Priyatno dan Komjen Anang<br />
Iskandar, lebih senior ketimbang Buwas.<br />
Sementara itu, bersaing dengan teman seangkatannya,<br />
Kepala Badan Pemelihara Keamanan<br />
Polri Komjen Putut Eko Bayuseno, Buwas kalah<br />
rekam jejak karena koleganya itu pernah jadi<br />
Kapolda Metro Jaya. Meski tidak ada aturan<br />
tertulis bahwa Kapolri harus pernah memimpin<br />
wilayah “A”, seperti Polda Metro Jaya dan Polda<br />
Sumatera Utara, komisioner Kompolnas, Hamidah,<br />
menyatakan pengalaman itu tetap jadi<br />
pertimbangan mereka.<br />
Masuknya Buwas dalam bursa calon Kapolri<br />
yang diajukan Kompolnas mendapat dua reaksi<br />
kontras. Kubu yang mendukung terutama<br />
teman-teman seangkatan Buwas, antara lain<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Silakan saja,<br />
wong saya<br />
tidak nafsu jadi<br />
pimpinan Polri.<br />
Brigjen I Ketut Untung Yoga Ana, yang menggantikan<br />
Buwas di Sekolah Staf dan Pimpinan<br />
Tinggi Polri.<br />
Yoga menegaskan, angkatannya punya semboyan<br />
“one forever” alias satu untuk selamanya.<br />
“Pasti kami dukung, apalagi angkatan kami, gitu<br />
kan.”<br />
Melesatnya karier Buwas menjadi Kabareskrim<br />
dianggap kembali mencerahkan masa<br />
depan angkatan 1984. Sebelumnya, angkatan ini<br />
terpuruk karena salah satu bintangnya, Inspektur<br />
Jenderal Djoko Susilo, terbukti melakukan<br />
korupsi dalam kasus pengadaan alat uji simulator<br />
surat izin mengemudi.<br />
Karier Buwas juga lebih cerah dari peraih<br />
Adhi Makayasa angkatan 1984, Brigjen<br />
Wahyu Indra Pramugari. Wahyu yang lulusan<br />
terbaik dari kepolisian itu kini "diparkir" jadi<br />
widyaiswara madya Sespimti Polri setelah<br />
KPK mendapati Wahyu juga kecipratan duit<br />
korupsi kasus simulator sebesar Rp 500 juta<br />
dari Irjen Djoko Susilo.<br />
Namun pihak yang menolak Buwas juga<br />
tidak sedikit. Mendatangi Kompolnas, para<br />
advokat yang tergabung dalam Forum Advokat<br />
Pengawal Konstitusi menolak Buwas karena tak<br />
pernah melaporkan hartanya ke KPK dan mengotaki<br />
penangkapan Bambang Widjojanto.<br />
Sementara itu, Kontras dan Indonesia Corruption<br />
Watch sejak Kamis, 12 Februari, menggalang<br />
dukungan buat melaporkan Buwas ke Divisi<br />
Profesi dan Pengamanan Polri. Haris Azhar mengatakan<br />
pihaknya ingin mendorong polisi juga<br />
memproses temuan Komnas HAM soal adanya<br />
dugaan pelanggaran hak asasi dalam proses<br />
penangkapan Bambang Widjojanto. “Nah, kita<br />
ingin Propam kerja dong, kok diam saja, nih,”<br />
ujarnya.<br />
Ditentang, Buwas tak gentar. “Itu hak Komnas<br />
HAM menyatakan saya bersalah. Silakan saja<br />
umumkan, memang kenapa?” ujarnya. “Silakan<br />
saja, wong saya tidak nafsu jadi pimpinan Polri.”<br />
■ ISFARI HIKMAT, BAHTIAR RIFAI, IBAD DUROHMAN, MONIQUE SHINTAMI, ARYO<br />
BHAWONO, IRWAN NUGROHO | OKTA WIGUNA<br />
TAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR<br />
MAJALAH DETIK 16 - - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
SEBULAN<br />
TANPA KEPALA<br />
KEPOLISIAN Republik Indonesia<br />
sudah hampir sebu lan tak<br />
memiliki pemimpin sejak Kepala<br />
Polri Jenderal Sutarman dicopot<br />
pada 16 Januari 2015. Calon<br />
tunggal penggantinya, Komisaris<br />
Jenderal Budi Gunawan, tak<br />
kunjung dilantik Presiden Joko<br />
Widodo karena terganjal status<br />
tersangka kasus gratifikasi.<br />
Desakan untuk melantik Budi<br />
dan juga membatalkan pencalonannya<br />
terus mengalir, tapi<br />
Jokowi belum juga mengambil<br />
keputusan. Berikut ini tarik-ulur<br />
penetapan Kepala Polri baru<br />
selama hampir sebu lan terakhir<br />
ini.<br />
5 Januari<br />
Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) menggelar<br />
“Kapolri Idol” di situs resminya, calonnya meminta<br />
masukan masyarakat terhadap lima komisaris jenderal,<br />
yakni Badrodin Haiti, Budi Gunawan, Dwi Priyatno,<br />
Putut Eko Bayuseno, dan Suhardi Alius.<br />
13 Januari<br />
Komisi Hukum DPR mempercepat rapat membahas calon<br />
Kapolri yang sedianya baru 19 Januari 2015.<br />
15 Januari<br />
Sidang paripurna DPR menyetujui Komjen Budi Gunawan<br />
sebagai pengganti Kapolri Jenderal Sutarman.<br />
19 Januari<br />
Mabes Polri mengajukan gugatan praperadilan penetapan<br />
tersangka Komjen Budi Gunawan ke Pengadilan Negeri Jakarta<br />
Selatan.<br />
25 Januari<br />
Jokowi membentuk Tim 9, tim independen buat menyelesaikan<br />
konflik KPK dan Polri akibat penetapan Budi Gunawan sebagai<br />
tersangka.<br />
29 Januari<br />
Jokowi menggelar pertemuan estafet dengan Ketua Umum<br />
Gerindra Prabowo Subianto, Wakapolri Komjen Badrodin<br />
Haiti, Kabareskrim Irjen Budi Waseso, serta Kompolnas. Usai<br />
rangkaian pertemuan, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan<br />
Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno menyatakan pengangkatan<br />
Kapolri menunggu putusan sidang praperadilan.<br />
Februari<br />
Mensesneg Pratikno menyarankan Komjen Budi mundur agar<br />
mempermudah penyelesaian masalah pemilihan Kapolri baru.<br />
Petinggi partai koalisi pendukung Jokowi bertemu Presiden di<br />
Istana dan membahas pelantikan Budi Gunawan.<br />
3<br />
Februari<br />
Jokowi janji segera memutuskan Kapolri baru. “Nanti<br />
minggu depan akan kita putuskan. Bisa Senin, Selasa, Rabu,<br />
Kamis, Jumat, atau Sabtu.”<br />
5<br />
Februari<br />
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan mulai menyidangkan<br />
gugatan praperadilan penetapan tersangka oleh Komjen Budi<br />
Gunawan.<br />
9<br />
11<br />
Februari<br />
Menteri-Sekretaris Negara Pratikno sudah menyampaikan<br />
berkas calon Kapolri baru dari Kompolnas, tapi Jokowi belum<br />
mau melihatnya.<br />
13<br />
Februari<br />
Santer diberitakan bakal membatalkan pelantikan Komjen Budi<br />
Gunawan, Jokowi kembali menunda karena butuh perhitungan<br />
yang matang. “Secepatnya.”<br />
9 Januari<br />
Jokowi mengajukan Komjen Budi Gunawan sebagai calon<br />
tunggal Kapolri kepada DPR.<br />
12 Januari<br />
KPK menerbitkan surat penetapan Komjen Budi Gunawan<br />
sebagai tersangka kasus gratifikasi saat menjabat Kepala<br />
Biro Pembinaan Karier Deputi SDM Mabes Polri tahun 2006.<br />
14 Januari<br />
DPR tetap melanjutkan uji kepatutan dan kelayakan<br />
terhadap Budi Gunawan.<br />
16 Januari<br />
22 Januari<br />
28 Januari<br />
30 Januari<br />
2 Februari<br />
4 Februari<br />
6 Februari<br />
10 Februari<br />
12 Februari<br />
Jokowi mencopot Kapolri Jenderal Sutarman, tetapi<br />
menunda pelantikan Budi Gunawan. Wakapolri Komjen<br />
Badrodin Haiti dijadikan Pelaksana Tugas Kapolri.<br />
Budi melaporkan pimpinan KPK, Abraham Samad dan<br />
Bambang Widjojanto, ke Kejaksaan Agung dan ke Mabes<br />
Polri dengan tudingan penyalahgunaan wewenang dan<br />
menyalahi prosedur penetapan sebagai tersangka.<br />
Tim 9 menyampaikan rekomendasi agar Jokowi tak<br />
melantik Budi, yang menurut mereka penetapannya<br />
memang bukan inisiatif Presiden. Jokowi dianjurkan<br />
memilih calon Kapolri baru.<br />
Budi Gunawan mangkir dari panggilan pemeriksaan<br />
oleh KPK.<br />
Sidang perdana praperadilan BG ditunda karena KPK<br />
tidak hadir.<br />
Ketua DPR Setya Novanto menemui Jokowi dan<br />
menyatakan pelantikan Budi sepenuhnya hak<br />
prerogatif presiden.<br />
Ketua Tim 9 Syafii Maarif menyatakan diberi<br />
tahu Jokowi tentang pembatalan pelantikan Budi<br />
Gunawan.<br />
Budi Gunawan menyatakan tidak akan mundur<br />
sebelum ada vonis sidang praperadilan.<br />
Kompolnas mulai mewawancarai empat calon<br />
Kapolri baru di Mabes Polri.<br />
Kompolnas menyerahkan enam nama calon<br />
Kapolri baru pengganti Budi Gunawan kepada<br />
Seskab Andi Widjajanto.<br />
Seskab Andi Widjajanto memastikan Jokowi<br />
akan mengumumkan Kapolri paling lambat 15<br />
Februari 2015.<br />
OKTA WIGUNA | INFOGRAFIS: MINDRA PURNOMO<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
PEMUDA PLAYBOY<br />
DARI ‘DANGER FAMILY’<br />
BUDI WASESO BERASAL DARI KELUARGA MILITER.<br />
AYAHNYA, KOLONEL (PURNAWIRAWAN) DANGIR<br />
MARWOTO, ADALAH BEKAS PERSONEL RPKAD DAN<br />
DIREKRUT PANGKOPKAMTIB SUDOMO MENJADI<br />
ANGGOTA OPERASI TERTIB.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Rumah dinas Kabareskrim<br />
Komjen Budi Waseso<br />
ISFARI HIKMAT /DETIKCOM<br />
RUMAH dinas Polri di Jalan Panglima<br />
Polim, Jakarta Selatan, itu<br />
dipermak di sana-sini. Sepekan ini,<br />
sejumlah tukang bekerja lembur<br />
sampai pukul 02.00 WIB. Renovasi rumah<br />
yang lumayan wah itu dikebut karena hendak<br />
ditempati penghuni baru.<br />
Penghuni barunya adalah Komisaris Jenderal<br />
Budi Waseso, Kepala Badan Reserse Kriminal<br />
Mabes Polri. Sudah hampir sebulan lulusan<br />
Akademi Kepolisian 1984 itu menduduki jabatan<br />
yang mentereng tersebut.<br />
Jumat, 13 Februari 2015, malam, mengendarai<br />
Toyota Kijang Innova, pria yang biasa disapa<br />
Buwas itu datang untuk mengecek perkembangan<br />
renovasi rumah dinasnya tersebut.<br />
Maklum, keesokan harinya, ia menggelar syukuran<br />
dengan mengundang kerabat dan anak<br />
yatim.<br />
Menurut Buwas, renovasi rumah dinas tidak<br />
dilakukan secara besar-besaran. Hanya, ia ingin<br />
sedikit menyulap ruangan belakangnya menjadi<br />
semacam bengkel untuk memenuhi hobi<br />
otomotifnya. Berdekatan dengan bengkel, dia<br />
juga akan membangun ruang khusus untuk<br />
para ajudan.<br />
Selama ini Buwas tinggal di rumah mertuanya,<br />
asrama TNI Angkatan Darat Bulak Rantai,<br />
Kramat Jati, Jakarta Timur. Menjadi polisi, ia<br />
mengaku membeli rumah seluas 78 meter<br />
persegi di Bogor. Saat itu pangkatnya masih<br />
komisaris besar.<br />
Namun, meski juga sudah direnovasi, rumah<br />
yang oleh pemilik lama dikredit melalui Bank<br />
Tabungan Negara itu tidak pernah dihuni.<br />
Bahkan lama-kelamaan rumah tersebut dijual.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Budi Waseso (kiri) usai berburu<br />
babi.<br />
REPRO/ARI SAPUTRA<br />
“Terlalu jauh dari kantor,” kata Buwas.<br />
Mertua Buwas bukan polisi sembarangan.<br />
Retno Setyowati, istrinya, adalah anak pensiunan<br />
polisi berpangkat letnan jenderal, Pamoedji.<br />
Pamoedji adalah Deputi Kapolri (Wakil Kepala<br />
Polri) pada 1980-an. Ia juga tercatat sebagai<br />
pendiri PT Asuransi Bhakti Bhayangkara, perusahaan<br />
asuransi anggota Polri, pada 1987.<br />
Lembaga yang masih berdiri sampai sekarang<br />
itu dibentuk oleh Pamoedji setelah gagal<br />
menghidupkan kembali Bank Bhayangkara<br />
Sejahtera, yang sempat ditutup kegiatan operasionalnya.<br />
Nama mantan Kepala Polda Jawa<br />
Timur itu juga beberapa kali muncul di media<br />
pada zaman penembakan misterius (petrus).<br />
Buwas kenal dengan anak sang jenderal saat<br />
kuliah di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian.<br />
Baru sebulan menjalin komunikasi, ia memu-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
Katanya di atas<br />
Rp 1 miliar.<br />
Bima Arya<br />
tuskan menikahi perempuan yang kini sudah<br />
memberinya tiga anak itu. Buwas mengaku sebelumnya<br />
suka ganti-ganti pacar alias playboy.<br />
“Itu masa muda saja, masa memilih,” ucapnya<br />
sambil terbahak.<br />
Tak sulit bagi Buwas mendapatkan Retno,<br />
karena ia sendiri berasal dari keluarga tentara.<br />
Buwas adalah anak ketiga dari seorang veteran<br />
TNI yang lumayan dikenal di Pati, Jawa Tengah,<br />
Kolonel (Purnawirawan) Dangir Marwoto. Dangir<br />
pernah bergabung di Resimen Pasukan<br />
Komando Angkatan Darat, pasukan pimpinan<br />
Sarwo Edhie Wibowo, yang ikut dalam<br />
penumpasan kader simpatisan Partai Komunis<br />
Indonesia.<br />
Dangir lantas dipindahkan ke bagian logistik<br />
AD. Tak lama, ia ditarik oleh Laksamana<br />
Sudomo setelah mantan Pangkopkamtib itu<br />
membentuk Operasi Tertib. Operasi Tertib<br />
adalah lembaga pemberantasan korupsi zaman<br />
Presiden Soeharto. Semacam Komisi Pemberantasan<br />
Korupsi era sekarang. “Itu gabungan<br />
dari TNI, Polri, dan Kejaksaan,” kata Buwas.<br />
Buwas bukan satu-satunya penerus Dangir<br />
sebagai aparat keamanan negara. Adik Buwas,<br />
Adi Wahyudi, adalah perwira di TNI AD dengan<br />
pangkat letkol. Selebihnya, saudara-saudara<br />
kandung Buwas ada yang bekerja di lembaga<br />
pemerintah dan berbisnis. Mereka menyebut<br />
keluarga besar Dangir itu dengan istilah “Danger<br />
Family”.<br />
Saat masih hidup, Dangir banyak menyimpan<br />
mobil kuno. Setelah meninggal tahun 1990,<br />
mobil-mobil itu diwariskan kepada anak dan<br />
cucunya. Salah satu mobil warisan Dangir itu<br />
terlihat dipakai Wali Kota Bogor Bima Arya<br />
untuk upacara peringatan Hari Kemerdekaan<br />
RI 17 Agustus tahun lalu.<br />
Mobil Chevrolet Bel Air keluaran 1955 itu<br />
dipinjamkan secara sukarela oleh Firman<br />
Nugroho, cucu Dangir. Menurut Bima Arya,<br />
mobil jenis sedan itu masih nyaman. Ia sempat<br />
mendapat informasi bahwa harga jual mobil itu<br />
sangat fantastis. “Katanya di atas Rp 1 miliar,”<br />
ujar Bima Arya, yang mengaku menggunakan<br />
mobil itu untuk menampilkan simbol Kota Bogor<br />
akan menjaga heritage.<br />
Adi Susilo, keponakan Buwas, mengatakan<br />
pamannya itu mendapat warisan dua unit jip<br />
dari Dangir. Salah satunya Wrangler CJ7 ber-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Jeep CJ7 1980 milik Budi<br />
Waseso<br />
JIP.CO.ID<br />
warna kuning keluaran 1980. Tiga tahun lalu,<br />
Buwas memodifikasinya di bengkel Hidayat,<br />
Solo, Jawa Tengah. “Saya cuma betulin sedikit,<br />
kok,” kata Hidayat kepada majalah detik.<br />
Dari dua jip itu, koleksi Buwas bertambah.<br />
Rekan seangkatannya di Akademi Kepolisian,<br />
Irjen I Ketut Untung Yoga Ana, mengaku sempat<br />
melihat Budi mengendarai Toyota Hardtop.<br />
Sedangkan Adi Susilo mengatakan, kepadanya<br />
pernah diperlihatkan mobil Suzuki Jimny dan<br />
Daihatsu Taft. “Dia pernah bawa masuk mobil<br />
kunonya ke Mabes Polri,” ujar Adi.<br />
Sampai saat ini, tidak diketahui berapa jumlah<br />
pasti mobil klasik yang dimiliki Buwas. Ia menyebut<br />
bisa membeli mobil-mobil kuno di tepi<br />
jalan yang kondisinya nyaris seperti rongsokan.<br />
Mobil itu lantas dia dandani selama berbulanbulan<br />
dan, setelah jadi, langsung ditunggangi.<br />
Kalau sudah puas, ia akan menjualnya. “(Wrangler<br />
CJ7) itu sudah hilang (terjual),” katanya.<br />
Yang jelas, uang yang dikeluarkan untuk<br />
mendandani mobil itu tidak sedikit. Buwas tak<br />
segan merogoh kocek dalam untuk mengganti<br />
seluruh bagian mobil sesuai dengan seleranya.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Kabareskrim Polri Irjen Pol Budi<br />
Waseso (kiri) bersama Menko<br />
Polhukam Tedjo Edhy (kedua<br />
kiri), Menteri Kebudayaan dan<br />
Pendidikan Dasar Menengah<br />
Anies Baswedan (kedua kanan),<br />
Menkum HAM Yasonna H. Laoly<br />
pada sebuah acara di Mabes<br />
Polri, Jakarta (31/1).<br />
ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN<br />
Mobil CJ7, misalnya, ia ganti seluruh komponennya,<br />
dari kaki-kaki sampai mesin. Modifikasi<br />
mobil itu pernah diulas oleh majalah otomotif<br />
JIP.<br />
Selain maniak mobil klasik, Buwas banyak<br />
mengoleksi senjata api serta pisau komando.<br />
Sampai saat ini, ia tercatat sebagai Ketua Persatuan<br />
Menembak Sasaran dan Berburu Seluruh<br />
Indonesia (Perbakin) Bidang Tembak Berburu.<br />
“Surat-suratnya lengkap,” kata dia sambil menunjukkan<br />
kartu anggota Perbakin.<br />
Kegemaran berburu itu, tutur Buwas, dimulai<br />
sejak SD. Hobi berburu itu terus berlanjut hingga<br />
menjadi pejabat di Polri. Biasanya ia berburu babi<br />
hutan di kawasan Sukabumi, Jawa Barat. Ia membawa<br />
jip untuk berburu dan mengajak beberapa<br />
anggota keluarga atau teman. Artis pelawak Parto<br />
pernah ikut berburu bareng Buwas.<br />
Kariernya yang moncer membuat Buwas<br />
menjadi salah satu yang dituakan di keluarga<br />
Dangir. Kepada keluarganya, Buwas menasihati<br />
agar menggunakan harta kekayaan di jalan yang<br />
benar. Buwas juga suka menceramahi keluarga<br />
tentang agama. “Dia bilang, kalau sudah punya<br />
uang, langsung haji atau umrah,” kata Adi.<br />
Namun, di samping religius, Buwas ternyata<br />
percaya pada hal-hal yang berbau klenik. Adi<br />
menuturkan Buwas menggaet orang pintar<br />
untuk melindunginya dari serangan makhluk<br />
halus yang dikirim musuh-musuh Buwas. “Di<br />
kantor Bareskrim dapat serangan terus dari<br />
orang-orang yang sudah nyaman. Dia ada yang<br />
ikut bentengi di situ,” tuturnya. n ISFARI HIKMAT, IBAD<br />
DUROHMAN | IRWAN NUGROHO<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
NAMANYA<br />
JUGA USAHA,<br />
JENDERAL<br />
DWI PRIYATNO DISEBUT SEBAGAI CALON<br />
PALING KUAT KAPOLRI. BANYAK DIPUJI. DPR<br />
MERAGUKANNYA.<br />
GRANDYOS ZAFNA/ DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
(Searah jarum jam) Presiden<br />
Jokowi, Ketua DPR Setya<br />
Novanto, Benny K. Harman,<br />
dan Desmond J. Mahesa.<br />
DOK. DETIKCOM<br />
KOMISARIS Jenderal Budi<br />
Gunawan sudah hampir pasti<br />
tidak akan pernah menjadi Kapolri.<br />
Diwarnai perang dingin<br />
dengan partai pendukungnya,<br />
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Presiden<br />
Joko Widodo makin mantap membatalkan<br />
pelantikan tersangka kasus gratifikasi tersebut.<br />
Jokowi memang belum mengumumkan<br />
secara resmi keputusannya. Namun Presiden<br />
sudah berkonsultasi dengan Ketua Dewan Perwakilan<br />
Rakyat Setya Novanto dan Ketua Tim 9<br />
Syafii Maarif untuk menguatkan keputusannya<br />
membatalkan pelantikan calon Kapolri yang<br />
didukung PDI Perjuangan dan sudah disetujui<br />
DPR itu.<br />
Wakil Ketua Komisi III Desmond J. Mahesa<br />
menuturkan Jokowi menelepon Setya pada<br />
Rabu (11/2) malam. Keesokan harinya, Setya<br />
lantas mengundang pimpinan DPR dan anggota<br />
Komisi III untuk rapat membahas telepon<br />
Jokowi itu pada pukul 13.00 WIB.<br />
Desmond tidak bisa menghadiri rapat tersebut<br />
karena sedang berada di Medan. Karena<br />
mendadak, rapat pun akhirnya hanya dihadiri<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Presiden RI Joko Widodo (ketiga<br />
kanan) didampingi Ketua Umum<br />
Hanura Wiranto (kedua kanan)<br />
dan Ketua Umum PDIP Megawati<br />
Soekarnoputri (keempat<br />
kanan) menyanyikan lagu<br />
Indonesia Raya saat pembukaan<br />
Musyawarah Nasional II Partai<br />
Hanura di Solo, Jawa Tengah,<br />
Jumat (13/2). Munas kedua<br />
Partai Hanura berlangsung dari<br />
tanggal 13-15 Februari 2015.<br />
HAFIDZ MUBARAK/ ANTARA<br />
Setya dan Wakil Ketua Komisi III Benny K.<br />
Harman. Namun Setya kemudian membantah<br />
dia ditelepon Jokowi setelah PDI Perjuangan<br />
bersuara keras menyatakan yang menelepon<br />
Setya bukan Jokowi, melainkan Brutus.<br />
“Biarin saja dia berbohong. Biar publik tahu<br />
kebusukannya,” kata Desmond kepada majalah<br />
detik.<br />
Benny tidak membantah melakukan pertemuan<br />
dengan Setya membahas pembatalan<br />
pelantikan Budi Gunawan. Namun ia menolak<br />
membeberkan pertemuan tersebut. “Memang<br />
apa masalahnya? Enggak perlu kalian tahu,”<br />
katanya saat dihubungi majalah detik.<br />
Jokowi mengaku masih membutuhkan waktu<br />
untuk berhitung agar keputusannya tidak<br />
menimbulkan risiko besar, baik dari sisi hukum<br />
maupun politik. “Kalau masalahnya hanya satu,<br />
tidak bertumpukan, 1 X 24 jam sudah kita putuskan,”<br />
kata Jokowi.<br />
Secara politik, kasus Budi Gunawan ini<br />
memang berat bagi Jokowi. Hubungan Presiden<br />
dengan Ketua Umum PDI Perjuangan<br />
Megawati Soekarnoputri menjadi renggang<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Dwi Priyatno<br />
GRANDYOS ZAFNA/ DETIKCOM<br />
gara-gara Budi. Muncul kabar Jokowi sedang<br />
perang dingin dengan Mega. Isu ini seperti<br />
benar ketika kedua tokoh tidak bertegur sapa<br />
dalam acara pembukaan Munas Partai Hanura,<br />
padahal mereka duduk bersebelahan.<br />
Jokowi mengakui<br />
sudah mendapat<br />
Saya jadi Kapolda enam nama pengganti<br />
Budi Gunaw-<br />
Metro Jaya<br />
rasanya sudah<br />
an dari Komisi<br />
Kepolisian Nasional.<br />
alhamdulillah. Di<br />
“Nanti saya kasih<br />
kampung saya, tahu kalau sudah<br />
ini sudah jabatan waktunya,” kata<br />
yang paling<br />
Jokowi di sela-sela<br />
Munas.<br />
tinggi.<br />
Jokowi pada<br />
Selasa, 10 Februari,<br />
memanggil Kompolnas ke Istana, Jakarta.<br />
Namun Kompolnas kemudian hanya bertemu<br />
dengan Menteri-Sekretaris Negara Pratikno<br />
karena Jokowi mendadak menghadiri agenda<br />
lain. Kompolnas lantas menyerahkan amplop<br />
berwarna hijau kepada Pratikno. Isinya daftar<br />
nama calon Kapolri.<br />
Menurut anggota Kompolnas, Syafriadi Cut<br />
Ali, ada enam nama yang diserahkan. Empat<br />
nama, yakni Komjen Dwi Priyatno, Komjen Budi<br />
Waseso, Komjen Badrodin Haiti, dan Komjen<br />
Putut Eko Bayuseno, sudah diwawancarai<br />
Kompolnas. Dua nama, yakni mantan Kepala<br />
Badan Reserse Kriminal Komjen Suhardi Alius<br />
dan Kepala Badan Narkotika Nasional Komjen<br />
Anang Iskandar, ikut dimasukkan meski belum<br />
diwawancarai karena desakan sejumlah kalangan.<br />
Dari keenam nama itu, Jokowi condong<br />
mengusulkan Dwi Priyatno sebagai Kapolri<br />
baru. “Pak Jokowi minta pendapat hukum tentang<br />
Pak Dwi,” ujar Desmond, yang merupakan<br />
politikus Gerindra.<br />
●●●<br />
“Saya jadi Kapolda Metro Jaya rasanya sudah<br />
alhamdulillah. Di kampung saya, ini sudah jabatan<br />
yang paling tinggi.”<br />
Ajun Komisaris Besar Agung Mardjianto ma-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Kapolda Metro Jaya yang baru,<br />
Irjen Pol Dwi Priyatno, bersama<br />
istri melambaikan tangan<br />
saat mengikuti parade pisah<br />
sambut di halaman Polda Metro<br />
Jaya, Jakarta, Selasa (18/3).<br />
Irjen Pol Dwi Priyatno resmi<br />
menjadi Kapolda Metro Jaya<br />
menggantikan Irjen Pol Putut<br />
Eko Bayuseno yang menjadi<br />
Kabaharkam Polri.<br />
DHONI SETIAWAN/ ANTARA<br />
sih ingat ucapan Komjen Dwi Priyatno tersebut.<br />
Kala itu Dwi masih menjabat Kapolda Metro<br />
Jaya dan Agung menjadi sekretaris pribadinya.<br />
Dwi lahir di Purbalingga, Jawa Tengah, pada<br />
12 November 1959. Namun ia besar di Cipinang,<br />
Jakarta. Lulusan Akademi Polisi 1982 ini<br />
menjabat Kapolda Metro Jaya hanya enam bulan,<br />
18 Maret 2014 hingga 3 September 2014.<br />
Agung mengingat Dwi sebagai kapolda yang<br />
disiplin dan suka mengajak diskusi anak buahnya.<br />
Dwi sering datang ke kantor pukul 05.00<br />
WIB. “Biasanya lantas lari keliling. Selain lari, ia<br />
hobi golf,” kata Agung kepada majalah detik.<br />
Seminggu sekali, Dwi juga mengajak makan<br />
siang jajarannya di ruang kerjanya. Saat menjadi<br />
Kapolda Metro Jaya, Dwi suka memberi<br />
nasihat bahwa yang terpenting bukanlah jabatan,<br />
tapi bermanfaat bagi orang lain.<br />
“Sehebat apa pun kamu, Dik, kalau kamu<br />
tidak memberikan manfaat kepada orang lain,<br />
orang lain juga tak akan peduli dengan kehebatanmu,”<br />
kata Dwi seperti ditirukan Agung.<br />
Meski cuma enam bulan, Dwi dinilai sukses<br />
menjadi Kapolda Metro Jaya. Dwi biasanya turun<br />
langsung saat ada demo di Istana ataupun<br />
saat melakukan pengamanan pemilu.<br />
“Pengamanan pemilu legislatif dan pemilu<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Natalius PigaI<br />
DETIKCOM<br />
presiden 2014 di Jakarta buktinya lancar,” kata<br />
anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia,<br />
Natalius Pigai.<br />
Saat menjadi Kapolda Metro Jaya inilah Dwi<br />
menjalin kedekatan dengan Jokowi, yang saat<br />
itu menjabat Gubernur DKI Jakarta. Jokowi<br />
bertandang ke Markas Polda Metro Jaya pada<br />
19 Maret 2013 atau menjelang pemilu legislatif.<br />
Natalius beberapa kali bertemu dan bekerja<br />
sama dengan Dwi sejak jenderal bintang tiga ini<br />
menjadi Kapolda Jawa Tengah. Pada 2013, Dwi<br />
membuat terobosan dalam penanganan terorisme<br />
yang tidak<br />
melanggar HAM.<br />
Dia selalu bilang,<br />
Bersama Universitas<br />
Diponegoro,<br />
‘Namanya juga<br />
usaha<br />
Semarang, ia mengajak<br />
semua komponen<br />
masyarakat<br />
bertemu untuk membahas pemberantasan<br />
terorisme. “Beliau justru masuk ke wilayah-wilayah<br />
kampus untuk mencari solusi. Saya kira<br />
ini sebuah prestasi yang paling wah di tahun<br />
2013 di Jawa Tengah,” kata Natalius.<br />
Sekarang, saat menjabat Inspektur Pengawasan<br />
Umum, Mabes Polri juga sangat responsif<br />
terhadap penanganan kasus-kasus. Dwi<br />
berprinsip akan memproses semua aduan ke<br />
Mabes Polri. Kepada Natalius, Dwi berkata<br />
mereka yang melapor pasti memiliki harapan<br />
mendapatkan keadilan. “Dia selalu bilang, ‘Namanya<br />
juga usaha.’ Kesannya sederhana tapi<br />
serius,” tutur Natalius.<br />
Kompolnas juga memberi penilaian positif<br />
pada Dwi. Riwayat tugas Dwi, pernah menjabat<br />
Kapolda Jawa Tengah dan Kapolda Metro Jaya<br />
sebelum akhirnya dilantik sebagai Inspektur<br />
Pengawasan Umum pada 2014, dinilai lengkap<br />
dan memadai untuk menjadi Kapolri.<br />
Dwi dinilai mampu mempersatukan Polri,<br />
mampu bekerja sama dengan institusi penegak<br />
hukum lain, dan bersih. “Kita sudah masukkan<br />
dia dari awal. Artinya, kita tidak punya catatan<br />
jelek tentang dia,” kata Komisioner Kompolnas,<br />
M. Nasser.<br />
Dwi menyatakan siap jika ditunjuk jadi Kapolri.<br />
“Saya tidak berandai-andai. Siapa pun yang<br />
ditunjuk harus mampu dan siap menjalankan-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Komjen Dwi Priyatno (kedua<br />
kiri) saat menjadi Kapolda<br />
Metro Jaya dalam rilis kasus<br />
kekerasan seksual di JIS,<br />
Jakarta International School,<br />
(9/6/2014).<br />
GRANDYOS ZAFNA/ DETIKCOM<br />
nya,” kata Dwi.<br />
Di tengah santernya nama Dwi disebut sebagai<br />
calon terkuat Kapolri, ia mendatangi KPK.<br />
Dwi melakukan pertemuan dengan Ketua KPK<br />
Abraham Samad dan Wakil Ketua KPK Bambang<br />
Widjojanto selama dua setengah jam.<br />
Dwi mengaku pertemuan itu hanyalah koordinasi.<br />
Pertemuan itu tidak berkaitan dengan<br />
santernya kabar nama Dwi disebut-sebut sebagai<br />
calon kuat Kapolri. “Bukan soal LHKPN.<br />
Saya sudah lapor pada 16 Desember,” tukas<br />
Dwi.<br />
Berdasarkan LHKPN pada 12 Juli 2002, harta<br />
Dwi tercatat Rp 860,2 juta. Saat itu Dwi menjabat<br />
Wakil Kepala Kepolisian Wilayah Kota<br />
Besar Surabaya. Laporan terbaru Dwi belum<br />
dipublikasikan KPK.<br />
Anggota Tim 9 Komjen Oegroseno mengingatkan<br />
calon Kapolri semestinya dipilih yang<br />
paling senior. Hal ini untuk menjaga hubungan<br />
yang harmonis di kepolisian. Selain itu, calon<br />
Kapolri harus pernah dua kali memimpin Polda<br />
tipe A. Wilayah tipe A meliputi Polda Aceh,<br />
Sumut, Sumsel, Metro Jaya, Jabar, Jateng, Jatim,<br />
Bali, Kaltim, Sulsel, dan Papua. Sehingga, be-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Presiden Jokowi bertemu Ketua<br />
DPR Setya Novanto di Istana<br />
Merdeka, (2/2/2015).<br />
AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />
nar-benar terbukti mampu mengatasi masalah<br />
sulit.<br />
Dari sejumlah kriteria itu, bukan Dwi seorang<br />
yang memenuhi. Suhardi Alius disebut<br />
Oegroseno juga patut diperhitungkan. “Tapi<br />
Tim 9 kan intinya menyarankan seyogianya<br />
tidak melantik Pak Budi Gunawan, kan gitu<br />
aja. Menjaring calon Kapolri, ya kita serahkan<br />
ke Bapak Presiden,” kata Oegro.<br />
DPR akan bersidang membahas calon Kapolri<br />
baru seusai reses pada Maret. Merujuk kontroversi<br />
Budi Gunawan, Desmond menyatakan,<br />
DPR akan lebih berhati-hati memilih Kapolri.<br />
Desmond mendapat laporan Dwi bukan polisi<br />
yang sangat bersih saat menjabat Kapolda Metro<br />
Jaya.<br />
“Kami mengharap Pak Dwi atau siapa pun<br />
yang masuk ke Komisi III, tentunya kami akan<br />
teliti. Lebih baik orang yang punya masalah<br />
jangan berani maju ke Komisi III. Sebab, yang<br />
namanya ada busuk pasti kebongkar,” Desmond<br />
menegaskan. n ADITYA MARDIASTUTI, IBAD DUROHMAN,<br />
BAHTIAR RIFAI | IIN YUMIYANTI<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
EMPAT NAMA<br />
LAIN YANG DITIMANG<br />
ADA empat nama lain yang diajukan<br />
Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas)<br />
kepada Presiden Joko Widodo,<br />
selain Komjen Budi Waseso<br />
yang kontroversial dan Komjen Dwi Priyatno<br />
yang disebut-sebut sebagai kandidat kuat<br />
untuk menjadi Kapolri.<br />
Mereka adalah Komjen Badrodin Haiti,<br />
Komjen Suhardi Alius, Komjen Putut Eko<br />
Bayuseno, dan Komjen Anang Iskandar.<br />
Berikut ini profil keempat orang<br />
tersebut.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Badrodin Haiti<br />
ANTARA/JOKO SULISTYO<br />
Badrodin Haiti<br />
Saat ini Komjen Badrodin Haiti adalah Wakil Kepala Kepolisian<br />
Republik Indonesia (Wakapolri). Pada 16 Januari,<br />
Jokowi menunjuk Badrodin Haiti sebagai Pelaksana Tugas<br />
Kapolri.<br />
Usianya 56 tahun, lahir di Jember, Jawa Timur, 24 Juli<br />
1958. Badrodin merupakan alumnus terbaik Akademi Polisi<br />
1982.<br />
Ia tiga kali menjadi Kapolda, yakni Kapolda Banten,<br />
Kapolda Sulawesi Tengah, dan Kapolda Sumatera Utara.<br />
Sebelum jadi Wakapolri, Badrodin menjabat Kepala Badan<br />
Pemeliharaan Keamanan (Kabaharkam) Polri.<br />
Badrodin memiliki sejumlah kontroversi. Komnas HAM<br />
menyebut Badrodin mempunyai indikasi pelanggaran<br />
HAM di Poso pada 2007. Pusat Pelaporan dan Analisis<br />
Transaksi Keuangan (PPATK) memasukkan namanya dalam<br />
daftar jenderal yang diduga memiliki rekening mencurigakan.<br />
Menurut Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara<br />
Negara ke KPK, kekayaannya saat ini Rp 8,2 miliar dan US$<br />
4.000.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Suhardi Alius<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
Suhardi Alius<br />
Komjen Pol Suhardi Alius menjabat Sekretaris Utama<br />
Lemhannas sejak 16 Januari 2015. Berusia 52 tahun, lahir di<br />
Jakarta, 10 Mei 1962.<br />
Ia menjabat sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes<br />
Polri sejak 24 November 2013. Ia dimutasi ke Sekretaris Utama<br />
Lemhannas, kemudian digantikan oleh Komjen Budi Waseso.<br />
Pemutasian ini sempat menimbulkan kontroversi karena dilakukan<br />
tidak lama setelah Komjen Budi Gunawan ditetapkan<br />
sebagai tersangka oleh KPK. Suhardi diisukan sebagai pihak<br />
yang membocorkan data BG ke KPK.<br />
“Saya jelas difitnah. Saya dekat dengan KPK dan PPATK<br />
dalam fungsi dan jabatan saya sebagai Kabareskrim. Saya<br />
prajurit, saya siap,” kata Suhardi.<br />
Lulus Akademi Polisi pada 1985, ia menjadi Kapolda Jabar<br />
(2013), Kadiv. Humas Mabes Polri (2012), dan Wakil Kapolda<br />
Metro Jaya (2011).<br />
Harta Suhardi Alius berdasarkan LHKPN tahun 2013<br />
adalah Rp 5,6 miliar. Sejumlah aktivis antikorupsi mengunggulkan<br />
Suhardi karena dinilai dekat dan mampu bekerja<br />
sama dengan KPK.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Putut Eko Bayuseno<br />
ANTARA /WIDODO S. JUSUF<br />
Putut Eko Bayuseno<br />
Saat ini Putut Eko menjabat sebagai Kepala Badan Pemeliharaan<br />
Keamanan (Kabaharkam) Polri. Pria 54 tahun<br />
ini sering disebut sebagai orang Presiden Susilo Bambang<br />
Yudhoyono (SBY) karena menjadi ajudannya selama lima<br />
tahun, dari 2004 sampai 2009.<br />
Putut Eko lahir di Tulungagung, Jawa Timur, 28 Mei 1961.<br />
Ia lulus Akademi Polisi pada 1984. Mengawali karier kepemimpinan<br />
dengan menjadi Kapolres Situbondo, Kapolres<br />
Jember, lalu ditarik ke Mapolda Jawa Timur sebagai Korspripim<br />
(2003-2004).<br />
Kariernya terus menanjak dengan tiga kali menjadi Kapolda,<br />
yakni Kapolda Banten, Kapolda Jabar, dan Kapolda<br />
Metro Jaya, sebelum akhirnya menjabat Kabaharkam Polri.<br />
Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara<br />
Negara (LHKPN) pada 2009, sebagai Kapolda Metro<br />
Jaya, Putut memiliki harta Rp 7.138.064.067 dan US$ 83.421.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Komjen Anang Iskandar<br />
ANTARA /WIDODO S. JUSUF<br />
Anang Iskandar<br />
Komjen Anang Iskandar saat ini menjadi Kepala Badan<br />
Narkotika Nasional (BNN). Usianya 57 tahun, lahir di Mojokerto,<br />
Jawa Timur, 18 Mei 1958.<br />
Lulusan Akademi Polisi 1983 ini menyatakan siap jika<br />
ditunjuk menjadi Kapolri. “Saya dengar selenting-selenting.<br />
Saya Kepala BNN. Kalau ditugasi, ya saya laksanakan<br />
dengan sebaik-baiknya,” kata Anang.<br />
Doktor Ilmu Hukum dari Universitas Trisakti ini belum<br />
pernah menjabat sebagai Kapolda di wilayah A. Sebelum<br />
menjadi Kepala BNN, ia pernah menjabat Kapolda Jambi<br />
(2011), Kadiv. Humas Polri (2012), dan Gubernur Akpol<br />
(2012).<br />
Data LHKPN KPK 2009, Anang memiliki harta Rp 5,5<br />
miliar. Namun ia juga memiliki utang Rp 3,1 miliar sehingga,<br />
setelah dikurangi utangnya, harta Anang Rp 2,4 miliar.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
BUDI WASESO:<br />
TIDAK PERLU<br />
WASWAS<br />
DENGAN SAYA<br />
“PAK BW BILANG, ‘SEANDAINYA SAYA<br />
HARI INI MENINGGAL, SAYA SIAP. JASAD<br />
SAYA BERIKAN UNTUK KEBENARAN.’ LA,<br />
SEKARANG BARU TEROR KOK SUDAH<br />
BINGUNG.”<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Komjen Budi Waseso memenuhi<br />
panggilan Komnas HAM, Jumat<br />
(30/1).<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
KOMISARIS Jenderal Budi Waseso<br />
siap menjadi Kepala Polri bila Presiden<br />
Joko Widodo memilihnya untuk<br />
menggantikan Komjen Budi Gunawan,<br />
yang pencalonannya menuai kontroversi<br />
setelah dijadikan tersangka oleh Komisi Pemberantasan<br />
Korupsi.<br />
Sama seperti Budi Gunawan, pencalonan<br />
Budi Waseso memicu kontroversi. Aktivis antikorupsi<br />
ramai-ramai menolaknya. Budi Waseso<br />
dicemaskan akan semakin memperburuk konflik<br />
KPK dengan polisi bila menjadi Kapolri.<br />
Sebagai Kabareskrim sekarang, Budi Waseso<br />
dianggap mengkriminalisasi para pimpinan<br />
KPK. Pada zaman Budi Waseso inilah empat<br />
pimpinan KPK dilaporkan ke Mabes Polri dan<br />
diproses secara kilat. Ada yang sudah dijadikan<br />
tersangka, bahkan ada kejadian penangkapan.<br />
Budi Waseso membantah memiliki dendam<br />
kepada pimpinan komisi antirasuah itu. Ia<br />
mengklaim hanya menangani oknum pimpinan<br />
KPK yang melanggar hukum.<br />
“Saya tidak ada masalah, jadi tidak perlu<br />
waswas dengan saya,” kata Budi saat ditemui<br />
majalah detik di rumah dinas Kabareskrim, Jalan<br />
Panglima Polim, Jakarta, Jumat, 13 Februari<br />
2015.<br />
Berikut ini wawancara Isfari Hikmat dari<br />
majalah detik dengan Komjen Budi Waseso.<br />
Nama Anda masuk bursa calon Kapolri.<br />
Kabareskrim biasanya merupakan calon<br />
kuat Kapolri. Bagaimana tanggapan Anda?<br />
Ya, kan banyak, ada delapan calon. Oh, (kalau<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Kabareskrim disebut calon kuat) itu kan dugaan<br />
orang. Tinggal penilaian saja, ha-ha-ha….<br />
Kalau nanti terpilih jadi Kapolri, perseteruan<br />
KPK-Polri apakah masih akan berlanjut?<br />
Oh, ndak, yakinlah tidak. Sekali lagi yang saya<br />
tangani ini adalah personnya, pribadi-pribadi<br />
orang, oknum yang melakukan pelanggaran<br />
hukum. Hanya, karena itu, orang ini dilibat-libatkan<br />
dengan lembaga, institusi. Padahal tidak<br />
ada. Saya masih berkoordinasi sampai saat ini<br />
dengan KPK dalam kasus-kasus korupsi yang<br />
saya tangani. Karena KPK punya kewenangan<br />
untuk supervisi, untuk pengawasan. Saya tidak<br />
ada masalah, jadi tidak perlu waswas dengan<br />
saya.<br />
Mungkin karena kedekatan Anda dengan<br />
Budi Gunawan, sehingga dianggap jadi<br />
Sejumlah perwakilan<br />
masyarakat dari Kabupaten<br />
Batang, Jawa Tengah,<br />
berkumpul setelah menggelar<br />
ritual ruwatan di gedung<br />
Komisi Pemberantasan<br />
Korupsi, Jakarta, Sabtu (7/2)<br />
malam.<br />
ISMAR PATRIZKI/ANTARA FOTO<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Kita harus<br />
profesional dalam<br />
menegakkan<br />
hukum.<br />
perpanjangan tangannya?<br />
Cara berpikirnya jangan begitu. (Kepada) setiap<br />
atasan saya, saya harus mendekat karena<br />
saya anak buah. Kedekatan saya sama beliau<br />
itu memang karena saya anak buahnya.<br />
Artinya kedekatan di sini ketika dalam pelaksanaan<br />
tugas, khususnya di lingkungan itu<br />
ya harus dekat, dong. Namanya profesional,<br />
yakinlah. Jangan kedekatan itu disalahartikan.<br />
Ada pihak yang khawatir Anda dendam<br />
dengan KPK?<br />
Oh, ndak. Mengapa harus khawatir? Saya<br />
tidak dendam. Buktinya, anggota saya sampai<br />
saat ini masih berkoordinasi dengan KPK terkait<br />
pelaksanaan penanganan tindak korupsi. Kok<br />
saya dendam, dendam dari mana. Ini tidak ada<br />
dendam.<br />
Kasus yang menjadikan Abraham Samad<br />
sebagai tersangka katanya tinggal difinalisasi?<br />
Ha-ha-ha... ya, gini. Yang pertama, saya harus<br />
teliti dalam kasus apa pun. Pekerjaan harus<br />
saya teliti. Saya tidak berangkat dari suka atau<br />
tidak suka. Dendam tidak boleh. Kita harus<br />
profesional dalam menegakkan hukum. Kalau<br />
dendam, nanti jadi tidak obyektif. Lillahi ta’ala,<br />
saya tidak dendam.<br />
Saat ini situasi KPK-Polri sedang genting?<br />
Saya pikir bukan masalah KPK dan Polri. Saya<br />
hanya bilang ini ada kemungkinan pihak ketiga<br />
yang bermain supaya saya dengan KPK selalu<br />
seteru.<br />
KPK tidak mau berkoordinasi dengan<br />
Polri terkait ancaman?<br />
Mau, tadi sudah lapor, kok. Itu kan saya kira<br />
tidak ada masalah. Makanya saya bilang, masak<br />
iya, sih. Coba kemarin KPK mau mogok, dia<br />
push saya mau mogok semua karyawannya.<br />
Terus, habis itu, KPK mau dikriminalisasi, terus<br />
KPK mau dilumpuhkan, isunya kan begitu.<br />
Terus sekarang KPK diteror. Tidak usah begitu!<br />
Padahal Pak BW (Bambang Widjojanto) kan<br />
bilang, “Seandainya saya hari ini meninggalkan<br />
jasad saya, saya siap.” Betul enggak? “Jasad<br />
saya berikan untuk kebenaran.” La, sekarang<br />
baru teror kok sudah bingung. Kalau toh benar<br />
ada teror, kenapa dia takut.<br />
Tapi apakah teror kepada KPK sudah<br />
ditangani?<br />
Begitu ada laporan, ya kita tangani. Tanpa<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Wakil Ketua KPK Bambang<br />
Widjojanto memberikan<br />
keterangan kepada wartawan<br />
setelah diperiksa di Bareskrim<br />
Polri, Jakarta, Selasa (3/2)<br />
malam.<br />
AGUNG/DETIKCOM<br />
kita menduga-duga dengan pemahaman kita,<br />
jangan. Kita harus bicara obyektif, itulah yang<br />
ayah saya selalu bilang, “Kamu harus jujur.”<br />
Makanya itu saja pedoman saya, buat apa saya<br />
takut kalau jujur.<br />
Soal jujur, apakah harta kekayaan Anda<br />
sudah dilaporkan ke KPK?<br />
Itulah kejujuran saya. Kenapa? Saya kan punya<br />
barang yang tadi susah ditebak. Kalau saya<br />
bilang mobil ini Rp 10 juta, terus ada yang naksir<br />
dengan harga Rp 50 juta, berarti saya bohong,<br />
kan. Jangan di kemudian hari itu dipakai untuk<br />
memukul saya, seperti yang dilakukan sekarang<br />
terhadap Pak Budi Gunawan. Ini pengalaman<br />
saya. Bukan saya tidak mau, tapi saya<br />
harus ditafsir jujur barang saya, yang menaksir<br />
harus ahlinya. Seperti senjata saya kan ada<br />
nilainya. Pisau saya banyak, ada nilainya, harus<br />
dilaporkan. Jangan saya yang melaporkan, yang<br />
menulis harus orang yang mengerti. Saya mau<br />
jujur.<br />
Berapa nilainya menurut Anda?<br />
Tidak tahu.<br />
Mencapai miliaran rupiah?<br />
Tidak tahu. Tergantung nanti yang mengkalkulasi.<br />
Memangnya masih proses sampai sekarang?<br />
Iya, kan mobil saya dikalkulasi, barang rongsokan<br />
kan juga ditaksir kan, yang di bengkel<br />
kan ditaksir.<br />
Termasuk senjata yang dikoleksi?<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Anggota saya<br />
sampai saat<br />
ini masih<br />
berkoordinasi<br />
dengan KPK terkait<br />
pelaksanaan<br />
penanganan tindak<br />
korupsi.<br />
Bukan koleksi, saya ini kan hobi. Kalau koleksi<br />
itu kan tidak dipakai, saya kan pemburu, atlet<br />
menembak, masih aktif. Saya kan Ketua Bidang<br />
Tembak Berburu Perbakin. Saya aktif memang.<br />
Saya juga punya bela diri.<br />
Suratnya lengkap?<br />
Lengkap (mengeluarkan kartu anggota Perbakin<br />
dan izin menembak). Surat (senjata) bela<br />
diri juga lengkap.<br />
Apakah Polri tersinggung karena Budi<br />
Gunawan dijadikan tersangka saat akan<br />
tinggal selangkah menjadi Kapolri. Ada<br />
yang menilai yang dilakukan KPK terhadap<br />
calon pimpinan Polri seperti melempar<br />
kotoran?<br />
Saya nilai bukan begitu. KPK dengan Polisi<br />
itu ada kerja sama, MOU. Ada norma-norma<br />
kelembagaan yang harus saling dijunjung dan<br />
dijaga, seperti tadi saya punya kewajiban melaporkan<br />
penanganan kasus korupsi kepada KPK.<br />
Itu harus saya junjung tinggi. Oleh sebab itu,<br />
setiap perkembangan saya laporkan, dan berjalan.<br />
Itu wujud nyata menghormati lembaga<br />
KPK. Artinya, siapa pun, bukan hanya KPK, di<br />
jaksa dan polisi, kita ada norma kelembagaan<br />
yang tidak bisa ditabrak. Seperti kemarin saya<br />
membuat TR (telegram rahasia) yang katanya<br />
menghalang-halangi penyidikan KPK.<br />
Saya ini mantan Propam (Profesi dan Pengamanan),<br />
saya tahu aturan internal, karena<br />
polisi ini bukan sipil murni. Polisi itu institusi<br />
yang punya aturan internal. Di kala seorang<br />
polisi, di situ sudah jelas, berhubungan atau<br />
berkaitan dengan kewajiban hukum, dia harus<br />
melaporkan ke Propam untuk mendapatkan<br />
pengamanan. Serta berkewajiban melaporkan<br />
ke Divkum (Divisi Hukum) untuk mendapat<br />
bantuan hukum. Itu yang saya punya TR ke<br />
seluruh Indonesia.<br />
TR saya bukan rahasia, terbuka. Tidak apa,<br />
akan saya buktikan. Tidak ada urusan menghalangi.<br />
Supaya norma-norma kelembagaan ini<br />
dihargai, diamankan, diberikan haknya, karena<br />
itu diatur. Saya tidak takut, kok. Ombudsman<br />
sudah datang untuk audit saya tentang kriminalisasi,<br />
silakan dibuktikan.<br />
Komnas HAM juga sudah datang?<br />
Kan saya sudah datang, duduk satu meja.<br />
Termasuk dengan KPK?<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Budi Waseso (tengah belakang)<br />
mengawal calon Kepala<br />
Polri Budi Gunawan saat uji<br />
kelayakan di DPR, Kamis<br />
(15/1).<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
Untuk apa, inilah akhirnya yang membuat<br />
seolah-olah saya ada masalah dengan KPK,<br />
seolah-olah Komnas HAM yang bisa menjembatani.<br />
Saya tidak mau yang begitu-begitu. Ini<br />
membuat opini yang blunder. Makanya saya<br />
tidak mau, kan tidak ada masalah. Itu hak Komnas<br />
HAM menyatakan saya bersalah. Silakan<br />
saja umumkan, memang kenapa.<br />
Ada yang bilang Anda orangnya sederhana.<br />
Apakah benar?<br />
Tidak tahu saya ya, tapi itulah saya. Saya<br />
tidak ikut-ikut orang, tapi saya selalu bicara<br />
fungsi. Orang kadang-kadang melihat kursi<br />
bekas yang lama tidak bagus, tidak (menarik)<br />
selera. Kan ini fungsinya untuk duduk, masih<br />
bisa digunakan untuk duduk.<br />
Istri tidak protes?<br />
Enggak, istri saya sama dengan saya. Mungkin<br />
itulah kecocokan saya dengan istri saya.<br />
Karena kita tidak pernah mengada-ada, tidak<br />
ingin hidup yang aneh-aneh.<br />
Anda bertemu dengan istri di PTIK?<br />
Ha-ha-ha… (dia) salah satu responden saya<br />
ketika penelitian. Saya mahasiswa PTIK, Ibu<br />
mahasiswi. Karena sering kita tanya untuk<br />
bahan penelitian, lama-lama kan komunikasi.<br />
Saya sama istri saya cuma kenal sebulan saja<br />
langsung jadi, ha-ha-ha....<br />
Kabarnya Anda dulu suka gonta-ganti<br />
pacar?<br />
Oh, ya, waktu saya muda memang iya. Ketika<br />
sudah sama Ibu tidak ada lagi. Kalau kita<br />
berteman, itu wajar-wajar saja. Yang terpenting<br />
kan kita tahu batasannya, kita tahu posisinya.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Presiden Joko Widodo<br />
menerima anggota Kompolnas,<br />
yaitu Edi Putra Hasibuan<br />
(kedua dari kanan), Logan<br />
Siagian (kanan), Hamidah<br />
Abdurrahman, Syafriadi Cut<br />
Ali (kedua dari kiri), Adrianus<br />
Meliala (kiri), di Istana<br />
Merdeka, Jakarta, Kamis<br />
(29/1).<br />
PRASETYO UTOMO/ANTARAFO<br />
Itu masa muda saja, masa remaja, masa penyesuaian,<br />
masa memilih. Belum menentukan.<br />
Anak Anda dijodohkan dengan putra<br />
Komjen Budi Gunawan?<br />
Sekarang begini, seperti kalau saya dalam<br />
pendekatan ketika naksir seseorang itu kan<br />
pasti pendekatan, sah-sah saja. Terhadap siapa<br />
pun.<br />
Foto mereka mesra sekali sambil gandengan?<br />
Mesra atau gandengan tidak apa-apa. Di kala<br />
dalam penyesuaian pasangan, kita memilih.<br />
Makanya tadi pacar saya banyak, jujur banyak<br />
saya katakan. Dan sekarang hubungannya<br />
tetap baik. ■<br />
ISFARI HIKMAT | PASTI LIBERTI MAPPAPA<br />
MAJALAH DETIK 16 - - 22 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
TONY KWOK:<br />
KPK<br />
TERBAIK<br />
KETIGA<br />
DI ASIA<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
AGAR TAK TERUS DIGANGGU, KPK HARUS DIATUR LEWAT KONSTITUSI DAN DIBUAT<br />
PERMANEN.<br />
DROFESOR Tony Kwok Man-wai adalah suhu<br />
dalam pemberantasan korupsi. Ia selama<br />
27 tahun berkiprah dalam pemberantasan<br />
korupsi di Hong Kong lewat Independent<br />
Commission against Corruption (ICAC) atau<br />
Komisi Pemberantasan Korupsi Hong Kong.<br />
Dia adalah saksi betapa brutalnya tindakan<br />
polisi Hong Kong saat menyerbu kantor ICAC<br />
pada 1977 setelah lembaga itu menyidik kasus<br />
korupsi di kepolisian.<br />
Bedanya, Gubernur Hong Kong Murray<br />
MacLehose tak berpangku tangan. Guna meredakan<br />
ketegangan, MacLehose memberikan<br />
amnesti kepada para perwira polisi yang terlibat<br />
korupsi minor sebelum 1977. Tapi tidak ada<br />
toleransi bila masih melakukan penyimpangan<br />
setelahnya.<br />
“Kalau boleh saya bandingkan, apa yang<br />
terjadi pada KPK di Indonesia ini seperti yang<br />
dialami ICAC pada 1977,” kata Kwok saat dimintai<br />
tanggapan atas kisruh KPK-Polri saat<br />
ini.<br />
Pada 1986, ia memimpin tim gabungan<br />
ICAC dan polisi menginvestigasi bangkrutnya<br />
bank terbesar ketiga di Hong Kong dengan<br />
nilai korupsi dan suap sebesar US$ 385 juta.<br />
Dibantu 30 penyidik, dalam tempo 16 bulan<br />
tim berhasil menyeret tiga top manager bank<br />
itu ke pengadilan, dan mengekstradisi dua<br />
pejabat lainnya dari Amerika Serikat.<br />
Sebagai konsultan pemberantasan korupsi<br />
di 25 negara, ia menyarankan agar KPK menjadi<br />
lembaga independen permanen. Bukan<br />
lagi lembaga ad hoc yang bersifat sementara<br />
dan cuma diatur berdasarkan undang-undang.<br />
Karena itu, keberadaan KPK harus masuk dalam<br />
konstitusi.<br />
Penggemar tai chi, menyelam, dan squash ini<br />
selama sepekan berada di Indonesia. Ia memberikan<br />
kuliah umum di sejumlah kampus di<br />
Jakarta dan Padang serta berbagi pengalaman<br />
dengan kelompok-kelompok penggiat antiko-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
rupsi. Apakah akan bertemu dengan Presiden<br />
Jokowi? “Bila Bapak Presiden berkehendak,<br />
tentu tidak sulit bagi saya untuk meluangkan<br />
waktu bertemu dengan beliau,” katanya diplomatis.<br />
Berikut ini petikan perbincangan majalah<br />
detik dengan Kwok di sebuah kedai di kawasan<br />
Epicentrum Walk, Kuningan, Jakarta, pada<br />
Senin, 9 Februari 2015, dan setelah memberikan<br />
kuliah umum di Universitas Paramadina,<br />
Jakarta, keesokan harinya.<br />
Video<br />
Anda menjadi konsultan pemberantasan<br />
korupsi di 25 negara. Apakah kisruh<br />
KPK dengan Polri juga terjadi di negara<br />
lain?<br />
Di hampir setiap negara yang tingkat korupsinya<br />
merajalela, pasti akan terjadi hambatan<br />
dan serangan. Itu wajar saja dihadapi hampir<br />
semua komisi antikorupsi. Kalau boleh saya<br />
bandingkan, apa yang terjadi pada KPK di<br />
Indonesia ini seperti yang dialami ICAC pada<br />
1977. Kala itu, puluhan anggota kepolisian<br />
Hong Kong mengepung kantor ICAC. Mereka<br />
protes atas pengusutan korupsi di kepolisian<br />
yang dilakukan ICAC.<br />
Menghadapi kondisi tersebut, Gubernur<br />
Hong Kong Murray MacLehose tidak diam.<br />
Dia mengambil langkah nyata untuk meredakan<br />
situasi. Langkah bersejarah itu berupa<br />
pemberian amnesti untuk kasus korupsi minor<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
yang dilakukan perwira-perwira polisi sebelum<br />
1977. Namun polisi diminta kooperatif dengan<br />
penyidikan ICAC untuk kasus korupsi yang<br />
dilakukan setelah tahun tersebut. Tak ada<br />
toleransi lagi bila terjadi korupsi setelah itu.<br />
Mulai 1978, ICAC menyidik kasus korupsi<br />
di kepolisian dan memenjarakan seratusan<br />
perwira polisi dan seorang petugas bea-cukai.<br />
Tapi beberapa perwira yang ringan kesalahannya<br />
hanya dipecat. Setelah itu secara internal<br />
polisi melakukan bersih-bersih massal dan<br />
mereformasi diri menjadi lebih transparan.<br />
Kini kepolisian Hong Kong menjadi salah satu<br />
yang terbersih di dunia.<br />
Badan antikorupsi diserang oleh parlemen atau<br />
partai politik itu lumrah terjadi di negara-negara<br />
korup.<br />
AGUNG PAMBHUDY/DETIKCOM<br />
Kalau di Hong Kong hanya menghadapi<br />
polisi yang korup, di sini KPK masih harus<br />
menghadapi partai politik dan parlemen....<br />
Sangat lumrah sebenarnya apa yang terjadi<br />
pada KPK di Indonesia. Badan antikorupsi<br />
diserang oleh parlemen atau partai politik itu<br />
lumrah terjadi di negara-negara korup.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
Tim Sembilan bentukan<br />
Presiden Joko Widodo untuk<br />
menyelesaikan konflik KPK<br />
dengan Polri bertemu dengan<br />
Komisi Yudisial, Rabu (11/2).<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
Terkait kisruh KPK-Polri saat ini, apa<br />
yang seharusnya dilakukan Presiden Jokowi<br />
jika semua komisioner KPK menjadi<br />
tersangka?<br />
Dalam krisis seperti sekarang, kalau saya<br />
ditanya oleh Presiden, tentu saja sebaiknya<br />
menyerahkan penyidikan kasus para komisioner<br />
itu ke tim independen atau komite khusus<br />
yang dibentuk untuk itu. Atau sederhana saja,<br />
Tim Sembilan diberi surat keputusan (keputusan<br />
presiden) untuk dapat mengambil alih<br />
kasus dari kepolisian untuk menyelesaikan investigasi<br />
kasus tersebut dengan sebagaimana<br />
mestinya. Itu saran saya. Sebab, betapapun,<br />
publik melihat ada konflik kepentingan jika<br />
polisi menangani kasus-kasus tersebut.<br />
Salah satu kritik terhadap KPK adalah<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
ICAC di Hong Kong diawasi oleh dua komite<br />
independen yang melayani keluhan warga dan<br />
memantau investigasi untuk memastikan semua<br />
operasi berjalan dengan benar.<br />
DIDI DWI HARYANTO/MY TRANS<br />
tidak adanya pengawas terhadap kinerja<br />
mereka. Kalau di Hong Kong seperti apa?<br />
Kalau berbicara terkait pengalaman Hong<br />
Kong, kami punya ICOC (Independent Complaint<br />
Committee). Jadi setiap warga negara<br />
yang tidak senang terkait kebijakan ICAC dapat<br />
memasukkan komplain lewat komite itu. Ada<br />
juga ORC (Operations Review Committee)<br />
yang memonitor investigasi yang dilakukan<br />
ICAC untuk memastikan semua operasi berjalan<br />
dengan benar.<br />
Sedangkan untuk kepolisian, ada yang namanya<br />
IPCC (Independent Police Complaints<br />
Council). Jadi, jika ada yang merasa polisi menyalahgunakan<br />
kebijakannya, dapat mengadu<br />
ke komite.<br />
Komposisinya seperti?<br />
Mereka bisa berasal dari beragam kelompok<br />
masyarakat atau golongan yang bekerja<br />
secara paruh waktu. Bentuknya mungkin<br />
sama dengan Tim Sembilan yang dibentuk<br />
Presiden. Pembentukan (komite) inilah yang<br />
harus dipertimbangkan oleh Indonesia untuk<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
Mahasiswa berunjuk<br />
rasa mendukung Komisi<br />
Pemberantasan Korupsi.<br />
RACHMAN/DETIKCOM<br />
memiliki IPCC dan ICOC.<br />
Anda pribadi menilai kiprah KPK sejauh<br />
ini?<br />
Anda harus bangga dengan KPK yang Anda<br />
miliki ini. Menurut pendapat saya, bila orang<br />
membicarakan tentang lembaga antikorupsi,<br />
biasanya langsung merujuk Hong Kong, lalu<br />
Singapura. Lantas siapa yang ketiga? Saya harus<br />
katakan, KPK-lah yang terbaik berikutnya.<br />
Apa indikatornya?<br />
Dengan segala keterbatasan yang masih<br />
dimiliki, KPK menjerat para pelaku korupsi<br />
dari lingkup big fish. Ada menteri, elite partai<br />
politik, juga petinggi kepolisian. Semua yang<br />
menjadi tersangka hampir dipastikan tidak<br />
akan lolos dari hukuman. Itu luar biasa. Anda<br />
bandingkan dengan di Malaysia. Mereka memang<br />
pada akhirnya menangani kasus korupsi<br />
big fish, tapi itu baru dicapai setelah beberapa<br />
tahun. Lama sekali.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
parlemen. Begitu juga keberadaan komisionernya,<br />
yang masih harus disetujui parlemen.<br />
Idealnya, KPK benar-benar lembaga permanen<br />
dan independen. Mereka dipilih oleh sebuah<br />
tim independen, bebas dari campur tangan<br />
parlemen dan partai politik.<br />
Ketika Anda melihat lembaga antikorupsi independen<br />
di negara Anda tidak diberi sumber<br />
daya, tidak diberi anggaran dan dasar aturan<br />
yang kuat, ya sudah, pulang saja ke rumah.<br />
Anda jangan mengharapkan apa-apa lagi.<br />
Hakim tunggal Sarpi Rizaldi<br />
menerima berkas barang<br />
bukti dari kuasa hukum<br />
Komjen Budi Gunawan di<br />
Pengadilan Negeri Jakarta<br />
Selatan, Senin (9/2).<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
Anda ingin mengatakan bahwa KPK<br />
sudah mendekati ideal?<br />
Tentu saja masih harus disempurnakan karena<br />
KPK belum sepenuhnya menjadi lembaga<br />
yang independen, sehingga masih sangat<br />
gampang mendapatkan gangguan seperti<br />
sekarang ini. Misalnya saja soal anggaran,<br />
besarannya kan masih harus dibahas dengan<br />
Bila demikian, berarti KPK harus menjadi<br />
lembaga permanen yang diatur dalam<br />
konstitusi?<br />
Ya, kenapa tidak? Ini bila Anda dan masyarakat<br />
benar-benar serius ingin negaranya bersih<br />
dan bebas dari korupsi. Hong Kong sudah<br />
membuktikannya. Begitu ICAC dimasukkan<br />
dalam konstitusi, dia menjadi lebih kuat dari<br />
sebelumnya yang hanya berlandaskan undang-undang.<br />
Jadi, rakyat sendiri yang harus<br />
memperjuangkannya. Mereka harus mendesak<br />
partai politik dan parlemen. Bagaimana<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
agar dapat dukungan parlemen, ya pilihlah<br />
calon anggota Dewan yang benar-benar punya<br />
komitmen untuk memberantas korupsi.<br />
Mereka yang tidak jelas jangan lagi dipilih.<br />
Idealnya, komisioner KPK dipilih oleh sebuah tim<br />
independen, bebas dari campur tangan parlemen<br />
dan partai politik.<br />
AGUNG PAMBHUDY/DETIKCOM<br />
Ada rencana bertemu dengan Presiden<br />
Jokowi?<br />
Saya akan berada di sini selama sepekan.<br />
Memang agenda utama saya selama di Jakarta<br />
adalah memberikan kuliah umum dan<br />
bertemu dengan beberapa pihak lainnya.<br />
Saya juga akan berbicara di Sumatera Barat.<br />
Tapi, bila Bapak Presiden berkehendak untuk<br />
berbagi pengalaman langsung, tentu tidak<br />
sulit bagi saya untuk meluangkan waktu<br />
bertemu dengan beliau. Di beberapa negara<br />
tempat saya menjadi konsultan, saya memang<br />
pernah bertemu dan berdiskusi langsung<br />
dengan mereka. Kami bertukar pandangan<br />
dan pengalaman. Tapi, seandainya tidak<br />
memungkinkan pun, bertemu dengan Anda,<br />
berbicara melalui media-media, di sini pesan<br />
yang saya sampaikan akan sama saja. ■<br />
FAJAR PRATAMA | PASTI L. MAPPAPA | SUDRAJAT<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
BIODATA<br />
NAMA: Prof Tony Kwok Man-wai<br />
PENDIDIKAN<br />
• Diploma Manajemen Hong<br />
Kong Polytechnic and City University<br />
• Master of Business Administration<br />
Hong Kong Polytechnic<br />
and City University<br />
• Mengikuti sejumlah pelatihan<br />
di bidang kepolisian di Police<br />
Staff College, Bramshill, Inggris<br />
dan Tsinghua University, Beijing<br />
KARIER<br />
• Bergabung dengan Komisi<br />
Independen Pemberantasan<br />
Korupsi (ICAC) Hong Kong,<br />
1975<br />
• Deputi Komisioner dan Kepala<br />
Operasi ICAC Hong Kong,<br />
1996-2002<br />
• Kepala Penasihat The EU’s 3M<br />
Euro Corruption Prevention<br />
Project di Filipina, 2005-2007<br />
• Konsultan Kepala Asian Development<br />
Bank untuk Country<br />
Governance Assessment di<br />
Mongolia, 2008<br />
• Anggota Chartered Institute<br />
of Management Inggris sejak<br />
1990<br />
• Fellow Chartered Institute of<br />
Management sejak Desember<br />
1994<br />
• Ketua Institute’s Hong Kong<br />
Branch<br />
• Dosen ahli tamu di International<br />
Corruption Control Training<br />
Course of the UN Asia & Far<br />
East Institute on Prevention of<br />
Crime, Jepang, 2002-2008 dan<br />
2011-2013<br />
• Dosen di Akademi Internasional<br />
Antikorupsi di Wina, Austria,<br />
yang dihadiri 70 peserta<br />
dari 60 negara, 2011-2012<br />
KARYA<br />
• Studi Komparatif Sistem Anti<br />
Korupsi dalam 38 Yurisdiksi, 2012<br />
• Practice Meets Science—Contemporary<br />
Anticorruption Dialogue<br />
volume 1, 2011<br />
• 365 Cerita untuk<br />
Anak-anak Perempuanku,<br />
2007<br />
PENGHARGAAN<br />
• ICAC Distinguished<br />
Service Medal,<br />
1998<br />
• Silver Bauhinia<br />
Star, 2002<br />
• Outstanding<br />
Teacher<br />
Award, 2006<br />
AGUNG/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
KOLOM<br />
ILUSTRASI: EDI WAHYONO<br />
JALAN TENGAH<br />
JOKOWI<br />
JIKA PARA KOMISIONER KPK MENJADI TERSANGKA,<br />
PRESIDEN BISA MENERBITKAN PERPU UNTUK<br />
MEMILIH PEMIMPIN SEMENTARA KPK.<br />
OLEH: HASYIM ASY’ARI, PhD<br />
BIODATA<br />
Nama: Hasyim Asy’ari<br />
Tempat/Tanggal Lahir:<br />
Pati, 3 Maret 1973<br />
Pendidikan:<br />
1. PhD (Doctor of Philosophy)<br />
dalam bidang Sosiologi Politik<br />
dari University of Malaya,<br />
Malaysia, 2012.<br />
SALAH satu misi dalam Nawa Cita yang diajukan oleh Jokowi-JK adalah<br />
“menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan<br />
hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan tepercaya. Kami akan<br />
memprioritaskan pemberantasan korupsi dengan konsisten dan tepercaya;<br />
pemberantasan mafia peradilan dan penindakan tegas terhadap korupsi di lingkungan<br />
peradilan; dan kejahatan pencucian uang....”<br />
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, Jokowi-JK merumuskan program yang<br />
akan memberikan perhatian khusus pada upaya memperbaiki aspek-aspek kehidupan<br />
bernegara, yaitu 8 (delapan) prioritas utama. Untuk mewujudkan sistem dan<br />
penegakan hukum yang berkeadilan dalam kebijakan penegakan hukum, mereka<br />
akan memberi penekanan pada 42 prioritas utama.<br />
Prioritas utama kebijakan keamanan nasional dan ketertiban masyarakat, Jokowi-<br />
JK menggunakan tiga pendekatan, yaitu struktur, substansi hukum, dan kultural.<br />
Ketiga pendekatan itu terlihat dari garis kebijakan yang akan diambil. Pertama, “me-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
KOLOM<br />
2. Magister Sains (MSi) dalam<br />
Ilmu Politik, Program Pascasarjana<br />
dari Universitas<br />
Gadjah Mada, 1998.<br />
3. Sarjana Hukum Tata Negara<br />
dari Universitas Jenderal<br />
Soedirman, 1995.<br />
4. Pondok Pesantren Al-Hidayah,<br />
Karangsuci, Purwokerto,<br />
1991-1995.<br />
5. Sekolah Menengah Atas<br />
Negeri (SMAN) 1 Kudus,<br />
1988-1991.<br />
Karier:<br />
• Dosen pada Bagian Hukum<br />
Tata Negara Universitas Diponegoro,<br />
1998-sekarang.<br />
• Konsultan Senior Ahli<br />
Pendaftaran Pemilih pada<br />
Perkumpulan Pemilu dan<br />
Demokrasi (Perludem),<br />
Jakarta, Juli 2013-November<br />
2014.<br />
mulihkan kepercayaan publik dengan melakukan pembinaan terus-menerus mental<br />
dan disiplin anggota Polri demi membangun Polri yang profesional dan dipercaya<br />
oleh masyarakat”. Kedua, “melakukan evaluasi peraturan perundang-undangan yang<br />
terkait dengan Polri dengan berbasis pada arah kebijakan penataan Polri menjadi institusi<br />
profesional”. Ketiga, “menata kelembagaan dan tata wewenang Polri melalui<br />
pemisahan antara kewenangan pengambilan keputusan dan kewenangan pelaksanaan<br />
keputusan yang hingga saat sekarang masih tumpang-tindih. Hal itu dilakukan<br />
dengan menempatkan Polri dalam Kementerian Negara yang proses perubahan<br />
dilakukan secara bertahap”.<br />
Di antara program kerja Jokowi-JK di bidang penegakan hukum, terutama dalam<br />
pengisian jabatan, relevan kiranya dikutip kembali di sini. Pertama, “mendukung<br />
keberadaan Komisi Pemberantasan Korupsi, yang dalam praktek pemberantasan<br />
korupsi telah menjadi tumpuan harapan masyarakat. KPK harus dijaga sebagai lembaga<br />
yang independen, bebas dari pengaruh kekuatan politik. Independensi KPK<br />
harus didorong melalui langkah-langkah hukumnya yang profesional, kredibel, transparan,<br />
dan akuntabel”. Kedua, “memastikan sinergi di antara kepolisian, Kejaksaan<br />
Agung, dan KPK”.<br />
Ketiga, “membuka keterlibatan publik dan media massa dalam pengawasan terhadap<br />
upaya tindakan korupsi maupun proses penegakan hukum terhadap tindak<br />
pidana korupsi”. Keempat, “memilih Jaksa Agung dan Kapolri yang bersih, kompeten,<br />
antikorupsi, dan komit pada penegakan hukum”. Kelima, “melakukan lelang<br />
jabatan strategis pada lembaga penegak hukum dan pembentukan regulasi tentang<br />
penataan aparat penegak hukum”. Keenam, “membangun sistem penilaian kinerja<br />
lembaga penegak hukum berbasis tingkat kepercayaan publik”.<br />
Dalam konteks pengisian jabatan Kapolri, Jokowi dihadapkan pada situasi Komjen<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
KOLOM<br />
• Ketua Tim Ahli Prakarsa<br />
Pendaftaran Pemilih KPU,<br />
Jakarta, September 2011-<br />
Juni 2013.<br />
• Anggota Tim Seleksi Calon<br />
Anggota Panwaslu Kabupaten/Kota<br />
se-Jawa Tengah,<br />
Oktober 2012.<br />
• Sekretaris Tim Seleksi<br />
Calon Anggota Bawaslu<br />
Provinsi Jawa Tengah, Juli-<br />
September 2012.<br />
• Anggota Komisi Pemilihan<br />
Umum (KPU) Provinsi Jawa<br />
Tengah, 2003-2008.<br />
• Sekretaris Presidium Komite<br />
Independen Pemantau<br />
Pemilu (KIPP) Pemilu 1999,<br />
Kabupaten Kudus, 1998-<br />
1999.<br />
Karya:<br />
• Menulis sekitar 40 buku<br />
dan puluhan artikel di se-<br />
Budi Gunawan, yang diusulkannya mulus disetujui DPR tapi disandera status tersangka<br />
oleh KPK. Sedangkan Jenderal Sutarman sudah diberhentikan dari jabatan<br />
sebagai Kapolri. Terdapat kekosongan jabatan Kapolri di sini.<br />
Di tengah desakan politik, satu sisi para politikus Sena yan mendesak agar Komjen<br />
Budi Gunawan dilantik menjadi Kapolri, di sisi lain publik menolak pelantikannya.<br />
Agaknya Jokowi mengambil jalan tengah. Jabatan Kapolri dikosongkan sementara,<br />
dengan istilah “menunda pelantikan”, dan tugas wewenang Kapolri dilaksanakan<br />
sementara oleh Komjen Badrodin Haiti sebagai Wakapolri.<br />
Bisa jadi politik jalan tengah Jokowi itu akan digunakan kembali untuk mengisi<br />
jabatan Kapolri. Setelah mendengarkan berbagai pertimbangan yang diberikan<br />
oleh Wantimpres, tim independen bentukan Jokowi, partai politik pendukung, dan<br />
pimpinan DPR, tampaknya Jokowi akan mengajukan nama baru calon Kapolri yang<br />
tidak rentan konflik dan menimbulkan kritik tajam publik.<br />
Dalam konteks KPK, sekiranya benar kemudian semua pimpinan KPK terkena ma-<br />
ILUSTRASI: EDI WAHYONO<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
KOLOM<br />
jumlah media massa. Berikut<br />
ini di antaranya:<br />
• Pembreidelan Tempo 1994:<br />
Wajah Hukum Pers Sebagai<br />
Alat Represi Politik Negara<br />
Orde Baru, Cermin Kudus<br />
dan Pensil 324 Jakarta,<br />
2009.<br />
• Sistem Pemerintahan Indonesia<br />
Menuju Presidensil, Diponegoro<br />
University Press,<br />
2007.<br />
• Jejak Para Wali dan Ziarah<br />
Spiritual, Penerbit Buku<br />
Kompas, 2006.<br />
• Sulitnya Memprediksi Demokrasi,<br />
KOMPIP, Surakarta,<br />
2005.<br />
• Abdurrahman Sang Penakluk,<br />
LEPKISS, Surabaya,<br />
2000.<br />
salah pidana dengan status tersangka dan konsekuensinya adalah pemberhentian<br />
sementara serta diberhentikan tetap bila statusnya meningkat menjadi terdakwa.<br />
Tentu situasi ini akan menjadikan KPK lumpuh, mengingat pimpinan KPK adalah<br />
penanggung jawab utama secara kelembagaan.<br />
Pimpinan KPK tinggal empat orang dan bila dua orang, yaitu Bambang Widjojanto<br />
dan Abraham Samad, tersangkut kasus pidana, tidak cukup hanya dua orang pimpinan<br />
KPK mengambil keputusan. Jokowi sebagai presiden, menurut undang-undang,<br />
dapat mengajukan calon pengganti, tetapi proses seleksinya panjang. Sementara<br />
itu, kekosongan satu pimpinan KPK yang ditinggalkan Busyro Muqoddas hingga<br />
kini belum terisi. Wacana yang berkembang di DPR, pengisian jabatan pimpinan<br />
KPK akan dilakukan secara serentak untuk lima pimpinan sekaligus.<br />
Jokowi tampaknya kembali akan menempuh politik jalan tengah dalam memberikan<br />
dukungan kepada KPK. Peraturan pengganti undang-undang (perpu) akan<br />
digunakan sebagai instrumen hukum untuk merevisi sebagian undang-undang KPK,<br />
bukan dalam konteks untuk memberikan imunitas kepada pimpinan KPK, tapi sebaliknya<br />
untuk mengangkat pelaksana tugas pimpinan KPK. Pengisian pelaksana tugas<br />
pimpinan KPK menggunakan perpu ini dengan dua catatan, yaitu bila sebagian besar<br />
atau semua pimpinan KPK terkena kasus pidana dan hanya berlaku sementara<br />
hingga terdapat pimpinan KPK definitif.<br />
Pilihan politik jalan tengah Jokowi ini tidak mudah, penuh perjuangan, karena pasti<br />
banyak tarik-menarik politik di dalamnya. Namun Jokowi telah menggariskan Nawa<br />
Cita, dalam pengisian jabatan penegak hukum, dilakukan dengan kriteria “bersih,<br />
kompeten, antikorupsi, dan komit pada penegakan hukum”. Jokowi pasti paham<br />
bahwa perjuangan itu adalah pelaksanaan kata-kata. n<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
RUMAH<br />
FOTO-FOTO: GRANDY/DETIKCOM<br />
MUNGIL<br />
RASA BESAR<br />
BONA KOMETA<br />
RUMAH IDAMAN<br />
TAK SELALU YANG<br />
LUAS DAN MEGAH.<br />
FINALIS ASIA’S NEXT<br />
TOP MODEL 2014<br />
INI PUNYA KRITERIA<br />
RUMAH IDAMAN<br />
VERSINYA.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
RUMAH<br />
MENJANGKAU kawasan rumah<br />
milik Bona Dea Kometa lumayan<br />
sulit. Mesti melewati jalan berliku<br />
Bekasi dan menembus perkampungan<br />
penduduk.<br />
Permukiman di sini memang tak begitu<br />
padat, tapi cukup membuat saya bingung.<br />
Untung ada tulisan besar “Bukit Jatibening<br />
Town House” di gerbang masuk.<br />
Begitu saya masuk kompleks, rumah Bona<br />
gampang sekali ditemukan. Dari jajaran rumah<br />
town house, rumah finalis Asia’s Next<br />
Top Model 2014 ini memang sedikit berbeda<br />
dibanding rumah-rumah di sekitarnya.<br />
Rumah Bona paling mencolok. Selain karena<br />
lebih besar, rumahnya khas. Bercat cokelat<br />
muda, memiliki lis merah marun campuran<br />
cokelat tua, dan dinding muka rumah menggunakan<br />
batu alam.<br />
Sedangkan rumah lainnya punya warna,<br />
desain, dan bentuk pintu atau jendela yang<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
RUMAH<br />
sama. Untuk tampilan luar saja, Bona sudah<br />
berhasil membuat rumahnya terlihat unik.<br />
Rumah mantan presenter stasiun televisi<br />
swasta ini tak luas. Bangunannya hanya 220<br />
meter persegi, berdiri di atas tanah seluas<br />
240 meter. Namun jangan buru-buru menyimpulkan<br />
rumah mungil ini sempit.<br />
Bona dan suami berhasil mengubah citra<br />
rumah mungil berarti sempit. Justru saya,<br />
yang baru pertama kali bertamu ke rumah ini,<br />
mendapatkan kesan lega.<br />
Apalagi saat saya masuk ruang tengah,<br />
yang digunakan sebagai ruang berkumpul<br />
keluarga seluas 5 x 7 meter persegi. Sebelum<br />
memasuki ruang tengah, kita akan melewati<br />
ruang tamu yang ditata apik.<br />
Ukurannya memang hanya 3 x 2<br />
meter. Bukan lantaran pemilik ru-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
RUMAH<br />
mah pelit dengan menyempitkan ruang tamu,<br />
tapi lebih karena faktor fungsi.<br />
Menurut Bona, ruang tamu hanya diperuntukkan<br />
sebagai tempat transit. Menyadari<br />
ruangan ini tak cukup besar, Bona tak meletakkan<br />
banyak perabot.<br />
Hanya satu sofa panjang dan kursi sofa<br />
yang hanya bisa diduduki satu orang. Sebagai<br />
pembatas ruang tamu dengan ruang tengah,<br />
Bona memberi sekat bilah besi hitam.<br />
Selain supaya tetap terlihat lapang karena<br />
bisa melihat ruang tengah, sekat tembok tak<br />
dipilih supaya tidak mengesankan ruangan<br />
sumpek.<br />
“Saya sengaja membuat rumah minim sekat<br />
karena keterbatasan luas bangunan rumah<br />
kami,” kata Bona kepada majalah detik di<br />
kediamannya, Rabu (14/1).<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
RUMAH<br />
Keistimewaan ruang tengah tak<br />
hanya karena ukurannya yang lebih<br />
luas. Sebuah taman kecil dan tempat bermain<br />
yang berada di belakang rumah menambah<br />
kesan nyaman.<br />
Karena dari taman terbuka ini udara luar<br />
sepoi-sepoi menembus rumah. Jadi jangan<br />
heran jika Anda akan merasakan adem saat<br />
memasuki rumah. Padahal tak ada AC.<br />
Udara menerobos dari pintu dorong yang<br />
menjadi penyekat antara ruang tengah dan taman.<br />
Ditambah, plafon rumah ini cukup tinggi<br />
sehingga udara bisa leluasa keluar-masuk.<br />
Kesan luas dan lapang juga terasa di lantai<br />
dua. Atap di lantai dua yang dibuat bergelombang<br />
dan lebih tinggi dari atap di ruangan<br />
lainnya membuat rumah tak pengap.<br />
Selain itu, jendela kaca besar berdesain<br />
dinamis bisa menembus pemandangan di depan<br />
rumah. Genting rumah tetangga, pohon,<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
RUMAH<br />
dan bangunan rumah di sekitar bisa terlihat dari sini.<br />
Di lantai dua, Bona hanya membagi dua ruang utama:<br />
kamar tidur anak dan kamar tidur utama dengan toilet. Dia<br />
juga membuat ruangan untuk menyimpan koleksi tas, baju,<br />
dan sepatu Bona.<br />
Bona menyediakan ruangan di selasar ruang tidur utama<br />
untuk menyalurkan hobi membaca dan bercengkerama<br />
bersama keluarga. Di sini ada rak buku, tenda camping<br />
anak, televisi, dan sofa.<br />
Ruang tidur utama menjadi magnet. Bona mengaku<br />
sering tak bisa meninggalkan lama-lama ruangan yang ia<br />
anggap sebagai ruangan paling nyaman itu.<br />
Sekalipun pergi ke luar kota, menginap di hotel, kamar<br />
paling nyaman yang sering ia kangeni hanya kamarnya.<br />
Maklum, ruang tidur Bona hampir sama luasnya dengan<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
RUMAH<br />
ruang tengah.<br />
Tak hanya luas, Bona juga mendesain ruangannya<br />
senyaman mungkin dengan memadupadankan<br />
cat dinding bermotif kembang dan<br />
daun hijau. Ia membiarkan cahaya luar masuk<br />
lewat kedua jendela.<br />
Jadi, selain sirkulasi udara yang bagus, rumah<br />
Bona hemat listrik. Rumah ini relatif terang di<br />
siang hari tanpa perlu menyalakan lampu.<br />
Bona sudah menganggap rumah yang ia<br />
tempati sejak 2011 ini sebagai rumah impiannya.<br />
Bukan sekadar bangunan, ia menyebut<br />
rumahnya sebagai “home sweet home”.<br />
Ia dan suami turun tangan langsung<br />
dalam membangun, mendesain, dan menata<br />
rumahnya. Jadi rasa puas terbayar begitu<br />
rumah ditempati.<br />
Di dalam rumahnya juga tak ada ruang yang<br />
tak bermanfaat. Menyadari luas bangunan dan<br />
tanah terbatas, Bona dan suami merancang<br />
semua ruang dan sekat berdasarkan fungsi. n<br />
KUSTIAH | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 16 22 FEBRUARI 2015<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
SI LUCU<br />
PENCABUT NYAWA<br />
TAMPILANNYA MEMANG LUCU SEKALIGUS MENGGEMASKAN.<br />
TAPI EFEKNYA BISA BERUJUNG PADA KEMATIAN.<br />
THINKSTOCK<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
FIKRI sudah duduk di kelas tiga sekolah<br />
dasar. Dulu orang tuanya selalu<br />
membekalinya dengan makanan<br />
dari rumah, tapi kini diganti dengan<br />
uang.<br />
Orang tua Fikri berpikir uang lebih praktis.<br />
Mereka juga berharap Fikri bisa belajar memilih<br />
makanan yang hendak dikonsumsi dan<br />
mengatur uang sejak dini.<br />
Niat awal orang tua Fikri memang bagus.<br />
Ingin mengajarkan kemandirian pada anak.<br />
Namun, di balik itu, ternyata ada bahaya yang<br />
mengintai Fikri.<br />
Di sekolah, tak semua makanan “sehat”<br />
untuk anak-anak. Namun anak-anak terlihat<br />
tidak peduli. Mereka tetap lincah dan bebas<br />
memilih apa saja jajanan sekolah.<br />
Padahal baru-baru ini ditemukan jenis narkotik<br />
atau obat-obatan berbahaya (narkoba)<br />
yang dikemas sangat lucu. Sangat menarik<br />
untuk anak-anak. Bisa berbentuk permen<br />
atau potongan gambar.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
INDONESIABERKEBUN<br />
Narkoba ini berjenis lysergic acid diethylamide<br />
(LSD). Tidak setenar narkoba jenis lainnya.<br />
Di Indonesia, LSD masuk dalam golongan I<br />
narkoba, tertera dalam lampiran 36 Undang-<br />
Undang Narkotika 35 Tahun 2009.<br />
LSD awalnya diracik oleh Hofmann, peneliti<br />
kimia di Laboratorium Sandoz di Basel, Swiss,<br />
pada 1938. Dia berharap sintesis molekul LSD-<br />
25 dapat berguna untuk stimulus pernapasan.<br />
Namun, lima tahun kemudian, ia baru<br />
mengetahui adanya efek psikofarmakologikal<br />
dari LSD ketika ia menelannya. Saat itu dampak<br />
penggunaan LSD diuji pada 19 April 1943.<br />
Sang peneliti menguji coba dengan menelan<br />
0,25 miligram LSD. Dari catatan yang ditulisnya,<br />
direktur laboratorium itu merasakan<br />
efek yang luar biasa.<br />
“Empat puluh menit kemudian, Hofmann<br />
mengalami pusing, perasaan cemas, distorsi<br />
visual, gejala kelumpuhan,<br />
serta keinginan untuk tertawa,”<br />
demikian dikutip<br />
Telegraph.<br />
Kini, untuk meng-<br />
WIKIPEDIA<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
konsumsinya, narkoba berbentuk kertas sebesar<br />
prangko itu tinggal dimasukkan ke dalam mulut, ditempelkan<br />
di lidah, dan selanjutnya akan larut.<br />
LSD akan mempengaruhi reseptor serotonin dengan<br />
cara mengikat dan mengaktifkan 5-hydroxytryptamine<br />
subtype 2 receptor (5-HT2), yang mengganggu sistem<br />
inhibisi.<br />
Mengkonsumsi narkoba ini dapat mengakibatkan<br />
gangguan persepsi, sebagai dampak dari halusinasi<br />
senyawa tersebut yang sangat kuat. Namun konon<br />
narkoba ini tidak membuat ketagihan.<br />
Namun bukan berarti zat ini aman digunakan. Pakar<br />
adiksi narkoba dr Lula Kamal, Msc, mengatakan LSD<br />
justru berbahaya terutama jika digunakan dalam situasi<br />
tertentu.<br />
Selain itu, orang dalam pengaruh LSD tidak bisa diprediksi<br />
perilakunya. Sumber menyebutkan perasaan<br />
seperti melihat cahaya berpendar, melintasi waktu,<br />
dan halusinasi bisa dirasakan pemakai.<br />
Tapi beberapa sumber lain yang mengkonsumsi<br />
LSD juga menyebutkan halusinasi bisa membuat<br />
pemakainya histeris ketakutan dan paranoid.<br />
“Ada yang tenang-tenang saja, ada juga yang tidak.<br />
Tergantung persepsi orangnya. Jadi, kita enggak bisa<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
THINKSTOCK<br />
memprediksi apa yang akan ia rasakan,” ujar<br />
dr Lula.<br />
Menurut Kepala Badan Narkotika<br />
Nasional Provinsi Nusa Tenggara<br />
Barat Drs Mufti Djusnir, Msi, Apt,<br />
bila senyawa LSD dikonsumsi<br />
dalam jumlah waktu tertentu,<br />
dapat menimbulkan serangan<br />
hipotermia.<br />
Serangan ini membuat<br />
suhu tubuh turun hingga<br />
menjadi 32 derajat Celsius<br />
atau di bawah suhu<br />
normal (36-37 derajat Celsius).<br />
Tubuh akan mengalami<br />
kesulitan mengatasi tekanan<br />
suhu dingin.<br />
Bila hal ini dibiarkan, akan<br />
menyebabkan kematian<br />
bagi penggunanya. “Perlu<br />
berhati-hati, jika suhu<br />
tubuh menurun<br />
hingga 32 derajat<br />
Celsius,<br />
akan berhadapan dengan malaikat kematian,”<br />
ujar Mufti.<br />
Pada saat suhu tubuh berada di titik ini—<br />
atau kurang dari 32 derajat Celsius—sel-sel<br />
tubuh tak dapat bekerja. Kondisi ini sering<br />
dialami para pendaki gunung.<br />
Karena itu, kepada anak-anak, perlu ditanamkan<br />
kewaspadaan. Mereka sebaiknya<br />
diberi pengertian soal bahaya dan efek yang<br />
bisa diakibatkan oleh LSD.<br />
“Menaruh kertas di bawah lidah itu saja<br />
sudah sangat tidak lazim. Jadi, apa pun yang<br />
bentuknya tidak biasa kita konsumsi, ya jangan<br />
diterima,” kata dr Lula.<br />
Agar anak-anak tidak tergiur LSD yang dikemas<br />
lucu, psikolog Henny Wirawan menyarankan<br />
untuk memberikan pengertian bahwa<br />
tidak semua gambar lucu yang mereka lihat<br />
berarti baik.<br />
Jika anak dipaksa menerima LSD atau<br />
narkoba jenis lain, sebaiknya diterima saja,<br />
untuk selanjutnya dilaporkan dan diserahkan<br />
kepada guru atau orang tua.<br />
Namun, jika anak dipaksa memakan se-<br />
INDONESIABERKEBUN<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
INDONESIABERKEBUN<br />
suatu yang mencurigakan, ajari anak untuk<br />
segera kabur dan menemui orang dewasa<br />
yang dikenalnya.<br />
“Intinya, kalau kelas yang lebih kecil, lebih baik<br />
anak diajari tidak jajan sembarangan dan tidak<br />
terima barang dari orang lain. Kalau dipaksa, wajib<br />
ditunjukkan kepada orang tua,” kata Henny.<br />
Selain orang tua, peran guru sangat besar<br />
untuk menjaga anak dari paparan<br />
narkoba. Karena itu, pengetahuan guru<br />
tentang narkoba pun perlu diperkuat.<br />
“Ini kasus anak, ya, jadi anak masih perlu senantiasa<br />
didampingi orang tua, karena kematangan<br />
moral juga masih dalam proses,” ujar psikolog<br />
dari Universitas Tarumanagara ini. n<br />
MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
WISATA<br />
BERBURU MASJID<br />
DI MANILA<br />
MENEMUKAN MASJID DI NEGARA DENGAN MAYORITAS PENDUDUK<br />
NONMUSLIM MERUPAKAN KEBAHAGIAAN UNTUK SAYA.<br />
WIKIPEDIA & THINKSTOCK<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
WISATA<br />
MENJADI keharusan bagi saya<br />
ketika melakukan perjalanan ke<br />
luar negeri adalah berkunjung ke<br />
masjid-masjid, meskipun negara<br />
tersebut mayoritas penduduknya nonmuslim.<br />
Seperti pada Maret 2014, saat ke Filipina.<br />
Filipina adalah negara yang 80 persen penduduknya<br />
beragama Katolik. Menemukan<br />
sebuah masjid dan makanan halal di negara<br />
itu merupakan suatu kebahagiaan tersendiri<br />
bagi saya.<br />
Saya dan teman saya, Adam, hari itu, Jumat,<br />
7 Maret 2014, sedang berada di Kota Manila.<br />
Kami berencana menuju Golden Mosque atau<br />
Masjid Al Dahab—masjid terbesar di Manila.<br />
Adam berencana menunaikan salat Jumat di<br />
ESTI MURDIASTUTI (TRAVELER)<br />
WIKIPEDIA<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
WISATA<br />
ESTI MURDIASTUTI (TRAVELER)<br />
masjid itu. Namun, berhubung tempat menginap kami jauh dari Golden<br />
Mosque dan waktu salat jumat sudah mepet, kami akhirnya memutuskan<br />
mencari masjid lain yang lebih dekat.<br />
Dan ternyata, tak jauh dari Paranaque City, tempat kami menginap,<br />
terdapat masjid kecil bernama Al-Nur. Kami memburu salat jumat di<br />
masjid itu dengan menumpang jeepney, ongkosnya 8 peso (Rp 2.280)<br />
per orang.<br />
Setiba di Baclaran, lokasi masjid, kami celingak-celinguk. Kami sama<br />
sekali tak melihat tanda-tanda masjid di daerah ini. Hingga saya melihat<br />
seorang perempuan berjilbab penjual pernak-pernik.<br />
Dari mbak-mbak itu, akhirnya kami mendapat petunjuk lokasi masjid.<br />
Jaraknya cuma sekitar 100 meter dari tempat kami berdiri. Ah, kesampaian<br />
juga niat Adam melaksanakan salat jumat di salah satu masjid di<br />
Manila.<br />
Lokasi Masjid Al-Nur memang<br />
agak nyempil, terimpit<br />
toko-toko dan jalan kecil. Bangunan<br />
masjid ini memang tidak<br />
terlalu besar, tapi berlantai<br />
dua.<br />
Sambil menunggu salat<br />
Jumat selesai, saya mencari<br />
tempat salat untuk perempuan.<br />
Dari informasi yang<br />
DETIKTRAVEL<br />
WIKIPEDIA<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
WISATA<br />
ESTI MURDIASTUTI (TRAVELER)<br />
saya terima, masjid-masjid di Filipina sengaja<br />
memisahkan lokasi salat untuk laki-laki dan<br />
perempuan.<br />
Tempat salat wanita terletak di samping<br />
masjid. Di ruangan berukuran<br />
5 x 6 meter itu, para<br />
perempuan bisa mengikuti<br />
salat Jumat dan menyimak<br />
ceramah imam. Saya baru<br />
tahu di sini para perempuan<br />
bisa salat jumat di masjid.<br />
Dan meski sudah berhasil<br />
mewujudkan misi salat<br />
Jum at di masjid Filipina,<br />
saya masih tetap ingin mengunjungi<br />
Golden Mosque.<br />
Masjid ini dari awal kunjungan<br />
ke Manila memang<br />
sangat ingin saya datangi.<br />
Karena hari ini sudah<br />
terlampau sore, kami pun<br />
memutuskan melacak keberadaan<br />
Golden Mosque<br />
keesokan harinya. Kami<br />
berharap bisa dengan mudah menemukan<br />
masjid tersebut.<br />
Masjid Al-Dahab atau Golden Mosque terletak<br />
di ujung Jalan Globo de Oro, nama jalan<br />
yang berarti “bola dunia keemasan”. Distrik<br />
atau wilayah Quiapo banyak didiami komunitas<br />
muslim Metro Manila.<br />
Di sekitar masjid itu banyak terdapat toko,<br />
warung, dan rumah makan yang menyajikan<br />
makanan halal dan buah-buahan segar dari<br />
Pulau Mindanao. Meski begitu, pengunjung<br />
kawasan ini cukup beragam.<br />
Meski sama-sama berada di Kota Manila,<br />
suasana Makati City dan Quiapo sangat<br />
berbeda. Makati adalah daerah elite, banyak<br />
gedung pencakar langit. Sedangkan Quiapo<br />
adalah kota lama, pasarnya penuh pengemis<br />
dan macet.<br />
Kawasan ini bisa dijangkau dengan jeepney<br />
jurusan Quiapo. Jangan lupa berpesan kepada<br />
sopir, dia akan dengan senang hati memberi<br />
tahu jika lokasi masjid sudah dekat, tak jauh<br />
dari istana presiden Malacanang.<br />
Saat memasuki permukiman muslim di<br />
WIKIPEDIA<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
WISATA<br />
ESTI MURDIASTUTI (TRAVELER)<br />
Quiapo, kami melalui pintu gerbang besar<br />
dengan tulisan “Welcome Muslim Town”.<br />
Halamannya menjadi akses keluar-masuk ke<br />
permukiman penduduk di samping dan belakang<br />
masjid.<br />
Pintu gerbang itu bisa dilintasi mobil, tapi<br />
jalan masuk ke masjid hanya berupa pintu<br />
kecil untuk lalu lalang. Ada kotak sumbangan<br />
dan petugas keamanan yang ramah.<br />
Mereka akan dengan senang hati mengantarkan<br />
jemaah yang mungkin kebingungan<br />
mencari tempat wudu. Seperti yang saya dan<br />
teman saya alami waktu itu.<br />
Yang menarik, saat melewati pintu gerbang,<br />
semua perempuan diwajibkan segera mengenakan<br />
kerudung, walau hanya menutup kepala.<br />
Begitu juga ketika akan masuk area masjid.<br />
Ketika kami sampai di sana, waktu zuhur<br />
sudah lewat. Akhirnya kami memutuskan<br />
makan siang terlebih dulu di warung-warung<br />
yang banyak menyajikan makanan halal.<br />
Sekilas kami lihat warung makan yang berada<br />
di pinggir jalan layaknya rumah makan<br />
Padang. Warung-wa rung tersebut menyaji-<br />
DETIKTRAVEL<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
WISATA<br />
kan berbagai macam menu ikan, daging, dan<br />
sayur.<br />
Saking semangatnya makan, kami menghabiskan<br />
250 peso (Rp 71.250) untuk berdua.<br />
Tapi tak apalah, kami pikir sesekali, mengingat<br />
kami kesulitan mencari makanan yang pas di<br />
sini.<br />
Setelah mengisi perut, kami menuju masjid<br />
untuk salat. Kami berjalan lambat sembari<br />
melihat-lihat. Sungguh disayangkan, masjid ini<br />
kurang terawat.<br />
Bahkan, sewaktu mengambil air wudu, saya<br />
melihat kotoran hewan di tempat wudu. Lantai<br />
masjid juga jauh dari kata bersih. Saya bisa<br />
melihat debu di sana-sini.<br />
Padahal agama Islam mengajarkan untuk<br />
mencintai kebersihan di mana pun kita berada,<br />
termasuk di masjid. Sungguh sangat-sangat<br />
disayangkan. n<br />
ESTI MURDIASTUTI (TRAVELER) | KEN YUNITA<br />
ESTI MURDIASTUTI (TRAVELER)<br />
MAJALAH DETIK 16 22 FEBRUARI 2015<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
KULINER<br />
HOTEL TANPA<br />
KAMAR<br />
FOTO-FOTO : ARI SAPUTRA/MAJALAH DETIK<br />
DESAINNYA MIRIP LOBI<br />
HOTEL. TAPI, KARENA TAK<br />
PUNYA KAMAR UNTUK<br />
MENGINAP, HURUP “H”<br />
DIHILANGKAN.<br />
JADINYA OTEL LOBBY.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
KULINER<br />
AM makan siang sudah hampir<br />
tiba, saya masih berkutat di kawasan<br />
perkantoran Epicentrum,<br />
Jakarta Selatan. Kawasan ini memang<br />
cukup asing bagi saya, yang<br />
bermukim di Tangerang.<br />
Namun, karena sudah kepalang janji untuk<br />
bertemu dengan salah seorang teman, saya<br />
mencoba menembus kemacetan. Memacu kendaraan<br />
lebih cepat.<br />
“Kita ketemu di Otel Lobby,” begitu kira-kira isi<br />
pesan singkat yang ia kirim semalam.<br />
Persis di sebelah restoran Bluegrass, saya melihat<br />
sebuah plang bertulisan “Otel Lobby”. Nah,<br />
ini dia. Dari luar, bangunan dan arsitekturnya<br />
unik. Serbahitam.<br />
Saya sempat kebingungan mencari tempat<br />
parkir. Saya tak melihat ada “lahan” yang dikhususkan<br />
bagi tamu restoran untuk “menyimpan”<br />
kendaraan mereka.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
KULINER<br />
Hingga akhirnya seorang petugas satpam<br />
menghampiri saya. Dia mengarahkan saya memarkir<br />
kendaraan di bangunan di seberang jalan.<br />
Walah.<br />
Setelah urusan parkir beres, saya masuk melalui<br />
pintu hitam berdesain klasik. Meja resepsionis<br />
panjang dan seorang perempuan menyambut<br />
saya.<br />
Saya, yang belum pernah datang kemari,<br />
sempat menyangka tempat ini juga merangkap<br />
sebagai hotel. Bagaimana tidak, di dekat pintu<br />
masuknya, ada troli pengangkut koper seperti di<br />
hotel-hotel.<br />
Dari seorang pelayan, saya tahu restoran ini<br />
memang ditata layaknya lobi hotel. Namanya<br />
juga berasal dari Hotel Lobby. Karena tempat ini<br />
tidak punya kamar untuk menginap, huruf “H”<br />
pun dihilangkan.<br />
Di beberapa sudut, terdapat sofa-sofa. Furnitur<br />
di dining area tidak seragam. Kesan rustique vintage<br />
paling menonjol, berasal dari penggunaan<br />
warna hitam yang maskulin sekaligus elegan.<br />
Kaca besar berterali besi hitam menjadi peng-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
KULINER<br />
Saya merasa tak bosan<br />
karena mata saya<br />
dimanjakan oleh desain<br />
restoran yang elegan.<br />
ganti dinding. Elemen kayunya sukses bergabung<br />
dengan penataan cahaya yang agak temaram.<br />
Lampion putih dari kepompong ulat sutra<br />
menjadi karya seni unik sekaligus menarik. Ada<br />
pula lampion yang terbuat dari ratusan bola<br />
pingpong.<br />
Agaknya tempat ini sering menjadi tempat<br />
para ekspatriat bertemu untuk makan siang atau<br />
sekadar mengobrol. Teman saya melambaikan<br />
tangan dari arah sofa bundar di tengah ruangan.<br />
Tempat duduk ini memang sangat pas dan<br />
nyaman digunakan untuk bersantai sejenak sambil<br />
bersantap ria. Pelayan langsung membawakan<br />
dua buah buku menu yang juga berwarna hitam.<br />
Daftar menunya lebih banyak diisi oleh deretan<br />
minuman cocktail, mocktail, dan bir. Tapi tenang,<br />
ada menu-menu Western dan Indonesia yang<br />
bisa dipesan untuk mengisi perut.<br />
Setelah berdiskusi dengan teman, saya pun<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
KULINER<br />
memutuskan memesan Pigs in The Blanket<br />
(Rp 60 ribu), Local Duck Confit (Rp 95 ribu),<br />
dan Chocolate Souffle (Rp 50 ribu).<br />
Untuk minumannya, saya memilih Otel<br />
Punch (Rp 45 ribu) dan Chamomile Tea (Rp 30<br />
ribu). Saya harus menunggu sekitar 30 menit<br />
sampai satu per satu hidangan yang dipesan<br />
mampir ke meja.<br />
Agak lama memang. Tapi saya merasa tak<br />
bosan karena mata saya dimanjakan oleh desain<br />
restoran yang elegan. Hingga akhirnya seorang<br />
pelayan wanita membawakan hidangan<br />
yang saya pesan.<br />
Minuman pesanan teman saya, Otel Punch,<br />
disajikan dalam gelas cantik. Warnanya merah<br />
menyala karena campuran leci, sitrus stroberi,<br />
nanas, dan jeruk.<br />
Ketika saya mencobanya, rasa asam stroberi<br />
begitu domi nan, sementara cita rasa soda yang<br />
agak tajam membawa sensasi menyegarkan.<br />
Chamomile Tea pesanan saya disajikan dalam<br />
poci porselen berwarna putih. Ketika teh dituangkan<br />
ke cangkir bermotif bunga, tampaklah<br />
airnya yang jernih berwarna kekuningan.<br />
Hiruplah terlebih dahulu aroma teh yang<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
KULINER<br />
menenangkan. Ketika diteguk, teh ini terasa<br />
begitu ringan dan menyegarkan. Jika ingin rasa<br />
yang manis, bisa tambahkan gula pasir atau<br />
brown sugar.<br />
Teh ini punya banyak manfaat untuk menyembuhkan<br />
berbagai penyakit. Salah satunya<br />
menghilangkan stres. Jadi, saya rasa, minuman<br />
ini sangat cocok dinikmati di sela-sela aktivitas<br />
yang padat.<br />
Hidangan pembuka Pigs in The Blanket menjadi<br />
makanan sasaran pertama saya. Meskipun<br />
menu ini menggunakan embel-embel “pigs”,<br />
bahan bakunya sama sekali tidak mengandung<br />
unsur daging babi.<br />
Empat potong sosis sapi gempal disajikan<br />
di atas wadah kayu dibalut lembaran pastry<br />
yang tak terlalu tebal. Bubuk peterseli dan keju<br />
membuat tampilan menu ini makin menggiur-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
KULINER<br />
kan.<br />
Satu potong sosis bisa dimakan<br />
sekaligus. Lidah serasa dimanjakan<br />
oleh tekstur sosisnya yang<br />
juicy berpadu dengan kulit pastry<br />
yang renyah dan berlapis-lapis.<br />
Rasa gurih sosis makin mantap dengan<br />
tambahan saus mustard yang asam.<br />
Menurut saya, hidangan nikmat ini<br />
sungguh wajib dicoba. Tak akan menyesal.<br />
Puas dengan hidangan pembuka,<br />
saya menaruh harapan lebih pada<br />
Local Duck Confit. Tampilannya menarik,<br />
dari potongan kentang, suiran sayur<br />
bayam, bawang bombai, dan bebek goreng<br />
kecokelatan.<br />
Saus berwarna kecokelatan yang saya duga<br />
adalah saus marmalade (hasil awetan buahbuahan<br />
dan kulit jeruk yang dimasak bersama<br />
gula) turut menghiasi satu piring besar Local<br />
Duck Confit.<br />
Ketika saya bongkar susunan ini, green<br />
chillies terlihat menyusup di bawah potongan<br />
kentang goreng. Saya tergoda untuk<br />
mencicipi kentang berbalut sambal hijau ini.<br />
Kentangnya tidak terlalu garing tapi begitu<br />
lembut dan langsung lumer di lidah. Kehadiran<br />
sambal hijau ini efektif membangkitkan selera<br />
makan.<br />
Sementara itu, daging bebeknya tidak terlalu<br />
besar, kulitnya cukup garing dan lembut di bagian<br />
dalam. Selingi dengan bayam dan bawang<br />
bombai sehingga tidak terasa enek.<br />
Rasa dagingnya memang tidak terlalu gurih,<br />
tetapi, saran saya, nikmatilah seluruh komponen<br />
bersamaan. Dijamin, perpaduan cita rasanya<br />
tidak akan mengecewakan.<br />
Saya harus menunggu sekitar 15 menit lagi<br />
untuk mendapatkan satu Chocolate Souffle,<br />
yang menggembung dengan sempurna di atas<br />
wadah keramik.<br />
Meskipun ada sedikit retakan di bagian atasnya,<br />
hidangan cake semipuding yang tergolong<br />
sulit ini sukses dihidangkan Otel Lobby. Ketika<br />
dibelah dengan sendok, Chocolate Souffle<br />
langsung mengempis.<br />
Tekstur souffle memang ringan karena terbu-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
KULINER<br />
at dari kuning telur dan putih telur yang dikocok<br />
hingga kaku. Avocado sauce saya tuangkan ke<br />
atas dessert ini.<br />
Rasa khas cokelat dipadu dengan rasa gurih<br />
gula halus dan avocado sauce menjadi sajian<br />
penutup yang begitu pas. Lain kali, saya akan<br />
memesannya lagi.<br />
Oh iya, Otel Lobby juga punya satu layanan<br />
spesial. Setiap menu bisa disesuaikan dengan<br />
permintaan tamu yang memiliki dietary restrictions.<br />
Tamu yang memiliki kebutuhan khusus bisa<br />
meminta kepada pelayan untuk dibuatkan sajian<br />
yang rendah garam, gula, atau lemak sesuai<br />
dengan kebutuhan. Jadi, jangan ragu untuk<br />
mampir. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
NASIONAL<br />
PROGRAM<br />
MENIRU<br />
PROTON<br />
ADIPERKASA MENGGAGAS<br />
PRODUKSI MOBIL NASIONAL<br />
DIBANTU PROTON MALAYSIA.<br />
DIBEKINGI PERUSAHAAN<br />
PERTAMBANGAN.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
NASIONAL<br />
Pabrik Proton di Shah Alam,<br />
Malaysia.<br />
GOH SENG CHONG/GETTY IMAGES<br />
SALAH satu kantor pengacara di<br />
kawasan Dharmawangsa, Jakarta<br />
Selatan, itu banyak mendapat tamu<br />
wartawan sepekan silam. Bergantiganti<br />
para wartawan cetak, televisi, atau online<br />
datang menyambangi dengan wajah ingin tahu.<br />
Semuanya sama: ingin tahu kantor PT Adiperkasa<br />
Citra Lestari, perusahaan yang mendadak<br />
terkenal karena berencana membangun mobil<br />
nasional dibantu Proton dari Malaysia.<br />
Petugas front office menyatakan kantor itu<br />
bukan kantor Adiperkasa, melainkan kantor<br />
pengacara salah satu anak petinggi Adiperkasa.<br />
“Kemarin juga ada wartawan TV ke sini,” kata<br />
petugas front office yang enggan disebut namanya<br />
itu.<br />
Semua memang penasaran mengapa tibatiba<br />
saja Presiden Joko Widodo dan Perdana<br />
Menteri Malaysia Najib Razak ikut menyaksikan<br />
penandatanganan nota kesepahaman antara<br />
Adiperkasa—yang diwakili Abdullah Mahmud<br />
Hendropriyono—dan Presiden Direktur Proton,<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
NASIONAL<br />
Dato’ Abdul Harith Abdullah, di Kuala Lumpur.<br />
Bisa jadi kantor Adiperkasa susah dilacak<br />
karena perusahaan ini pada dasarnya special<br />
vehicle, istilah bisnis untuk merujuk pada perusahaan<br />
yang hanya terdaftar resmi lengkap<br />
dengan direksinya tapi sering kali tidak memiliki<br />
kantor atau karyawan.<br />
Fungsi perusahaan semacam ini untuk mempermudah<br />
kerja sama dengan perusahaan lain<br />
Kalau dengan negara lain, kami hanya jadi<br />
market-nya, sedangkan kami maunya jadi<br />
salah satu produsen juga<br />
atau gampang jika nantinya dipecah kepemilikan<br />
sahamnya. Perusahaan lazimnya memakai<br />
sistem special vehicle karena bisa membatasi<br />
risiko bisnis jika bisnis barunya bermasalah.<br />
“Adiperkasa adalah PT yang baru kami beli,<br />
sebagai special vehicle untuk kerja sama ini saja,”<br />
kata Edi Yosfi, Presiden Komisaris Adiperkasa.<br />
“Kami kan banyak bisnisnya, ada di properti,<br />
ada di pertambangan.”<br />
Edi Yosfi memang bergelut di bisnis pertambangan.<br />
Nama Edi, misalnya, muncul tahun lalu<br />
saat menandatangani nota kerja sama dengan<br />
perusahaan India untuk membangun pembangkit<br />
listrik di Sulawesi. Saat Presiden Susilo<br />
Bambang Yudhoyono mantu di Puncak, Bogor,<br />
namanya juga muncul karena membawa mobil<br />
supermewah Bentley.<br />
Tapi Edi enggan menjelaskan secara terperinci<br />
perusahaan ini atau bagaimana bentuk usaha<br />
patungan dengan Proton jika sudah terlaksana.<br />
Ia hanya mengatakan Adiperkasa memilih<br />
Proton karena perusahaan otomotif asal negeri<br />
jiran itu memiliki tim riset dan pengembangan<br />
mobil nasional yang bagus. Proton juga sukses<br />
menjadi mobil nasional di sana.<br />
Sebaliknya, jika menggandeng produsen<br />
otomotif dari Jepang, Eropa, atau negara lain,<br />
Adiperkasa tidak bisa berkembang menjadi<br />
produsen. “Kalau dengan negara lain, kami hanya<br />
jadi market-nya, sedangkan kami maunya<br />
jadi salah satu produsen juga,” kata Edi.<br />
Kerja sama Adiperkasa dengan Proton akan<br />
diawali dengan studi kelayakan selama enam<br />
bulan. Kajian itu untuk menilai apakah membu-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
NASIONAL<br />
Presiden Joko Widodo<br />
mendapat penjelasan soal<br />
mobil nasional Malaysia.<br />
REUTERS<br />
at mobil nasional secara ekonomis layak atau<br />
tidak.<br />
Adiperkasa dan Proton akan bekerja sama<br />
membentuk tim untuk melaksanakan kajian<br />
kelayakan tersebut. Kajian itu antara lain aspek<br />
teknis, kondisi pasar, ketersediaan vendor, serta<br />
lokasi pabrik.<br />
Edi menambahkan, Adiperkasa sudah memiliki<br />
gambaran untuk lokasi pabrik nantinya.<br />
Namun dia menolak menyebut lokasi persisnya<br />
karena harus menunggu hasil feasibility study.<br />
“Kami ingin membuat mobil, tentunya mobil<br />
nasional, tapi mobil nasional itu kami pelajari<br />
dulu. Kalau ekonomis, baru kami jalan,” tutur<br />
Edi.<br />
Rencana Adiperkasa dengan Proton membuat<br />
mobil nasional mengundang pertanyaan<br />
produsen otomotif yang tergabung dalam<br />
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo).<br />
Sebab, kalangan industri otomotif Indonesia—yang<br />
bekerja untuk membuat dan memasarkan<br />
mobil dengan merek asing—selama<br />
ini tidak pernah diajak pemerintah membahas<br />
soal membuat mobil nasional.<br />
Ketua I Gaikindo Jongkie D. Sugiarto mengatakan<br />
Indonesia memang pernah punya aturan<br />
tentang kriteria mobil nasional, tapi pada<br />
pemerintahan Orde Baru. Pemerintah saat itu<br />
meluncurkan proyek mobil nasional dengan<br />
merek Timor pada 1996 dan perusahaan itu<br />
dibebaskan dari bea masuk komponen serta<br />
pajak barang mewah.<br />
Selain masalah kriteria mobil nasional, rekam<br />
jejak Adiperkasa dipertanyakan karena sebe-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
NASIONAL<br />
AHMAD YUSNI/GETTY IMAGES<br />
lumnya tidak pernah terdengar di kalangan<br />
pelaku industri otomotif Indonesia, terutama<br />
yang tergabung dalam Gaikindo. “Setahu saya<br />
dia bukan anggota,” tutur Jongkie.<br />
Karena kerja sama ini murni urusan swasta,<br />
pemerintah hanya bisa menunggu. Menteri<br />
Perindustrian Saleh Husin mengatakan, jika<br />
kajian positif dan Adiperkasa-Proton memutuskan<br />
meneruskan proyek, mereka mesti mengajukan<br />
izin kepada Badan Koordinasi Penanaman<br />
Modal dan Kementerian Perindustrian.<br />
Jika tidak layak, kata Saleh, proyek itu harus<br />
berhenti. “Kita lihat saja yang dari Malaysia ini<br />
apakah feasibility study-nya feasible, bisa jalan,”<br />
kata Saleh di hadapan Komisi Industri DPR. n<br />
HANS HENRICUS B.S. ARON<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
NASIONAL<br />
BUKAN TIMOR<br />
JILID II<br />
BERBEDA KEPADA TIMOR,<br />
PEMERINTAH TAK MEMBERI<br />
PERLAKUAN KHUSUS<br />
TERHADAP “MOBIL<br />
NASIONAL” VERSI PROTON.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
NASIONAL<br />
Penandatanganan nota<br />
kesepahaman Proton<br />
dengan PT Adiperkasa Citra<br />
Lestari.<br />
DOK. PROTON<br />
SEKITAR satu atau dua tahun setelah<br />
pemerintahan Presiden Soeharto<br />
dijatuhkan lewat serangkaian<br />
unjuk rasa, ribuan unit sedan bercap<br />
Timor mangkrak di sebuah lahan di Cikampek,<br />
Jawa Barat, dan sebagian lagi di Sunter, Jakarta<br />
Utara. Debu tebal menutupi deretan mobil itu.<br />
Debu-debu itu seperti menjadi simbol kegagalan<br />
proyek mobil nasional yang diberikan<br />
kepada perusahaan milik Tommy Soeharto<br />
tersebut. Proyek yang bertujuan menciptakan<br />
mobil sendiri akhirnya malah hanya menjadi<br />
importir mobil built-up.<br />
Tak mengherankan jika, begitu kabar dari<br />
Malaysia bahwa PT Adiperkasa Citra Lestari,<br />
perusahaan dari Indonesia yang dipimpin<br />
Abdullah Mahmud Hendropriyono, akan<br />
membuat mobil nasional bekerja sama dengan<br />
Proton dari Malaysia, kontroversi muncul.<br />
Tidak banyak orang yang bisa melupakan nasib<br />
buruk mobil nasional Timor.<br />
Pemerintah pun berusaha meredam kontroversi<br />
ini. “Tidak akan ada perlakuan khusus<br />
(bagi Adiperkasa atau Proton),” kata Menteri<br />
Perindustrian Saleh Husin. “Yang dikhawatirkan<br />
kan takut terjadi seperti zaman dulu, ada<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
NASIONAL<br />
Yang dikhawatirkan kan takut<br />
terjadi seperti zaman dulu, ada<br />
perlakuan khusus sehingga<br />
akhirnya (program mobil nasional<br />
Timor) diperingatkan WTO.<br />
Saleh Husin<br />
HASAN/DETIKCOM<br />
perlakuan khusus sehingga akhirnya (program<br />
mobil nasional Timor) diperingatkan WTO.”<br />
Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) bersikap<br />
galak kepada kasus Timor karena pemerintah<br />
Indonesia dipandang diskriminatif. Mereka<br />
memberi perlakuan khusus hanya pada satu<br />
perusahaan dari Korea Selatan, yakni Kia Motors,<br />
tapi tidak kepada perusahaan lain. Dalam<br />
peraturan WTO, tidak boleh ada perlakuan<br />
khusus kepada satu perusahaan atau negara<br />
tertentu.<br />
Timor mulai dijual pada Oktober 1996 dengan<br />
harga sangat miring, hanya Rp 35 juta. Ini<br />
adalah sedan termurah<br />
karena saat itu<br />
umumnya sedan dijual<br />
dengan harga di<br />
atas Rp 50 juta. Harga<br />
bisa begitu miring<br />
karena pemerintah<br />
memasukkan Timor<br />
dalam program<br />
mobil nasional. Artinya,<br />
Timor tak perlu<br />
membayar pajak bea masuk komponen dan<br />
pajak barang mewah, tak seperti mobil lain.<br />
Lewat program ini, mestinya Timor dibuat<br />
di dalam negeri dengan kandungan lokal naik<br />
bertahap, dari 20 persen di tahun pertama, 40<br />
persen di tahun kedua, dan 60 persen di tahun<br />
ketiga. Sayangnya, syarat itu cuma berlaku di<br />
atas kertas karena kenyataannya justru mengimpor<br />
mobil sedan dari pabrik Kia Motors di<br />
Korea Selatan.<br />
Ini sebabnya WTO geram, mengapa perusahaan<br />
Korea Sela tan mendapat perlakuan<br />
khusus. WTO meminta pemerintah mencabut<br />
fasilitas bebas pajak dan bebas bea masuk karena<br />
hanya diberikan kepada satu perusahaan,<br />
sehingga akan menimbulkan persaingan tidak<br />
sehat. Akhirnya, pemerintah mencabut semua<br />
fasilitas tersebut dan proyek Timor berhenti<br />
pada 1998 seiring kejatuhan rezim Orde Baru.<br />
Berkaca pada peng alaman itu, tak aneh jika<br />
kontroversi kerja sama dengan Proton menyeruak.<br />
Apalagi, saat penandatanganan nota<br />
kesepahaman antara Adiperkasa dan Proton<br />
untuk membuat studi kelayakan, Presiden<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
NASIONAL<br />
Mobil Timor yang<br />
mendapat perlakukan<br />
khusus pemerintahan Orde<br />
Baru.<br />
DOK. MOBILTIMOR.COM<br />
Joko Widodo dan Perdana Menteri Malaysia<br />
Najib Tun Abdul Razak ikut datang menyaksikan.<br />
Apalagi Hendropriyono, bos Adiperkasa,<br />
adalah anggota tim sukses saat pemilihan<br />
presiden.<br />
Rapat kerja dengan DPR yang mestinya<br />
membahas anggaran, misalnya, malah menjadi<br />
ajang para legislator menanyakan program ini<br />
kepada Menteri Perindustrian. Salah satunya<br />
adalah Wakil Ketua Komisi VI Azam Azman<br />
Natawijana. Azam meminta Saleh Husin menjelaskan<br />
peran pemerintah karena proyek itu<br />
mengusung mobil nasional Indonesia.<br />
Menurut Saleh, tidak ada pembahasan apa<br />
pun di tingkat pemerintah untuk menghidupkan<br />
kembali proyek mobil nasional. Dia juga<br />
mengatakan tidak tahu detail tentang proyek<br />
mobil nasional itu karena tidak ikut dalam<br />
kunjungan Presiden Jokowi ke Malaysia. Selain<br />
itu, Kementerian Perindustrian belum pernah<br />
bertemu dengan pihak Proton dan Adiperkasa.<br />
“Datang ke kami saja belum, bagaimana mau<br />
tahu?” ujar Saleh.<br />
Justru, menurut Saleh, yang saat ini pemerintah<br />
lakukan adalah mengundang investasi<br />
di sektor otomotif sebanyak-banyaknya. Pemberian<br />
fasilitas khusus kepada satu perusahaan<br />
bisa membuat investor lari. Pemerintah, katanya,<br />
menjamin tidak ada fasilitas khusus bagi<br />
investor tertentu.<br />
Sedangkan Presiden Joko Widodo di tempat<br />
lain mengatakan ia datang ke acara penan-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
NASIONAL<br />
Pabrik Proton di Shah<br />
Alam, Malaysia.<br />
GOH SENG CHONG/BLOOMBERG VIA<br />
GETTY IMAGES<br />
datanganan nota kerja sama itu karena diundang.<br />
“Jadi, kemarin karena diundang Doktor<br />
Mahathir dan PM (Perdana Menteri) Najib, ya<br />
saya datang,” kata Jokowi, yang juga menyebut<br />
nama bekas Perdana Menteri Malaysia yang<br />
menjadi Presiden Komisaris Proton.<br />
Pihak Adiperkasa menjamin tidak akan melibatkan<br />
pemerintah ataupun meminta fasilitas<br />
khusus kepada pemerintah dalam kerja samanya<br />
dengan Proton. “Kami tidak akan seperti<br />
sekarang, tahap feasibility study dulu, dan kami<br />
juga harus memenuhi persyaratan-persyaratan,”<br />
kata Presiden Komisaris Adiperkasa, Edi<br />
Yosfi.<br />
Selain itu, Edi memastikan kerja sama dengan<br />
Proton sama sekali tidak akan memakai dana<br />
pemerintah. Sumber investasi proyek—karena<br />
membuat pabrik mobil sangat mahal—berasal<br />
dari pinjaman. Ia memperkirakan pinjaman<br />
akan mencapai 70 persen biaya. “Nah, yang<br />
30 persen ini nanti kami sharing (patungan)<br />
dengan Proton,” kata Edi. n HANS HENRICUS B.S. ARON<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
NASIONAL<br />
NGEBUT<br />
DIBAWA<br />
MAHATHIR<br />
IDE DAN LANGKAH<br />
PROTEKSI MAHATHIR<br />
MEMBUAT PROTON<br />
SUKSES.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
NASIONAL<br />
Presiden Joko Widodo saat<br />
menyaksikan pabrik Proton<br />
di Shah Alam, Malaysia.<br />
OLIVIA HARRIS/REUTERS<br />
BERITA ini muncul mungkin di seluruh<br />
media massa Malaysia. Presiden<br />
Indonesia Joko Widodo duduk di<br />
bangku mobil yang ngebut dengan<br />
bekas Perdana Menteri Malaysia Mahathir<br />
Mohamad menginjak gas di belakang kemudi.<br />
Mahathir, pada usia 90 tahun, sangat bangga<br />
dengan kemampuan menyetirnya dan memuji<br />
Presiden Indonesia, yang tetap tenang duduk<br />
di kursi samping. “Biasanya orang tidak suka<br />
disopiri menikung oleh orang 90 tahun, tapi ia<br />
tidak takut,” katanya setelah membawa Jokowi<br />
berkeliling dengan seri Proton terbaru, Proton<br />
Iriz. Ia pun kemudian secara tidak langsung<br />
membanggakan prestasi negaranya. “Dalam<br />
beberapa hal, Malaysia mungkin bisa menjadi<br />
model (bagi Indonesia),” katanya seperti dikutip<br />
The Star dan sejumlah media setempat lain.<br />
Ia memang patut berbangga. Ia berhasil<br />
membawa Malaysia dari negara berkembang<br />
menjadi kelompok menengah, dan salah satu<br />
warisannya adalah industri mobil nasional. Tidak<br />
banyak negara di dunia yang sukses dengan<br />
mobil merek lokal dari industri yang juga dimiliki<br />
warga lokal. Indonesia pernah mencoba,<br />
lewat Timor, tapi gagal total.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
NASIONAL<br />
Pabrik mesin Proton<br />
rancangan sendiri, diberi<br />
nama CamPro, di Shah<br />
Alam. Proton baru mulai<br />
menggunakan mesin<br />
rancangan sendiri setelah<br />
dua dekade beroperasi.<br />
GOH SENG CHONG/BLOOMBERG VIA<br />
GETTY IMAGES<br />
Ide mobil nasional pertama kali diungkapkan<br />
oleh Mahathir pada 1979 dan baru tiga tahun<br />
kemudian disetujui resmi oleh pemerintah.<br />
Malaysia memutuskan membuat perusahaan<br />
mobil yang sahamnya dimiliki perusahaan investasi<br />
pemerintah, Khazanah Nasional. Langkah<br />
pertama setelah berdiri adalah mencari<br />
perusahaan otomotif top yang mau menjadi<br />
“induk angkat” dan akhirnya mereka bekerja<br />
sama dengan Mitsubishi.<br />
Mobil pertama didasarkan pada Mitsubishi<br />
Lancer dan diberi nama Proton Saga. Mesin<br />
juga masih menggunakan Mitsubishi. Mobil<br />
yang diluncurkan pada 1985 ini sangat sukses<br />
dan dalam waktu setahun langsung menguasai<br />
60 persen pasar. Produk ini diekspor ke sejumlah<br />
negara, dari Inggris sampai Indonesia. Di<br />
Jakarta, mobil ini dijadikan armada taksi oleh<br />
salah satu operator.<br />
Tapi pemerintah tidak cuma membuat pabrik<br />
mobil begitu saja. Sejumlah langkah dilakukan<br />
agar Proton bisa bertahan melawan merekmerek<br />
global yang kuat. Langkah-langkah ini<br />
membuat mobil bermerek asing tambah mahal,<br />
apalagi jika tidak dirakit di Malaysia.<br />
Sejak 1970-an, Malaysia hanya memberi izin<br />
pabrik perakitan mobil jika saham mayoritas<br />
dimiliki warga Melayu (Bumiputera). Atau, jika<br />
pabriknya itu ada di wilayah terpencil, seperti<br />
Sabah atau Sarawak, yang terletak di Kalimantan<br />
Utara.<br />
Kebijakan ini membuat unit bisnis peme-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
NASIONAL<br />
Presiden Joko Widodo<br />
melihat mobil andalan<br />
Proton yang baru, Iriz.<br />
UDDEN ABDUL/ANTARA<br />
rintah Malaysia memegang 70 persen saham<br />
Proton dan sisanya Mitsubishi. Belakangan,<br />
pemerintah melepas kepemilikan dan sekarang<br />
sebagian dimiliki perusahaan swasta. Selain itu,<br />
posisi saham Mitsubishi sudah berubah.<br />
Pemerintah Malaysia juga memberi insentif<br />
perusahaan yang dipandang menjadi pionir<br />
industri tertentu. Insentif ini berupa potongan<br />
pajak yang sangat besar dan ini sangat menguntungkan<br />
Proton.<br />
Langkah proteksi ini membuat harga Proton<br />
menjadi sangat murah dan populer. Tapi, sejak<br />
sekitar satu dekade ini, pasar bebas ASEAN<br />
untuk bidang otomotif mulai dijalankan. Mobil<br />
dari negara ASEAN lain mulai masuk dengan<br />
tarif pajak yang lebih miring.<br />
Mahathir Mohamad, yang sekarang menjadi<br />
Presiden Komisaris Proton, pun mengeluhkan<br />
hilangnya perlindungan bagi mobil nasional<br />
mereka ini. Ia menuduh perusahaan mobil<br />
impor kadang melakukan dumping. “Mereka<br />
bisa jual rugi di Malaysia, karena untungnya<br />
bisa didapat di tempat lain,” katanya tahun lalu<br />
seperti dikutip Malaysia Insider. “(Otomotif)<br />
Malaysia masih kecil, jadi masih butuh perlindungan<br />
bagi industri otomotif kita.”<br />
Meski mobil nasional sukses, ada juga warga<br />
Malaysia yang mengkritik kebijakan ini karena<br />
membuat pabrikan mobil luar enggan menanam<br />
modal di sana. Mereka tidak mau membuat<br />
mobil karena mendapat diskriminasi dari<br />
pemerintah. Akibatnya, investasi membangun<br />
pabrik lebih banyak dikucurkan ke Thailand. n<br />
NUR KHOIRI<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
NASIONAL<br />
KISAH DUA MOBIL NASIONAL<br />
SAMA-SAMA mendapat proteksi pemerintah. Sama-sama mendapat fasilitas khusus<br />
dari negara. Tapi mengapa kisah Timor dan Proton jauh berbeda? Timor, yang digagas<br />
sebagai mobil nasional, kini sudah lenyap dan menjadi salah satu simbol kegagalan<br />
Orde Baru. Sedangkan Proton masih berjaya dan Mahathir Mohamad, yang menjadi penggagasnya,<br />
masih membanggakan kepada siapa saja sampai sekarang.<br />
PROTON<br />
TIMOR<br />
Asal: Malaysia<br />
Merek: Proton<br />
Perusahaan: Perusahaan Otomobil<br />
Nasional Sdn. Bhd.<br />
Pemegang Saham: Perusahaan<br />
pemerintah 70 persen, Mitsubishi 30<br />
persen<br />
Produk Pertama:<br />
• Proton Saga<br />
• Berbasis Mitsubishi Lancer<br />
Asal: Indonesia<br />
Merek: Timor<br />
Perusahaan: PT Timor Putra<br />
Nusantara<br />
Pemegang Saham: Swasta terkait<br />
penguasa (Tommy Soeharto)<br />
Produk Pertama:<br />
• Timor S515<br />
• Di negara lain, mobil serupa<br />
dikenal sebagai Kia Sephia.<br />
Tahun: 1985<br />
Pabrik Produk Pertama:<br />
Dalam negeri di Shah Alam, Malaysia<br />
Kandungan Lokal Produk Pertama:<br />
• 18 persen<br />
• Awalnya menggunakan mesin buatan<br />
Mitsubishi, membuat sendiri<br />
mulai 1989 meski masih desain<br />
Mitsubishi. Lima tahun berdiri,<br />
kandungan lokal sudah 65 persen.<br />
Awal 2000-an mulai menggunakan<br />
mesin desain perusahaan mobil<br />
sport Inggris yang mereka caplok,<br />
Lotus Cars.<br />
Proteksi/Fasilitas Pemerintah:<br />
• Potongan pajak karena industri<br />
pionir<br />
• Pajak tinggi bagi kendaraan impor<br />
Kontroversi:<br />
Merek global enggan berinvestasi di<br />
Malaysia, sehingga modal dipindah ke<br />
Thailand dan negeri itu menjadi “Detroit<br />
Asia”.<br />
Kondisi Saat Ini:<br />
Dengan harga murah, Proton sangat<br />
laris di Malaysia dan sudah diekspor<br />
ke beberapa negara. Sejak 2003, pasar<br />
terbuka ASEAN untuk otomotif sudah<br />
terbuka dan Proton masih cukup bunyi<br />
di pasar dalam negeri Malaysia.<br />
Tahun: 1996<br />
Pabrik Produk Pertama:<br />
Luar negeri, di Hwaseong, Korea Selatan<br />
Kandungan Lokal Produk Pertama:<br />
• 0 persen (?)<br />
• Timor mengimpor utuh dari<br />
Korea Selatan. Hanya cap Kia<br />
Sephia yang diganti menjadi<br />
Timor S515.<br />
Proteksi/Fasilitas Pemerintah:<br />
• Bebas pajak barang mewah<br />
• Bebas pajak bea masuk komponen<br />
Kontroversi:<br />
• Pemerintah hanya memberi fasilitas<br />
ini kepada Timor, yang dimiliki<br />
anak Presiden Soeharto.<br />
• WTO memandang Indonesia<br />
memberi perlakuan khusus kepada<br />
Kia dari Korea Selatan.<br />
Kondisi Saat ini:<br />
Fasilitas untuk Timor dicabut saat<br />
Reformasi 1998. Belakangan, Timor<br />
kembali berubah nama menjadi Kia<br />
kembali.<br />
NASKAH: NUR KHOIRI<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
MAL TUA BERSALIN RUPA<br />
SEJUMLAH MAL TUA YANG SEMPAT DITINGGAL PELANGGAN BERHASIL MEMBALIK<br />
PERUNTUNGAN SETELAH BERALIH RUPA DAN BERGANTI STRATEGI.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
Salah satu mal di<br />
Jakarta Selatan sedang<br />
memperluas bangunan<br />
utama.<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
PADA masa kejayaannya, mal itu sangat<br />
ramai. Pengunjungnya begitu<br />
padat. Tak cuma di dalam gedung,<br />
tapi juga meluber ke jalanan sehingga<br />
membuat jalan raya di depannya mampet.<br />
Pengusaha berebut sewa tempat, bahkan<br />
kadang di bagian depan dipasang tenda agar<br />
ada ruang untuk disewa buat memamerkan<br />
mobil, misalnya.<br />
Tapi roda nasib terus berputar. Peruntungan<br />
pusat belanja itu—Mal Depok namanya—terjun<br />
bebas sekitar 10 tahun silam. Gara-garanya<br />
sederhana. Semula mal ini satu-satunya<br />
di Kota Depok, tapi dalam waktu hampir bersamaan<br />
datang dua pesaing baru yang tampil<br />
lebih baru dan segar. Bukan cuma itu, penghuni<br />
utama di mal itu, pusat belanja Matahari,<br />
pindah ke salah satu mal baru itu. “Itu yang<br />
menyebabkan penurunan drastis jumlah pengunjung<br />
kami,” ucap Andi Arifianto, Manajer<br />
Promosi dan Iklan D’Mall—sebutan baru Mal<br />
Depok.<br />
Mal Depok kemudian mengubah diri. Sejak<br />
2010, sejumlah strategi dipasang, mulai memermak<br />
penampilan depan sampai mengubah<br />
segmen pasar, dari mal keluarga menjadi<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
Kegiatan komunitas untuk<br />
menjaring pengunjung di<br />
Blu Plaza, Bekasi.<br />
BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />
mal mahasiswa dan kalangan muda. Langkah<br />
ini cukup berhasil. Semula hanya 5.000-7.000<br />
orang yang datang per hari, kini meningkat<br />
dua kali lipat. “Kini kami dapat limpahan pengunjung<br />
10-15 ribu orang setiap hari,” ucap<br />
Andi.<br />
Nasib mal memang berbeda-beda. Ada<br />
yang karena ketangkasan manajemen, lokasi,<br />
dan sebagainya yang membuat mal terus<br />
ramai selama belasan tahun, bahkan lebih.<br />
Pesaing datang dan pergi, tapi posisi mereka<br />
tidak tergoyahkan. Mereka pun kadang tidak<br />
banyak melakukan perubahan berarti. Blok M<br />
Mall di kawasan Jakarta Pusat atau Citraland<br />
di Jakarta Barat, misalnya. Penampilan dua<br />
mal ini nyaris tidak berubah dibanding pada<br />
1990-an. Mereka yang tidak datang selama<br />
10 tahun, misalnya, tidak akan pangling saat<br />
kembali datang.<br />
Tapi beberapa mal menjadi surut begitu<br />
pesaing datang atau zaman berubah. Maka<br />
beberapa mal tua ini mempercantik diri agar<br />
tidak kalah dengan mal-mal yang masih muda<br />
dan baru. Langkahnya tak cuma memperbaiki<br />
penampilan, tapi juga mengubah strategi agar<br />
pengunjung ramai berdatangan.<br />
Mal Depok salah satunya. Yang lain di antaranya<br />
Plaza Cibubur di kawasan Jalan Transyogi<br />
atau Kramat Jati Indah. Plaza Cibubur<br />
semula tampak agak “kumuh”. Begitu masuk<br />
mal, langsung bertemu pedagang yang menyewa<br />
lapak-lapak kecil. Tapi kini lobi tampak<br />
lega, lantai terlihat mengkilap seperti cermin.<br />
Gedung parkir juga ditambah sehingga mempermudah<br />
pengunjung yang semula sangat<br />
susah mencari tempat untuk memarkir kendaraan.<br />
Mal itu awalnya merupakan satu-satunya<br />
pusat belanja di Cibubur. Tapi belakangan<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
Kami ingin<br />
menguatkan<br />
segmentasi<br />
pusat belanja<br />
anak muda<br />
yang trendi,<br />
fashionable,<br />
dan memiliki<br />
gaya hidup<br />
berbeda.<br />
muncul pesaing, yakni Cibubur Junction dan<br />
Mal Ciputra, yang lokasinya hanya 2-3 kilometer<br />
dari mereka.<br />
Direktur Operasional Plaza Cibubur, Tanto<br />
Djarot, mengakui, sejak 2005 pengunjung<br />
mulai berkurang. Tapi, menurut dia, ini bukan<br />
karena kehadiran mal-mal baru, melainkan<br />
akibat turunnya daya beli masyarakat. “Kalau<br />
sekarang sudah meningkat daya beli masyarakat,”<br />
ucapnya. Ia menunjuk kehadiran mal<br />
baru yang pengaruhnya hanya sesaat. “Paling<br />
kalau ada yang baru goyahnya sebulan saja,”<br />
ucapnya.<br />
Tujuan melakukan renovasi, katanya, “Kami<br />
ingin menguatkan brand kami dan memenuhi<br />
tuntutan zaman.”<br />
Hal ini berbeda dengan Mal Depok, yang<br />
mengakui betul bahwa kehadiran mal baru<br />
sempat memukul mereka. Karena tidak ingin<br />
mengulang kesalahan yang sama, mereka<br />
mengubah penampilan dan strategi. Mal<br />
Depok berusaha meninggalkan citra mal keluarga.<br />
“Kami ingin menguatkan segmentasi<br />
pusat belanja anak muda yang trendi, fashionable,<br />
dan memiliki gaya hidup berbeda dengan<br />
yang lainnya,” ucapnya.<br />
Alasan memilih segmen anak muda adalah<br />
lokasi mal berada di lingkungan beberapa<br />
kampus besar, seperti Universitas Indonesia<br />
dan Universitas Gunadarma. Selain itu, di bagian<br />
belakang dibangun apartemen 23 lantai<br />
yang mengincar para mahasiswa sebagai penyewa.<br />
Maka, toko-toko terkait anak muda—dan<br />
tempat nongkrong, seperti kafe—ditambah.<br />
“Penghuni apartemen akan dimudahkan<br />
dalam urusan belanja kebutuhan sehari-hari,<br />
sandang, dan memenuhi gaya hidupnya, seperti<br />
makan dan bersosialisasi dengan temantemannya<br />
di bawah,” ucapnya.<br />
Kadang kala mal juga diubah karena sedari<br />
awal tidak pernah kebanjiran pengunjung. Ini<br />
seperti Blu Plaza di Bekasi, yang berdiri pada<br />
2006. Grup Lippo, yang mencaplok pusat<br />
belanja ini pada 2013, segera memermak<br />
agar tampil baru. Tempat parkir, misalnya,<br />
diperbaiki. Dinding luar dicat ulang. Taman<br />
diperbaiki.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
Blu Plaza setelah dipermak.<br />
BUDI ALIMUDDIN/DETIKCOM<br />
Tak cuma secara fisik, manajemen juga<br />
agresif mempertajam pasar untuk menggaet<br />
pengunjung. Wisnu Wardana, Manajer Pemasaran<br />
Blu Plaza, mengatakan mereka terus<br />
membuat acara agar target pasar utama<br />
mereka—kalangan keluarga dan komunitas—<br />
gemar datang ke sana. “Kami menyediakan<br />
ruang yang cukup luas bagi semua komunitas<br />
kreatif di Bekasi untuk berkumpul dan mengekspresikan<br />
diri di sini,” ucapnya.<br />
Wisnu mencontohkan, setiap hari Kamis<br />
pihaknya mempersilakan komunitas penari,<br />
baik tari modern maupun tradisional, di Bekasi<br />
untuk melakukan latihan gratis di atrium<br />
Blu Plaza. Rumah makan dan toko peralatan<br />
rumah tangga ditambah. “Kami ingin menguatkan<br />
di segmen keluarga dan komunitas<br />
tadi,” ucapnya. Langkah ini cukup berhasil.<br />
Semula mal ini sangat sepi, sekarang bisa<br />
kedatangan 5.000-7.000 pengunjung setiap<br />
hari. “Pertumbuhannya 4-5 persen setiap<br />
tahun,” katanya. n BUDI ALIMUDDIN<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
MIMPI PUNYA<br />
BANK<br />
RAKSASA<br />
IDE MENGGABUNGKAN<br />
BANK LOKAL MUNCUL<br />
LAGI. AGAR BISA<br />
BERTAHAN SAAT RAKSASA<br />
PERBANKAN ASEAN<br />
MASUK MULAI 2020.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
Nasabah mengambil uang<br />
di ATM bank besar lokal di<br />
Bintaro, Jakarta Selatan,<br />
Minggu (8/2).<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
MENTERI Keuangan Bambang<br />
Brodjonegoro datang ke salah<br />
satu rumah makan di Kebayoran<br />
Baru, Jakarta Selatan, pada akhir<br />
pekan awal bulan ini. Acara itu memang sangat<br />
santai sehingga Pak Menteri, yang tinggal<br />
tidak jauh dari kawa san itu, hanya mengajak<br />
istrinya, Irina Justina Zega, tanpa membawa<br />
penggawanya. Datang juga beberapa petinggi<br />
bank di acara itu.<br />
Dengan santai pula tiba-tiba saja Bambang<br />
mengungkapkan kondisi ideal agar bank<br />
besar pemerintah, Mandiri dan BNI, dilebur<br />
saja menjadi satu supaya lebih kuat. Hal ini<br />
membuat Direktur Utama Bank Mandiri Budi<br />
Gunadi Sadikin, yang duduk di sebelahnya,<br />
tertawa kecil. “Saya enggak bisa komentar<br />
kalau soal ini,” kata Budi.<br />
Pemerintah memang berniat menggabungkan<br />
bank pemerintah untuk menghadapi<br />
Masyarakat Ekonomi ASEAN. Dalam kesepakatan<br />
dengan negara-negara ASEAN, bank-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
Saya enggak<br />
bisa komentar<br />
kalau soal ini.<br />
Budi Gunadi Sadikin<br />
LAMHOT/DETIKCOM<br />
bank dari sesama negara Asia Tenggara akan<br />
diperlakukan seperti bank lokal mulai 2020.<br />
Artinya, bank Malaysia atau Singapura bakal<br />
bisa beroperasi seperti bank lokal di Jakarta.<br />
Begitu pula sebaliknya, BTN atau BRI, misalnya,<br />
bisa pula membuka cabang di Johor atau<br />
di Vientiane.<br />
Dengan menggabungkan kekuatan, bank<br />
Indonesia bakal lebih kuat. Saat ini bank-bank<br />
Indonesia relatif lebih kecil. Bank terbesar<br />
lokal, Mandiri dan BRI, masing-masing hanya<br />
memiliki aset Rp 700-an triliun. Dibandingkan<br />
dengan bank Malaysia, misalnya, kekuatan ini<br />
lebih kecil.<br />
Bank terbesar Malaysia, Maybank, memiliki<br />
aset lebih dari Rp 1.900 triliun. Bank nomor<br />
dua di sana yang juga beroperasi di Indonesia,<br />
CIMB, memiliki aset Rp 1.300 triliun lebih. Malah,<br />
CIMB ini nyaris saja menjadi bank terbesar<br />
Malaysia, dengan aset di atas Rp 2.000 triliun,<br />
kalau rencana merger dengan bank menengah<br />
RHB tidak dibatalkan pada bulan lalu.<br />
Dengan menggabungkan kekuatan, pemerintah<br />
berharap bank-bank lokal ini bisa<br />
melawan bank-bank dari negara anggota<br />
ASEAN lain, termasuk dari Malaysia dan Singapura,<br />
yang memang besar-besar. Pengamat<br />
perbankan Kodrat Wibowo mengatakan<br />
modal maupun aset yang besar akan menjadi<br />
amunisi untuk merebut pasar di Indonesia<br />
maupun ASEAN.<br />
Modal dan aset yang besar merupakan<br />
jaminan keamanan bagi konsumen untuk<br />
menyimpan dana mereka di bank. Sedangkan<br />
untuk menjadi bank dengan kategori tersebut,<br />
tidak ada jalan selain melakukan merger.<br />
“Merger itu sebuah kewajiban, bukan untuk<br />
mengalahkan tetapi agar memiliki posisi tawar<br />
yang lebih kuat,” kata Kodrat.<br />
Kodrat mengatakan pemerintah bisa mengawali<br />
merger itu dengan bank pemerintah<br />
yang memiliki modal besar, misalnya Mandiri<br />
dengan BNI atau BRI dengan BNI. Cuma, dia<br />
meminta agar rencana merger itu dikaji mendalam<br />
supaya tidak memicu kegaduhan seperti<br />
saat Menteri BUMN era pemerintahan<br />
Presiden SBY, Dahlan Iskan, meminta Mandiri<br />
mengakuisisi BTN.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
Serikat Pekerja Bank BNI<br />
menolak rencana merger.<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
Saat itu direksi dan karyawan BTN menggelar<br />
demonstrasi menolak rencana tersebut.<br />
Akhirnya Sekretaris Kabinet saat itu, Dipo<br />
Alam, menyurati Menteri Koordinator Perekonomian<br />
Hatta Rajasa, Menteri Keuangan<br />
Chatib Basri, dan Dahlan Iskan untuk membatalkan<br />
rencana akuisisi tersebut.<br />
Padahal, menurut Dahlan, aksi korporasi<br />
itu akan membuat BTN dan Mandiri menjadi<br />
bank yang besar. Maksudnya, akan memperbesar<br />
BTN, memperbesar Mandiri untuk jago<br />
di kawasan regional dan internasional, serta<br />
supaya perusahaan besar di Indonesia tidak<br />
harus dilayani bank asing. “Kajian sudah sangat<br />
mendalam. Kalau dibilang kajian harus<br />
mendalam, sudah sangat mendalam,” ujar<br />
Dahlan saat masih menjabat Menteri BUMN.<br />
Belajar dari pengalaman itu, pemerintah era<br />
Presiden Jokowi akan menyikapi rencana merger<br />
itu dengan hati-hati, tetapi tidak menutup<br />
peluang itu. “Indonesia sebagai negara besar<br />
di ASEAN harus memiliki bank yang besar<br />
juga,” kata Sofyan Djalil, Menteri Koordinator<br />
Perekonomian.<br />
Namun dia menolak menjelaskan seperti<br />
apa rencana pemerintah untuk menggabungkan<br />
Mandiri dengan BNI. Dia hanya menjelaskan<br />
saat ini pemerintah sedang mengkaji<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
Karyawan Bank BTN saat<br />
menolak bank mereka<br />
digabung dengan Mandiri<br />
tahun lalu.<br />
HASAN/DETIKCOM<br />
upaya menguatkan modal bank BUMN untuk<br />
meningkatkan ekspansi.<br />
Namun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai<br />
merger bukan satu-satunya solusi untuk<br />
bersaing dalam pasar bebas ASEAN. Irwan<br />
Lubis, Deputi Pengawasan Perbankan OJK,<br />
mengatakan selama ini bank besar dari negara<br />
ASEAN, seperti Maybank, UOB, dan DBS,<br />
sudah ada di Indonesia dan berkompetisi<br />
dengan bank BUMN.<br />
Justru yang diperlukan untuk menghadapi<br />
pasar bebas ASEAN, menurut Irwan, adalah<br />
konsolidasi strategis antar-bank BUMN. Tujuan<br />
konsolidasi ini adalah untuk memperkuat<br />
jaringan antar-bank BUMN.<br />
Cakupan konsolidasi itu antara lain di bidang<br />
teknologi informasi, dalam infrastruktur<br />
pelayanan konsumen, misalnya di ATM, mesin<br />
EDC, maupun electronic banking. Selain itu,<br />
melakukan konsolidasi dalam pelatihan dan<br />
pengembangan karyawan sehingga antar-bank<br />
BUMN memiliki kualitas SDM yang sama.<br />
Menurut Irwan, pemerintah lebih baik melakukan<br />
konsolidasi ini sebelum memutuskan<br />
merger. “Merger itu harus dikaji secara mendalam<br />
bagaimana opportunity, benefit, serta<br />
peluang yang diperoleh dibandingkan dengan<br />
konsolidasi strategis ini dengan SWOT analysis,”<br />
kata Irwan. n HANS HENRICUS B.S. ARON, DEWI R. KUSUMA<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
PUKULAN TERAKHIR<br />
UNTUK ANWAR<br />
“SEBAGAI ANAK ANWAR IBRAHIM, KAMI AKAN MENGAMBIL ALIH<br />
MANTELNYA DAN MENERUSKAN PERJUANGAN DAN AMBISINYA”<br />
LATIMES<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Keluarga Anwar<br />
Ibrahim menjelang<br />
pembacaan putusan<br />
Mahkamah Agung<br />
Malaysia, Selasa (10/2)<br />
MALAYSIAINSIDER<br />
BARANGKALI seperti itulah rasanya<br />
kalah perang. Anwar Ibrahim, 67<br />
tahun, datang ke gedung Mahkamah<br />
Agung Malaysia di Putrajaya bersama<br />
istrinya, Wan Azizah Wan Ismail, diiringi keenam<br />
anaknya, dengan semangat tinggi Selasa<br />
pekan lalu. Walaupun tampak sedikit tegang,<br />
Anwar masih mengumbar senyum.<br />
Dia menyalami dan memeluk teman-temannya<br />
yang datang memberi dukungan. Di<br />
luar gedung Mahkamah, ratusan pendukungnya<br />
berkerumun sejak pagi. Bahkan, sebelum<br />
masuk ruang sidang, mantan Wakil Perdana<br />
Menteri Malaysia itu masih sempat bercanda<br />
dengan polisi dan wartawan.<br />
“Seperti kalian semua, aku juga menunggu<br />
dengan . Aku sudah melewati banyak hal.... .<br />
Apa yang terjadi, terjadilah. Bertawakal dan<br />
berdoa saja,” kata Anwar kepada para wartawan.<br />
Menurut Anwar, dia menyukai lagu yang<br />
dilantunkan Doris Day tersebut. Dengan nada<br />
bercanda, Anwar berjanji akan menyanyikan<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
UNTUK KETIGA KALINYA<br />
AKU AKAN KEMBALI KE<br />
PENJARA, TAPI AKU AKAN<br />
TETAP BERJALAN DENGAN<br />
KEPALA TEGAK.”<br />
lagu itu jika majelis hakim membebaskannya.<br />
“Itu lagu yang sangat cantik.”<br />
Kabar buruk itu mulai dibacakan oleh ketua<br />
majelis hakim Mahkamah Agung Arifin Zakaria<br />
tepat pukul 10.14. Sinyal-sinyal negatif itu segera<br />
terasa begitu hakim menyatakan kesaksian<br />
Mohammad Saiful Bukhari Azlan, 30 tahun,<br />
bisa dipercaya. Akhirnya<br />
putusan majelis diketok.<br />
Mahkamah menolak kasasi<br />
Anwar dan menghukumnya<br />
lima tahun penjara.<br />
Nurul Nuha, 30 tahun,<br />
putri keduanya, tak sanggup<br />
menahan tangis. “Aku<br />
baik-baik saja,” Anwar memeluk<br />
dan menenangkan anak-anaknya. “Ingat<br />
apa yang kakek selalu katakan, kamu harus<br />
terus bersekolah,” kata Anwar kepada cucunya.<br />
Wan Azizah terus menguatkan suaminya. “Kita<br />
harus kuat,” Wan Azizah berbisik.<br />
Untuk kesekian kalinya, putusan pengadilan<br />
Malaysia menusuk telak keluarga Anwar Ibrahim.<br />
Selama 17 tahun, keluarga Anwar hampir<br />
tak sempat bernapas, tak ada jeda berurusan<br />
dengan pengadilan. Padahal, pada 1990-an,<br />
Anwar adalah bintang cemerlang di dunia<br />
politik Malaysia. Pada Desember 1993, Anwar<br />
diangkat sebagai wakil perdana menteri, menjadi<br />
orang kedua di Malaysia, setelah Perdana<br />
Menteri Mahathir Mohamad. Orang-orang<br />
meramal, jarak Anwar dengan kursi nomor<br />
satu di Kuala Lumpur hanya tinggal beberapa<br />
jengkal.<br />
Tapi, ketika krisis ekonomi mendera negara-negara<br />
di Asia, hubungan Anwar dengan<br />
mentor politiknya, Mahathir Mohamad, malah<br />
memburuk. Konon, keduanya semakin sering<br />
berselisih paham. Karier politik Anwar menghunjam<br />
sangat cepat. Polisi menangkapnya<br />
dengan tuduhan korupsi pada September 1998.<br />
Dia juga dinista. Mantan sopirnya, Azizan<br />
Abu Bakar, menuding Anwar telah melakukan<br />
sodomi, satu praktek terlarang menurut hukum<br />
di negeri jiran ini. Pengadilan menjatuhkan<br />
vonis enam tahun dan sembilan tahun penjara<br />
bagi Anwar. Pada 2004, banding Anwar atas<br />
kasus sodomi dikabulkan dan dia bebas dari<br />
penjara.<br />
Hanya empat tahun mencicipi udara bebas,<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Para pendukung Anwar<br />
Ibrahim berkumpul<br />
di depan gedung<br />
Mahkamah Agung,<br />
Putrajaya, Malaysia,<br />
Selasa (10/2).<br />
OLIVIA HARRIS/REUTERS<br />
Anwar kembali berurusan dengan kasus sodomi.<br />
Kali ini Mohammad Saiful Bukhari Azlan,<br />
salah satu mantan asistennya, yang melaporkan<br />
Anwar ke polisi. Di mata keluarga dan para<br />
pendukung Anwar, kasus-kasus ini hanyalah<br />
akal-akalan untuk menjegal karier politik Anwar,<br />
yang kini menjadi pemimpin utama kelompok<br />
oposisi di Malaysia.<br />
“Tentu saja aku sedih dengan putusan itu.<br />
Aku sudah bekerja dengan dia selama 32 tahun.<br />
Bahkan kami sering tidur bersama, tapi tak<br />
terjadi apa pun,” kata Abdullah Sani, 55 tahun,<br />
salah seorang petugas keamanan di rumah<br />
Anwar. “Dan aku jelas lebih ganteng ketimbang<br />
Saiful.”<br />
Anwar tak sekali pun mengaku bersalah atas<br />
semua tuduhan yang dialamatkan kepadanya.<br />
“Untuk ketiga kalinya, aku akan kembali ke<br />
penjara, tapi aku akan tetap berjalan dengan<br />
kepala tegak karena aku tak bersalah,” kata<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
KAMI AKAN SELALU<br />
BERSAMA AYAH KAMI<br />
SAMPAI AKHIR.”<br />
Anwar. Sebelum menuju Penjara Sungai Buloh,<br />
kepada majelis hakim Mahkamah, dia berkata,<br />
”Kalian telah memilih untuk berada di sisi kegelapan<br />
dan menenggelamkan pertimbangan<br />
moral serta suara hati kalian di lautan kebohongan.”<br />
l l l<br />
Hari itu, 2 September 1998, Nurul Izzah<br />
tengah belajar untuk ujian matematika di<br />
kampusnya, Universiti Tenaga<br />
Nasional. Sekitar pukul 19.30,<br />
seorang temannya menelepon.<br />
“Aku ikut prihatin,” kata sang teman.<br />
Nurul Izzah kebingungan.<br />
Ada apa? “Apakah kamu belum<br />
dengar? Perdana Menteri telah memecat ayahmu,”<br />
temannya mengabarkan.<br />
Kontan Nurul Izzah berurai air mata. Menjelang<br />
tengah malam, Nurul baru bisa tersambung<br />
lewat telepon dengan ayahnya. “Izzah,<br />
kamu harus berani. Ayah akan melawan. Selesaikan<br />
ujianmu dan tak usah mengkhawatirkan<br />
ayahmu,” Anwar Ibrahim menenangkan putri<br />
sulungnya.<br />
Dari seorang anak sekolah yang hanya tahu<br />
mengurus kuliah, Nurul Izzah menjadi aktivis,<br />
menjadi orator, berjuang membela ayahnya.<br />
“Aku harus membersihkan nama ayahku dan<br />
mengembalikan kehormatan keluarga. Bagaimana<br />
mungkin aku hanya duduk berpangku<br />
tangan?” kata Nurul Izzah, kini Wakil Presiden<br />
Partai Keadilan Rakyat, partai yang didirikan<br />
ayahnya.<br />
Tujuh belas tahun bertarung memperjuangkan<br />
ayahnya, Nurul Izzah dan kelima adiknya<br />
telah kenyang pelajaran politik. Sekarang adik<br />
perempuannya, Nurul Nuha, siap menyusul<br />
jejak Izzah terjun ke arena politik. Nuha akan<br />
memimpin gerakan March to Freedom, menuntut<br />
pembebasan ayahnya.<br />
“Sebagai anak Anwar Ibrahim, kami akan<br />
mengambil alih mantelnya dan meneruskan<br />
perjuangan dan ambisinya.... Selama 17 tahun,<br />
kami sudah melewati emosi. Kami tak tahu berapa<br />
lama lagi mesti berjuang, tapi kami akan<br />
selalu bersama ayah kami sampai akhir,” kata<br />
Nuha, 31 tahun.
INTERNASIONAL<br />
Anwar Ibrahim<br />
bersama keluarganya<br />
berjalan menuju<br />
gedung Mahkamah<br />
Agung Malaysia, Selasa<br />
(10/2).<br />
SAYS<br />
Sebagai tulang punggung Partai Keadilan<br />
Rakyat, peran Anwar dan keluarganya sangat<br />
penting bagi Pakatan Rakyat. Koalisi tiga partai<br />
oposisi itu—Partai Keadilan Rakyat, Partai Islam<br />
se-Malaysia (PAS), dan Parti Tindakan Demokratik<br />
(DAP)—menguasai 89 kursi dari 222 kursi<br />
di parlemen Malaysia. Dengan dijebloskannya<br />
Anwar ke penjara, Pakatan mesti memikirkan<br />
siapa figur penggantinya.<br />
Menurut Lim Kit Siang, pemimpin DAP di<br />
parlemen, satu-satunya jalan untuk menjaga<br />
keutuhan Pakatan selama Anwar dalam penjara<br />
adalah kepatuhan pada fondasi kerja sama<br />
yang telah mereka sepakati. “Penghormatan<br />
terbesar yang bisa kita lakukan untuk pengorbanan<br />
Anwar hanyalah dengan membuat<br />
Pakatan lebih bersatu,” kata Lim Kit Siang.<br />
Soal siapa pengganti Anwar, hingga akhir<br />
pekan lalu para petinggi Pakatan belum memutuskan.<br />
“Kami tak merasa perlu terburu-buru.<br />
Kami masih punya waktu,” kata Lim Guan Eng,<br />
anggota parlemen dari DAP. n<br />
SAPTO PRADITYO | THESTAR | MALAYSIAINSIDER | MALAYSIAKINI | REUTERS<br />
| MYSINCHEW<br />
MAJALAH DETIK 1619 - 22 - 25 FEBRUARI JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
PRAJURIT ASING<br />
DI PERANG UKRAINA<br />
LATIMES<br />
“AMERIKA MEMPROVOKASI PERANG DUNIA KETIGA DENGAN RUSIA.”<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
DAILYNEWS<br />
DUA puluh tahun lalu, Adam Osmayev<br />
hanyalah satu di antara ratusan murid<br />
sekolah swasta prestisius, Wycliffe<br />
College, di Stone House, Gloucestershire,<br />
Inggris. Tak beda dengan remaja lainnya<br />
di Wycliffe, Adam lebih suka mengejar anakanak<br />
gadis ketimbang belajar.<br />
“Dia anak yang hebat... sangat bersemangat.<br />
Walaupun kadang agak nakal, dia sangat sopan,”<br />
kata Robert Workman, wali Adam di<br />
Stone House, beberapa pekan lalu. Keluarga<br />
Adam hijrah ke Inggris dari Chechnya setelah<br />
pecah perang di negeri itu pada 1994. Ayahnya,<br />
Aslanbek Osmayev, merupakan eksekutif<br />
di perusahaan minyak di Chechnya.<br />
Berlimpah uang dari ayahnya, Adam sangat<br />
royal kepada teman-temannya. “Kantongnya<br />
selalu penuh uang. Gadis-gadis berkerumun di<br />
sekitar Adam,” kata Mister Workman. Bersama<br />
teman-temannya dari Chechnya, Adam mengajak<br />
gadis-gadis itu ke London untuk berbelanja.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Pulang dari London, tangannya sudah penuh<br />
tentengan barang bermerek.<br />
Kadang mereka menggelar pesta sembari<br />
membakar daging dan menenggak vodka. “Tapi<br />
dia tak pernah terlibat kekerasan. Mereka hanyalah<br />
remaja yang menikmati hidup,” ujar Robert<br />
Workman. Nilai-nilainya di sekolah juga lumayan<br />
bagus. Lulus dari Wycliffe, Adam diterima di<br />
Jurusan Ekonomi Universitas Buckingham.<br />
“KAMI DATANG KE SINI UNTUK MELINDUNGI<br />
RAKYAT DARI AGRESI IMPERIALIS.”<br />
Menurut Robert, Adam punya cukup modal<br />
untuk sukses dalam karier: percaya diri dan<br />
lumayan pintar. Sayang, dia hanya bertahan<br />
sebentar di bangku kuliah. Semula Adam tak<br />
terlalu peduli soal politik. Sebagai seorang<br />
muslim, dia juga bukan seorang muslim yang<br />
taat.<br />
Tapi, setelah pulang dari Chechnya pada<br />
2001, setelah ayahnya disingkirkan pemimpin<br />
Chechnya, Ramzan Kadyrov, sikap politiknya<br />
semakin keras. Padahal semula Aslanbek ditunjuk<br />
Akhmad Kadyrov, ayah Ramzan, untuk<br />
mengepalai perusahaan minyak Chechnya,<br />
Chechennefteprodukt. Namun Akhmad tewas<br />
dibunuh pada 2004. Setelah Ramzan membelot<br />
dan memihak Rusia, Aslanbek disingkirkan.<br />
Kebencian Adam terhadap penguasa Rusia<br />
di Kremlin, terhadap Presiden Vladimir Putin,<br />
semakin berurat berakar. Adam meninggalkan<br />
kuliahnya di Inggris dan bergabung dengan<br />
ayahnya yang lari dari Chechnya ke Tbilisi,<br />
Georgia. Entah bagaimana ceritanya, dua<br />
tahun lalu Adam ditangkap dengan tuduhan<br />
merencanakan pembunuhan Presiden Putin.<br />
“Ini benar-benar gila dan tak masuk akal....<br />
Tak ada satu pun bukti yang menunjukkan<br />
keterlibatan Adam,” kata Amina Okuyeva, istri<br />
Adam. Setelah beberapa bulan menginap<br />
di penjara, Adam akhirnya dilepas karena tak<br />
cukup bukti. Hampir dua tahun tanpa kabar,<br />
kini Adam muncul kembali sebagai komandan<br />
milisi propemerintah Ukraina di Debaltseve.<br />
Adam menggantikan Isa Munayev, Komandan<br />
Batalion Dzhokhar Dudayev—diberi nama<br />
sesuai dengan Presiden Chechnya yang tewas<br />
dibunuh tentara Rusia—yang mati dalam per-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
FRONTPAGE<br />
tempuran dua pekan lalu. Munayev adalah veteran<br />
perang Chechnya melawan invasi Rusia.<br />
Bersama prajurit Ukraina dan milisi pro-Kiev,<br />
Adam bahu-membahu menghadang serbuan<br />
milisi separatis yang disokong Rusia.<br />
●●●<br />
Di dada kanan dan kiri Angel Davilla Rivas,<br />
22 tahun, tercetak tato dua mantan pemimpin<br />
komunis Uni Soviet, Vladimir Lenin dan Joseph<br />
Stalin. Bersama sobatnya, Rafael Munoz Perez,<br />
27 tahun, Angel berangkat dari rumahnya<br />
di Kota Madrid, Spanyol, dengan naik kereta,<br />
menuju wilayah timur Ukraina.<br />
Tiba di Ukraina, Angel dan Rafael segera<br />
bergabung dengan Batalion Vostok, milisi pro-<br />
Rusia, di Ukraina timur. Untuk apa dua pemuda<br />
Spanyol ini meninggalkan keluarganya dan<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
susah-susah naik kereta beribu-ribu kilometer<br />
dari kampungnya? “Aku anak tunggal. Dan<br />
kepergianku ini tentu menyakiti hati ibu dan<br />
ayahku. Tapi aku tak bisa tidur memikirkan apa<br />
yang terjadi di sini,” kata Angel.<br />
Semua demi menebus utang budi kelompok<br />
Republiken Spanyol kepada Uni Soviet. Sebagai<br />
seorang Republiken, Angel dan Rafael merasa<br />
punya utang budi kepada Uni Soviet dan Rusia.<br />
Saat terjadi perang saudara di Spanyol pada<br />
“AKU TAK AKAN PERNAH TUNDUK DI DEPAN<br />
PUTIN.”<br />
akhir 1930-an, Stalin mengirimkan bantuan<br />
kepada kelompok Republiken.<br />
Angel menyalahkan Amerika Serikat atas<br />
konflik berlarat-larat di Ukraina. “Amerika memprovokasi<br />
Perang Dunia Ketiga dengan Rusia,”<br />
kata Angel. “Akibatnya, warga sipil terjepit di<br />
antara tiga kekuatan raksasa: Rusia, Uni Eropa,<br />
dan Amerika Serikat.”<br />
Tak ada angka pasti berapa banyak prajurit<br />
“legiun asing” yang terlibat dalam pertempuran<br />
di wilayah timur Ukraina. Mereka datang menyabung<br />
nyawa dengan rupa-rupa alasan. Dua<br />
mantan prajurit Prancis punya lagi alasan lain.<br />
Victor Lenta, 25 tahun, kopral dari Resimen Penerjun<br />
Infanteri, dan Nikola Perovic, 25 tahun,<br />
kopral di Batalion Infanteri Pegunungan Ke-13,<br />
memilih memihak milisi pro-Rusia.<br />
Keduanya mengklaim sebagai pendiri gerakan<br />
ultranasionalis di Prancis, Unite Continentale<br />
alias Persatuan Continental. Menurut Lenta,<br />
Rusia merupakan benteng terakhir melawan<br />
liberalisasi global yang, menurut mereka, menggerogoti<br />
nilai-nilai nasionalis Prancis. “Kami datang<br />
ke sini untuk melindungi rakyat dari agresi<br />
imperialis,” kata Lenka. Mereka juga mengaku<br />
menyokong Presiden Suriah Bashar al-Assad.<br />
Lain pula Ruslan Arsayev. Dia sudah karatan<br />
mencicipi perang melawan Rusia di Chechnya.<br />
Sekarang dia kembali berperang melawan milisi<br />
yang disokong Rusia di Ukraina. “Aku tak akan<br />
pernah tunduk di depan Putin,” Ruslan menunjuk<br />
Presiden Vladimir Putin, musuh abadinya. n<br />
SAPTO PRADITYO | INDEPENDENT | BBC | DAILY MAIL | MASHABLE | REUTERS<br />
MAJALAH DETIK 1619 - 22 - 25 FEBRUARI JANUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
RAWABI JADI SANDERA<br />
NEGERI YAHUDI<br />
“JIKA RAWABI SAMPAI GAGAL, ITU AKAN MENJADI<br />
KEGAGALAN PERDAMAIAN DAN SOLUSI DUA NEGARA.”<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Bashar al-Masri<br />
VITALVOICE<br />
WALAUPUN lahir dari keluarga<br />
kaya di Nablus, Palestina,<br />
Bashar al-Masri tumbuh seperti<br />
pemuda Palestina pada<br />
umumnya. Sejak remaja, dia terseret dalam<br />
arus perlawanan terhadap pendudukan Israel.<br />
Tanpa senjata, hanya bermodalkan batu,<br />
Bashar dan teman-temannya melawan tentara<br />
Israel. Sebagai pemimpin organisasi di<br />
sekolahnya, Bashar berulang kali mencicipi<br />
dinginnya penjara Israel. Setelah pulang dari<br />
kuliah di Amerika Serikat, Bashar memilih<br />
jalan lain untuk “melawan” Israel.<br />
“Setelah kalian tumbuh dewasa, kalian akan<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
TAK ADA PROYEK LAIN<br />
YANG MENDEKATI INI,<br />
BAHKAN SEPARUH NILAINYA<br />
SEKALIPUN.”<br />
punya pemahaman lebih baik.... Aku percaya,<br />
setelah kami menandatangani kesepakatan<br />
damai, kami juga harus melawan dengan cara<br />
yang damai. Kita harus mencari jalan perlawanan<br />
yang lebih cerdas,” kata Bashar. Dia memilih<br />
jalan untuk melawan pendudukan Israel dengan<br />
cara membangun kota di Tepi Barat.<br />
Rawabi, kota yang dibangun Bashar, bukan<br />
kota sembarang kota.<br />
“Ini proyek terbesar<br />
sepanjang sejarah<br />
Palestina.... Tak ada<br />
proyek lain yang<br />
mendekati ini, bahkan<br />
separuh nilainya sekalipun,”<br />
kata Bashar<br />
Masri dengan bangga.<br />
Berada di atas<br />
perbukitan, sekitar<br />
20 kilometer arah utara Yerusalem, berjarak<br />
sekitar 40 kilometer dari Tel Aviv, Israel, jika<br />
proyek ini tuntas, Rawabi akan menampung<br />
lebih dari 40 ribu warga Palestina. Rawabi<br />
merupakan buah kolaborasi perusahaan milik<br />
Bashar al-Masri, Massar International, dan Diar<br />
Real Estate Investment Company, perusahaan<br />
properti milik pemerintah Qatar.<br />
Dibangun di atas lahan kosong, Bashar<br />
membangun Rawabi benar-benar dari nol.<br />
Di kota itu, akan dibangun stadion sepak<br />
bola kecil, amphitheater ala Romawi dengan<br />
kapasitas 12 ribu tempat duduk, taman bermain<br />
air, taman kota, juga pusat belanja. “Aku<br />
membayangkan semuanya sudah komplet....<br />
Aku membayangkan orang-orang kongko di<br />
restoran. Aku melihat orang tinggal di apartemen,”<br />
kata Bashar.<br />
Tak ada kota lain di Palestina yang menyerupai<br />
Rawabi. “Saat mencari model Rawabi,<br />
pertama kali kami melongok konsep kota di<br />
seberang perbatasan,” kata Bashar. Seorang<br />
arsitek kelahiran Israel, Moshe Safdie, mengajak<br />
Bashar menyaksikan model pengembangan<br />
Kota Modi’in Illit, kota yang dibangun Israel<br />
di atas wilayah pendudukan di Tepi Barat,<br />
Palestina.<br />
Modi’in memiliki topografi mirip sekali dengan<br />
Rawabi. Tapi satu kelemahan Modi’in ada-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
lll<br />
VITALVOICE<br />
lah minim sekali aktivitas ekonomi di kota itu.<br />
Rawabi, menurut Bashar, akan dikembangkan<br />
bukan cuma sekadar sebagai permukiman, tapi<br />
juga pusat bisnis. “Sekarang banyak perencana<br />
kota dari Israel yang belajar ke Rawabi,” ujar<br />
pengusaha kaya-raya Palestina itu.<br />
Hingga beberapa bulan lalu, sudah ada 600<br />
orang yang membeli apartemen di Rawabi.<br />
Pasangan Ayman dan Suhad Ibrahim adalah<br />
satu di antara ratusan pembeli pertama yang<br />
terpikat konsep Rawabi. Bashar menjanjikan<br />
akan ada banyak taman dan pohon di Rawabi.<br />
Tak seperti Kota Ramallah, yang sumpek dan<br />
sangat padat, Rawabi akan menjadi kota yang<br />
adem, tenang, dan lapang.<br />
Ayman dan Suhad sudah membayangkan<br />
ketiga anak mereka bakal bisa bermain dengan<br />
leluasa di Rawabi, kegiatan yang tak bisa<br />
mereka lakukan di Ramallah. “Rawabi akan<br />
menjadi model kecil dari negara Palestina,”<br />
kata Suhad. Mereka, kata Ayman, sudah lama<br />
sekali merindukan tempat tinggal yang damai.<br />
“Kami ingin membangun masa depan di sini,<br />
karena ini tanah kami.”<br />
Angan-angan Ayman dan Suhad mendapatkan<br />
tempat tinggal yang damai itu sepertinya<br />
masih jauh dari kenyataan. Dari jendela apartemen<br />
di Rawabi, masalah itu tampak persis<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
PROYEK INI DIBANGUN SWASTA<br />
UNTUK SEKTOR SWASTA DENGAN<br />
UANG SWASTA.”<br />
di depan mata. Di seberang bukit, berkibar<br />
bendera Israel di Ateret, permukiman Yahudi<br />
di wilayah pendudukan Tepi Barat. Di Ateret,<br />
bukan pemerintah Palestina yang berdaulat,<br />
melainkan tentara pendudukan Israel.<br />
Bagi warga Ateret, seperti Chanan dan<br />
Avigail Damri, mereka tak merasa tinggal di<br />
atas wilayah Palestina. “Negara ini negeri<br />
kami. Kami selalu meyakini bahwa ini tanah<br />
kami dan kamilah tuan<br />
atas tanah ini,” kata Avigail<br />
Damri, tegas. Mereka tak<br />
peduli pengakuan hak<br />
mereka atas tanah itu tak<br />
diakui internasional.<br />
Membangun di daerah yang dikepung wilayah<br />
pendudukan Israel—Rawabi berada di<br />
Area A, daerah yang sepenuhnya dikendalikan<br />
otoritas Palestina—Bashar tahu betapa tinggi<br />
risiko yang mesti dia tanggung. “Kami di sini<br />
tak menjanjikan surga. Kami tak menjanjikan<br />
apa pun, kecuali kenyataan bahwa kami masih<br />
hidup di wilayah pendudukan,” kata Bashar.<br />
Padahal luar biasa besar duit yang sudah dia<br />
tanam di proyek itu. Total investasi sekitar<br />
US$ 1 miliar atau Rp 12 triliun sepertinya berasal<br />
dari kantongnya. Sisanya ditanggung Diar<br />
Real Estate.<br />
“Tapi aku ingin membangun proyek yang<br />
memberi dampak besar bagi Palestina dan<br />
aku ingin menunjukkan bahwa kami bisa menciptakan<br />
lapangan kerja,” kata Bashar. Saat ini<br />
proyek Rawabi menyumbang 4.000 lapangan<br />
kerja bagi Palestina. Bukan jumlah yang kecil<br />
untuk negeri yang perekonomiannya masih<br />
morat-marit itu.<br />
Dikepung wilayah yang diduduki Israel, Bashar<br />
tak punya pilihan lain untuk membangun<br />
Rawabi, kecuali bekerja sama dengan negara<br />
Yahudi itu. Dia butuh izin Israel untuk membangun<br />
akses jalan ke daerah lain. Dia juga<br />
butuh tanda tangan pemerintah Israel supaya<br />
Rawabi mendapat pasokan gas dan listrik,<br />
juga air bersih.<br />
Urusan izin dari Israel inilah yang bikin runyam<br />
megaproyek Rawabi. Jalan sudah dibangun,<br />
demikian pula gedung-gedung apartemen<br />
sudah tegak menjulang, tapi belum ada<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
VITALVOICE<br />
air menetes di Rawabi. Izin untuk akses jalan<br />
melewati Area C Tepi Barat yang dikuasai Israel<br />
juga masih terkatung-katung.<br />
Komite Air Gabungan Israel-Palestina sudah<br />
lama sulit bertemu dan bersepakat. Apalagi<br />
setelah meletus perang di Jalur Gaza bebera-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
VITALVOICE<br />
pa bulan lalu. Israel hanya bersedia memberikan<br />
izin ke Rawabi jika pemerintah Palestina<br />
mengizinkan pasokan air ke permukiman di<br />
wilayah pendudukan. Prasyarat yang mustahil<br />
disetujui pemerintah Palestina.<br />
Di atas meja, kedua pemerintahan selalu<br />
menegaskan bahwa mereka mendukung proyek<br />
Rawabi seratus persen. Rawabi, menurut<br />
Saeb Erekat, juru runding perdamaian Palestina,<br />
akan menjadi pertaruhan perundingan<br />
damai Palestina dan Israel. “Jika Rawabi sampai<br />
gagal, itu akan menjadi kegagalan perdamaian<br />
dan solusi dua negara,” kata Erekat.<br />
Kolonel Grisha Yakubovich, Komandan<br />
Tentara Pendudukan Israel di Tepi Barat, mengatakan<br />
mereka tak pernah pasang syarat<br />
untuk mengalirkan air ke Rawabi. “Air akan<br />
mengalir dalam beberapa hari atau beberapa<br />
minggu lagi,” dia berjanji. Pemerintah<br />
Israel, menurut Kolonel Grisha, menyokong<br />
proyek Rawabi. “Kami ingin rakyat bahagia.”<br />
Tapi prakteknya, urusan akses jalan, pasokan<br />
air, gas, dan listrik untuk Rawabi masih<br />
gelap hingga detik ini.<br />
Berlarut-larutnya urusan izin ini membuat<br />
sejumlah konsumen Rawabi mulai ragu<br />
dengan masa depan proyek ini. Padahal, ujar<br />
Bashar, mereka tak ada sangkut-paut dengan<br />
masalah politik kedua negara. “Proyek ini<br />
dibangun swasta untuk sektor swasta dengan<br />
uang swasta,” ujar Dov Weiss glas, pengacara<br />
Bashar untuk urusan izin di Israel. n<br />
SAPTO PRADITYO | BBC | GUARDIAN | NYTIMES | AL-MONITOR | TIMES OF<br />
ISRAEL<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
BUKU<br />
“KALAU ORDE BARU<br />
LEBIH KEJAM LAGI,<br />
MUNGKIN PRAM AKAN<br />
MENULIS LEBIH BAGUS<br />
LAGI.”<br />
SUDRAJAT/DETIKCOM<br />
JUDUL BUKU:<br />
Pram dalam Kelambu<br />
PENULIS:<br />
Soesilo Toer<br />
PENERBIT:<br />
Pataba Press<br />
TERBITAN:<br />
Februari 2015<br />
TEBAL:<br />
xxvi + 164 halaman<br />
SALAH JUDUL<br />
DALAM PRAM<br />
KELAMBU, semua orang mestinya mafhum, itu adalah semacam kain<br />
berpori-pori cukup besar yang menutupi seluruh bagian ranjang atau<br />
tempat tidur. Fungsi utamanya adalah mencegah nyamuk mengganggu<br />
lelap tidur si penghuni di dalamnya.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
BUKU<br />
THINKSTOCK<br />
SILVIA/DETIKCOM<br />
Karena itu, lewat judul Pram dalam Kelambu, semula penulis menduga isinya<br />
akan berkisah seputar kebiasaan tidur Pramoedya yang harus di atas ranjang<br />
berkelambu. Atau, yang paling liar, berkisah tentang adegan-adegan roman sang<br />
sastrawan dengan para istrinya. Atau setidaknya bercerita kehidupan rumah<br />
tangga Pram dengan istri-istrinya.<br />
Semua prasangka itu meleset. Soesilo bahkan cuma sekelebat menggambarkan<br />
Pram bersikap mesra kepada istri pertamanya yang tengah hamil muda<br />
dengan cara membimbingnya saat hendak naik becak. Cuma itu.<br />
Padahal, kepada Radar Bojonegoro yang mewawancarainya pada 11<br />
September 2014, Soesilo menyatakan Pram dalam Kelambu bercerita<br />
tentang sosok Pram dalam memandang sebuah perkawinan. Bagaimana<br />
Pram menjalani perkawinannya, termasuk cerita detail<br />
seputar kado perkawinan dan maknanya. “Salah satu hadiah<br />
itu berupa ranjang pengantin yang diberikan kepada istrinya.<br />
Semua ada maknanya,” ujar lelaki kelahiran Blora, Jawa Tengah,<br />
1937, itu.<br />
Dari empat bagian isi buku ini, kesan kuat yang bisa ditangkap<br />
adalah kekaguman Soesilo kepada sang kakak. Sastrawan<br />
besar dengan hampir 50 karya dan pernah tujuh kali dicalonkan<br />
menjadi penerima Hadiah Nobel Sastra. Jadi, mungkinkah<br />
Soesilo telah salah memberi judul buku ini?<br />
Sebagai adik keenam, ia merasa Pram menaruh rasa sayang<br />
tersendiri kepadanya dibanding kepada yang lain. Pram—yang<br />
disapa Mas Moek—pernah mengatainya “kayak maling”. Sebagai<br />
SUDRAJAT/MAJALAHDETIK<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
BUKU<br />
kakak tertua, ia juga pernah menempelengnya karena masih asyik mengejar layang-layang<br />
ketika waktu telah magrib. Pram seorang kakak yang penuh disiplin,<br />
mandiri dalam berkarya, dan pekerja keras. Hingga suatu hari sang kakak yang<br />
jarang berkata-kata itu memujinya secara terbuka.<br />
“Tulisanmu keras seperti Steinbeck, pendek-pendek seperti Gorki,” halaman 81.<br />
Meski tak paham dan tak mengenal nama-nama yang disebut itu, Soesilo merasa<br />
itu sebuah pujian. Apalagi ketika karyanya dimuat di sebuah rubrik kesenian yang<br />
diasuh H.B. Jassin.<br />
Hal lain, Pram dikisahkan sebagai pribadi yang tak suka meminta maaf secara<br />
verbal. Ketika sadar telah salah menghukum sang adik, Pram lebih suka memangku<br />
Soesilo selama naik becak untuk menonton film di bios kop. Juga membebaskan<br />
adiknya memilih menu yang disukainya saat di restoran.<br />
Hingga usia mereka beranjak senja, di tahun-tahun terakhir Pram lebih banyak<br />
memberikan sesuatu kepada Soesilo ketimbang kepada adik-adiknya yang lain.<br />
Kenapa? Sayang, Soesilo tak memberikan penjelasan gamblang.<br />
Selain romantisisme hubungan adik-kakak, buku ini mencoba menjelaskan<br />
karakter pribadi Pram, sikap politik, dan ideologinya dalam berkarya. Tentu saja<br />
buku ini juga menyinggung perseteruan Pram dengan para sastrawan lain yang<br />
menandatangani Manifesto Kebudayaan.<br />
Sebagai doktor yang menulis kritik terhadap marxisme dan kapitalisme dalam<br />
disertasinya di Institut Plekhanov Uni Soviet, bertebaran nama filosof kenamaan<br />
yang dirujuk Soesilo untuk membela Pram.<br />
Ia juga menggunakan daftar pustaka yang tak main-main sebagai pangkal tolak.<br />
Sebut saja Considerations on the Causes of the Grandeur and Decadence of the Ro-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
BUKU<br />
mans (1882) yang ditulis Montesquieu, The Indonesian Killings of 1965-1966:<br />
Studies from Java and Bali (1990) oleh Robert Cribb, dan Radicalism After<br />
Communism in Two Southeast Asian Countries (1990) oleh Ben Anderson.<br />
lll<br />
Soesilo Toer adalah adik keenam Pramoedya Ananta Toer. Ia punya ambisi<br />
untuk bisa menyaingi sang kakak dalam berkarya maupun hal lainnya<br />
selama menjalani kehidupan ini. Pram dalam Kelambu adalah karya kedua<br />
dari lima yang disiapkannya untuk menyaingi Pram. Pada 2013, ia menerbitkan<br />
Pram dari Dalam, sedangkan buku lainnya berjudul Pram dalam Bubu,<br />
Pram dalam Belenggu, dan Pram dalam Tungku.<br />
“Ketiganya akan diterbitkan tahun ini,” kata dia saat peluncuran Pram<br />
dalam Kelambu di Perpustakaan Pramoedya Ananta Toer Anak Semua<br />
Bangsa (Pataba), Blora, Sabtu (7/2) malam. Acara itu menandai 90 tahun<br />
kelahiran Pramoedya, yang wafat di Jakarta pada 30 April 2006.<br />
“Pram menulis makin bagus ketika dia ditahan, karena di luar dia tak bisa<br />
konsentrasi menulis. Dan kalau Orde Baru lebih kejam lagi, mungkin Pram<br />
akan menulis lebih bagus lagi,” tutur Soesilo disambut tawa hadirin. n<br />
SILVIA GALIKANO | SUDRAJAT<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
MUSIK<br />
SI MUDA BERSIASAT<br />
MUSIKUS JAZZ MENDAPAT TANTANGAN ZAMAN YANG TAK RINGAN. DARI MEMBUAT<br />
MUSIK BAGUS, MENJUAL KARYA, HINGGA MEMAHAMI NAIK-TURUN PASAR, JADI<br />
SATU PAKET TAK TERPISAHKAN.<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
MUSIK<br />
MUSIKUS mesti<br />
sadar, memilih<br />
jazz artinya tak<br />
akan “seingar-bingar”<br />
musik lain.<br />
Mentalitas pun<br />
disetel ulang,<br />
tak bisa lagi<br />
cuma sampai launching dan selebihnya menyerahkan<br />
pada pasar. Alhasil, ketika album<br />
jeblok, label disalahkan.<br />
Strategi pun harus matang dan terus bergerak,<br />
bukan hanya bermodal pasang video di<br />
YouTube tanpa tahu metadata. Pasalnya, yang<br />
dijadikan patokan dari YouTube bukanlah<br />
berapa banyak viewer-nya, melainkan berapa<br />
banyak orang bertahan menonton video itu<br />
sampai selesai.<br />
Strategi berjualan jadi bahasan penting<br />
dalam “Diskusi Musik Jazz dan Anak Muda”<br />
di Serambi Salihara, Jakarta Selatan, Rabu,<br />
11 Februari 2015. Musikus adalah sekaligus<br />
tenaga pemasaran bagi karya-karyanya. Diskusi<br />
tersebut menghadirkan dua narasumber:<br />
Adib Hidayat, redaktur majalah Rolling Stone<br />
Indonesia, dan Aldo Sianturi, konsultan bisnis<br />
musik dan manajer Believe Digital.<br />
Acara ini merupakan pemanasan bagi “Salihara<br />
Jazz Buzz: Yang Muda Yang Ngejazz” di<br />
Teater Salihara tiap Sabtu-Minggu sepanjang<br />
Februari 2015, yang menghadirkan musikusmusikus<br />
muda jazz Indonesia, seperti Dion<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
MUSIK<br />
Subiakto, Jessi Mates & Ricad Hutapea, serta Andy Gomez.<br />
Musikus muda diharapkan punya paradigma baru dan segar<br />
yang memanfaatkan teknologi secara maksimal untuk menjual<br />
karya-karyanya. Menurut Aldo, iTunes belum dimanfaatkan<br />
maksimal. Terbukti, yang ada hanya Indra Lesmana dan Oddie<br />
Agam, sedangkan nama-nama besar lain tidak ada, termasuk<br />
Jack dan Mien Lesmana, yang notabene orang tua Indra.<br />
Penjualan album musik secara fisik, dalam hal ini CD, masih<br />
tetap diperhitungkan walau penjualan secara digital marak.<br />
Musikus harus berproduksi, membuat album, agar ada rekam<br />
jejak. Sebaliknya, masyarakat membeli album, bukan hanya<br />
menikmati lewat “ketengan” single.<br />
“Ketika rekam jejak musikus hilang, tak ada cara memperpanjang<br />
komunikasi dengan musikus tersebut dan kita kehilangan<br />
mata rantai serta orang yang menjaga gugusan itu,” kata Aldo.<br />
Dia memberi contoh remaja sekarang tak tahu siapa Jack Lesmana,<br />
apatah lagi Miles Davis atau Wynton Marsalis. Itu sebabnya,<br />
jazz sebaiknya diperdengarkan di tiap rumah karena Jack<br />
Lesmana itu untuk didengar supaya tahu bagaimana rohnya,<br />
bukan hanya dibaca.<br />
Membuat sebuah produksi selalu diikuti pertanyaan akan berapa<br />
banyak lakunya? Selama ini pertanyaan itulah yang membuat<br />
jiper musikus jazz. Namun sekarang, menurut Aldo, ekspektasi<br />
berapa lakunya album bisa diatur, cover album bahkan bisa dibikin<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
MUSIK<br />
dari kertas koran untuk menekan ongkos.<br />
Tinggal lihat lingkaran terdekat si musikus,<br />
apakah mereka mau beli CD tersebut? Kalau<br />
lingkaran terdekat saja tak mau membeli,<br />
jangan berharap banyak pada lingkaran yang<br />
lebih besar.<br />
Setelah album selesai, musikus harus membuka<br />
dan menciptakan sendiri jalur distribusi,<br />
seperti melalui perusahaan kurir atau convenient<br />
store, dan tidak harus masuk restoran<br />
cepat saji karena ini bukan produksi massal.<br />
Banyaknya musik dan musikus non-jazz<br />
yang tampil di festival-festival jazz, ujar Adib,<br />
adalah contoh pemasaran yang sudah lama dipraktekkan.<br />
Slayer yang beraliran metal tampil<br />
di Montreux Jazz Festival 2002 atau Foo Fighters<br />
main di New Orleans Jazz Festival 2014<br />
atau Sheila on 7 di JavaJazz Festival 2015.<br />
Siasat ini untuk menyedot penonton nonjazz<br />
datang ke acara jazz. Jika yang dimainkan<br />
hanya jazz totok, tingkat konsumsinya tak<br />
akan sebanyak jika ada nama-nama populer<br />
lain di luar jazz.<br />
Adib menyebut juga tentang saling menyeberang<br />
genre yang terjadi ketika musikus jazz<br />
berhadapan dengan industri. Musik-musik<br />
Maliq & D’essentials, misalnya, yang semula<br />
kental unsur jazz makin lama makin pop<br />
karena ingin memberi pembelajaran bahwa<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
MUSIK<br />
tak semua jazz harus seperti itu. Andien juga<br />
masuk ke aliran lain dengan alasan tak mau<br />
hanya dianggap sebagai penyanyi jazz.<br />
Fenomena tersebut ditentang Aldo, yang<br />
berpendapat musikus seharusnya konsisten<br />
sejak “ijab-kabul” memilih jazz, tak peduli alasan<br />
pasar, karena pengaruhnya ke katalogisasi.<br />
DNA jazz harus ada, itu syarat bisa diperdengarkan<br />
di luar negeri. Dari DNA jazz bisa<br />
dinilai apakah d’Masiv yang mengisi JavaJazz<br />
2013, misalnya, termasuk jazz atau tidak.<br />
Begitu masuk bisnis, saat itu juga musikus<br />
harus mengontrol ekspektasi, bahwa tiap<br />
musik punya jodoh masing-masing. Tahu kapan<br />
“kenyang”, karena akan berpengaruh pada<br />
kualitas. Tak bisa menargetkan dalam sekian<br />
tahun harus ada sekian produksi karena musik<br />
tak bisa dipaksakan. “Musikus yang tiap tahun<br />
bikin album biasanya tak lama akan kolaps<br />
karena sulit menjaga kualitas,” ujar Aldo.<br />
Cara lain adalah bersiasat di luar musik, yakni<br />
sudah saatnya musikus menganggap dan<br />
menggarap serius merchandise, seperti kaus,<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
MUSIK<br />
mug, jaket, atau topi. Adib memberi contoh<br />
ada sebuah band indie di Salatiga, Jawa Tengah,<br />
yang tak dikenal di Jakarta; manggung<br />
hanya sebu lan sekali; ternyata punya lebih<br />
dari 4.000 follower serta punya toko yang<br />
menjual merchandise dan album-album band<br />
indie lain. Sehingga praktis penjualan merchandise-lah<br />
yang menghidupi mereka.<br />
Di tataran band yang sudah dikenal luas,<br />
Noah punya cara cerdik, yakni membuka distribusi<br />
merchandise di tiap daerah dengan<br />
melibatkan penggemar. Sheila on 7 tiap pekan<br />
mengeluarkan desain baru kaus.<br />
Bandingkan dengan merchandise Slank,<br />
yang hanya ditaruh di Potlot. Penyanyi lain<br />
malah sama sekali tak berminat membuat<br />
merchandise, printilan recehan yang cuma<br />
merepotkan. Dia tak tahu, ada band indie yang<br />
dapat untung Rp 200 juta sebulan, dari kaus<br />
saja. Ya, zaman sudah beda, Masbro! ■<br />
SILVIA GALIKANO<br />
MAJALAH DETIK 16 -- 22 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
FLAMBOYAN<br />
INGGRIS<br />
PALING<br />
GRES<br />
PENYELIDIKAN ATAS<br />
TEWASNYA SEORANG AGEN<br />
MATA-MATA SAMPAI PADA<br />
MILIUNER EKSENTRIK BIDANG<br />
TELEKOMUNIKASI. APA<br />
TUJUANNYA?<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Judul:<br />
Kingsman: The Secret Service<br />
Genre:<br />
Action | Adventure | Comedy<br />
Sutradara: Matthew Vaughn<br />
Tap untuk melihat Video<br />
Skenario:<br />
Jane Goldman, Matthew<br />
Vaughn<br />
Produksi:<br />
20th Century Fox<br />
Pemain:<br />
Colin Firth, Taron Egerton,<br />
Samuel L. Jackson<br />
Durasi:<br />
1 jam 40 menit<br />
SEBUAH misi rahasia gagal di Timur<br />
Tengah pada akhir 1997. Unwin, seorang<br />
Lancelot (sebutan bagi agen<br />
mata-mata Kingsman), tewas demi<br />
melindungi rekan-rekannya sesama Lancelot,<br />
termasuk Harry Hart (Colin Firth).<br />
Sejak itu Harry merasa berutang nyawa kepada<br />
Unwin. Dia menyerahkan medali Kingsman<br />
kepada istri Unwin, Michelle (Samantha<br />
Womack), dan anak mereka yang masih<br />
kanak-kanak, Eggsy. Di balik medali terdapat<br />
nomor telepon berikut kode yang dapat me-<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK 23 DETIK - 293 DESEMBER MAJALAH - 9 MARET DETIK 2013 2014<br />
16 - 22 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
reka hubungi kapan pun butuh bantuan.<br />
Adegan melompat ke 17 tahun kemudian.<br />
Michelle kini lusuh dan punya suami baru, kepala<br />
preman kampung yang sering menyiksa<br />
istri, sedangkan Eggsy (Taron Egerton) jadi<br />
pemuda bandel yang bergaul dengan geng<br />
punk.<br />
Setelah “bersenang-senang” di bar, Eggsy<br />
dan kawan-kawan membawa lari mobil kelompok<br />
pesaing mereka. Polisi berhasil mengejar<br />
dan Eggsy ditangkap. Dia terancam hukuman<br />
penjara 8 tahun.<br />
Dalam kondisi ini, Eggsy ingat pada medali<br />
yang dulu diberikan rekan mendiang ayahnya.<br />
Setelah menelepon dan menyebutkan kode,<br />
ajaib, polisi membebaskannya.<br />
Di luar kantor polisi sudah menunggu Harry<br />
dengan data lengkap di kepala tentang Eggsy,<br />
termasuk catatan kriminalnya. Harry menawari<br />
pemuda itu ikut pelatihan mata-mata<br />
Kingsman karena dia melihat bakat pada diri<br />
Eggsy. Eggsy langsung setuju karena tak perlu<br />
lagi tinggal serumah dengan ayah tiri dan,<br />
yang terpenting, dibayar mahal.<br />
Markas Kingsman diakses lewat rumah jahit<br />
di Savile Row yang terkenal di London. Ini tak<br />
lepas dari sejarah Kingsman, yang berawal<br />
dari kumpulan penjahit kelas atas London<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Tak berlebihan jika<br />
Kingsman disebut<br />
puncak karya Vaughn<br />
dengan akting magnetik<br />
serta adegan-adegan<br />
action berdaya ledak<br />
tinggi.<br />
pada abad ke-19. Setelah banyak dari mereka<br />
meninggal tanpa punya ahli waris, uangnya<br />
digunakan untuk operasi matamata<br />
independen, tak terikat pada<br />
negara mana pun.<br />
Eggsy dilibatkan dalam misi<br />
terbaru Kingsman setelah seorang<br />
agen ditemukan tewas terbelah<br />
vertikal dalam sebuah misi. Pada<br />
saat bersamaan, seorang profesor<br />
hilang misterius, menyusul kemudian<br />
Putri Mahkota Swedia juga<br />
hilang.<br />
Penyelidikan Harry membawanya<br />
pada seorang mogul dunia telekomunikasi,<br />
miliuner yang kerap<br />
berpidato tentang pemanasan global, Richmond<br />
Valentine (Samuel L. Jackson). Orang<br />
kepercayaan Richmond adalah Gazelle (Sofia<br />
Boutella, penari Aljazair) yang mahir bela diri<br />
dan kaki palsunya dapat mengeluarkan pisau.<br />
Dari buku komik Kingsman: The Secret Service<br />
karya Mark Millar dan Dave Gibbons, tim<br />
penulisan naskah Kickass, yakni Vaughn dan<br />
Jane Goldman, mengangkatnya ke layar lebar.<br />
Keduanya menggunakan formula vodka martini<br />
dengan tambahan adrenalin, lalu di-shaked,<br />
bukan diaduk. Plotnya terkadang terbang<br />
liar, tapi di saat bersamaan banyak hiburan<br />
melihat gadget ajaib.<br />
Sutradara Matthew Vaughn (Stardust, X-<br />
Men First Class) mengemasnya dalam actionthriller<br />
keras, brutal, penuh gaya, flamboyan,<br />
dan punya pesona visual. Tak berlebihan<br />
jika Kingsman disebut puncak karya Vaughn<br />
dengan akting magnetik serta adegan-adegan<br />
action berdaya ledak tinggi.<br />
Genrenya mata-mata Inggris. Selama puluhan<br />
tahun kita punya James Bond berikut para<br />
imitasinya, tapi tak pernah ada yang benar-<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
benar satu paket bagusnya.<br />
Pemilihan pemain Kingsman terbilang<br />
sempurna. Colin Firth, yang pastinya sangat<br />
familiar dengan karakter pria Inggris, menyuguhkan<br />
adegan tarung spektakuler. Keras<br />
tapi, itu tadi, penuh gaya dan ciri Inggrisnya<br />
tak boleh hilang, seperti pernah dikatakan<br />
Harry, “Sopan santun menjadikan seseorang<br />
itu pria.”<br />
Petualangan Taron Egerton sebagai Eggsy<br />
pun fantastis, berawal dari pemuda kere yang<br />
sinis hingga kemudian ditemukan bakatnya<br />
yang lain, lalu berubah jadi jagoan.<br />
Penampilan terbaik datang dari sang legenda<br />
hidup Samuel L. Jackson sebagai Richmond<br />
Valentine. Villain karikatur yang punya ciri<br />
khas pengucapan “S” tak sempurna (lisping)<br />
ini berhasil merebut momen-momen penting<br />
film ini. Valentine akan jadi salah satu karakter<br />
paling dikenang yang pernah ditaklukkan Jackson.<br />
Vaughn memberi banyak sentuhan menarik<br />
lewat karakter Putri Mahkota Swedia, ilmuwan<br />
yang diculik, dan omongan tajam tentang mata-mata<br />
antara Harry dan Valentine. Gongnya<br />
adalah adegan makan malam yang disajikan<br />
dalam peranti perak dan layanan berkelas, padahal<br />
di dalamnya cuma burger dan kentang<br />
MacDonald’s. Ya, happy… meal!<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Walau sejumlah adegan kekerasannya bisa<br />
membuat kecewa penggemar genre matamata<br />
klasik, tapi patut diingat, action film ini<br />
menekankan pada keahlian dan kemahiran.<br />
Lagi pula, Kingsman adalah film mata-mata<br />
generasi sekarang, bukan generasi bapak kita.<br />
Jadi hati-hati, kini Bond punya pesaing. ■<br />
SILVIA GALIKANO<br />
MAJALAH DETIK DETIK 22 16 - 28 - 22 SEPTEMBER FEBRUARI 2014<br />
2015
FILM PEKAN INI<br />
UPITER Jones (Mila Kunis) bukanlah siapa-siapa.<br />
Pekerjaannya sebagai pembersih toilet. Namun<br />
semua itu berubah saat Jupiter bertemu dengan Caine<br />
(Channing Tatum), seorang tentara dari planet lain.<br />
Jupiter ternyata sosok penting di alam semesta.<br />
Dialah calon ratu dari seluruh planet yang ada di alam semesta. Tapi<br />
jalan Jupiter menjadi ratu tidaklah mudah saat pemimpin galaksi<br />
yang sedang berkuasa menginginkan Jupiter mati.<br />
JENIS FILM: ACTION,<br />
ADVENTURE, FANTASY<br />
| PRODUSER: GRANT HILL,<br />
ANDY WACHOWSKI, LANA<br />
WACHOWSKI | PRODUKSI:<br />
WARNER BROS. PICTURES |<br />
SUTRADARA: ANDY WACHOWSKI,<br />
LANA WACHOWSKI |<br />
DURASI: 126 MENIT<br />
AWAIZAADA diangkat dari kisah hidup<br />
ilmuwan India, Shivkar Bapuji Talpade, yang<br />
berhasil membangun pesawat terbang<br />
pertama di India. Film ini mengisahkan<br />
perjuangan dan penderitaan Shivkar dalam<br />
menciptakan karyanya itu.<br />
JENIS FILM: BIOGRAFI, DRAMA |<br />
PRODUSER: RAJESH BANGA, VISHAL<br />
GURNANI | PRODUKSI: RELIANCE<br />
ENTERTAINMENT | SUTRADARA:<br />
VIBHU PURI<br />
LAIRE Peterson (Jennifer<br />
Lopez) adalah guru SMA<br />
yang tengah menghadapi<br />
proses perceraian dengan<br />
suaminya. Claire, yang tinggal<br />
bersama anaknya, Kevin (Ian Nelson), berkenalan<br />
dengan Noah (Ryan Guzman), pemuda tampan<br />
yang baru pindah ke sebelah rumahnya.<br />
Tanpa disadari Claire, Noah, yang seusia dengan<br />
Kevin, mulai mendekatinya dan keduanya<br />
terlibat hubungan asmara. Sadar telah membuat<br />
kesalahan, Claire memutuskan untuk mengakhiri<br />
hubungan dengan Noah. Noah, yang tidak terima<br />
dengan keputusan Claire, akhirnya mulai merusak<br />
kehidupan Claire.<br />
JENIS FILM: THRILLER | PRODUSER: JOHN JACOBS,<br />
JASON BLUM, JENNIFER LOPEZ | PRODUKSI:<br />
UNIVERSAL PICTURES | SUTRADARA: ROB COHEN<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
AL GHAZALI<br />
BETAH<br />
DI ITALIA<br />
Tap judul untuk<br />
baca artikel<br />
RAYMOND SAPOEN<br />
CAPRES<br />
BANYUMAS<br />
SONG JI-HYO<br />
TEMBUS<br />
NEW<br />
YORK<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
PEOPLE<br />
AL GHAZALI<br />
BETAH DI ITALIA<br />
W<br />
AKTU tiga minggu<br />
sudah bisa membuat<br />
Al Ghazali jatuh cinta<br />
pada Italia. Anak pertama<br />
musikus Ahmad Dhani ini bahkan<br />
masih penasaran dengan negara sepak<br />
bola itu.<br />
Remaja yang akrab disapa Al ini bertandang<br />
ke Italia dalam rangka syuting film<br />
terbarunya, LDR. Beberapa kota, seperti<br />
Venezia, Roma, dan Verona, dijelajahinya.<br />
“Sulit berkomunikasi di sini, tapi kurang<br />
lama di sana, jadi masih penasaran,”<br />
ujarnya. Al terpaksa kembali ke Jakarta<br />
lebih dulu dibanding pemain dan kru film<br />
karena ada job yang menunggunya.<br />
Di sela-sela syuting, Al menyempatkan<br />
diri menonton pertandingan sepak bola<br />
antara Inter Milan dan Sampdoria. Artis<br />
kelahiran 1 September 1997 ini juga sempat<br />
mengunjungi Colosseum di Roma.<br />
Dalam film bertema cinta garapan<br />
Maxima Pictures itu, Al berperan sebagai<br />
Paul, adik Demas, yang diperankan oleh<br />
Verrell Bramasta. Sang ayah, Ahmad<br />
Dhani, dikabarkan akan tampil pula di<br />
film LDR. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
FOTO : ANTARA/TERESIA MAY<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
PEOPLE<br />
RAYMOND SAPOEN<br />
CAPRES BANYUMAS<br />
SEORANG keturunan Jawa<br />
mungkin akan menjadi orang<br />
nomor satu di Suriname. Dialah<br />
Raymond Sapoen, yang<br />
kini menjadi kandidat Presiden Suriname.<br />
Mantan Menteri Perdagangan dan<br />
Industri Suriname ini menyebut Desa<br />
Kanding sebagai kampung halaman kakek<br />
buyutnya. “Jadi saya generasi ketiga,”<br />
ujarnya.<br />
Raymond menduga, sebelum era kemerdekaan,<br />
kaket buyutnya dikirim pemerintah<br />
kolonial Belanda ke Suriname.<br />
Nama sang kakek ditemukan pada situs<br />
Arsip Nasional Belanda, BBC.<br />
Sapoen ada dalam daftar warga Hindia<br />
Belanda yang diberangkatkan ke Paramaribo<br />
pada 30 Juni 1928. Kakek buyutnya<br />
diberangkatkan menggunakan kapal<br />
bernama Merauke II.<br />
Raymond mengaku belum tahu banyak<br />
mengenai asal-usulnya, yang disebut keturunan<br />
warga Banyumas. Meski begitu,<br />
Raymond masih fasih berbahasa Jawa.<br />
“Aku ra ngerti, yo. Arepe ngerti tenan<br />
aku (Saya tidak tahu, ya. Saya benar-benar<br />
ingin tahu),” katanya.<br />
Dalam bahasa Jawa juga dia mengatakan<br />
sangat ingin pergi ke Banyumas tapi<br />
tidak tahu apakah dirinya masih memiliki<br />
saudara di sana atau tidak.<br />
“Aku perlu di-onderzoek, kudu research,<br />
aku ra ngerti. Menowo yo aku iso diguyubi<br />
nang kono. Ora nduweni sedulur-sedulur<br />
(Saya perlu cari tahu dulu, Saya tidak<br />
tahu. Semoga saya bisa disambut baik<br />
di sana. Tidak ada saudara-saudara).” ujar<br />
Raymond dalam campuran bahasa Jawa<br />
dan Inggris.<br />
Saat ini Raymond merupakan kader<br />
partai oposisi, Partai Pertjaja Luhur.<br />
Hari-harinya kini disibukkan dengan<br />
berkampanye untuk pemilihan presiden<br />
Suriname pada 25 Mei mendatang. n<br />
MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
FOTO : WWW.DBSURINAME.COM<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
PEOPLE<br />
SONG JI-HYO<br />
TEMBUS NEW YORK<br />
BERKAT peran sebagai Oh Jin<br />
Hee, dokter magang di Emergency<br />
Couple, aktris Korea<br />
Selatan, Song Ji-hyo, berhasil<br />
menembus New York. Dia merebut<br />
trofi aktris terbaik The 3 rd DramaFever<br />
Awards.<br />
Kabar baik itu disampaikan langsung<br />
oleh agensi Ji-hyo, C-JeS Entertainment.<br />
Salah satu member variety show Running<br />
Man ini menyabet dua piala sekaligus<br />
dari dua kategori yang berbeda.<br />
Piala pertama untuk kategori Best<br />
Actress Award, sementara Emergency<br />
Couple menang dalam kategori Drama<br />
Korea Terbaik.<br />
DramaFever Awards merupakan acara<br />
penganugerahan penghargaan yang<br />
diselenggarakan oleh website streaming<br />
drama Korea, DramaFever.<br />
Website ini dikunjungi 22 juta netizen<br />
setiap bulan dari Amerika Utara dan<br />
Selatan. Sedangkan pemenang dalam<br />
13 kategori penghargaan dipilih berdasarkan<br />
voting online dari 1,5 juta netizen<br />
yang telah berpartisipasi.<br />
Ji-hyo langsung merespons kabar<br />
kemenangannya dengan mengucapkan<br />
kata-kata terima kasih kepada para<br />
penggemarnya lewat video yang dirilis<br />
eksklusif DramaFever.<br />
Ji-hyo tampak semringah dengan dandanan<br />
natural sambil mengangkat piala<br />
berbentuk kobaran api. n<br />
MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
FOTO : CHUNG SUNG-JUN/GETTY IMAGES<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
AGENDA<br />
KONSER LANGGAM JAWA<br />
& KERONCONG<br />
Indra Utami Tamsir, “Langgam<br />
untuk Dunia”<br />
18 FEBRUARI 2015, PUKUL 20.00<br />
WIB<br />
Gedung Kesenian Jakarta<br />
HI 5 HOUSE HITS TOUR 2015<br />
18 FEBRUARI 2015, PUKUL 18.00 WIB<br />
Skenoo Exhibition Hall, Gandaria City Mall 3rd Floor, Jakarta<br />
Promotor: Sorak Gemilang Persada<br />
CONCERT: FROM<br />
ADHITIA SOFYAN<br />
WITH LOVE<br />
JUMAT, 20 FEBRUARI<br />
2015, PUKUL 19.00<br />
WIB<br />
@america, Pacific<br />
Place Mall lantai 3,<br />
Jakarta<br />
DUNIA DAWAI NAN EKSOTIS<br />
Oleh Svarabuana & Nanfeng Nusantara<br />
SABTU, 21 FEBRUARI 2015, PUKUL 15.00 WIB<br />
Galeri Indonesia Kaya, Jakarta<br />
LALA LAND<br />
21 FEBRUARI 2015, PUKUL 10.00 WIB<br />
Hall D, Senayan, Jakarta<br />
Promotor: GPTN-Komunitas Gerakan Pesta Tanpa Narkoba<br />
PENTAS TEATER GANDRIK YOGYAKARTA<br />
“TANGIS”<br />
Berdasarkan dua naskah asli Heru Kesawa Murti (Tangis<br />
dan Juragan Bakso)<br />
JUMAT-SABTU, 20-21 FEBRUARI 2015, PUKUL 20.00<br />
WIB<br />
HTM: Rp 500.000 | Rp 300.000 | Rp 200.000 | Rp<br />
100.000<br />
Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki<br />
PERGELARAN<br />
LEGONG SAM-<br />
PEK ENGTAY<br />
Bengkel Tari Ayu<br />
Bulan<br />
MINGGU, 22 FEB-<br />
RUARI 2015, PUKUL<br />
15.00 WIB<br />
Galeri Indonesia<br />
Kaya, Jakarta<br />
MAJALAH DETIK 16 - 22 FEBRUARI 2015
Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />
Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />
Email: redaksi@majalahdetik.com<br />
Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />
@majalah_detik<br />
majalah detik