You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
TEROR BEGAL MOTOR<br />
SNIPER<br />
INDONESIA<br />
LEGENDARIS<br />
SIMSALABIM<br />
FERIYANI<br />
LIM<br />
EDISI 167 | 9 - 15 FEBRUARI 2015
DAFTAR ISI<br />
EDISI 167 9 - 15 FEBRUARI 2015<br />
FOKUS<br />
JURUS MABUK<br />
MANTAN TEMAN<br />
OPENG<br />
BUKAN CUMA HASTO DAN POLISI,<br />
DUA SAHABAT ABRAHAM SAMAD<br />
DI MAKASSAR IKUT-IKUTAN<br />
MELEMPAR SERANGAN. “APAKAH<br />
DIBELI ORANG TERTENTU”<br />
NASIONAL<br />
CRIME STORY<br />
n DILEMA JOKOWI KARENA BUDI<br />
n ‘DON CORLEONE’ MENOLAK BUI<br />
INTERNASIONAL<br />
n BEGAL BERULAH BIKIN RESAH<br />
KRIMINAL<br />
n DENDAM DI BALIK PENEMBAKAN<br />
EKONOMI<br />
n MAAF, TAK ADA SENJATA UNTUK UKRAINA<br />
n SUPERJENDERAL DARI TEHERAN<br />
n ADA UANG, ADA DARAH<br />
INTERVIEW<br />
n PILIH PEJABAT NEGARA YANG TIDAK KORUP<br />
KOLOM<br />
n PRAPERADILAN SEBAGAI PENANGKAL PROSES HUKUM<br />
SELINGAN<br />
n PERTARUHAN MOBIL MURAH TIONGKOK<br />
n MENEROBOS MEREK ASING<br />
n TETAP WULING, BUKAN CHEVROLET<br />
n GENJOT INVESTASI DENGAN MOBIL MURAH<br />
n KARENA BATU BARA DIBATASI DI TIONGKOK<br />
BISNIS<br />
n MAJU TAK GENTAR TOKO TRADISIONAL<br />
INSPIRING PEOPLE<br />
n JAWARA SAMPAH DARI LANGIT<br />
LENSA<br />
n SNIPER<br />
TEATER<br />
n GELIAT IMLEK 2566<br />
n ARYATI DAN DRAMA MUSIKAL RINGAN<br />
FILM<br />
n DONNA | ANANDA SUKARLAN | MARTINA HINGIS<br />
GAYA HIDUP<br />
n JUPITER NAIK KE MANA<br />
n FILM PEKAN INI<br />
n AGENDA<br />
Cover:<br />
Ilustrasi: Kiagus Auliansyah<br />
@majalah_detik<br />
majalah detik<br />
n BERKEBUN DI BELANTARA KOTA<br />
n LUPA SEDANG DI SINGAPURA<br />
n KHAS SOLO YANG DISUKA<br />
Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />
Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo<br />
Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M<br />
Rizal, Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar<br />
Rifai, Jaffry Prabu Prakoso, Ibad Durohman, Aditya Mardiastuti. Bahasa: Habib Rifa’i,<br />
Rahmayoga Wedar. Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo. Product<br />
Management & IT: Sena Achari, Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus,<br />
Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim,<br />
Luthfy Syahban. Illustrator: Kiagus Aulianshah, Edi Wahyono.<br />
Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />
Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />
appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />
No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />
Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.
LENSA<br />
GELIAT IMLEK 2566<br />
TAP UNTUK MELIHAT FOTO UKURAN BESAR<br />
Geliat perayaan tahun baru Imlek 2566 mulai terasa kendati masih lebih dari satu pekan lagi. Tahun baru dalam penanggalan Cina tersebut<br />
akan dirayakan di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia, pada 19 Februari. Lihat persiapannya, yuk.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
LENSA<br />
Pekerja mengeringkan hio di Teluk Naga, Tangerang, Rabu (4/2). Tahun ini merupakan Tahun Kambing Kayu dalam sistem penanggalan<br />
Cina. (Agung Pambudhy/DETIKCOM)
LENSA<br />
Menjelang Imlek sampai perayaan Cap Go Meh, produksi dupa hio meningkat tiga kali lipat dari hari biasa. (Agung Pambudhy/DETIKCOM)
LENSA<br />
Pemasangan lampion di kampung Tionghoa-Melayu, Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (3/2). Kampung Tionghoa-Melayu merupakan permukiman<br />
Tionghoa tertua sekaligus cagar budaya di Pekanbaru yang menjadi pusat perayaan Tahun Baru Cina atau Imlek pada 19 Februari. (F.B.<br />
Anggoro/ANTARAFOTO)
LENSA<br />
Peragaan busana karya Sebastian Gunawan dan Cristina Panarese dalam peragaan busana bertajuk Moon Dance di Jakarta, Selasa (3/2).<br />
Menyambut Imlek, sebanyak 68 gaun dan 2 gaun pengantin dibawakan dalam peragaan busana bertema oriental tersebut. (Rosa Panggabean/<br />
ANTARAFOTO)
LENSA<br />
Model memperagakan busana karya Sebastian Gunawan dan Cristina Panarese dalam peragaan busana bertajuk Moon Dance di Jakarta,<br />
Selasa (3/2). | Tim kesenian Himpunan Keluarga Lim memainkan tarian naga setelah memberi penghormatan di Kelenteng See Hin Kiong,<br />
Padang, Rabu (4/2). (Rosa Panggabean/ANTARAFOTO, Iggoy el Fitra/ANTARA FOTO)
LENSA<br />
Geliat Imlek di sebuah mal di Jakarta Selatan | Pembuatan lampion di Malang, Jawa Timur | Produksi kue keranjang di Yogyakarta. (Ari Saputra/<br />
DETIKCOM, Noveradika&Ari Bowo Sucipto/ANTARAFOTO)
NASIONAL<br />
DILEMA JOKOWI<br />
KARENA<br />
BUDI<br />
SYAFII MAARIF MENGUNGKAP<br />
PERNYATAAN JOKOWI YANG TAK<br />
AKAN MELANTIK BUDI GUNAWAN.<br />
DIANGGAP MEMBANGKANG<br />
PERINTAH PARTAI<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Koordinator Tim 9 Syafii<br />
Maarif (tengah) beserta<br />
anggota tim menjawab<br />
pertanyaan wartawan<br />
setelah bertemu dengan<br />
Presiden Jokowi di Istana<br />
Merdeka, Rabu (28/1).<br />
WIDODO S. JUSUF/ANTARA<br />
TELEPON seluler Ahmad Syafii Maarif<br />
tiba-tiba berdering. Di layar ponsel,<br />
muncul nama Presiden Joko Widodo.<br />
Kepada mantan Ketua Umum Pengurus<br />
Pusat Muhammadiyah itu, Jokowi mengatakan<br />
baru bertemu dengan Ketua Umum<br />
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati<br />
Soekarnoputri dan para petinggi Koalisi<br />
Indonesia Hebat di Istana Merdeka, Jakarta.<br />
Dalam percakapan telepon pada Selasa,<br />
3 Februari, malam itu, Jokowi juga memberi<br />
kabar mengejutkan. Ia tidak akan melantik Komisaris<br />
Jenderal Budi Gunawan sebagai Kepala<br />
Kepolisian RI. “Jokowi bilang, ‘Saya tidak akan<br />
melantik BG,’” kata Maarif. Percakapan dengan<br />
sang presiden diceritakan Maarif di hadapan<br />
peserta seminar yang digelar di Universitas<br />
Muhammadiyah Yogyakarta, Rabu pekan lalu.<br />
Cerita Buya—demikian pria berusia 79 tahun<br />
itu disapa—tentu mengejutkan. Sebab, berulang<br />
kali Jokowi mengatakan baru akan memutuskan<br />
soal pelantikan Budi Gunawan setelah<br />
hakim memutuskan gugatan praperadilan yang<br />
diajukan kubu Kepala Lembaga Pendidikan dan<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Sidang praperadilan yang<br />
diajukan Budi Gunawan di<br />
Pengadilan Negeri Jakarta<br />
Selatan, Senin (2/2).<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
Latihan Polri itu terkait penetapan statusnya<br />
sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan<br />
Korupsi.<br />
Sidang praperadilan itu semestinya berjalan<br />
sejak Senin, 2 Februari lalu, di Pengadilan<br />
Negeri Jakarta Selatan. Namun sidang yang<br />
dibuka oleh hakim tunggal Sarpin Rizaldi itu<br />
ditunda hingga Senin pekan ini karena KPK<br />
selaku termohon tidak hadir.<br />
Alasan ketidakhadiran itu, menurut Deputi<br />
Pencegahan KPK Johan Budi, adalah perubahan<br />
materi gugatan dari pemohon yang diajukan<br />
mendadak sehingga KPK belum siap.<br />
Materi gugatan baru diterima KPK pada Kamis<br />
malam, 29 Januari lalu. Setelah dibaca, ternyata<br />
ada tambahan materi sehingga membutuhkan<br />
persiapan lebih lanjut.<br />
“Ketidakhadiran ini sebenarnya normalnormal<br />
saja,” ujar Johan, Senin pekan lalu, di<br />
gedung KPK.<br />
Gugatan praperadilan yang dilayangkan<br />
pihak Budi Gunawan menjadi sangat penting.<br />
Sebab, putusannya akan menentukan kelanjutan<br />
proses hukum yang akan dihadapi mantan<br />
ajudan presiden kelima Indonesia, Megawati<br />
Soekarnoputri, itu. Partai pimpinan Megawati<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Unjuk rasa mendukung<br />
KPK di Makassar, Kamis<br />
(5/2).<br />
Deputi pencegahan KPK<br />
Johan Budi.<br />
YUSRAN UCCANG/ANTARA<br />
RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />
pulalah yang mendukung Budi Gunawan untuk<br />
dilantik sebagai Kepala Polri.<br />
Maarif sebelumnya mengungkapkan bahwa<br />
pengajuan nama Budi Gunawan sebagai calon<br />
Kapolri ke Dewan Perwakilan Rakyat sejatinya<br />
bukan atas inisiatif Presiden Jokowi. Maarif,<br />
yang merupakan Koordinator Tim Independen,<br />
yang dibentuk Jokowi untuk memberi masukan<br />
soal konflik KPK-Polri, juga menyebut Presiden<br />
mendapat tekanan dari partai pengusungnya<br />
terkait polemik calon Kapolri tersebut.<br />
Inilah yang membuat posisi Jokowi menjadi<br />
dilematis. Di satu sisi ia ditekan partai pengusung,<br />
sementara di sisi lain tuntutan publik<br />
yang menolak pelantikan Budi Gunawan semakin<br />
hari kian kencang. “Menunda pelantikan<br />
dengan dalih menunggu sidang praperadilan<br />
adalah cara Jokowi untuk mereduksi tekanan,”<br />
tutur sumber majalah detik di lingkaran Jokowi.<br />
Perhitungannya, kata sumber itu, jika gugatan<br />
praperadilan ditolak hakim, Presiden pu-<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Komjen Budi Waseso (kiri)<br />
dan Komjen Dwi Priyatno<br />
DOK. DETIKCOM<br />
nya cukup alasan untuk<br />
membatalkan pelantikan<br />
Budi. Namun, jika gugatan<br />
praperadilan diterima,<br />
Budi Gunawan tetap tidak<br />
dilantik karena Jokowi<br />
sudah mendapat rekomendasi<br />
dari tim yang<br />
berjumlah sembilan orang<br />
itu, selain adanya tekanan<br />
publik.<br />
Isu pembatalan pelantikan<br />
Komjen Budi semakin<br />
santer setelah Komisi<br />
Kepolisian Nasional pekan<br />
lalu kembali mengusulkan nama calon Kapolri.<br />
Di antara sejumlah nama, Kompolnas kabarnya<br />
sudah mengerucutkan ke satu nama, yakni Budi<br />
Waseso, kini menjabat Kepala Badan Reserse<br />
Kriminal Polri. Kamis pekan lalu, Budi resmi menyandang<br />
pangkat komisaris jenderal (bintang<br />
tiga), sehingga berhak diusulkan sebagai calon<br />
Kepala Polri.<br />
Sumber majalah detik di kalangan internal<br />
PDI Perjuangan tak menampik kuatnya dukungan<br />
terhadap Budi Waseso. Selain Waseso,<br />
nama Komjen Dwi Priyatno, yang kini menjabat<br />
Inspektur Pengawasan Umum Mabes<br />
Polri, juga menguat. Nama Dwi muncul seusai<br />
pertemuan Megawati dengan Jokowi.<br />
“Komjen Dwi cukup acceptable buat banyak<br />
orang,” ucap politikus PDIP yang duduk di DPR<br />
tersebut.<br />
Namun, kata sumber itu, pencalonan Budi<br />
Waseso tak lantas membuat hubungan Jokowi<br />
dengan partai pendukungnya, terutama PDI<br />
Perjuangan, kembali harmonis. Pasalnya, sejumlah<br />
elite partai berlambang banteng itu sudah<br />
menunjukkan ketidaksenangan jika Jokowi<br />
batal melantik Budi Gunawan.<br />
“Apalagi Jokowi kan terima mandat dari<br />
partai untuk maju di pilpres. Sebagai petugas<br />
partai, Jokowi harus patuh pada keputusan<br />
ketua umum,” begitu ujar sang sumber.<br />
Namun peneliti Lingkaran Survei Indonesia,<br />
Rully Akbar, mengatakan, bagaimanapun,<br />
Jokowi harus melepas atribut sebagai petugas<br />
partai. Sebab, saat ini Jokowi menjadi presiden<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Presiden Joko Widodo<br />
saat melakukan inspeksi<br />
pasukan dalam kunjungan<br />
kenegaraan ke Kuala<br />
Lumpur, Malaysia, Kamis<br />
(5/2).<br />
OLIVIA HARRIS /REUTERS<br />
bagi seluruh rakyat Indonesia. Menurut Rully,<br />
Jokowi bakal kehilangan kepercayaan dari rakyat<br />
jika tetap memaksakan diri memilih Budi<br />
sebagai Kapolri.<br />
Pertimbangan Jokowi membentuk Tim Independen,<br />
menurut Rully, sudah tepat. “Melantik<br />
atau tidak Komjen Budi sebagai Kapolri akan<br />
membuktikan apakah benar Jokowi tegas dan<br />
tidak terpengaruh oleh tekanan dari dalam<br />
(partai pengusung),” tuturnya.<br />
Senada dengan Rully, Direktur Eksekutif<br />
Lembaga Survei Indonesia Kuskridho Ambardi<br />
mengatakan Jokowi memang harus merespons<br />
tuntutan dari dua kelompok pendukungnya,<br />
yakni massa atau publik dan elite partai politik<br />
pendukungnya.<br />
“Namun, pada akhirnya, saya kira Jokowi<br />
akan menimbang dukungan populer massa<br />
yang lebih serius,” ucapnya. n<br />
JAFFRY PRABU PRAKOSO | DEDEN G.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
‘DON CORLEONE’<br />
MENOLAK BUI<br />
TERPIDANA KASUS PENCUCIAN UANG AIPTU LABORA<br />
SITORUS DIIMBAU MENYERAHKAN DIRI. OKNUM<br />
YANG TERLIBAT DALAM PEMBEBASAN TERPIDANA 15<br />
TAHUN ITU TERANCAM SANKSI BERAT.<br />
ARI SAPUTRA/DETIKFOTO<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Lahan perbukitan yang<br />
diduga dimiliki oleh<br />
Labora Sitorus di Sorong,<br />
Papua Barat.<br />
DETIKCOM<br />
SEORANG reporter televisi swasta<br />
menjalani “pemeriksaan” saat<br />
akan memasuki rumah Ajun Inspektur<br />
Satu Labora Sitorus, Kamis<br />
pekan lalu. Ia bersama sejumlah wartawan<br />
tengah menjalankan tugas jurnalistik untuk<br />
mewawancarai terpidana kasus penimbunan<br />
bahan bakar minyak dan pencucian uang itu<br />
di rumahnya, Kelurahan Rufei, Distrik Sorong<br />
Barat, Kota Sorong, Papua Barat.<br />
Namun tak mudah “menembus” kediaman<br />
anggota Kepolisian Resor Raja Ampat di<br />
kawasan Tampa Garam itu. Sebab, rumah<br />
bintara polisi pemilik rekening gendut dengan<br />
transaksi sampai Rp 1,5 triliun tersebut dijaga<br />
ketat oleh para pengikut dan karyawannya.<br />
Ada puluhan pria yang selalu berjaga di<br />
rumah Labora, yang sekaligus tempat usaha<br />
pengolahan kayu dengan nama PT Rotua. Para<br />
tetamu, termasuk wartawan, wajib diperiksa.<br />
“Setelah dipastikan aman, baru boleh masuk,”<br />
kata wartawan yang bertugas di wilayah Sorong<br />
itu.<br />
Di dalam rumahnya yang jembar, Labora<br />
mengaku sakit setelah terserang stroke ringan.<br />
Raut wajahnya lesu. Kedua telapak tangannya<br />
dibebat perban. “Dia seperti menderita diabetes<br />
juga,” ujar jurnalis tersebut.<br />
Akhir-akhir ini Labora Sitorus kembali menjadi<br />
sorotan publik. Ia semestinya sudah berada<br />
di balik jeruji besi untuk menjalani hukuman<br />
yang sudah berkekuatan hukum tetap (in<br />
kracht). Mahkamah Agung pada 17 September<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Don Vito Corleone dalam<br />
karakter film yang<br />
diperankan aktor Marlon<br />
Brando, 1972.<br />
GETTY IMAGES<br />
2014 menjatuhkan vonis 15 tahun penjara serta<br />
denda Rp 5 miliar subsider satu tahun penjara<br />
kepada Labora.<br />
Namun ia menolak menjalani hukuman. Alasannya,<br />
ia sudah mengantongi surat keterangan<br />
bebas hukum yang dikeluarkan Lembaga<br />
Pemasyarakatan Sorong pada Agustus 2014.<br />
Meskipun diketahui berada di rumahnya di<br />
Sorong, aparat kejaksaan sulit melakukan<br />
eksekusi. Labora berkukuh sudah bebas<br />
dari hukum hanya berbekal surat itu.<br />
Ia juga mendapat “perlindungan”<br />
dari para pengikutnya,<br />
termasuk warga setempat.<br />
“Banyak yang melindungi<br />
dia,” tutur Menteri Hukum dan Hak<br />
Asasi Manusia Yasonna Laoly saat<br />
ditemui di Jakarta, Rabu, 4 Februari lalu.<br />
Informasi yang diperoleh majalah detik,<br />
Labora bahkan dilindungi para<br />
tetua adat di Raja Ampat. Labora<br />
dianggap bagian<br />
dari keluarga adat<br />
di sana, bermarga<br />
Salambesi. Begitu berpengaruhnya sampaisampai<br />
Menteri Yasonna menyebut Labora<br />
bak tokoh mafia Amerika Serikat masa lalu,<br />
Don Vito Corleone, yang difilmkan dengan<br />
judul The Godfather.<br />
“Kelompok masyarakat ini mengatakan dia<br />
(Labora) (seperti) raja kecil di Papua Barat. Dia<br />
semacam Don Corleone di sana,” ucap Yasonna.<br />
Kasus Labora mencuat setelah Pusat Pelaporan<br />
dan Analisis Transaksi Keuangan mengendus<br />
transaksi jumbo di rekening Labora<br />
lebih dari Rp 1 triliun. Angka fantastis itu dianggap<br />
tak sesuai dengan profilnya sebagai<br />
bintara polisi. Kasus itu pun berlanjut, dan<br />
Labora ditetapkan sebagai tersangka kasus<br />
penimbunan BBM lewat perusahaannya, PT<br />
Seno Adi Wijaya, serta penyelundupan kayu<br />
dengan perusahaan PT Rotua.<br />
Namun, pada pertengahan Februari 2014,<br />
Labora lolos dari dakwaan kasus pencucian<br />
uang dalam sidang di Pengadilan Negeri Sorong.<br />
Ia hanya dijerat dengan Undang-Undang<br />
Minyak dan Gas serta UU Kehutanan karena<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Persidangan Labora Sitorus<br />
di Pengadilan Negeri<br />
Sorong.<br />
DETIKCOM<br />
menimbun BBM dan melakukan pembalakan<br />
liar. Ia pun “cuma” divonis 2 tahun penjara dan<br />
denda Rp 50 juta subsider 6 bulan bui oleh<br />
majelis hakim yang diketuai Martinus Bala.<br />
Jaksa lalu meminta banding ke Pengadilan<br />
Tinggi Papua, yang lalu hukumannya diperberat<br />
menjadi 8 tahun penjara. Jaksa kembali<br />
mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung.<br />
Hasilnya, majelis kasasi yang dipimpin Artidjo<br />
Alkostar menjatuhkan vonis 15 tahun penjara<br />
dan denda Rp 5 miliar subsider satu tahun<br />
penjara.<br />
Nah, masalah mencuat saat kejaksaan akan<br />
mengeksekusi vonis Labora pada Oktober<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Aiptu Labora Sitorus saat<br />
ditemui wartawan di<br />
rumahnya di Sorong, Kamis<br />
(5/2)<br />
ISTIMEWA<br />
2014. Saat eksekusi akan dibacakan, terpidana<br />
ternyata sudah tidak berada di Lapas Sorong.<br />
Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan<br />
Agung, Tony Spontana, mengatakan pihaknya<br />
tidak tahu-menahu soal surat bebas hukum<br />
yang dikeluarkan lapas. Kejaksaan juga tidak<br />
pernah merekomendasikan soal itu.<br />
Karena menjadi “urusan” Kementerian Hukum,<br />
kejaksaan hanya bersikap menunggu<br />
hasil investigasi tim Kementerian terhadap<br />
keluarnya surat bebas bagi Labora tersebut.<br />
“Kejaksaan hanya sebagai eksekutor,” kata<br />
Tony.<br />
Untuk melakukan eksekusi putusan MA, kejaksaan<br />
dan kepolisian akan melakukan upaya<br />
persuasif. Hal itu disepakati dalam pertemuan<br />
antara kejaksaan, Kementerian Hukum, dan<br />
Kepolisian Daerah Papua Barat. Labora juga<br />
dicegah untuk bepergian keluar, termasuk<br />
melalui operasi intelijen. “Kami ingin yang<br />
bersangkutan menyerahkan diri,” ujar Tony.<br />
Menteri Yasonna memberi tenggat dua pekan<br />
kepada jaksa dan polisi untuk melakukan<br />
upaya persuasif. Ia juga telah menugasi Direktur<br />
Jenderal Pemasyarakatan Kementerian<br />
Hukum Muhammad Sueb ke Sorong untuk<br />
berkoordinasi dengan Kejaksaan Tinggi Papua<br />
Barat dan Polda Papua Barat.<br />
Adapun soal surat keterangan bebas hukum<br />
yang diterbitkan Lapas Sorong, Yasonna<br />
menyebut surat itu tidak sah dan menyalahi<br />
ketentuan perundang-undangan. Apalagi<br />
sudah keluar putusan MA yang berkekuatan<br />
hukum tetap.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Menteri Hukum dan Hak<br />
Asasi Manusia Yasonna Laoly<br />
dalam rapat kerja dengan<br />
Komisi III DPR.<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
Surat pembebasan Labora juga dianggap<br />
janggal lantaran tak mencantumkan nomor<br />
surat, dan cuma diteken seorang Pelaksana<br />
Harian Kepala Lapas Sorong. Surat tembusan<br />
juga tak dikirimkan kepada Kepala Kantor<br />
Wilayah Kementerian Hukum di Sorong.<br />
Apalagi Labora sudah keluar dari penjara<br />
jauh hari sebelum surat itu keluar pada Agustus<br />
2014. Ia izin keluar dari penjara dengan<br />
alasan berobat pada Maret-April tahun lalu.<br />
Namun ia tak pernah kembali ke lapas.<br />
“(Maka) diaturlah surat keterangan bebas<br />
itu,” tutur menteri dari Partai Demokrasi Indonesia<br />
Perjuangan tersebut.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
Ilustrasi pembalakan liar<br />
DETIKCOM<br />
Tim inspektorat Kementerian Hukum kini tengah<br />
menyelidiki soal surat tersebut. Yasonna<br />
berjanji akan menjatuhkan sanksi kepada oknum<br />
yang terlibat dalam pembebasan Labora. “Itu<br />
(akan dikenai) sanksi berat,” ucapnya.<br />
Kepala Polda Papua Barat Brigadir Jenderal<br />
Paulus Waterpauw mengakui Labora masih<br />
berpedoman pada surat bebas hukum yang dipegangnya.<br />
Hal itu menjadi penghalang utama<br />
aparat dalam melakukan eksekusi vonis. Paulus<br />
telah meminta Dirjen Pemasyarakatan memastikan<br />
keabsahan pembebasan Labora. Lalu,<br />
mengeluarkan surat yang menyatakan sah atau<br />
tidaknya surat bebas hukum tersebut.<br />
“Tapi sampai saat ini (surat) itu belum ada,”<br />
kata Paulus saat dihubungi secara terpisah, Jumat,<br />
6 Februari lalu.<br />
Paulus membenarkan pihaknya mengedepankan<br />
tindakan persuasif dalam membantu kejaksaan<br />
melakukan eksekusi. Ia sudah menugasi<br />
sebuah tim untuk melakukan negosiasi de ngan<br />
pihak Labora. “Ja ngan sampai ada kekerasan,<br />
itu harus dihindari,” kata perwira tinggi bintang<br />
satu tersebut. n M. RIZAL, JAFFRY PRABU P. | DIM<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
KALAPAS DAN JAKSA<br />
PUN KUNJUNGI LABORA<br />
TERPIDANA kasus penimbunan<br />
bahan bakar minyak, pembalakan<br />
liar, dan pencucian uang,<br />
Ajun Inspektur Satu Labora Sitorus,<br />
menolak eksekusi hukuman penjara<br />
yang akan dilakukan kejaksaan. Padahal<br />
Mahkamah Agung menghukumnya<br />
dengan pidana penjara 15 tahun dan<br />
denda Rp 5 miliar.<br />
Bintara polisi pemilik rekening gendut<br />
ini berkukuh tak bersalah seperti<br />
yang dituduhkan. Ia juga menolak<br />
masuk daftar pencarian orang (DPO)<br />
karena selama ini ia tinggal di rumah<br />
saja. Labora juga menjalani terapi kesembuhan<br />
untuk penyakit stroke yang<br />
dideritanya.<br />
Mengapa ia begitu yakin sudah bebas<br />
dari hukum Dan bagaimana ia bisa lolos<br />
dari penjara sejak Maret tahun lalu<br />
Berikut ini penuturan Fredy Fakdawer,<br />
pria yang selama ini mendampingi Labora<br />
di Sorong dan bertindak sebagai<br />
juru bicaranya. Wawancara dilakukan<br />
via telepon, Jumat, 6 Februari lalu.<br />
Sebagian pertanyaan majalah detik<br />
dijawabnya dengan nada tinggi dan<br />
penuh penekanan.<br />
Pak Labora sakit apa<br />
Pak Labora stroke ringan, (dampaknya)<br />
pada tangan. Intinya (ada) komplikasi,<br />
gula tinggi, rematik, juga pada<br />
lutut sebelah kiri. Penyakit lainnya kan<br />
sudah lama (diderita), cuma<br />
terus berobat karena sakit<br />
lagi. Kalau stroke-nya sudah<br />
5-8 bulan ini.<br />
Jadi dengan alasan<br />
sakit itu dia belum<br />
mau kembali ke<br />
lapas<br />
Begini, saya<br />
jelaskan supaya<br />
jangan salah.<br />
Ini kan beliau<br />
sakit, minta<br />
izin dari lapas<br />
untuk berobat<br />
ke RS Angkatan<br />
Laut. Di ru-<br />
DETIKNEWS<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
NASIONAL<br />
mah sakit, stroke-nya ini harus diterapi<br />
di air laut. Makanya RS Angkatan Laut<br />
kasih izin (Labora) untuk keluar karena<br />
rumahnya dekat laut, dekat pantai. Jadi<br />
dia di rumah tadi pagi berenang, sore<br />
dia juga berenang di air laut, selama<br />
20 menit. Karena itu, dia selama ini<br />
tinggal di rumah.<br />
Dari lapas, terutama Kalapas<br />
(Sorong), hampir setiap hari datang<br />
berkunjung melihat kondisi beliau (Labora).<br />
Kemudian dari kejaksaan juga<br />
sering datang, berkunjung, bersilaturahmi,<br />
melihat kondisi Pak Labora di<br />
rumah.<br />
Makanya, kalau ada statement<br />
bahwa dia DPO, itu berdasarkan apa<br />
(Labora) Tidak ke mana-mana, dia<br />
cuma di rumah, mereka datang sendiri<br />
lihat (Labora) di rumah kok DPO Ini<br />
pembohongan publik!<br />
Soal putusan MA<br />
Putusan pengadilan (Pengadilan<br />
Negeri) di Sorong kan (dihukum<br />
penjara) 2 tahun. Tapi jaksa tidak<br />
terima, dan banding ke pengadilan<br />
tinggi kemudian (dihukum) 8 tahun.<br />
Lalu jaksa tidak puas lagi dan kasasi<br />
lagi ke Mahkamah Agung. Jadi, kalau<br />
putusan 2 tahun dari pengadilan itu<br />
belum in kracht, (tahanan) kan masih<br />
titipan di lapas.<br />
Karena perpanjangan masa tahanan<br />
itu belum turun lagi, makanya lapas<br />
mengeluarkan surat bebas hukum. Itu<br />
kan diatur dalam Pasal 29 KUHAP. Jadi,<br />
kalau misalnya narapidana ditahan<br />
dalam masa penahanannya sudah<br />
lewat, belum ada perpanjangan masa<br />
tahanan, ya bebas dari hukum. Itu<br />
haknya, dari lapas juga mengatakan<br />
itu. Jadi beliau itu keluar (dari penjara)<br />
berdasarkan itu, surat bebas hukum<br />
untuk berobat. Dia ini kan di rumah,<br />
tidak lari, tidak ke mana-mana sampai<br />
sekarang.<br />
Dia sakit sejak dipenjara<br />
Iya, iya, (dia) stroke, ditambah stres<br />
karena (merasa) tidak punya kesalahan.<br />
Jadi, kalau dipaksakan, kan salah<br />
namanya.<br />
Apa dampak dari stroke itu<br />
Dia punya saraf di tangan kanan,<br />
jari-jarinya tangan kiri dan kanan tidak<br />
bisa digerakkan. Kalau bergerak sakit<br />
sekali. Apalagi kalau kena dingin. Yang<br />
di lutut sebelah kiri rematik, apalagi<br />
dia ditambah gula tinggi.<br />
Apa kegiatan Pak Labora seharihari<br />
Ya, di rumah saja. Berobat sambil<br />
te rapi setiap hari. Pagi jam 09.00 dan<br />
sore jam 16.00 itu 20 menit harus (terapi)<br />
di air laut.<br />
Dia masih polisi aktif atau sudah<br />
diberhentikan<br />
Dia masih berdinas, belum dipecat!<br />
Dia masih (anggota) polisi. n<br />
ADITYA MARDIASTUTI | DIM<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 9 2 - 15 - 8 FEBRUARI 2015
KRIMINAL<br />
DENDAM DI BALIK<br />
PENEMBAKAN<br />
DIDUGA TERLIBAT DALAM<br />
KASUS PENEMBAKAN AKTIVIS<br />
ANTIKORUPSI, “ORANG DEKAT”<br />
KETUA DPRD BANGKALAN FUAD<br />
AMIN IMRON DITANGKAP.<br />
BARU BERSTATUS TERSANGKA<br />
PENCABULAN.<br />
MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA FOTO<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
KRIMINAL<br />
Korban Mathur Husairi<br />
dijenguk oleh anggota Dewan<br />
Pertimbangan Presiden,<br />
Hasyim Muzadi, beberapa<br />
waktu lalu.<br />
ROIS JAJELI/DETIKCOM<br />
KERJA “Tim Cobra” Kepolisian Daerah<br />
Jawa Timur rupanya tak sia-sia.<br />
Penyelidikan tim ini dalam kasus<br />
penembakan aktivis antikorupsi asal<br />
Bangkalan, Madura, Mathur Husairi, membuahkan<br />
hasil dengan ditangkapnya orang dekat<br />
mantan Bupati Bangkalan Fuad Amin Imron,<br />
Aldi Alfarisi alias Kasmo.<br />
Mathur, 47 tahun, ditembak orang tak dikenal<br />
pada Selasa dini hari, 20 Januari lalu. Ia ditembak<br />
di depan rumahnya, Jalan Teuku Umar III,<br />
Kelurahan Kemayoran, Bangkalan, ketika pulang<br />
dari Surabaya dengan mengendarai mobil.<br />
Ia ditembak saat akan membuka pintu pagar<br />
oleh dua pelaku yang berboncengan sepeda<br />
motor. Meski mengalami luka tembak di bagian<br />
pinggang, Mathur selamat, dan menjalani perawatan<br />
di Rumah Sakit dr Soetomo, Surabaya.<br />
Mathur adalah Direktur Center for Islam<br />
Democracy sekaligus Sekretaris Jenderal Corruption<br />
Watch Bangkalan. Penembakan tersebut<br />
diduga kuat berkaitan dengan aktivitas<br />
dan upaya Mathur membeberkan bukti serta<br />
kesiapannya menjadi saksi kasus korupsi Fuad<br />
Amin Imron, yang kini ditahan Komisi Pemberantasan<br />
Korupsi.<br />
Fuad, yang juga Ketua Dewan Perwakilan<br />
Rakyat Daerah Bangkalan, ditangkap karena<br />
diduga menerima suap dari Direktur PT Media<br />
Karya Sentosa, Antonius Bambang Djatmiko.<br />
Suap diduga berkaitan dengan jual-beli gas di<br />
Blok Madura Barat, yang dikendalikan PT Pertamina<br />
Hulu Energi West Madura Offshore,<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
KRIMINAL<br />
Fuad Amin Imron mengenakan<br />
rompi tahanan KPK.<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
anak perusahaan Pertamina.<br />
Namun saat itu kuasa hukum Fuad Amin,<br />
Bakhtiar Pradinata, menolak kliennya dikaitkan<br />
dengan kasus penembakan Mathur. Meski begitu,<br />
keterangan yang digali dari tempat kejadian<br />
dan pemeriksaan sejumlah saksi merujuk ke<br />
sejumlah orang, salah satunya Aldi Alfarisi, 42<br />
tahun.<br />
Tim Cobra di bawah Subdirektorat Kejahatan<br />
dengan Kekerasan Direktorat Reserse Kriminal<br />
Umum Polda Jawa Timur itu pun memantau<br />
gerak-gerik Aldi. Termasuk saat politikus Partai<br />
Gerindra itu menginap di kamar nomor 605<br />
Hotel Oval, Jalan Diponegoro, Surabaya, sejak<br />
Ahad, 1 Februari lalu. Ia datang bersama sopirnya,<br />
S alias R, 27 tahun, yang menginap di<br />
kamar 612.<br />
Dan... gotcha! Saat Tim Cobra akan menggeledah<br />
kamar 605, Aldi didapati tengah bersama<br />
LCD, 16 tahun. Gadis yang masih di bawah umur<br />
itu diduga dicabuli oleh Ketua Komisi A, yang<br />
membidangi hukum, tersebut. Dari pengusutan,<br />
diketahui bahwa LCD adalah anak mantan<br />
istri pertama Aldi alias Kasmo.<br />
Menurut informasi yang diperoleh majalah<br />
detik dari kepolisian, LCD berhubungan dekat<br />
dengan Kasmo. Gadis itu kerap curhat kepada<br />
mantan suami ibunya tersebut di saat menghadapi<br />
masalah. Sebelum ke Hotel Oval, Kasmo<br />
menjemput LCD di halaman Delta Plaza,<br />
Surabaya. Diduga, gadis tersebut sedang ada<br />
masalah keluarga.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
KRIMINAL<br />
Kepala Bidang Humas Polda<br />
Jawa Timur Kombes Awi<br />
Setiyono menunjukkan barang<br />
bukti senjata api yang diduga<br />
digunakan untuk menembak<br />
Mathur Husairi, Kamis (5/2).<br />
ROIS JAJELI/DETIKCOM<br />
Kasmo pun ditetapkan sebagai tersangka.<br />
Ia dijerat pasal pencabulan anak di bawah<br />
umur di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun<br />
2014 tentang Perlindungan Anak. Ia juga<br />
diduga memalsukan identitas karena memiliki<br />
dua kartu tanda penduduk berbeda, yakni<br />
atas nama Kasmo yang beralamatkan di Dusun<br />
Trebung Barat, Desa Pekadan, Kecamatan<br />
Galis, Bangkalan, dan satu lagi bernama Aldi<br />
Alfarisi, yang dipakainya saat menyewa kamar<br />
hotel.<br />
“Tersangka dikenai pelanggaran Undang-<br />
Undang Perlindungan Anak dan pemalsuan<br />
dokumen negara,” kata Kepala Bidang Humas<br />
Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar<br />
Awi Setiyono, Selasa, 3 Februari lalu.<br />
Sedangkan untuk kasus penembakan Mathur,<br />
polisi masih mendalaminya. Status Kasmo<br />
dalam kasus ini masih sebatas saksi. “Tapi, untuk<br />
kasus pencabulannya, (Kasmo) sudah kami<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
KRIMINAL<br />
Sebuah rumah milik Ketua<br />
DPRD Bangkalan Fuad Amin<br />
Imron yang disita Komisi<br />
Pemberantasan Korupsi di<br />
Jalan Kertajaya Indah Blok G<br />
Nomor 110, Surabaya.<br />
M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO<br />
tetapkan sebagai tersangka,” ujar Awi.<br />
Kendati begitu, polisi menduga kuat Kasmo<br />
terlibat dalam kasus penembakan Ma thur,<br />
karena sudah lama ia menjadi orang dekat<br />
Fuad Amin. “Dia itu ‘orang'-nya Ketua DPRD<br />
Bangkalan yang ditangkap KPK,” tutur Kepala<br />
Subdirektorat Kejahatan dengan Kekerasan<br />
Polda Jawa Timur Ajun Komisaris Besar Hanny<br />
Hidayat.<br />
Sedangkan R, yang juga sempat ditangkap<br />
di Hotel Oval, diduga berperan sebagai “penggambar”<br />
situasi rumah Mathur Husairi. Setelah<br />
mencokok warga Desa Kajian, Kecamatan Blega,<br />
Bangkalan, itu, polisi menangkap M dan S,<br />
yang diduga sebagai “eksekutor”.<br />
“Motif (penembakan)-nya dendam, sebab<br />
korban (Mathur) melaporkan Ketua DPRD<br />
Bangkalan ke KPK,” ucap Hanny.<br />
Dari pengembangan penyidikan, pada Rabu<br />
pekan lalu polisi berhasil menemukan barang<br />
bukti senjata api rakitan di rumah M di Bangkalan,<br />
yang digunakan untuk menembak Mathur.<br />
Senjata rakitan itu mirip pistol revolver,<br />
tapi pelurunya berkaliber 9 milimeter, bukan<br />
38 milimeter. Saat ditemukan, di dalam pistol<br />
masih tersisa dua peluru.<br />
Barang bukti senjata api berikut amunisinya<br />
itu sudah dikirim ke Laboratorium Forensik<br />
Markas Besar Kepolisian RI cabang Surabaya<br />
untuk diuji apakah rakitan atau bukan. Namun,<br />
dari uji balistik, peluru 9 milimeter yang<br />
ditemukan itu identik dengan yang ditemu-<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
KRIMINAL<br />
Hasyim Muzadi (kanan)<br />
berbincang dengan<br />
Mutmainah, istri Mathur<br />
Husairi, di RS dr Soetomo,<br />
Surabaya, Rabu (21/1).<br />
M RISYAL HIDAYAT/ANTARAFOTO<br />
kan di tubuh Mathur setelah tertembak tiga<br />
pekan lalu.<br />
M saat ini ditahan dan bakal dijerat dengan<br />
Pasal 1 Undang-Undang Darurat Nomor 12<br />
Tahun 1951. Namun, hingga Kamis pekan lalu,<br />
statusnya belum dijadikan tersangka. Termasuk<br />
R dan S, yang saat ini sudah dibebaskan<br />
dengan wajib lapor dan masih berstatus sebagai<br />
saksi.<br />
Menurut Awi Setiyono, polisi masih melakukan<br />
rekonstruksi hukum terhadap orangorang<br />
yang ditangkap tersebut. “Tidak mudah<br />
merekonstruksi hukum. Siapa berbuat apa,<br />
harus betul-betul, biar tidak dianggap rekayasa<br />
kasus,” begitu kata Awi.<br />
Sementara itu, Sukur, paman Mathur Husairi,<br />
mengatakan selama ini Kasmo memang dikenal<br />
sebagai orang dekat dan loyalis Fuad Amin<br />
Imron sejak Kasmo menjabat Kepala Desa<br />
Pekadan, Kecamatan Galis, Bangkalan, hingga<br />
menjadi Ketua Komisi A di DPRD. Karena itu,<br />
keluarga menyambut gembira pengungkapan<br />
kasus penembakan tersebut.<br />
Mereka juga berharap polisi mengungkap<br />
kasus-kasus kekerasan yang dialami aktivis<br />
antikorupsi lainnya di Bangkalan. “Semoga,<br />
dengan tertangkapnya Kasmo, kasus pembacokan<br />
terhadap aktivis antikorupsi lain juga terungkap,”<br />
ujar Sukur, yang juga Ketua Madura<br />
Corruption Watch. ■ ROIS JAJELI (SURABAYA) | M. RIZAL<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
CRIME STORY<br />
BAGIAN 1<br />
BEGAL BERULAH<br />
BIKIN RESAH<br />
AKSI PEMBEGALAN MARAK DI DEPOK, PENGENDARA SEPEDA MOTOR<br />
WASWAS. EMPAT ORANG DITANGKAP, DAN SATU PELAKU DITEMBAK<br />
MATI. DARI KOMPLOTAN YANG BERBEDA.<br />
ILUSTRASI: EDI WAHYONO<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
CRIME STORY<br />
Saya pikir mereka bercanda.<br />
Enggak lama, ada teriakan minta<br />
tolong.<br />
BULE—bukan nama sebenarnya―<br />
ingat betul kejadian pembegalan<br />
seorang pengendara sepeda motor<br />
di Depok, Jawa Barat, pada Minggu<br />
dini hari, 25 Januari lalu. Saat itu pukul 02.40<br />
WIB. Pemuda itu baru pulang dari luar kota,<br />
dan memarkir mobil di rumahnya ketika mendengar<br />
teriakan orang meminta tolong dari Jalan<br />
Margonda, dekat kampus Universitas Bina<br />
Sarana Informatika.<br />
Di tengah kegelapan malam, Bule melihat seorang<br />
pria yang terjatuh di aspal sedang dibacok<br />
tanpa ampun oleh<br />
salah satu dari empat<br />
pelaku. “Saya lihat 2-3<br />
kali pelaku membacok<br />
korban,” kata Bule saat<br />
ditemui majalah detik<br />
di rumahnya, Senin pekan lalu.<br />
Sebelumnya, Bule sekilas melihat tiga sepeda<br />
motor berjalan beriringan. Dua sepeda motor,<br />
masing-masing ditumpangi dua orang, mengapit<br />
sebuah motor yang dikendarai seorang<br />
pria. Beberapa orang di antaranya terlihat<br />
mengayun-ayunkan helmnya.<br />
Belakangan, Bule menyadari pengendara<br />
sepeda motor yang diapit dua motor lain itu<br />
ternyata sedang dirampok. Pelaku berusaha<br />
menghentikan sepeda motor korban dengan<br />
cara memukulkan helmnya, tapi korban melawan.<br />
“Saya pikir mereka bercanda. Enggak<br />
lama, ada teriakan minta tolong,” ujarnya.<br />
Tiga pelaku tetap di atas sepeda motor, dan<br />
seorang yang mengenakan masker warna gelap<br />
turun membacok korban. Helm si pembacok<br />
terlepas, sehingga Bule melihat jelas perawakan<br />
pelaku yang masih berusia muda. Rambut<br />
belakangnya agak tebal dan berombak.<br />
Bule pun berlari ke arah korban. Namun ia<br />
tak berani mendekat karena pelaku menenteng<br />
parang sepanjang kira-kira 80 sentimeter, dan<br />
mungkin saja membawa senjata api. Pada saat<br />
bersamaan, sebuah mobil melintas. Saat itu pelaku<br />
panik karena pengendara mobil tersebut<br />
melambatkan kendaraannya, lalu mengedipngedipkan<br />
lampu dim ke arah pelaku.<br />
Mereka berusaha kabur, tapi entah mengapa<br />
mesin salah satu sepeda motor pelaku tak me-<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
CRIME STORY<br />
nyala ketika distarter. Pelaku akhirnya meninggalkan<br />
kendaraan itu dan menggondol sepeda<br />
motor korban. Setelah pelaku kabur, Bule baru<br />
berani menghampiri korban yang bersimbah<br />
darah.<br />
Korban lalu dilarikan ke Rumah Sakit Bunda,<br />
Depok. Sayang, baru 15 menit ditangani, ia<br />
mengembuskan napas terakhir. Nyawanya<br />
tak tertolong. Luka bacokan di punggung dan<br />
pinggangnya sangat parah. “Dokter bilang<br />
paru-parunya pecah dan terjadi perdarahan,”<br />
tutur Bule, yang ikut mengantar korban.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
CRIME STORY<br />
Dua dari tiga tersangka yang<br />
ditangkap diketahui baru berusia 18<br />
tahun dan berstatus pelajar sekolah<br />
menengah kejuruan.<br />
Belakangan, korban diketahui bernama Abdul<br />
Rahman, warga Bogor, Jawa Barat. Dari keluarganya,<br />
diketahui Abdul bekerja di Jalan Wahid<br />
Hasyim, Jakarta Pusat.<br />
Kasus pembegalan di dekat jalan layang<br />
Universitas Indonesia itu bukan yang pertama<br />
di Depok pada awal 2015 ini. Dua pekan sebelumnya,<br />
pembegalan terjadi di Jalan Juanda, tak<br />
jauh dari proyek tol Cinere-Jagorawi (Cijago).<br />
Kejadiannya juga dini hari. Korban, Bambang<br />
Syarif Hidayatullah,<br />
23 tahun,<br />
tewas dibacok<br />
komplotan pelaku.<br />
Kejadian berulang<br />
tepat sepekan<br />
setelah kejadian di dekat jalan layang UI.<br />
Minggu, 1 Februari 2015, sekitar pukul 03.30<br />
WIB, sepasang muda-mudi yang sedang nongkrong<br />
di Jalan Boulevard Perumahan Grand<br />
Depok City, Cilodong, Kota Depok, ditodong<br />
komplotan berjumlah lima orang. Mereka<br />
memaksa korban menyerahkan sepeda motor<br />
Honda CBR miliknya.<br />
Beruntung, korban tak dilukai. Sebab, setelah<br />
pelaku ber upaya merampas sepeda motor<br />
sembari mengacungkan senjata tajam, korban,<br />
S, warga Sukmajaya, Depok, berteriak meminta<br />
tolong. Satu tim polisi yang memang sudah<br />
mengintai komplotan itu langsung bergerak.<br />
Dua pelaku, D dan IS, berhasil dibekuk. Sedangkan<br />
tiga lainnya lolos. Saat akan disergap,<br />
D melawan menggunakan sangkur. Namun ia<br />
menyerah setelah petugas memberi tembakan<br />
peringatan. Minggu paginya, sekitar pukul<br />
07.00 WIB, satu pelaku lain, ADP, dicokok di<br />
rumahnya, Jalan Merawan Raya, Depok II Timur.<br />
Komplotan ini digulung setelah tim Buru<br />
Sergap Kepolisian Sektor Sukmajaya, yang sedang<br />
berpatroli di kawasan Grand Depok City,<br />
mencurigai gerak-gerik mereka. Pelaku yang<br />
menunggang tiga sepeda motor itu berkeliling<br />
seperti mencari “mangsa”. Benar saja, saat<br />
dikuntit, para pelaku menghampiri korban dan<br />
merampas sepeda motornya.<br />
Dua dari tiga tersangka yang ditangkap diketahui<br />
baru berusia 18 tahun dan berstatus pe-<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
CRIME STORY<br />
lajar sekolah menengah kejuruan. Dari tangan<br />
mereka, disita tiga unit sepeda motor yang<br />
diduga hasil rampasan. Sepeda motor tersebut<br />
satu unit Honda CBR berwarna putih serta<br />
Yamaha Mio dan Yamaha Xeon berkelir merah<br />
dan hitam. Sejumlah senjata tajam, antara lain<br />
sebilah sangkur dan satu buah kapak, turut<br />
menjadi barang bukti.<br />
“Kami masih kembangkan soal dua Yamaha<br />
itu. Milik pelaku atau korban lainnya,” ucap<br />
Kepala Kepolisian Resor Kota Depok Komisaris<br />
Besar Ahmad Subarkah, Ahad pekan lalu.<br />
Para tersangka yang masih belia itu dijerat<br />
Pasal 365 dan 368 Kitab Undang-Undang Hukum<br />
Pidana tentang pencurian dengan kekerasan<br />
serta pemerasan. Ancamannya 9 hingga 12<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
CRIME STORY<br />
tahun penjara. Sementara ini, mereka ditahan<br />
di Markas Polsek Sukmajaya.<br />
Selain di Grand Depok City, ternyata para<br />
pelaku beraksi di tiga lokasi lain. Lokasi itu adalah<br />
di Jalan Raya Krukut, Kecamatan Limo; Jalan<br />
Margonda Beji; dan Jalan Raya Siak, Depok<br />
Timur. Perampasan di Krukut dilakukan pelaku<br />
sehari sebelum ditangkap. Korbannya bernama<br />
Kartumi.<br />
Penangkapan itu hanya berselang beberapa<br />
hari setelah polisi<br />
menggerebek<br />
tempat persembunyian<br />
komplotan<br />
begal di Sukamaju,<br />
Cilodong, Depok,<br />
pada Selasa dini<br />
hari, 27 Januari<br />
lalu. Penggerebekan dilakukan Polresta Depok<br />
bersama aparat Polresta Tangerang, karena<br />
kelompok ini juga menjadi buruan polisi di<br />
wilayah hukum Tangerang.<br />
Satu orang ditangkap dan satu tersangka<br />
ditembak mati karena melawan. Sedangkan<br />
Memakai motor lawas yang bukan<br />
“incaran” dan berusaha mengendarai<br />
motornya beriringan dengan<br />
pengendara lain saat pulang, meski<br />
kita tidak saling kenal.<br />
beberapa pelaku diduga kabur saat tahu digerebek<br />
polisi. Komplotan inilah yang diduga<br />
membegal Abdul Rahman di dekat jalan layang<br />
UI.<br />
“Salah satu sepeda motor yang ada pada pelaku<br />
mirip de ngan motor korban di flyover UI,”<br />
kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta<br />
Depok Komisaris Agus Salim.<br />
Adapun Kepala Humas Polresta Depok Inspektur<br />
Dua Bagus Suwandi menjelaskan komplotan<br />
yang digerebek di Sukamaju itu berasal<br />
dari Lampung, atau dikenal dengan sebutan<br />
“Kelompok Lampung”. Mereka berbeda komplotan<br />
dengan yang ditangkap di Grand Depok<br />
City.<br />
Maraknya pembegalan jelas membikin resah<br />
warga Depok. Banyak pengendara sepeda motor<br />
waswas saat keluar pada malam hari. Erwin<br />
salah satunya. Apalagi karyawan event organizer<br />
di kawasan Jakarta Selatan ini kerap pulang<br />
kerja hingga larut malam. Bukan hanya sepeda<br />
motor yang ia khawatirkan menjadi incaran<br />
pembegal. “Kalau pulang kantor kan bawa tas<br />
isi laptop juga,” ujar warga Jalan Juanda ini.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
CRIME STORY<br />
TAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR<br />
Suteja, warga Cipayung Jaya, Depok, punya<br />
trik tersendiri agar tak menjadi korban<br />
pembegalan. Ia memilih memakai motor<br />
lawas yang bukan “incaran”. Pekerja kreatif<br />
yang sering bekerja hingga dini hari ini juga<br />
berusaha mengendarai motornya beriringan<br />
dengan pengendara lain saat pulang. “Meski<br />
kita tidak saling kenal,” tutur pria berambut<br />
gondrong ini. Setidaknya, itu membuat penjahat<br />
berpikir dua kali untuk beraksi. (bersambung)<br />
■<br />
ADITYA MARDIASTUTI, HENDRIK I. RASEUKIY | M. RIZAL<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
JAWARA<br />
SAMPAH<br />
DARI<br />
LANGIT<br />
“GUA BERJUANG UNTUK KAMPUNG GUA,<br />
BUAT JAKARTA.... ENGGAK ADA MOTIVASI<br />
APA-APA.”<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
Tap untuk melihat<br />
Video<br />
SIAPA yang menyangka, Jakarta yang<br />
begitu padat gedung dan bangunan<br />
ternyata masih punya “surga hijau”.<br />
Terselip di balik belantara beton di<br />
pojok Jakarta, ada hutan kota Pesanggrahan<br />
Sangga Buana.<br />
Di hutan seluas 120 hektare itu, ada segala<br />
macam pohon buah-buahan. Pada Selasa pekan<br />
lalu, ada belasan anak berlari riang di antara<br />
rimbunnya pohon, mengejar angsa dan kelinci,<br />
menyusuri jalan setapak menuju Kali Pesanggrahan.<br />
“Lihat, banyak sekali buah nangkanya,”<br />
ujar seorang anak berteriak kepada temannya<br />
seraya menunjuk buah nangka yang bergelantungan.<br />
Rosita, 52 tahun, sengaja datang bersama<br />
suaminya dari Bogor karena penasaran ingin<br />
melihat hutan Sangga Buana. Dia tak habis pikir<br />
di hutan di Jakarta ini masih ada pohon berumur<br />
ratusan tahun yang bisa lolos dari tangantangan<br />
usil. “Yang membuat hutan ini pastilah<br />
bukan orang biasa dan ‘gila’,” ujar Bambang, 62<br />
tahun, suami Rosita.<br />
Ya, orang yang nekat membuat hutan seluas<br />
itu di Jakarta barangkali memang hanya orang<br />
yang benar-benar “gila”. “Orang gila” itu bernama<br />
Chairudin, 62 tahun, biasa disapa Bang Idin.<br />
“Saya ini hanya orang gila yang SD saja tidak<br />
lulus,” ujar Bang Idin pekan lalu.<br />
Sehari-hari Bang Idin punya “seragam kebesaran”:<br />
peci merah marun, tas butut dari bekas<br />
karung tepung terigu, celana batik komprang,<br />
kaus hitam, sandal jepit, dan parang menggantung<br />
di pinggang. Suaranya lantang, tak ada<br />
yang namanya basa-basi. Gayanya persis si<br />
Pitung, pendekar kondang dari Betawi. Semen-<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
tara musuh si Pitung adalah penjajah Belanda,<br />
musuh Bang Idin adalah sampah.<br />
Sekitar 25 tahun lalu, hutan Sangga Buana<br />
masih berupa gunung sampah. Selama<br />
bertahun-tahun, sampah dari daerah Velbak,<br />
Kebayoran, dan sekitarnya selalu dibuang oleh<br />
pemerintah daerah ke tempat itu. Lama-lama<br />
sampah itu semakin menggunung, berbau busuk,<br />
dan meluber hingga ke Kali Pesanggrahan.<br />
Bang Idin, yang tinggal tak jauh dari gunung<br />
sampah itu, kesal bukan main.<br />
Sungai adalah dunia Bang Idin kecil dan teman-temannya.<br />
Mereka biasa mandi, memancing,<br />
dan bermain di sungai. Tetangganya biasa<br />
memanfaatkan air sungai untuk mencuci dan<br />
sebagainya. Gara-gara sampah, hilanglah dunia<br />
Bang Idin. Air sungai menjadi keruh, berbau<br />
busuk, dan penuh sampah. Tak ada lagi yang<br />
mau bermain, apalagi mandi dan mencuci di<br />
Kali Pesanggrahan.<br />
Bersama 17 temannya, dia menghadang dan<br />
menghalau pergi barisan truk yang berniat menimbun<br />
sampah di Pesanggrahan. Setelah truk<br />
sampah tak lagi datang, masih ada sisa sampah<br />
yang menggunung. Bersama temannya, dia<br />
memilah, menyingkirkan sampah, dan menanami<br />
lahan itu dengan aneka pohon.<br />
Selesai perkara Sama sekali belum. Setelah<br />
mengubah bukit sampah menjadi tempat hijau<br />
dan rindang, Bang Idin masih sering melihat<br />
tumpukan sampah hanyut di Kali Pesanggrahan.<br />
Dia penasaran betul, dari mana sumber<br />
sampah itu. Selama lima hari, dengan menum-<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
Yang membuat hutan<br />
ini pastilah bukan<br />
orang biasa dan<br />
‘gila’.<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
pang rakit gedebok pisang, Bang Idin dan teman-temannya<br />
menyusuri Kali Pesanggrahan<br />
dari daerah hulu di Bogor.<br />
Sepanjang perjalanan, dia terus mengomel.<br />
Kesal melihat daerah sepanjang Kali Pesanggrahan<br />
yang telah rusak, jengkel melihat kebiasaan<br />
buruk orang yang memperlakukan sungai<br />
sebagai tempat sampah raksasa.<br />
“Tapi marah saya bukan dengan teriak-teriak<br />
di Bundaran HI atau di Sudirman. Tapi dengan<br />
cara kerja, kerja, dan terus bekerja,” katanya.<br />
Berulang kali dia mencebur mengambil sampah,<br />
membongkar sampah yang menumpuk<br />
di pinggiran kali, bahkan menyelam. “Orangorang<br />
mengira saya sedang belajar ilmu hitam.”<br />
Menurut Bang Idin, ada yang salah dengan<br />
cara pandang orang mengenai sungai di Jakarta,<br />
juga mungkin kota-kota lain. “Gua kesal<br />
dengan cara pandang orang bahwa membangun<br />
itu hanya fisik.... Kalau banjir, sungai yang<br />
disalahkan. Bukan salah air dong, la jalan airnya<br />
mereka bikin rumah,” kata Bang Idin.<br />
Sekarang orang membangun kota dan rumah<br />
dengan membelakangi kali. Padahal, di negara<br />
maju, menurut Bang Idin, pembangunan dimulai<br />
dari kali dan menjadikan sungai sebagai pemandangan<br />
di depan rumah. “Ini menandakan<br />
bahwa masyarakat Indonesia saat ini sudah<br />
kehilangan karakter dan tak berbudaya. Menganggap<br />
sungai yang dulu dipercaya sebagai<br />
rumah Tuhan sebagai tempat pembuangan<br />
sampah,” katanya.<br />
Tanpa digaji, tak ada honor, juga tak ada yang<br />
menyuruh, hidup Bang Idin dihabiskan untuk<br />
menanam pohon dan membersihkan Kali<br />
Pesanggrahan dari sampah. Dia dan temantemannya<br />
hidup de ngan memilah, mengolah,<br />
dan mendaur ulang sampah-sampah menjadi<br />
kompos dan barang yang bernilai ekonomi.<br />
“Gua berjuang untuk kampung gua, buat Jakarta.<br />
Ya gitu saja. Enggak ada motivasi apa-apa,”<br />
kata Bang Idin, lugas.<br />
Walaupun suaranya lantang dan nadanya<br />
galak, Bang Idin tak berniat memusuhi siapa<br />
pun. Berulang kali berurusan dengan polisi<br />
juga tak membuatnya kecut. “Karena mental<br />
sang jawara, berperang itu bukan untuk membunuh,<br />
tetapi untuk menaklukkan. Jangankan<br />
memusuhi manusia, mengusir semut yang<br />
sedang mengambil makan saja saya tak tega,”<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
kata penyuka musik orkes Melayu ini.<br />
Suatu pagi buta pada 1996, Bang Idin ditangkap<br />
bak seorang teroris. Ia ingat bagaimana<br />
lima truk tentara menggiringnya ke markas<br />
mereka lantaran beberapa hari sebelumnya<br />
ia membongkar paksa beton di bantaran kali<br />
yang ternyata milik salah seorang pejabat. Bang<br />
Idin tak gentar. Kali lain, dia menggantungkan<br />
berkarung-karung sampah di pagar rumah seorang<br />
pejabat yang membuang sampahnya<br />
sembarangan.<br />
Saat diinterogasi dan ditanya siapa yang<br />
membayarnya dan menanyakan SK, anak<br />
pertama dari tiga bersaudara ini menjawab<br />
lantang. “Saya jawab kalau SK saya datang<br />
dari langit,” kata Bang Idin. “Saya hanya ingin<br />
seperti setitik embun yang punya nilai di padang<br />
pasir. Saya tak punya pamrih.”<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
Ada yang menugasi atau tidak, ada yang<br />
memberi penghargaan atau tidak, bagi Bang<br />
Idin sama sekali tak penting. Dia terus menanam<br />
pohon. Supaya tidak menggerutu terus<br />
karena kiriman sampah dan banjir dari hulu,<br />
dia bekerja sama dengan temannya di Bogor<br />
menanam bambu di atas lahan seluas 20 hektare<br />
di Megamendung, di kaki kawasan Puncak.<br />
Tujuannya supaya tanah kosong tak terus<br />
dikuasai para pemilik vila. “Kita tidak bisa hanya<br />
menyalahkan, tapi bagaimana juga bisa berbuat<br />
sesuatu,” katanya, bijak. ■ KUSTIAH, ISFARI HIKMAT<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INSPIRING PEOPLE<br />
BIODATA<br />
H CHAIRUDIN<br />
LAHIR<br />
Jakarta, 13 April 1952<br />
SEKOLAH<br />
● Tidak lulus sekolah dasar<br />
PENGHARGAAN:<br />
● Kalpataru dari Kementerian Lingkungan<br />
Hidup, 2013.<br />
● Penyelamatan Air Sektor Masyarakat<br />
dari Departemen Permukiman dan<br />
Prasarana Wilayah, 2003.<br />
● Penghargaan Internasional Dubai untuk<br />
kategori “Best Practice”, Februari 2000.<br />
● Pemenang I Puncak Penghijauan dan<br />
Konservasi Alam Nasional (PPKAN) ke-41<br />
Tingkat Provinsi DKI Jakarta, Desember<br />
2001.<br />
● Piagam Penghargaan Kalpataru 2000<br />
Tingkat Provinsi DKI Jakarta sebagai Penyelamat<br />
Lingkungan, 2000.<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015<br />
MAJALAH DETIK 919 - 15 - 25 FEBRUARI JANUARI 2015
FOKUS<br />
JURUS<br />
MABUK<br />
MANTAN<br />
TEMAN OPENG<br />
BUKAN CUMA HASTO DAN POLISI,<br />
DUA SAHABAT ABRAHAM SAMAD<br />
DI MAKASSAR IKUT-IKUTAN<br />
MELEMPAR SERANGAN. “APAKAH<br />
DIBELI ORANG TERTENTU”<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Tap untuk melihat<br />
Video<br />
babak-belur difitnah sama<br />
sahabat ini,” begitu curhat Abraham<br />
Samad. “SAYA<br />
Sahabatnya, Kiblat Said, yang<br />
mendapat curhat itu, lantas memberikan saran,<br />
“Kamu yang sabar saja, karena perjuangan itu<br />
pasti ada pengkhianatnya.”<br />
Kiblat sudah lama kenal dengan Abraham.<br />
Ia bekerja sebagai wartawan di surat kabar<br />
nasional di Makassar, sedangkan Abraham<br />
meniti karier dari LSM Anticorruption Committee<br />
hingga pengacara di kota itu. Kiblat sering<br />
mampir ke kantor Abraham. Abraham, yang sering<br />
dipanggil dengan sebutan Openg, curhat<br />
kepada Kiblat tidak lama setelah dua sahabatnya<br />
asal Makassar, Supriansa dan Zainal Tahir,<br />
menyerang kredibilitasnya di tengah panasnya<br />
perseteruan Komisi Pemberantasan Korupsi<br />
dengan Mabes Polri. Abraham heran karena<br />
mereka bertiga sebelumnya rukun, bahkan<br />
sempat ke Tanah Suci Mekah bersama-sama.<br />
Abraham tidak putus digempur masalah<br />
setelah menetapkan Komisaris Jenderal Budi<br />
Gunawan, calon Kepala Polri yang dijagokan<br />
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan<br />
Partai Nasional Demokrat, sebagai tersangka<br />
kasus suap sehari sebelum menjalani fit and<br />
proper test di DPR.<br />
Polisi, dalam waktu tidak lama dari penetapan<br />
tersangka Budi itu, lantas membidik Abraham<br />
dan pimpinan KPK lainnya dengan sejumlah kasus.<br />
Yang terbaru adalah kasus dugaan pemalsuan<br />
dokumen. Pelaporan kasus ini berliku-liku.<br />
Seorang perempuan bernama Feriyani Lim<br />
melaporkan Abraham dalam kasus pemalsuan<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Abraham Samad, Supriansa<br />
(kiri), dan Zainal Tahir (kanan)<br />
saat umrah bersama.<br />
DOK. DETIKNEWS<br />
dokumen ke Mabes Polri pada Minggu, 1 Februari<br />
2015, malam. Ia mengaku “terpaksa”<br />
melaporkan Abraham karena takut dipenjara 6<br />
tahun setelah dijadikan tersangka dalam kasus<br />
yang sama.<br />
Chairil Chaidar Said dari sebuah LSM melaporkan<br />
Feriyani ke Mabes Polri pada 29 Januari.<br />
Siapa Chairil Hingga kini sosoknya masih<br />
gelap. Tapi dialah yang memberi kesaksian<br />
bahwa dokumen paspor atas nama Feriyani<br />
Lim diduga palsu.<br />
Kartu tanda penduduk dan kartu keluarga<br />
yang didaftarkan sebagai pengantar permohonan<br />
paspor oleh Aling—sapaan akrab Feriyani<br />
Lim—ditandatangani oleh Camat Panakkukang<br />
Imran Samad, kakak Abraham. Nah,<br />
di dokumen itu, nama Feriyani masuk dalam<br />
kartu keluarga Abraham.<br />
Dalam paspor keluaran 2007 itu, Feriyani<br />
ditulis beralamat di Jalan Boulevard Ruby II<br />
Nomor 48 RT 003 RW 005, Kecamatan Panakkukang,<br />
Makassar. Data orang tua Feriyani<br />
ditulis Ngadiyanto dan Hariyanti. Pelapor dan<br />
kepolisian menduga itu adalah rumah keluarga<br />
Samad.<br />
Alamat tersebut ternyata palsu. Di Jalan Boulevard<br />
Ruby, tidak ada rumah tinggal. Yang ada<br />
hanya ruko. Pihak kelurahan menyebut tidak<br />
ada nama Feriyani maupun Abraham Samad di<br />
wilayah tersebut.<br />
Sedangkan identitas asli Aling beralamat di<br />
Apartemen Kusuma Candra Tower 3/22-K, Senayan,<br />
Jakarta. Nama ayahnya adalah Ng Chiu<br />
Bwe dan ibunya bernama Miaw Tian.<br />
Chairil mendaftarkan dua terlapor, yakni<br />
Abraham Samad sebagai kepala keluarga pada<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Klien kita merasa, ‘Saya<br />
cuma bikin paspor, cuma tahu<br />
terima beres, kok tiba-tiba<br />
saya sampai dilaporin polisi,<br />
salah saya apa<br />
Pengacara Feriyani Lim, Haris<br />
Septiansyah.<br />
BAHTIAR/MAJALAH DETIK<br />
kartu keluarga Aling sesuai dengan dokumen<br />
paspor dan Aling. Setelah mempelajari kasus<br />
itu, Mabes Polri lantas melimpahkannya ke<br />
Polda Sulawesi Selatan Barat.<br />
Pengacara Aling, Haris Septiansyah, mengaku<br />
kliennya sudah duduk sebagai tersangka.<br />
“Klien kita merasa, ‘Saya cuma bikin paspor,<br />
cuma tahu terima beres, kok tiba-tiba saya<br />
sampai dilaporin polisi, salah saya apa,’” kata<br />
Aling ditirukan Haris.<br />
Aling mengaku tidak tahu-menahu soal<br />
pemalsuan dokumen itu. Perempuan kelahiran<br />
Pontianak dan kemudian tinggal di Jakarta itu<br />
memutuskan membuat paspor di Makassar<br />
karena saran seorang pria yang<br />
biasa dipanggil Awi, yang mungkin<br />
merupakan calo. “Siapa nama lengkap<br />
Awi ini klien saya tidak tahu, mungkin<br />
nama panggilan saja,” cerita Haris.<br />
Saat itu, pada 19 Februari 2007,<br />
Aling bingung karena mendadak harus pergi<br />
ke Kuala Lumpur, Malaysia, pada 26 Februari<br />
2007. Kakak Aling, Eka, yang menikah dengan<br />
orang Brunei Darussalam, tinggal di Malaysia.<br />
Awi menyarankan Aling untuk mengajukan<br />
permohonan paspor dari Makassar. Namun,<br />
karena Awi tidak mampu menyelesaikan secara<br />
cepat, proses ini kemudian diurus oleh orang<br />
lain bernama Uki di Makassar.<br />
Aling kemudian diajak berkenalan dengan<br />
seorang pria berinisial AS, yang kala itu berprofesi<br />
sebagai pengacara di Makassar. Lewat<br />
bantuan AS ini, mereka dapat menyelesaikan<br />
pembuatan paspor dalam dua hari.<br />
Haris heran, kepolisian justru baru mempermasalahkan<br />
keabsahan paspor itu saat ini, lima<br />
tahun kemudian. “Selama 2007 ke 2012, kalau<br />
paspor 5 tahun, itu ya dipakai terus ke manamana,<br />
enggak ada masalah,” ujarnya.<br />
Setelah berkonsultasi dengan pengacara,<br />
Aling lantas melaporkan orang-orang yang<br />
membantunya membuat paspor secara kilat<br />
itu, Uki dan Abraham, ke polisi.<br />
Keesokan hari setelah laporan Aling itu, sebuah<br />
akun di Twitter dengan nama @patungpolisi<br />
mengunggah foto-foto Aling dan foto pria mirip<br />
Abraham Samad bersama perempuan yang<br />
disebut sebagai Aling sedang di ranjang. “Abra-<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Zainal Tahir saat memberi<br />
keterangan soal foto mesum<br />
mirip Abraham Samad kepada<br />
Komisi III DPR RI.<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
ham Samad tuduh saya fitnah beliau. Belum<br />
tahu, Feriyani Lim sudah ke Mabes Polri hari ini<br />
minta perlindungan dan beri kesaksian” cuit<br />
akun itu.<br />
Dalam dua foto pria mirip Abraham dan mirip<br />
Feriyani, @patungpolisi mencuit, “Dua gambar<br />
ini capture dari video yang dapat dibuka sewaktu-waktu.<br />
Abraham Samad, nasib anda di<br />
tangan anda.”<br />
Dua hari kemudian, Zainal ujug-ujug menggelar<br />
jumpa pers mengaku sebagai pihak yang<br />
memotret foto mesra tersebut. Zainal mengaku<br />
lelaki dalam foto itu adalah Abraham.<br />
Ia mengabadikannya ketika kolega LSM se-Makassar<br />
tengah berkumpul di sebuah kamar Grand<br />
Clarion Hotel di Jalan A.P. Pettarani Nomor 3,<br />
Makassar, pada 23-24 Februari 2007.<br />
“Saya sama AS (Abraham Samad) datang ke<br />
situ. Tiba-tiba dia melompat naik tempat tidur,<br />
masuk selimut, iseng-iseng saya foto,” ujarnya<br />
ketika memberikan jumpa pers di Restoran<br />
Pulau Dua, Senayan, Jakarta.<br />
Saat itu Zainal memiliki tiga telepon seluler.<br />
Adegan mesra itu ia abadikan melalui salah satu<br />
teleponnya, Nokia seri E90. Ponsel ini hilang<br />
ketika ia bertandang ke Senayan City, Jakarta,<br />
pada 2012. Namun foto itu sudah ditransfer ke<br />
e-mail pribadinya.<br />
Zainal menyatakan tidak pernah menyebarluaskan<br />
foto tersebut. Namun ia sering<br />
memamerkan foto itu kepada sejumlah rekan<br />
politiknya. Wakil Sekretaris Dewan Pimpinan<br />
Wilayah NasDem Sulawesi Selatan Dahlan<br />
Gege mengaku foto itu pernah dipamerkan<br />
Zainal pada akhir 2013. Saat itu, partainya te-<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Kepala Dinas Kependudukan dan<br />
Catatan Sipil Kota Pontianak,<br />
Suparma, menunjukkan data<br />
kependudukan Feriyani Lim.<br />
ADI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
ngah sibuk-sibuknya menjaring calon legislator.<br />
Zainal turut mendaftar sebagai bakal calon<br />
legislator.<br />
Zainal sengaja mengumpulkan beberapa rekan<br />
separtai untuk melihat foto itu. Dahlan hanya<br />
melihatnya sekilas. “Jadi saat itu ada acara,<br />
hanya beberapa orang yang tahu. Ya, kami<br />
tertawa saja karena memang hanya candaan,”<br />
tuturnya.<br />
Anggota Komisi III dari Fraksi Partai NasDem,<br />
Akbar Faizal, menyatakan hal yang sama. Foto<br />
itu dilihatnya sekitar dua tahun lalu. Kebetulan<br />
Akbar berasal dari daerah pemilihan Sulawesi<br />
Selatan II, yang berdekatan dengan Makassar.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Doa bersama tokoh lintas<br />
agama mendukung KPK di<br />
Jakarta.<br />
HASAN ALHABSY/DETIKCOM<br />
Namun pengakuan Zainal ini janggal. Nokia seri<br />
E90 baru diluncurkan di Barcelona, Spanyol, pada<br />
11 Februari 2007. Telepon ini tiba pertama kali di<br />
Jakarta pada 17 Mei 2007, dilelang dengan harga<br />
US$ 5.000 atau setara dengan Rp 45 juta.<br />
Feriyani sendiri, kata Zainal, merupakan seorang<br />
perempuan kenalan Abraham. Zainal<br />
baru kenal beberapa saat sebelum pemotretan<br />
itu di sebuah mal di kawasan Black Canyon, Makassar.<br />
Saat itu Abraham mengatakan Feriyani<br />
adalah seorang teman yang meminta bantuan<br />
untuk dibuatkan paspor.<br />
Pihak Feriyani membantah keras atas foto<br />
yang diaku oleh Zainal itu. Haris menyatakan<br />
kliennya tidak pernah memiliki hubungan sedekat<br />
itu dengan Abraham.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Pelaksana Tugas Sekretaris<br />
Jenderal PDIP Hasto<br />
Kristiyanto.<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
“Mengenai gosip foto, klien kami<br />
dengan tegas mengatakan enggak<br />
pernah ada foto itu,” ujarnya.<br />
Mereka hanya bertemu dua kali,<br />
perkenalan di tempat makan dan di<br />
tempat pembuatan paspor.<br />
Kakak Feriyani, Fendy Lim, juga<br />
menilai foto yang diakui Zainal<br />
tersebut rekayasa. “Itu saya enggak<br />
percaya. Bohong itu,” ujarnya.<br />
Hal yang sama juga disampaikan<br />
Abraham. Ia menyatakan tim forensik<br />
KPK sudah melakukan penyidikan<br />
dan foto itu, seperti sebelumnya<br />
foto mirip Abraham dengan Puteri<br />
Indonesia Elvira Devinamira, merupakan<br />
rekayasa. "Saya dibesarkan dalam keluarga<br />
yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral,"<br />
ujar Abraham.<br />
Bukan hanya Zainal yang mempersulit Abraham.<br />
Kolega asal Makassar lainnya, Supriansa,<br />
juga membuat pengakuan yang menyudutkan<br />
Abraham.<br />
Anca—sebutan akrab Supriansa—memperkuat<br />
olok-olok terhadap Abraham sebagai lelaki<br />
dengan ambisi politik besar seperti ditudingkan<br />
Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal PDIP Hasto<br />
Kristiyanto.<br />
Ia menyebutkan Abraham ingin menjadi calon<br />
wakil presiden berdampingan dengan Joko<br />
Widodo. Untuk memenuhi ambisinya jadi cawapres,<br />
Abraham melakukan enam kali pertemuan<br />
dengan tokoh PDI Perjuangan. Salah satu lokasi<br />
pertemuan adalah di apartemen Anca.<br />
Setelah keluarnya pengakuan Hasto inilah<br />
Anca unjuk bicara. Lelaki yang kini meniti<br />
karier sebagai konsultan hukum ini mengaku<br />
apartemen tempat pertemuan itu miliknya.<br />
“Pertemuan ada Hasto dan Tjahjo Kumolo.<br />
Pertemuan itu dua kali. Saya tidak ikut pertemuan,”<br />
tuturnya.<br />
Pengakuan Anca membuat kasus penyalahgunaan<br />
kewenangan yang menjerat Abraham<br />
bergulir kian kencang. Anca turut diperiksa oleh<br />
penyidik Bareskrim Mabes Polri.<br />
Perilaku Zainal dan Anca ini membuat Kiblat<br />
mengelus dada. Ia menduga keduanya hanya<br />
memanfaatkan keadaan. Maklum, mereka tidak<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Jauh-jauh kau, Bos (Zainal Tahir). Kau<br />
caleg. (Sedangkan Abraham Ketua KPK)<br />
Tidak enak (kalau) dilihat orang.<br />
seberuntung Abraham dalam meniti karier.<br />
“Sampai sekarang tidak ada yang bisa menjawab<br />
apa yang ada di benak Zainal. Apakah itu<br />
dibeli orang tertentu Kenapa ada orang yang<br />
mengaku sahabat kok mengkhianati persahabatan<br />
itu,” ujar Kiblat.<br />
Rekan Abraham dan Zainal di Makassar, Tomi<br />
Lebang, menduga Zainal menyimpan dendam<br />
kepada Abraham. Ia sakit hati karena tidak diperlakukan<br />
dengan baik oleh Abraham.<br />
Pada 2013, Abraham<br />
sempat menampik kehadiran<br />
Zainal dalam<br />
sebuah pertemuan di<br />
Makassar. Penolakan<br />
Abraham disampaikan<br />
melalui pesan singkat ponsel seorang rekan<br />
aktivis kepada Zainal.<br />
Lantas, pada 2014, Zainal mencoba peruntungan<br />
politiknya dengan menjadi caleg Nas-<br />
Dem. Upayanya mendekati Abraham pun ditampik<br />
keras. Alasannya, Zainal duduk sebagai<br />
caleg, sehingga Abraham sebagai ketua KPK<br />
harus menjaga jarak.<br />
“Jauh-jauh ko kau, Bos. Kau caleg. Tidak enak<br />
(aku) dilihat orang,” kata Abraham seperti diceritakan<br />
Zainal kepada Tomi.<br />
Bahkan, saat melayat ke pemakaman ibu<br />
salah satu tokoh Makassar pada 2014, keduanya<br />
tidak berjalan beriringan. Abraham naik<br />
mobil bersama rekan-rekan, sedangkan Zainal<br />
memilih berjalan kaki.<br />
Sementara itu, Direktur Anticorruption Committee<br />
Abdul Mutholib mencatat hubungan<br />
Abraham dengan Anca tidak begitu dekat. Anca<br />
terkenal sebagai pengacara yang sering membekingi<br />
pengusaha di Makassar. Sedangkan Abraham<br />
lebih khusyuk dengan permasalahan antikorupsi.<br />
“Mungkin mereka berteman, tetapi tidak<br />
akrab,” tuturnya.<br />
Anca tercatat sebagai pendukung Abraham<br />
ketika pilpres 2014. Namun beberapa aktivis<br />
pernah memberi pesan kepada Abraham agar<br />
tidak terlalu dekat dengan Anca. Abraham pun<br />
sedari dulu menjaga jarak.<br />
●●●<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Pejalan kaki melintas di dekat<br />
spanduk yang berisi dukungan<br />
untuk KPK di Perempatan<br />
Gondomanan, Yogyakarta,<br />
Selasa (3/2). Dukungan<br />
penyelamatan KPK dari<br />
masyarakat terus mengalir agar<br />
tidak terjadi kasus Cicak Vs<br />
Buaya jilid 2.<br />
NOVERADIKA /ANTARA<br />
Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri<br />
Komjen Budi Waseso menyebutkan penyidiknya<br />
masih mendalami beberapa kasus yang<br />
menjerat Abraham. Kakak Abraham, Imran Samad,<br />
pun sudah diperiksa. Namun Ketua KPK<br />
itu belum berstatus tersangka.<br />
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud<br />
Md. menilai kasus pemalsuan dokumen yang<br />
ditudingkan kepada Abraham terlalu sepele. Pemalsuan<br />
tersebut bukan serius pemalsuan yang<br />
merugikan orang lain. “Harus dibedakan antara<br />
mala in se dengan mala prohibita,” kata Mahfud.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Mahfud Md. usai bertemu<br />
pimpinan KPK membahas kisruh<br />
KPK-Polri 6/02/2015.<br />
ANTARA<br />
Mala in se adalah melakukan tindakan hukum<br />
melanggar aturan resmi dan aturan dalam masyarakat.<br />
Sedangkan mala prohibita ialah orang<br />
melanggar aturan tapi sebenarnya tidak ada<br />
yang dirugikan.<br />
Banyak orang melakukan pemalsuan data<br />
kartu keluarga, KTP, ataupun paspor untuk menolong<br />
orang atau sekadar kepraktisan. Mahfud,<br />
misalnya, mengaku pernah memasukkan<br />
nama pembantunya dalam KK-nya.<br />
“Begitu-begitu kalau dijadikan pidana yang<br />
serius menimbulkan kesan kriminalisasi,” kata<br />
Mahfud. ■<br />
MONIQUE SHINTAMI, BAHTIAR RIFAI, ISFARI HIKMAT | ARYO BHAWONO<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
JERAT KASUS<br />
YANG MELUMPUHKAN KPK<br />
KPK terancam kehilangan semua<br />
komisionernya. Setelah Wakil Ketua<br />
KPK Bambang Widjojanto mengundurkan<br />
diri karena ditetapkan sebagai<br />
tersangka kasus kesaksian palsu, ketiga<br />
koleganya berpotensi nonaktif jika<br />
ikut dijadikan tersangka. “Ya, kalau<br />
soal tersangka, itu nanti. Tapi, artinya,<br />
arah ke sana sudah ada,” kata Kepala<br />
Badan Reserse Kriminal Mabes Polri<br />
Komisaris Jenderal Budi Waseso.<br />
Berikut ini perjalanan kasus yang<br />
membelit keempat petinggi KPK yang<br />
dianggap banyak kalangan merupakan<br />
kriminalisasi sebagai balasan atas<br />
ditetapkannya calon Kapolri, Komisaris<br />
Jenderal Budi Gunawan, sebagai<br />
tersangka kasus gratifikasi.<br />
Kasus:<br />
1. PEMALSUAN DOKUMEN<br />
Dugaan pemalsuan dokumen kependudukan<br />
atas nama Feriyani Lim di Kecamatan<br />
Panakkukang, Makassar, pada 2007<br />
Dilaporkan:<br />
• Chairil Chaidar Said (29 Januari 2015)<br />
Mengaku sebagai aktivis LSM di Makassar.<br />
• Feriyani Lim (2 Februari 2015)<br />
Pengusaha butik<br />
Kata Samad:<br />
Belum ada komentar soal kasus ini.<br />
ABRAHAM<br />
SAMAD<br />
Status kasus:<br />
Dilimpahkan ke Polda Sulawesi Selatan.<br />
2. PENYALAHGUNAAN WEWENANG<br />
Dugaan melanggar UU KPK dengan<br />
menawarkan bantuan meringankan hukuman<br />
buat tersangka korupsi Izedrik Emir Moeis<br />
pada 2014<br />
Dilaporkan:<br />
M. Yusuf Sahide (22 Januari 2015)<br />
Ketua KPK Watch, lulusan Fakultas Hukum<br />
Universitas Hasanuddin. Laporannya hanya<br />
berbekal cetakan artikel berjudul “Rumah<br />
Kaca Abraham Samad” dari Internet.<br />
Kata Samad:<br />
“Saya sama sekali tidak pernah<br />
menjanjikan atau membantu penanganan<br />
salah satu kasus yang sedang ditangani<br />
KPK.”<br />
Status:<br />
Bareskrim Polri menerbitkan surat perintah<br />
penyelidikan.<br />
BAMBANG<br />
WIDJOJANTO<br />
Kasus:<br />
KESAKSIAN PALSU<br />
Dugaan mengarahkan keterangan palsu<br />
para saksi dalam sidang sengketa pilkada<br />
Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, di<br />
Mahkamah Konstitusi pada 2010. Sempat<br />
dilaporkan ke polisi pada 2010, tapi dicabut<br />
pada 2012.<br />
Dilaporkan:<br />
Sugianto Sabran (19 Januari 2015)<br />
Calon Bupati Kotawaringin Barat, mantan<br />
anggota Fraksi PDIP DRPD RI, dan dipenjara<br />
dengan hukuman percobaan penjara satu<br />
setengah bulan akibat penganiayaan aktivis<br />
yang menyelidiki kasus pembalakan liar<br />
perusahaannya, Tanjung Lingga Group.<br />
Kata Bambang:<br />
“Saya merasa dizalimi, ada<br />
rekayasa.”<br />
Status kasus:<br />
Bareskrim Polri menetapkan Bambang<br />
sebagai tersangka.<br />
Kasus:<br />
PERAMPASAN SAHAM DAN ASET<br />
Diduga terlibat merekayasa pengambilalihan<br />
kepemilikan saham dan aset PT Daisy<br />
Timber saat perusahaan mengalami<br />
dualisme kepemilikan. Adnan dituding<br />
membuat akta perusahaan palsu dan<br />
menggelar RUPS tidak sah. Sempat<br />
dilaporkan pada 2008 dan 2009 di<br />
Kalimantan Timur, tapi penyelidikannya tidak<br />
berlanjut.<br />
Dilaporkan:<br />
Mukhlis Ramlan (24 Januari 2015)<br />
Mewakili pemilik PT Teluk Sulaiman, Muiz<br />
Murad, yang mengklaim punya 60 persen<br />
saham PT Daisy Timber. Mantan aktivis HMI<br />
dan calon legislator DPRD Kalimantan Timur<br />
dari Partai Hanura pada Pemilu 2009.<br />
ADNAN PANDU<br />
PRAJA<br />
Kata Adnan:<br />
“Ini rekayasa.”<br />
Status kasus:<br />
Bareskrim Polri menerbitkan surat perintah<br />
penyelidikan.<br />
ZULKARNAIN<br />
Kasus:<br />
SUAP<br />
Diduga pada 2010 menerima suap Rp 5 miliar<br />
saat menjabat Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa<br />
Timur dengan balasan menyetop penyidikan<br />
terhadap pejabat Pemerintah Provinsi Jawa<br />
Timur dalam kasus dugaan korupsi dana<br />
hibah Program Penanganan Sosial-Ekonomi<br />
Masyarakat (P2SEM) Jawa Timur 2008.<br />
Pelapor mengadukan kasus ini ke KPK pada<br />
2013 dan 2014.<br />
Dilaporkan:<br />
Fathorrasjid (28 Januari 2015)<br />
Ketua Aliansi Masyarakat Jawa Timur,<br />
mantan Ketua DPRD Jawa Timur, dan<br />
politikus PKNU yang divonis penjara empat<br />
tahun dalam kasus korupsi P2SEM. Bebas<br />
pada Desember 2013.<br />
Kata Zulkarnain:<br />
“Tidak benar dan tidak<br />
logis. Kalau ada informasi<br />
negatif, perlu telusuri sumber<br />
informasinya apakah bisa<br />
dipercaya atau tidak.”<br />
Status:<br />
Bareskrim Polri menerbitkan surat perintah<br />
penyelidikan.<br />
OKTA WIGUNA | INFOGRAFIS: MINDRA PURNOMO<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
SISI GELAP<br />
SI CINDERELLA<br />
FERIYANI BIKIN KAGET ORANG-ORANG<br />
DEKATNYA. MENDADAK MODIS DAN<br />
TAJIR. PUNYA TIGA BUTIK, GAUL DI<br />
KALANGAN SOSIALITA DAN SELEBRITAS.<br />
SIAPA YANG MENYULAPNYA<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Feriyani Lim (kiri) bersama artis<br />
Syahrini (kanan) saat berlibur<br />
ke New York, Amerika Serikat,<br />
pada 2014.<br />
RUSMAN JHONY/DETIKCOM<br />
GADIS Tionghoa itu baru berumur<br />
sekitar 19 tahun ketika pertama kali<br />
menginjakkan kaki di Jakarta. Tak<br />
punya banyak kenalan di Ibu Kota,<br />
gadis dari Pontianak itu mantap dengan citacitanya<br />
membuka butik.<br />
Gadis itu bernama Feriyani Lim. Joe, seorang<br />
teman masa kecil Feriyani, mengenang<br />
sahabatnya itu mengontaknya pada 2005 dan<br />
minta bantuannya. Sang teman memang lebih<br />
dulu datang ke Jakarta untuk berkuliah. “Cariin<br />
gue rumah dong,” kata Feriyani saat itu, seperti<br />
ditirukan temannya, kepada majalah detik.<br />
Sedari dulu Feriyani memang dikenal sangat<br />
gemar mode dan berdandan. Maka berangkatlah<br />
Joe, Feriyani, dan seorang teman perempuan<br />
Feriyani berkeliling mencari rumah kontrakan<br />
dan kios.<br />
Berkeliling Jakarta dengan hanya bercelana<br />
pendek, Feriyani akhirnya memilih Wisma<br />
Mangga Besar, Jakarta Pusat, yang pas dengan<br />
kantongnya. Setelah itu, Joe tidak banyak tahu<br />
lagi soal kehidupan Feriyani di Jakarta.<br />
Karena itu, ia kaget saat Feriyani ramai diberitakan<br />
dalam kasus dugaan pemalsuan dokumen<br />
dan foto mesum yang menyerang Ketua<br />
Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad.<br />
Foto itu pertama kali diunggah oleh akun<br />
Twitter @patungpolisi.<br />
Akun yang sama juga menyebut Feriyani<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Ruko milik keluarga<br />
Feriyani Lim di Gang<br />
Suez Dalam, Pontianak,<br />
Kalimantan Barat.<br />
ADI SAPUTRO/DETIKCOM<br />
punya butik, bergaul di kalangan sosialita,<br />
berpenampilan modis, dan gemar belanja ke<br />
mancanegara. Penggambaran yang jauh sekali<br />
dari gadis yang dikenal Joe. “Dia itu dulu masih<br />
cupu (culun punya) dan dari keluarga sederhana,”<br />
kata Joe.<br />
Joe mengingat, Feriyani sering bolos sekolah,<br />
bahkan sempat tidak naik kelas. Berbeda dengan<br />
cerita pengacara Feriyani, Haris Septiansyah,<br />
yang menyebut kliennya sempat berkuliah<br />
di Taiwan, Joe meyakini kawannya itu tidak<br />
sampai lulus SMA.<br />
“Sebab, di Kalimantan memang kayak gitu,<br />
kesadaran untuk sekolahnya masih rendah,”<br />
kata Joe. “Mereka lebih berpikir dagang dan<br />
bisnis.”<br />
Meski sering diejek karena tidak naik kelas,<br />
bukan berarti Feriyani tak populer. Bahkan, di<br />
sekolah dan di antara teman sepermainannya<br />
di Pontianak, Feriyani memang yang paling<br />
cantik dan banyak yang menaksir.<br />
Feriyani lahir di Pontianak pada 5 Februari<br />
1986 dan menghabiskan masa kecilnya di kota<br />
asalnya itu. Ia tinggal di Gang Suez Dalam,<br />
Kelurahan Benua Melayu Darat, Pontianak,<br />
Kalimantan Barat.<br />
Rumah itu berada di pusat Kota Pontianak,<br />
tak jauh dari Mal Ramayana. Seperti bangunan<br />
yang berbaris di kiri dan kanannya, tempat<br />
tinggal Feriyani adalah rumah-toko tanpa<br />
halaman depan dan pagar, sehingga langsung<br />
menempel dengan jalan yang bisa dilalui dua<br />
mobil.<br />
Saat disambangi pada Rabu, 4 Februari 2015,<br />
ruko dua lantai bercat krem itu tidak berpenghuni.<br />
Para tetangga menceritakan rumah itu<br />
sudah lama kosong tetapi tidak dijual ataupun<br />
disewakan.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Dia itu<br />
dulu masih<br />
cupu<br />
dan dari<br />
keluarga<br />
sederhana.<br />
Hanya sesekali keluarga Feriyani datang, yakni<br />
saat Imlek atau pada hari ritual sembahyang<br />
kubur. Mereka biasa mampir ke rumah untuk<br />
menggelar hajatan dan berdoa.<br />
Warga Gang Suez Dalam yang mengenal<br />
Feriyani kecil dengan panggilan Aling itu<br />
mengaku kaget melihat penampilan modis dan<br />
glamor Feriyani dalam pemberitaan. Namun<br />
mereka memilih menutup mulut ketika ditanya<br />
soal perempuan itu dan keluarganya.<br />
Ketua RT setempat, Rida, menjelaskan Feriyani<br />
semasa kecil tinggal bersama orang tua,<br />
dua kakak perempuan, dan satu kakak lelaki.<br />
“Setelah menamatkan sekolah, tak diketahui<br />
keberadaannya karena pindah ke Jakarta dan<br />
tidak pernah lapor ke saya,” ujarnya.<br />
Ayah Feriyani, Ng Chiu Bwe, dan ibunya yang<br />
bernama Lim Miaw Tian disebut-sebut sempat<br />
berjualan bahan kebutuhan pokok di daerah<br />
Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan<br />
Barat. Namun usia lanjut membuat mereka<br />
berhenti dan pindah ke Jakarta mengikuti ketiga<br />
anaknya, Aping, Fendy Lim, dan Feriyani.<br />
Kakak tertua Feriyani, Eka, yang menikah<br />
dengan pengusaha asal Brunei Darussalam,<br />
sempat menjadi tulang punggung keluarga.<br />
Setelah bercerai, Eka dan anaknya menyusul ke<br />
Ibu Kota.<br />
Lurah Benua Melayu Barat, Fransiskus X. Ijuk,<br />
mengatakan Feriyani masih ada dalam catatan<br />
kantornya. “Sejauh ini pihak kelurahan tidak<br />
pernah mengeluarkan surat apa pun terkait<br />
kepindahan Feriyani Lim,” ujarnya.<br />
Sementara itu, Kepala Dinas Kependudukan<br />
dan Catatan Sipil Pemerintah Kota Pontianak,<br />
Suparma, menjelaskan Feriyani telah tercatat<br />
sebagai warga Kebayoran Baru, Jakarta. Namun<br />
kepindahan itu, kata dia, tidak mengikuti<br />
prosedur yang benar.<br />
lll<br />
Joe bercerita ia bak bertemu dengan Cinderella<br />
ketika pada 2012 bertemu lagi dengan<br />
Feriyani di Mal Grand Indonesia, Jakarta. Feriyani,<br />
yang dulu berpenampilan sekenanya, kini<br />
berbaju modis dengan riasan tebal.<br />
Namanya pun bukan lagi Feriyani, melainkan<br />
Fransisca. Ditanya alasan berganti nama, Feriyani<br />
hanya tertawa.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Butik Dress Me Darling milik<br />
Feriyani Lim di ITC Mangga<br />
Dua, Jakarta.<br />
YUDHI MAHATMA/ANTARA<br />
Sementara dulu minta diantar G keliling<br />
Jakarta, kali ini Feriyani wira-wiri diantar sopir.<br />
Seingat Joe, saat itu mobilnya Honda Freed<br />
berwarna putih.<br />
Ketika mengobrol itu, Feriyani mengeluh<br />
baru saja kehilangan Rp 200 juta akibat bermain<br />
Forex. Ia mengaku kapok bermain uang<br />
seperti itu.<br />
Lewat pertemuan itu jugalah Joe baru tahu<br />
bahwa Feriyani dulu tak sekadar sesumbar<br />
ingin punya butik. Rupanya niatan itu diwujudkan<br />
dengan membuka toko Dress Me Darling<br />
di Mal ITC Mangga Dua.<br />
Toko baju yang berada di lantai 4 Blok C<br />
Nomor 11 de ngan luas sekitar 8 meter persegi<br />
itu mengklaim hanya menjual pakaian impor.<br />
Dagangannya dibanderol mulai Rp 500 ribu<br />
dan termahal Rp 700 ribu.<br />
Menurut pegawai toko, bos mereka dikenal<br />
dengan dua nama, Fransisca Lim dan Feriyani<br />
Lim. Kasir toko ini, pria Tionghoa paruh baya<br />
yang enggan menyebutkan namanya, mengaku<br />
masih kerabat Feriyani. “Iya, ini butiknya (Feriyani),<br />
tapi dia sudah lama tidak datang,” ujarnya.<br />
Satu lantai di atas butik Dress Me Darling,<br />
yang tutup sejak Kamis, 5 Februari 2015, itu,<br />
ada toko baju milik kakak Feriyani, Fendy Lim.<br />
Fendy membenarkan butik itu milik adiknya<br />
dan sebelumnya Feriyani juga punya toko di<br />
lantai lima tapi sudah tutup.<br />
Menurut Fendy, selain di Mangga Dua itu,<br />
Feriyani juga punya toko di beberapa mal di<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Apartemen Kusuma Candra<br />
di kawasan SCBD, Jakarta<br />
Selatan. Unit dua kamar<br />
yang ditempati Feriyani biaya<br />
sewanya mencapai Rp 29 juta<br />
per bulan.<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
Jakarta. Orang-orang dekat Feriyani menyebut<br />
gadis itu punya butik di Mal Ambassador dan<br />
satu di mal dekat Bundaran Hotel Indonesia.<br />
Bisnis inilah yang meroketkan Feriyani ke kalangan<br />
sosialita dan selebritas. Setidaknya itu<br />
menurut Reindhy, manajer artis Syahrini yang<br />
pernah membeli baju dari butik Feriyani.<br />
Selain membeli, Reindhy mengatakan, artisartis<br />
yang dimanajerinya memang kerap ditawari<br />
pakaian oleh Feriyani. “Hubungan Syahrini<br />
dan Fransisca hanya sebatas penjual dan<br />
pembeli,” ujar Reindhy kepada majalah detik.<br />
Soal beredarnya foto-foto Feriyani bersama<br />
Syahrini, termasuk saat melancong ke New<br />
York, Amerika Serikat, Reindhy membenarkannya.<br />
Keduanya memang beberapa kali bertemu<br />
dan pada 2014 pernah liburan bersama ke<br />
Amerika.<br />
Feriyani juga tampaknya bukan orang sembarangan<br />
di kalangan sosialita Jakarta. Mengenakan<br />
mini-dress hijau menyala dan menenteng<br />
tas birkin Hermes, Feriyani menghadiri acara<br />
terbatas untuk 350 undangan yang diadakan<br />
produsen jam tangan dari Swiss, Hublot, di<br />
pusat belanja The Foundry, SCBD, Jakarta.<br />
Berdasarkan beberapa situs jual-beli jam, harga<br />
jam tangan mewah merek Hublot ini di kisaran<br />
Rp 50 juta hingga Rp 1 miliar.<br />
Selain pada acara premier event Hublot, ia<br />
tercatat sebagai tamu undangan di acara fashion<br />
and jewelry show pada Oktober 2013 di<br />
Hotel Grand Hyatt, Jakarta.<br />
Ditanya soal sumber modal adiknya sehingga<br />
punya banyak butik dan bergaul dengan<br />
kalangan elite Jakarta itu, Fendy cepat-cepat<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Tiba-tiba ada<br />
gosip sudah<br />
16 tahunlah<br />
jadi simpanan.<br />
Jadi kan<br />
kaget.<br />
mengunci bibir. “Jangan tanya itu, saya enggak<br />
tahu,” ujarnya sambil menundukkan kepala.<br />
“Saya enggak mau ngomong banyak, ya. No<br />
comment aja.”<br />
Fendy hanya mau bercerita bahwa dulu<br />
keluarganya tinggal bersama di Jakarta. Namun,<br />
beberapa tahun lalu, Feriyani pindah ke<br />
Apartemen Kusuma Candra di bilangan SCBD,<br />
Jakarta Selatan.<br />
Feriyani berbagi dua kamar di unit 22K Tower<br />
3 apartemen itu dengan orang tuanya. “Feriyani<br />
belum menikah,” kata pengacara Feriyani,<br />
Haris Septiansyah.<br />
Apartemen Kusuma Candra lebih banyak<br />
ditinggali kalangan ekspatriat. Tidak mengherankan<br />
jika harga sewanya memakai tarif dolar<br />
Amerika, yaitu di kisaran US$ 2.100 sampai US$<br />
3.000 per bulan. Unit dua kamar seperti milik<br />
Feriyani, jika kondisinya masih prima, harga<br />
sewanya ditaksir sekitar US$ 2.300 atau kini<br />
sekitar Rp 29 juta per bulan.<br />
Dalam catatan Tenant Relation Officer<br />
Apartemen Kusuma Candra, Rizal, Feriyani<br />
memang tinggal di sana. Namun Rizal, yang<br />
mengaku baru setahun bekerja di sana, tak bisa<br />
memberitahukan status kepemilikan unit dan<br />
sudah berapa lama dihuni karena komputer<br />
penyimpan data itu tengah rusak.<br />
Menurut Rizal, Feriyani menyatakan kepada<br />
pengelola apartemen bahwa ia tinggal sendiri.<br />
Namun Rizal sempat melihat seorang perempuan<br />
paruh baya bersama Feriyani dan sesekali<br />
pembantunya kelihatan mengambil baju di<br />
binatu. Pembantu juga sering berganti-ganti.<br />
Sepengetahuan Rizal, tak pernah ada tamu<br />
lelaki datang ke apartemen Feriyani. Ia tak<br />
pernah melihat Ketua KPK Abraham Samad<br />
di sana ataupun pria yang menyembunyikan<br />
identitas seperti memakai masker. “Pastinya,<br />
kalau seperti itu, tidak akan pernah diizinkan<br />
masuk,” ujarnya.<br />
Setidaknya, sekali dalam seminggu, Rizal<br />
melihat Feriyani. “Tapi, sejak tiga bulan lalu,<br />
saya tidak pernah lagi melihat beliau dan tidak<br />
melihat ada aktivitas di unit beliau,” ujarnya.<br />
Pengelola apartemen belum menerima informasi<br />
soal pindah tangan unit itu. Sejauh ini,<br />
kata Rizal, unit itu masih terdaftar atas nama<br />
Feriyani.<br />
Sejak melaporkan Ketua KPK Abraham Samad<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Pengacara Feriyani Lim, Haris<br />
Septiansyah<br />
ANDIKA WAHYU/ANTARA<br />
karena merasa jadi korban kasus pemalsuan<br />
dokumen kependudukan di Kecamatan Panakkukang,<br />
Makassar, Feriyani tak pernah muncul di<br />
muka publik dan keberadaannya jadi misteri.<br />
Haris menyatakan kliennya masih ada di<br />
Apartemen Kusuma Candra. Namun Feriyani,<br />
kata dia, belum bersedia ditemui karena lelah<br />
menjalani pemeriksaan oleh penyelidik yang<br />
didatangkan Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan<br />
ke Jakarta.<br />
“Jadi, beliau mengaku ke kami beliau tidak<br />
tidur,” kata Haris. “Kondisinya capek dan sering<br />
melihat media, beliau susah ditemui sampai<br />
sekarang.”<br />
Feriyani juga masih shock mengetahui ia<br />
digosipkan jadi perempuan nakal. Pengacara<br />
menegaskan harta yang dimiliki Feriyani berasal<br />
dari keuntungan bisnis butiknya. “Tiba-tiba<br />
ada gosip sudah 16 tahunlah jadi simpanan. Jadi<br />
kan kaget,” kata Haris. ■<br />
ADI SAPUTRO, BAHTIAR RIFAI, IBAD DUROHMAN, MONIQUE SHINTAMI |<br />
OKTA WIGUNA<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
DULU ADA<br />
SERANGAN<br />
RANI<br />
KISAH Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi diserang<br />
dengan isu perempuan bukan pertama kali ini terjadi.<br />
Isu perempuan selalu ditembakkan saat KPK menangani<br />
kasus besar.<br />
Sebelum Abraham Samad, kredibilitas Antasari Azhar<br />
juga dicabik-cabik oleh perempuan bernama Rani Juliani.<br />
Rani adalah istri siri Nasrudin Zulkarnaen, Direktur PT<br />
Putra Rajawali Banjaran, yang juga teman Antasari bermain<br />
golf.<br />
Nasrudin kemudian jadi korban pembunuhan. Antasari<br />
dituduh sebagai dalang pembunuhan suami Rani<br />
tersebut. Antasari juga didakwa punya hubungan spesial<br />
dengan Rani. Selama penanganan kasus, caddy golf itu<br />
mendapat perlindungan ketat polisi. Ia juga mendapat<br />
perlakuan istimewa dengan diperiksa di hotel, restoran,<br />
dan apartemen.<br />
Antasari membantah tudingan punya hubungan khusus<br />
dengan Rani. Istri Antasari juga tidak percaya suaminya<br />
punya affair dengan si caddy.<br />
Namun nasib Antasari tragis, majelis hakim Pengadilan<br />
Negeri Jakarta Selatan menyatakan dia bersalah dan dihukum<br />
penjara selama 18 tahun. Sampai sekarang, Antasari<br />
selalu mengatakan tidak bersalah dan tidak ada bukti<br />
kuat bahwa ia adalah dalang pembunuhan Nasrudin.<br />
Awal Februari ini, Antasari meluncurkan buku Saya Dikorbankan.<br />
Peluncuran buku dilakukan secara sederhana<br />
di gedung Pengadilan Negeri Tangerang, Banten.<br />
Dalam buku itu, Antasari mengungkapkan ada pelaku<br />
yang menembak Nasrudin mengiriminya surat pengakuan<br />
dosa.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
“Adanya surat pengakuan dari pelaku penembak asli.<br />
Memohon maaf kepada Pak Antasari bahwa dia yang<br />
melakukan semua itu (membunuh Nasrudin Zulkarnaen),”<br />
ujar Antasari.<br />
Perlu diingat, pada saat Antasari dijerat polisi dengan<br />
kasus pembunuhan, ia sedang menangani sejumlah kasus<br />
besar yang bakal menyeret sejumlah pejabat negara<br />
menjadi tersangka.<br />
Abraham Samad berada dalam situasi serupa karena<br />
menetapkan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai<br />
tersangka kasus rekening tak wajar.<br />
Budi Gunawan menyandang status tersangka justru<br />
saat Presiden Joko Widodo memilihnya sebagai calon<br />
tunggal Kapolri menggantikan Jenderal Sutarman.<br />
Menghajar pimpinan KPK dengan memunculkan isu<br />
perempuan, bagi aktivis antikorupsi, jelas-jelas hanya modus<br />
untuk menghambat penyidikan kasus korupsi besar<br />
yang ditangani lembaga antirasuah itu.<br />
“Ini kan jelas, saat KPK sedang menangani kasus yang<br />
berdimensi politik tinggi dan terkait aparat penegak hukum,<br />
selalu saja ada gangguan, tekanan, dan sebagainya,”<br />
ujar peneliti Indonesia Corruption Watch, Ade Irawan.<br />
Menurut Ade, saat ini ada upaya sistematis untuk<br />
mengusik konsentrasi dalam menangani kasus rekening<br />
gendut dan pada akhirnya melemahkan KPK untuk melanjutkan<br />
kasus itu.<br />
Sedangkan Hifdzil Alim,<br />
peneliti Pusat Kajian Antikorupsi<br />
UGM, menilai<br />
persoalan yang membelit<br />
pimpinan KPK adalah upaya<br />
kriminalisasi.<br />
“Ini terang-benderang<br />
kasusnya coba diada-adain.<br />
Kami sih ingin Jokowi memerintahkan<br />
SP3 (surat<br />
perintah penghentian<br />
penyidikan) kasus<br />
ini,” kata Ade. ■<br />
HANS HENRICUS B.S. ARON<br />
Antasari Azhar<br />
AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
PENGACARA:<br />
TAK PERNAH<br />
FERIYANI<br />
FOTO MESRA<br />
DENGAN SAMAD<br />
“FERIYANI TIDAK MAU<br />
DIKATAKAN BERSEKONGKOL<br />
DAN DISALAHKAN DALAM<br />
MASALAH PASPOR.”<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
BAHTIAR/MAJALAHDETIK<br />
Saya cuma bikin<br />
paspor, cuma<br />
tahu terima<br />
beres, kok tibatiba<br />
saya sampai<br />
dilaporin polisi,<br />
salah saya apa.<br />
FERIYANI Lim mengaku terpaksa<br />
melaporkan Ketua Komisi Pemberantasan<br />
Korupsi Abraham Samad dalam<br />
kasus pemalsuan dokumen. Ia tidak<br />
mau dihukum 6 tahun penjara gara-gara didakwa<br />
bersekongkol membuat dokumen palsu<br />
dalam pembuatan paspor.<br />
Soal foto mesra mirip dirinya dan Abraham,<br />
Feriyani membantah pernah melakukan adegan<br />
seperti itu. Ia mengaku bertemu dengan<br />
Abraham di rumah makan dan saat pembuatan<br />
kartu tanda penduduk serta paspor. Setelah itu,<br />
ia tidak pernah lagi bertemu dengan Abraham.<br />
“Klien kita dengan tegas mengatakan tidak<br />
pernah ada foto itu. Enggak pernah dia foto<br />
kayak begitu,” kata pengacara Feriyani, Haris<br />
Septiansyah.<br />
Bagaimana kronologi Feriyani Lim melaporkan<br />
Ketua KPK Abraham Samad<br />
Tanggal 29 Januari 2015, ada laporan dari LSM,<br />
dugaan tindak pidananya adalah pelanggaran<br />
Pasal 93 UU Administrasi Negara juncto Pasal<br />
263 juncto Pasal 264 KUHP. Maksimal pidana<br />
6 tahun penjara. Di situ klien kita (Feriyani)<br />
sebagai terlapor satu dan terlapor dua adalah<br />
Saudara AS (Abraham Samad).<br />
Laporan tanggal 29 Januari itu diserahkan ke<br />
Mabes Polri. Kemudian Mabes Polri melimpahkan<br />
ke Polda Sulawesi Selatan-Barat. Klien kita<br />
merasa, “Saya cuma bikin paspor, cuma tahu<br />
terima beres, kok tiba-tiba saya sampai dilaporin<br />
polisi, salah saya apa.”<br />
Sebagai kuasa hukum, kita rekomendasikan<br />
lapor balik saja karena, kalau sebagai terlapor,<br />
berarti kita bersekongkol. Makanya, pas 1 Februari,<br />
kita melaporkan ke Mabes Polri.<br />
Jadi ada dua laporan. Pertama, kita sebagai<br />
terlapor di Mabes Polri yang dilimpahkan ke<br />
Polda Sulawesi Selatan Barat. Laporan kedua<br />
kita sebagai pelapor, dengan terlapornya Uki<br />
dan AS.<br />
Bagaimana Feriyani membuat paspor<br />
tersebut<br />
Klien kita kan cuma nyari orang. Dia domisili<br />
di Pontianak. Dia bingung, tanggal 26 Februari<br />
2007 mau ke Kuala Lumpur. Kelimpungan, beliau<br />
nanya teman ke teman, muncullah teman,<br />
namanya Awi. Awi bilang, “Lo mau bikin paspor,<br />
sudah lo ikut gua, tapi lo mesti ke Makassar.”<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Ketua KPK Abraham<br />
Samad saat konferensi pers<br />
menjelaskan foto mirip dia dan<br />
Feriyani Lim yang beredar di<br />
media sosial, Senin (2/2).<br />
ANTARA FOTO/DADUNG SUNJAYA<br />
Awi orang Makassar.<br />
Berangkatlah mereka, klien kita dengan temannya<br />
yang bernama Dewi, kemudian pergi<br />
ke Makassar. Di sana sama Awi yang mengurus.<br />
Hari pertama sampai di Makassar, diurus,<br />
Awi nyerah. Ternyata enggak bisa.<br />
Bingung punya bingung, besoknya si Awi<br />
ngenalin ke teman yang namanya U (Uki).<br />
U bilang, “Ya sudah, coba gua carikan teman<br />
yang bisa.” Nah, kemudian U ini ngenalin ke<br />
AS, yang saat itu profesinya sebagai pengacara<br />
di Makassar. Ketemu mereka di tempat makan,<br />
ngobrol-ngobrol, okelah dibantu.<br />
Besoknya, klien kita cuma disuruh datang<br />
ke tempat foto. Klien kita juga enggak tahu itu<br />
kantor pemerintahan mana. Nah, yang pertama<br />
dia cuma ingat disuruh dua kali foto.<br />
Yang pertama dia ingat foto pertama itu<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
BAHTIAR/MAJALAHDETIK<br />
Klien kita<br />
dengan tegas<br />
mengatakan<br />
tidak pernah ada<br />
foto itu. Enggak<br />
pernah dia foto<br />
kayak begitu.<br />
sama ibu-ibu pakai kerudung, pakai baju cokelat.<br />
Nah, klien kita enggak tahu ini kantor<br />
pemerintahan mana, enggak ngerti dia. Yang<br />
dia ingat foto pertama selesai, jadi KTP.<br />
Terus sorenya disuruh foto lagi, cuma belum<br />
jadi barangnya pada saat itu. Baru keesokan<br />
harinya jadi itu paspor atas nama klien kami.<br />
Lokasi foto sama<br />
Menurut pengakuan beliau, foto di dua tempat<br />
yang berbeda. Yang dia ingat cuma ibu-ibu<br />
kerudung yang ngambil foto.<br />
Klien kita enggak pernah megang yang namanya<br />
KK (kartu keluarga). Kan kalau bikin KTP<br />
harus ada, KK-nya mana nih, alamatnya mana<br />
nih. Klien kita enggak pernah pegang itu KK.<br />
Klien kita cuma datang, duduk, foto, selesai.<br />
Berapa lama nih KTP. Sudah, selesai, sore foto<br />
lagi, besoknya paspor jadi.<br />
Sudah tenang semua sampai saat 29 Januari<br />
itu.<br />
Setelah bikin paspor itu dari Makassar<br />
terus ke mana<br />
Setelah dari Makassar pulang ke Jakarta. Itu<br />
hari Jumat atau Sabtu dia pulang. Senin berangkat<br />
ke Malaysia.<br />
Sempat ketemu Uki<br />
Sempat, begitu di Makassar itu, Uki enggak<br />
kenal serta-merta, dikenalkan sama temannya,<br />
sama Awi itu. Dikenalin U, si U ini yang ngenalin,<br />
dan terima beres. Ya, pasti ketemu, plus<br />
ketemu sama AS ini.<br />
Ketemu di mana<br />
Dia cuma ingat ketemu di rumah makan, ini<br />
berdasarkan BAP kemarin, ya. Tempat makan<br />
dan beliau tidak menyebutkan rumah makan.<br />
Pada saat itu ada seseorang datang, teman<br />
Uki, yang diperkenalkan sebagai pengacara, AS<br />
itu.<br />
Sebelumnya Feriyani tak kenal AS<br />
Enggak, karena si U ini dikenalin sama temannya<br />
Awi tadi.<br />
Setelah di tempat makan tadi, di mana<br />
Feriyani bertemu Abraham Samad lagi<br />
Saat pengurusan KTP dan paspor.<br />
Soal isu foto mesra bagaimana<br />
Ini harus dibedakan isu hukum dan gosip.<br />
ýKlien kita datang bukan karena masalah<br />
foto. Ini karena ada pemalsuan dokumen dan<br />
6 tahun penjara ancamannya. Itu sudah saya<br />
terangkan.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Data kependudukan Feriyani<br />
Lim. Ia tercatat sebagai warga<br />
Kecamatan Kebayoran Baru,<br />
Jakarta Selatan.<br />
DETIKNEWS<br />
Mengenai gosip foto, klien kita dengan tegas<br />
mengatakan tak pernah ada foto itu. Enggak<br />
pernah dia foto kayak begitu. Bahkan, kalau<br />
sempat mengikuti perkembangan media, dari<br />
pihak seberang (Abraham) kan sudah ada pernyataan<br />
bahwa foto itu tidak benar.<br />
Kalau misalkan ada laporan mengenai foto<br />
dan Mabes sudah bereaksi, ya kita tunggu saja.<br />
Bahkan klien kita, saking polosnya dan takut,<br />
sempat bilang sama kita, “Bisa-enggak ahli<br />
telematika disewa.” Dilihat benar-enggak tuh<br />
foto kita yang disebar ke media.<br />
Sekarang Feriyani di mana<br />
Di Jakarta.<br />
Keadaannya<br />
Dengan pemberitaan yang ada, beliau sabar<br />
saja. Sambil menunggu proses yang jelas kemarin<br />
dibikin BAP. Dan di BAP-nya itu sudah<br />
jadi tersangka.<br />
Jadi waktu 3 Februari kita datang sebagai<br />
pelapor. Ternyata sekalian sama BAP sebagai<br />
tersangka.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Apartemen Kusuma Candra di<br />
bilangan SCBD, Jakarta Selatan.<br />
Feriyani Lim tinggal di Tower 3<br />
bersama kedua orang tuanya.<br />
GRANDYOS/DETIKCOM<br />
Aktivitas Feriyani sehari-hari apa<br />
Beliau punya butik dan yang beli bukan<br />
orang sembarangan. Jadi beliau sering ke luar<br />
negeri beli bahan dan baju, diolah di sini, terus<br />
dijual ke teman-temannya. Yang beli termasuk<br />
kalangan artis.<br />
Apakah Feriyani pernah cerita soal musuh<br />
Tidak pernah cerita soal musuh. Beliau orang<br />
biasa yang suka belanja dan punya butik. Dan<br />
tiba-tiba ada gosip sudah 16 tahun-lah jadi simpanan.<br />
Jadi kan kaget. Sebelumnya ya aman<br />
saja.<br />
Sudah menikah<br />
Belum.<br />
Soal informasi rekeningnya yang tidak<br />
sesuai dengan profil<br />
Klien kita tidak memberikan keterangan mengenai<br />
rekening. Fokus beliau saat ini adalah<br />
tidak mau dikatakan bersekongkol dan disalahkan<br />
dalam masalah paspor. Jadi beliau lagi<br />
fokus mengenai itu. Termasuk masalah foto,<br />
akan mengambil jalur hukum lainnya. n<br />
MONIQUE SHINTAMI, BAHTIAR RIFAI<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
AMUKAN<br />
PENGUSAHA<br />
ALMUGADA<br />
ZAINAL BARU BANGKRUT RP 2,9 MILIAR<br />
GARA-GARA SAHAM BAKRIE. IA JUGA GAGAL JADI<br />
CALEG NASDEM. SEMPAT DISANDERA MASSA<br />
SAAT JADI KETUA KPUD GOWA.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Layar Indeks Harga Saham<br />
Gabungan (IHSG) di Bursa<br />
Efek Indonesia, Jakarta, Senin<br />
(29/09/2014).<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
ZAINAL Tahir pusing bukan main.<br />
Duitnya senilai Rp 2,9 miliar amblas.<br />
Harga saham PT Bumi Resources Tbk<br />
(BUMI) yang dibelinya terjun bebas.<br />
Pada Desember 2014 itu, harga saham perusahaan<br />
milik Grup Bakrie tersebut anjlok hingga<br />
mendekati Rp 50 per lembar.<br />
Zainal tergiur membeli saham BUMI saat<br />
ditawarkan kepada publik pada 2007. Saat itu<br />
harganya Rp 4.159 per lembar. Pria 39 tahun<br />
asal Gowa, Sulawesi Selatan, itu sampai menjual<br />
aneka properti dan harta lainnya untuk<br />
memborong saham sekitar 4.000 lembar.<br />
Sempat melonjak hingga menjadi Rp 8.750<br />
ribu per lembar, harga saham yang dulu dikenal<br />
sebagai “saham sejuta umat” itu terus menurun<br />
sejak krisis ekonomi 2008. Zainal pun menelan<br />
kerugian. “Kalau dihitung-hitung rugi sampai<br />
Rp 2,9 miliar,” kata trader itu akhir tahun lalu.<br />
Zainal, yang namanya belakangan jadi sorotan<br />
setelah mengaku sebagai pengambil foto<br />
syur mirip Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi<br />
Abraham Samad dan wanita mirip Feriyani<br />
Lim, adalah pemain lama di lantai Bursa Efek<br />
Indonesia (BEI). Ia menekuni bisnis saham itu<br />
dari 2007 hingga sekarang.<br />
“Saya wiraswasta,” ujar Zainal saat jumpa<br />
pers tentang foto mirip Abraham itu di Restoran<br />
Pulau Dua, Jakarta, Rabu, 4 Februari 2015.<br />
Zainal memiliki klub trader yang anggotanya<br />
lebih dari 200 orang. Mereka berasal dari berbagai<br />
daerah di Indonesia. Namun, di kalangan<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
pialang saham BEI, Zainal adalah pemain saham<br />
skala kecil. Jual-beli saham yang dilakukannya<br />
hanya Rp 1-2 miliar. “Pemain besar itu di atas<br />
Rp 10 miliar,” kata Ketua Umum Asosiasi Analis<br />
Efek Indonesia, yang juga mentor Zainal, Haryajid<br />
Ramelan, kepada majalah detik.<br />
Selain main saham, sudah lama Zainal dikenal<br />
sebagai pebisnis di Makassar. Ia antara lain<br />
memiliki usaha di bidang properti dan punya<br />
toko busana. Namun yang paling dikenal oleh<br />
teman-temannya di Makassar adalah Zainal<br />
pengusaha yang cukup sukses di periklanan.<br />
Salah satu titik papan reklame milik Zainal berdiri<br />
kokoh di jalan poros A.P. Pettarani, Makassar.<br />
“Dia pengusaha almugada: apa lu mau gua<br />
ada,” ujar teman Zainal, Tomi Lebang, lewat<br />
tulisannya di Internet.<br />
Zainal mengenal bisnis sejak menjadi kar-<br />
Zainal Tahir saat diundang<br />
Komisi III DPR terkait<br />
beredarnya foto mesum mirip<br />
Ketua KPK Abraham Samad,<br />
Rabu (4/2/2015).<br />
LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Ketua KPK Abraham Samad<br />
membantah keaslian foto mirip<br />
dirinya dengan Feriyani Lim,<br />
Senin (2/2).<br />
DADUNG SUNJAYA/ANTARA FOTO<br />
yawan bagian iklan di surat kabar lokal Makassar,<br />
Harian Fajar. Sebelumnya, saat baru lulus<br />
dari Jurusan Administrasi Negara Universitas<br />
Sultan Hasanuddin pada 1993, pria yang memiliki<br />
empat anak itu sempat menjadi petugas<br />
pencatat meteran listrik PLN. Dari bisnisnya<br />
yang berkembang, Zainal dapat mengentaskan<br />
kehidupan keluarganya di Gowa.<br />
Sembari menjalankan bisnis, Zainal, yang<br />
sejak bersekolah di SMA Negeri 1 Sungguminasa<br />
aktif di berbagai organisasi, mulai merintis<br />
karier politik. Ia terpilih menjadi Ketua Komisi<br />
Pemilihan Umum Daerah Gowa pada 2005.<br />
Gowa menggelar pilkada langsung pada<br />
2005. Pilkada ini diwarnai banyak protes dari<br />
para pendukung calon bupati yang bertarung<br />
sejak awal pendaftaran hingga penghitungan<br />
suara.<br />
“Itu yang saya dengar karena dia meloloskan<br />
salah satu pasangan, lalu ribut. Saya tidak<br />
begitu ingat, tapi sudah lama. Yang saya ingat,<br />
calon bupati bermasalah dia loloskan,” kata<br />
Wakil Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah<br />
Partai NasDem Sulawesi Selatan Dahlan Gege.<br />
Berdasarkan data detikcom, pada 23 Mei 2005<br />
massa Partai Keadilan Sejahtera mendemo<br />
Pengadilan Negeri Gowa. Mereka memprotes<br />
tindakan KPUD Gowa yang mengesahkan pasangan<br />
Syahrir Syafruddin-Abdul Jabbar Hijjaz<br />
sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati Gowa.<br />
PKS meminta pencalonan pasangan itu<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Feriyani Lim<br />
@PATUNGPOLISI<br />
dianulir karena partai ini tidak pernah mengusung<br />
pasangan yang mengklaim didukung<br />
PKS bersama Partai Demokrat dan PDI Perjuangan<br />
tersebut.<br />
Pada 26 Juni 2005, kantor KPUD Gowa<br />
ditutup massa dan Zainal disandera massa.<br />
Sehari sebelum pilkada digelar itu, ratusan<br />
orang memprotes data pemilih karena sebanyak<br />
7.000 warga tidak terdaftar. Warga juga<br />
mengeluhkan kartu pemilih palsu. Seusai pilkada,<br />
warga kembali berdemo dan meminta agar<br />
pengumuman pemenang pilkada diundurkan.<br />
Zainal pada masa itu mengaku sudah terbiasa<br />
menghadapi teror dan tekanan. “Saya sudah<br />
terbiasa diteror. Paling banyak telepon kantor.<br />
Salah satu isinya, mereka mengancam akan<br />
mendatangi rumah saya dan membakarnya,”<br />
kata Zainal.<br />
Pascakisruh pilkada itu, Zainal menyatakan<br />
mundur dari KPUD Gowa sebelum masa<br />
jabatannya habis. Ia kemudian masuk Partai<br />
Demokrat. Beberapa bulan menjelang pemilu<br />
legislatif 2014, Zainal melihat peluang maju<br />
sebagai calon anggota legislatif Partai Nasional<br />
Demokrat (NasDem). Karena itu, ia meloncat<br />
ke NasDem.<br />
Zainal lolos sebagai caleg NasDem daerah<br />
pemilihan I Sulawesi Selatan (Makassar, Gowa,<br />
Takalar, Jeneponto, Bantaeng, dan Selayar)<br />
dengan urutan nomor 3.<br />
Zainal pun berkampanye dengan mendatangi<br />
pasar-pasar di dapilnya. Zainal, yang<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
Ketua Umum Asosiasi Analis<br />
Efek Indonesia Haryajid<br />
Ramelan (tengah).<br />
PUSPA PERWITASARI/ANTARA<br />
mengusung tagline “Jagalah Kebersihan”, juga<br />
memasang poster dan baliho di banyak tempat<br />
di Makassar. “Jadi, sewaktu di NasDem itu,<br />
balihonya di mana-mana di Makassar,” kata<br />
Haryajid.<br />
Namun langkah Zainal itu membentur dinding.<br />
Ia gagal menjadi anggota DPR. Setelah<br />
gagal di NasDem, Zainal tidak aktif lagi di partai<br />
besutan Surya Paloh itu.<br />
Ia lantas sibuk dengan bisnisnya. Menurut<br />
Tomi, Zainal memilih berada di Jakarta. Ia<br />
memang mempunyai sebuah rumah di Jakarta.<br />
Kabar lainnya, ia memiliki satu unit apartemen<br />
di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat.<br />
Zainal lantas muncul mengagetkan saat<br />
menggelar jumpa pers tentang foto mirip Abraham<br />
Samad dengan seorang wanita di tempat<br />
tidur pada Rabu, 4 Februari. Zainal mengakui ia<br />
adalah caleg gagal. “Iya, memang saya mantan<br />
caleg gagal Makassar I untuk DPR RI,” katanya.<br />
Ia sadar langkahnya muncul dengan mengaku<br />
sebagai pemotret adegan heboh mirip<br />
Samad itu sungguh berisiko.<br />
“Saya pernah menjadi sahabat dan teman<br />
dekat AS—yang dibesarkan oleh keluarga yang<br />
menjunjung nilai moral. Saya memahami jika ia<br />
akan marah sekali kepada saya,” tulis Zainal di<br />
akun Facebook-nya. ■<br />
GUNAWAN MASHAR, MONIQUE SHINTAMI, IBAD DURROHMAN,<br />
BAHTIAR RIFAI | IRWAN NUGROHO<br />
MAJALAH DETIK 9 - - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
YANG<br />
DULU<br />
DIPUJI<br />
KINI<br />
DIMAKI<br />
SUPRIANSA sebetulnya<br />
menyimpan nama baik di<br />
sebagian masyarakat Kota<br />
Makassar, Sulawesi Selatan.<br />
Pria yang berprofesi sebagai pengacara<br />
sekaligus pegiat antikorupsi itu dikenal<br />
sebagai pembela rakyat kecil.<br />
Contohnya ketika Supriansa memperjuangkan<br />
hak-hak warga Dusun<br />
Bado-bado, Kecamatan Mandai, Maros.<br />
Saat itu tahun 2000, warga setempat<br />
terlibat sengketa lahan dengan<br />
PT Angkasa Pura I, yang hendak<br />
membangun Bandar Udara Sultan<br />
Hasanuddin.<br />
Supriansa, yang membela warga lewat<br />
lembaga swadaya masyarakat Makassar<br />
Intelektual Law (MIL), berhasil<br />
memenangkan warga. Masyarakat Bado-bado<br />
pun mendapatkan ganti rugi<br />
yang cukup tinggi. “Nama Anca harum<br />
waktu itu,” kata Kiblat Said, sahabat<br />
Anca—sapaan Supriansa.<br />
Selain di MIL, mantan aktivis Himpunan<br />
Mahasiswa Islam itu aktif di gerakan<br />
antinarkoba. Bahkan ia menjadi Ketua<br />
Gerakan Nasional Anti Narkotika Kota<br />
Makassar.<br />
Terakhir, ia mendirikan Indonesia<br />
Monitoring Center, LSM antikorupsi<br />
di Makassar. Melalui<br />
lembaga itulah Anca intens<br />
bekerja sama dengan Ketua<br />
Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham<br />
Samad, yang bernaung di bawah<br />
lembaga Anticorruption Committee<br />
(ACC). Sepak terjang keduanya banyak<br />
diapresiasi.<br />
Namun itu dulu. Kini warga Makas-<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
FOKUS<br />
sar ramai-ramai mengecam sikap Anca.<br />
Tak lain akibat aksinya mengumbar<br />
pengakuan tentang pertemuan Samad<br />
dengan elite PDI Perjuangan semasa<br />
pilpres. Pertemuan di apartemen miliknya,<br />
Capital, di Sudirman Center Business<br />
District (SCBD).<br />
“Sekarang warga memaki-maki dia.<br />
Orang memang bisa berubah karena<br />
keadaan,” tutur Said, yang juga mengaku<br />
berteman akrab dengan Samad.<br />
Menurut Said, sejak pindah ke Jakarta<br />
beberapa tahun lalu, gaya hidup Anca<br />
memang berubah. Salah satunya kepemilikan<br />
apartemen mewah tersebut.<br />
“Ya, sebetulnya sebagai teman bangga<br />
juga,” tuturnya.<br />
Abdul Mutholib, Direktur ACC,<br />
mengatakan Anca cenderung dekat<br />
dengan banyak pejabat dan kalangan<br />
pengusaha di Makassar. “Dia banyak<br />
mem-back-up pengusaha-pengusaha di<br />
Makassar,” kata Mutholib.<br />
Selain itu, lulusan Universitas Muslim<br />
Indonesia itu mulai terseret ke politik.<br />
Pada 2010, Anca bahkan maju menjadi<br />
Wakil Bupati Soppeng, yang merupakan<br />
kampung halamannya. Ia berpasangan<br />
dengan Andi Sulham Hasan. Pasangan<br />
yang diusung Partai Demokrat ini menempati<br />
posisi ketiga dari tujuh calon<br />
yang berlaga.<br />
Pada Pemilu 2014, Anca kembali<br />
mengadu peruntungan di dunia politik.<br />
Ia menjadi calon anggota DPR dari<br />
Partai Demokrat. Ia maju sebagai caleg<br />
nomor 5 dari daerah pemilihan II Sulawesi<br />
Selatan, yang meliputi Kabupaten<br />
Sinjai, Bone, Soppeng, Parepare, Barru,<br />
Pangkep, dan Maros.<br />
Pencalonannya sebagai anggota DPR<br />
didukung tokoh-tokoh dan pengusaha<br />
Makassar. Aksa Mahmud, pemilik<br />
Bosowa Group, beberapa kali memberikan<br />
pernyataan yang mendukung.<br />
Anca mengakui Bosowa adalah salah<br />
satu kliennya.<br />
Tak seperti calon lainnya, kampanye<br />
yang dilakukan Supriansa disorot oleh<br />
masyarakat. Pasalnya, dari kabupaten<br />
ke kabupaten di dapilnya itu, Supriansa<br />
menggunakan helikopter. “Dia foto di<br />
depan helikopter. Itu buat ramai,” Mutholib<br />
menambahkan.<br />
Dalam kampanye, Anca tak segan<br />
memberikan bantuan-bantuan, antara<br />
lain ia disebut-sebut memberikan<br />
bantuan marmer untuk pembangunan<br />
masjid dengan nilai yang cukup fantastis.<br />
Supriansa banyak disebut sebagai<br />
penantang tangguh caleg DPR incumbent,<br />
seperti Tamsil Linrung (PKS). Namun,<br />
toh, Anca kembali gagal di politik.<br />
Ia tak mampu merebut kursi DPR. Ia<br />
menuduh telah terjadi pencurian suara,<br />
terutama di Kecamatan Kajang. ■<br />
ADI SAPUTRO, BAHTIAR RIFAI, IBAD DUROHMAN, MONIQUE<br />
SHINTAMI |IRWAN NUGROHO<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
SRI ADININGSIH:<br />
PILIH<br />
PEJABAT<br />
NEGARA<br />
YANG TIDAK<br />
KORUP<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
MESKI MEMBUAT GADUH KONDISI SOSIAL-POLITIK, KISRUH KPK-POLRI TAK<br />
BERDAMPAK SIGNIFIKAN PADA EKONOMI.<br />
DARI sembilan anggota Dewan Pertimbangan<br />
Presiden (Wantimpres), sosok Sri Adiningsih<br />
menjadi istimewa. Bukan cuma karena dia perempuan<br />
satu-satunya, tapi juga lantaran guru<br />
besar ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,<br />
itu punya kedekatan pribadi dengan<br />
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan<br />
Megawati dan teman Presiden Joko<br />
Widodo semasa SMP di Solo. Mungkin karena<br />
itu dia secara aklamasi terpilih menjadi Ketua<br />
Wantimpres, yang dilantik Presiden pada 19<br />
Januari lalu.<br />
Meski dikritik sebagai lembaga balas budi dan<br />
didominasi perwakilan partai politik, mereka<br />
cukup trengginas bekerja. Enam hari setelah<br />
dilantik, mereka menyampaikan rekomendasi<br />
terkait kisruh Komisi Pemberantasan Korupsi<br />
dengan Polri. Namun, dengan alasan rahasia,<br />
Sri menolak membeberkan rekomendasi itu.<br />
“Kalau saya menyampaikan kepada publik,<br />
saya bisa dipenjara, he-he-he…,” kata Sri saat<br />
menerima majalah detik di ruang kerjanya,<br />
Senin (2/2). Kertas-kertas masih bertebaran<br />
di meja rapat. Begitu juga kotak-kotak bekas<br />
makan siang. Sri mengaku baru selesai rapat<br />
dengan timnya mempersiapkan masukan<br />
untuk Presiden. Ia menjamin kedekatannya<br />
dengan Megawati dan Jokowi tak mempengaruhi<br />
sikap profesionalnya sebagai akademisi.<br />
Anda perempuan pertama yang menjadi<br />
Ketua Dewan Pertimbangan Presiden<br />
Suatu kehormatan bagi saya bisa menjadi<br />
anggota Dewan Pertimbangan Presiden, apalagi<br />
menjadi ketuanya, karena posisinya sangat<br />
strategi. Apalagi, kalau dicermati, Presiden<br />
pada waktu menjadi calon presiden punya visimisi<br />
atau buku putih yang ingin menjadikan<br />
bangsa Indonesia berdaulat di bidang politik,<br />
berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian<br />
dalam budaya. Itu kan pengejawantahan<br />
Trisakti Bung Karno yang perlu disesuaikan<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
Saya tidak tahu apakah ada mekanisme<br />
pemilihan secara informal. Tapi saya yakin ada<br />
diskusi dan negosiasi antara Presiden dan anggota<br />
Wantimpres lainnya untuk menentukan<br />
satu nama yang dipercaya oleh Presiden untuk<br />
pada akhirnya menjadi ketua.<br />
Video<br />
dengan kondisi saat ini. Saya percaya Trisakti<br />
merupakan ideologi yang relevan dan diperlukan<br />
Indonesia, terutama pada masa ekonomi<br />
dan liberalisasi teknologi informasi yang luar<br />
biasa.<br />
Proses penunjukan Anda seperti apa<br />
Ada rasa pekewuh memimpin tokohtokoh<br />
senior<br />
Tentu saja menyadari saya cukup muda dan<br />
kurang pengalaman dibandingkan de ngan<br />
bapak-bapak yang lain. Tapi saya pernah berpengalaman<br />
sebagai sekretaris tim ahli MPR<br />
pada waktu proses amendemen UUD 1945.<br />
(Saya) juga banyak berinteraksi de ngan beliaubeliau<br />
sebelumnya. Sejauh ini tidak ada masalah<br />
yang muncul. Kita bekerja sama dengan<br />
baik, meskipun tentu saja tidak berarti semua<br />
punya suara dan pandangan yang sama untuk<br />
suatu permasalahan atau isu yang menjadi<br />
fokus diskusi kita.<br />
Termasuk tidak bulatnya suara dalam<br />
menyikapi kisruh KPK-Polri<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
Saya ingin menyampaikan bahwa semua<br />
yang kami diskusikan dan pertimbangan<br />
kepada Presiden itu oleh Undang-Undang<br />
(Nomor 19 Tahun 2006) merupakan hal yang<br />
rahasia. Tentu saja saya tidak bisa menyampaikan<br />
kepada publik apa yang terjadi dan<br />
apa pertimbangan kita kepada Presiden. Kalau<br />
saya menyampaikan kepada publik, saya bisa<br />
dipenjara, he-he-he….<br />
Dinamikanya seperti apa<br />
Saya tidak bisa menyampaikan isi materi<br />
yang kami diskusikan.<br />
Saya percaya Trisakti merupakan ideologi yang<br />
relevan dan diperlukan Indonesia, terutama<br />
dalam masa ekonomi dan liberalisasi teknologi<br />
informasi yang luar biasa.<br />
Presiden sudah meminta pertimbangan<br />
lanjutan<br />
Yang jelas, Wantimpres tugasnya memberi<br />
pertimbangan kepada Presiden, baik diminta<br />
maupun tidak. Bisa diberikan secara perorangan<br />
atau bersama-sama. Di Wantimpres<br />
itu, kami dibagi-bagi menjadi empat bidang.<br />
Untuk ekonomi, saya bersama Pak Suharso<br />
(Monoarfa), Pak Rusdi (Kirana), dan Pak Jan<br />
(Darmadi). Untuk Kesra itu Pak Hasyim, politik<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
Pengukuhan Sri Adiningsih<br />
sebagai guru besar Fakultas<br />
Ekonomi dan Bisnis UGM pada<br />
2013.<br />
DOK. PRIBADI<br />
dan hukum itu Pak Sidarto (Danusubroto) dan<br />
Pak Malik Fajar, untuk pertahanan-keamanan<br />
Pak Subagyo (H.S.) dan Pak Yusuf (Kartanegara).<br />
Anda melihat kisruh kasus ini berdampak<br />
pada perekonomian<br />
Yang terjadi antara KPK dan Polri memang<br />
telah membuat suasana, terutama sosialpolitik,<br />
agak menghangat. Hanya, saya<br />
bersyukur Indonesia sudah cukup dewasa<br />
menyikapi perkembangan yang terjadi meskipun<br />
mungkin, kalau kita baca, dengar, dan<br />
lihat, suaranya bisa keras, pertentangannya<br />
bisa tajam, tapi tidak anarkistis. Ini kan luar<br />
biasa.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
Saya tidak khawatir dampaknya pada ekonomi<br />
akan signifikan. Kita lihat di pasar saham,<br />
rupiah, begitu juga investasi tidak banyak terganggu.<br />
Sebenarnya Indonesia ini sudah siap<br />
bangkit dan menuju ekonomi yang lebih maju<br />
dengan daya saing yang lebih tinggi dan mandiri.<br />
Gangguan-gangguan pada energi bangsa,<br />
Presiden sampai menteri-menterinya dan masyarakat,<br />
jika habis untuk mengurusi masalahmasalah<br />
non-ekonomi yang berkepanjangan,<br />
tentunya sayang sekali. Saya berharap (konflik)<br />
bisa segera diselesaikan agar kita bisa segera<br />
membangun.<br />
Saya diusulkan oleh PDI Perjuangan. Saya<br />
membantu sejak Ibu Mega menjadi presiden.<br />
Saya kenal secara pribadi dengan Bu Mega.<br />
Apakah Wantimpres punya kewenangan<br />
juga untuk memberikan pertimbangan<br />
(siapa) pejabat negara yang akan ditunjuk<br />
Presiden<br />
Kami punya kewenangan memberi pertimbangan<br />
apa saja yang dianggap secara bersama-sama<br />
atau perorangan perlu disampaikan<br />
kepada Presiden. Termasuk terkait dengan<br />
suatu kementerian, isu ekonomi, atau nonekonomi.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
Peluncuran Gama Leading<br />
Economic Indicators di<br />
Fakultas Ekonomi dan Bisnis<br />
UGM, Yogyakarta.<br />
DOK. PRIBADI<br />
Secara pribadi, bagaimana pandangan<br />
Anda terkait pemberantasan korupsi<br />
Saya dulu Direktur Pelatihan dan Penelitian<br />
Ekonomika dan Bisnis UGM. Saat itu<br />
kami mengembangkan Gematih, gerakan<br />
dari masyarakat akademisi di dalam<br />
memberantas korupsi. Saya menjadi salah<br />
satu bagian dari Gematih di UGM. Itu kan<br />
didirikan di kantor saya.<br />
Kondisi pemberantasan korupsi di Indonesia<br />
seperti apa<br />
Saya takut nanti salah menyampaikan karena<br />
bukan bagian saya. Tapi saya cukup prihatin<br />
melihat bahwa korupsi sudah berjalan lama<br />
dan juga mengakar. Tentunya merugikan pembangunan<br />
ekonomi, membuat kesejahteraan<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
Saya kira semua lembaga penegak hukum<br />
dan pemberantasan korupsi sama pentingnya.<br />
Apabila penegakan hukum berjalan dengan<br />
baik, korupsi bisa diberantas, kita akan mampu<br />
membangun ekonomi dengan lebih baik dan<br />
cepat.<br />
Menjadi salah satu<br />
narasumber pada Focus<br />
Group Discussion di<br />
Kementerian Keuangan.<br />
DOK. PRIBADI<br />
masyarakat tidak bisa meningkat. Karena proyek<br />
dikorup, dana-dana untuk pembangunan<br />
dikorup, tentunya secara ekonomi dampaknya<br />
negatif. Pembangunan ekonomi terganggu,<br />
peningkatan pertumbuhan ekonomi terganggu.<br />
Anda setuju penguatan lembaga pemberantasan<br />
korupsi sangat dibutuhkan<br />
Jadi dibutuhkan pejabat negara dan<br />
penegak hukum yang berkomitmen serta<br />
bebas dari korupsi<br />
Saya berharap pejabat negara di Indonesia<br />
punya komitmen. Pertama, tentunya bekerja<br />
untuk bangsa dan negara. Bersih dari tindak<br />
pidana atau tindak yang etikanya buruk, serta<br />
tentunya tidak korup.<br />
Ada kritik lembaga Wantimpres sekadar<br />
untuk balas budi….<br />
Silakan masyarakat menilai, kalau kami tidak<br />
bisa menjalankan tugas dan kewenangan<br />
dengan baik, ya tentu saja mungkin kami memang<br />
hanya balas budi. Tetapi kami berusaha<br />
memberi pertimbangan kepada Presiden<br />
dengan konstruktif dan berguna untuk ke-<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
lebih banyak dari partai ketimbang pakar<br />
Itu hak Presiden untuk memilih orang-orang<br />
yang dianggap bisa masuk ke Wantimpres.<br />
Tetapi, yang saya tahu, teman-teman punya<br />
komitmen dan kami ingin bekerja untuk<br />
memberikan pertimbangan dengan sungguhsungguh.<br />
Anda diusulkan siapa<br />
Semua ada yang mengusulkan. Tidak ada<br />
yang jatuh dari langit. Ada yang diusulkan<br />
Presiden langsung, ada yang dari partai politik.<br />
Kalau saya diusulkan oleh PDI Perjuangan.<br />
Berjabat tangan dengan<br />
Prof Emil Salim, Ketua<br />
Wantimpres periode 2009-<br />
2014, seusai serah-terima<br />
jabatan, Selasa (3/2).<br />
AGUNG/DETIKCOM<br />
putusan-keputusan strategis. Semua pejabat<br />
memang ada yang mengusulkan, tetapi yang<br />
lebih penting, setelah diusulkan, apakah kami<br />
bisa, berani, dan mampu memberikan pertimbangan<br />
kepada Presiden yang dibutuhkan<br />
dalam menyelesaikan permasalahan bangsa<br />
atau membangun bangsa ini.<br />
Kritik lainnya terkait komposisi yang<br />
Karena Anda dekat dengan Megawati<br />
Saya membantu sejak Ibu Mega menjadi<br />
presiden, dan saya aktif sebagai dewan pakar<br />
ekonomi di Megawati Institute yang dibentuk<br />
PDI Perjuangan. Lembaga ini (didirikan) untuk<br />
menampung profesional yang ingin memberikan<br />
pemikirannya kepada bangsa melalui<br />
PDI Perjuangan. Saya aktif di sana kuranglebih<br />
10 tahun, kenal secara pribadi dengan<br />
Bu Mega. Tetapi, sebagai seorang profesional,<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
guru besar di bidang ekonomi, saya diminta<br />
untuk berada di sini dan dipilih oleh Presiden<br />
untuk menjadi Ketua Dewan Pertimbangan<br />
Presiden.<br />
Pak Jokowi itu teman seangkatan di SMP 1 Solo.<br />
Kami relatif dekat karena sering reuni tiap<br />
tahun di rumah dinas beliau di Loji Gandrung.<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
Padahal Anda sempat masuk bursa<br />
kabinet sebagai Menkeu….<br />
Saya tidak tahu karena saya berada di<br />
Yogya. Saya dengar ada yang bilang saya<br />
masuk kandidat A atau B, tetapi saya tidak<br />
tahu karena saya tidak pernah dihubungi,<br />
sehingga saya benar-benar tidak tahu apa<br />
yang terjadi di Jakarta. Sama sekali saya tidak<br />
pernah dihubungi oleh siapa pun untuk berbicara<br />
mengenai hal itu. Karena kan saya juga<br />
tinggalnya di Yogya, banyak di kampus, jauh<br />
dari hiruk-pikuk politik di Jakarta.<br />
Kenal dekat dengan Presiden<br />
Pak Jokowi itu teman seangkatan di SMP<br />
1 Solo meskipun tidak sekelas. Sebenarnya<br />
kami relatif dekat karena sering reuni tiap<br />
tahun di rumah dinas beliau di Loji Gandrung.<br />
Sewaktu (beliau) menjadi Gubernur DKI juga<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERVIEW<br />
Presiden Joko Widodo<br />
didampingi Menteri-Sekretaris<br />
Negara Pratikno menerima<br />
anggota Wantimpres di Istana<br />
Merdeka, Rabu (28/1).<br />
WIDODO S. JUSUF/REI/ANTARAFOTO<br />
pernah reuni di rumah beliau, juga di rumah dinas<br />
beliau. Teman-teman saya sudah berumur,<br />
jadi hobinya reuni, he-he-he…. (Hubungan)<br />
beliau dengan temannya tidak ada yang berubah<br />
sejak jadi presiden.<br />
Kami tidak tahu apakah tahun ini ada reuni,<br />
biasanya hari ketiga setelah Lebaran di rumah<br />
dinas. Masak sekarang di Istana Teman-teman<br />
sih pinginnya begitu, cuma ya tidak mudah<br />
kalau di Istana.<br />
Beliau juga sekarang kalau menyapa seperti<br />
biasa saja, sehingga kadang-kadang tidak enak<br />
sendiri. Biasanya kalau orang dengan Presiden<br />
kan “siap-grak-hormat” gitu ya, sementara<br />
dengan teman, beliau memperlakukan sebagai<br />
seorang teman pada umumnya. Mudahmudahan<br />
beliau tidak berubah karena menjadi<br />
seorang presiden. ■ PASTI LIBERTI MAPPAPA<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
BIODATA<br />
NAMA: Prof Sri Adiningsih, PhD<br />
TEMPAT/TANGGAL LAHIR: Surakarta, Jawa Tengah, 11 De sember<br />
1960<br />
PENDIDIKAN<br />
• Doktor Ekonomi Universitas Illinois, Amerika Serikat, 1996<br />
• Master Ekonomi Universitas Illinois, Amerika Serikat, 1989<br />
• Sarjana Ekonomi Pembangunan Universitas Gadjah Mada,<br />
Yogyakarta, 1985<br />
GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />
KARIER<br />
• Anggota Dewan Pengawas Bank Indonesia, 2013-2015<br />
• Direktur Pelatihan dan Penelitian Ekonomika dan<br />
Bisnis Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, 2013-<br />
2015<br />
• Ketua Jurusan Ekonomi Makro Fakultas Ekonomi<br />
UGM, 2012-2015<br />
• Anggota Dewan Pengurus Universitas<br />
Kristen Duta Wacana, Yogyakarta,<br />
2009 sampai sekarang<br />
• Kepala Pusat Studi Asia-Pasifik<br />
UGM, 2003-2009<br />
MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015
KOLOM<br />
PRAPERADILAN<br />
SEBAGAI PENANGKAL<br />
PROSES HUKUM<br />
DALAM MENANGANI PRAPERADILAN, PARA HAKIM HARUS KEMBALI PADA NORMA<br />
YANG TELAH DIGARISKAN. TIDAK USAH MENGIKUTI KREATIVITAS PENAFSIRAN PARA<br />
PENASIHAT HUKUM ATAU ADVOKAT.<br />
OLEH: DJOKO SARWOKO<br />
BIODATA<br />
Nama: Djoko Sarwoko<br />
Tempat/Tanggal Lahir:<br />
Boyolali, 21 Desember 1943<br />
Pendidikan dan Pelatihan:<br />
● Fakultas Hukum Universitas<br />
Gadjah Mada<br />
● Kursus dan Pelatihan Internasional<br />
Angkatan ke-31 di<br />
TIGA puluh lima tahun usia Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana<br />
(KUHAP) Nomor 8 Tahun 1981 tidak menjadi semakin mantap implementasinya.<br />
Sebaliknya, justru makin melebar sisi penyimpangannya. Praperadilan<br />
misalnya. Secara konseptual, praperadilan adalah instrumen hukum<br />
untuk pengawasan horizontal antara penyidik, penuntut umum, dan pihak ketiga<br />
yang berkepentingan.<br />
Pasal 1 butir 10 KUHAP menyatakan, praperadilan adalah wewenang pengadilan<br />
negeri untuk memeriksa dan memutus (bukan memeriksa dan mengadili karena<br />
masih berbicara tentang formalitas proses perkara) tentang sah-tidaknya penangkapan,<br />
penahanan, penghentian penyidikan, penghentian penuntutan (tidak termasuk<br />
penyampingan suatu perkara untuk kepentingan umum oleh Jaksa Agung),<br />
ganti kerugian, dan/atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkaranya dihentikan di<br />
tingkat penyidikan atau penuntutan sebagaimana digariskan di dalam Pasal 77.<br />
Sekalipun ketentuannya sudah cukup jelas, barangkali, karena kurang mendalam<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
KOLOM<br />
●<br />
●<br />
●<br />
UNAFE Fuchu, Jepang,<br />
1986<br />
Kursus dan Seminar<br />
Internasional tentang<br />
Juvenile Delinquency di<br />
Bangkok, Hong Kong,<br />
Shanghai, Beijing, Tokyo,<br />
1990<br />
Konferensi Asia-Pasifik<br />
tentang Pencucian Uang<br />
di Singapura, 2004<br />
Pelatihan masalah HAM<br />
di East West Center,<br />
Hawaii2006, 2011, 2012<br />
Karier:<br />
● Hakim Pengadilan Negeri<br />
Bangli, Bali, 1973-1978<br />
● Panitera Kepala Pengadilan<br />
Negeri Jakarta Utara,<br />
Jakarta Timur, Jakarta<br />
Barat, dan Jakarta Pusat,<br />
1978-1986<br />
● Hakim Pengadilan Negeri<br />
Tanjungpinang, Riau,<br />
pemahamannya atau karena begitu kreatifnya penasihat hukum atau hakim, lalu<br />
untuk menyelamatkan kliennya kemudian membuat penafsiran-penafsiran baru<br />
yang berakibat memperluas atau menambah obyek praperadilan secara tidak<br />
benar dan yang paling sering adalah “meminta agar proses hukum perkara yang<br />
sedang dijalaninya dihentikan penyidikannya”.<br />
Pada 2014, ada dua kasus terkait praperadilan semacam ini. Pertama di Pengadilan<br />
Negeri Jakarta Selatan. Di sana, tersangka perpajakan berinisial TC, Manajer<br />
Keuangan PHS Group, mempraperadilankan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).<br />
Dia memohon agar pengadilan menghentikan penyidikan dengan alasan prosesnya<br />
berlarut-larut hingga mendekati lima tahun. Padahal Undang-Undang Perpajakan<br />
tidak membatasi berapa lama batas waktu penyidikan. Tindak pidana pajak dapat<br />
dikatakan “kedaluwarsa dalam tenggang waktu 10 tahun”, seperti diatur Pasal 40<br />
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983.<br />
Tapi hakim PN Jakarta Selatan mengabulkan permohonan tersebut sehingga penyidikan<br />
tidak dapat berlanjut. Direktorat Jenderal Pajak kemudian melaporkan si<br />
hakim ke Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial. Konon, berdasarkan hasil pemeriksaan<br />
dari Badan Pengawasan (Bawas MA), hakim M. Razzad terbukti melakukan<br />
perbuatan tidak profesional. Dia pun dimutasikan dan menjadi ketua pengadilan di<br />
Nusa Tenggara Barat.<br />
Pengadilan Negeri Jambi pun pernah menangani praperadilan terhadap PPNS<br />
Perpajakan yang diajukan wajib pajak PT NGK. Obyek praperadilan adalah tentang<br />
“tidak sahnya penyitaan pembukuan keuangan perusahaan” yang sebenarnya<br />
dipinjam dalam rangka penyidikan di bidang perpajakan. Hakim mengabulkan<br />
permohonan tersebut. Akibatnya, semua buku yang disita untuk mencari bukti<br />
permulaan harus dikembalikan. Ketika pihak kantor pajak menolak karena masih<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
KOLOM<br />
●<br />
●<br />
●<br />
●<br />
●<br />
1986-1990<br />
Hakim Pengadilan Negeri<br />
Surabaya, 1993-1995<br />
Ketua Pengadilan Negeri<br />
Bogor, 1995-1997<br />
Hakim Tinggi Pengadilan<br />
Tinggi Medan, 1997-1998<br />
Direktur Pidana Mahkamah<br />
Agung, 1998-2001<br />
Ketua Muda Pidana Khusus<br />
Mahkamah Agung<br />
Republik Indonesia,<br />
2009-2014<br />
dipergunakan dalam proses penyidikan, mereka pun dilaporkan ke Polda Jambi<br />
dan telah ditetapkan sebagai tersangka. Kepala kantor pajak dan para penyidiknya<br />
disangka melanggar Pasal 263, 372, 335, dan 429 KUHP.<br />
Bagaimana mungkin PPNS yang sedang menjalankan tugas berbalik dijadikan<br />
tersangka Sungguh sangat menyedihkan. Saya menilai PPNS di bidang perpajakan<br />
Jambi tersebut telah dikriminalisasi. Sedangkan hakim yang memutus praperadilan<br />
telah dilaporkan ke MA dan KY. Tapi, menurut informasi Direktorat Jenderal Pajak,<br />
hingga kini laporan tersebut belum ada kelanjutannya. Di sisi lain, ada isu yang<br />
perlu dibuktikan kebenarannya. Konon, di belakang, wajib pajak adalah pembesar<br />
dari kepolisian di Polda Jambi.<br />
Pasal 36 A ayat (5) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan<br />
Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 16<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
KOLOM<br />
Tahun 2009, menegaskan bahwa “pegawai pajak tidak dapat dituntut, baik secara<br />
perdata maupun pidana, apabila dalam melaksanakan tugasnya didasarkan pada<br />
iktikad baik dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan”.<br />
Ke depan, “sektor pajak” menjadi andalan dan tulang punggung APBN. Tapi,<br />
jika mereka dikriminalisasi seperti itu, saya pesimistis tidak akan dapat menaikkan<br />
pendapatan negara dari sektor pajak.<br />
Dari beberapa contoh kasus tersebut, saya mengimbau para hakim agar sangat<br />
berhati-hati dalam menangani perkara praperadilan. Kembalikan saja pada norma<br />
yang telah menggariskannya dan tidak usah mengikuti kreativitas penafsiran para<br />
penasihat hukum. Sebab, mereka sejatinya memang dibayar oleh kliennya. Hakim<br />
tidak boleh berpikir kreatif karena akan mengakibatkan penyimpangan. Hakim<br />
wajib berpikir normatif di saat aturan undang-undang sudah jelas.<br />
Jangan menganggap kecil perkara praperadilan karena, jika salah memutus<br />
dan mengikuti pola berpikir advokad, dampaknya sangat luas dan dapat merusak<br />
sistem (hukum acara). Pada gilirannya, akan banyak praperadilan yang sampai<br />
tingkat kasasi dan peninjauan kembali. Padahal secara normatif undang-undang<br />
tidak memungkinkan. Akibat yang lain lagi adalah munculnya kecenderungan baru<br />
terjadinya pergeseran tujuan praperadilan, yang semula sebagai alat kontrol menjadi<br />
“upaya hukum” sebagai alat menangkal proses hukum. Mau ke mana sistem<br />
hukum kita Sekali lagi, para hakim harus “back to law and order”. n<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
BERKEBUN<br />
DI BELANTARA KOTA<br />
THINKSTOCK<br />
KEPUNGAN GEDUNG-GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA<br />
METROPOLITAN BUKAN HALANGAN. LAHAN NONPRODUKTIF<br />
DISULAP MENJADI KEBUN HIJAU NAN ASRI.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
MELAKUKAN kegiatan berkebun<br />
di rumah menjadi hal yang sulit<br />
dilakukan bagi Annisa Paramita,<br />
wanita yang sehari-hari bekerja<br />
sebagai karyawan swasta.<br />
Rumahnya di Bekasi tak punya lahan yang<br />
cukup luas untuk “melampiaskan” hobinya<br />
bercocok tanam. Namun perempuan 32 tahun<br />
ini tak berkecil hati.<br />
Annisa pun berinisiatif membeli media tanam<br />
siap pakai di tukang tanaman di pinggir<br />
jalan. Meski tergolong pemula, ia merawat<br />
dengan telaten satu per satu tanaman hijau<br />
yang dibeli agar tumbuh subur.<br />
Namun kendala tetap ditemui. Karena miskin<br />
pengalaman, Annisa sering menjumpai<br />
tanamannya mati akibat hama. Inilah musuh<br />
utama tanaman.<br />
Karena ia tak paham betul bagaimana<br />
mengusir hama, tanamannya pun tak tumbuh<br />
sesuai dengan harapan. “Tanamannya bantet,”<br />
ujarnya saat berbincang dengan majalah<br />
detik.<br />
Annisa pun mulai mencari tahu mengapa<br />
tanamannya selalu gagal panen. Hingga dia<br />
menemukan komunitas peduli lingkungan,<br />
THINKSTOCK<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
INDONESIABERKEBUN<br />
Indonesia Berkebun.<br />
Komunitas ini memang tengah naik daun<br />
beberapa tahun terakhir. Mereka tersebar di<br />
kota-kota metropolitan Indonesia. Tujuan utama<br />
mereka satu: menanami lahan tak terpakai<br />
dengan tanaman hijau.<br />
Yang bikin Annisa senang, komunitas ini<br />
juga secara sukarela memberikan edukasi<br />
mengenai cara bercocok tanam yang baik dan<br />
benar. Aha, inilah yang dia cari, he-he-he.....<br />
Pada awal 2014, Annisa memutuskan bergabung<br />
dengan salah satu jejaring Indonesia<br />
Berkebun, yaitu Bekasi Berkebun.<br />
Lokasinya di pusat kota, tepatnya di rumah<br />
dinas Wakil Wali Kota Bekasi Syaikhu Ahmad<br />
di Jakapermai. Lahannya kira-kira hanya 60<br />
meter persegi. Tidak terlalu luas memang.<br />
Mereka juga berkebun di Perumahan Grand<br />
Bekasi. Tanah seluas 500 meter persegi itu<br />
menjadi tempat bagi para penggiat untuk<br />
melakukan aktivitas berkebun dan saling bertukar<br />
ilmu.<br />
Dari komunitas Bekasi Berkebun, Annisa<br />
tahu bahwa ternyata media tanam yang digunakannya<br />
tidak memiliki unsur hara yang<br />
cukup untuk berkebun sayuran.<br />
Selain itu, untuk mengusir hama secara<br />
organik, Annisa belajar meracik pestisida<br />
nabati. Pestisida ini terbuat dari bahan-bahan<br />
tumbuhan atau dedaunan.<br />
“Aku biasanya buat pestisida dengan bahan<br />
baku bawang putih dan kunyit, dihaluskan<br />
dan diendapkan semalam. Besoknya disaring<br />
dan disemprot dengan perbandingan 1:1,” ujar<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
DIKHY/DETIKCOM<br />
Annisa.<br />
Kini tanaman hijau mulai menghiasi halaman.<br />
Saat ini perempuan yang menjadi juru<br />
bicara Bekasi Berkebun itu baru menguasai<br />
tanaman yang tergolong mudah, seperti<br />
kangkung dan cabai.<br />
Ide Indonesia Berkebun ini berawal dari keinginan<br />
Ridwan Kamil, seorang arsitek yang<br />
kini menjabat Wali Kota Bandung, untuk memanfaatkan<br />
lahan tidur di perkotaan.<br />
Pada 2010, pria yang turut memprakarsai<br />
berdirinya Indonesia Berkebun<br />
ini mulai memperkenalkan konsep<br />
urban farming lewat akun Twitternya.<br />
Tak disangka, cuitan Ridwan<br />
mendapat sambutan positif dari<br />
para netizen. Bersama beberapa<br />
inisiator lainnya, Ridwan memanfaatkan<br />
lahan pertamanya<br />
di Spring Hills, Kemayoran.<br />
Lahan seluas 10 ribu meter<br />
persegi itu dialihfungsikan menjadi<br />
lahan hijau yang produktif. Rupanya<br />
upaya itu berhasil dan peminatnya makin banyak.<br />
Latar belakang para inisiator dan penggiat<br />
yang bukan berasal dari pertanian membuat<br />
mereka harus berusaha ekstra untuk memaksimalkan<br />
penggunaan lahan di Spring Hills.<br />
“Awalnya enggak ngerti apa-apa, tukang<br />
kebun di Spring Hills malah ngajarin kita,” ujar<br />
salah satu inisiator, Sigit Kusumawijaya.<br />
Mereka mencoba menanam tanaman yang<br />
tahan hama dan gampang panen. Misalnya<br />
kangkung. Untuk tahap pertama, mereka<br />
menanami lahan seluas 4.000 meter persegi<br />
dengan tanaman itu.<br />
Antusiasme warga untuk ikut menghijaukan<br />
lahan kosong semakin tak terbendung. Pada<br />
awal 2012, dibentuklah Indonesia Berkebun<br />
untuk menaungi seluruh kegiatan tersebut.<br />
Saat ini komunitas Indonesia Berkebun telah<br />
memiliki 42 jejaring yang tersebar di 33 kota<br />
dan 9 kampus. Sebut saja Jakarta Berkebun,<br />
Makassar Berkebun, Bali Berkebun, hingga<br />
Fakfak Berkebun.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
BERKEBUN WITH FUN<br />
Komunitas ini tidak membeli lahan untuk<br />
berkebun. Mereka hanya meminjam lahan<br />
tidur kepada developer atau pemerintah.<br />
Lahan itu kemudian diolah sedemikian rupa<br />
hingga layak ditanami.<br />
Mula-mula tanah digemburkan. Puingpuing<br />
dan sampah disingkirkan hingga tanah<br />
menjadi subur. Bila lahan sudah siap untuk<br />
tanam perdana, warga yang tertarik “ngebon”<br />
dapat turut serta.<br />
Hasilnya, mulai tanaman kangkung, tomat,<br />
cabai, sawi, hingga wortel, yang sejatinya tidak<br />
dapat tumbuh di dataran rendah, berhasil<br />
mereka tanam.<br />
“Kita memang konsepnya mengajak orang<br />
lebih peduli lingkungan, menanamnya pun<br />
juga bukan estetik, ya. Kita menanam tanaman<br />
produktif yang bisa dikonsumsi,” kata Sigit.<br />
Berbagai kegiatan dilakukan oleh para<br />
INDONESIABERKEBUN<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
GAYA HIDUP<br />
INDONESIABERKEBUN<br />
penggiat Indonesia Berkebun. Acara biasanya<br />
dimulai dengan pemaparan dan edukasi<br />
singkat tentang berkebun, hal ini sangat<br />
bermanfaat bagi pemula.<br />
Selain itu, kegiatan berkebun sering dikolaborasikan<br />
dengan program-program yang<br />
menyenangkan. Alhasil, berkebun ini juga<br />
bisa dijadikan kegiatan “melepas penat” atau<br />
refreshing.<br />
“Mereka setiap hari sudah hectic, ya. Kita<br />
ngajak di akhir pekan ke kebun dengan cara<br />
yang fun. Misalnya, kalau panen, ada cooking<br />
on the spot, rame,” kata Sigit.<br />
Indonesia Berkebun juga mengadakan<br />
Kelas Akademi Berkebun, pelatihan satu hari<br />
penuh untuk belajar cara menanam, merawat,<br />
dan memanen hasil kebunnya secara<br />
intensif.<br />
Kelas ini biasanya diselenggarakan di<br />
daerah Bumi Serpong Damai setiap dua<br />
bulan sekali. “Biasanya ada biaya snack saja,<br />
tapi edukasinya gratis,” ujar Winartania,<br />
koordinator Bekasi Berkebun. n<br />
MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
WISATA<br />
LUPA SEDANG DI<br />
SINGAPURA<br />
RIVERSAFARI.COM.SG<br />
LIDAH JERAPAH BIKIN NYETRUM SAMPAI UBUN-UBUN<br />
DAN AIR LIUR BADAK MEMBASAHI TANGAN SEPERTI<br />
KUCURAN KERAN. EUUW!<br />
WIKIPEDIA<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
WISATA<br />
WIKIPEDIA<br />
SELAIN rimba beton perkantoran<br />
dan shopping mall yang jadi<br />
“identitas”, Singapura ternyata menyisihkan<br />
sebagian lahannya untuk<br />
tempat hidup satwa.<br />
Tengoklah peta Singapura bagian barat pusat<br />
kota. Kawasan ini ditandai dengan warna<br />
hijau. Di sinilah terdapat Jurong Bird, Singapore<br />
Zoo, River Safari, dan Night Safari.<br />
Kawasan luas nan hijau ini menjadi habitat<br />
satwa berbagai latar belakang geografis dan<br />
iklim. Semua berkonsep terbuka, tak ada<br />
satu pun hewan hidup dalam kerangkeng.<br />
Demi keamanan, pengelola hanya membuat<br />
parit agar manusia tak mendekat. Satwa<br />
langka yang hidup di sini mendapat perhatian<br />
khusus. Selain dirawat, mereka dilindungi dan<br />
dibiakkan.<br />
Wildlife Reserves Singapore menjadi badan<br />
independen swadana yang menginduki empat<br />
taman margasatwa ini. Mereka mendedikasikan<br />
diri untuk menjaga keanekaragaman<br />
hayati lokal dan global.<br />
Majalah detik berkesempatan mengunjungi<br />
keempat lokasi wisata tersebut atas<br />
undangan pengelola. Dan Singapore Zoo<br />
SILVIA/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
WISATA<br />
SILVIA/DETIKCOM<br />
menjadi lokasi pertama yang dikunjungi.<br />
Ingin merasakan juluran lidah jerapah yang bikin nyetrum<br />
sampai ubun-ubun Atau memberi makan badak putih yang air<br />
liurnya membasahi tangan seperti kucuran keran Datanglah ke<br />
kebun binatang ini.<br />
Pada jam-jam memberi makan, kita dapat ikut menyodorkan<br />
seporsi sayur-sayuran ke jerapah, badak, gajah, dan babun. Namun<br />
jangan coba-coba ikut memberi makan singa. Lebih baik jadi<br />
penonton saja.<br />
Untuk hewan yang satu ini, hanya petugas berpengalaman yang<br />
boleh melemparkan potongan-potongan ayam mentah ke arah<br />
dua ekor singa di seberang parit.<br />
Singapore Zoo berada di seputar Upper Seletar Reservoir, salah<br />
satu kawasan tangkapan air Singapura. Di kawasan<br />
seluas 26 hektare inilah, 2.800 ekor hewan<br />
dari 300 spesies bermukim, 26 persen<br />
spesies di antaranya terancam punah.<br />
Kebun binatang berusia 42 tahun<br />
itu menggunakan program pemberian<br />
makan sebagai salah satu cara<br />
mendekatkan pengunjung dengan<br />
hewan-hewan.<br />
Setelah terkenal dengan konsep<br />
terbuka, belakangan Singapore Zoo<br />
DETIKTRAVEL<br />
WIKIPEDIA<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
WISATA<br />
melangkah lebih jauh menjadi kebun binatang<br />
pendidikan (learning zoo) agar dapat maksimal<br />
menyampaikan pesan tentang konservasi.<br />
Singapore Zoo membuka pintu untuk<br />
rombongan siswa berusia 8-10 tahun<br />
yang datang didampingi guru. Mereka<br />
dapat mengenal hewan secara langsung<br />
dan menggunakan seluruh indra, hal<br />
yang tak dapat dilakukan di sekolah.<br />
“Kami ingin mengubah cara pandang<br />
bahwa guru membawa murid ke kebun<br />
binatang hanya untuk belajar sains,” ujar<br />
kurator dan pendidikan Wildlife Reserves Singapore<br />
Rekha K.R. Nair saat mengantar beberapa<br />
wartawan asal Indonesia berkeliling.<br />
Menurut Rekha, Jurong Bird Park, Singapore<br />
Zoo, Night Safari, dan River Safari dapat<br />
digunakan untuk macam-macam pelajaran:<br />
matematika, sains, bahasa Inggris, bahkan<br />
bahasa ibu.<br />
Perihal bahasa ibu tak lepas dari empat ras<br />
besar yang menghuni Singapura, yakni Melayu,<br />
Tionghoa, Tamil, dan Eurasia, yang punya<br />
bahasa masing-masing.<br />
SILVIA/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
WISATA<br />
DETIKTRAVEL<br />
SILVIA/DETIKCOM<br />
Jadi, jika yang datang salah satu kelompok<br />
itu, bahasa pengantarnya adalah bahasa<br />
kelompok etnis itu. Namun sejauh ini baru<br />
bahasa Inggris dan Mandarin yang digunakan.<br />
Program berbahasa Melayu dan Tamil belum<br />
diterapkan.<br />
Atraksi burung selalu menarik untuk anakanak<br />
sampai orang dewasa. Seperti yang ditampilkan<br />
kakatua bernama Butter serta dua<br />
beo bernama Hippie dan Michael.<br />
Dipandu seorang pelatih, ketiganya beratraksi<br />
di sebuah panggung rendah. Hippie<br />
pandai memilah sampah. Menggunakan paruh,<br />
beo ini memungut kaleng minuman, lalu<br />
memasukkannya ke tempat sampah khusus<br />
kaleng.<br />
Dia kemudian mengambil kertas yang diremuk<br />
dan memasukkannya ke tempat sampah<br />
khusus kertas. Kawannya, Butter, selalu tahu<br />
ke mana harus terbang, yakni ke siapa saja<br />
yang membawa mangkuk makanannya.<br />
Dia akan hinggap ke mana saja mangkuk<br />
makanannya itu berada, walau itu di tangan<br />
penonton. Sedangkan Michael lihai menang-<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
WISATA<br />
SILVIA/DETIKCOM<br />
kap kacang yang dilemparkan pelatih, ke mana<br />
pun arahnya dan seberapa pun tingginya.<br />
Aktivitas tersebut ada di Jurong Bird Park,<br />
taman burung terbesar di Asia (luas 20,2<br />
hektare) yang dibuka pada 1971. Lokasinya di<br />
Bukit Jurong yang berkontur.<br />
Hingga kini, taman burung ini menyimpan<br />
lebih dari 5.000 ekor burung dari 400-an<br />
spesies dari seluruh dunia, yang 15 persen di<br />
antaranya terancam punah.<br />
Kekhawatiran adanya penyiksaan hewan<br />
selalu muncul setiap kali hewan ditampilkan<br />
dalam atraksi, tak terkecuali atraksi burung.<br />
Namun kekhawatiran ini ditepis General Manager<br />
Jurong Bird Park R. Raja Segran.<br />
Dia mengatakan bentuk pelatihan di sini<br />
positif, tak ada yang negatif, semisal memukul<br />
atau membuat hewan kelaparan. Pelatihan<br />
justru punya dampak bagus untuk burung.<br />
“Burung lebih mandiri dan cerdas dibanding<br />
hewan peliharaan lain, seperti kucing dan<br />
anjing,” ujarnya.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
WISATA<br />
Menurut Sagran, beo memiliki IQ setara<br />
dengan manusia umur 3 tahun dan hanya<br />
mengerti yang positif. Jika kita melakukan hal<br />
negatif, seperti memukul atau kekerasan lain,<br />
kita tak akan mendapatkan apa-apa.<br />
Karena itu, yang dibangun hanyalah kepercayaan<br />
dan komunikasi serta sebuah keharusan<br />
bagi pelatih untuk mengetahui perilaku alami<br />
hewan. Respons tiap burung yang dilatih pun<br />
berbeda-beda.<br />
Tak aneh jika ada burung yang hanya butuh<br />
3-6 bulan pelatihan, ada yang tiga tahun baru<br />
siap tampil, tapi ada juga burung yang tak<br />
berbakat untuk tampil dalam atraksi.<br />
Berjalan di bawah ikan-ikan raksasa, tenggelam<br />
di tengah banjir, dan berperahu menyusuri<br />
“Sungai Amazon” yang berliku sambil<br />
menikmati aneka hewan di kanan-kiri adalah<br />
keasyikan tersendiri di River Safari.<br />
Letak River Safari bertetangga dengan Singapore<br />
Zoo di seputar Upper Seletar Reservoir.<br />
Inilah taman margasatwa bertema sungai<br />
pertama dan satu-satunya di Asia.<br />
Luasnya 12 hektare, dihuni 400 spesies<br />
SILVIA/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
WISATA<br />
SILVIA/DETIKCOM<br />
tanaman dari 200 spesies (40 persennya<br />
terancam punah). River Safari didesain<br />
menampilkan habitat air tawar dari sungai-sungai<br />
terkenal di dunia.<br />
Misalnya Sungai Amazon, Sungai Mekong,<br />
dan Sungai Nil. Hewan air dan darat<br />
dari habitat sungai ikonik tersebut ditampilkan<br />
bersama budaya yang mengelilinginya.<br />
Seperti Amazon Flooded Forest, akuarium<br />
air tawar terbesar di dunia yang menampilkan<br />
ekosistem Sungai Amazon pada<br />
musim hujan (Desember hingga Juni).<br />
Saat itu air sungai meluap hingga kedalaman<br />
10 meter, dan lebarnya bertambah<br />
dari yang hanya 4-5 kilometer pada musim<br />
panas jadi 50 kilometer pada musim hujan.<br />
Alhasil, ada pemandangan unik tiap musim<br />
hujan, yakni ikan, manati (lembu laut),<br />
atau berang-berang raksasa berenang<br />
di antara dahan pepohonan yang pada<br />
musim panas merupakan tempat tinggal<br />
burung.<br />
Walau namanya River Safari, bukan ber-<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
WISATA<br />
arti lokasi ini hanya berisi hewan air. Ada pula<br />
sepasang panda menggemaskan bernama Kai<br />
Kai (jantan) dan Jia Jia (betina). Kai Kai dan Jia<br />
Jia tinggal di dalam ruangan yang dibuat mirip<br />
alam asal mereka di kawasan Sungai Yangtze,<br />
Tiongkok, yang rindang dengan tanaman,<br />
berbatu-batu, dialiri air, dan dengan suhu<br />
tetap 18-22 derajat Celsius.<br />
Maka lihatlah, seberapa sibuk pengunjung<br />
memotret dan memanggil nama mereka,<br />
keduanya tetap asyik mengunyah bambu,<br />
kadang sambil berguling-guling, seperti tak<br />
terganggu.<br />
Jangan salah, Night Safari bukan Singapore<br />
Zoo di waktu malam. Night Safari, yang mulai<br />
beroperasi pada 26 Mei 1994, adalah taman<br />
safari pertama di dunia yang mengkhususkan<br />
diri pada hewan malam (nokturnal).<br />
Karena itu, kebun binatang ini baru mulai<br />
buka pukul 19.30 waktu setempat dan tutup<br />
pukul 12.00 tengah malam. Letaknya persis<br />
bersebelahan dengan River Safari.<br />
Hewan ikonik di sini antara lain gajah Asia<br />
bernama Chawang, yang lahir lewat program<br />
SILVIA/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 15 FEBRUARI 2015<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
WISATA<br />
penangkaran, macan Malaya, kucing bakau<br />
(Prionailurus viverrinus), anjing hutan, macan<br />
dahan (Neofelis nebulosa), anoa, banteng,<br />
tapir, dan singa Asia (Panthera leo persica).<br />
Taman safari ini dapat dijelajahi dengan berjalan<br />
kaki (walking trail) selama dua jam atau<br />
naik trem selama 35 menit. Karena beroperasi<br />
malam, Night Safari relatif ketat dibanding Singapore<br />
Zoo dengan pertimbangan keamanan.<br />
Night Safari bukanlah hutan yang gelapgulita,<br />
tetap ada lampu bercahaya lembut di<br />
tempat tergelap sekalipun. Dan di antara<br />
suara hiena di kejauhan, Walter, pemandu<br />
kami, tak henti menjelaskan hewan yang kami<br />
lewati.<br />
Tentang bison yang jadi lambang minuman<br />
berenergi, tentang babi rusa yang malam itu<br />
kekenyangan, juga tentang kerbau Afrika yang<br />
agresif sehingga Walter harus menurunkan<br />
suaranya serendah mungkin.<br />
Hingga kemudian lampu semakin banyak<br />
dan semakin terang, gerbang Night Safari<br />
pun tampak lagi. Artinya, perjalanan sudah<br />
mencapai akhir. Hari ini menjadi penutup dari<br />
tiga hari menyenangkan yang membuat kami<br />
lupa sedang berada di Singapura. n<br />
SILVIA GALIKANO | KEN YUNITA<br />
SILVIA/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 15 FEBRUARI 2015<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
KULINER<br />
KHAS SOLO<br />
YANG DISUKA<br />
SELAIN NASI LIWET,<br />
SOLO TERKENAL<br />
DENGAN NASI LANGGI<br />
YANG MERIAH.<br />
FOTO-FOTO: GRANDYOS/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
KULINER<br />
NIAT awalnya cuma iseng. Namun,<br />
yang sebelumnya hanya untuk<br />
mengisi waktu luang, kini menjadi<br />
bisnis yang menghasilkan banyak<br />
uang.<br />
Pada 1998, Swan iseng membuka warung<br />
sederhana di garasi rumah. Modalnya cuma<br />
cobek dan blender. Dia menjual rujak dan aneka<br />
jus untuk anak-anak yang pulang sekolah.<br />
Lama-kelamaan, jualan warungnya berkembang.<br />
Hingga akhirnya dia mendirikan restoran<br />
hidangan khas Solo, yang kini telah memiliki<br />
lima cabang di Jakarta dan Tangerang.<br />
Salah satu cabangnya berada di Jalan Panglima<br />
Polim, Jakarta Selatan, tempat saya dan<br />
teman saya mampir hari itu. Jam sudah menunjukkan<br />
lewat jam makan siang, tapi Dapur<br />
Solo masih ramai.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
KULINER<br />
Terlihat beberapa tamu tengah<br />
asyik menyantap nasi liwet,<br />
menu khas Solo. Hmm…<br />
melihat betapa lahapnya<br />
mereka makan, saya<br />
hampir yakin nasi itu<br />
lezat.<br />
Ada dua pilihan area<br />
tempat makan, indoor<br />
dan outdoor. Namun,<br />
meski di area outdoor,<br />
pengunjung tak perlu takut<br />
terkena sengatan sinar matahari<br />
berlebih.<br />
Area ini dilindungi terpal putih tebal. Udaranya<br />
juga tidak panas karena sirkulasi<br />
udara di area ini lancar. Untuk<br />
yang suka angin sepoi-sepoi,<br />
pasti suka duduk di area<br />
ini.<br />
Seperti layaknya<br />
area outdoor, terlihat<br />
sejumlah tanaman hijau.<br />
Menurut saya, suasananya<br />
nyaman dan menyenangkan. Saya bisa<br />
berlama-lama di sini.<br />
Area indoor-nya lebih kecil. Meja-kursi untuk<br />
tamu terbuat dari kayu cokelat tua. Kehadiran<br />
motif batik parang di lampu gantung menghadirkan<br />
suasana tradisional sekaligus modern.<br />
Di sudut kiri ruangan terdapat etalase kaca<br />
berisi aneka ragam bahan untuk membuat<br />
rujak, tahu gejrot, es Solo, dan bubur Jawa.<br />
Terlihat menggiurkan.<br />
Saking asyiknya melihat suasana, saya sampai<br />
lupa memilih tempat duduk. Seorang pelayan<br />
berseragam batik mendatangi saya dengan<br />
ramah. Dia menawari saya tempat duduk.<br />
Dia lalu menyerahkan satu buku menu. Di<br />
dalamnya tentu saja berisi aneka pilihan menu<br />
masakan khas Solo. Eh, ternyata ada juga masakan<br />
khas Jawa yang bukan berasal dari Solo.<br />
Wah.<br />
Pertama-tama, mata saya sibuk melihat menu-menu<br />
minuman. Wedang Wuh atau Wedang<br />
Uwuh menjadi salah satu yang menarik<br />
dan ingin saya coba.<br />
Minuman yang dihargai Rp 20 ribu itu meru-<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
KULINER<br />
pakan minuman tradisional Jawa, terbuat dari<br />
bahan-bahan berupa dedaunan. Sekilas mirip<br />
sampah. Karena itulah minuman ini disebut<br />
Wedang Uwuh.<br />
Dalam bahasa Jawa, uwuh berarti sampah.<br />
Menurut salah satu pelayan, minuman ini punya<br />
khasiat menghangatkan badan. Wah, cocok<br />
diminum saat musim hujan seperti sekarang,<br />
nih.<br />
Tampilannya memang tak terlalu menarik.<br />
Berwarna merah cerah dengan “ampas” aneka<br />
bahan, seperti jahe, serutan kayu manis, cengkeh,<br />
daun jeruk, pala, dan kapulaga. Aromanya<br />
khas.<br />
Begitu minuman itu masuk mulut, aroma<br />
khas rempah-rempah langsung terasa pada sesapan<br />
pertama. Rasa manis gula batu bercampur<br />
dengan rasa pedas yang menghangatkan<br />
tubuh.<br />
Teman saya juga tak mau kalah. Berhubung<br />
hari itu hujan dan cuaca Jakarta cukup dingin,<br />
teman saya juga memesan minuman yang<br />
berfungsi menghangatkan badan.<br />
Bandrek memang sudah biasa, tapi bagaimana<br />
dengan bandrek kelapa (Rp 20 ribu)<br />
Minuman kecokelatan berupa campuran jahe<br />
dengan gula merah ini punya cita rasa gurih<br />
karena adanya serutan kelapa.<br />
Untuk camilan, saya memesan tahu gejrot<br />
(Rp 18 ribu). Satu porsi tahu Sumedang dipotong<br />
kecil yang disiram dengan saus gula merah<br />
dicampur potongan bawang merah, bawang<br />
putih, dan cabai.<br />
Hidangan tahu gejrot ini juga dilengkapi satu<br />
potong belimbing wuluh yang dimemarkan.<br />
Rasa manis-pedas begitu meresap dalam setiap<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
KULINER<br />
gigitan tahunya.<br />
Nah, sekarang<br />
giliran saya<br />
menyantap<br />
hidangan Solo<br />
yang melegenda,<br />
Selat<br />
Solo (Rp 32<br />
ribu). Sekilas,<br />
hidangan<br />
ini menyerupai<br />
steak, tapi telah berakulturasi dengan<br />
makanan khas Solo.<br />
Satu piring Selat Solo berisi daging sapi,<br />
selada, kentang, wortel, buncis, telur pindang,<br />
keripik kentang, dan acar mentimun. Dibanding<br />
steak, selat Solo lebih mirip daging semur.<br />
Rasanya sedikit asam karena terdapat campuran<br />
sedikit mustard. Potongan daging sapinya<br />
tidak terlalu besar. Teksturnya empuk dan<br />
lembut. Saya suka.<br />
Selain nasi liwet, nasi langgi merupakan hidangan<br />
khas Solo. Saya memesan Nasi Langgi<br />
Kuning Spesial (Rp 33 ribu). Tampilannya sangat<br />
meriah.<br />
Mengapa Selain nasinya berwarna kuning,<br />
lauk-pauk yang menyertai nasi amat sangat<br />
beragam. Ada sambal goreng kentang, ayam,<br />
abon sapi, telur dadar potong tipis, dan serundeng<br />
kelapa. Kering kentang berwarna keemasan,<br />
lalapan, sambal, dan kerupuk udang.<br />
Benar-benar ramai dan tentu saja menggoda<br />
untuk segera disantap.<br />
Mulailah menyantap masing-masing lauk<br />
dan nasinya. Resapi tiap-tiap rasanya. Baru<br />
setelah itu, campurlah seluruh komponen dan<br />
dimakan bersamaan.<br />
Rasa gurih, pedas, dan segar bercampur<br />
menjadi satu. Dijamin nikmat. Sayang, daging<br />
ayamnya agak alot. Mungkin kurang lama dimasak.<br />
Untuk penutup, saya memesan es cincau (Rp<br />
20 ribu). Cincau hijau berkolaborasi de ngan<br />
gurihnya santan kelapa dan sirop gula putih<br />
benar-benar menjadi penutup mulut yang manis<br />
untuk saya. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
TIONGKOK<br />
PERTARUHAN<br />
MOBIL<br />
MURAH<br />
TIONGKOK<br />
SETELAH SUKSES DI NEGERI SENDIRI,<br />
SAIC-GM-WULING AUTOMOBILE IKUT PROGRAM<br />
MOBIL MURAH INDONESIA.<br />
MAJALAH DETIK 92 - 15 - 8 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
TIONGKOK<br />
Pameran otomotif terbesar<br />
di Tanah Air, Indonesia<br />
International Motor Show<br />
2014, memperlihatkan<br />
deretan mobil murah. Kelas<br />
ini memancing produsen<br />
Tiongkok untuk datang.<br />
AGUNGPAMBUDHY/DETIKCOM<br />
KEDATANGAN rombongan perusahaan<br />
otomotif terbesar Tiongkok,<br />
SAIC-GM-Wuling Automobile, di<br />
Kementerian Perindustrian seperti<br />
mendadak. Tidak banyak yang tahu bahwa pada<br />
Jumat petang tersebut para petinggi pabrik<br />
mobil yang di negeri asalnya sanggup melawan<br />
raksasa otomotif dunia itu bakal bertemu dengan<br />
Menteri Saleh Husin.<br />
Baru beberapa hari kemudian informasi<br />
pertemuan itu menyeruak ke permukaan. Rombongan<br />
petinggi Wuling itu membawa kabar<br />
mengejutkan. Mereka akan mengikuti program<br />
mobil murah (low cost green car atau LCGC)<br />
yang digelar Indonesia. Program ini sebelumnya<br />
membuat sejumlah merek Jepang membuka<br />
pabrik baru, mulai Toyota, Nissan, Suzuki,<br />
sampai Honda, dan mobil seperti Toyota Agya<br />
atau Datsun Go mondar-mandir di jalanan.<br />
Wuling sudah menyiapkan dana sampai US$<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
TIONGKOK<br />
Pekerja di pabrik<br />
SAIC-GM-Wuling Automobile<br />
sedang merakit minibus di<br />
Liuzhou, Tiongkok. Merek lokal<br />
paling top di sana ini mulai<br />
masuk Indonesia.<br />
QILAI SHEN/GETTY IMAGES<br />
700 juta (sekitar Rp 8,4 triliun) untuk membuat<br />
pabrik baru seperti disyaratkan dalam program<br />
itu. “Rencananya pada Agustus 2017 sudah<br />
mulai produksi mobil,” ujar Pelaksana Tugas<br />
Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis<br />
Teknologi Tinggi, Panggah Susanto.<br />
Ini mengejutkan karena selama ini merekmerek<br />
Tiongkok tidak “bunyi” di pasar Indonesia,<br />
tapi Wuling berani mempertaruhkan<br />
triliunan rupiah. Merek yang sempat berusaha<br />
menerobos pasar Indonesia, yaitu Geely dengan<br />
sejumlah seri sedan dan Chery dengan<br />
mobil kecil QQ, tidak bisa banyak berbuat. Tak<br />
cuma di Indonesia sebenarnya. Di pasar dalam<br />
negeri mereka sendiri, sebenarnya merek lokal<br />
juga kesulitan menembus merek dari Amerika,<br />
Eropa, Korea, atau Jepang.<br />
Mungkin yang membuat Wuling berani masuk<br />
pasar Indonesia adalah posisi mereka sangat<br />
bagus di dalam negeri mereka. Geely dan<br />
Chery tidak masuk daftar 10 merek terlaris di<br />
sana, sedangkan Wuling—bersama Changan—<br />
berhasil masuk peringkat 10 besar merek paling<br />
laris tahun lalu. Malah, Wuling berada di posisi<br />
kedua, hanya kalah dari VW.<br />
Tak cuma itu, produk MPV mereka, Wuling<br />
Hongguang, yang menjadi mobil terlaris di<br />
Tiongkok dan ketiga sedunia tahun lalu setelah<br />
diproduksi 750 ribu unit, juga sudah berani diekspor,<br />
yakni ke India. Hanya, di India, “mocin”<br />
alias mobil dari Cina ini diberi cap “Chevrolet<br />
Enjoy”. General Motors memberi cap “Chevro-<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
TIONGKOK<br />
Petugas sedang memeriksa<br />
mobil kecil Mitsubishi Mirage<br />
di Jakarta. Mobil produksi<br />
Thailand ini termasuk salah<br />
satu pemain utama di<br />
Indonesia.<br />
YUDHI MAHATMA/ANTARA<br />
let” karena memegang 40 persen saham SAIC-<br />
GM-Wuling Automobile.<br />
Panggah Susanto mengatakan pabrik Wuling<br />
akan dibangun di 60 hektare lahan di kawasan<br />
industri Kota Delta Mas, Cikarang, Jawa Barat.<br />
Peletakan batu pertama bakal dilaksanakan<br />
Agustus dan butuh sekitar dua tahun untuk<br />
membawa peralatan pabrik dari Tiongkok ke<br />
sana. Jika sudah beroperasi penuh, 150 ribu<br />
mobil bisa dibuat di sana setiap tahunnya.<br />
Ia mengatakan Wuling mendirikan pabrik<br />
agar bisa memenuhi syarat diskon pajak dalam<br />
program mobil murah alias LCGC. Selain<br />
ditentukan kapasitas mesin dan harga yang hanya<br />
puluhan juta rupiah, program ini memang<br />
mensyaratkan pemilik merek mesti membuat<br />
pabrik baru di Indonesia.<br />
Selain memenuhi pasar dalam negeri, menurut<br />
Panggah, Wuling akan menjadikan pabrik di<br />
Cikarang itu pijakan untuk pasar ASEAN, yang<br />
mulai terbuka penuh tahun depan. “Mereka<br />
juga ingin masuk ke pasar ASEAN dalam rangka<br />
Masyarakat Ekonomi ASEAN,” kata Panggah.<br />
Untuk urusan mobil murah, Wuling sangat<br />
menguasai triknya. Di Tiongkok, mereka biasa<br />
membuat mobil dengan harga jual di kisaran<br />
US$ 5.000 hingga US$ 10 ribu (Rp 63-126 juta).<br />
Produk mereka, selain MPV, adalah minibus<br />
kecil semacam Suzuki Carry atau Daihatsu<br />
Espass. Seperti dikutip Reuters, bos General<br />
Motors Cina Matt Tsien mengatakan produk<br />
yang akan dihasilkan di Indonesia ini sesuai se-<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
TIONGKOK<br />
Mobil murah produksi<br />
Daihatsu, Ayla, saat<br />
diluncurkan. Ayla dan<br />
kembarannya, Toyota Agya,<br />
menjadi produk awal mobil<br />
murah di Indonesia.<br />
YUDHI MAHATMA/ANTARA<br />
lera sini, yakni mobil dengan tiga baris tempat<br />
duduk penumpang.<br />
Persaingan berebut pasar mobil murah di Indonesia<br />
pun semakin ketat. Tapi produsen Jepang,<br />
yang merajai jalanan Indonesia, agaknya tidak<br />
gentar. Ketua III Gabungan Industri Kendaraan<br />
Bermotor Indonesia Johnny Darmawan mengatakan<br />
selama ini mereka sudah bersaing. “Kalau<br />
bersaing itu mah biasa, tapi yang penting jangan<br />
ada privilese-privilese dari pemerintah,” ujar<br />
Johnny, yang hingga tahun lalu menjadi Direktur<br />
Utama PT Toyota Astra Motor.<br />
Pihak Wuling, menurut Panggah, tidak meminta<br />
insentif kepada pemerintah. “Kami sampaikan kepada<br />
mereka, ikuti semua regulasi yang berlaku,”<br />
kata Panggah. n HANS HENRICUS B.S. ARON<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
TIONGKOK<br />
MENEROBOS MEREK ASING<br />
TIDAK gampang membuat<br />
mobil dan menerobos<br />
pasar yang didominasi<br />
merek dari Jepang, Korea,<br />
Eropa, atau Amerika Serikat. Ini juga<br />
terjadi di Tiongkok. Di negeri itu, 10<br />
merek teratas terlaris tahun lalu nyaris<br />
semuanya asing. Hanya dua merek lokal<br />
yang berhasil menembus dominasi<br />
asing itu. Salah satu merek lokal itu<br />
adalah Wuling, yang penjualannya hanya<br />
kalah dari VW.<br />
Itu dari merek terlaris. Di daftar<br />
model yang laku lebih dari 200 ribu<br />
unit—ada 17 model di sana—hanya<br />
dua bermerek Tiongkok. Dan Wuling<br />
Hongguang malah menjadi bintang<br />
di kategori ini. Mobil MPV ini terjual<br />
sampai 750 ribu buah tahun lalu alias<br />
terlaris di Tiongkok dan terlaris ketiga<br />
di dunia.<br />
Bagaimana dengan Chery dan<br />
Geely, dua merek yang sempat mencoba<br />
peruntungan di Indonesia Di<br />
negeri asalnya, Chery menjual 476<br />
ribu dan Geely 426 ribu unit selama<br />
setahun. Banyak Untuk ukuran Indonesia<br />
memang banyak. Tapi, untuk<br />
ukuran Tiongkok, itu sangat kecil<br />
karena VW bisa menjual 2,7 juta unit<br />
dan SGMW (Wuling) bisa menjual 1,4<br />
juta unit selama setahun saja. Posisi<br />
Chery dan Geely ini kalah dari merekmerek<br />
Jepang, Korea, dan Amerika<br />
Serikat. Chery pun harus puas di peringkat<br />
14 dan Geely di peringkat 17.<br />
10 MOBIL TERLARIS DI TIONGKOK<br />
MOBIL dengan merek lokal di Tiongkok memang harganya jauh lebih miring. Meski begitu, hanya dua merek yang<br />
sanggup menembus 10 besar mobil terlaris di sana. Merek nomor satu di sana adalah Wuling Hongguang, yang harga<br />
termurahnya hanya 45 ribu yuan (sekitar Rp 91 juta). Dengan harga seperti ini, MPV sekelas Avanza yang sudah masuk<br />
India dengan cap Chevrolet Enjoy ini bisa menyisihkan merek-merek global lain. Berikut ini daftar 10 mobil terlaris di sana.<br />
1<br />
1. WULING HONGGUANG<br />
Mobil produksi SAIC-GM-Wuling<br />
Automobile ini tak cuma terlaris di Tiongkok,<br />
tapi juga menjadi mobil terlaris<br />
ketiga dunia. Selain di Tiongkok, Wuling<br />
Hongguang dijual di India dengan nama<br />
Chevrolet Enjoy. Produsen inilah yang<br />
akan membuka pabrik di Indonesia<br />
untuk memproduksi mobil murah.<br />
Harga: 45 ribu yuan (Rp 91 juta)<br />
Terjual: 750 ribu unit<br />
2<br />
2. VW LAVIDA SEDAN<br />
Sedan empat pintu ini diproduksi<br />
Shanghai Volkswagen Automotive untuk<br />
pasar Tiongkok saja. Sedan kecil ini,<br />
dengan ukuran mesin 1.400-2.000 cc,<br />
sangat laris dan pernah menjadi mobil<br />
terlaris di sana.<br />
Harga: 134 ribu yuan (Rp 270 juta)<br />
Terjual: 372 ribu unit<br />
3<br />
3. HAVAL H6<br />
Mobil SUV menengah ini produksi<br />
merek lokal Great Wall. Mobil ini mulai<br />
diproduksi sejak 2011. Selain diproduksi<br />
di Tianjin, Tiongkok, Haval H6 dirakit<br />
di Bulgaria untuk pasar Eropa. Meski<br />
berpenampilan sangar, SUV ini hanya<br />
bermesin 1.500-2000 cc.<br />
Harga: 96 ribu yuan (Rp 194 juta)<br />
Terjual: 316 ribu unit<br />
4<br />
4. VW SAGITAR<br />
Sedan lain dari VW ini pada dasarnya<br />
mirip dengan VW Jetta dengan mesin<br />
1.400-2.000 cc. Meski begitu, harganya<br />
diposisikan lebih mahal. VW Sagitar<br />
diproduksi joint venture lain VW di<br />
Tiongkok, yakni FAW-Volkswagen<br />
Harga: 142 ribu yuan (Rp 286 juta)<br />
Terjual: 300 ribu unit<br />
5<br />
5. NISSAN SYLPHY<br />
Di Indonesia, sedan ini serupa dengan<br />
Nissan Almera, sedan yang digunakan<br />
salah satu operator taksi di Jakarta. Sedan<br />
ini bermesin 1.600-2.000 cc.<br />
Harga: 100 ribu yuan (Rp 201 juta)<br />
Terjual: 300 ribu unit<br />
6<br />
6. VW JETTA<br />
Bermesin 1.400-1.600 cc, sedan kecil ini<br />
menjadi salah satu andalan jualan VW<br />
di Tiongkok.<br />
Harga: 83 ribu yuan (Rp 167 juta)<br />
Terjual: 297 ribu unit<br />
7<br />
7. BUICK EXCELLE<br />
General Motors masih “memelihara”<br />
merek Buick khusus untuk Tiongkok,<br />
karena di negara itu sudah populer<br />
sebelum Perang Dunia II. Buick Execelle<br />
pada dasarnya mirip dengan Chevrolet<br />
Cruze.<br />
Harga: 97 ribu yuan (Rp 195 juta)<br />
Terjual: 293 ribu unit<br />
8<br />
8. VW SANTANA<br />
VW ini merupakan versi sedan dari VW<br />
Passat. Ukuran mesin serupa dengan<br />
sedan-sedan VW lain yang laris, yakni<br />
1.400-1.600 cc.<br />
Harga: 85 ribu yuan (Rp 171 juta)<br />
Terjual: 285 ribu unit<br />
9<br />
9. CHEVROLET CRUZE<br />
Sedan kecil andalan General Motors ini<br />
dipasarkan di banyak negara dunia sejak<br />
2008.<br />
Harga: 110 ribu yuan (Rp 221 juta)<br />
Terjual: 268 ribu unit<br />
10<br />
10. HYUNDAI ELANTRA<br />
LANGDONG<br />
Di Tiongkok, Hyundai Elantra memiliki<br />
dua versi. Versi Langdong, seperti Elantra<br />
di negara lain, dan versi Yue Dong<br />
untuk yang modelnya sudah diubah<br />
sedikit.<br />
Harga: 140 ribu yuan (Rp 282 juta)<br />
Terjual: 252 ribu unit<br />
SUMBER: CHINAAUTOWEB.COM / CHINA ASSOCIATION OF AUTOMOBILE MANUFACTURERS / CHINAUTOWEB.COM / VW.COM.CN<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
TIONGKOK<br />
TETAP WULING,<br />
BUKAN CHEVROLET<br />
BERBEDA DENGAN DI INDIA, DI<br />
INDONESIA WULING TAK AKAN<br />
BERGANTI NAMA MENJADI<br />
CHEVROLET.<br />
FOTO: THIKSTOCK<br />
FOTO: REUTERS/BEAWIHARTA<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
TIONGKOK<br />
Wuling Hongguang, yang<br />
diberi nama Chevrolet<br />
Enjoy, saat peluncuran<br />
di India dua tahun silam.<br />
MPV ini adalah mobil<br />
terlaris di Tiongkok dan<br />
terlaris ketiga dunia.<br />
AFP PHOTO/ SAM PANTHAKY<br />
MOBIL bernama Chevrolet<br />
Enjoy itu dipasarkan di India<br />
sejak pertengahan 2013. Bentuknya<br />
MPV yang agak tinggi,<br />
cenderung mirip minibus seperti<br />
Nissan Evalia. Kapasitas penumpangnya<br />
tidak berbeda dengan MPV kecil yang juga<br />
populer di Indonesia, seperti Toyota Avanza.<br />
Media-media India menyebut mobil ini sebagai<br />
pesaing Ertiga, mobil MPV yang juga cukup<br />
laris di Indonesia.<br />
Jangan kaget, meski ada logo Chevrolet<br />
pada grill-nya, sejatinya mobil itu bermerek<br />
Tiongkok, Wuling, model Wuling Hongguang.<br />
Ini mobil terlaris di Tiongkok dan terlaris ketiga<br />
dunia dengan penjualan mencapai 750 ribu unit<br />
tahun lalu. Hanya, untuk pasar India mereknya<br />
diganti menjadi Chevrolet Enjoy. Wuling<br />
Hongguang diproduksi SGMW, perusahaan<br />
patungan dua pabrik Tiongkok, yakni CAIC<br />
dan Wuling, bersama pabrikan Amerika Serikat<br />
General Motors.<br />
Nah, pabrik patungan inilah yang bakal babat<br />
alas membuka pabrik di Cikarang, Jawa Barat,<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
TIONGKOK<br />
Kendaraan yang dibuat di<br />
pabrik Indonesia yang baru<br />
akan diberi cap Wuling,<br />
bukan Chevrolet.<br />
untuk masuk pasar Indonesia. Dan berbeda<br />
dengan di India, pabrik di Indonesia ini tidak<br />
akan mengusung merek Chevrolet, tapi percaya<br />
diri dengan merek mereka sendiri: Wuling.<br />
“Kendaraan yang dibuat di pabrik Indonesia<br />
yang baru akan diberi cap Wuling, bukan<br />
Chevrolet,” kata Dayna Hart, Direktur Komunikasi<br />
General Motors Cina, kepada majalah<br />
detik, memberi kepastian.<br />
Bukan pertama kalinya merek kendaraan<br />
dari Tiongkok masuk Indonesia. Pada awal<br />
2000-an, Indonesia pernah dibanjiri sepeda<br />
motor buatan negeri itu. Dengan harga murah,<br />
sepeda motor itu cepat populer. Tapi dengan<br />
cepat pula tren ini surut karena kemudian<br />
pembeli mengeluhkan kualitasnya.<br />
Mobil Tiongkok juga beberapa sudah masuk<br />
Indonesia. Chery QQ misalnya. Mobil kecil<br />
yang mirip sekali dengan Daewoo Spark (dan<br />
kemudian dipasarkan sebagai Chevrolet Spark)<br />
itu dijual Indomobil. Tapi, pada 2011, Indomobil<br />
memutuskan menghentikan penjualan mobil<br />
imut buatan Tiongkok itu. “Kasihan juga<br />
bengkel yang harus terus memperbaikinya,”<br />
kata Presiden Direktur Indomobil Group Jusak<br />
Kertowidjojo saat itu kepada oto.detik.com.<br />
Tapi General Motors agaknya yakin dengan<br />
strategi tetap mempertahankan merek Wuling<br />
untuk mobil murah yang bakal diproduksi<br />
di Indonesia itu. Mereka akan memisahkan<br />
merek Chevrolet dengan Wuling. Mirip dengan<br />
langkah Nissan, yang memisahkan mobil<br />
murah mereka dengan merek Datsun.<br />
Bos General Motors di Tiongkok, Matt Tsien,<br />
mengatakan merek Wuling dan Chevrolet itu<br />
saling melengkapi, bukan bersaing. Ini karena<br />
kedua merek dibedakan dari sisi harga, kualitas,<br />
dan spesifikasi kendaraannya.<br />
“Wuling memusatkan perhatian pada fungsi,<br />
gaya yang atraktif, dan value for money,”<br />
kata Tsien seperti dikutip Reuters. “Itu adalah<br />
hal utama yang berjalan baik di Tiongkok dan<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
TIONGKOK<br />
Pabrikan India, Tata<br />
Motors, mencoba pasar<br />
mobil niaga kecil di<br />
Indonesia dengan melansir<br />
Tata Ace EX 2.<br />
ANTARA FOTO/AUDY ALWI<br />
kami percaya, di bawah kendali SGMW, ini<br />
juga akan berhasil di Indonesia.”<br />
General Motors agaknya cukup percaya<br />
karena Wuling berhasil menerobos deretan<br />
merek global di pasar Tiongkok. Dari 10 besar<br />
merek terlaris di Tiongkok, misalnya, hanya<br />
ada dua merek lokal dan Wuling salah satunya.<br />
Untuk menjaga mutu ini, General Motors<br />
membagikan keahlian dan kemampuan teknisnya<br />
ke pabrik Wuling di Tiongkok. “Ini juga<br />
akan dipakai di pabrik dekat Jakarta,” kata Hart<br />
via e-mail.<br />
Kedatangan Wuling di kategori mobil murah<br />
ini akan menjadikan persaingan semakin<br />
panas. Saat ini pasar mobil murah dikuasai<br />
merek-merek Jepang, yakni Toyota Agya, Daihatsu<br />
Ayla, Honda Brio, Suzuki Karimun, dan<br />
Datsun Go.<br />
Salah satu keunggulan merek-merek Jepang<br />
ini adalah memiliki infrastruktur bengkel.<br />
Penjualan dan penyediaan layanan purnajual<br />
dikombinasikan perusahaan otomotif asal<br />
Jepang selama di Indonesia. “Kompetisi nanti<br />
dalam aspek tersebut dan, yang jelas, dominasi<br />
produk Jepang itu sampai sekarang masih<br />
kuat,” kata Ketua IV Gabungan Industri Kendaraan<br />
Bermotor Indonesia Rizwan Alamsjah.<br />
Pemain lain menyatakan hal sama. “Kalau<br />
jaringan purnajual tidak siap, tidak bisa berkom-<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
TIONGKOK<br />
Salah satu dealer Toyota<br />
di Jakarta. Merek Jepang<br />
ini sekarang unggul<br />
infrastruktur, seperti<br />
layanan purnajual.<br />
REUTERS/BEAWIHARTA<br />
petisi dengan merek-merek yang sudah<br />
established,” kata Davy J. Tulian, Direktur<br />
Pemasaran Mobil PT Suzuki Indomobil<br />
Sales. Apalagi ia tahu andalan Wuling di<br />
Tiongkok adalah mobil mikro yang mengandalkan<br />
pemasaran dari pinggiran dan<br />
kota kecil. “Sanggupkah mereka menciptakan<br />
jaringan servis di kota-kota kecil itu”<br />
Tapi, meski mungkin jaringan purnajual<br />
belum sebagus produsen Jepang, produk<br />
Tiongkok ini memiliki kelebihan lain:<br />
harga. Di Tiongkok, Wuling Hongguang,<br />
yang masuk kelas MPV kecil, harganya<br />
hanya 45 ribu yuan (sekitar Rp 91 juta).<br />
Di Indonesia, uang sebanyak itu hanya<br />
cukup untuk membeli mobil murah yang<br />
kecil, bukan kelas MPV.<br />
Begitu murahnya Wuling Hongguang,<br />
bahkan ketika masuk India dengan nama<br />
Chevrolet Enjoy, mobil ini bisa dijual<br />
dengan harga hanya 54 ribu rupee (sekitar<br />
Rp 111 juta). Harga ini masih sekitar<br />
Rp 11 juta lebih murah dibanding pemain<br />
utama kelas ini di sana, Suzuki Ertiga. n<br />
HANS HENRICUS B.S. ARON<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
TIONGKOK<br />
GENJOT INVESTASI DENGAN<br />
MOBIL MURAH<br />
PROGRAM MOBIL<br />
MURAH BERHASIL<br />
MENGUNDANG<br />
PULUHAN TRILIUN<br />
RUPIAH.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
TIONGKOK<br />
Pekerja SAIC-GM-Wuling<br />
Automobile di Liuzhou,<br />
Tiongkok, sedang merakit<br />
versi lokal Chevrolet Spark.<br />
Perusahaan patungan ini<br />
gatal ikut investasi mobil<br />
murah di Indonesia.<br />
QILAI SHEN/BLOOMBERG VIA GETTY<br />
IMAGES<br />
DALAM setahun ini, penampilan<br />
jalanan Jakarta sedikit berubah. Banyak<br />
mobil kecil berseliweran di<br />
jalanan. Pemandangan ini sedikit<br />
berubah karena sebelumnya, dalam 10 tahun<br />
terakhir, bisa dibilang jalanan dikuasai mobil<br />
keluarga—atau kadang disebut MPV.<br />
Mobil-mobil kecil ini hasil program mobil<br />
murah ramah lingkungan (LCGC) yang digagas<br />
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Salah<br />
satu tujuan program ini adalah menggenjot<br />
investasi bidang otomotif dan hasilnya sudah<br />
mulai tampak.<br />
Saat ini nilai investasi di pabrik mobil yang diundang<br />
lewat program mobil murah ini sudah<br />
mencapai US$ 3 miliar (sekitar Rp 37 triliun).<br />
Sedangkan pabrik komponen yang datang dan<br />
mendirikan pabrik mencapai US$ 3,5 miliar (Rp<br />
44 triliun). “Kedua angka ini masih bisa terus<br />
berkembang,” kata Soerdjono, Direktur Industri<br />
dan Transportasi Darat Kementerian Perindustrian.<br />
Tidak aneh jika kedatangan delegasi pabrik<br />
dari Tiongkok, SGMW, yang akan membuat<br />
pabrik mobil di sekitar Cikarang, Jawa Barat,<br />
itu disambut gembira oleh Kementerian Per-<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
TIONGKOK<br />
Bukan hanya Tiongkok,<br />
India juga ingin menikmati<br />
pasar Indonesia yang<br />
besar. Pekerja Tata Motors<br />
sedang mendata mobil<br />
asal India di Cakung,<br />
Bekasi, Jawa Barat, untuk<br />
dijual di sini.<br />
AUDY ALWI/ANTARA<br />
industrian. Apalagi pabrik mobil dengan merek<br />
Wuling itu akan memboyong pabrik komponen<br />
juga.<br />
“Selain mendirikan pabrik mobil, SGMW<br />
menggandeng perusahaan komponen otomotif<br />
dari Tiongkok,” kata Pelaksana Tugas<br />
Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis<br />
Teknologi Tinggi Panggah Susanto.<br />
Pabrik komponen itu diboyong agar bisa<br />
mencapai kadar kandungan lokal seperti<br />
yang disyaratkan. “Perusahaan komponen<br />
itu akan memproduksi 8.000 hingga 10 ribu<br />
jenis komponen mobil setiap tahun,” kata<br />
Panggah.<br />
Ia belum bisa memastikan berapa jumlah<br />
perusahaan komponen yang akan diboyong<br />
SGMW ke Indonesia. Dia hanya mengatakan<br />
perusahaan komponen mitra SGMW akan<br />
datang ke Indonesia secara bertahap, mulai<br />
proses pembangunan hingga pabrik mulai beroperasi.<br />
Otomatis, kedatangan pabrik mobil dan<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
EKONOMI MOBIL<br />
TIONGKOK<br />
Mobil murah ramah<br />
lingkungan Datsun Go,<br />
yang dibuat Nissan<br />
Indonesia, sedang<br />
menjalani pengecekan<br />
terakhir di Purwakarta,<br />
Jawa Barat.<br />
BEAWIHARTA/REUTERS<br />
komponen ini menambah lapangan kerja secara<br />
signifikan. Direktur Pemasaran Toyota Astra<br />
Motor Rahmat Samulo mengatakan, “Jumlah<br />
komponen yang cukup tinggi akan meningkatkan<br />
produksi dalam negeri secara komponen<br />
dan kendaraan, sehingga membuka kesempatan<br />
bagi orang Indonesia untuk bekerja.”<br />
Sampai saat ini, program mobil murah ramah<br />
lingkungan ini berhasil menaikkan produksi<br />
sekitar 200 ribu unit. “Kalau totalnya nanti ya,<br />
totalnya nanti untuk kapasitas produksi optimal<br />
itu 600 ribu unit,” kata Soerdjono.<br />
Data di Gabungan Industri Kendaraan Bermotor<br />
Indonesia memperlihatkan saat ini Toyota<br />
Agya menguasai penjualan mobil murah<br />
dan ramah lingkungan. Tahun lalu mobil ini<br />
terjual sampai 67 ribu unit dan kembarannya,<br />
Daihatsu Ayla, terjual hampir 41 ribu. Penjualan<br />
terlaris ketiga Honda Brio Satya dengan 26<br />
ribu unit dan diikuti Datsun Go sebanyak 20<br />
ribu unit. Suzuki Karimun Wagon R berhasil<br />
menjual 17 ribu unit. n HANS HENRICUS B.S. ARON<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
EKONOMI<br />
KARENA<br />
BATU BARA DIBATASI<br />
DI TIONGKOK<br />
SULAWESI KEBANJIRAN INVESTOR SMELTER.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
EKONOMI<br />
Asap mengepul dari pabrik<br />
di Tangshan, Tiongkok,<br />
beberapa waktu lalu.<br />
Parahnya polusi membuat<br />
pemerintah setempat<br />
membatasi pabrik dengan<br />
batu bara. Akibatnya,<br />
sejumlah pabrik smelter<br />
melirik Indonesia untuk<br />
dijadikan lokasi pabrik.<br />
PETAR KUJUNDZIC/REUTERS<br />
KEMENTERIAN Perindustrian<br />
kedatangan tamu dari Tiongkok,<br />
bos Virtue Dragon Nickel Industry,<br />
Andrew Zhu. Ia datang dengan<br />
janji mengucurkan dana sampai US$ 5 miliar<br />
(Rp 63 triliun) untuk membangun kilang yang<br />
mengolah tambang mineral mentah menjadi<br />
feronikel di Sulawesi Tenggara. Tahap pertama<br />
pabrik bakal diselesaikan pada 2017 dan seluruh<br />
pabrik akan kelar pada 2019.<br />
Virtue Dragon bukan satu-satunya smelter<br />
yang datang ke Sulawesi dan bukan satusatunya<br />
yang datang dari Tiongkok. Puluhan<br />
perusahaan pengolahan mineral, terutama<br />
pengolah mineral nikel asal Tiongkok, tampaknya<br />
menjadikan Indonesia, terutama Pulau<br />
Sulawesi, sebagai “koloni” baru bagi industri<br />
pengolahan pertambangan mineral mereka.<br />
Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara<br />
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral<br />
mengungkapkan, sedikitnya ada 65 perusahaan<br />
yang akan, sedang, dan telah membangun<br />
pabrik pemurnian hasil tambang mineral di Indonesia.<br />
Dari jumlah itu, 30 di antaranya pabrik<br />
pengolah nikel.<br />
Setiap smelter membutuhkan dana Rp 200<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
EKONOMI<br />
Perusahaan Tiongkok itu<br />
agresif karena produsen<br />
metal di negara tersebut<br />
membutuhkan sedikitnya<br />
100 ton nikel per tahun.<br />
R. Sukhyar<br />
TERESIA MAY/ANTARA<br />
miliar hingga Rp 2 triliun. “Tergantung produk<br />
yang akan dihasilkan,” ujar R. Sukhyar, Direktur<br />
Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian<br />
Energi. Total investasi smelter yang sudah dijanjikan<br />
senilai US$ 17,5 miliar. “Total investasi<br />
dari Tiongkok mencapai US$ 3 miliar,” katanya.<br />
Sebagian perusahaan itu sedang mengurus<br />
izin analisis dampak lingkungan, sebagian lagi<br />
sudah mulai membangun konstruksi. “Tapi<br />
yang konstruksi masih sangat sedikit,” ucap<br />
Sukhyar. Ada pula yang<br />
tahun ini bakal beroperasi<br />
dan semuanya ada di Konawe,<br />
Sulawesi Tenggara.<br />
“Semuanya beroperasi<br />
di Pulau Sulawesi dan<br />
kepulauan Maluku Utara<br />
(Halmahera Utara).”<br />
Perusahaan Tiongkok<br />
itu agresif karena produsen<br />
metal di negara<br />
tersebut membutuhkan<br />
sedikitnya 100 ton nikel per tahun. Apalagi di<br />
negara itu mulai ada pembatasan penggunaan<br />
batu bara, yang dipakai ekstensif di sana. “Jadi<br />
smelter di sana banyak yang nyaris tutup,” katanya.<br />
Karena itu, kata Sukhyar, perusahaan-perusahaan<br />
penopang industri metal di Tiongkok<br />
butuh ekspansi ke luar negerinya untuk dapat<br />
mengolah nikel dan mineral lain.<br />
Hal mirip diungkap Sekretaris Jenderal<br />
Indonesian Mining Association Tony Wenas.<br />
Ia mengatakan investor Tiongkok banyak<br />
menanamkan modalnya di Sulawesi sebagai<br />
konsekuensi dari kebutuhan Tiongkok akan<br />
nikel yang begitu besar setiap tahun.<br />
Selain itu, perusahaan Tiongkok agresif mengejar<br />
nikel, bauksit, mangan, zirkon, dan seng<br />
di Indonesia karena larangan ekspor bahan<br />
mentah. Hal ini membuat pabrik di Tiongkok<br />
kehilangan bahan baku. Mereka pun lari ke<br />
Sulawesi, yang memang menjadi lumbung<br />
tambang mineral. “Sulawesi memang basis<br />
tambang nikel terbesar di Indonesia,” ucapnya.<br />
Meski banyak investor Tiongkok yang datang<br />
membangun smelter, pihak Asosiasi Perusahaan<br />
Mineral Indonesia (Apemindo) masih<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
EKONOMI<br />
Di Indonesia, penggunaan<br />
batu bara terus diperbesar,<br />
termasuk di pembangkit<br />
listrik di Pangkalan Bun<br />
ini. Asosiasi Perusahaan<br />
Mineral Indonesia<br />
meminta investor<br />
smelter dari Tiongkok<br />
menggunakan mesin baru<br />
agar tidak terlalu banyak<br />
menghasilkan polutan.<br />
MUHAMMAD YAMIN/REUTERS<br />
buta peta sesungguhnya. Sekretaris Jenderal<br />
Apemindo Ladjiman Damanik mengatakan<br />
informasi tentang di mana saja di Sulawesi<br />
perusahaan Tiongkok menanamkan modalnya<br />
untuk membangun smelter terbilang minim.<br />
“Pada umumnya teman-teman tidak melaporkan,<br />
pada proses mana mereka sedang berjalan,<br />
baik itu saat masih meminta izin lokasi,<br />
amdal, atau izin-izin lainnya ke pemerintah<br />
daerah,” ucapnya. Ia juga mengklaim pemerintah<br />
daerah provinsi di Sulawesi dan Kepulauan<br />
Maluku Utara tak memiliki data lengkap. “Kecuali<br />
kamu (datang) ke setiap kabupaten yang<br />
ada di sana,” ucapnya.<br />
Meski kedatangan investor Tiongkok ini<br />
memberi angin segar, Ladjiman meminta pemerintah<br />
tegas mengharuskan seluruh pabrik<br />
itu menggunakan mesin baru, bukan sekadar<br />
memindah peralatan dari Tiongkok.<br />
“Pemerintah tegas, minta yang baru,” katanya.<br />
Ia mengatakan, jika mereka menggunakan<br />
mesin lama yang menggunakan batu bara,<br />
polusinya akan sangat tinggi. “Polusinya akan<br />
gila-gilaan kalau pakai mesin lama.” n BUDI ALIMUDDIN<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
MAJU TAK GENTAR<br />
TOKO TRADISIONAL<br />
KEHADIRAN TOKO ONLINE<br />
TAK MEMBUAT GENTAR TOKO<br />
TRADISIONAL. SEBAGIAN MALAH<br />
NAIK OMZET DENGAN MENJADI<br />
PEMASOK TOKO ONLINE, SEPERTI<br />
LAZADA ATAU RAKUTEN.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
Sepeda motor antaran<br />
Lazada saat mengantar<br />
barang ke kawasan<br />
Bintaro, Jakarta Selatan.<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
JULIE Halim terus memandangi layar<br />
laptopnya sambil sesekali mengetikkan<br />
sesuatu, sementara suaminya,<br />
Hamid Halim, sibuk merapikan<br />
sejumlah kotak barang yang siap dikirim via<br />
ekspedisi antarpulau. Kotak-kotak itu berisi<br />
berbagai barang elektronik—dari teko listrik<br />
sampai alat kejut—sedang dipak dan dirapikan<br />
di salah satu ruko di kawasan Serpong,<br />
Tangerang Selatan.<br />
Suami-istri ini memiliki toko elektronik<br />
tradisional di kawasan Klender, Jakarta Timur,<br />
bernama Utama Mega Elektrik. Tapi labellabel<br />
alamat yang dikirim dari kotak-kotak<br />
itu tidak menunjuk alamat mereka. Alih-alih,<br />
alamat pengirim tertulis toko online terkenal,<br />
Lazada.<br />
Bagi mereka, kehadiran toko online itu tidak<br />
membuat sebagian pelanggannya pergi. Tapi<br />
malah mendatangkan pelanggan baru dengan<br />
omzet kira-kira seperti toko tradisionalnya.<br />
“Bersama Lazada, saya jadi punya satu toko<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
Kalau online, ramai<br />
transaksinya pas<br />
hari kerja, sementara<br />
offline, pas hari libur.<br />
lagi,” ucap Julie sambil terkekeh.<br />
Tren toko online besar di Indonesia memang<br />
menguat dalam sekitar lima tahun terakhir.<br />
Selama bertahun-tahun, hanya nama-nama<br />
seperti Glodokshop.com dan Bhinneka.com<br />
yang populer. Tapi belakangan, muncul nama<br />
seperti Lazada, Rakuten, atau Berrybenka,<br />
yang dimodali investor luar negeri. Para investor<br />
asing ini lebih agresif sehingga,<br />
setidaknya, merek toko<br />
online ini cepat populer.<br />
Nah, Lazada atau Rakuten<br />
memiliki program bagi pedagang<br />
tradisional untuk bergabung.<br />
Seperti keluarga Julie dan<br />
Hamid Halim. Produk mereka<br />
dipasang di situs Lazada atau Rakuten dan<br />
pembeli merasa bertransaksi dengan toko<br />
serbaada di Internet ini. Begitu ada pesanan,<br />
toko online itu akan memberi tahu Julie dan<br />
Hamid. Mereka kemudian akan mengirim barang<br />
dan kemudian mendapat kiriman uang<br />
pembelian—setelah dipotong persenan.<br />
Julie dan Hamid tidak sendirian. Pemasok<br />
lain, yang juga memiliki toko elektronik tradisional<br />
di kawasan Klender, malah mengatakan<br />
toko tradisional ini kadang kedatangan<br />
pembeli yang tahu dari toko online. Beda<br />
toko tradisional dan yang bergabung dengan<br />
situs belanja online itu satu: hari ramai. “Kalau<br />
online, ramai transaksinya pas hari kerja, sementara<br />
offline pas hari libur,” ucap Fielienna,<br />
yang lebih sering dipanggil Yenni, si pemilik<br />
toko yang terletak di samping pasar Klender.<br />
Menurut dia, untuk barang besar, biasanya<br />
hanya pembeli dari Jakarta dan sekitarnya.<br />
Mungkin pembelinya sudah “ngeri” dengan<br />
biaya kirim barang seperti kulkas. “Kalau<br />
barang kecil lainnya ke seluruh Indonesia,”<br />
ucapnya.<br />
Yenni mengaku bergabung dengan Lazada<br />
sejak 2013. Sedangkan Julie bergabung dengan<br />
Lazada gara-gara memiliki situs Internet<br />
sendiri, mengikuti nama toko tradisionalnya,<br />
yakni www.utamamega.com. Dari situs<br />
ini, Lazada kemudian mengajak bergabung.<br />
“Kami diundang ke Menara Bidakara, mereka<br />
memaparkan potensi pengunjung dan bisnis<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
Seorang pramuniaga<br />
membenahi komputer di<br />
pameran elektronik di Mal<br />
Tangerang City, Tangerang.<br />
Toko elektronik tradisional<br />
yang memanfaatkan toko<br />
online berhasil menaikkan<br />
omzet.<br />
LUCKY R./.ANTARA<br />
Lazada,” ucapnya.<br />
Memandang bisnis ini sangat menjanjikan,<br />
Julie kemudian menyetujui semua syarat-syarat<br />
Lazada. Syarat tersebut antara lain margin<br />
komisi lebih dari 3 persen, menyediakan<br />
barang yang gambarnya telah diunggah ke<br />
situs Lazada, bersedia didenda Rp 100 ribu<br />
per barang jika ternyata barangnya tidak ada,<br />
dan harga harus lebih murah dari supermarket.<br />
“Gambarnya juga harus bagus dan jernih.<br />
Kalau jelek, ditolak sama Lazada,” ucapnya.<br />
Ia masih ingat, di hari pertama buka lapak<br />
di Lazada, seorang pelanggan dari luar Jawa<br />
membeli penyedot debu sebanyak lima unit<br />
langsung.<br />
Per hari, Julie memperkirakan rata-rata<br />
penjualan toko online-nya mencapai 200 unit.<br />
Namun toko offline-nya di Klender juga punya<br />
pelanggan sendiri, sehingga jumlah penjualan<br />
per harinya juga hampir sama.<br />
Toko pemasok ini jumlahnya cukup banyak<br />
di Lazada. Di seluruh Asia Tenggara, menurut<br />
Kepala Komersial Lazada Indonesia Rene<br />
Janssen, ada sekitar 11 ribu pemasok. Secara<br />
regional, kata Rene, kontribusi pemasok<br />
individu maupun toko mencapai 70 persen.<br />
“Penjualan yang berasal dari marketplace<br />
telah meningkat sebanyak 20 kali dari Januari<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
BISNIS<br />
Calon pembeli Lazada<br />
mengecek e-banking di<br />
ponselnya, Kamis (5/2).<br />
ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />
hingga Desember 2014,” ucapnya.<br />
Yang ditawarkan Lazada atau Rakuten kepada<br />
para pemasok ini terutama kepercayaan<br />
dari pelanggan. Dengan nama besarnya, pelanggan<br />
tidak cemas tertipu oleh pedagang<br />
online yang bodong. Transaksi dengan kartu<br />
kredit pun dirasa cukup aman bagi mereka.<br />
Untuk memastikan kualitasnya, Lazada<br />
mengecek para pemasok. “Kami selalu mengaudit<br />
calon penjual sebelum produknya muncul<br />
secara online di website Lazada dan terus<br />
memonitor proses dan performa mereka,”<br />
ucap Rene. “Kami melakukan cek kualitas<br />
untuk setiap produk sebelum ditampilkan di<br />
website.”<br />
Menurut Rene, jika ada komplain dari<br />
pelanggan, pihaknya akan cepat merespons.<br />
Pihaknya, kata dia, memiliki sistem respons<br />
yang ketat, di mana pihaknya akan bertindak<br />
langsung berdasarkan feedback dari konsumen<br />
maupun penjual.<br />
Tapi tak semua toko online top memilih cara<br />
seperti Lazada atau Rakuten ini. Berrybenka<br />
misalnya. Semua barang yang dijual dikirim<br />
dari gudang mereka sendiri. Tidak ada yang<br />
mengirim dari tempat lain. “Jadi semua under<br />
control kami,” kata Jason Lamuda, pendiri dan<br />
pemimpin Berrybenka.<br />
Karena semua ditangani sendiri, Berrybenka<br />
berusaha mati-matian agar produk yang<br />
dijual—semua adalah busana—sesuai dengan<br />
selera pembeli. “Karena itu, setiap harinya tim<br />
buyer kami selalu mencari yang sesuai dengan<br />
visi-misi kami,” katanya. n BUDI ALIMUDDIN<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
SNIPER<br />
ONE SHOT, one kill. Untuk bisa memenuhi kredo itu, seorang<br />
penembak jitu atau sniper harus cermat, akurat, tenang,<br />
dan sabar. Berbekal senjata laras panjang plus teleskop<br />
khusus, aksi sniper bak malaikat<br />
pencabut nyawa. Bukan cuma<br />
Amerika, Rusia, atau Jerman,<br />
Indonesia pun memiliki sniper<br />
legendaris yang diakui<br />
dunia. Simak lika-liku<br />
kisahnya berikut<br />
ini....<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
SNIPER<br />
PAHLAWAN ATAU<br />
PENGECUT<br />
HARUS MAMPU MELUMPUHKAN LAWAN<br />
DARI JARAK RATUSAN METER, SEORANG<br />
SNIPER HARUS BERGERAK TANPA<br />
TERLACAK.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
Tap Untuk<br />
Melihat Video<br />
SEORANG bocah Irak berusia sekitar<br />
10 tahun keluar dari rumah<br />
bersama ibunya. Sambil mengepit<br />
sebuah granat RKG Rusia, ia berjalan<br />
tergesa menuju konvoi pasukan Amerika.<br />
Belum sempat granat dilontarkan, tubuhnya<br />
ambruk. Sebuah peluru menembus dadanya<br />
hingga punggung. Darah segar pun muncrat.<br />
Sang ibu berusaha mengambil alih. Dia<br />
bergegas memungut granat itu, lalu melemparkannya<br />
ke arah pasukan Amerika. Tapi<br />
lemparannya lemah dan, selang sepersekian<br />
detik, tubuhnya pun ambruk bersimbah darah.<br />
Adegan itu menjadi pembuka film American<br />
Sniper karya Clint Eastwood, yang men-<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
PASUKAN IRAK MENGHARGAI KEPALA<br />
CHRIS KYLE US$ 20 RIBU.<br />
jadi box office di Amerika Serikat. Sejak dirilis<br />
pertengahan Januari lalu hingga 2 Februari,<br />
menurut LA Times, film ini telah mengumpulkan<br />
keuntungan US$ 31,9 juta atau setara Rp<br />
406 miliar. Di ajang<br />
Academy Awards<br />
ke-87, film ini masuk<br />
dalam enam<br />
nominasi Oscar, di<br />
antaranya kategori film terbaik, film adaptasi<br />
terbaik, dan aktor terbaik untuk Cooper.<br />
Tapi tak sedikit yang mengkritik film ini<br />
karena dinilai terlalu menyederhanakan persoalan<br />
di Irak. Film ini gagal membedakan antara<br />
milisi Syiah dan Sunni, sehingga seluruh<br />
warga Irak terkesan sebagai teroris.<br />
American Sniper diangkat dari autobiografi<br />
Chris Kyle, anggota pasukan Navy SEALs<br />
yang terlibat dalam perang di Irak, 1999-<br />
2009. Dalam film ini, aktor Bradley Cooper<br />
memerankan sosok Kyle, yang mencatat<br />
“rekor” membunuh 255 musuh. Dari<br />
jumlah itu, 160 tembakan mematikan<br />
telah dikonfirmasi Departemen Pertahanan<br />
Amerika. Dua di antaranya adalah ibu<br />
dan anak yang menjadi pembuka film ini. Kyle<br />
membidiknya dari jarak 200 yard, sekitar 182<br />
meter.<br />
Kehadiran Kyle sebagai sniper di sejumlah<br />
arena pertempuran di Irak membuat gundah<br />
para pemberontak di Irak. Ia layaknya<br />
malaikat pencabut nyawa sehingga mereka<br />
mengincar Kyle, yang dijuluki “Iblis Ramadi”,<br />
dengan iming-iming hadiah US$ 20 ribu.<br />
Sebagai manusia, ayah dua anak, dan suami,<br />
Kyle tak lepas dari dilema. Sebab, target yang<br />
menjadi sasaran adakalanya juga anak-anak<br />
dan perempuan.<br />
Kyle sudah mahir menembak sebelum<br />
masuk marinir. Maklum, semasa anak-anak,<br />
ia biasa ikut berburu rusa dengan ayahnya di<br />
Odessa, Texas. Saat kuliah, ia dikenal sebagai<br />
pemain rodeo.<br />
Selepas bertugas di Irak, Kyle mendirikan<br />
Craft International. Perusahaan ini menyediakan<br />
pelatihan penembak jitu bagi militer dan<br />
penegakan hukum. Dia juga menjadi relawan<br />
bagi yayasan prajurit yang mengalami cacat<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
tengah menjalani terapi karena mengidap<br />
PTSD (post-traumatic stress disorder). Tragis!<br />
●●●<br />
Bradley Cooper sebagai Chris<br />
Kyle dalam American Sniper.<br />
MOVIE CAPTURE<br />
fisik maupun gangguan emosional.<br />
Pada 2 Februari 2013, Chris Kyle tewas<br />
ditembak di lapangan tembak di Glen Rose,<br />
Texas. Pelakunya, Eddie Ray Routh, 25 tahun,<br />
adalah mantan marinir berpangkat kopral<br />
yang bertugas di Irak pada 2006-2010. Dia<br />
Chris Kyle tentu bukan sniper legendaris<br />
pertama. Setiap negara dan setiap kesatuan<br />
elitenya atau dalam setiap peperangan selalu<br />
ada peran sniper. Dalam Perang Dunia I dan<br />
II, misalnya, tercatat nama Simo Hayha, Erwin<br />
Konig, dan Vasily Zaitsev. Kisah Konig dan<br />
Zaitsev diabadikan lewat film Enemy at the<br />
Gates, 2001, yang dibintangi Jude Law dan Ed<br />
Harris.<br />
Nama Simo Hayha, petani Finlandia kelahiran<br />
17 Desember 1905, menjadi legendaris<br />
setelah berhasil membunuh lebih dari 500<br />
tentara Rusia saat menyerang negerinya di<br />
musim dingin pada 1939. Soviet menjuluki<br />
Hayha, yang meninggal pada 1 April 2002<br />
pada umur 96 tahun, sebagai “White Death”.<br />
Indonesia pun memiliki seorang sniper<br />
legendaris yang prestasinya diabadikan<br />
dalam buku Sniper: Training, Techniques and<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
Aktor Jude Law (bertopi)<br />
memerankan tokoh Vasily<br />
Zaitsev<br />
Weapons karya<br />
Peter Brookesmith,<br />
2000. Namanya<br />
Peltu Tatang Koswara,<br />
yang pernah<br />
berdinas dalam<br />
Operasi Seroja di<br />
Timor Timur pada<br />
1977-1978. (baca:<br />
"Siluman Pencabut<br />
Nyawa Fretilin").<br />
Dalam buku Sang<br />
Pembunuh dalam Kesunyian—Sniper—Senyap<br />
dan Mematikan<br />
karya Huda Efendi,<br />
istilah sniper berasal<br />
dari nama burung<br />
snipe. Burung berbulu<br />
cokelat berbintik<br />
aneka warna ini memiliki bentuk sangat kecil,<br />
lincah, gesit, dan banyak ditemukan di rawarawa<br />
daratan Skotlandia dan Inggris. Saking<br />
lincahnya, burung ini sangat sukar untuk<br />
dijadikan sebagai sasaran tembak sehingga<br />
setiap orang yang dapat menembaknya dianggap<br />
sebagai ahli menembak.<br />
Pada akhir abad ke-18, ungkapan sniper sering<br />
disebut dalam surat-surat yang dikirim ke<br />
rumah oleh orang-orang Inggris yang bertugas<br />
di India. Pada abad ke-19, kata sniper digunakan<br />
secara umum untuk menyebut seseorang<br />
yang mahir dalam olahraga menembak.<br />
Istilah sniper juga dipakai untuk mendefinisikan<br />
seseorang yang mahir dalam melakukan<br />
pembunuhan dengan menggunakan senapan<br />
laras panjang. Dalam perkembangannya, kata<br />
sniper merujuk pada seorang prajurit tempur<br />
yang bertugas untuk membidik dan menumbangkan<br />
targetnya.<br />
Dalam sebuah pertempuran, tugas sniper<br />
berbeda dari prajurit infanteri pada umumnya.<br />
Ia tak bergerombol dalam sebuah kelompok<br />
pasukan, tapi lebih banyak menyendiri.<br />
Bergerak dalam senyap tanpa boleh meninggalkan<br />
jejak. Targetnya pun tak asal musuh,<br />
melainkan merupakan obyek terpilih.<br />
Dari pengalaman Tatang Koswara, target<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
REPRO: GRADYOS SAFNA<br />
seorang sniper biasanya adalah sniper<br />
kelompok musuh, para<br />
komandan pasukan,<br />
pembawa perlengkapan<br />
komunikasi, dan<br />
pembawa senapan<br />
mesin. “Target-target<br />
pilihan itu dimaksudkan<br />
untuk mengacaukan soliditas<br />
dan meruntuhkan<br />
moral pasukan musuh,”<br />
ujar Tatang.<br />
Perlengkapan seorang<br />
sniper juga berbeda. Selain<br />
dibekali senjata otomatis,<br />
dia juga menggunakan<br />
senjata laras panjang yang<br />
dilengkapi teleskop khusus.<br />
Hal itu diperlukan karena<br />
mereka harus bisa melumpuhkan<br />
lawan dari jarak<br />
ratusan meter.<br />
Dalam sebuah operasi, seorang sniper adakalanya<br />
didampingi oleh spotter. Kualifikasinya<br />
sama dengan sniper. Dia bertugas sebagai<br />
observer, mengamati situasi, mencari sasaran,<br />
menghitung jarak, mengoreksi tembakan,<br />
serta melindungi si penembak runduk itu<br />
sendiri.<br />
Selain harus mahir menembak, seorang sniper<br />
harus memiliki kemampuan menyamarkan<br />
diri sehingga posisinya tidak diketahui musuh.<br />
Dia harus punya nyali lebih guna menyusup<br />
ke balik garis pertahanan lawan. Pakaian atau<br />
perlengkapan khusus untuk menyamar ini<br />
biasa disebut ghillie suit. Awalnya, pakaian ini<br />
digunakan penjaga hutan Skotlandia untuk<br />
menangkap pencuri dan pemburu satwa liar.<br />
Mungkin karena menembak dari lokasi tersembunyi,<br />
sebagian orang justru menilai para<br />
sniper adalah pengecut yang menghabisi lawan,<br />
bahkan perempuan. Mereka tak layak diberi<br />
penghargaan, apalagi gelar pahlawan. ■<br />
PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015<br />
MAJALAH DETIK 15 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
SILUMAN<br />
CIBADUYUT<br />
INCAR<br />
FRETILIN<br />
DIAKUI DUNIA SEBAGAI SNIPER<br />
TERBAIK. HILANGKAN JEJAK<br />
DENGAN HAK SEPATU TERBALIK.<br />
FOTO-FOTO: GRANDY/DETIKCOM<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
PADA usia 68 tahun, bukan cuma<br />
perawakannya yang masih tampak<br />
bugar dan kekar, ingatan Tatang<br />
Koswara pun masih jernih.<br />
Dengan penuh ekspresi, kakek tujuh<br />
cucu itu mengisahkan pengalamannya<br />
bertempur di Timor Timur pada<br />
1977-1978. Remexio, Lautem,<br />
Viqueque, Aileu, Becilau, dan<br />
Bobonaro adalah daerah operasinya<br />
di bawah komando<br />
Letnan Kolonel Edi Sudrajat.<br />
“Saya waktu itu menjadi<br />
pengawal Pak Edi,<br />
sekaligus ditugasi<br />
sebagai sniper,” kata<br />
Tatang saat ditemui<br />
majalah detik di<br />
kediamannya di<br />
lingkungan Kompleks<br />
TNI Angkatan Laut,<br />
Cibaduyut, Bandung,<br />
Selasa (3/2).<br />
Meski di Tanah Air tak banyak yang mengenalnya,<br />
di dunia militer internasional reputasi<br />
Tatang sebagai sniper justru diakui. Dalam buku<br />
Sniper Training, Techniques and Weapons karya<br />
Peter Brookesmith, yang terbit pada 2000,<br />
nama Tatang berada di urutan ke-14 sniper hebat<br />
dunia. Di situ disebutkan, dalam tugasnya,<br />
Tatang berhasil melumpuhkan 41 target orang<br />
Fretilin.<br />
“Itu sebetulnya cuma dalam satu misi operasi.<br />
Saya pernah tiga kali menjalankan misi,<br />
termasuk seorang diri,” ujar pemilik sandi S-3<br />
alias Siluman 3 ini.<br />
Kata “siluman” dimaksudkan karena misi<br />
yang diembannya bersifat sangat rahasia, sementara<br />
angka 3 merujuk pada peringkat yang<br />
didapatnya saat mengikuti pendidikan sniper<br />
dari Kapten Conway, anggota Green Berets<br />
Amerika Serikat, pada 1973.<br />
Menurut Tatang, setiap kali menjalankan<br />
misi, ia biasanya dibekali 50 butir peluru. Dari<br />
jumlah itu, cuma satu yang boleh tersisa untuk<br />
digunakan pada dirinya sendiri bila dalam kondisi<br />
terjepit.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
lll<br />
Tatang masuk tentara melalui jalur tamtama di Banten pada<br />
1966. Kala itu sebetulnya dia cuma mengantar sang adik, Dadang,<br />
yang ingin menjadi tentara. Tapi, karena saat di lokasi<br />
pendaftaran banyak yang menyarankan agar dirinya ikut, ia pun<br />
mendaftar. Saat tes, ternyata cuma dia yang lulus.<br />
Meski punya ijazah Sekolah Teknik (setara dengan SMP),<br />
Tatang melamar sebagai prajurit tamtama menggunakan ijazah<br />
Sekolah Rakyat atau setara dengan SD. Selang beberapa tahun,<br />
ia mengikuti penyesuaian pangkat sesuai dengan ijazah yang dimilikinya.<br />
Sebagai bintara, ia ditempatkan di Pusat Kesenjataan<br />
Infanteri. Di sana pula ia mendapatkan berbagai pelatihan, mulai<br />
kualifikasi raider hingga sniper.<br />
Seorang sniper, kata Tatang, harus berani berada di wilayah<br />
musuh. Fungsinya antara lain mengacaukan sekaligus melemahkan<br />
semangat tempur musuh. Selain sniper musuh, target<br />
utamanya adalah komandan, pembawa senapan mesin, dan<br />
pembawa peralatan komunikasi.<br />
“Saya biasa membidik kepala. Cuma sekali saya menembak<br />
bagian jantung, dia pembawa alat komunikasi. Sekali tembak,<br />
alat komunikasi rusak, orangnya pun langsung ambruk,” kata<br />
Tatang, yang biasa menggunakan senjata laras panjang Win-<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
chester M-70 selama bertugas. Senjata ini<br />
mampu membidik sasaran hingga jarak 900-<br />
1.000 meter.<br />
Kemahiran Tatang menembak secara alami<br />
terlatih sejak remaja. Setiap Jumat, ia biasa<br />
membantu orang tuanya berburu bagong (babi<br />
hutan), yang kerap merusak lahan pertanian<br />
dan perkebunan. Bidikannya lewat senapan<br />
locok nyaris tak pernah meleset.<br />
Berbeda dengan warga lain, yang biasa<br />
bergerombol saat memburu babi, Tatang lebih<br />
suka menyendiri. Ia juga sengaja mengejar babi<br />
yang lari ke hutan. “Sasaran bergerak lebih<br />
menantang saya. Itu terbawa saat memburu<br />
Fretilin di Timtim,” ujarnya.<br />
Ada satu trik unik yang dilakukan Tatang<br />
untuk mengelabui pasukan patroli musuh. Dia<br />
membuat sepatu khusus dengan alas dalam<br />
posisi terbalik sehingga jejak yang ditinggalkan<br />
menjadi berbalik arah. “Cibaduyut kan dikenal<br />
sebagai pabrik sepatu, saya juga mampu membuat<br />
sendiri,” ujarnya.<br />
Tentu misi yang diembannya tak selalu berjalan<br />
mulus. Suatu kali ia pernah terjebak dan<br />
terkepung banyak personel Fretilin. Dua peluru<br />
pantulan pernah bersarang di betis kanannya.<br />
“Sambil bersembunyi di kegelapan, saya congkel<br />
sendiri kedua peluru itu dengan gunting<br />
kuku,” ujar Tatang seraya memperlihatkan<br />
bekas luka di kakinya.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
lll<br />
Selepas pensiun dari ketentaraan pada 1994<br />
dengan pangkat terakhir pembantu letnan<br />
satu, Tatang dan Tati Hayati, yang dinikahi<br />
pada 1968, tinggal di sebuah rumah sederhana<br />
di Cibaduyut. Di ruang tamu berjejer sejumlah<br />
medali, sertifikat, dan brevet tanda pendidikan<br />
yang diikutinya.<br />
Untuk menyambung hidup, selain mengandalkan<br />
pensiunan yang tak seberapa, ia membuka<br />
warung makan di lingkungan Komando<br />
Pembina Doktrin, Pendidikan, dan Latihan TNI<br />
AD. Juga sesekali memberi latihan tembak<br />
kepada para prajurit di kesatuan-kesatuan elite<br />
Angkatan Darat maupun Angkatan Udara.<br />
“Tahun lalu saya dua bulan melatih 60-an calon<br />
sniper Kopassus. Juga ada permintaan dari<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
Komandan Paskhas di Soreang untuk melatih,”<br />
kata Tatang.<br />
Setahun sebelum pensiun, ia pernah<br />
memamerkan kemahirannya sebagai sniper<br />
dengan menembak pita balon di atas kepala<br />
Jenderal Wismoyo Arismunandar. “Waktu itu<br />
saya diminta memutus pita dengan peluru<br />
yang melintas di atas kepala KSAD (Kepala<br />
Staf Angkatan Darat). Pak Wismoyo tak marah,<br />
malah memberi saya uang, ha-ha-ha….,”<br />
ujar Tatang.<br />
Mantan Inspektur Jenderal Mabes TNI<br />
Letnan Jenderal (Purnawirawan) Geerhan<br />
Lantara mengakui reputasi Tatang sebagai<br />
pelatih sniper. “Pak Tatang adalah salah satu<br />
pelatih menembak runduk terbaik yang<br />
dimiliki Indonesia. Mungkin saya salah satu<br />
muridnya yang terbaik, he-he-he…,” ujarnya.<br />
Sedangkan Kolonel (Purnawirawan) Peter<br />
Hermanus, 74 tahun, mantan ahli senjata di<br />
Pindad, menyebut Tatang sebagai prajurit<br />
yang lurus. Dia mengingatkan agar bekas<br />
anak buahnya itu tetap mensyukuri kondisi<br />
yang ada sekarang. “Dia hidup sederhana<br />
karena tidak pandai korupsi, tapi itu lebih<br />
baik ketimbang punya rekening gendut, haha-ha…,”<br />
ujar Peter melalui telepon. n<br />
SUDRAJAT<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK 26 DETIK JANUARI 9 - 15 - 1 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
CANTIK, CERDAS,<br />
MEMATIKAN<br />
DI SURIAH, SEORANG GURU BAHASA INGGRIS<br />
MENJADI SNIPER UNTUK MEMBALAS DENDAM<br />
KEMATIAN KEDUA ANAKNYA.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
SUDAH lima bulan lamanya Denis<br />
Sipan berada di garis depan medan<br />
pertempuran. Perempuan muda itu<br />
meninggalkan pekerjaannya sebagai<br />
seorang guru sekolah dasar di Kurdi dan memilih<br />
bertarung di Kobane, Suriah, sebagai sniper.<br />
Ia bergabung dengan milisi Kurdi atau dikenal<br />
sebagai Unit Perlindungan Rakyat (YPG), kelompok<br />
pembela tiga kelompok kecil Kurdi di<br />
wilayah utara Suriah.<br />
Milisi Kurdi tersebut selama setahun ini memerangi<br />
ISIS, kelompok “jihad” garis keras yang<br />
ingin menciptakan negara Islam di seluruh<br />
wilayah Irak dan Suriah.<br />
“Jika kami tidak melakukannya, seluruh tempat<br />
akan penuh ISIS dan mereka akan menghancurkan<br />
segalanya,” kata Denis kepada CBS<br />
News, Kamis, 5 Februari lalu.<br />
Denis dan YPG dalam beberapa minggu<br />
terakhir berhasil merebut kembali 50 desa di<br />
wilayah Kobane. Padahal perlengkapan tempur<br />
mereka sangat terbatas. Denis pun harus ber-<br />
Guevara mengintai target.<br />
REUTERS/ MUZAFFAR SALMAN<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
Denis Sipan<br />
CBS NEWS<br />
bagi senapan dengan anggota milisi setiap kali<br />
akan beraksi. Ia bertempur bersama-sama relawan<br />
lokal, kelompok yang terdiri atas petani<br />
gandum, ibu rumah tangga, dan pemilik toko,<br />
dengan menggunakan senjata yang mereka<br />
beli di pasar gelap.<br />
Sebelum ISIS dibungkam, Denis menyatakan<br />
tak akan kembali mengajar. Prioritasnya saat<br />
ini adalah melindungi diri, teman-teman, dan<br />
negaranya. “Aku tak berpikir kembali ke sekolah,”<br />
ujarnya.<br />
Berbeda dengan Denis Sipan, Guevara menjadi<br />
sniper setelah anak lelakinya yang berusia 7<br />
tahun dan anak perempuannya yang berumur<br />
10 tahun tewas oleh serangan udara pesawat<br />
tempur rezim Bashar al-Assad. Sejak itu, ia berhenti<br />
mengajar bahasa Inggris dan memilih ke<br />
medan pertempuran. Senapan FN Belgia menjadi<br />
andalannya untuk melumpuhkan tentara<br />
pendukung rezim pemerintahan Assad.<br />
“Aku menyukai peperangan. Ketika menyaksikan<br />
salah satu temanku di Katiba (divisi pemberontak)<br />
tewas, aku merasa harus memegang<br />
senjata dan membalas dendam,” ujar wanita<br />
berusia 36 tahun itu kepada Ruth Sherlock di<br />
harian The Telegraph terbitan 4 Februari 2013.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
Guevara di Aleppo, Suriah, 19<br />
Januari 2013.<br />
REUTERS/ MUZAFFAR SALMAN<br />
Meskipun sedang berperang, Guevara selalu<br />
tampil rapi—alis yang sempurna, perona<br />
pipi, dan sedikit penegas garis mata. Sepatu<br />
bot kulit kecil dengan tumit dan gelang emas<br />
memperlihatkan sisi femininnya. Kaum pria<br />
yang memanggul senjata melawan pemerintah<br />
amat menghormatinya.<br />
Tidak mudah menjadi seorang sniper. Selain<br />
harus cepat, cermat, dan cerdas untuk tidak<br />
membiarkan musuh menembak terlebih dulu,<br />
“Perlu bersabar. Saya (pernah) menunggu berjam-jam<br />
pada suatu waktu,” ujarnya.<br />
Melalui lubang kecil di tempat persembunyian,<br />
Guevara melihat tentara pemerintah<br />
kurang dari 700 meter di seberang jalan, berbaur<br />
di antara warga sipil yang bergerak cepat,<br />
mencoba melanjutkan kehidupan mereka meskipun<br />
dalam kondisi perang.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
Roza Shanina<br />
RAREHISTORICALPHOTOS<br />
Perempuan asal Palestina yang pernah kuliah<br />
di Aleppo University itu mahir menggunakan<br />
pistol dan beroperasi dalam perang setelah<br />
mengikuti kamp pelatihan militer di Libanon<br />
yang dijalankan oleh faksi militan Palestina,<br />
Hamas.<br />
Guevara meninggalkan suami pertamanya<br />
karena dianggap tidak cukup “revolusioner”. Ia<br />
menikah lagi dengan komandan brigade milisi.<br />
Semula sang suami pun tidak mengizinkan<br />
Guevara bertempur di garis depan. Izin didapat<br />
setelah ia mengancam akan meninggalkannya.<br />
“Aku punya kekuatan untuk memegang senjata,<br />
jadi mengapa aku tidak boleh bertempur”<br />
Suaminya pun takluk dan mengajari Guevara<br />
seni menembak jitu.<br />
Di dunia militer, Roza Shanina, 19 tahun, dikenal<br />
sebagai sniper perempuan pertama. Gadis<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SELINGAN<br />
Lyudmila Pavlichenko (ketiga<br />
dari kiri)<br />
DOK. CONGRESS LIBRARY<br />
Rusia itu terjun ke medan perang setelah saudara<br />
lelakinya tewas oleh tentara Jerman pada<br />
1941. Salah satu kisah Shanina yang melegenda<br />
adalah kemampuannya menembak dua target<br />
bergerak dalam satu tarikan pelatuk senapan.<br />
Catatan harian Shanina yang banyak menginspirasi<br />
para sniper perempuan Rusia di era<br />
berikutnya dipublikasikan secara luas pada<br />
1965. Shania meraih penghargaan “Order of<br />
Glory”.<br />
Selama Perang Dunia I dan II, Rusia diketahui<br />
paling banyak menggembleng warganya nan<br />
cantik, cerdas, tapi punya naluri membunuh<br />
tinggi sebagai penembak jitu. Sniper perempuan<br />
yang paling legendaris adalah Lyudmila<br />
Pavlichenko. Dia lahir di Belaya Tserkov, wilayah<br />
Ukraina, pada 12 Juli 1916. Mahasiswi Jurusan<br />
Sejarah Universitas Kiev ini ikut terjun dalam<br />
perang Dunia II saat Jerman menyerang Rusia.<br />
Pavlichenko yang tomboi sebetulnya melamar<br />
untuk menjadi perawat di divisi infanteri.<br />
Tapi, di tengah jalan, ia dipindahkan ke divisi<br />
sniper. Dia bergabung dengan 2.000 perempuan<br />
lainnya yang akan dilatih menjadi sniper.<br />
Prestasinya melumpuhkan lawan mengalahkan<br />
legendaris sniper Rusia, Vasily Zaytsev. Pavlichenko<br />
telah membunuh 309 prajurit Jerman,<br />
termasuk 36 sniper tentara Jerman. Sedangkan<br />
Vasily Zaytsev cuma membunuh 148 tentara<br />
Nazi.<br />
Pavlichenko berpulang pada 10 Oktober 1974<br />
pada usia 58 tahun. n PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
MAAF<br />
TAK ADA SENJATA<br />
UNTUK<br />
UKRAINA<br />
“BERI KAMI ALATNYA, MAKA KAMI AKAN MENANG.”<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Menteri Luar Negeri<br />
Amerika Serikat John<br />
Kerry tiba di Bandara<br />
Internasional Boryspil,<br />
Kiev, Kamis (5/2),<br />
di tengah tekanan<br />
supaya Amerika<br />
mengirimkan senjata<br />
untuk Ukraina.<br />
JIM WATSON/REUTERS<br />
MARINA sudah hampir kehilangan<br />
segalanya akibat perang di<br />
Ukraina. Saudara laki-lakinya mati<br />
ditembak milisi pro-Rusia, demikian<br />
pula ayah baptis putrinya. Sekarang giliran<br />
suaminya, Ruslan, yang akan bertaruh nyawa,<br />
siap berangkat ke medan perang di wilayah<br />
timur Ukraina.<br />
“Keluarga kami sudah banyak kehilangan....<br />
Itulah yang membuat kami tak takut lagi. Kami<br />
hanya tinggal merasakan sakit,” kata Marina<br />
pekan lalu. Padahal putrinya baru lima bulan<br />
lalu lahir. Sekarang dia harus melepas suaminya<br />
ke medan perang. “Pilihannya hanya berangkat<br />
berperang atau masuk penjara.... Suamiku sudah<br />
berjanji akan pulang kembali.”<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
PILIHANNYA HANYA<br />
BERANGKAT BERPERANG<br />
ATAU MASUK PENJARA.”<br />
Setelah berulang kali dipermalukan oleh<br />
milisi pro-Rusia, pemerintah Ukraina di Kiev<br />
memutuskan memobilisasi warganya lewat<br />
wajib militer. Pertengahan Januari lalu, parlemen<br />
Ukraina telah memberikan izin kepada<br />
pemerintah untuk merekrut paling tidak 100<br />
ribu pemuda untuk berperang melawan milisi<br />
pro-Rusia. Sejak pecah konflik di wilayah timur<br />
Ukraina hampir setahun lalu, sudah lebih dari<br />
1.300 prajurit Ukraina tewas.<br />
Di kampung Marina di Kota<br />
Kiev, ada puluhan pemuda<br />
yang bergabung bersama<br />
Ruslan. Mengenakan seragam<br />
ala kadarnya, mereka<br />
berpamit kepada keluarga<br />
masing-masing. “Kemenangan<br />
untuk Ukraina,” teriak<br />
mereka.<br />
“Semangat kami sangat<br />
tinggi untuk berperang. Sebab,<br />
jika bukan kami, lalu siapa lagi” kata Viktor<br />
Rybalko, 35 tahun. Sehari-hari, Viktor bekerja<br />
sebagai karyawan di gudang. “Aku memang tak<br />
punya pengalaman bertempur. Tapi aku akan<br />
belajar dan kemudian berangkat mengikuti<br />
peta di mana terjadi pertempuran.”<br />
Demi memperkuat pasukan, pemerintah<br />
Ukraina tak ragu memenjarakan mereka yang<br />
sengaja lari dari wajib militer. Lebih dari 1.300<br />
kasus kabur dari wajib militer tengah diselidiki<br />
polisi Ukraina. Yuri Biryukov, penasihat Presiden<br />
Ukraina, menduga mereka yang menghindari<br />
wajib militer bersembunyi di hotel-hotel di<br />
daerah perbatasan.<br />
“Tugas semua laki-laki untuk membela negaranya,<br />
membela tanah airnya,” kata Stepan Poltorak,<br />
Menteri Pertahanan Ukraina. “Memang<br />
ada sejumlah kasus, mereka yang tak punya<br />
semangat patriot, lari ke luar negeri untuk<br />
menghindari wajib militer.”<br />
Untuk menggenjot semangat tempur pasukannya,<br />
Stepan royal membagikan bonus.<br />
Mereka yang bisa menghancurkan kendaraan<br />
tempur musuh akan mendapatkan tambahan<br />
bonus 12 ribu hryvnia atau sekitar Rp 6,2 juta.<br />
Prajurit yang bisa meledakkan tank milisi pro-<br />
Rusia bakal memperoleh bonus lebih besar<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Prajurit Ukraina berlatih<br />
di luar Kota Luhansk,<br />
Ahad (1/2).<br />
MAKSIM LEVIN/REUTERS<br />
lagi, 48 ribu hryvnia atau Rp 25 juta.<br />
Wajib militer dengan taruhan nyawa ini tentu<br />
membuat keluarga yang ditinggalkan cemas.<br />
Sukar bagi mereka untuk merelakan keluarganya<br />
menyabung nyawa. “Bagaimana mungkin<br />
pemerintah membiarkan hal seperti ini terjadi<br />
Benar-benar memalukan,” kata Valentina Alexandrovna,<br />
68 tahun. Dia tak sanggup menahan<br />
air mata saat melepas seorang kerabatnya.<br />
●●●<br />
Tak perlu menunggu lama setelah perundingan<br />
damai antara pemerintah Ukraina dan<br />
kelompok separatis pro-Rusia di Kota Minsk,<br />
Belarus, menemui jalan buntu, senapan dan<br />
mortir langsung menyalak galak di medan<br />
tempur di Ukraina timur.<br />
Milisi separatis pro-Rusia menghujani pasukan<br />
Ukraina di Yenakieve dan Vuhlegirsk dengan<br />
tembakan artileri. Kedua kota itu menempati<br />
posisi strategis sebagai akses utama menuju<br />
Debalteve, kota yang menjadi penghubung<br />
jalur kereta ke Ukraina timur. Puluhan prajurit<br />
Ukraina gugur, demikian pula penduduk sipil.<br />
“Seperti inilah kondisinya setiap hari. Aku<br />
menyembunyikan anak kami di gudang bawah<br />
tanah. Aku ingin bertanya kepada Presiden Petro<br />
Poroshenko: Apakah kami ini warga Ukraina<br />
atau hanya target tembakan,” kata Anatoly<br />
Pomazanov, warga Yenakieve. Sepertinya hanya<br />
tinggal menghitung hari, Yenakieve bakal<br />
jatuh ke tangan milisi separatis. Jika Debalteve<br />
bisa dikuasai oleh milisi separatis, itu bakal jadi<br />
pukulan telak bagi pemerintah di Kiev. Sebab,<br />
kota itu merupakan penghubung Luhansk dan<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
KAMI TAK INGIN<br />
MENAMBAHKAN PERANG<br />
DI ATAS PERANG.”<br />
Donetsk, dua wilayah yang dikuasai separatis,<br />
dengan Rusia.<br />
Pemerintah Kiev menuduh, pasokan senjata<br />
dan suntikan tentara dari Rusia membuat pasukan<br />
separatis mendadak sangat perkasa. “Kami<br />
menyaksikan serangan besar-besaran gabungan<br />
milisi separatis dan tentara Rusia,” kata Oleksandr<br />
Turchynov, Ketua Dewan Keamanan dan Pertahanan<br />
Ukraina. Seperti biasa, Menteri Luar Negeri<br />
Rusia Sergei Lavrov membantah tudingan bahwa<br />
ada tangan Kremlin di balik milisi<br />
pro-Rusia.<br />
Dengan sokongan Rusia,<br />
milisi separatis melibas pasukan<br />
Ukraina yang hampir<br />
kalah segalanya. Kalah pengalaman dan kalah<br />
persenjataan. “Mereka terus menembaki kami<br />
dengan roket Grad atau apa pun yang mereka<br />
punya,” kata Alexander Verushkin, prajurit Ukraina.<br />
Dia tak sanggup banyak bergerak setelah<br />
kakinya terluka terkena serpihan mortir. Menurut<br />
Verushkin, mereka kewalahan menghadapi<br />
serangan milisi pro-Rusia. “Kami butuh suku<br />
cadang. Kendaraan perang kami rusak. Beri<br />
kami alatnya, maka kami akan menang.”<br />
Pavlo Klimkin, Menteri Luar Negeri Ukraina,<br />
mendesak negara-negara sekutunya di Eropa<br />
dan Amerika Serikat menyuntikkan tambahan<br />
bantuan militer untuk menghadang laju kelompok<br />
separatis.<br />
“Ini bukan soal membeli tank-tank baru,<br />
melainkan peralatan dan logistik yang lebih<br />
modern,” kata Klimkin. Perkakas itu diperlukan<br />
tentara Ukraina untuk mencegah supaya komunikasi<br />
mereka di medan perang tak disadap<br />
oleh Rusia dan milisi pro-Kremlin. “Kami tak<br />
mungkin menang perang melawan Rusia...<br />
tapi untuk mempertahankan Ukraina, kami tak<br />
boleh kalah perang.”<br />
Pemerintah Prancis sudah tegas menolak<br />
mengirimkan senjata mematikan untuk Kiev.<br />
“Kami tak ingin menambahkan perang di atas<br />
perang,” ujar seorang diplomat Prancis. Jean<br />
Yves Le Drian, Menteri Pertahanan Prancis,<br />
mengatakan sanksi politik dan ekonomi masih<br />
merupakan jalan terbaik untuk menekan Rusia.<br />
Di Washington, DC, suara pemerintah Amerika<br />
masih simpang-siur. “Kami masih berpikir<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Batalion Santa<br />
Maria yang baru<br />
saja dibentuk oleh<br />
Kementerian Dalam<br />
Negeri Ukraina berbaris<br />
di depan Katedral Saint<br />
Sophia, Kiev, Selasa<br />
(3/2).<br />
VALENTUN OGIRENKO/REUTERS<br />
bahwa jalan terbaik untuk mempengaruhi<br />
kalkulus Moskow adalah sanksi ekonomi yang<br />
menusuk dalam ke jantung perekonomian<br />
mereka,” ujar Ben Rhodes, Wakil Penasihat<br />
Keamanan di Gedung Putih. Dia tak yakin pasokan<br />
senjata ke Ukraina bisa menyelesaikan<br />
persoalan pelik di negara itu.<br />
Gedung Putih belum mengambil keputusan<br />
soal pengiriman senjata mematikan ke Ukraina.<br />
Namun sikap Ashton Carter, calon Menteri Pertahanan<br />
Amerika, berseberangan dengan Ben<br />
Rhodes. “Aku condong setuju untuk mengirimkan<br />
senjata, termasuk senjata mematikan,” kata Ashton.<br />
Melihat gelagatnya, sepertinya pemerintah<br />
di Kiev harus siap berperang dengan senjata seadanya.<br />
■ SAPTO PRADITYO | REUTERS | BBC | GUARDIAN | CNN<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
SUPERJENDERAL<br />
DARI TEHERAN<br />
“DIA JAUH LEBIH BERANI DARI PARA KOMANDAN PASUKAN IRAK...<br />
JENDERAL QASSEM ADALAH KOMANDAN TERBAIK DI DUNIA.”<br />
FOTO: KERMAN<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
BUSINESSINSIDER<br />
BAGI Jenderal (Purnawirawan) John<br />
M. “Jack” Keane, Qassem Suleimani<br />
bak duri yang harus segera dicabut.<br />
Di depan anggota Subkomite Antiterorisme<br />
dan Intelijen DPR Amerika Serikat tiga<br />
tahun lalu, mantan Wakil Kepala Staf Angkatan<br />
Darat Amerika itu menyarankan supaya pemerintah<br />
Amerika tak ragu untuk membunuh<br />
Mayor Jenderal Qassem, Komandan Pasukan<br />
Quds di kesatuan Garda Revolusi Iran.<br />
“Mengapa kita membiarkan komandan Pasukan<br />
Quds yang merancang operasi pembunuhan<br />
warga Amerika selama 30 tahun bebas<br />
ke mana-mana Mengapa kita tak membunuh<br />
dia Kita telah membunuh para pemimpin<br />
organisasi tero ris yang melawan kepentingan<br />
Amerika. Orang ini telah membunuh ribuan<br />
warga Amerika, tapi mengapa kita tak membunuh<br />
dia” kata Jenderal Jack Keane kala itu.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
Bukan cuma Jenderal Keane yang sepakat<br />
dengan ide untuk menamatkan hidup Jenderal<br />
Qassem. Reuel Marc Gerecht, mantan agen<br />
Dinas Intelijen Amerika (CIA), juga menyokong<br />
proposal Jenderal Keane. Supaya “pesan”<br />
mereka mendapat perhatian serius penguasa<br />
QASSEM SULEIMANI MERUPAKAN SALAH<br />
SATU OPERATOR MILITER PALING BERKUASA<br />
DI TIMUR TENGAH SAAT INI.”<br />
di Teheran, ibu kota Iran, menurut Gerecht,<br />
mereka tak bisa mengirimkan “pesan” biasabiasa<br />
saja.<br />
“Aku pikir kalian tak bisa mengintimidasi<br />
dan mendapatkan perhatian mereka, kecuali<br />
kalian menembak seseorang.... Jika kalian pikir<br />
Garda Revolusi yang bertanggung jawab,<br />
kalian harus mengejar Qassem Suleimani. Dia<br />
sering bepergian, tangkap atau bunuh dia,”<br />
kata Mister Gerecht.<br />
Posturnya tak seberapa tinggi, hanya 167<br />
sentimeter. Namun reputasi Jenderal Qassem<br />
mengalir sampai jauh. “Qassem Suleimani<br />
merupakan salah satu operator militer paling<br />
berkuasa di Timur Tengah saat ini.... Dan sangat<br />
sedikit orang yang kenal dengannya,”<br />
kata John Maguire, mantan intel CIA di Irak.<br />
Dalam pelbagai kesempatan di sejumlah acara,<br />
Jenderal Qassem sangat jarang menonjolkan<br />
diri. Dia juga sangat irit dalam bersuara.<br />
“Biasanya dia datang, mengambil tempat<br />
duduk di pojok, dan diam. Tak bicara, tak berkomentar,<br />
hanya duduk dan menyimak,” ujar<br />
seorang pejabat keamanan senior di Bagdad.<br />
Tapi jejak Jenderal Qassem ada di mana-mana.<br />
Dia ada di Damaskus, dia muncul di Bagdad<br />
dan Amerli, jejaknya tercium di Sana’a, Yaman,<br />
dan dia juga tampak saat pemakaman petinggi<br />
Hizbullah di Libanon yang menjadi korban<br />
serangan Israel beberapa pekan lalu.<br />
Bagi Amerika, Jenderal Qassem adalah lawan<br />
berat, tapi sekaligus juga kawan. Entah berapa<br />
banyak tentara Amerika di Irak yang mati<br />
dibunuh milisi Syiah yang disokong Pasukan<br />
Quds. Tapi mereka juga pernah bersama-sama<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
NYPOST<br />
bertempur melawan Taliban di Afganistan.<br />
Ryan Crocker, mantan diplomat senior<br />
Amerika, menuturkan dia bertemu dengan<br />
utusan Jenderal Qassem alias Haji Qassem di<br />
Jenewa pada akhir 2001. Dua pihak dari dua<br />
kubu yang biasa bermusuhan itu bertemu untuk<br />
membicarakan kerja sama bagaimana melawan<br />
musuh bersama mereka, yakni Taliban.<br />
Dan kini mau tak mau Amerika juga terpaksa<br />
berkawan lagi dengan Jenderal Qassem demi<br />
menumpas milisi Negara Islam alias ISIS.<br />
“Jenderal Qassem seorang komandan yang<br />
pragmatis.... Dia siap bekerja sama dengan<br />
negara Barat jika hal itu menguntungkan bagi<br />
kepentingan Iran,” kata Hossein Mousavian,<br />
analis Timur Tengah di Universitas Princeton.<br />
●●●<br />
“Dia tak punya bos militer, juga tak punya<br />
patron politik,” Reuel Marc Gerecht, mantan<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
agen Dinas Intelijen Amerika, menunjuk sosok<br />
Jenderal Qassem Suleimani. Jenderal Qassem<br />
hanya tunduk kepada satu orang: pemimpin<br />
spiritual dan pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah<br />
Ali Hosseini Khamenei.<br />
Dengan restu dari Ali Khamenei, Jenderal<br />
Qassem dan pasukan elite Quds menjadi lengan<br />
Teheran melebarkan pengaruhnya di Irak,<br />
Libanon, Suriah, dan Yaman. Pasukan Quds,<br />
yang berkekuatan sekitar 20 ribu prajurit, juga<br />
KAMI TAK MENINGGALKAN TEMAN KAMI....<br />
KAMI AKAN MENYOKONG SURIAH SAMPAI<br />
AKHIR.<br />
menjadi tulang punggung operasi intelijen Iran<br />
di pelbagai negara di dunia.<br />
Saat posisi sekutu utama mereka di Timur<br />
Tengah, Presiden Suriah Bashar al-Assad, semakin<br />
terpojok oleh serangan milisi dari pelbagai<br />
kelompok dua tahun lalu, Jenderal Qassem<br />
dan Pasukan Quds bersama milisi Hizbullah<br />
bahu-membahu mempertahankan Damaskus.<br />
Teheran khawatir, jika mereka kehilangan Assad,<br />
mereka bakal kehilangan pangkalan untuk<br />
menghadapi kemungkinan serangan Israel.<br />
“Jika kita sampai kehilangan Suriah, kita<br />
bakal sulit mempertahankan Teheran,” kata<br />
seorang ulama Iran. Tak mengherankan jika<br />
Teheran habis-habisan membela Assad. Jenderal<br />
Qassem terbang ke Irbil di Kurdistan untuk<br />
meminta izin pemimpin Kurdi supaya mereka<br />
boleh memakai wilayah itu sebagai jalur pasokan<br />
senjata ke Suriah.<br />
Bagi Jenderal Qassem, menyelamatkan<br />
Assad sudah menjadi misi pribadi. Dia punya<br />
markas sendiri di Damaskus, tempat dia<br />
memantau operasi ribuan prajurit Quds dan<br />
milisi Hizbullah. “Kami tak seperti Amerika.<br />
Kami tak meninggalkan teman kami.... Kami<br />
akan menyokong Suriah sampai akhir,” Jenderal<br />
Qassem memberi jaminan kala itu. Setelah<br />
merebut Kota Qusayr, satu demi satu pasukan<br />
Assad kembali merebut wilayah Suriah dari<br />
tangan milisi.<br />
Ketika Kota Mosul dan sejumlah kota di<br />
wilayah utara Irak jatuh direbut milisi Negara<br />
Islam alias ISIS beberapa bulan lalu, hanya<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
RUJHAAN<br />
dalam hitungan jam Jenderal Qassem sudah<br />
mendarat di Bagdad. Ketika tentara Irak<br />
tunggang-langgang kabur dihajar prajurit ISIS,<br />
milisi Syiah menjadi tulang punggung pasukan<br />
yang menghadang laju mereka menuju Bagdad.<br />
Milisi Syiah di Irak, seperti Brigade Badr<br />
dan Asaib ahl al-Haq, terbukti lebih efektif<br />
menghadang laju milisi ISIS. “Mereka punya<br />
pengalaman panjang bertempur melawan<br />
tentara Amerika,” kata Safa Hussein al-Sheikh,<br />
Wakil Ketua Penasihat Keamanan Irak.<br />
Namun setoran dana dan pasokan senjata<br />
dari Teheran serta kiriman prajurit dari kesatuan<br />
elite Pasukan Quds-lah yang menyuntikkan<br />
darah segar ke Bagdad. Teheran mengirimkan<br />
bertumpuk-tumpuk rupa-rupa jenis senjata.<br />
Mantan seteru lama Irak itu juga mengizinkan<br />
lima pesawat Sukhoi Su-25, yang sempat ditahan<br />
di Teheran, pulang ke Bagdad.<br />
Tak aneh jika Jenderal Qassem dipuja-puji<br />
seperti pahla wan. “Siapa yang datang ke sini<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
NYPOST<br />
untuk menyelamatkan kami saat Kota Mosul<br />
jatuh Jelas bukan tentara Amerika,” kata<br />
Mowaffak al-Rubaie, mantan anggota Dewan<br />
Keamanan Irak. “Amerika hanya mengirimkan<br />
serangan udara beberapa bu lan kemudian.<br />
Sedangkan bantuan Iran sudah tiba di Bagdad<br />
dan Irbil tiga hari setelah Mosul jatuh.”<br />
Jenderal Qassem terjun langsung memimpin<br />
operasi serangan balik untuk memukul mundur<br />
milisi ISIS. Beberapa bulan lalu, beredar<br />
foto Jenderal Qassem bersama milisi Syiah<br />
dan tentara Irak di garis depan pertempuran.<br />
“Dia jauh lebih berani dari para komandan<br />
pasukan Irak.... Jenderal Qassem adalah komandan<br />
terbaik di dunia,” seorang komandan<br />
milisi Syiah menyanjung Jenderal Qassem.<br />
“Dia mengatakan kepada kami bahwa kematian<br />
merupakan permulaan hidup, bukan akhir<br />
hidup.” n SAPTO PRADITYO | NEW YORKER | GUARDIAN | REUTERS |<br />
BBC | AL-MONITOR | CSM<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
ADA UANG,<br />
ADA DARAH<br />
“TIGA RIBU RUPEE PER DONOR....<br />
AKU AKAN ATUR SEMUA.”<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
MIRROR<br />
SEPULUH tahun lalu, hidup Hari Kamat<br />
sedang menukik menuju dasar<br />
jurang. Sudah hampir setahun tukang<br />
cat itu kesulitan mendapatkan<br />
pekerjaan. Hari memutuskan mengadu nasib<br />
dan meninggalkan desanya di Negara Bagian<br />
Bihar, India.<br />
Merantau tak tentu arah, Hari terdampar di<br />
Gorakhpur, kota di perbatasan India dengan<br />
Nepal. Begitu ia turun dari bus, sudah ada orang<br />
yang menawarinya pekerjaan. Namun, dua bulan<br />
kemudian, sang majikan memecatnya tanpa<br />
alasan. “Tak usah khawatir, ada pekerjaan<br />
lain yang lebih bagus,” seorang temannya di<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
BAHKAN AKU PERNAH MELIHAT<br />
PASIEN YANG MENERIMA<br />
TRANSFUSI DARAH LANGSUNG<br />
DARI DONOR.”<br />
Gorakhpur menghibur Hari.<br />
Pekerjaannya gampang, tak perlu memeras<br />
otak dan keringat, dengan pendapatan lumayan.<br />
Hari juga tak perlu melewati ujian masuk<br />
yang berbelit, cukup tes darah saja. Gampang<br />
sekali, bukan Hasil tes darah tak ada masalah.<br />
Hari bisa langsung “bekerja”. Kerja yang dimaksud<br />
temannya itu memang tak perlu banyak<br />
berkeringat. Dia hanya<br />
perlu merelakan<br />
darahnya disedot.<br />
Majikan barunya<br />
menjanjikan dia bakal<br />
menerima upah 500-<br />
1.000 rupee atau sekitar<br />
Rp 100-200 ribu<br />
untuk setiap kantong<br />
darah yang disedot<br />
dari tubuhnya. Hari<br />
tak sadar, dia telah terjerumus dalam jaringan<br />
“mafia” penyedot darah. Bersama 16 orang lainnya—mereka<br />
laki-laki berumur 25 tahun hingga<br />
40 tahun—Hari disekap di sebuah rumah di<br />
Shahpur, tak jauh dari Gorakhpur.<br />
Mereka diperlakukan seperti sapi perah.<br />
Bedanya, bukan susu yang diperah dari tubuh<br />
mereka, melainkan darah. Dua kali setiap pekan,<br />
anggota jaringan penjual darah itu menyedot<br />
darah Hari dan teman-temannya. Padahal,<br />
menurut panduan Badan Kesehatan Dunia<br />
(WHO), setiap orang hanya boleh mendonorkan<br />
darah paling cepat tiga bulan sekali.<br />
Akibatnya gampang ditebak. Setelah hampir<br />
dua setengah tahun jadi “sapi perah”, berat<br />
badan mereka anjlok dan bisa dibilang darah<br />
mereka hampir kering. Ketika polisi datang<br />
menggerebek kompleks itu pada April 2008,<br />
Hari dan teman-temannya tergolek tak berdaya<br />
di atas kasur. Bahkan untuk bangun pun<br />
mereka tak sanggup. Hemoglobin mereka,<br />
menurut hasil pemeriksaan rumah sakit, hanya<br />
4 miligram per 100 mililiter. Jauh di bawah<br />
rata-rata laki-laki dewasa yang sehat. Menurut<br />
dokter, mereka sudah ada di tepi maut. “Kalian<br />
bisa menekan kulit mereka dan posisinya tak<br />
akan pulih kembali, hampir menyerupai tanah<br />
lempung,” kata B.K. Shuman, dokter di Shahpur.<br />
Dengan jumlah penduduk 1,2 miliar jiwa,<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
BORGENMAGAZINE<br />
menurut standar WHO, paling tidak India mestinya<br />
punya stok darah 12 juta unit per tahun.<br />
Tapi, pada prakteknya, rata-rata stok darah India<br />
hanya berkisar 9 juta unit. Celah inilah yang<br />
membuka peluang di pasar gelap. Walaupun<br />
Mahkamah Agung India sudah melarang donor<br />
“profesional” alias berbayar sejak 1996, di<br />
bawah tangan, praktek jual-beli darah ini jalan<br />
terus.<br />
Calo-calo penjual darah ini gampang sekali<br />
ditemui di rumah-rumah sakit di India. “Tiga<br />
ribu rupee per donor.... Aku akan atur semua,”<br />
kata Rajesh, seorang calo penjual darah di rumah<br />
sakit New Delhi, kepada wartawan BBC,<br />
beberapa pekan lalu.<br />
Praktek jual-beli darah ini bukan cuma membuat<br />
pasien dan keluarganya kesulitan mencari<br />
darah murah, tapi juga membuat bank darah<br />
susah mendapatkan donor sukarela. Sebagian<br />
warga India yang berasal dari kasta tinggi juga<br />
tak rela darahnya bercampur dengan warga<br />
dari kasta yang lebih rendah.<br />
Sejak 1996, pemerintah India menerapkan<br />
sistem “donor pengganti”. Tujuannya untuk<br />
mendorong donor sukarela. Setiap pasien yang<br />
membutuhkan darah dari rumah sakit diminta<br />
mencari penggantinya dari kerabat atau temantemannya.<br />
Tapi sistem ini sulit diterapkan, terutama<br />
pada pasien yang membutuhkan donor<br />
darah berulang kali.<br />
“Tak sedikit pasien yang berasal dari tempat<br />
jauh. Mereka pasti kesulitan mencari kerabat<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
AKU BENAR-BENAR MARAH. TEGA-<br />
TEGANYA MEREKA MEMBUAT<br />
ANAKKU TAMBAH SAKIT.”<br />
atau teman yang bersedia mendonorkan<br />
darah,” kata Asha Bazaz, Direktur Teknik Bank<br />
Darah Rotary.<br />
●●●<br />
Di pasar gelap darah di India, pasien dan<br />
keluarganya hampir selalu menjadi korban.<br />
Bukan cuma mereka harus membayar ongkos<br />
berobat yang jauh lebih<br />
mahal, tak jarang sang<br />
pasien harus “membayar”<br />
dengan nyawanya.<br />
Namanya pasar gelap,<br />
jangan harap proses donor dan transfusi darah<br />
dilakukan dengan prosedur semestinya. Uji penyakit<br />
yang bisa menular lewat darah Lupakan<br />
saja. “Bahkan aku pernah melihat pasien<br />
yang menerima transfusi darah langsung dari<br />
donor,” kata Dr J.S. Arora, Sekretaris Jenderal<br />
Masyarakat Nasional Thalassemia India.<br />
Alok Kumar baru saja berumur 8 tahun. Sejak<br />
kecil, bocah itu menyandang penyakit kelainan<br />
darah talasemia. Untuk menyambung hidupnya,<br />
setiap bulan dia butuh transfusi darah.<br />
Gara-gara proses donor dan tranfusi darah<br />
yang dilakukan serampangan, bocah itu tertular<br />
penyakit hepatitis C. Tanpa pengobatan<br />
yang memadai, penyakit itu bisa berkembang<br />
menjadi sirosis hati atau kanker hati.<br />
“Padahal kami sudah sangat menderita....<br />
Aku benar-benar marah. Tega-teganya mereka<br />
membuat anakku tambah sakit,” kata Kishore<br />
Umar, sang ayah, menahan geram tanpa daya.<br />
Ya, tanpa hepatitis C pun hidup keluarga Kumar<br />
sudah sangat sulit. Penghasilan Kishore setiap<br />
bulan hanya sekitar Rp 1,5 juta.<br />
Orang-orang seperti Alok Kumar ini sangat<br />
rentan tertular penyakit lewat transfusi darah.<br />
Keluarganya tak akan sanggup membayar<br />
ongkos uji penyakit sebelum darah disuntikkan<br />
ke tubuhnya. Di sebuah rumah sakit swasta di<br />
India, ongkos untuk uji laboratorium itu sekitar<br />
Rp 750 ribu.<br />
“Jika kalian bagian dari keluarga kelas menengah-atas<br />
India, mungkin kalian mampu membayarnya.<br />
Tapi sebagian besar warga India tak<br />
seberuntung itu,” kata Neha Dixit, wartawan<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
INTERNASIONAL<br />
HUFFINGTONPOST<br />
majalah Tehelka. Neha pernah menelusuri<br />
liku-liku pasar gelap darah di India. J.S. Arora<br />
memperkirakan sekitar 8 persen pasien talasemia<br />
terinfeksi virus, seperti HIV dan hepatitis,<br />
lewat transfusi darah. ■<br />
SAPTO PRADITYO | BBC | WIRED | INDIA TODAY | TEHELKA<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
ANANDA<br />
SUKARLAN<br />
BREAK PIPIS<br />
DONNA HARUN<br />
DIGODA<br />
ABG<br />
MARTINA HINGIS<br />
AKHIRNYA<br />
GRAND SLAM<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
PEOPLE<br />
DONNA HARUN<br />
DOK. DETIKHOT<br />
ASIH terlihat muda dan<br />
cantik. Itulah Donna Harun.<br />
Pada usianya yang<br />
sudah menginjak 47<br />
tahun, nenek satu cucu ini masih sering digoda<br />
anak baru gede alias ABG.<br />
Namun ibunda Ricky Harun ini tak menganggap<br />
godaan itu sebagai sesuatu yang negatif. Dia<br />
justru menerimanya sebagai sebuah apresiasi.<br />
“Apresiasi saja, enjoy moment saja. Di luar negatif<br />
atau positif, aku bersyukur diberi kesehatan,”<br />
ujar mantan model kelahiran 21 Februari 1968 ini<br />
di Jakarta beberapa waktu lalu.<br />
Penampilan Donna memang menipu mata.<br />
Banyak orang takjub melihat Donna yang masih<br />
terlihat muda. Namun dia malah tak merasa<br />
awet muda.<br />
“Jangan salah, aku nikah muda, punya anaknya<br />
cepat, jadi punya cucunya juga cepat. Aku bukan<br />
awet muda, tapi kawin muda,” ujarnya tertawa.<br />
Ah, Mbak Donna bisa saja. n KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
PEOPLE<br />
MARTINA HINGIS<br />
GUSTAVO CABALLERO/GETTY IMAGES<br />
ARTINA Hingis akhirnya<br />
“kembali”. Petenis asal Swiss ini<br />
meraih gelar juara grand slam<br />
pertamanya di Australia Terbuka<br />
2015 setelah merebutnya<br />
sembilan tahun lalu.<br />
Hingis merebut gelar juara di nomor ganda campuran<br />
bersama Leander Paes, petenis asal India. Pasangan<br />
itu menang dua set langsung atas Kristina Mladenovic<br />
dan Nestor, 6-4 dan 6-3.<br />
“Siapa yang menyangka, ini lebih dari yang bisa saya<br />
mimpikan,” ujarnya seperti dilansir BBC.<br />
Hingis memutuskan pensiun dari dunia tenis pada<br />
2002 saat usianya baru 22 tahun akibat cedera pergelangan<br />
kaki yang tak kunjung sembuh.<br />
Pada 2006, Hingis kembali dan berhasil meraih gelar<br />
juara grand slam di kejuaraan Australia Terbuka untuk<br />
nomor ganda campuran. Namun, setahun kemudian,<br />
dia harus gantung raket kembali.<br />
Hingis terbukti menggunakan kokain saat mengikuti<br />
Wimbledon Terbuka. Namun kariernya ternyata belum<br />
tamat. Perempuan kelahiran 30 September 1980 ini<br />
kembali ke lapangan pada Juli 2013.<br />
Di nomor tunggal, Hingis punya tiga gelar juara Australia<br />
Terbuka, yang dia raih pada 1997, 1998, dan 1999.<br />
Dia telah mengumpulkan total lima trofi grand slam<br />
dari berbagai turnamen dunia. n KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
PEOPLE<br />
ANANDA SUKARLAN<br />
DOK. PRIBADI<br />
EDANG tampil di atas<br />
panggung dan kebelet<br />
pipis Pasti tak enak.<br />
Serbasalah. Itulah<br />
yang dialami Ananda<br />
Sukarlan, pianis andal Indonesia.<br />
Saking tak bisa menahan hasrat ke kamar<br />
kecil, Ananda terpaksa minta time out. “Sedikit<br />
intermezo, ini kita ada break Oh, enggak,<br />
ya Soalnya, saya kebelet pipis banget,” ujarnya.<br />
Penonton pergelaran bertajuk “Rapsodia<br />
Indonesia” di Bentara Budaya Jakarta pun<br />
langsung terbahak-bahak mendengar ungkapan<br />
blak-blakan pria kelahiran 10 Juni 1968<br />
ini.<br />
Tanpa menunggu diiyakan, pria berkacamata<br />
ini langsung ngacir ke belakang panggung.<br />
“Insiden” kebelet pipis saat manggung<br />
ternyata bukan pertama kalinya dialami<br />
Ananda.<br />
Sebelumnya, pria yang gemar berpenampilan<br />
kasual ini juga izin pipis saat mengisi<br />
acara di televisi. Hal itu diungkapkan lewat<br />
akun Twitter-nya, @anandasukarlan, dua<br />
tahun silam.<br />
Ananda dikenal sebagai pianis yang sudah<br />
mendunia. Dia adalah salah satu dari sedikit<br />
pianis yang mampu dan sukses memainkan<br />
karya kolosal dengan virtuositas tinggi di<br />
beberapa negara di Eropa. n KEN YUNITA<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
TEATER<br />
FOTO: AGUNG/DETIKFOTO<br />
INTERPRETASI YANG TERBUKA<br />
MEMBUAT PEMENTASAN INI<br />
SEGAR. LAGU-LAGU ISMAIL<br />
MARZUKI PUN MENEMUKAN<br />
KEBARUANNYA.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
TEATER<br />
G<br />
ELORA<br />
api<br />
merdeka sedang<br />
menyala di dada<br />
tiap pemuda.<br />
Sentimen keindonesiaan<br />
bergaung<br />
di manamana.<br />
Di masa<br />
itulah Aryati (Cantika Abigail) bertanya-tanya<br />
tentang kekasihnya, Kopral Jono. Sudah lama<br />
Jono meninggalkan Yogyakarta serta Aryati,<br />
pergi berperang melawan Jepang, dan kini tak<br />
ada kabar beritanya.<br />
Di tengah rusuh hati, Aryati mendapat surat<br />
dari Jono, mengabarkan tengah berada di<br />
pinggir Jakarta hingga waktu yang tak ditentukan.<br />
Timbul keinginannya menyusul Jono.<br />
Namun Aryati, yang tak pernah pergi keluar<br />
dari kota kelahirannya, disergap panik, bagaimana<br />
cara bisa sampai ke Jakarta. Dia pun<br />
bertanya kepada penonton, “Dari Yogya ke<br />
Jakarta naik apa, ya”<br />
“Becaaak.” “Sepedaaaa.” “Keretaaa.” “Delmaaan.”<br />
Semua jawaban itulah yang diberikan<br />
penonton secara serempak.<br />
Inilah khasnya drama musikal interaktif<br />
yang disuguhkan Threebute, yakni melibatkan<br />
penonton. Sashi Gandarum bertindak sebagai<br />
pengarah kreatif. Selain tanya-jawab dengan<br />
pemain, penonton kebagian tugas membacakan<br />
surat-surat lain dari Jono dan Aryati.<br />
Caranya, surat diestafetkan saat sebuah<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
TEATER<br />
lagu dimainkan. Begitu lagu usai, surat pun<br />
berhenti berpindah tangan, dan orang terakhir<br />
yang memegang surat bertugas membacakan<br />
isinya. Seru juga.<br />
4 Wanita: Surat-surat Aryati dipentaskan<br />
di auditorium Galeri Indonesia Kaya, Jakarta,<br />
Sabtu, 31 Januari 2015, dalam durasi satu<br />
setengah jam. Penonton penuh, bahkan ada<br />
sekitar 10 orang masuk daftar tunggu. Lagulagu<br />
ciptaan Ismail Marzuki dijadikan “rambu”<br />
cerita dan semacam pengantar tiap adegan,<br />
di antaranya Rayuan Pulau Kelapa, Aryati,<br />
Selendang Sutra, Sepasang Mata Bola, Sabda<br />
Alam, Juwita Malam, dan Kopral Jono.<br />
Aryati tiba di stasiun di Jakarta tanpa tahu<br />
ke mana harus pergi. Dia beristirahat dulu,<br />
minum jamu. Si penjual jamu (Monita Tahalea),<br />
yang ternyata juga pernah kenal Jono,<br />
menyarankan Aryati pergi ke rawa-rawa yang<br />
letaknya di pinggir Jakarta.<br />
Kehadiran orang asing mengusik Gadis<br />
Rawa (Yura Yunita), penguasa rawa yang centil<br />
dan selalu gembira. Gadis Rawa membenarkan,<br />
Jono dulu pernah ke situ, tapi sekarang<br />
kabarnya dia berada di rumah Madam Dira di<br />
kawasan Kota, Jakarta.<br />
Mbok penjual jamu dan Gadis Rawa pun<br />
mengantar Aryati ke rumah Madam Dira<br />
(Dira Sugandi), yang ramai pada malam hari<br />
dan berisi perempuan-perempuan muda<br />
berdandan menor. Walau Madam Dira mem-<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
TEATER<br />
benarkan ada Jono di rumahnya, penentunya<br />
ada di penonton.<br />
Di antara katalog pertunjukan, yang masingmasing<br />
dipegang penonton, ada satu yang<br />
bertanda cap bibir. Pemegang katalog bercap<br />
bibir itulah Jono yang dicari.<br />
Surat-surat Aryati pernah dipentaskan juga<br />
pada April 2014 tapi tidak sepenuhnya sama<br />
dengan yang sekarang disajikan. Sementara<br />
Aryati sekarang pergi ke Jakarta, Aryati yang<br />
dulu pergi ke Surakarta. Dulu tak ada lagu Juwita<br />
Malam (dinyanyikan Dira Sugandi secara<br />
memukau), melainkan Payung Fantasi.<br />
Pementasan yang dibintangi penyanyi-penyanyi<br />
muda ini ringan dan banyak celetukan<br />
lucu. Lagu-lagu Ismail Marzuki juga dibawakan<br />
para pemain dengan interpretasi masing-masing.<br />
Naskah yang ditulis Aprishi Allita itu sebenarnya<br />
serius, tapi Sashi membebaskan pemain<br />
untuk berimprovisasi. Itu sebabnya Sashi<br />
menolak disebut sebagai sutradara, “Karena<br />
saya tidak men-direct apa pun.” Alhasil, Sashi<br />
sendiri pun dibuat tertawa-tawa kecil melihat<br />
improvisasi bebas pemain karena tak mengira<br />
bisa demikian lucunya.<br />
Contoh saja, seperti ini Monita mendeskripsikan<br />
isi bakulnya, “Ada mijon, ada obat<br />
tinggi langsing, ada obat herbal. Jamunya juga<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
TEATER<br />
ada yang kadarnya 20 persen, 40 persen, 80<br />
persen.” Atau ketika pemain sudah begitu panjang<br />
berimprovisasi, ada seruan dari bangku<br />
penonton, “Balik ke script,” yang menimbulkan<br />
tawa penonton sekaligus pemain.<br />
“Yang tadi ditampilkan itu beda lo dengan<br />
waktu latihan. Sejak reading mereka sudah<br />
bercanda,” ujar Sashi seusai pementasan.<br />
Genre drama musikal interaktif bisa dibilang<br />
tak butuh banyak penonton, sehingga<br />
ideal dengan auditorium Galeri Indonesia<br />
Kaya, yang berkapasitas 150 orang. Jika saja<br />
dipanggungkan di tempat yang lebih besar<br />
dengan penonton lebih banyak, tek-tok antara<br />
pemain dan penonton akan sulit dan<br />
keintiman hilang.<br />
Bisa bayangkan bagaimana kacaunya (atau<br />
malah garing) gedung pertunjukan besar menanggapi<br />
kalimat Aryati berikut ini:<br />
…<br />
Pengetahoeankoe tak besar<br />
Mengenai doenia loear<br />
Apa jang haroes koelakoekan<br />
Koe ingin bertemoe kembali dengan Jono<br />
Maoekah kalian membantoekoe ■<br />
SILVIA GALIKANO<br />
MAJALAH DETIK 9 -- 15 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
JUPITER NAIK KE MANA<br />
KABAR DARI GALAKSI LAIN DATANG. JUPITER, SI PEMBERSIH<br />
TOILET, TERNYATA REINKARNASI RATU SEMESTA. JUPITER PANIK,<br />
PENONTON BINGUNG.<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Judul: Jupiter Ascending<br />
Genre: Action | Adventure | Fantasy<br />
Sutradara: Andy Wachowski, Lana<br />
Wachowski<br />
Skenario: Andy Wachowski, Lana<br />
Wachowski<br />
Tap untuk melihat Video<br />
Produksi: Warner Bros. Pictures<br />
Pemain: Channing Tatum, Mila<br />
Kunis, Eddie Redmayne<br />
Durai: 2 jam 5 menit<br />
PEKERJAAN sehari-hari Jupiter Jones<br />
(Mila Kunis) membersihkan rumahrumah,<br />
termasuk toilet, orang kaya<br />
di Chicago. Sehari bisa sampai empat<br />
rumah, dari pagi buta hingga petang. Dia tak<br />
mengerjakannya bersama ibu dan bibi. Ini bisnis<br />
keluarga yang dipegang sang paman.<br />
Jupiter generasi kedua imigran Rusia di Amerika.<br />
Ibu, bibi, dan pamannya berdarah Rusia<br />
dan sehari-hari masih berbahasa Rusia. Jupiter<br />
sendiri lahir di atas kapal di tengah Samudra<br />
Atlantik saat keluarga ibunya lari dari Rusia<br />
setelah ayahnya, yang astrofisikawan Amerika,<br />
mati ditembak orang tak dikenal di Rusia.<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK 23 DETIK - 293 DESEMBER - 9 MAJALAH MARET 2013 2014<br />
DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Irama keseharian Jupiter berubah seketika<br />
setelah sekelompok alien yang menyamar jadi<br />
dokter dan paramedis menemukan DNA-nya<br />
persis sama seperti yang selama ini dicari. Jupiter<br />
hendak diculik, tapi seorang pemuda ganteng<br />
berotot, Caine (Channing Tatum), melesat<br />
masuk ruang operasi, mengalahkan para alien,<br />
dan menyelamatkan Jupiter.<br />
Caine menjelaskan dirinya sebagai tentara<br />
dari galaksi lain yang ditugasi melindungi Jupiter<br />
dari pasukan hitam yang hendak menculiknya.<br />
Dia diyakini sebagai reinkarnasi Ratu Semesta,<br />
penguasa semua galaksi, yang tewas terbunuh<br />
setelah 100 ribu tahun berkuasa. Dengan<br />
demikian, Jupiter-lah yang berhak mewarisi<br />
kekuasaan sebagai Ratu Semesta.<br />
Caine kemudian mengajak Jupiter ke galaksi<br />
lain tempat tinggal tiga anak mendiang Ratu<br />
Semesta, yakni Titus (Douglas Booth), yang<br />
kata-katanya halus tapi bermuka dua; si seksi<br />
Kalique (Tuppence Middleton), dan Balem<br />
(Eddie Redmayne), yang pemarah. Merekalah<br />
yang menugasi Caine ke bumi.<br />
Tiga bangsawan ini mengundang Jupiter<br />
untuk diberi mahkota, tapi ada rencana lain di<br />
belakangnya, yakni mengenyahkan perempuan<br />
itu sehingga kekuasaan ada pada mereka. Tiga<br />
bersaudara mengerahkan kemampuan masingmasing<br />
untuk mendekati Jupiter, tanpa mereka<br />
sadari ada Caine yang loyal mengawal Sang<br />
“Tuan Putri” dan menjamin keselamatannya.<br />
Bukan Wachowskis (sebutan untuk dua bersaudara<br />
Andy dan Lana Wachowski) jika tak<br />
ambisius. Sekali lagi mereka membuat teori eksistensi<br />
tentang gagasan bahwa, dalam sistem<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
Film ini secara “licik”<br />
mendaur ulang atau<br />
mengisi ulang cerita<br />
utama dari masterpiece<br />
Wachowskis, The Matrix<br />
(1999).<br />
kosmis, kita pion yang bahkan lebih kecil dari<br />
yang kita bayangkan, semata-mata<br />
ternak bagi klan penguasa yang<br />
berada entah di mana.<br />
Film ini secara “licik” mendaur<br />
ulang atau mengisi ulang cerita<br />
utama dari masterpiece Wachowskis, The Matrix<br />
(1999), dengan pembukaan yang mengingatkan<br />
kita pada The Terminator (1984) dan<br />
beberapa kostum serta tata rambutnya diambil<br />
dari Galaxy Quest (1999). Kali ini, daun telinga<br />
prostetiknya ajaib.<br />
Mila Kunis, yang bola mata bulatnya mempesona,<br />
mampu mempertahankan ketenangannya<br />
tanpa kesulitan. Channing<br />
Tatum kembali lagi ke peran<br />
he-man, yang menjual otot dan<br />
ketampanan, padahal dari Foxcatcher<br />
(2015) kita tahu Tatum bisa berakting.<br />
Justru Eddie Redmayne, yang bukan<br />
bintang utama, yang menyedot perhatian<br />
lewat aktingnya sebagai Lord Balem, penguasa<br />
jahat antargalaksi berwajah murung<br />
dan pucat. Dengan sedikit saja mengangkat<br />
alis atau melemparkan pandangan sinis, Redmayne<br />
menaklukkan karakternya.<br />
Selain action-nya familiar, efek khususnya<br />
kurang segar, dan plotting-nya sulit dicerna, elemen<br />
paling membingungkan adalah kehidupan<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
manusia sudah ada lebih dari miliar tahun tapi<br />
mengapa masih dipimpin keluarga bangsawan<br />
bergaya Inggris yang berebut kuasa seakan<br />
abad ke-16<br />
Atau, jika bumi benar-benar koloni yang secara<br />
ekonomi dieksploitasi penguasa sehingga<br />
dapat secara instan pergi antargalaksi berbekal<br />
teknologi supercanggih, bagaimana cara kerjanya<br />
Apa akibat bagi warganya Toh, semua<br />
tampak normal-normal saja.<br />
Teknologi masa depan (maunya) ditampilkan<br />
secara masif, tapi seperti disimpan dalam bungkus<br />
dan tak tampak oleh pandangan manusia<br />
biasa yang tak kunjung paham. Adegan action<br />
final yang berpanjang-panjang hampir terjun<br />
bebas jadi adegan konyol.<br />
Roman yang secara perlahan tumbuh antara<br />
Jupiter dan penjaganya bisa sedikit menghibur<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
SENI HIBURAN<br />
FILM<br />
penggemar muda Kunis dan Tatum, sementara<br />
karakter-karakter lain seperti berayun-ayun<br />
saja di udara.<br />
Efek khusus dan karya teknis Jupiter Ascending<br />
berada di tingkat kedua, di bawah Interstellar<br />
(2014), Gravity (2013), dan produksi sci-fi<br />
lain. Tak seperti The Matrix, pastinya, tak ada<br />
yang konseptual yang bisa merebut perhatian<br />
penonton, hanya melihat perempuan muda<br />
biasa yang dibawa ke kondisi luar biasa. Bagi<br />
yang berharap keajaiban Matrix berulang lagi<br />
setelah 15 tahun, oh, akan pangkat dua kecewanya.<br />
■<br />
SILVIA GALIKANO<br />
MAJALAH MAJALAH DETIK 26 DETIK JANUARI 9 - 15 - 1 FEBRUARI 2015
FILM PEKAN INI<br />
ETIKA sihir dan legenda berbenturan, satu-satunya<br />
pra jurit mistis yang tersisa (Jeff Bridges) berkelana<br />
mencari pemuda dengan kekuatan yang luar biasa, yaitu<br />
Putra Ketujuh yang terakhir, Tom Ward (Ben Barnes).<br />
Keluar dari kehidupannya yang damai, Tom ditantang<br />
untuk bertualang mengalahkan ratu penyihir jahat (Julianne Moore) dan<br />
pasukannya yang ingin menguasai dunia.<br />
JENIS FILM: ADVENTURE,<br />
FAMILY | PRODUSER:<br />
BASIL IWANYK, LIONEL<br />
WIGRAM, THOMAS<br />
TULL | PRODUKSI:<br />
UNIVERSAL PICTURES |<br />
DURASI: 102 MENIT<br />
ICK Wild (Jason Statham)<br />
adalah petarung tangguh<br />
yang memiliki masalah<br />
pribadi dengan judi.<br />
Saat seorang temannya<br />
dianiaya sekelompok preman, Nick akhirnya<br />
membantu temannya untuk membalas<br />
dendam.<br />
Namun masalah Nick menjadi besar saat<br />
belakangan diketahui salah satu preman adalah<br />
anak seorang bos mafia besar di Las Vegas.<br />
Nick kini menjadi target utama sang bos<br />
mafia. Nick pun terlibat permainan berbahaya<br />
dan sekali lagi bertaruh untuk hidupnya.<br />
JENIS FILM: BIOGRAPHY, DRAMA, THRILLER<br />
| PRODUSER: TEDDY SCHWARZMAN, NORA<br />
GROSSMAN, IDO OSTROWSKY | PRODUKSI:<br />
ELEVATION PICTURES | SUTRADARA:<br />
MORTEN TYLDUM | DURASI: 114 MENIT<br />
EKELOMPOK siswa SMA menemukan kamera tua dan menyadari ada yang aneh dari isi<br />
kamera tersebut. Isi video membawa mereka menemukan sebuah alat untuk menjelajah<br />
waktu.<br />
Saat kelompok ini mulai memanfaatkan alat tersebut untuk melintasi waktu dan bersenang-senang,<br />
mereka tak menyadari yang mereka lakukan ternyata berakibat fatal di<br />
masa depan. Kini kelompok ini berusaha memperbaiki kesalahannya sebelum dunia hancur akibat perbuatan<br />
mereka.<br />
JENIS FILM: SCI-FI,<br />
THRILLER | PRODUSER:<br />
ANDREW FORM, BRAD<br />
FULLER, MICHAEL BAY<br />
| PRODUKSI: UNIVERSAL<br />
PICTURES | SUTRADARA:<br />
DEAN ISRAELITE |<br />
DURASI: 106 MENIT<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
KATALOG<br />
NOVEL HOROR<br />
KARYA PAK POLISI<br />
HAL menarik dari novel ini sebetulnya bukan cuma jalinan ceritanya<br />
yang terinspirasi dari kisah nyata, tapi juga sang penulis sendiri. Pijar88<br />
adalah nama pena Hadiyanto M.S. Ia anggota kesatuan di lingkungan<br />
kepolisian. Ini adalah novel keduanya setelah 4 Tahun Tinggal di<br />
Rumah Hantu, yang tahun lalu diangkat ke layar lebar.<br />
Di novel pertama, kisah horor murni berdasarkan pengalaman pribadinya, tapi<br />
kali ini Hadiyanto mengangkat kehidupan penari sintren di Pemalang, Jawa Tengah,<br />
yang penuh mistis. Karena berasal dari daerah yang sama, tak aneh bila<br />
ia bisa bercerita sangat detail dan mendalam soal sintren. Juga soal romantika<br />
hidup dan percintaan di kampungnya.<br />
JUDUL: MISTERI BAHU SANG PENARI<br />
| PENULIS: PIJAR 88 | PENERBIT: MEDIA KITA<br />
| TERBITAN: NOVEMBER 2014 | TEBAL: 279 HALAMAN<br />
MAJALAH DETIK 29 SEPTEMBER - 5 OKTOBER 2014<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
KATALOG<br />
STRAW,<br />
PADUKAN<br />
PSYCHOTHRILLER<br />
DAN SAINS-FIKSI<br />
JUDUL: STRAW | PENULIS: NOORCA M.<br />
MASSARDI | PENERBIT: KAKILANGIT<br />
KENCANA | TERBITAN: DESEMBER 2014 |<br />
TEBAL: 261 HALAMAN<br />
LEWAT novel kelimanya ini, Noorca M. Massardi mencoba<br />
menawarkan genre baru, psychothriller. Genre ini belum banyak<br />
digali penulis Indonesia. Noorca mengaku butuh waktu<br />
hingga tujuh tahun untuk meriset dan menulis novel yang<br />
mengisahkan pembunuhan misterius. Korbannya rata-rata para akademisi<br />
terkenal, dengan modus seolah berdiri sendiri-sendiri. Setidaknya<br />
tim dokter dan pakar forensik menyimpulkan kematian para korban<br />
terjadi secara wajar.<br />
Namun Banyan, wartawan sebuah<br />
penerbitan di Bali, mencurigai<br />
adanya keterkaitan pada setiap<br />
kasus tersebut. Didukung atasannya,<br />
ia melakukan investigasi ke<br />
pelbagai kota di Indonesia.<br />
Sayang, novel berbau sains-fiksi<br />
ini tak mencantumkan catatan<br />
kaki yang memungkinkan pembaca<br />
untuk mempelajari lebih jauh<br />
teori-teori yang disampaikan di dalamnya.<br />
Selain itu, deskripsi yang<br />
dibuat Noorca agak terbata-bata,<br />
sehingga mengurangi keleluasaan<br />
pembaca untuk berimajinasi.<br />
MAJALAH DETIK 29 SEPTEMBER - 5 OKTOBER 2014<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
KATALOG<br />
INI adalah novel pertama karya Rayni, yang sebelumnya lebih banyak<br />
menulis cerita pendek. Seakan tak mau kalah dengan sang suami,<br />
Noorca M. Massardi, ia pun menulis novel psikologi. Bedanya, Rayni<br />
lebih mengeksplorasi kondisi kejiwaan seorang gadis yang mengalami<br />
banyak pasang-surut dalam hidupnya. Sila, tokoh utama dalam novel Langit<br />
Terbuka, adalah gadis yang berusaha bangkit kembali setelah diempas badai<br />
dalam hidup.<br />
Dia pergi ke tempat baru, berharap menemukan hati yang baik dan sebuah<br />
ketulusan. Menikmati Langit Terbuka, pembaca seolah diajak menyelami<br />
pikiran, amarah, juga kegembiraan yang dilontarkan Sila dalam kata-katanya.<br />
“Gaya bertutur Rayni mengantar tokoh Sila, anak bungsu keluarga modern,<br />
pada konflik batin yang mengarah obsesif kompulsif. Gejala psikologis inilah<br />
yang membuat Langit Terbuka memberi kejutan-kejutan tak terduga,” kata<br />
sastrawan Prasetyohadi saat membedah novel ini di Pusat Dokumentasi<br />
Sastra H.B. Jassin, Jumat, 2 Februari lalu.<br />
JUDUL: LANGIT TERBUKA | PENULIS: RAYNI N. MASSARDI |<br />
PENERBIT: KAKILANGIT KENCANA | TERBITAN: DESEMBER 2014 |<br />
TEBAL: 130 HALAMAN<br />
MAJALAH DETIK 29 SEPTEMBER - 5 OKTOBER 2014<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
KATALOG<br />
GARUDA,<br />
DARI FILM KE KOMIK<br />
JUDUL: GARUDA | PENULIS:<br />
OYASUJIWO | PENERBIT: NOURA<br />
COMIC | CETAKAN: I, DESEMBER 2014<br />
| TEBAL: 100 HALAMAN<br />
SETELAH komik Pendekar Tongkat Emas, yang mengiringi beredarnya<br />
film dengan judul yang sama pada Desember tahun lalu, giliran komik<br />
Garuda terbitan Noura Books yang beredar di pasaran. Komik karya<br />
Oyasujiwo ini mengiringi film Garuda, yang dirilis 8 Januari lalu. Tapi<br />
isi cerita di komik tak seutuh dalam film. Komik ini hanya mengambil salah satu<br />
fragmen adegan dari film Garuda tanpa membocorkan isi filmnya.<br />
Karena target pembacanya anak-anak, cerita dalam komik dikemas dengan<br />
ringan khas gaya khas keseharian anak sekolah, seperti bagaimana anak-anak<br />
sekolah menyelamatkan diri saat terjadi suatu serangan dengan peralatan<br />
seadanya. Pesan moral yang hendak disampaikan adalah setiap orang sebetulnya<br />
berpotensi menjadi pahlawan di bidang masing-masing.<br />
Kisah anak-anak bahu-membahu melawan serangan makhluk asing dengan<br />
peralatan yang ada menumbuhkan semangat kebersamaan. Juga memberi keyakinan<br />
bahwa setiap orang bisa menjadi pahlawan. Walau ada sosok superhero,<br />
Garuda, mereka tak bergantung padanya saat melawan musuh. n SUDRAJAT<br />
MAJALAH DETIK MAJALAH 29 SEPTEMBER DETIK 9 - - 155 OKTOBER FEBRUARI 2015 2014
AGENDA<br />
SALIHARA JAZZ BUZZ 2015<br />
“Yang Muda yang Ngejazz”,<br />
SABTU-MINGGU SEPANJANG FEBRUARI 2015<br />
PRESENTATION: GOD IS EVERYWHERE:<br />
REFLECTIONS ON SPIRITUAL PASSAGES<br />
THROUGH SACRED SPACES IN JAVA<br />
KAMIS, 5 FEBRUARI 2015, PUKUL 14.00 WIB, @america,<br />
Pacific Place Mall lt. 3, Jakarta<br />
PAMERAN SENIMAN PEREMPUAN NORWE-<br />
GIA: EXTENSIVE—THE OTHER SIDE<br />
Seniman: Gitte Saetre, Mona Nordaas, Ingeborg Annie<br />
Lindahl, Anne Knutsen, Kurator: Kjell-Erik Ruud, Pembukaan:<br />
SABTU, 7 FEBRUARI 2015, PUKUL 19.00 WIB,<br />
Pameran: 8-28 FEBRUARI 2015, Galeri Salihara, Terbuka<br />
untuk umum<br />
CONCERT:<br />
BEJAZZLED WITH DIRA SUGANDI<br />
SABTU, 7 FEBRUARI 2015, PUKUL 14.00 WIB, @america,<br />
Pacific Place Mall lt 3, Jakarta<br />
PAMERAN AKU DIPONEGORO:<br />
SANG PANGERAN DALAM INGATAN BANGSA<br />
5 FEBRUARI-8 MARET 2015 , Galeri Nasional, Jakarta<br />
MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015
Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />
Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />
Email: redaksi@majalahdetik.com<br />
Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />
@majalah_detik<br />
majalah detik