07.02.2015 Views

m49s9xe

m49s9xe

m49s9xe

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

TEROR BEGAL MOTOR<br />

SNIPER<br />

INDONESIA<br />

LEGENDARIS<br />

SIMSALABIM<br />

FERIYANI<br />

LIM<br />

EDISI 167 | 9 - 15 FEBRUARI 2015


DAFTAR ISI<br />

EDISI 167 9 - 15 FEBRUARI 2015<br />

FOKUS<br />

JURUS MABUK<br />

MANTAN TEMAN<br />

OPENG<br />

BUKAN CUMA HASTO DAN POLISI,<br />

DUA SAHABAT ABRAHAM SAMAD<br />

DI MAKASSAR IKUT-IKUTAN<br />

MELEMPAR SERANGAN. “APAKAH<br />

DIBELI ORANG TERTENTU”<br />

NASIONAL<br />

CRIME STORY<br />

n DILEMA JOKOWI KARENA BUDI<br />

n ‘DON CORLEONE’ MENOLAK BUI<br />

INTERNASIONAL<br />

n BEGAL BERULAH BIKIN RESAH<br />

KRIMINAL<br />

n DENDAM DI BALIK PENEMBAKAN<br />

EKONOMI<br />

n MAAF, TAK ADA SENJATA UNTUK UKRAINA<br />

n SUPERJENDERAL DARI TEHERAN<br />

n ADA UANG, ADA DARAH<br />

INTERVIEW<br />

n PILIH PEJABAT NEGARA YANG TIDAK KORUP<br />

KOLOM<br />

n PRAPERADILAN SEBAGAI PENANGKAL PROSES HUKUM<br />

SELINGAN<br />

n PERTARUHAN MOBIL MURAH TIONGKOK<br />

n MENEROBOS MEREK ASING<br />

n TETAP WULING, BUKAN CHEVROLET<br />

n GENJOT INVESTASI DENGAN MOBIL MURAH<br />

n KARENA BATU BARA DIBATASI DI TIONGKOK<br />

BISNIS<br />

n MAJU TAK GENTAR TOKO TRADISIONAL<br />

INSPIRING PEOPLE<br />

n JAWARA SAMPAH DARI LANGIT<br />

LENSA<br />

n SNIPER<br />

TEATER<br />

n GELIAT IMLEK 2566<br />

n ARYATI DAN DRAMA MUSIKAL RINGAN<br />

FILM<br />

n DONNA | ANANDA SUKARLAN | MARTINA HINGIS<br />

GAYA HIDUP<br />

n JUPITER NAIK KE MANA<br />

n FILM PEKAN INI<br />

n AGENDA<br />

Cover:<br />

Ilustrasi: Kiagus Auliansyah<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik<br />

n BERKEBUN DI BELANTARA KOTA<br />

n LUPA SEDANG DI SINGAPURA<br />

n KHAS SOLO YANG DISUKA<br />

Pemimpin Redaksi: Arifin Asydhad. Wakil Pemimpin Redaksi: Iin Yumiyanti. Redaksi: Dimas Adityo, Irwan<br />

Nugroho, Nur Khoiri, Sapto Pradityo, Sudrajat, Oktamandjaya Wiguna, Arif Arianto, Aryo<br />

Bhawono, Deden Gunawan, Hans Henricus, Silvia Galikano, Nurul Ken Yunita, Kustiah, M<br />

Rizal, Budi Alimuddin, Pasti Liberti Mappapa, Monique Shintami, Isfari Hikmat, Bahtiar<br />

Rifai, Jaffry Prabu Prakoso, Ibad Durohman, Aditya Mardiastuti. Bahasa: Habib Rifa’i,<br />

Rahmayoga Wedar. Tim Foto: Dikhy Sasra, Ari Saputra, Haris Suyono, Agus Purnomo. Product<br />

Management & IT: Sena Achari, Sofyan Hakim, Andri Kurniawan. Creative Designer: Mahmud Yunus,<br />

Galih Gerryaldy, Desy Purwaningrum, Suteja, Mindra Purnomo, Zaki Al Farabi, Fuad Hasim,<br />

Luthfy Syahban. Illustrator: Kiagus Aulianshah, Edi Wahyono.<br />

Kontak Iklan: Arnie Yuliartiningsih, Email: sales@detik.com Telp: 021-79177000, Fax: 021-79187769<br />

Direktur Utama: Budiono Darsono Direktur: Nur Wahyuni Sulistiowati, Heru Tjatur, Warnedy Kritik dan Saran:<br />

appsupport@detik.com Alamat Redaksi: Gedung Aldevco Octagon Lantai 2, Jl. Warung Jati Barat Raya<br />

No.75 Jakarta Selatan, 12740 Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472 Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.


LENSA<br />

GELIAT IMLEK 2566<br />

TAP UNTUK MELIHAT FOTO UKURAN BESAR<br />

Geliat perayaan tahun baru Imlek 2566 mulai terasa kendati masih lebih dari satu pekan lagi. Tahun baru dalam penanggalan Cina tersebut<br />

akan dirayakan di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia, pada 19 Februari. Lihat persiapannya, yuk.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


LENSA<br />

Pekerja mengeringkan hio di Teluk Naga, Tangerang, Rabu (4/2). Tahun ini merupakan Tahun Kambing Kayu dalam sistem penanggalan<br />

Cina. (Agung Pambudhy/DETIKCOM)


LENSA<br />

Menjelang Imlek sampai perayaan Cap Go Meh, produksi dupa hio meningkat tiga kali lipat dari hari biasa. (Agung Pambudhy/DETIKCOM)


LENSA<br />

Pemasangan lampion di kampung Tionghoa-Melayu, Kota Pekanbaru, Riau, Selasa (3/2). Kampung Tionghoa-Melayu merupakan permukiman<br />

Tionghoa tertua sekaligus cagar budaya di Pekanbaru yang menjadi pusat perayaan Tahun Baru Cina atau Imlek pada 19 Februari. (F.B.<br />

Anggoro/ANTARAFOTO)


LENSA<br />

Peragaan busana karya Sebastian Gunawan dan Cristina Panarese dalam peragaan busana bertajuk Moon Dance di Jakarta, Selasa (3/2).<br />

Menyambut Imlek, sebanyak 68 gaun dan 2 gaun pengantin dibawakan dalam peragaan busana bertema oriental tersebut. (Rosa Panggabean/<br />

ANTARAFOTO)


LENSA<br />

Model memperagakan busana karya Sebastian Gunawan dan Cristina Panarese dalam peragaan busana bertajuk Moon Dance di Jakarta,<br />

Selasa (3/2). | Tim kesenian Himpunan Keluarga Lim memainkan tarian naga setelah memberi penghormatan di Kelenteng See Hin Kiong,<br />

Padang, Rabu (4/2). (Rosa Panggabean/ANTARAFOTO, Iggoy el Fitra/ANTARA FOTO)


LENSA<br />

Geliat Imlek di sebuah mal di Jakarta Selatan | Pembuatan lampion di Malang, Jawa Timur | Produksi kue keranjang di Yogyakarta. (Ari Saputra/<br />

DETIKCOM, Noveradika&Ari Bowo Sucipto/ANTARAFOTO)


NASIONAL<br />

DILEMA JOKOWI<br />

KARENA<br />

BUDI<br />

SYAFII MAARIF MENGUNGKAP<br />

PERNYATAAN JOKOWI YANG TAK<br />

AKAN MELANTIK BUDI GUNAWAN.<br />

DIANGGAP MEMBANGKANG<br />

PERINTAH PARTAI<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Koordinator Tim 9 Syafii<br />

Maarif (tengah) beserta<br />

anggota tim menjawab<br />

pertanyaan wartawan<br />

setelah bertemu dengan<br />

Presiden Jokowi di Istana<br />

Merdeka, Rabu (28/1).<br />

WIDODO S. JUSUF/ANTARA<br />

TELEPON seluler Ahmad Syafii Maarif<br />

tiba-tiba berdering. Di layar ponsel,<br />

muncul nama Presiden Joko Widodo.<br />

Kepada mantan Ketua Umum Pengurus<br />

Pusat Muhammadiyah itu, Jokowi mengatakan<br />

baru bertemu dengan Ketua Umum<br />

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati<br />

Soekarnoputri dan para petinggi Koalisi<br />

Indonesia Hebat di Istana Merdeka, Jakarta.<br />

Dalam percakapan telepon pada Selasa,<br />

3 Februari, malam itu, Jokowi juga memberi<br />

kabar mengejutkan. Ia tidak akan melantik Komisaris<br />

Jenderal Budi Gunawan sebagai Kepala<br />

Kepolisian RI. “Jokowi bilang, ‘Saya tidak akan<br />

melantik BG,’” kata Maarif. Percakapan dengan<br />

sang presiden diceritakan Maarif di hadapan<br />

peserta seminar yang digelar di Universitas<br />

Muhammadiyah Yogyakarta, Rabu pekan lalu.<br />

Cerita Buya—demikian pria berusia 79 tahun<br />

itu disapa—tentu mengejutkan. Sebab, berulang<br />

kali Jokowi mengatakan baru akan memutuskan<br />

soal pelantikan Budi Gunawan setelah<br />

hakim memutuskan gugatan praperadilan yang<br />

diajukan kubu Kepala Lembaga Pendidikan dan<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Sidang praperadilan yang<br />

diajukan Budi Gunawan di<br />

Pengadilan Negeri Jakarta<br />

Selatan, Senin (2/2).<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

Latihan Polri itu terkait penetapan statusnya<br />

sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi.<br />

Sidang praperadilan itu semestinya berjalan<br />

sejak Senin, 2 Februari lalu, di Pengadilan<br />

Negeri Jakarta Selatan. Namun sidang yang<br />

dibuka oleh hakim tunggal Sarpin Rizaldi itu<br />

ditunda hingga Senin pekan ini karena KPK<br />

selaku termohon tidak hadir.<br />

Alasan ketidakhadiran itu, menurut Deputi<br />

Pencegahan KPK Johan Budi, adalah perubahan<br />

materi gugatan dari pemohon yang diajukan<br />

mendadak sehingga KPK belum siap.<br />

Materi gugatan baru diterima KPK pada Kamis<br />

malam, 29 Januari lalu. Setelah dibaca, ternyata<br />

ada tambahan materi sehingga membutuhkan<br />

persiapan lebih lanjut.<br />

“Ketidakhadiran ini sebenarnya normalnormal<br />

saja,” ujar Johan, Senin pekan lalu, di<br />

gedung KPK.<br />

Gugatan praperadilan yang dilayangkan<br />

pihak Budi Gunawan menjadi sangat penting.<br />

Sebab, putusannya akan menentukan kelanjutan<br />

proses hukum yang akan dihadapi mantan<br />

ajudan presiden kelima Indonesia, Megawati<br />

Soekarnoputri, itu. Partai pimpinan Megawati<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Unjuk rasa mendukung<br />

KPK di Makassar, Kamis<br />

(5/2).<br />

Deputi pencegahan KPK<br />

Johan Budi.<br />

YUSRAN UCCANG/ANTARA<br />

RACHMAN HARYANTO/DETIKCOM<br />

pulalah yang mendukung Budi Gunawan untuk<br />

dilantik sebagai Kepala Polri.<br />

Maarif sebelumnya mengungkapkan bahwa<br />

pengajuan nama Budi Gunawan sebagai calon<br />

Kapolri ke Dewan Perwakilan Rakyat sejatinya<br />

bukan atas inisiatif Presiden Jokowi. Maarif,<br />

yang merupakan Koordinator Tim Independen,<br />

yang dibentuk Jokowi untuk memberi masukan<br />

soal konflik KPK-Polri, juga menyebut Presiden<br />

mendapat tekanan dari partai pengusungnya<br />

terkait polemik calon Kapolri tersebut.<br />

Inilah yang membuat posisi Jokowi menjadi<br />

dilematis. Di satu sisi ia ditekan partai pengusung,<br />

sementara di sisi lain tuntutan publik<br />

yang menolak pelantikan Budi Gunawan semakin<br />

hari kian kencang. “Menunda pelantikan<br />

dengan dalih menunggu sidang praperadilan<br />

adalah cara Jokowi untuk mereduksi tekanan,”<br />

tutur sumber majalah detik di lingkaran Jokowi.<br />

Perhitungannya, kata sumber itu, jika gugatan<br />

praperadilan ditolak hakim, Presiden pu-<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Komjen Budi Waseso (kiri)<br />

dan Komjen Dwi Priyatno<br />

DOK. DETIKCOM<br />

nya cukup alasan untuk<br />

membatalkan pelantikan<br />

Budi. Namun, jika gugatan<br />

praperadilan diterima,<br />

Budi Gunawan tetap tidak<br />

dilantik karena Jokowi<br />

sudah mendapat rekomendasi<br />

dari tim yang<br />

berjumlah sembilan orang<br />

itu, selain adanya tekanan<br />

publik.<br />

Isu pembatalan pelantikan<br />

Komjen Budi semakin<br />

santer setelah Komisi<br />

Kepolisian Nasional pekan<br />

lalu kembali mengusulkan nama calon Kapolri.<br />

Di antara sejumlah nama, Kompolnas kabarnya<br />

sudah mengerucutkan ke satu nama, yakni Budi<br />

Waseso, kini menjabat Kepala Badan Reserse<br />

Kriminal Polri. Kamis pekan lalu, Budi resmi menyandang<br />

pangkat komisaris jenderal (bintang<br />

tiga), sehingga berhak diusulkan sebagai calon<br />

Kepala Polri.<br />

Sumber majalah detik di kalangan internal<br />

PDI Perjuangan tak menampik kuatnya dukungan<br />

terhadap Budi Waseso. Selain Waseso,<br />

nama Komjen Dwi Priyatno, yang kini menjabat<br />

Inspektur Pengawasan Umum Mabes<br />

Polri, juga menguat. Nama Dwi muncul seusai<br />

pertemuan Megawati dengan Jokowi.<br />

“Komjen Dwi cukup acceptable buat banyak<br />

orang,” ucap politikus PDIP yang duduk di DPR<br />

tersebut.<br />

Namun, kata sumber itu, pencalonan Budi<br />

Waseso tak lantas membuat hubungan Jokowi<br />

dengan partai pendukungnya, terutama PDI<br />

Perjuangan, kembali harmonis. Pasalnya, sejumlah<br />

elite partai berlambang banteng itu sudah<br />

menunjukkan ketidaksenangan jika Jokowi<br />

batal melantik Budi Gunawan.<br />

“Apalagi Jokowi kan terima mandat dari<br />

partai untuk maju di pilpres. Sebagai petugas<br />

partai, Jokowi harus patuh pada keputusan<br />

ketua umum,” begitu ujar sang sumber.<br />

Namun peneliti Lingkaran Survei Indonesia,<br />

Rully Akbar, mengatakan, bagaimanapun,<br />

Jokowi harus melepas atribut sebagai petugas<br />

partai. Sebab, saat ini Jokowi menjadi presiden<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Presiden Joko Widodo<br />

saat melakukan inspeksi<br />

pasukan dalam kunjungan<br />

kenegaraan ke Kuala<br />

Lumpur, Malaysia, Kamis<br />

(5/2).<br />

OLIVIA HARRIS /REUTERS<br />

bagi seluruh rakyat Indonesia. Menurut Rully,<br />

Jokowi bakal kehilangan kepercayaan dari rakyat<br />

jika tetap memaksakan diri memilih Budi<br />

sebagai Kapolri.<br />

Pertimbangan Jokowi membentuk Tim Independen,<br />

menurut Rully, sudah tepat. “Melantik<br />

atau tidak Komjen Budi sebagai Kapolri akan<br />

membuktikan apakah benar Jokowi tegas dan<br />

tidak terpengaruh oleh tekanan dari dalam<br />

(partai pengusung),” tuturnya.<br />

Senada dengan Rully, Direktur Eksekutif<br />

Lembaga Survei Indonesia Kuskridho Ambardi<br />

mengatakan Jokowi memang harus merespons<br />

tuntutan dari dua kelompok pendukungnya,<br />

yakni massa atau publik dan elite partai politik<br />

pendukungnya.<br />

“Namun, pada akhirnya, saya kira Jokowi<br />

akan menimbang dukungan populer massa<br />

yang lebih serius,” ucapnya. n<br />

JAFFRY PRABU PRAKOSO | DEDEN G.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

‘DON CORLEONE’<br />

MENOLAK BUI<br />

TERPIDANA KASUS PENCUCIAN UANG AIPTU LABORA<br />

SITORUS DIIMBAU MENYERAHKAN DIRI. OKNUM<br />

YANG TERLIBAT DALAM PEMBEBASAN TERPIDANA 15<br />

TAHUN ITU TERANCAM SANKSI BERAT.<br />

ARI SAPUTRA/DETIKFOTO<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Lahan perbukitan yang<br />

diduga dimiliki oleh<br />

Labora Sitorus di Sorong,<br />

Papua Barat.<br />

DETIKCOM<br />

SEORANG reporter televisi swasta<br />

menjalani “pemeriksaan” saat<br />

akan memasuki rumah Ajun Inspektur<br />

Satu Labora Sitorus, Kamis<br />

pekan lalu. Ia bersama sejumlah wartawan<br />

tengah menjalankan tugas jurnalistik untuk<br />

mewawancarai terpidana kasus penimbunan<br />

bahan bakar minyak dan pencucian uang itu<br />

di rumahnya, Kelurahan Rufei, Distrik Sorong<br />

Barat, Kota Sorong, Papua Barat.<br />

Namun tak mudah “menembus” kediaman<br />

anggota Kepolisian Resor Raja Ampat di<br />

kawasan Tampa Garam itu. Sebab, rumah<br />

bintara polisi pemilik rekening gendut dengan<br />

transaksi sampai Rp 1,5 triliun tersebut dijaga<br />

ketat oleh para pengikut dan karyawannya.<br />

Ada puluhan pria yang selalu berjaga di<br />

rumah Labora, yang sekaligus tempat usaha<br />

pengolahan kayu dengan nama PT Rotua. Para<br />

tetamu, termasuk wartawan, wajib diperiksa.<br />

“Setelah dipastikan aman, baru boleh masuk,”<br />

kata wartawan yang bertugas di wilayah Sorong<br />

itu.<br />

Di dalam rumahnya yang jembar, Labora<br />

mengaku sakit setelah terserang stroke ringan.<br />

Raut wajahnya lesu. Kedua telapak tangannya<br />

dibebat perban. “Dia seperti menderita diabetes<br />

juga,” ujar jurnalis tersebut.<br />

Akhir-akhir ini Labora Sitorus kembali menjadi<br />

sorotan publik. Ia semestinya sudah berada<br />

di balik jeruji besi untuk menjalani hukuman<br />

yang sudah berkekuatan hukum tetap (in<br />

kracht). Mahkamah Agung pada 17 September<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Don Vito Corleone dalam<br />

karakter film yang<br />

diperankan aktor Marlon<br />

Brando, 1972.<br />

GETTY IMAGES<br />

2014 menjatuhkan vonis 15 tahun penjara serta<br />

denda Rp 5 miliar subsider satu tahun penjara<br />

kepada Labora.<br />

Namun ia menolak menjalani hukuman. Alasannya,<br />

ia sudah mengantongi surat keterangan<br />

bebas hukum yang dikeluarkan Lembaga<br />

Pemasyarakatan Sorong pada Agustus 2014.<br />

Meskipun diketahui berada di rumahnya di<br />

Sorong, aparat kejaksaan sulit melakukan<br />

eksekusi. Labora berkukuh sudah bebas<br />

dari hukum hanya berbekal surat itu.<br />

Ia juga mendapat “perlindungan”<br />

dari para pengikutnya,<br />

termasuk warga setempat.<br />

“Banyak yang melindungi<br />

dia,” tutur Menteri Hukum dan Hak<br />

Asasi Manusia Yasonna Laoly saat<br />

ditemui di Jakarta, Rabu, 4 Februari lalu.<br />

Informasi yang diperoleh majalah detik,<br />

Labora bahkan dilindungi para<br />

tetua adat di Raja Ampat. Labora<br />

dianggap bagian<br />

dari keluarga adat<br />

di sana, bermarga<br />

Salambesi. Begitu berpengaruhnya sampaisampai<br />

Menteri Yasonna menyebut Labora<br />

bak tokoh mafia Amerika Serikat masa lalu,<br />

Don Vito Corleone, yang difilmkan dengan<br />

judul The Godfather.<br />

“Kelompok masyarakat ini mengatakan dia<br />

(Labora) (seperti) raja kecil di Papua Barat. Dia<br />

semacam Don Corleone di sana,” ucap Yasonna.<br />

Kasus Labora mencuat setelah Pusat Pelaporan<br />

dan Analisis Transaksi Keuangan mengendus<br />

transaksi jumbo di rekening Labora<br />

lebih dari Rp 1 triliun. Angka fantastis itu dianggap<br />

tak sesuai dengan profilnya sebagai<br />

bintara polisi. Kasus itu pun berlanjut, dan<br />

Labora ditetapkan sebagai tersangka kasus<br />

penimbunan BBM lewat perusahaannya, PT<br />

Seno Adi Wijaya, serta penyelundupan kayu<br />

dengan perusahaan PT Rotua.<br />

Namun, pada pertengahan Februari 2014,<br />

Labora lolos dari dakwaan kasus pencucian<br />

uang dalam sidang di Pengadilan Negeri Sorong.<br />

Ia hanya dijerat dengan Undang-Undang<br />

Minyak dan Gas serta UU Kehutanan karena<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Persidangan Labora Sitorus<br />

di Pengadilan Negeri<br />

Sorong.<br />

DETIKCOM<br />

menimbun BBM dan melakukan pembalakan<br />

liar. Ia pun “cuma” divonis 2 tahun penjara dan<br />

denda Rp 50 juta subsider 6 bulan bui oleh<br />

majelis hakim yang diketuai Martinus Bala.<br />

Jaksa lalu meminta banding ke Pengadilan<br />

Tinggi Papua, yang lalu hukumannya diperberat<br />

menjadi 8 tahun penjara. Jaksa kembali<br />

mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung.<br />

Hasilnya, majelis kasasi yang dipimpin Artidjo<br />

Alkostar menjatuhkan vonis 15 tahun penjara<br />

dan denda Rp 5 miliar subsider satu tahun<br />

penjara.<br />

Nah, masalah mencuat saat kejaksaan akan<br />

mengeksekusi vonis Labora pada Oktober<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Aiptu Labora Sitorus saat<br />

ditemui wartawan di<br />

rumahnya di Sorong, Kamis<br />

(5/2)<br />

ISTIMEWA<br />

2014. Saat eksekusi akan dibacakan, terpidana<br />

ternyata sudah tidak berada di Lapas Sorong.<br />

Kepala Pusat Penerangan Hukum Kejaksaan<br />

Agung, Tony Spontana, mengatakan pihaknya<br />

tidak tahu-menahu soal surat bebas hukum<br />

yang dikeluarkan lapas. Kejaksaan juga tidak<br />

pernah merekomendasikan soal itu.<br />

Karena menjadi “urusan” Kementerian Hukum,<br />

kejaksaan hanya bersikap menunggu<br />

hasil investigasi tim Kementerian terhadap<br />

keluarnya surat bebas bagi Labora tersebut.<br />

“Kejaksaan hanya sebagai eksekutor,” kata<br />

Tony.<br />

Untuk melakukan eksekusi putusan MA, kejaksaan<br />

dan kepolisian akan melakukan upaya<br />

persuasif. Hal itu disepakati dalam pertemuan<br />

antara kejaksaan, Kementerian Hukum, dan<br />

Kepolisian Daerah Papua Barat. Labora juga<br />

dicegah untuk bepergian keluar, termasuk<br />

melalui operasi intelijen. “Kami ingin yang<br />

bersangkutan menyerahkan diri,” ujar Tony.<br />

Menteri Yasonna memberi tenggat dua pekan<br />

kepada jaksa dan polisi untuk melakukan<br />

upaya persuasif. Ia juga telah menugasi Direktur<br />

Jenderal Pemasyarakatan Kementerian<br />

Hukum Muhammad Sueb ke Sorong untuk<br />

berkoordinasi dengan Kejaksaan Tinggi Papua<br />

Barat dan Polda Papua Barat.<br />

Adapun soal surat keterangan bebas hukum<br />

yang diterbitkan Lapas Sorong, Yasonna<br />

menyebut surat itu tidak sah dan menyalahi<br />

ketentuan perundang-undangan. Apalagi<br />

sudah keluar putusan MA yang berkekuatan<br />

hukum tetap.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Menteri Hukum dan Hak<br />

Asasi Manusia Yasonna Laoly<br />

dalam rapat kerja dengan<br />

Komisi III DPR.<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

Surat pembebasan Labora juga dianggap<br />

janggal lantaran tak mencantumkan nomor<br />

surat, dan cuma diteken seorang Pelaksana<br />

Harian Kepala Lapas Sorong. Surat tembusan<br />

juga tak dikirimkan kepada Kepala Kantor<br />

Wilayah Kementerian Hukum di Sorong.<br />

Apalagi Labora sudah keluar dari penjara<br />

jauh hari sebelum surat itu keluar pada Agustus<br />

2014. Ia izin keluar dari penjara dengan<br />

alasan berobat pada Maret-April tahun lalu.<br />

Namun ia tak pernah kembali ke lapas.<br />

“(Maka) diaturlah surat keterangan bebas<br />

itu,” tutur menteri dari Partai Demokrasi Indonesia<br />

Perjuangan tersebut.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

Ilustrasi pembalakan liar<br />

DETIKCOM<br />

Tim inspektorat Kementerian Hukum kini tengah<br />

menyelidiki soal surat tersebut. Yasonna<br />

berjanji akan menjatuhkan sanksi kepada oknum<br />

yang terlibat dalam pembebasan Labora. “Itu<br />

(akan dikenai) sanksi berat,” ucapnya.<br />

Kepala Polda Papua Barat Brigadir Jenderal<br />

Paulus Waterpauw mengakui Labora masih<br />

berpedoman pada surat bebas hukum yang dipegangnya.<br />

Hal itu menjadi penghalang utama<br />

aparat dalam melakukan eksekusi vonis. Paulus<br />

telah meminta Dirjen Pemasyarakatan memastikan<br />

keabsahan pembebasan Labora. Lalu,<br />

mengeluarkan surat yang menyatakan sah atau<br />

tidaknya surat bebas hukum tersebut.<br />

“Tapi sampai saat ini (surat) itu belum ada,”<br />

kata Paulus saat dihubungi secara terpisah, Jumat,<br />

6 Februari lalu.<br />

Paulus membenarkan pihaknya mengedepankan<br />

tindakan persuasif dalam membantu kejaksaan<br />

melakukan eksekusi. Ia sudah menugasi<br />

sebuah tim untuk melakukan negosiasi de ngan<br />

pihak Labora. “Ja ngan sampai ada kekerasan,<br />

itu harus dihindari,” kata perwira tinggi bintang<br />

satu tersebut. n M. RIZAL, JAFFRY PRABU P. | DIM<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

KALAPAS DAN JAKSA<br />

PUN KUNJUNGI LABORA<br />

TERPIDANA kasus penimbunan<br />

bahan bakar minyak, pembalakan<br />

liar, dan pencucian uang,<br />

Ajun Inspektur Satu Labora Sitorus,<br />

menolak eksekusi hukuman penjara<br />

yang akan dilakukan kejaksaan. Padahal<br />

Mahkamah Agung menghukumnya<br />

dengan pidana penjara 15 tahun dan<br />

denda Rp 5 miliar.<br />

Bintara polisi pemilik rekening gendut<br />

ini berkukuh tak bersalah seperti<br />

yang dituduhkan. Ia juga menolak<br />

masuk daftar pencarian orang (DPO)<br />

karena selama ini ia tinggal di rumah<br />

saja. Labora juga menjalani terapi kesembuhan<br />

untuk penyakit stroke yang<br />

dideritanya.<br />

Mengapa ia begitu yakin sudah bebas<br />

dari hukum Dan bagaimana ia bisa lolos<br />

dari penjara sejak Maret tahun lalu<br />

Berikut ini penuturan Fredy Fakdawer,<br />

pria yang selama ini mendampingi Labora<br />

di Sorong dan bertindak sebagai<br />

juru bicaranya. Wawancara dilakukan<br />

via telepon, Jumat, 6 Februari lalu.<br />

Sebagian pertanyaan majalah detik<br />

dijawabnya dengan nada tinggi dan<br />

penuh penekanan.<br />

Pak Labora sakit apa<br />

Pak Labora stroke ringan, (dampaknya)<br />

pada tangan. Intinya (ada) komplikasi,<br />

gula tinggi, rematik, juga pada<br />

lutut sebelah kiri. Penyakit lainnya kan<br />

sudah lama (diderita), cuma<br />

terus berobat karena sakit<br />

lagi. Kalau stroke-nya sudah<br />

5-8 bulan ini.<br />

Jadi dengan alasan<br />

sakit itu dia belum<br />

mau kembali ke<br />

lapas<br />

Begini, saya<br />

jelaskan supaya<br />

jangan salah.<br />

Ini kan beliau<br />

sakit, minta<br />

izin dari lapas<br />

untuk berobat<br />

ke RS Angkatan<br />

Laut. Di ru-<br />

DETIKNEWS<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


NASIONAL<br />

mah sakit, stroke-nya ini harus diterapi<br />

di air laut. Makanya RS Angkatan Laut<br />

kasih izin (Labora) untuk keluar karena<br />

rumahnya dekat laut, dekat pantai. Jadi<br />

dia di rumah tadi pagi berenang, sore<br />

dia juga berenang di air laut, selama<br />

20 menit. Karena itu, dia selama ini<br />

tinggal di rumah.<br />

Dari lapas, terutama Kalapas<br />

(Sorong), hampir setiap hari datang<br />

berkunjung melihat kondisi beliau (Labora).<br />

Kemudian dari kejaksaan juga<br />

sering datang, berkunjung, bersilaturahmi,<br />

melihat kondisi Pak Labora di<br />

rumah.<br />

Makanya, kalau ada statement<br />

bahwa dia DPO, itu berdasarkan apa<br />

(Labora) Tidak ke mana-mana, dia<br />

cuma di rumah, mereka datang sendiri<br />

lihat (Labora) di rumah kok DPO Ini<br />

pembohongan publik!<br />

Soal putusan MA<br />

Putusan pengadilan (Pengadilan<br />

Negeri) di Sorong kan (dihukum<br />

penjara) 2 tahun. Tapi jaksa tidak<br />

terima, dan banding ke pengadilan<br />

tinggi kemudian (dihukum) 8 tahun.<br />

Lalu jaksa tidak puas lagi dan kasasi<br />

lagi ke Mahkamah Agung. Jadi, kalau<br />

putusan 2 tahun dari pengadilan itu<br />

belum in kracht, (tahanan) kan masih<br />

titipan di lapas.<br />

Karena perpanjangan masa tahanan<br />

itu belum turun lagi, makanya lapas<br />

mengeluarkan surat bebas hukum. Itu<br />

kan diatur dalam Pasal 29 KUHAP. Jadi,<br />

kalau misalnya narapidana ditahan<br />

dalam masa penahanannya sudah<br />

lewat, belum ada perpanjangan masa<br />

tahanan, ya bebas dari hukum. Itu<br />

haknya, dari lapas juga mengatakan<br />

itu. Jadi beliau itu keluar (dari penjara)<br />

berdasarkan itu, surat bebas hukum<br />

untuk berobat. Dia ini kan di rumah,<br />

tidak lari, tidak ke mana-mana sampai<br />

sekarang.<br />

Dia sakit sejak dipenjara<br />

Iya, iya, (dia) stroke, ditambah stres<br />

karena (merasa) tidak punya kesalahan.<br />

Jadi, kalau dipaksakan, kan salah<br />

namanya.<br />

Apa dampak dari stroke itu<br />

Dia punya saraf di tangan kanan,<br />

jari-jarinya tangan kiri dan kanan tidak<br />

bisa digerakkan. Kalau bergerak sakit<br />

sekali. Apalagi kalau kena dingin. Yang<br />

di lutut sebelah kiri rematik, apalagi<br />

dia ditambah gula tinggi.<br />

Apa kegiatan Pak Labora seharihari<br />

Ya, di rumah saja. Berobat sambil<br />

te rapi setiap hari. Pagi jam 09.00 dan<br />

sore jam 16.00 itu 20 menit harus (terapi)<br />

di air laut.<br />

Dia masih polisi aktif atau sudah<br />

diberhentikan<br />

Dia masih berdinas, belum dipecat!<br />

Dia masih (anggota) polisi. n<br />

ADITYA MARDIASTUTI | DIM<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK DETIK 9 2 - 15 - 8 FEBRUARI 2015


KRIMINAL<br />

DENDAM DI BALIK<br />

PENEMBAKAN<br />

DIDUGA TERLIBAT DALAM<br />

KASUS PENEMBAKAN AKTIVIS<br />

ANTIKORUPSI, “ORANG DEKAT”<br />

KETUA DPRD BANGKALAN FUAD<br />

AMIN IMRON DITANGKAP.<br />

BARU BERSTATUS TERSANGKA<br />

PENCABULAN.<br />

MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA FOTO<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


KRIMINAL<br />

Korban Mathur Husairi<br />

dijenguk oleh anggota Dewan<br />

Pertimbangan Presiden,<br />

Hasyim Muzadi, beberapa<br />

waktu lalu.<br />

ROIS JAJELI/DETIKCOM<br />

KERJA “Tim Cobra” Kepolisian Daerah<br />

Jawa Timur rupanya tak sia-sia.<br />

Penyelidikan tim ini dalam kasus<br />

penembakan aktivis antikorupsi asal<br />

Bangkalan, Madura, Mathur Husairi, membuahkan<br />

hasil dengan ditangkapnya orang dekat<br />

mantan Bupati Bangkalan Fuad Amin Imron,<br />

Aldi Alfarisi alias Kasmo.<br />

Mathur, 47 tahun, ditembak orang tak dikenal<br />

pada Selasa dini hari, 20 Januari lalu. Ia ditembak<br />

di depan rumahnya, Jalan Teuku Umar III,<br />

Kelurahan Kemayoran, Bangkalan, ketika pulang<br />

dari Surabaya dengan mengendarai mobil.<br />

Ia ditembak saat akan membuka pintu pagar<br />

oleh dua pelaku yang berboncengan sepeda<br />

motor. Meski mengalami luka tembak di bagian<br />

pinggang, Mathur selamat, dan menjalani perawatan<br />

di Rumah Sakit dr Soetomo, Surabaya.<br />

Mathur adalah Direktur Center for Islam<br />

Democracy sekaligus Sekretaris Jenderal Corruption<br />

Watch Bangkalan. Penembakan tersebut<br />

diduga kuat berkaitan dengan aktivitas<br />

dan upaya Mathur membeberkan bukti serta<br />

kesiapannya menjadi saksi kasus korupsi Fuad<br />

Amin Imron, yang kini ditahan Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi.<br />

Fuad, yang juga Ketua Dewan Perwakilan<br />

Rakyat Daerah Bangkalan, ditangkap karena<br />

diduga menerima suap dari Direktur PT Media<br />

Karya Sentosa, Antonius Bambang Djatmiko.<br />

Suap diduga berkaitan dengan jual-beli gas di<br />

Blok Madura Barat, yang dikendalikan PT Pertamina<br />

Hulu Energi West Madura Offshore,<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


KRIMINAL<br />

Fuad Amin Imron mengenakan<br />

rompi tahanan KPK.<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

anak perusahaan Pertamina.<br />

Namun saat itu kuasa hukum Fuad Amin,<br />

Bakhtiar Pradinata, menolak kliennya dikaitkan<br />

dengan kasus penembakan Mathur. Meski begitu,<br />

keterangan yang digali dari tempat kejadian<br />

dan pemeriksaan sejumlah saksi merujuk ke<br />

sejumlah orang, salah satunya Aldi Alfarisi, 42<br />

tahun.<br />

Tim Cobra di bawah Subdirektorat Kejahatan<br />

dengan Kekerasan Direktorat Reserse Kriminal<br />

Umum Polda Jawa Timur itu pun memantau<br />

gerak-gerik Aldi. Termasuk saat politikus Partai<br />

Gerindra itu menginap di kamar nomor 605<br />

Hotel Oval, Jalan Diponegoro, Surabaya, sejak<br />

Ahad, 1 Februari lalu. Ia datang bersama sopirnya,<br />

S alias R, 27 tahun, yang menginap di<br />

kamar 612.<br />

Dan... gotcha! Saat Tim Cobra akan menggeledah<br />

kamar 605, Aldi didapati tengah bersama<br />

LCD, 16 tahun. Gadis yang masih di bawah umur<br />

itu diduga dicabuli oleh Ketua Komisi A, yang<br />

membidangi hukum, tersebut. Dari pengusutan,<br />

diketahui bahwa LCD adalah anak mantan<br />

istri pertama Aldi alias Kasmo.<br />

Menurut informasi yang diperoleh majalah<br />

detik dari kepolisian, LCD berhubungan dekat<br />

dengan Kasmo. Gadis itu kerap curhat kepada<br />

mantan suami ibunya tersebut di saat menghadapi<br />

masalah. Sebelum ke Hotel Oval, Kasmo<br />

menjemput LCD di halaman Delta Plaza,<br />

Surabaya. Diduga, gadis tersebut sedang ada<br />

masalah keluarga.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


KRIMINAL<br />

Kepala Bidang Humas Polda<br />

Jawa Timur Kombes Awi<br />

Setiyono menunjukkan barang<br />

bukti senjata api yang diduga<br />

digunakan untuk menembak<br />

Mathur Husairi, Kamis (5/2).<br />

ROIS JAJELI/DETIKCOM<br />

Kasmo pun ditetapkan sebagai tersangka.<br />

Ia dijerat pasal pencabulan anak di bawah<br />

umur di dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun<br />

2014 tentang Perlindungan Anak. Ia juga<br />

diduga memalsukan identitas karena memiliki<br />

dua kartu tanda penduduk berbeda, yakni<br />

atas nama Kasmo yang beralamatkan di Dusun<br />

Trebung Barat, Desa Pekadan, Kecamatan<br />

Galis, Bangkalan, dan satu lagi bernama Aldi<br />

Alfarisi, yang dipakainya saat menyewa kamar<br />

hotel.<br />

“Tersangka dikenai pelanggaran Undang-<br />

Undang Perlindungan Anak dan pemalsuan<br />

dokumen negara,” kata Kepala Bidang Humas<br />

Kepolisian Daerah Jawa Timur Komisaris Besar<br />

Awi Setiyono, Selasa, 3 Februari lalu.<br />

Sedangkan untuk kasus penembakan Mathur,<br />

polisi masih mendalaminya. Status Kasmo<br />

dalam kasus ini masih sebatas saksi. “Tapi, untuk<br />

kasus pencabulannya, (Kasmo) sudah kami<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


KRIMINAL<br />

Sebuah rumah milik Ketua<br />

DPRD Bangkalan Fuad Amin<br />

Imron yang disita Komisi<br />

Pemberantasan Korupsi di<br />

Jalan Kertajaya Indah Blok G<br />

Nomor 110, Surabaya.<br />

M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO<br />

tetapkan sebagai tersangka,” ujar Awi.<br />

Kendati begitu, polisi menduga kuat Kasmo<br />

terlibat dalam kasus penembakan Ma thur,<br />

karena sudah lama ia menjadi orang dekat<br />

Fuad Amin. “Dia itu ‘orang'-nya Ketua DPRD<br />

Bangkalan yang ditangkap KPK,” tutur Kepala<br />

Subdirektorat Kejahatan dengan Kekerasan<br />

Polda Jawa Timur Ajun Komisaris Besar Hanny<br />

Hidayat.<br />

Sedangkan R, yang juga sempat ditangkap<br />

di Hotel Oval, diduga berperan sebagai “penggambar”<br />

situasi rumah Mathur Husairi. Setelah<br />

mencokok warga Desa Kajian, Kecamatan Blega,<br />

Bangkalan, itu, polisi menangkap M dan S,<br />

yang diduga sebagai “eksekutor”.<br />

“Motif (penembakan)-nya dendam, sebab<br />

korban (Mathur) melaporkan Ketua DPRD<br />

Bangkalan ke KPK,” ucap Hanny.<br />

Dari pengembangan penyidikan, pada Rabu<br />

pekan lalu polisi berhasil menemukan barang<br />

bukti senjata api rakitan di rumah M di Bangkalan,<br />

yang digunakan untuk menembak Mathur.<br />

Senjata rakitan itu mirip pistol revolver,<br />

tapi pelurunya berkaliber 9 milimeter, bukan<br />

38 milimeter. Saat ditemukan, di dalam pistol<br />

masih tersisa dua peluru.<br />

Barang bukti senjata api berikut amunisinya<br />

itu sudah dikirim ke Laboratorium Forensik<br />

Markas Besar Kepolisian RI cabang Surabaya<br />

untuk diuji apakah rakitan atau bukan. Namun,<br />

dari uji balistik, peluru 9 milimeter yang<br />

ditemukan itu identik dengan yang ditemu-<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


KRIMINAL<br />

Hasyim Muzadi (kanan)<br />

berbincang dengan<br />

Mutmainah, istri Mathur<br />

Husairi, di RS dr Soetomo,<br />

Surabaya, Rabu (21/1).<br />

M RISYAL HIDAYAT/ANTARAFOTO<br />

kan di tubuh Mathur setelah tertembak tiga<br />

pekan lalu.<br />

M saat ini ditahan dan bakal dijerat dengan<br />

Pasal 1 Undang-Undang Darurat Nomor 12<br />

Tahun 1951. Namun, hingga Kamis pekan lalu,<br />

statusnya belum dijadikan tersangka. Termasuk<br />

R dan S, yang saat ini sudah dibebaskan<br />

dengan wajib lapor dan masih berstatus sebagai<br />

saksi.<br />

Menurut Awi Setiyono, polisi masih melakukan<br />

rekonstruksi hukum terhadap orangorang<br />

yang ditangkap tersebut. “Tidak mudah<br />

merekonstruksi hukum. Siapa berbuat apa,<br />

harus betul-betul, biar tidak dianggap rekayasa<br />

kasus,” begitu kata Awi.<br />

Sementara itu, Sukur, paman Mathur Husairi,<br />

mengatakan selama ini Kasmo memang dikenal<br />

sebagai orang dekat dan loyalis Fuad Amin<br />

Imron sejak Kasmo menjabat Kepala Desa<br />

Pekadan, Kecamatan Galis, Bangkalan, hingga<br />

menjadi Ketua Komisi A di DPRD. Karena itu,<br />

keluarga menyambut gembira pengungkapan<br />

kasus penembakan tersebut.<br />

Mereka juga berharap polisi mengungkap<br />

kasus-kasus kekerasan yang dialami aktivis<br />

antikorupsi lainnya di Bangkalan. “Semoga,<br />

dengan tertangkapnya Kasmo, kasus pembacokan<br />

terhadap aktivis antikorupsi lain juga terungkap,”<br />

ujar Sukur, yang juga Ketua Madura<br />

Corruption Watch. ■ ROIS JAJELI (SURABAYA) | M. RIZAL<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


CRIME STORY<br />

BAGIAN 1<br />

BEGAL BERULAH<br />

BIKIN RESAH<br />

AKSI PEMBEGALAN MARAK DI DEPOK, PENGENDARA SEPEDA MOTOR<br />

WASWAS. EMPAT ORANG DITANGKAP, DAN SATU PELAKU DITEMBAK<br />

MATI. DARI KOMPLOTAN YANG BERBEDA.<br />

ILUSTRASI: EDI WAHYONO<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


CRIME STORY<br />

Saya pikir mereka bercanda.<br />

Enggak lama, ada teriakan minta<br />

tolong.<br />

BULE—bukan nama sebenarnya―<br />

ingat betul kejadian pembegalan<br />

seorang pengendara sepeda motor<br />

di Depok, Jawa Barat, pada Minggu<br />

dini hari, 25 Januari lalu. Saat itu pukul 02.40<br />

WIB. Pemuda itu baru pulang dari luar kota,<br />

dan memarkir mobil di rumahnya ketika mendengar<br />

teriakan orang meminta tolong dari Jalan<br />

Margonda, dekat kampus Universitas Bina<br />

Sarana Informatika.<br />

Di tengah kegelapan malam, Bule melihat seorang<br />

pria yang terjatuh di aspal sedang dibacok<br />

tanpa ampun oleh<br />

salah satu dari empat<br />

pelaku. “Saya lihat 2-3<br />

kali pelaku membacok<br />

korban,” kata Bule saat<br />

ditemui majalah detik<br />

di rumahnya, Senin pekan lalu.<br />

Sebelumnya, Bule sekilas melihat tiga sepeda<br />

motor berjalan beriringan. Dua sepeda motor,<br />

masing-masing ditumpangi dua orang, mengapit<br />

sebuah motor yang dikendarai seorang<br />

pria. Beberapa orang di antaranya terlihat<br />

mengayun-ayunkan helmnya.<br />

Belakangan, Bule menyadari pengendara<br />

sepeda motor yang diapit dua motor lain itu<br />

ternyata sedang dirampok. Pelaku berusaha<br />

menghentikan sepeda motor korban dengan<br />

cara memukulkan helmnya, tapi korban melawan.<br />

“Saya pikir mereka bercanda. Enggak<br />

lama, ada teriakan minta tolong,” ujarnya.<br />

Tiga pelaku tetap di atas sepeda motor, dan<br />

seorang yang mengenakan masker warna gelap<br />

turun membacok korban. Helm si pembacok<br />

terlepas, sehingga Bule melihat jelas perawakan<br />

pelaku yang masih berusia muda. Rambut<br />

belakangnya agak tebal dan berombak.<br />

Bule pun berlari ke arah korban. Namun ia<br />

tak berani mendekat karena pelaku menenteng<br />

parang sepanjang kira-kira 80 sentimeter, dan<br />

mungkin saja membawa senjata api. Pada saat<br />

bersamaan, sebuah mobil melintas. Saat itu pelaku<br />

panik karena pengendara mobil tersebut<br />

melambatkan kendaraannya, lalu mengedipngedipkan<br />

lampu dim ke arah pelaku.<br />

Mereka berusaha kabur, tapi entah mengapa<br />

mesin salah satu sepeda motor pelaku tak me-<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


CRIME STORY<br />

nyala ketika distarter. Pelaku akhirnya meninggalkan<br />

kendaraan itu dan menggondol sepeda<br />

motor korban. Setelah pelaku kabur, Bule baru<br />

berani menghampiri korban yang bersimbah<br />

darah.<br />

Korban lalu dilarikan ke Rumah Sakit Bunda,<br />

Depok. Sayang, baru 15 menit ditangani, ia<br />

mengembuskan napas terakhir. Nyawanya<br />

tak tertolong. Luka bacokan di punggung dan<br />

pinggangnya sangat parah. “Dokter bilang<br />

paru-parunya pecah dan terjadi perdarahan,”<br />

tutur Bule, yang ikut mengantar korban.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


CRIME STORY<br />

Dua dari tiga tersangka yang<br />

ditangkap diketahui baru berusia 18<br />

tahun dan berstatus pelajar sekolah<br />

menengah kejuruan.<br />

Belakangan, korban diketahui bernama Abdul<br />

Rahman, warga Bogor, Jawa Barat. Dari keluarganya,<br />

diketahui Abdul bekerja di Jalan Wahid<br />

Hasyim, Jakarta Pusat.<br />

Kasus pembegalan di dekat jalan layang<br />

Universitas Indonesia itu bukan yang pertama<br />

di Depok pada awal 2015 ini. Dua pekan sebelumnya,<br />

pembegalan terjadi di Jalan Juanda, tak<br />

jauh dari proyek tol Cinere-Jagorawi (Cijago).<br />

Kejadiannya juga dini hari. Korban, Bambang<br />

Syarif Hidayatullah,<br />

23 tahun,<br />

tewas dibacok<br />

komplotan pelaku.<br />

Kejadian berulang<br />

tepat sepekan<br />

setelah kejadian di dekat jalan layang UI.<br />

Minggu, 1 Februari 2015, sekitar pukul 03.30<br />

WIB, sepasang muda-mudi yang sedang nongkrong<br />

di Jalan Boulevard Perumahan Grand<br />

Depok City, Cilodong, Kota Depok, ditodong<br />

komplotan berjumlah lima orang. Mereka<br />

memaksa korban menyerahkan sepeda motor<br />

Honda CBR miliknya.<br />

Beruntung, korban tak dilukai. Sebab, setelah<br />

pelaku ber upaya merampas sepeda motor<br />

sembari mengacungkan senjata tajam, korban,<br />

S, warga Sukmajaya, Depok, berteriak meminta<br />

tolong. Satu tim polisi yang memang sudah<br />

mengintai komplotan itu langsung bergerak.<br />

Dua pelaku, D dan IS, berhasil dibekuk. Sedangkan<br />

tiga lainnya lolos. Saat akan disergap,<br />

D melawan menggunakan sangkur. Namun ia<br />

menyerah setelah petugas memberi tembakan<br />

peringatan. Minggu paginya, sekitar pukul<br />

07.00 WIB, satu pelaku lain, ADP, dicokok di<br />

rumahnya, Jalan Merawan Raya, Depok II Timur.<br />

Komplotan ini digulung setelah tim Buru<br />

Sergap Kepolisian Sektor Sukmajaya, yang sedang<br />

berpatroli di kawasan Grand Depok City,<br />

mencurigai gerak-gerik mereka. Pelaku yang<br />

menunggang tiga sepeda motor itu berkeliling<br />

seperti mencari “mangsa”. Benar saja, saat<br />

dikuntit, para pelaku menghampiri korban dan<br />

merampas sepeda motornya.<br />

Dua dari tiga tersangka yang ditangkap diketahui<br />

baru berusia 18 tahun dan berstatus pe-<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


CRIME STORY<br />

lajar sekolah menengah kejuruan. Dari tangan<br />

mereka, disita tiga unit sepeda motor yang<br />

diduga hasil rampasan. Sepeda motor tersebut<br />

satu unit Honda CBR berwarna putih serta<br />

Yamaha Mio dan Yamaha Xeon berkelir merah<br />

dan hitam. Sejumlah senjata tajam, antara lain<br />

sebilah sangkur dan satu buah kapak, turut<br />

menjadi barang bukti.<br />

“Kami masih kembangkan soal dua Yamaha<br />

itu. Milik pelaku atau korban lainnya,” ucap<br />

Kepala Kepolisian Resor Kota Depok Komisaris<br />

Besar Ahmad Subarkah, Ahad pekan lalu.<br />

Para tersangka yang masih belia itu dijerat<br />

Pasal 365 dan 368 Kitab Undang-Undang Hukum<br />

Pidana tentang pencurian dengan kekerasan<br />

serta pemerasan. Ancamannya 9 hingga 12<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


CRIME STORY<br />

tahun penjara. Sementara ini, mereka ditahan<br />

di Markas Polsek Sukmajaya.<br />

Selain di Grand Depok City, ternyata para<br />

pelaku beraksi di tiga lokasi lain. Lokasi itu adalah<br />

di Jalan Raya Krukut, Kecamatan Limo; Jalan<br />

Margonda Beji; dan Jalan Raya Siak, Depok<br />

Timur. Perampasan di Krukut dilakukan pelaku<br />

sehari sebelum ditangkap. Korbannya bernama<br />

Kartumi.<br />

Penangkapan itu hanya berselang beberapa<br />

hari setelah polisi<br />

menggerebek<br />

tempat persembunyian<br />

komplotan<br />

begal di Sukamaju,<br />

Cilodong, Depok,<br />

pada Selasa dini<br />

hari, 27 Januari<br />

lalu. Penggerebekan dilakukan Polresta Depok<br />

bersama aparat Polresta Tangerang, karena<br />

kelompok ini juga menjadi buruan polisi di<br />

wilayah hukum Tangerang.<br />

Satu orang ditangkap dan satu tersangka<br />

ditembak mati karena melawan. Sedangkan<br />

Memakai motor lawas yang bukan<br />

“incaran” dan berusaha mengendarai<br />

motornya beriringan dengan<br />

pengendara lain saat pulang, meski<br />

kita tidak saling kenal.<br />

beberapa pelaku diduga kabur saat tahu digerebek<br />

polisi. Komplotan inilah yang diduga<br />

membegal Abdul Rahman di dekat jalan layang<br />

UI.<br />

“Salah satu sepeda motor yang ada pada pelaku<br />

mirip de ngan motor korban di flyover UI,”<br />

kata Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta<br />

Depok Komisaris Agus Salim.<br />

Adapun Kepala Humas Polresta Depok Inspektur<br />

Dua Bagus Suwandi menjelaskan komplotan<br />

yang digerebek di Sukamaju itu berasal<br />

dari Lampung, atau dikenal dengan sebutan<br />

“Kelompok Lampung”. Mereka berbeda komplotan<br />

dengan yang ditangkap di Grand Depok<br />

City.<br />

Maraknya pembegalan jelas membikin resah<br />

warga Depok. Banyak pengendara sepeda motor<br />

waswas saat keluar pada malam hari. Erwin<br />

salah satunya. Apalagi karyawan event organizer<br />

di kawasan Jakarta Selatan ini kerap pulang<br />

kerja hingga larut malam. Bukan hanya sepeda<br />

motor yang ia khawatirkan menjadi incaran<br />

pembegal. “Kalau pulang kantor kan bawa tas<br />

isi laptop juga,” ujar warga Jalan Juanda ini.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


CRIME STORY<br />

TAP/KLIK UNTUK BERKOMENTAR<br />

Suteja, warga Cipayung Jaya, Depok, punya<br />

trik tersendiri agar tak menjadi korban<br />

pembegalan. Ia memilih memakai motor<br />

lawas yang bukan “incaran”. Pekerja kreatif<br />

yang sering bekerja hingga dini hari ini juga<br />

berusaha mengendarai motornya beriringan<br />

dengan pengendara lain saat pulang. “Meski<br />

kita tidak saling kenal,” tutur pria berambut<br />

gondrong ini. Setidaknya, itu membuat penjahat<br />

berpikir dua kali untuk beraksi. (bersambung)<br />

■<br />

ADITYA MARDIASTUTI, HENDRIK I. RASEUKIY | M. RIZAL<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

JAWARA<br />

SAMPAH<br />

DARI<br />

LANGIT<br />

“GUA BERJUANG UNTUK KAMPUNG GUA,<br />

BUAT JAKARTA.... ENGGAK ADA MOTIVASI<br />

APA-APA.”<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

Tap untuk melihat<br />

Video<br />

SIAPA yang menyangka, Jakarta yang<br />

begitu padat gedung dan bangunan<br />

ternyata masih punya “surga hijau”.<br />

Terselip di balik belantara beton di<br />

pojok Jakarta, ada hutan kota Pesanggrahan<br />

Sangga Buana.<br />

Di hutan seluas 120 hektare itu, ada segala<br />

macam pohon buah-buahan. Pada Selasa pekan<br />

lalu, ada belasan anak berlari riang di antara<br />

rimbunnya pohon, mengejar angsa dan kelinci,<br />

menyusuri jalan setapak menuju Kali Pesanggrahan.<br />

“Lihat, banyak sekali buah nangkanya,”<br />

ujar seorang anak berteriak kepada temannya<br />

seraya menunjuk buah nangka yang bergelantungan.<br />

Rosita, 52 tahun, sengaja datang bersama<br />

suaminya dari Bogor karena penasaran ingin<br />

melihat hutan Sangga Buana. Dia tak habis pikir<br />

di hutan di Jakarta ini masih ada pohon berumur<br />

ratusan tahun yang bisa lolos dari tangantangan<br />

usil. “Yang membuat hutan ini pastilah<br />

bukan orang biasa dan ‘gila’,” ujar Bambang, 62<br />

tahun, suami Rosita.<br />

Ya, orang yang nekat membuat hutan seluas<br />

itu di Jakarta barangkali memang hanya orang<br />

yang benar-benar “gila”. “Orang gila” itu bernama<br />

Chairudin, 62 tahun, biasa disapa Bang Idin.<br />

“Saya ini hanya orang gila yang SD saja tidak<br />

lulus,” ujar Bang Idin pekan lalu.<br />

Sehari-hari Bang Idin punya “seragam kebesaran”:<br />

peci merah marun, tas butut dari bekas<br />

karung tepung terigu, celana batik komprang,<br />

kaus hitam, sandal jepit, dan parang menggantung<br />

di pinggang. Suaranya lantang, tak ada<br />

yang namanya basa-basi. Gayanya persis si<br />

Pitung, pendekar kondang dari Betawi. Semen-<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

tara musuh si Pitung adalah penjajah Belanda,<br />

musuh Bang Idin adalah sampah.<br />

Sekitar 25 tahun lalu, hutan Sangga Buana<br />

masih berupa gunung sampah. Selama<br />

bertahun-tahun, sampah dari daerah Velbak,<br />

Kebayoran, dan sekitarnya selalu dibuang oleh<br />

pemerintah daerah ke tempat itu. Lama-lama<br />

sampah itu semakin menggunung, berbau busuk,<br />

dan meluber hingga ke Kali Pesanggrahan.<br />

Bang Idin, yang tinggal tak jauh dari gunung<br />

sampah itu, kesal bukan main.<br />

Sungai adalah dunia Bang Idin kecil dan teman-temannya.<br />

Mereka biasa mandi, memancing,<br />

dan bermain di sungai. Tetangganya biasa<br />

memanfaatkan air sungai untuk mencuci dan<br />

sebagainya. Gara-gara sampah, hilanglah dunia<br />

Bang Idin. Air sungai menjadi keruh, berbau<br />

busuk, dan penuh sampah. Tak ada lagi yang<br />

mau bermain, apalagi mandi dan mencuci di<br />

Kali Pesanggrahan.<br />

Bersama 17 temannya, dia menghadang dan<br />

menghalau pergi barisan truk yang berniat menimbun<br />

sampah di Pesanggrahan. Setelah truk<br />

sampah tak lagi datang, masih ada sisa sampah<br />

yang menggunung. Bersama temannya, dia<br />

memilah, menyingkirkan sampah, dan menanami<br />

lahan itu dengan aneka pohon.<br />

Selesai perkara Sama sekali belum. Setelah<br />

mengubah bukit sampah menjadi tempat hijau<br />

dan rindang, Bang Idin masih sering melihat<br />

tumpukan sampah hanyut di Kali Pesanggrahan.<br />

Dia penasaran betul, dari mana sumber<br />

sampah itu. Selama lima hari, dengan menum-<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

Yang membuat hutan<br />

ini pastilah bukan<br />

orang biasa dan<br />

‘gila’.<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

pang rakit gedebok pisang, Bang Idin dan teman-temannya<br />

menyusuri Kali Pesanggrahan<br />

dari daerah hulu di Bogor.<br />

Sepanjang perjalanan, dia terus mengomel.<br />

Kesal melihat daerah sepanjang Kali Pesanggrahan<br />

yang telah rusak, jengkel melihat kebiasaan<br />

buruk orang yang memperlakukan sungai<br />

sebagai tempat sampah raksasa.<br />

“Tapi marah saya bukan dengan teriak-teriak<br />

di Bundaran HI atau di Sudirman. Tapi dengan<br />

cara kerja, kerja, dan terus bekerja,” katanya.<br />

Berulang kali dia mencebur mengambil sampah,<br />

membongkar sampah yang menumpuk<br />

di pinggiran kali, bahkan menyelam. “Orangorang<br />

mengira saya sedang belajar ilmu hitam.”<br />

Menurut Bang Idin, ada yang salah dengan<br />

cara pandang orang mengenai sungai di Jakarta,<br />

juga mungkin kota-kota lain. “Gua kesal<br />

dengan cara pandang orang bahwa membangun<br />

itu hanya fisik.... Kalau banjir, sungai yang<br />

disalahkan. Bukan salah air dong, la jalan airnya<br />

mereka bikin rumah,” kata Bang Idin.<br />

Sekarang orang membangun kota dan rumah<br />

dengan membelakangi kali. Padahal, di negara<br />

maju, menurut Bang Idin, pembangunan dimulai<br />

dari kali dan menjadikan sungai sebagai pemandangan<br />

di depan rumah. “Ini menandakan<br />

bahwa masyarakat Indonesia saat ini sudah<br />

kehilangan karakter dan tak berbudaya. Menganggap<br />

sungai yang dulu dipercaya sebagai<br />

rumah Tuhan sebagai tempat pembuangan<br />

sampah,” katanya.<br />

Tanpa digaji, tak ada honor, juga tak ada yang<br />

menyuruh, hidup Bang Idin dihabiskan untuk<br />

menanam pohon dan membersihkan Kali<br />

Pesanggrahan dari sampah. Dia dan temantemannya<br />

hidup de ngan memilah, mengolah,<br />

dan mendaur ulang sampah-sampah menjadi<br />

kompos dan barang yang bernilai ekonomi.<br />

“Gua berjuang untuk kampung gua, buat Jakarta.<br />

Ya gitu saja. Enggak ada motivasi apa-apa,”<br />

kata Bang Idin, lugas.<br />

Walaupun suaranya lantang dan nadanya<br />

galak, Bang Idin tak berniat memusuhi siapa<br />

pun. Berulang kali berurusan dengan polisi<br />

juga tak membuatnya kecut. “Karena mental<br />

sang jawara, berperang itu bukan untuk membunuh,<br />

tetapi untuk menaklukkan. Jangankan<br />

memusuhi manusia, mengusir semut yang<br />

sedang mengambil makan saja saya tak tega,”<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

kata penyuka musik orkes Melayu ini.<br />

Suatu pagi buta pada 1996, Bang Idin ditangkap<br />

bak seorang teroris. Ia ingat bagaimana<br />

lima truk tentara menggiringnya ke markas<br />

mereka lantaran beberapa hari sebelumnya<br />

ia membongkar paksa beton di bantaran kali<br />

yang ternyata milik salah seorang pejabat. Bang<br />

Idin tak gentar. Kali lain, dia menggantungkan<br />

berkarung-karung sampah di pagar rumah seorang<br />

pejabat yang membuang sampahnya<br />

sembarangan.<br />

Saat diinterogasi dan ditanya siapa yang<br />

membayarnya dan menanyakan SK, anak<br />

pertama dari tiga bersaudara ini menjawab<br />

lantang. “Saya jawab kalau SK saya datang<br />

dari langit,” kata Bang Idin. “Saya hanya ingin<br />

seperti setitik embun yang punya nilai di padang<br />

pasir. Saya tak punya pamrih.”<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

Ada yang menugasi atau tidak, ada yang<br />

memberi penghargaan atau tidak, bagi Bang<br />

Idin sama sekali tak penting. Dia terus menanam<br />

pohon. Supaya tidak menggerutu terus<br />

karena kiriman sampah dan banjir dari hulu,<br />

dia bekerja sama dengan temannya di Bogor<br />

menanam bambu di atas lahan seluas 20 hektare<br />

di Megamendung, di kaki kawasan Puncak.<br />

Tujuannya supaya tanah kosong tak terus<br />

dikuasai para pemilik vila. “Kita tidak bisa hanya<br />

menyalahkan, tapi bagaimana juga bisa berbuat<br />

sesuatu,” katanya, bijak. ■ KUSTIAH, ISFARI HIKMAT<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INSPIRING PEOPLE<br />

BIODATA<br />

H CHAIRUDIN<br />

LAHIR<br />

Jakarta, 13 April 1952<br />

SEKOLAH<br />

● Tidak lulus sekolah dasar<br />

PENGHARGAAN:<br />

● Kalpataru dari Kementerian Lingkungan<br />

Hidup, 2013.<br />

● Penyelamatan Air Sektor Masyarakat<br />

dari Departemen Permukiman dan<br />

Prasarana Wilayah, 2003.<br />

● Penghargaan Internasional Dubai untuk<br />

kategori “Best Practice”, Februari 2000.<br />

● Pemenang I Puncak Penghijauan dan<br />

Konservasi Alam Nasional (PPKAN) ke-41<br />

Tingkat Provinsi DKI Jakarta, Desember<br />

2001.<br />

● Piagam Penghargaan Kalpataru 2000<br />

Tingkat Provinsi DKI Jakarta sebagai Penyelamat<br />

Lingkungan, 2000.<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015<br />

MAJALAH DETIK 919 - 15 - 25 FEBRUARI JANUARI 2015


FOKUS<br />

JURUS<br />

MABUK<br />

MANTAN<br />

TEMAN OPENG<br />

BUKAN CUMA HASTO DAN POLISI,<br />

DUA SAHABAT ABRAHAM SAMAD<br />

DI MAKASSAR IKUT-IKUTAN<br />

MELEMPAR SERANGAN. “APAKAH<br />

DIBELI ORANG TERTENTU”<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Tap untuk melihat<br />

Video<br />

babak-belur difitnah sama<br />

sahabat ini,” begitu curhat Abraham<br />

Samad. “SAYA<br />

Sahabatnya, Kiblat Said, yang<br />

mendapat curhat itu, lantas memberikan saran,<br />

“Kamu yang sabar saja, karena perjuangan itu<br />

pasti ada pengkhianatnya.”<br />

Kiblat sudah lama kenal dengan Abraham.<br />

Ia bekerja sebagai wartawan di surat kabar<br />

nasional di Makassar, sedangkan Abraham<br />

meniti karier dari LSM Anticorruption Committee<br />

hingga pengacara di kota itu. Kiblat sering<br />

mampir ke kantor Abraham. Abraham, yang sering<br />

dipanggil dengan sebutan Openg, curhat<br />

kepada Kiblat tidak lama setelah dua sahabatnya<br />

asal Makassar, Supriansa dan Zainal Tahir,<br />

menyerang kredibilitasnya di tengah panasnya<br />

perseteruan Komisi Pemberantasan Korupsi<br />

dengan Mabes Polri. Abraham heran karena<br />

mereka bertiga sebelumnya rukun, bahkan<br />

sempat ke Tanah Suci Mekah bersama-sama.<br />

Abraham tidak putus digempur masalah<br />

setelah menetapkan Komisaris Jenderal Budi<br />

Gunawan, calon Kepala Polri yang dijagokan<br />

Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan<br />

Partai Nasional Demokrat, sebagai tersangka<br />

kasus suap sehari sebelum menjalani fit and<br />

proper test di DPR.<br />

Polisi, dalam waktu tidak lama dari penetapan<br />

tersangka Budi itu, lantas membidik Abraham<br />

dan pimpinan KPK lainnya dengan sejumlah kasus.<br />

Yang terbaru adalah kasus dugaan pemalsuan<br />

dokumen. Pelaporan kasus ini berliku-liku.<br />

Seorang perempuan bernama Feriyani Lim<br />

melaporkan Abraham dalam kasus pemalsuan<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Abraham Samad, Supriansa<br />

(kiri), dan Zainal Tahir (kanan)<br />

saat umrah bersama.<br />

DOK. DETIKNEWS<br />

dokumen ke Mabes Polri pada Minggu, 1 Februari<br />

2015, malam. Ia mengaku “terpaksa”<br />

melaporkan Abraham karena takut dipenjara 6<br />

tahun setelah dijadikan tersangka dalam kasus<br />

yang sama.<br />

Chairil Chaidar Said dari sebuah LSM melaporkan<br />

Feriyani ke Mabes Polri pada 29 Januari.<br />

Siapa Chairil Hingga kini sosoknya masih<br />

gelap. Tapi dialah yang memberi kesaksian<br />

bahwa dokumen paspor atas nama Feriyani<br />

Lim diduga palsu.<br />

Kartu tanda penduduk dan kartu keluarga<br />

yang didaftarkan sebagai pengantar permohonan<br />

paspor oleh Aling—sapaan akrab Feriyani<br />

Lim—ditandatangani oleh Camat Panakkukang<br />

Imran Samad, kakak Abraham. Nah,<br />

di dokumen itu, nama Feriyani masuk dalam<br />

kartu keluarga Abraham.<br />

Dalam paspor keluaran 2007 itu, Feriyani<br />

ditulis beralamat di Jalan Boulevard Ruby II<br />

Nomor 48 RT 003 RW 005, Kecamatan Panakkukang,<br />

Makassar. Data orang tua Feriyani<br />

ditulis Ngadiyanto dan Hariyanti. Pelapor dan<br />

kepolisian menduga itu adalah rumah keluarga<br />

Samad.<br />

Alamat tersebut ternyata palsu. Di Jalan Boulevard<br />

Ruby, tidak ada rumah tinggal. Yang ada<br />

hanya ruko. Pihak kelurahan menyebut tidak<br />

ada nama Feriyani maupun Abraham Samad di<br />

wilayah tersebut.<br />

Sedangkan identitas asli Aling beralamat di<br />

Apartemen Kusuma Candra Tower 3/22-K, Senayan,<br />

Jakarta. Nama ayahnya adalah Ng Chiu<br />

Bwe dan ibunya bernama Miaw Tian.<br />

Chairil mendaftarkan dua terlapor, yakni<br />

Abraham Samad sebagai kepala keluarga pada<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Klien kita merasa, ‘Saya<br />

cuma bikin paspor, cuma tahu<br />

terima beres, kok tiba-tiba<br />

saya sampai dilaporin polisi,<br />

salah saya apa<br />

Pengacara Feriyani Lim, Haris<br />

Septiansyah.<br />

BAHTIAR/MAJALAH DETIK<br />

kartu keluarga Aling sesuai dengan dokumen<br />

paspor dan Aling. Setelah mempelajari kasus<br />

itu, Mabes Polri lantas melimpahkannya ke<br />

Polda Sulawesi Selatan Barat.<br />

Pengacara Aling, Haris Septiansyah, mengaku<br />

kliennya sudah duduk sebagai tersangka.<br />

“Klien kita merasa, ‘Saya cuma bikin paspor,<br />

cuma tahu terima beres, kok tiba-tiba saya<br />

sampai dilaporin polisi, salah saya apa,’” kata<br />

Aling ditirukan Haris.<br />

Aling mengaku tidak tahu-menahu soal<br />

pemalsuan dokumen itu. Perempuan kelahiran<br />

Pontianak dan kemudian tinggal di Jakarta itu<br />

memutuskan membuat paspor di Makassar<br />

karena saran seorang pria yang<br />

biasa dipanggil Awi, yang mungkin<br />

merupakan calo. “Siapa nama lengkap<br />

Awi ini klien saya tidak tahu, mungkin<br />

nama panggilan saja,” cerita Haris.<br />

Saat itu, pada 19 Februari 2007,<br />

Aling bingung karena mendadak harus pergi<br />

ke Kuala Lumpur, Malaysia, pada 26 Februari<br />

2007. Kakak Aling, Eka, yang menikah dengan<br />

orang Brunei Darussalam, tinggal di Malaysia.<br />

Awi menyarankan Aling untuk mengajukan<br />

permohonan paspor dari Makassar. Namun,<br />

karena Awi tidak mampu menyelesaikan secara<br />

cepat, proses ini kemudian diurus oleh orang<br />

lain bernama Uki di Makassar.<br />

Aling kemudian diajak berkenalan dengan<br />

seorang pria berinisial AS, yang kala itu berprofesi<br />

sebagai pengacara di Makassar. Lewat<br />

bantuan AS ini, mereka dapat menyelesaikan<br />

pembuatan paspor dalam dua hari.<br />

Haris heran, kepolisian justru baru mempermasalahkan<br />

keabsahan paspor itu saat ini, lima<br />

tahun kemudian. “Selama 2007 ke 2012, kalau<br />

paspor 5 tahun, itu ya dipakai terus ke manamana,<br />

enggak ada masalah,” ujarnya.<br />

Setelah berkonsultasi dengan pengacara,<br />

Aling lantas melaporkan orang-orang yang<br />

membantunya membuat paspor secara kilat<br />

itu, Uki dan Abraham, ke polisi.<br />

Keesokan hari setelah laporan Aling itu, sebuah<br />

akun di Twitter dengan nama @patungpolisi<br />

mengunggah foto-foto Aling dan foto pria mirip<br />

Abraham Samad bersama perempuan yang<br />

disebut sebagai Aling sedang di ranjang. “Abra-<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Zainal Tahir saat memberi<br />

keterangan soal foto mesum<br />

mirip Abraham Samad kepada<br />

Komisi III DPR RI.<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

ham Samad tuduh saya fitnah beliau. Belum<br />

tahu, Feriyani Lim sudah ke Mabes Polri hari ini<br />

minta perlindungan dan beri kesaksian” cuit<br />

akun itu.<br />

Dalam dua foto pria mirip Abraham dan mirip<br />

Feriyani, @patungpolisi mencuit, “Dua gambar<br />

ini capture dari video yang dapat dibuka sewaktu-waktu.<br />

Abraham Samad, nasib anda di<br />

tangan anda.”<br />

Dua hari kemudian, Zainal ujug-ujug menggelar<br />

jumpa pers mengaku sebagai pihak yang<br />

memotret foto mesra tersebut. Zainal mengaku<br />

lelaki dalam foto itu adalah Abraham.<br />

Ia mengabadikannya ketika kolega LSM se-Makassar<br />

tengah berkumpul di sebuah kamar Grand<br />

Clarion Hotel di Jalan A.P. Pettarani Nomor 3,<br />

Makassar, pada 23-24 Februari 2007.<br />

“Saya sama AS (Abraham Samad) datang ke<br />

situ. Tiba-tiba dia melompat naik tempat tidur,<br />

masuk selimut, iseng-iseng saya foto,” ujarnya<br />

ketika memberikan jumpa pers di Restoran<br />

Pulau Dua, Senayan, Jakarta.<br />

Saat itu Zainal memiliki tiga telepon seluler.<br />

Adegan mesra itu ia abadikan melalui salah satu<br />

teleponnya, Nokia seri E90. Ponsel ini hilang<br />

ketika ia bertandang ke Senayan City, Jakarta,<br />

pada 2012. Namun foto itu sudah ditransfer ke<br />

e-mail pribadinya.<br />

Zainal menyatakan tidak pernah menyebarluaskan<br />

foto tersebut. Namun ia sering<br />

memamerkan foto itu kepada sejumlah rekan<br />

politiknya. Wakil Sekretaris Dewan Pimpinan<br />

Wilayah NasDem Sulawesi Selatan Dahlan<br />

Gege mengaku foto itu pernah dipamerkan<br />

Zainal pada akhir 2013. Saat itu, partainya te-<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Kepala Dinas Kependudukan dan<br />

Catatan Sipil Kota Pontianak,<br />

Suparma, menunjukkan data<br />

kependudukan Feriyani Lim.<br />

ADI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

ngah sibuk-sibuknya menjaring calon legislator.<br />

Zainal turut mendaftar sebagai bakal calon<br />

legislator.<br />

Zainal sengaja mengumpulkan beberapa rekan<br />

separtai untuk melihat foto itu. Dahlan hanya<br />

melihatnya sekilas. “Jadi saat itu ada acara,<br />

hanya beberapa orang yang tahu. Ya, kami<br />

tertawa saja karena memang hanya candaan,”<br />

tuturnya.<br />

Anggota Komisi III dari Fraksi Partai NasDem,<br />

Akbar Faizal, menyatakan hal yang sama. Foto<br />

itu dilihatnya sekitar dua tahun lalu. Kebetulan<br />

Akbar berasal dari daerah pemilihan Sulawesi<br />

Selatan II, yang berdekatan dengan Makassar.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Doa bersama tokoh lintas<br />

agama mendukung KPK di<br />

Jakarta.<br />

HASAN ALHABSY/DETIKCOM<br />

Namun pengakuan Zainal ini janggal. Nokia seri<br />

E90 baru diluncurkan di Barcelona, Spanyol, pada<br />

11 Februari 2007. Telepon ini tiba pertama kali di<br />

Jakarta pada 17 Mei 2007, dilelang dengan harga<br />

US$ 5.000 atau setara dengan Rp 45 juta.<br />

Feriyani sendiri, kata Zainal, merupakan seorang<br />

perempuan kenalan Abraham. Zainal<br />

baru kenal beberapa saat sebelum pemotretan<br />

itu di sebuah mal di kawasan Black Canyon, Makassar.<br />

Saat itu Abraham mengatakan Feriyani<br />

adalah seorang teman yang meminta bantuan<br />

untuk dibuatkan paspor.<br />

Pihak Feriyani membantah keras atas foto<br />

yang diaku oleh Zainal itu. Haris menyatakan<br />

kliennya tidak pernah memiliki hubungan sedekat<br />

itu dengan Abraham.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Pelaksana Tugas Sekretaris<br />

Jenderal PDIP Hasto<br />

Kristiyanto.<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

“Mengenai gosip foto, klien kami<br />

dengan tegas mengatakan enggak<br />

pernah ada foto itu,” ujarnya.<br />

Mereka hanya bertemu dua kali,<br />

perkenalan di tempat makan dan di<br />

tempat pembuatan paspor.<br />

Kakak Feriyani, Fendy Lim, juga<br />

menilai foto yang diakui Zainal<br />

tersebut rekayasa. “Itu saya enggak<br />

percaya. Bohong itu,” ujarnya.<br />

Hal yang sama juga disampaikan<br />

Abraham. Ia menyatakan tim forensik<br />

KPK sudah melakukan penyidikan<br />

dan foto itu, seperti sebelumnya<br />

foto mirip Abraham dengan Puteri<br />

Indonesia Elvira Devinamira, merupakan<br />

rekayasa. "Saya dibesarkan dalam keluarga<br />

yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral,"<br />

ujar Abraham.<br />

Bukan hanya Zainal yang mempersulit Abraham.<br />

Kolega asal Makassar lainnya, Supriansa,<br />

juga membuat pengakuan yang menyudutkan<br />

Abraham.<br />

Anca—sebutan akrab Supriansa—memperkuat<br />

olok-olok terhadap Abraham sebagai lelaki<br />

dengan ambisi politik besar seperti ditudingkan<br />

Pelaksana Tugas Sekretaris Jenderal PDIP Hasto<br />

Kristiyanto.<br />

Ia menyebutkan Abraham ingin menjadi calon<br />

wakil presiden berdampingan dengan Joko<br />

Widodo. Untuk memenuhi ambisinya jadi cawapres,<br />

Abraham melakukan enam kali pertemuan<br />

dengan tokoh PDI Perjuangan. Salah satu lokasi<br />

pertemuan adalah di apartemen Anca.<br />

Setelah keluarnya pengakuan Hasto inilah<br />

Anca unjuk bicara. Lelaki yang kini meniti<br />

karier sebagai konsultan hukum ini mengaku<br />

apartemen tempat pertemuan itu miliknya.<br />

“Pertemuan ada Hasto dan Tjahjo Kumolo.<br />

Pertemuan itu dua kali. Saya tidak ikut pertemuan,”<br />

tuturnya.<br />

Pengakuan Anca membuat kasus penyalahgunaan<br />

kewenangan yang menjerat Abraham<br />

bergulir kian kencang. Anca turut diperiksa oleh<br />

penyidik Bareskrim Mabes Polri.<br />

Perilaku Zainal dan Anca ini membuat Kiblat<br />

mengelus dada. Ia menduga keduanya hanya<br />

memanfaatkan keadaan. Maklum, mereka tidak<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Jauh-jauh kau, Bos (Zainal Tahir). Kau<br />

caleg. (Sedangkan Abraham Ketua KPK)<br />

Tidak enak (kalau) dilihat orang.<br />

seberuntung Abraham dalam meniti karier.<br />

“Sampai sekarang tidak ada yang bisa menjawab<br />

apa yang ada di benak Zainal. Apakah itu<br />

dibeli orang tertentu Kenapa ada orang yang<br />

mengaku sahabat kok mengkhianati persahabatan<br />

itu,” ujar Kiblat.<br />

Rekan Abraham dan Zainal di Makassar, Tomi<br />

Lebang, menduga Zainal menyimpan dendam<br />

kepada Abraham. Ia sakit hati karena tidak diperlakukan<br />

dengan baik oleh Abraham.<br />

Pada 2013, Abraham<br />

sempat menampik kehadiran<br />

Zainal dalam<br />

sebuah pertemuan di<br />

Makassar. Penolakan<br />

Abraham disampaikan<br />

melalui pesan singkat ponsel seorang rekan<br />

aktivis kepada Zainal.<br />

Lantas, pada 2014, Zainal mencoba peruntungan<br />

politiknya dengan menjadi caleg Nas-<br />

Dem. Upayanya mendekati Abraham pun ditampik<br />

keras. Alasannya, Zainal duduk sebagai<br />

caleg, sehingga Abraham sebagai ketua KPK<br />

harus menjaga jarak.<br />

“Jauh-jauh ko kau, Bos. Kau caleg. Tidak enak<br />

(aku) dilihat orang,” kata Abraham seperti diceritakan<br />

Zainal kepada Tomi.<br />

Bahkan, saat melayat ke pemakaman ibu<br />

salah satu tokoh Makassar pada 2014, keduanya<br />

tidak berjalan beriringan. Abraham naik<br />

mobil bersama rekan-rekan, sedangkan Zainal<br />

memilih berjalan kaki.<br />

Sementara itu, Direktur Anticorruption Committee<br />

Abdul Mutholib mencatat hubungan<br />

Abraham dengan Anca tidak begitu dekat. Anca<br />

terkenal sebagai pengacara yang sering membekingi<br />

pengusaha di Makassar. Sedangkan Abraham<br />

lebih khusyuk dengan permasalahan antikorupsi.<br />

“Mungkin mereka berteman, tetapi tidak<br />

akrab,” tuturnya.<br />

Anca tercatat sebagai pendukung Abraham<br />

ketika pilpres 2014. Namun beberapa aktivis<br />

pernah memberi pesan kepada Abraham agar<br />

tidak terlalu dekat dengan Anca. Abraham pun<br />

sedari dulu menjaga jarak.<br />

●●●<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Pejalan kaki melintas di dekat<br />

spanduk yang berisi dukungan<br />

untuk KPK di Perempatan<br />

Gondomanan, Yogyakarta,<br />

Selasa (3/2). Dukungan<br />

penyelamatan KPK dari<br />

masyarakat terus mengalir agar<br />

tidak terjadi kasus Cicak Vs<br />

Buaya jilid 2.<br />

NOVERADIKA /ANTARA<br />

Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri<br />

Komjen Budi Waseso menyebutkan penyidiknya<br />

masih mendalami beberapa kasus yang<br />

menjerat Abraham. Kakak Abraham, Imran Samad,<br />

pun sudah diperiksa. Namun Ketua KPK<br />

itu belum berstatus tersangka.<br />

Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud<br />

Md. menilai kasus pemalsuan dokumen yang<br />

ditudingkan kepada Abraham terlalu sepele. Pemalsuan<br />

tersebut bukan serius pemalsuan yang<br />

merugikan orang lain. “Harus dibedakan antara<br />

mala in se dengan mala prohibita,” kata Mahfud.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Mahfud Md. usai bertemu<br />

pimpinan KPK membahas kisruh<br />

KPK-Polri 6/02/2015.<br />

ANTARA<br />

Mala in se adalah melakukan tindakan hukum<br />

melanggar aturan resmi dan aturan dalam masyarakat.<br />

Sedangkan mala prohibita ialah orang<br />

melanggar aturan tapi sebenarnya tidak ada<br />

yang dirugikan.<br />

Banyak orang melakukan pemalsuan data<br />

kartu keluarga, KTP, ataupun paspor untuk menolong<br />

orang atau sekadar kepraktisan. Mahfud,<br />

misalnya, mengaku pernah memasukkan<br />

nama pembantunya dalam KK-nya.<br />

“Begitu-begitu kalau dijadikan pidana yang<br />

serius menimbulkan kesan kriminalisasi,” kata<br />

Mahfud. ■<br />

MONIQUE SHINTAMI, BAHTIAR RIFAI, ISFARI HIKMAT | ARYO BHAWONO<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

JERAT KASUS<br />

YANG MELUMPUHKAN KPK<br />

KPK terancam kehilangan semua<br />

komisionernya. Setelah Wakil Ketua<br />

KPK Bambang Widjojanto mengundurkan<br />

diri karena ditetapkan sebagai<br />

tersangka kasus kesaksian palsu, ketiga<br />

koleganya berpotensi nonaktif jika<br />

ikut dijadikan tersangka. “Ya, kalau<br />

soal tersangka, itu nanti. Tapi, artinya,<br />

arah ke sana sudah ada,” kata Kepala<br />

Badan Reserse Kriminal Mabes Polri<br />

Komisaris Jenderal Budi Waseso.<br />

Berikut ini perjalanan kasus yang<br />

membelit keempat petinggi KPK yang<br />

dianggap banyak kalangan merupakan<br />

kriminalisasi sebagai balasan atas<br />

ditetapkannya calon Kapolri, Komisaris<br />

Jenderal Budi Gunawan, sebagai<br />

tersangka kasus gratifikasi.<br />

Kasus:<br />

1. PEMALSUAN DOKUMEN<br />

Dugaan pemalsuan dokumen kependudukan<br />

atas nama Feriyani Lim di Kecamatan<br />

Panakkukang, Makassar, pada 2007<br />

Dilaporkan:<br />

• Chairil Chaidar Said (29 Januari 2015)<br />

Mengaku sebagai aktivis LSM di Makassar.<br />

• Feriyani Lim (2 Februari 2015)<br />

Pengusaha butik<br />

Kata Samad:<br />

Belum ada komentar soal kasus ini.<br />

ABRAHAM<br />

SAMAD<br />

Status kasus:<br />

Dilimpahkan ke Polda Sulawesi Selatan.<br />

2. PENYALAHGUNAAN WEWENANG<br />

Dugaan melanggar UU KPK dengan<br />

menawarkan bantuan meringankan hukuman<br />

buat tersangka korupsi Izedrik Emir Moeis<br />

pada 2014<br />

Dilaporkan:<br />

M. Yusuf Sahide (22 Januari 2015)<br />

Ketua KPK Watch, lulusan Fakultas Hukum<br />

Universitas Hasanuddin. Laporannya hanya<br />

berbekal cetakan artikel berjudul “Rumah<br />

Kaca Abraham Samad” dari Internet.<br />

Kata Samad:<br />

“Saya sama sekali tidak pernah<br />

menjanjikan atau membantu penanganan<br />

salah satu kasus yang sedang ditangani<br />

KPK.”<br />

Status:<br />

Bareskrim Polri menerbitkan surat perintah<br />

penyelidikan.<br />

BAMBANG<br />

WIDJOJANTO<br />

Kasus:<br />

KESAKSIAN PALSU<br />

Dugaan mengarahkan keterangan palsu<br />

para saksi dalam sidang sengketa pilkada<br />

Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah, di<br />

Mahkamah Konstitusi pada 2010. Sempat<br />

dilaporkan ke polisi pada 2010, tapi dicabut<br />

pada 2012.<br />

Dilaporkan:<br />

Sugianto Sabran (19 Januari 2015)<br />

Calon Bupati Kotawaringin Barat, mantan<br />

anggota Fraksi PDIP DRPD RI, dan dipenjara<br />

dengan hukuman percobaan penjara satu<br />

setengah bulan akibat penganiayaan aktivis<br />

yang menyelidiki kasus pembalakan liar<br />

perusahaannya, Tanjung Lingga Group.<br />

Kata Bambang:<br />

“Saya merasa dizalimi, ada<br />

rekayasa.”<br />

Status kasus:<br />

Bareskrim Polri menetapkan Bambang<br />

sebagai tersangka.<br />

Kasus:<br />

PERAMPASAN SAHAM DAN ASET<br />

Diduga terlibat merekayasa pengambilalihan<br />

kepemilikan saham dan aset PT Daisy<br />

Timber saat perusahaan mengalami<br />

dualisme kepemilikan. Adnan dituding<br />

membuat akta perusahaan palsu dan<br />

menggelar RUPS tidak sah. Sempat<br />

dilaporkan pada 2008 dan 2009 di<br />

Kalimantan Timur, tapi penyelidikannya tidak<br />

berlanjut.<br />

Dilaporkan:<br />

Mukhlis Ramlan (24 Januari 2015)<br />

Mewakili pemilik PT Teluk Sulaiman, Muiz<br />

Murad, yang mengklaim punya 60 persen<br />

saham PT Daisy Timber. Mantan aktivis HMI<br />

dan calon legislator DPRD Kalimantan Timur<br />

dari Partai Hanura pada Pemilu 2009.<br />

ADNAN PANDU<br />

PRAJA<br />

Kata Adnan:<br />

“Ini rekayasa.”<br />

Status kasus:<br />

Bareskrim Polri menerbitkan surat perintah<br />

penyelidikan.<br />

ZULKARNAIN<br />

Kasus:<br />

SUAP<br />

Diduga pada 2010 menerima suap Rp 5 miliar<br />

saat menjabat Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa<br />

Timur dengan balasan menyetop penyidikan<br />

terhadap pejabat Pemerintah Provinsi Jawa<br />

Timur dalam kasus dugaan korupsi dana<br />

hibah Program Penanganan Sosial-Ekonomi<br />

Masyarakat (P2SEM) Jawa Timur 2008.<br />

Pelapor mengadukan kasus ini ke KPK pada<br />

2013 dan 2014.<br />

Dilaporkan:<br />

Fathorrasjid (28 Januari 2015)<br />

Ketua Aliansi Masyarakat Jawa Timur,<br />

mantan Ketua DPRD Jawa Timur, dan<br />

politikus PKNU yang divonis penjara empat<br />

tahun dalam kasus korupsi P2SEM. Bebas<br />

pada Desember 2013.<br />

Kata Zulkarnain:<br />

“Tidak benar dan tidak<br />

logis. Kalau ada informasi<br />

negatif, perlu telusuri sumber<br />

informasinya apakah bisa<br />

dipercaya atau tidak.”<br />

Status:<br />

Bareskrim Polri menerbitkan surat perintah<br />

penyelidikan.<br />

OKTA WIGUNA | INFOGRAFIS: MINDRA PURNOMO<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

SISI GELAP<br />

SI CINDERELLA<br />

FERIYANI BIKIN KAGET ORANG-ORANG<br />

DEKATNYA. MENDADAK MODIS DAN<br />

TAJIR. PUNYA TIGA BUTIK, GAUL DI<br />

KALANGAN SOSIALITA DAN SELEBRITAS.<br />

SIAPA YANG MENYULAPNYA<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Feriyani Lim (kiri) bersama artis<br />

Syahrini (kanan) saat berlibur<br />

ke New York, Amerika Serikat,<br />

pada 2014.<br />

RUSMAN JHONY/DETIKCOM<br />

GADIS Tionghoa itu baru berumur<br />

sekitar 19 tahun ketika pertama kali<br />

menginjakkan kaki di Jakarta. Tak<br />

punya banyak kenalan di Ibu Kota,<br />

gadis dari Pontianak itu mantap dengan citacitanya<br />

membuka butik.<br />

Gadis itu bernama Feriyani Lim. Joe, seorang<br />

teman masa kecil Feriyani, mengenang<br />

sahabatnya itu mengontaknya pada 2005 dan<br />

minta bantuannya. Sang teman memang lebih<br />

dulu datang ke Jakarta untuk berkuliah. “Cariin<br />

gue rumah dong,” kata Feriyani saat itu, seperti<br />

ditirukan temannya, kepada majalah detik.<br />

Sedari dulu Feriyani memang dikenal sangat<br />

gemar mode dan berdandan. Maka berangkatlah<br />

Joe, Feriyani, dan seorang teman perempuan<br />

Feriyani berkeliling mencari rumah kontrakan<br />

dan kios.<br />

Berkeliling Jakarta dengan hanya bercelana<br />

pendek, Feriyani akhirnya memilih Wisma<br />

Mangga Besar, Jakarta Pusat, yang pas dengan<br />

kantongnya. Setelah itu, Joe tidak banyak tahu<br />

lagi soal kehidupan Feriyani di Jakarta.<br />

Karena itu, ia kaget saat Feriyani ramai diberitakan<br />

dalam kasus dugaan pemalsuan dokumen<br />

dan foto mesum yang menyerang Ketua<br />

Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad.<br />

Foto itu pertama kali diunggah oleh akun<br />

Twitter @patungpolisi.<br />

Akun yang sama juga menyebut Feriyani<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Ruko milik keluarga<br />

Feriyani Lim di Gang<br />

Suez Dalam, Pontianak,<br />

Kalimantan Barat.<br />

ADI SAPUTRO/DETIKCOM<br />

punya butik, bergaul di kalangan sosialita,<br />

berpenampilan modis, dan gemar belanja ke<br />

mancanegara. Penggambaran yang jauh sekali<br />

dari gadis yang dikenal Joe. “Dia itu dulu masih<br />

cupu (culun punya) dan dari keluarga sederhana,”<br />

kata Joe.<br />

Joe mengingat, Feriyani sering bolos sekolah,<br />

bahkan sempat tidak naik kelas. Berbeda dengan<br />

cerita pengacara Feriyani, Haris Septiansyah,<br />

yang menyebut kliennya sempat berkuliah<br />

di Taiwan, Joe meyakini kawannya itu tidak<br />

sampai lulus SMA.<br />

“Sebab, di Kalimantan memang kayak gitu,<br />

kesadaran untuk sekolahnya masih rendah,”<br />

kata Joe. “Mereka lebih berpikir dagang dan<br />

bisnis.”<br />

Meski sering diejek karena tidak naik kelas,<br />

bukan berarti Feriyani tak populer. Bahkan, di<br />

sekolah dan di antara teman sepermainannya<br />

di Pontianak, Feriyani memang yang paling<br />

cantik dan banyak yang menaksir.<br />

Feriyani lahir di Pontianak pada 5 Februari<br />

1986 dan menghabiskan masa kecilnya di kota<br />

asalnya itu. Ia tinggal di Gang Suez Dalam,<br />

Kelurahan Benua Melayu Darat, Pontianak,<br />

Kalimantan Barat.<br />

Rumah itu berada di pusat Kota Pontianak,<br />

tak jauh dari Mal Ramayana. Seperti bangunan<br />

yang berbaris di kiri dan kanannya, tempat<br />

tinggal Feriyani adalah rumah-toko tanpa<br />

halaman depan dan pagar, sehingga langsung<br />

menempel dengan jalan yang bisa dilalui dua<br />

mobil.<br />

Saat disambangi pada Rabu, 4 Februari 2015,<br />

ruko dua lantai bercat krem itu tidak berpenghuni.<br />

Para tetangga menceritakan rumah itu<br />

sudah lama kosong tetapi tidak dijual ataupun<br />

disewakan.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Dia itu<br />

dulu masih<br />

cupu<br />

dan dari<br />

keluarga<br />

sederhana.<br />

Hanya sesekali keluarga Feriyani datang, yakni<br />

saat Imlek atau pada hari ritual sembahyang<br />

kubur. Mereka biasa mampir ke rumah untuk<br />

menggelar hajatan dan berdoa.<br />

Warga Gang Suez Dalam yang mengenal<br />

Feriyani kecil dengan panggilan Aling itu<br />

mengaku kaget melihat penampilan modis dan<br />

glamor Feriyani dalam pemberitaan. Namun<br />

mereka memilih menutup mulut ketika ditanya<br />

soal perempuan itu dan keluarganya.<br />

Ketua RT setempat, Rida, menjelaskan Feriyani<br />

semasa kecil tinggal bersama orang tua,<br />

dua kakak perempuan, dan satu kakak lelaki.<br />

“Setelah menamatkan sekolah, tak diketahui<br />

keberadaannya karena pindah ke Jakarta dan<br />

tidak pernah lapor ke saya,” ujarnya.<br />

Ayah Feriyani, Ng Chiu Bwe, dan ibunya yang<br />

bernama Lim Miaw Tian disebut-sebut sempat<br />

berjualan bahan kebutuhan pokok di daerah<br />

Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan<br />

Barat. Namun usia lanjut membuat mereka<br />

berhenti dan pindah ke Jakarta mengikuti ketiga<br />

anaknya, Aping, Fendy Lim, dan Feriyani.<br />

Kakak tertua Feriyani, Eka, yang menikah<br />

dengan pengusaha asal Brunei Darussalam,<br />

sempat menjadi tulang punggung keluarga.<br />

Setelah bercerai, Eka dan anaknya menyusul ke<br />

Ibu Kota.<br />

Lurah Benua Melayu Barat, Fransiskus X. Ijuk,<br />

mengatakan Feriyani masih ada dalam catatan<br />

kantornya. “Sejauh ini pihak kelurahan tidak<br />

pernah mengeluarkan surat apa pun terkait<br />

kepindahan Feriyani Lim,” ujarnya.<br />

Sementara itu, Kepala Dinas Kependudukan<br />

dan Catatan Sipil Pemerintah Kota Pontianak,<br />

Suparma, menjelaskan Feriyani telah tercatat<br />

sebagai warga Kebayoran Baru, Jakarta. Namun<br />

kepindahan itu, kata dia, tidak mengikuti<br />

prosedur yang benar.<br />

lll<br />

Joe bercerita ia bak bertemu dengan Cinderella<br />

ketika pada 2012 bertemu lagi dengan<br />

Feriyani di Mal Grand Indonesia, Jakarta. Feriyani,<br />

yang dulu berpenampilan sekenanya, kini<br />

berbaju modis dengan riasan tebal.<br />

Namanya pun bukan lagi Feriyani, melainkan<br />

Fransisca. Ditanya alasan berganti nama, Feriyani<br />

hanya tertawa.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Butik Dress Me Darling milik<br />

Feriyani Lim di ITC Mangga<br />

Dua, Jakarta.<br />

YUDHI MAHATMA/ANTARA<br />

Sementara dulu minta diantar G keliling<br />

Jakarta, kali ini Feriyani wira-wiri diantar sopir.<br />

Seingat Joe, saat itu mobilnya Honda Freed<br />

berwarna putih.<br />

Ketika mengobrol itu, Feriyani mengeluh<br />

baru saja kehilangan Rp 200 juta akibat bermain<br />

Forex. Ia mengaku kapok bermain uang<br />

seperti itu.<br />

Lewat pertemuan itu jugalah Joe baru tahu<br />

bahwa Feriyani dulu tak sekadar sesumbar<br />

ingin punya butik. Rupanya niatan itu diwujudkan<br />

dengan membuka toko Dress Me Darling<br />

di Mal ITC Mangga Dua.<br />

Toko baju yang berada di lantai 4 Blok C<br />

Nomor 11 de ngan luas sekitar 8 meter persegi<br />

itu mengklaim hanya menjual pakaian impor.<br />

Dagangannya dibanderol mulai Rp 500 ribu<br />

dan termahal Rp 700 ribu.<br />

Menurut pegawai toko, bos mereka dikenal<br />

dengan dua nama, Fransisca Lim dan Feriyani<br />

Lim. Kasir toko ini, pria Tionghoa paruh baya<br />

yang enggan menyebutkan namanya, mengaku<br />

masih kerabat Feriyani. “Iya, ini butiknya (Feriyani),<br />

tapi dia sudah lama tidak datang,” ujarnya.<br />

Satu lantai di atas butik Dress Me Darling,<br />

yang tutup sejak Kamis, 5 Februari 2015, itu,<br />

ada toko baju milik kakak Feriyani, Fendy Lim.<br />

Fendy membenarkan butik itu milik adiknya<br />

dan sebelumnya Feriyani juga punya toko di<br />

lantai lima tapi sudah tutup.<br />

Menurut Fendy, selain di Mangga Dua itu,<br />

Feriyani juga punya toko di beberapa mal di<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Apartemen Kusuma Candra<br />

di kawasan SCBD, Jakarta<br />

Selatan. Unit dua kamar<br />

yang ditempati Feriyani biaya<br />

sewanya mencapai Rp 29 juta<br />

per bulan.<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

Jakarta. Orang-orang dekat Feriyani menyebut<br />

gadis itu punya butik di Mal Ambassador dan<br />

satu di mal dekat Bundaran Hotel Indonesia.<br />

Bisnis inilah yang meroketkan Feriyani ke kalangan<br />

sosialita dan selebritas. Setidaknya itu<br />

menurut Reindhy, manajer artis Syahrini yang<br />

pernah membeli baju dari butik Feriyani.<br />

Selain membeli, Reindhy mengatakan, artisartis<br />

yang dimanajerinya memang kerap ditawari<br />

pakaian oleh Feriyani. “Hubungan Syahrini<br />

dan Fransisca hanya sebatas penjual dan<br />

pembeli,” ujar Reindhy kepada majalah detik.<br />

Soal beredarnya foto-foto Feriyani bersama<br />

Syahrini, termasuk saat melancong ke New<br />

York, Amerika Serikat, Reindhy membenarkannya.<br />

Keduanya memang beberapa kali bertemu<br />

dan pada 2014 pernah liburan bersama ke<br />

Amerika.<br />

Feriyani juga tampaknya bukan orang sembarangan<br />

di kalangan sosialita Jakarta. Mengenakan<br />

mini-dress hijau menyala dan menenteng<br />

tas birkin Hermes, Feriyani menghadiri acara<br />

terbatas untuk 350 undangan yang diadakan<br />

produsen jam tangan dari Swiss, Hublot, di<br />

pusat belanja The Foundry, SCBD, Jakarta.<br />

Berdasarkan beberapa situs jual-beli jam, harga<br />

jam tangan mewah merek Hublot ini di kisaran<br />

Rp 50 juta hingga Rp 1 miliar.<br />

Selain pada acara premier event Hublot, ia<br />

tercatat sebagai tamu undangan di acara fashion<br />

and jewelry show pada Oktober 2013 di<br />

Hotel Grand Hyatt, Jakarta.<br />

Ditanya soal sumber modal adiknya sehingga<br />

punya banyak butik dan bergaul dengan<br />

kalangan elite Jakarta itu, Fendy cepat-cepat<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Tiba-tiba ada<br />

gosip sudah<br />

16 tahunlah<br />

jadi simpanan.<br />

Jadi kan<br />

kaget.<br />

mengunci bibir. “Jangan tanya itu, saya enggak<br />

tahu,” ujarnya sambil menundukkan kepala.<br />

“Saya enggak mau ngomong banyak, ya. No<br />

comment aja.”<br />

Fendy hanya mau bercerita bahwa dulu<br />

keluarganya tinggal bersama di Jakarta. Namun,<br />

beberapa tahun lalu, Feriyani pindah ke<br />

Apartemen Kusuma Candra di bilangan SCBD,<br />

Jakarta Selatan.<br />

Feriyani berbagi dua kamar di unit 22K Tower<br />

3 apartemen itu dengan orang tuanya. “Feriyani<br />

belum menikah,” kata pengacara Feriyani,<br />

Haris Septiansyah.<br />

Apartemen Kusuma Candra lebih banyak<br />

ditinggali kalangan ekspatriat. Tidak mengherankan<br />

jika harga sewanya memakai tarif dolar<br />

Amerika, yaitu di kisaran US$ 2.100 sampai US$<br />

3.000 per bulan. Unit dua kamar seperti milik<br />

Feriyani, jika kondisinya masih prima, harga<br />

sewanya ditaksir sekitar US$ 2.300 atau kini<br />

sekitar Rp 29 juta per bulan.<br />

Dalam catatan Tenant Relation Officer<br />

Apartemen Kusuma Candra, Rizal, Feriyani<br />

memang tinggal di sana. Namun Rizal, yang<br />

mengaku baru setahun bekerja di sana, tak bisa<br />

memberitahukan status kepemilikan unit dan<br />

sudah berapa lama dihuni karena komputer<br />

penyimpan data itu tengah rusak.<br />

Menurut Rizal, Feriyani menyatakan kepada<br />

pengelola apartemen bahwa ia tinggal sendiri.<br />

Namun Rizal sempat melihat seorang perempuan<br />

paruh baya bersama Feriyani dan sesekali<br />

pembantunya kelihatan mengambil baju di<br />

binatu. Pembantu juga sering berganti-ganti.<br />

Sepengetahuan Rizal, tak pernah ada tamu<br />

lelaki datang ke apartemen Feriyani. Ia tak<br />

pernah melihat Ketua KPK Abraham Samad<br />

di sana ataupun pria yang menyembunyikan<br />

identitas seperti memakai masker. “Pastinya,<br />

kalau seperti itu, tidak akan pernah diizinkan<br />

masuk,” ujarnya.<br />

Setidaknya, sekali dalam seminggu, Rizal<br />

melihat Feriyani. “Tapi, sejak tiga bulan lalu,<br />

saya tidak pernah lagi melihat beliau dan tidak<br />

melihat ada aktivitas di unit beliau,” ujarnya.<br />

Pengelola apartemen belum menerima informasi<br />

soal pindah tangan unit itu. Sejauh ini,<br />

kata Rizal, unit itu masih terdaftar atas nama<br />

Feriyani.<br />

Sejak melaporkan Ketua KPK Abraham Samad<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Pengacara Feriyani Lim, Haris<br />

Septiansyah<br />

ANDIKA WAHYU/ANTARA<br />

karena merasa jadi korban kasus pemalsuan<br />

dokumen kependudukan di Kecamatan Panakkukang,<br />

Makassar, Feriyani tak pernah muncul di<br />

muka publik dan keberadaannya jadi misteri.<br />

Haris menyatakan kliennya masih ada di<br />

Apartemen Kusuma Candra. Namun Feriyani,<br />

kata dia, belum bersedia ditemui karena lelah<br />

menjalani pemeriksaan oleh penyelidik yang<br />

didatangkan Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan<br />

ke Jakarta.<br />

“Jadi, beliau mengaku ke kami beliau tidak<br />

tidur,” kata Haris. “Kondisinya capek dan sering<br />

melihat media, beliau susah ditemui sampai<br />

sekarang.”<br />

Feriyani juga masih shock mengetahui ia<br />

digosipkan jadi perempuan nakal. Pengacara<br />

menegaskan harta yang dimiliki Feriyani berasal<br />

dari keuntungan bisnis butiknya. “Tiba-tiba<br />

ada gosip sudah 16 tahunlah jadi simpanan. Jadi<br />

kan kaget,” kata Haris. ■<br />

ADI SAPUTRO, BAHTIAR RIFAI, IBAD DUROHMAN, MONIQUE SHINTAMI |<br />

OKTA WIGUNA<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

DULU ADA<br />

SERANGAN<br />

RANI<br />

KISAH Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi diserang<br />

dengan isu perempuan bukan pertama kali ini terjadi.<br />

Isu perempuan selalu ditembakkan saat KPK menangani<br />

kasus besar.<br />

Sebelum Abraham Samad, kredibilitas Antasari Azhar<br />

juga dicabik-cabik oleh perempuan bernama Rani Juliani.<br />

Rani adalah istri siri Nasrudin Zulkarnaen, Direktur PT<br />

Putra Rajawali Banjaran, yang juga teman Antasari bermain<br />

golf.<br />

Nasrudin kemudian jadi korban pembunuhan. Antasari<br />

dituduh sebagai dalang pembunuhan suami Rani<br />

tersebut. Antasari juga didakwa punya hubungan spesial<br />

dengan Rani. Selama penanganan kasus, caddy golf itu<br />

mendapat perlindungan ketat polisi. Ia juga mendapat<br />

perlakuan istimewa dengan diperiksa di hotel, restoran,<br />

dan apartemen.<br />

Antasari membantah tudingan punya hubungan khusus<br />

dengan Rani. Istri Antasari juga tidak percaya suaminya<br />

punya affair dengan si caddy.<br />

Namun nasib Antasari tragis, majelis hakim Pengadilan<br />

Negeri Jakarta Selatan menyatakan dia bersalah dan dihukum<br />

penjara selama 18 tahun. Sampai sekarang, Antasari<br />

selalu mengatakan tidak bersalah dan tidak ada bukti<br />

kuat bahwa ia adalah dalang pembunuhan Nasrudin.<br />

Awal Februari ini, Antasari meluncurkan buku Saya Dikorbankan.<br />

Peluncuran buku dilakukan secara sederhana<br />

di gedung Pengadilan Negeri Tangerang, Banten.<br />

Dalam buku itu, Antasari mengungkapkan ada pelaku<br />

yang menembak Nasrudin mengiriminya surat pengakuan<br />

dosa.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

“Adanya surat pengakuan dari pelaku penembak asli.<br />

Memohon maaf kepada Pak Antasari bahwa dia yang<br />

melakukan semua itu (membunuh Nasrudin Zulkarnaen),”<br />

ujar Antasari.<br />

Perlu diingat, pada saat Antasari dijerat polisi dengan<br />

kasus pembunuhan, ia sedang menangani sejumlah kasus<br />

besar yang bakal menyeret sejumlah pejabat negara<br />

menjadi tersangka.<br />

Abraham Samad berada dalam situasi serupa karena<br />

menetapkan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai<br />

tersangka kasus rekening tak wajar.<br />

Budi Gunawan menyandang status tersangka justru<br />

saat Presiden Joko Widodo memilihnya sebagai calon<br />

tunggal Kapolri menggantikan Jenderal Sutarman.<br />

Menghajar pimpinan KPK dengan memunculkan isu<br />

perempuan, bagi aktivis antikorupsi, jelas-jelas hanya modus<br />

untuk menghambat penyidikan kasus korupsi besar<br />

yang ditangani lembaga antirasuah itu.<br />

“Ini kan jelas, saat KPK sedang menangani kasus yang<br />

berdimensi politik tinggi dan terkait aparat penegak hukum,<br />

selalu saja ada gangguan, tekanan, dan sebagainya,”<br />

ujar peneliti Indonesia Corruption Watch, Ade Irawan.<br />

Menurut Ade, saat ini ada upaya sistematis untuk<br />

mengusik konsentrasi dalam menangani kasus rekening<br />

gendut dan pada akhirnya melemahkan KPK untuk melanjutkan<br />

kasus itu.<br />

Sedangkan Hifdzil Alim,<br />

peneliti Pusat Kajian Antikorupsi<br />

UGM, menilai<br />

persoalan yang membelit<br />

pimpinan KPK adalah upaya<br />

kriminalisasi.<br />

“Ini terang-benderang<br />

kasusnya coba diada-adain.<br />

Kami sih ingin Jokowi memerintahkan<br />

SP3 (surat<br />

perintah penghentian<br />

penyidikan) kasus<br />

ini,” kata Ade. ■<br />

HANS HENRICUS B.S. ARON<br />

Antasari Azhar<br />

AGUNG PAMBUDHY/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

PENGACARA:<br />

TAK PERNAH<br />

FERIYANI<br />

FOTO MESRA<br />

DENGAN SAMAD<br />

“FERIYANI TIDAK MAU<br />

DIKATAKAN BERSEKONGKOL<br />

DAN DISALAHKAN DALAM<br />

MASALAH PASPOR.”<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

BAHTIAR/MAJALAHDETIK<br />

Saya cuma bikin<br />

paspor, cuma<br />

tahu terima<br />

beres, kok tibatiba<br />

saya sampai<br />

dilaporin polisi,<br />

salah saya apa.<br />

FERIYANI Lim mengaku terpaksa<br />

melaporkan Ketua Komisi Pemberantasan<br />

Korupsi Abraham Samad dalam<br />

kasus pemalsuan dokumen. Ia tidak<br />

mau dihukum 6 tahun penjara gara-gara didakwa<br />

bersekongkol membuat dokumen palsu<br />

dalam pembuatan paspor.<br />

Soal foto mesra mirip dirinya dan Abraham,<br />

Feriyani membantah pernah melakukan adegan<br />

seperti itu. Ia mengaku bertemu dengan<br />

Abraham di rumah makan dan saat pembuatan<br />

kartu tanda penduduk serta paspor. Setelah itu,<br />

ia tidak pernah lagi bertemu dengan Abraham.<br />

“Klien kita dengan tegas mengatakan tidak<br />

pernah ada foto itu. Enggak pernah dia foto<br />

kayak begitu,” kata pengacara Feriyani, Haris<br />

Septiansyah.<br />

Bagaimana kronologi Feriyani Lim melaporkan<br />

Ketua KPK Abraham Samad<br />

Tanggal 29 Januari 2015, ada laporan dari LSM,<br />

dugaan tindak pidananya adalah pelanggaran<br />

Pasal 93 UU Administrasi Negara juncto Pasal<br />

263 juncto Pasal 264 KUHP. Maksimal pidana<br />

6 tahun penjara. Di situ klien kita (Feriyani)<br />

sebagai terlapor satu dan terlapor dua adalah<br />

Saudara AS (Abraham Samad).<br />

Laporan tanggal 29 Januari itu diserahkan ke<br />

Mabes Polri. Kemudian Mabes Polri melimpahkan<br />

ke Polda Sulawesi Selatan-Barat. Klien kita<br />

merasa, “Saya cuma bikin paspor, cuma tahu<br />

terima beres, kok tiba-tiba saya sampai dilaporin<br />

polisi, salah saya apa.”<br />

Sebagai kuasa hukum, kita rekomendasikan<br />

lapor balik saja karena, kalau sebagai terlapor,<br />

berarti kita bersekongkol. Makanya, pas 1 Februari,<br />

kita melaporkan ke Mabes Polri.<br />

Jadi ada dua laporan. Pertama, kita sebagai<br />

terlapor di Mabes Polri yang dilimpahkan ke<br />

Polda Sulawesi Selatan Barat. Laporan kedua<br />

kita sebagai pelapor, dengan terlapornya Uki<br />

dan AS.<br />

Bagaimana Feriyani membuat paspor<br />

tersebut<br />

Klien kita kan cuma nyari orang. Dia domisili<br />

di Pontianak. Dia bingung, tanggal 26 Februari<br />

2007 mau ke Kuala Lumpur. Kelimpungan, beliau<br />

nanya teman ke teman, muncullah teman,<br />

namanya Awi. Awi bilang, “Lo mau bikin paspor,<br />

sudah lo ikut gua, tapi lo mesti ke Makassar.”<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Ketua KPK Abraham<br />

Samad saat konferensi pers<br />

menjelaskan foto mirip dia dan<br />

Feriyani Lim yang beredar di<br />

media sosial, Senin (2/2).<br />

ANTARA FOTO/DADUNG SUNJAYA<br />

Awi orang Makassar.<br />

Berangkatlah mereka, klien kita dengan temannya<br />

yang bernama Dewi, kemudian pergi<br />

ke Makassar. Di sana sama Awi yang mengurus.<br />

Hari pertama sampai di Makassar, diurus,<br />

Awi nyerah. Ternyata enggak bisa.<br />

Bingung punya bingung, besoknya si Awi<br />

ngenalin ke teman yang namanya U (Uki).<br />

U bilang, “Ya sudah, coba gua carikan teman<br />

yang bisa.” Nah, kemudian U ini ngenalin ke<br />

AS, yang saat itu profesinya sebagai pengacara<br />

di Makassar. Ketemu mereka di tempat makan,<br />

ngobrol-ngobrol, okelah dibantu.<br />

Besoknya, klien kita cuma disuruh datang<br />

ke tempat foto. Klien kita juga enggak tahu itu<br />

kantor pemerintahan mana. Nah, yang pertama<br />

dia cuma ingat disuruh dua kali foto.<br />

Yang pertama dia ingat foto pertama itu<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

BAHTIAR/MAJALAHDETIK<br />

Klien kita<br />

dengan tegas<br />

mengatakan<br />

tidak pernah ada<br />

foto itu. Enggak<br />

pernah dia foto<br />

kayak begitu.<br />

sama ibu-ibu pakai kerudung, pakai baju cokelat.<br />

Nah, klien kita enggak tahu ini kantor<br />

pemerintahan mana, enggak ngerti dia. Yang<br />

dia ingat foto pertama selesai, jadi KTP.<br />

Terus sorenya disuruh foto lagi, cuma belum<br />

jadi barangnya pada saat itu. Baru keesokan<br />

harinya jadi itu paspor atas nama klien kami.<br />

Lokasi foto sama<br />

Menurut pengakuan beliau, foto di dua tempat<br />

yang berbeda. Yang dia ingat cuma ibu-ibu<br />

kerudung yang ngambil foto.<br />

Klien kita enggak pernah megang yang namanya<br />

KK (kartu keluarga). Kan kalau bikin KTP<br />

harus ada, KK-nya mana nih, alamatnya mana<br />

nih. Klien kita enggak pernah pegang itu KK.<br />

Klien kita cuma datang, duduk, foto, selesai.<br />

Berapa lama nih KTP. Sudah, selesai, sore foto<br />

lagi, besoknya paspor jadi.<br />

Sudah tenang semua sampai saat 29 Januari<br />

itu.<br />

Setelah bikin paspor itu dari Makassar<br />

terus ke mana<br />

Setelah dari Makassar pulang ke Jakarta. Itu<br />

hari Jumat atau Sabtu dia pulang. Senin berangkat<br />

ke Malaysia.<br />

Sempat ketemu Uki<br />

Sempat, begitu di Makassar itu, Uki enggak<br />

kenal serta-merta, dikenalkan sama temannya,<br />

sama Awi itu. Dikenalin U, si U ini yang ngenalin,<br />

dan terima beres. Ya, pasti ketemu, plus<br />

ketemu sama AS ini.<br />

Ketemu di mana<br />

Dia cuma ingat ketemu di rumah makan, ini<br />

berdasarkan BAP kemarin, ya. Tempat makan<br />

dan beliau tidak menyebutkan rumah makan.<br />

Pada saat itu ada seseorang datang, teman<br />

Uki, yang diperkenalkan sebagai pengacara, AS<br />

itu.<br />

Sebelumnya Feriyani tak kenal AS<br />

Enggak, karena si U ini dikenalin sama temannya<br />

Awi tadi.<br />

Setelah di tempat makan tadi, di mana<br />

Feriyani bertemu Abraham Samad lagi<br />

Saat pengurusan KTP dan paspor.<br />

Soal isu foto mesra bagaimana<br />

Ini harus dibedakan isu hukum dan gosip.<br />

ýKlien kita datang bukan karena masalah<br />

foto. Ini karena ada pemalsuan dokumen dan<br />

6 tahun penjara ancamannya. Itu sudah saya<br />

terangkan.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Data kependudukan Feriyani<br />

Lim. Ia tercatat sebagai warga<br />

Kecamatan Kebayoran Baru,<br />

Jakarta Selatan.<br />

DETIKNEWS<br />

Mengenai gosip foto, klien kita dengan tegas<br />

mengatakan tak pernah ada foto itu. Enggak<br />

pernah dia foto kayak begitu. Bahkan, kalau<br />

sempat mengikuti perkembangan media, dari<br />

pihak seberang (Abraham) kan sudah ada pernyataan<br />

bahwa foto itu tidak benar.<br />

Kalau misalkan ada laporan mengenai foto<br />

dan Mabes sudah bereaksi, ya kita tunggu saja.<br />

Bahkan klien kita, saking polosnya dan takut,<br />

sempat bilang sama kita, “Bisa-enggak ahli<br />

telematika disewa.” Dilihat benar-enggak tuh<br />

foto kita yang disebar ke media.<br />

Sekarang Feriyani di mana<br />

Di Jakarta.<br />

Keadaannya<br />

Dengan pemberitaan yang ada, beliau sabar<br />

saja. Sambil menunggu proses yang jelas kemarin<br />

dibikin BAP. Dan di BAP-nya itu sudah<br />

jadi tersangka.<br />

Jadi waktu 3 Februari kita datang sebagai<br />

pelapor. Ternyata sekalian sama BAP sebagai<br />

tersangka.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Apartemen Kusuma Candra di<br />

bilangan SCBD, Jakarta Selatan.<br />

Feriyani Lim tinggal di Tower 3<br />

bersama kedua orang tuanya.<br />

GRANDYOS/DETIKCOM<br />

Aktivitas Feriyani sehari-hari apa<br />

Beliau punya butik dan yang beli bukan<br />

orang sembarangan. Jadi beliau sering ke luar<br />

negeri beli bahan dan baju, diolah di sini, terus<br />

dijual ke teman-temannya. Yang beli termasuk<br />

kalangan artis.<br />

Apakah Feriyani pernah cerita soal musuh<br />

Tidak pernah cerita soal musuh. Beliau orang<br />

biasa yang suka belanja dan punya butik. Dan<br />

tiba-tiba ada gosip sudah 16 tahun-lah jadi simpanan.<br />

Jadi kan kaget. Sebelumnya ya aman<br />

saja.<br />

Sudah menikah<br />

Belum.<br />

Soal informasi rekeningnya yang tidak<br />

sesuai dengan profil<br />

Klien kita tidak memberikan keterangan mengenai<br />

rekening. Fokus beliau saat ini adalah<br />

tidak mau dikatakan bersekongkol dan disalahkan<br />

dalam masalah paspor. Jadi beliau lagi<br />

fokus mengenai itu. Termasuk masalah foto,<br />

akan mengambil jalur hukum lainnya. n<br />

MONIQUE SHINTAMI, BAHTIAR RIFAI<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

AMUKAN<br />

PENGUSAHA<br />

ALMUGADA<br />

ZAINAL BARU BANGKRUT RP 2,9 MILIAR<br />

GARA-GARA SAHAM BAKRIE. IA JUGA GAGAL JADI<br />

CALEG NASDEM. SEMPAT DISANDERA MASSA<br />

SAAT JADI KETUA KPUD GOWA.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Layar Indeks Harga Saham<br />

Gabungan (IHSG) di Bursa<br />

Efek Indonesia, Jakarta, Senin<br />

(29/09/2014).<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

ZAINAL Tahir pusing bukan main.<br />

Duitnya senilai Rp 2,9 miliar amblas.<br />

Harga saham PT Bumi Resources Tbk<br />

(BUMI) yang dibelinya terjun bebas.<br />

Pada Desember 2014 itu, harga saham perusahaan<br />

milik Grup Bakrie tersebut anjlok hingga<br />

mendekati Rp 50 per lembar.<br />

Zainal tergiur membeli saham BUMI saat<br />

ditawarkan kepada publik pada 2007. Saat itu<br />

harganya Rp 4.159 per lembar. Pria 39 tahun<br />

asal Gowa, Sulawesi Selatan, itu sampai menjual<br />

aneka properti dan harta lainnya untuk<br />

memborong saham sekitar 4.000 lembar.<br />

Sempat melonjak hingga menjadi Rp 8.750<br />

ribu per lembar, harga saham yang dulu dikenal<br />

sebagai “saham sejuta umat” itu terus menurun<br />

sejak krisis ekonomi 2008. Zainal pun menelan<br />

kerugian. “Kalau dihitung-hitung rugi sampai<br />

Rp 2,9 miliar,” kata trader itu akhir tahun lalu.<br />

Zainal, yang namanya belakangan jadi sorotan<br />

setelah mengaku sebagai pengambil foto<br />

syur mirip Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi<br />

Abraham Samad dan wanita mirip Feriyani<br />

Lim, adalah pemain lama di lantai Bursa Efek<br />

Indonesia (BEI). Ia menekuni bisnis saham itu<br />

dari 2007 hingga sekarang.<br />

“Saya wiraswasta,” ujar Zainal saat jumpa<br />

pers tentang foto mirip Abraham itu di Restoran<br />

Pulau Dua, Jakarta, Rabu, 4 Februari 2015.<br />

Zainal memiliki klub trader yang anggotanya<br />

lebih dari 200 orang. Mereka berasal dari berbagai<br />

daerah di Indonesia. Namun, di kalangan<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

pialang saham BEI, Zainal adalah pemain saham<br />

skala kecil. Jual-beli saham yang dilakukannya<br />

hanya Rp 1-2 miliar. “Pemain besar itu di atas<br />

Rp 10 miliar,” kata Ketua Umum Asosiasi Analis<br />

Efek Indonesia, yang juga mentor Zainal, Haryajid<br />

Ramelan, kepada majalah detik.<br />

Selain main saham, sudah lama Zainal dikenal<br />

sebagai pebisnis di Makassar. Ia antara lain<br />

memiliki usaha di bidang properti dan punya<br />

toko busana. Namun yang paling dikenal oleh<br />

teman-temannya di Makassar adalah Zainal<br />

pengusaha yang cukup sukses di periklanan.<br />

Salah satu titik papan reklame milik Zainal berdiri<br />

kokoh di jalan poros A.P. Pettarani, Makassar.<br />

“Dia pengusaha almugada: apa lu mau gua<br />

ada,” ujar teman Zainal, Tomi Lebang, lewat<br />

tulisannya di Internet.<br />

Zainal mengenal bisnis sejak menjadi kar-<br />

Zainal Tahir saat diundang<br />

Komisi III DPR terkait<br />

beredarnya foto mesum mirip<br />

Ketua KPK Abraham Samad,<br />

Rabu (4/2/2015).<br />

LAMHOT ARITONANG/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Ketua KPK Abraham Samad<br />

membantah keaslian foto mirip<br />

dirinya dengan Feriyani Lim,<br />

Senin (2/2).<br />

DADUNG SUNJAYA/ANTARA FOTO<br />

yawan bagian iklan di surat kabar lokal Makassar,<br />

Harian Fajar. Sebelumnya, saat baru lulus<br />

dari Jurusan Administrasi Negara Universitas<br />

Sultan Hasanuddin pada 1993, pria yang memiliki<br />

empat anak itu sempat menjadi petugas<br />

pencatat meteran listrik PLN. Dari bisnisnya<br />

yang berkembang, Zainal dapat mengentaskan<br />

kehidupan keluarganya di Gowa.<br />

Sembari menjalankan bisnis, Zainal, yang<br />

sejak bersekolah di SMA Negeri 1 Sungguminasa<br />

aktif di berbagai organisasi, mulai merintis<br />

karier politik. Ia terpilih menjadi Ketua Komisi<br />

Pemilihan Umum Daerah Gowa pada 2005.<br />

Gowa menggelar pilkada langsung pada<br />

2005. Pilkada ini diwarnai banyak protes dari<br />

para pendukung calon bupati yang bertarung<br />

sejak awal pendaftaran hingga penghitungan<br />

suara.<br />

“Itu yang saya dengar karena dia meloloskan<br />

salah satu pasangan, lalu ribut. Saya tidak<br />

begitu ingat, tapi sudah lama. Yang saya ingat,<br />

calon bupati bermasalah dia loloskan,” kata<br />

Wakil Sekretaris Dewan Pimpinan Wilayah<br />

Partai NasDem Sulawesi Selatan Dahlan Gege.<br />

Berdasarkan data detikcom, pada 23 Mei 2005<br />

massa Partai Keadilan Sejahtera mendemo<br />

Pengadilan Negeri Gowa. Mereka memprotes<br />

tindakan KPUD Gowa yang mengesahkan pasangan<br />

Syahrir Syafruddin-Abdul Jabbar Hijjaz<br />

sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati Gowa.<br />

PKS meminta pencalonan pasangan itu<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Feriyani Lim<br />

@PATUNGPOLISI<br />

dianulir karena partai ini tidak pernah mengusung<br />

pasangan yang mengklaim didukung<br />

PKS bersama Partai Demokrat dan PDI Perjuangan<br />

tersebut.<br />

Pada 26 Juni 2005, kantor KPUD Gowa<br />

ditutup massa dan Zainal disandera massa.<br />

Sehari sebelum pilkada digelar itu, ratusan<br />

orang memprotes data pemilih karena sebanyak<br />

7.000 warga tidak terdaftar. Warga juga<br />

mengeluhkan kartu pemilih palsu. Seusai pilkada,<br />

warga kembali berdemo dan meminta agar<br />

pengumuman pemenang pilkada diundurkan.<br />

Zainal pada masa itu mengaku sudah terbiasa<br />

menghadapi teror dan tekanan. “Saya sudah<br />

terbiasa diteror. Paling banyak telepon kantor.<br />

Salah satu isinya, mereka mengancam akan<br />

mendatangi rumah saya dan membakarnya,”<br />

kata Zainal.<br />

Pascakisruh pilkada itu, Zainal menyatakan<br />

mundur dari KPUD Gowa sebelum masa<br />

jabatannya habis. Ia kemudian masuk Partai<br />

Demokrat. Beberapa bulan menjelang pemilu<br />

legislatif 2014, Zainal melihat peluang maju<br />

sebagai calon anggota legislatif Partai Nasional<br />

Demokrat (NasDem). Karena itu, ia meloncat<br />

ke NasDem.<br />

Zainal lolos sebagai caleg NasDem daerah<br />

pemilihan I Sulawesi Selatan (Makassar, Gowa,<br />

Takalar, Jeneponto, Bantaeng, dan Selayar)<br />

dengan urutan nomor 3.<br />

Zainal pun berkampanye dengan mendatangi<br />

pasar-pasar di dapilnya. Zainal, yang<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

Ketua Umum Asosiasi Analis<br />

Efek Indonesia Haryajid<br />

Ramelan (tengah).<br />

PUSPA PERWITASARI/ANTARA<br />

mengusung tagline “Jagalah Kebersihan”, juga<br />

memasang poster dan baliho di banyak tempat<br />

di Makassar. “Jadi, sewaktu di NasDem itu,<br />

balihonya di mana-mana di Makassar,” kata<br />

Haryajid.<br />

Namun langkah Zainal itu membentur dinding.<br />

Ia gagal menjadi anggota DPR. Setelah<br />

gagal di NasDem, Zainal tidak aktif lagi di partai<br />

besutan Surya Paloh itu.<br />

Ia lantas sibuk dengan bisnisnya. Menurut<br />

Tomi, Zainal memilih berada di Jakarta. Ia<br />

memang mempunyai sebuah rumah di Jakarta.<br />

Kabar lainnya, ia memiliki satu unit apartemen<br />

di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat.<br />

Zainal lantas muncul mengagetkan saat<br />

menggelar jumpa pers tentang foto mirip Abraham<br />

Samad dengan seorang wanita di tempat<br />

tidur pada Rabu, 4 Februari. Zainal mengakui ia<br />

adalah caleg gagal. “Iya, memang saya mantan<br />

caleg gagal Makassar I untuk DPR RI,” katanya.<br />

Ia sadar langkahnya muncul dengan mengaku<br />

sebagai pemotret adegan heboh mirip<br />

Samad itu sungguh berisiko.<br />

“Saya pernah menjadi sahabat dan teman<br />

dekat AS—yang dibesarkan oleh keluarga yang<br />

menjunjung nilai moral. Saya memahami jika ia<br />

akan marah sekali kepada saya,” tulis Zainal di<br />

akun Facebook-nya. ■<br />

GUNAWAN MASHAR, MONIQUE SHINTAMI, IBAD DURROHMAN,<br />

BAHTIAR RIFAI | IRWAN NUGROHO<br />

MAJALAH DETIK 9 - - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

YANG<br />

DULU<br />

DIPUJI<br />

KINI<br />

DIMAKI<br />

SUPRIANSA sebetulnya<br />

menyimpan nama baik di<br />

sebagian masyarakat Kota<br />

Makassar, Sulawesi Selatan.<br />

Pria yang berprofesi sebagai pengacara<br />

sekaligus pegiat antikorupsi itu dikenal<br />

sebagai pembela rakyat kecil.<br />

Contohnya ketika Supriansa memperjuangkan<br />

hak-hak warga Dusun<br />

Bado-bado, Kecamatan Mandai, Maros.<br />

Saat itu tahun 2000, warga setempat<br />

terlibat sengketa lahan dengan<br />

PT Angkasa Pura I, yang hendak<br />

membangun Bandar Udara Sultan<br />

Hasanuddin.<br />

Supriansa, yang membela warga lewat<br />

lembaga swadaya masyarakat Makassar<br />

Intelektual Law (MIL), berhasil<br />

memenangkan warga. Masyarakat Bado-bado<br />

pun mendapatkan ganti rugi<br />

yang cukup tinggi. “Nama Anca harum<br />

waktu itu,” kata Kiblat Said, sahabat<br />

Anca—sapaan Supriansa.<br />

Selain di MIL, mantan aktivis Himpunan<br />

Mahasiswa Islam itu aktif di gerakan<br />

antinarkoba. Bahkan ia menjadi Ketua<br />

Gerakan Nasional Anti Narkotika Kota<br />

Makassar.<br />

Terakhir, ia mendirikan Indonesia<br />

Monitoring Center, LSM antikorupsi<br />

di Makassar. Melalui<br />

lembaga itulah Anca intens<br />

bekerja sama dengan Ketua<br />

Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham<br />

Samad, yang bernaung di bawah<br />

lembaga Anticorruption Committee<br />

(ACC). Sepak terjang keduanya banyak<br />

diapresiasi.<br />

Namun itu dulu. Kini warga Makas-<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


FOKUS<br />

sar ramai-ramai mengecam sikap Anca.<br />

Tak lain akibat aksinya mengumbar<br />

pengakuan tentang pertemuan Samad<br />

dengan elite PDI Perjuangan semasa<br />

pilpres. Pertemuan di apartemen miliknya,<br />

Capital, di Sudirman Center Business<br />

District (SCBD).<br />

“Sekarang warga memaki-maki dia.<br />

Orang memang bisa berubah karena<br />

keadaan,” tutur Said, yang juga mengaku<br />

berteman akrab dengan Samad.<br />

Menurut Said, sejak pindah ke Jakarta<br />

beberapa tahun lalu, gaya hidup Anca<br />

memang berubah. Salah satunya kepemilikan<br />

apartemen mewah tersebut.<br />

“Ya, sebetulnya sebagai teman bangga<br />

juga,” tuturnya.<br />

Abdul Mutholib, Direktur ACC,<br />

mengatakan Anca cenderung dekat<br />

dengan banyak pejabat dan kalangan<br />

pengusaha di Makassar. “Dia banyak<br />

mem-back-up pengusaha-pengusaha di<br />

Makassar,” kata Mutholib.<br />

Selain itu, lulusan Universitas Muslim<br />

Indonesia itu mulai terseret ke politik.<br />

Pada 2010, Anca bahkan maju menjadi<br />

Wakil Bupati Soppeng, yang merupakan<br />

kampung halamannya. Ia berpasangan<br />

dengan Andi Sulham Hasan. Pasangan<br />

yang diusung Partai Demokrat ini menempati<br />

posisi ketiga dari tujuh calon<br />

yang berlaga.<br />

Pada Pemilu 2014, Anca kembali<br />

mengadu peruntungan di dunia politik.<br />

Ia menjadi calon anggota DPR dari<br />

Partai Demokrat. Ia maju sebagai caleg<br />

nomor 5 dari daerah pemilihan II Sulawesi<br />

Selatan, yang meliputi Kabupaten<br />

Sinjai, Bone, Soppeng, Parepare, Barru,<br />

Pangkep, dan Maros.<br />

Pencalonannya sebagai anggota DPR<br />

didukung tokoh-tokoh dan pengusaha<br />

Makassar. Aksa Mahmud, pemilik<br />

Bosowa Group, beberapa kali memberikan<br />

pernyataan yang mendukung.<br />

Anca mengakui Bosowa adalah salah<br />

satu kliennya.<br />

Tak seperti calon lainnya, kampanye<br />

yang dilakukan Supriansa disorot oleh<br />

masyarakat. Pasalnya, dari kabupaten<br />

ke kabupaten di dapilnya itu, Supriansa<br />

menggunakan helikopter. “Dia foto di<br />

depan helikopter. Itu buat ramai,” Mutholib<br />

menambahkan.<br />

Dalam kampanye, Anca tak segan<br />

memberikan bantuan-bantuan, antara<br />

lain ia disebut-sebut memberikan<br />

bantuan marmer untuk pembangunan<br />

masjid dengan nilai yang cukup fantastis.<br />

Supriansa banyak disebut sebagai<br />

penantang tangguh caleg DPR incumbent,<br />

seperti Tamsil Linrung (PKS). Namun,<br />

toh, Anca kembali gagal di politik.<br />

Ia tak mampu merebut kursi DPR. Ia<br />

menuduh telah terjadi pencurian suara,<br />

terutama di Kecamatan Kajang. ■<br />

ADI SAPUTRO, BAHTIAR RIFAI, IBAD DUROHMAN, MONIQUE<br />

SHINTAMI |IRWAN NUGROHO<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

SRI ADININGSIH:<br />

PILIH<br />

PEJABAT<br />

NEGARA<br />

YANG TIDAK<br />

KORUP<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

MESKI MEMBUAT GADUH KONDISI SOSIAL-POLITIK, KISRUH KPK-POLRI TAK<br />

BERDAMPAK SIGNIFIKAN PADA EKONOMI.<br />

DARI sembilan anggota Dewan Pertimbangan<br />

Presiden (Wantimpres), sosok Sri Adiningsih<br />

menjadi istimewa. Bukan cuma karena dia perempuan<br />

satu-satunya, tapi juga lantaran guru<br />

besar ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,<br />

itu punya kedekatan pribadi dengan<br />

Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan<br />

Megawati dan teman Presiden Joko<br />

Widodo semasa SMP di Solo. Mungkin karena<br />

itu dia secara aklamasi terpilih menjadi Ketua<br />

Wantimpres, yang dilantik Presiden pada 19<br />

Januari lalu.<br />

Meski dikritik sebagai lembaga balas budi dan<br />

didominasi perwakilan partai politik, mereka<br />

cukup trengginas bekerja. Enam hari setelah<br />

dilantik, mereka menyampaikan rekomendasi<br />

terkait kisruh Komisi Pemberantasan Korupsi<br />

dengan Polri. Namun, dengan alasan rahasia,<br />

Sri menolak membeberkan rekomendasi itu.<br />

“Kalau saya menyampaikan kepada publik,<br />

saya bisa dipenjara, he-he-he…,” kata Sri saat<br />

menerima majalah detik di ruang kerjanya,<br />

Senin (2/2). Kertas-kertas masih bertebaran<br />

di meja rapat. Begitu juga kotak-kotak bekas<br />

makan siang. Sri mengaku baru selesai rapat<br />

dengan timnya mempersiapkan masukan<br />

untuk Presiden. Ia menjamin kedekatannya<br />

dengan Megawati dan Jokowi tak mempengaruhi<br />

sikap profesionalnya sebagai akademisi.<br />

Anda perempuan pertama yang menjadi<br />

Ketua Dewan Pertimbangan Presiden<br />

Suatu kehormatan bagi saya bisa menjadi<br />

anggota Dewan Pertimbangan Presiden, apalagi<br />

menjadi ketuanya, karena posisinya sangat<br />

strategi. Apalagi, kalau dicermati, Presiden<br />

pada waktu menjadi calon presiden punya visimisi<br />

atau buku putih yang ingin menjadikan<br />

bangsa Indonesia berdaulat di bidang politik,<br />

berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian<br />

dalam budaya. Itu kan pengejawantahan<br />

Trisakti Bung Karno yang perlu disesuaikan<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

Saya tidak tahu apakah ada mekanisme<br />

pemilihan secara informal. Tapi saya yakin ada<br />

diskusi dan negosiasi antara Presiden dan anggota<br />

Wantimpres lainnya untuk menentukan<br />

satu nama yang dipercaya oleh Presiden untuk<br />

pada akhirnya menjadi ketua.<br />

Video<br />

dengan kondisi saat ini. Saya percaya Trisakti<br />

merupakan ideologi yang relevan dan diperlukan<br />

Indonesia, terutama pada masa ekonomi<br />

dan liberalisasi teknologi informasi yang luar<br />

biasa.<br />

Proses penunjukan Anda seperti apa<br />

Ada rasa pekewuh memimpin tokohtokoh<br />

senior<br />

Tentu saja menyadari saya cukup muda dan<br />

kurang pengalaman dibandingkan de ngan<br />

bapak-bapak yang lain. Tapi saya pernah berpengalaman<br />

sebagai sekretaris tim ahli MPR<br />

pada waktu proses amendemen UUD 1945.<br />

(Saya) juga banyak berinteraksi de ngan beliaubeliau<br />

sebelumnya. Sejauh ini tidak ada masalah<br />

yang muncul. Kita bekerja sama dengan<br />

baik, meskipun tentu saja tidak berarti semua<br />

punya suara dan pandangan yang sama untuk<br />

suatu permasalahan atau isu yang menjadi<br />

fokus diskusi kita.<br />

Termasuk tidak bulatnya suara dalam<br />

menyikapi kisruh KPK-Polri<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

Saya ingin menyampaikan bahwa semua<br />

yang kami diskusikan dan pertimbangan<br />

kepada Presiden itu oleh Undang-Undang<br />

(Nomor 19 Tahun 2006) merupakan hal yang<br />

rahasia. Tentu saja saya tidak bisa menyampaikan<br />

kepada publik apa yang terjadi dan<br />

apa pertimbangan kita kepada Presiden. Kalau<br />

saya menyampaikan kepada publik, saya bisa<br />

dipenjara, he-he-he….<br />

Dinamikanya seperti apa<br />

Saya tidak bisa menyampaikan isi materi<br />

yang kami diskusikan.<br />

Saya percaya Trisakti merupakan ideologi yang<br />

relevan dan diperlukan Indonesia, terutama<br />

dalam masa ekonomi dan liberalisasi teknologi<br />

informasi yang luar biasa.<br />

Presiden sudah meminta pertimbangan<br />

lanjutan<br />

Yang jelas, Wantimpres tugasnya memberi<br />

pertimbangan kepada Presiden, baik diminta<br />

maupun tidak. Bisa diberikan secara perorangan<br />

atau bersama-sama. Di Wantimpres<br />

itu, kami dibagi-bagi menjadi empat bidang.<br />

Untuk ekonomi, saya bersama Pak Suharso<br />

(Monoarfa), Pak Rusdi (Kirana), dan Pak Jan<br />

(Darmadi). Untuk Kesra itu Pak Hasyim, politik<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

Pengukuhan Sri Adiningsih<br />

sebagai guru besar Fakultas<br />

Ekonomi dan Bisnis UGM pada<br />

2013.<br />

DOK. PRIBADI<br />

dan hukum itu Pak Sidarto (Danusubroto) dan<br />

Pak Malik Fajar, untuk pertahanan-keamanan<br />

Pak Subagyo (H.S.) dan Pak Yusuf (Kartanegara).<br />

Anda melihat kisruh kasus ini berdampak<br />

pada perekonomian<br />

Yang terjadi antara KPK dan Polri memang<br />

telah membuat suasana, terutama sosialpolitik,<br />

agak menghangat. Hanya, saya<br />

bersyukur Indonesia sudah cukup dewasa<br />

menyikapi perkembangan yang terjadi meskipun<br />

mungkin, kalau kita baca, dengar, dan<br />

lihat, suaranya bisa keras, pertentangannya<br />

bisa tajam, tapi tidak anarkistis. Ini kan luar<br />

biasa.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

Saya tidak khawatir dampaknya pada ekonomi<br />

akan signifikan. Kita lihat di pasar saham,<br />

rupiah, begitu juga investasi tidak banyak terganggu.<br />

Sebenarnya Indonesia ini sudah siap<br />

bangkit dan menuju ekonomi yang lebih maju<br />

dengan daya saing yang lebih tinggi dan mandiri.<br />

Gangguan-gangguan pada energi bangsa,<br />

Presiden sampai menteri-menterinya dan masyarakat,<br />

jika habis untuk mengurusi masalahmasalah<br />

non-ekonomi yang berkepanjangan,<br />

tentunya sayang sekali. Saya berharap (konflik)<br />

bisa segera diselesaikan agar kita bisa segera<br />

membangun.<br />

Saya diusulkan oleh PDI Perjuangan. Saya<br />

membantu sejak Ibu Mega menjadi presiden.<br />

Saya kenal secara pribadi dengan Bu Mega.<br />

Apakah Wantimpres punya kewenangan<br />

juga untuk memberikan pertimbangan<br />

(siapa) pejabat negara yang akan ditunjuk<br />

Presiden<br />

Kami punya kewenangan memberi pertimbangan<br />

apa saja yang dianggap secara bersama-sama<br />

atau perorangan perlu disampaikan<br />

kepada Presiden. Termasuk terkait dengan<br />

suatu kementerian, isu ekonomi, atau nonekonomi.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

Peluncuran Gama Leading<br />

Economic Indicators di<br />

Fakultas Ekonomi dan Bisnis<br />

UGM, Yogyakarta.<br />

DOK. PRIBADI<br />

Secara pribadi, bagaimana pandangan<br />

Anda terkait pemberantasan korupsi<br />

Saya dulu Direktur Pelatihan dan Penelitian<br />

Ekonomika dan Bisnis UGM. Saat itu<br />

kami mengembangkan Gematih, gerakan<br />

dari masyarakat akademisi di dalam<br />

memberantas korupsi. Saya menjadi salah<br />

satu bagian dari Gematih di UGM. Itu kan<br />

didirikan di kantor saya.<br />

Kondisi pemberantasan korupsi di Indonesia<br />

seperti apa<br />

Saya takut nanti salah menyampaikan karena<br />

bukan bagian saya. Tapi saya cukup prihatin<br />

melihat bahwa korupsi sudah berjalan lama<br />

dan juga mengakar. Tentunya merugikan pembangunan<br />

ekonomi, membuat kesejahteraan<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

Saya kira semua lembaga penegak hukum<br />

dan pemberantasan korupsi sama pentingnya.<br />

Apabila penegakan hukum berjalan dengan<br />

baik, korupsi bisa diberantas, kita akan mampu<br />

membangun ekonomi dengan lebih baik dan<br />

cepat.<br />

Menjadi salah satu<br />

narasumber pada Focus<br />

Group Discussion di<br />

Kementerian Keuangan.<br />

DOK. PRIBADI<br />

masyarakat tidak bisa meningkat. Karena proyek<br />

dikorup, dana-dana untuk pembangunan<br />

dikorup, tentunya secara ekonomi dampaknya<br />

negatif. Pembangunan ekonomi terganggu,<br />

peningkatan pertumbuhan ekonomi terganggu.<br />

Anda setuju penguatan lembaga pemberantasan<br />

korupsi sangat dibutuhkan<br />

Jadi dibutuhkan pejabat negara dan<br />

penegak hukum yang berkomitmen serta<br />

bebas dari korupsi<br />

Saya berharap pejabat negara di Indonesia<br />

punya komitmen. Pertama, tentunya bekerja<br />

untuk bangsa dan negara. Bersih dari tindak<br />

pidana atau tindak yang etikanya buruk, serta<br />

tentunya tidak korup.<br />

Ada kritik lembaga Wantimpres sekadar<br />

untuk balas budi….<br />

Silakan masyarakat menilai, kalau kami tidak<br />

bisa menjalankan tugas dan kewenangan<br />

dengan baik, ya tentu saja mungkin kami memang<br />

hanya balas budi. Tetapi kami berusaha<br />

memberi pertimbangan kepada Presiden<br />

dengan konstruktif dan berguna untuk ke-<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

lebih banyak dari partai ketimbang pakar<br />

Itu hak Presiden untuk memilih orang-orang<br />

yang dianggap bisa masuk ke Wantimpres.<br />

Tetapi, yang saya tahu, teman-teman punya<br />

komitmen dan kami ingin bekerja untuk<br />

memberikan pertimbangan dengan sungguhsungguh.<br />

Anda diusulkan siapa<br />

Semua ada yang mengusulkan. Tidak ada<br />

yang jatuh dari langit. Ada yang diusulkan<br />

Presiden langsung, ada yang dari partai politik.<br />

Kalau saya diusulkan oleh PDI Perjuangan.<br />

Berjabat tangan dengan<br />

Prof Emil Salim, Ketua<br />

Wantimpres periode 2009-<br />

2014, seusai serah-terima<br />

jabatan, Selasa (3/2).<br />

AGUNG/DETIKCOM<br />

putusan-keputusan strategis. Semua pejabat<br />

memang ada yang mengusulkan, tetapi yang<br />

lebih penting, setelah diusulkan, apakah kami<br />

bisa, berani, dan mampu memberikan pertimbangan<br />

kepada Presiden yang dibutuhkan<br />

dalam menyelesaikan permasalahan bangsa<br />

atau membangun bangsa ini.<br />

Kritik lainnya terkait komposisi yang<br />

Karena Anda dekat dengan Megawati<br />

Saya membantu sejak Ibu Mega menjadi<br />

presiden, dan saya aktif sebagai dewan pakar<br />

ekonomi di Megawati Institute yang dibentuk<br />

PDI Perjuangan. Lembaga ini (didirikan) untuk<br />

menampung profesional yang ingin memberikan<br />

pemikirannya kepada bangsa melalui<br />

PDI Perjuangan. Saya aktif di sana kuranglebih<br />

10 tahun, kenal secara pribadi dengan<br />

Bu Mega. Tetapi, sebagai seorang profesional,<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

guru besar di bidang ekonomi, saya diminta<br />

untuk berada di sini dan dipilih oleh Presiden<br />

untuk menjadi Ketua Dewan Pertimbangan<br />

Presiden.<br />

Pak Jokowi itu teman seangkatan di SMP 1 Solo.<br />

Kami relatif dekat karena sering reuni tiap<br />

tahun di rumah dinas beliau di Loji Gandrung.<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

Padahal Anda sempat masuk bursa<br />

kabinet sebagai Menkeu….<br />

Saya tidak tahu karena saya berada di<br />

Yogya. Saya dengar ada yang bilang saya<br />

masuk kandidat A atau B, tetapi saya tidak<br />

tahu karena saya tidak pernah dihubungi,<br />

sehingga saya benar-benar tidak tahu apa<br />

yang terjadi di Jakarta. Sama sekali saya tidak<br />

pernah dihubungi oleh siapa pun untuk berbicara<br />

mengenai hal itu. Karena kan saya juga<br />

tinggalnya di Yogya, banyak di kampus, jauh<br />

dari hiruk-pikuk politik di Jakarta.<br />

Kenal dekat dengan Presiden<br />

Pak Jokowi itu teman seangkatan di SMP<br />

1 Solo meskipun tidak sekelas. Sebenarnya<br />

kami relatif dekat karena sering reuni tiap<br />

tahun di rumah dinas beliau di Loji Gandrung.<br />

Sewaktu (beliau) menjadi Gubernur DKI juga<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERVIEW<br />

Presiden Joko Widodo<br />

didampingi Menteri-Sekretaris<br />

Negara Pratikno menerima<br />

anggota Wantimpres di Istana<br />

Merdeka, Rabu (28/1).<br />

WIDODO S. JUSUF/REI/ANTARAFOTO<br />

pernah reuni di rumah beliau, juga di rumah dinas<br />

beliau. Teman-teman saya sudah berumur,<br />

jadi hobinya reuni, he-he-he…. (Hubungan)<br />

beliau dengan temannya tidak ada yang berubah<br />

sejak jadi presiden.<br />

Kami tidak tahu apakah tahun ini ada reuni,<br />

biasanya hari ketiga setelah Lebaran di rumah<br />

dinas. Masak sekarang di Istana Teman-teman<br />

sih pinginnya begitu, cuma ya tidak mudah<br />

kalau di Istana.<br />

Beliau juga sekarang kalau menyapa seperti<br />

biasa saja, sehingga kadang-kadang tidak enak<br />

sendiri. Biasanya kalau orang dengan Presiden<br />

kan “siap-grak-hormat” gitu ya, sementara<br />

dengan teman, beliau memperlakukan sebagai<br />

seorang teman pada umumnya. Mudahmudahan<br />

beliau tidak berubah karena menjadi<br />

seorang presiden. ■ PASTI LIBERTI MAPPAPA<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


BIODATA<br />

NAMA: Prof Sri Adiningsih, PhD<br />

TEMPAT/TANGGAL LAHIR: Surakarta, Jawa Tengah, 11 De sember<br />

1960<br />

PENDIDIKAN<br />

• Doktor Ekonomi Universitas Illinois, Amerika Serikat, 1996<br />

• Master Ekonomi Universitas Illinois, Amerika Serikat, 1989<br />

• Sarjana Ekonomi Pembangunan Universitas Gadjah Mada,<br />

Yogyakarta, 1985<br />

GRANDYOS ZAFNA/DETIKCOM<br />

KARIER<br />

• Anggota Dewan Pengawas Bank Indonesia, 2013-2015<br />

• Direktur Pelatihan dan Penelitian Ekonomika dan<br />

Bisnis Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM, 2013-<br />

2015<br />

• Ketua Jurusan Ekonomi Makro Fakultas Ekonomi<br />

UGM, 2012-2015<br />

• Anggota Dewan Pengurus Universitas<br />

Kristen Duta Wacana, Yogyakarta,<br />

2009 sampai sekarang<br />

• Kepala Pusat Studi Asia-Pasifik<br />

UGM, 2003-2009<br />

MAJALAH DETIK 2 - 8 FEBRUARI 2015


KOLOM<br />

PRAPERADILAN<br />

SEBAGAI PENANGKAL<br />

PROSES HUKUM<br />

DALAM MENANGANI PRAPERADILAN, PARA HAKIM HARUS KEMBALI PADA NORMA<br />

YANG TELAH DIGARISKAN. TIDAK USAH MENGIKUTI KREATIVITAS PENAFSIRAN PARA<br />

PENASIHAT HUKUM ATAU ADVOKAT.<br />

OLEH: DJOKO SARWOKO<br />

BIODATA<br />

Nama: Djoko Sarwoko<br />

Tempat/Tanggal Lahir:<br />

Boyolali, 21 Desember 1943<br />

Pendidikan dan Pelatihan:<br />

● Fakultas Hukum Universitas<br />

Gadjah Mada<br />

● Kursus dan Pelatihan Internasional<br />

Angkatan ke-31 di<br />

TIGA puluh lima tahun usia Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana<br />

(KUHAP) Nomor 8 Tahun 1981 tidak menjadi semakin mantap implementasinya.<br />

Sebaliknya, justru makin melebar sisi penyimpangannya. Praperadilan<br />

misalnya. Secara konseptual, praperadilan adalah instrumen hukum<br />

untuk pengawasan horizontal antara penyidik, penuntut umum, dan pihak ketiga<br />

yang berkepentingan.<br />

Pasal 1 butir 10 KUHAP menyatakan, praperadilan adalah wewenang pengadilan<br />

negeri untuk memeriksa dan memutus (bukan memeriksa dan mengadili karena<br />

masih berbicara tentang formalitas proses perkara) tentang sah-tidaknya penangkapan,<br />

penahanan, penghentian penyidikan, penghentian penuntutan (tidak termasuk<br />

penyampingan suatu perkara untuk kepentingan umum oleh Jaksa Agung),<br />

ganti kerugian, dan/atau rehabilitasi bagi seseorang yang perkaranya dihentikan di<br />

tingkat penyidikan atau penuntutan sebagaimana digariskan di dalam Pasal 77.<br />

Sekalipun ketentuannya sudah cukup jelas, barangkali, karena kurang mendalam<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


KOLOM<br />

●<br />

●<br />

●<br />

UNAFE Fuchu, Jepang,<br />

1986<br />

Kursus dan Seminar<br />

Internasional tentang<br />

Juvenile Delinquency di<br />

Bangkok, Hong Kong,<br />

Shanghai, Beijing, Tokyo,<br />

1990<br />

Konferensi Asia-Pasifik<br />

tentang Pencucian Uang<br />

di Singapura, 2004<br />

Pelatihan masalah HAM<br />

di East West Center,<br />

Hawaii2006, 2011, 2012<br />

Karier:<br />

● Hakim Pengadilan Negeri<br />

Bangli, Bali, 1973-1978<br />

● Panitera Kepala Pengadilan<br />

Negeri Jakarta Utara,<br />

Jakarta Timur, Jakarta<br />

Barat, dan Jakarta Pusat,<br />

1978-1986<br />

● Hakim Pengadilan Negeri<br />

Tanjungpinang, Riau,<br />

pemahamannya atau karena begitu kreatifnya penasihat hukum atau hakim, lalu<br />

untuk menyelamatkan kliennya kemudian membuat penafsiran-penafsiran baru<br />

yang berakibat memperluas atau menambah obyek praperadilan secara tidak<br />

benar dan yang paling sering adalah “meminta agar proses hukum perkara yang<br />

sedang dijalaninya dihentikan penyidikannya”.<br />

Pada 2014, ada dua kasus terkait praperadilan semacam ini. Pertama di Pengadilan<br />

Negeri Jakarta Selatan. Di sana, tersangka perpajakan berinisial TC, Manajer<br />

Keuangan PHS Group, mempraperadilankan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).<br />

Dia memohon agar pengadilan menghentikan penyidikan dengan alasan prosesnya<br />

berlarut-larut hingga mendekati lima tahun. Padahal Undang-Undang Perpajakan<br />

tidak membatasi berapa lama batas waktu penyidikan. Tindak pidana pajak dapat<br />

dikatakan “kedaluwarsa dalam tenggang waktu 10 tahun”, seperti diatur Pasal 40<br />

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983.<br />

Tapi hakim PN Jakarta Selatan mengabulkan permohonan tersebut sehingga penyidikan<br />

tidak dapat berlanjut. Direktorat Jenderal Pajak kemudian melaporkan si<br />

hakim ke Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial. Konon, berdasarkan hasil pemeriksaan<br />

dari Badan Pengawasan (Bawas MA), hakim M. Razzad terbukti melakukan<br />

perbuatan tidak profesional. Dia pun dimutasikan dan menjadi ketua pengadilan di<br />

Nusa Tenggara Barat.<br />

Pengadilan Negeri Jambi pun pernah menangani praperadilan terhadap PPNS<br />

Perpajakan yang diajukan wajib pajak PT NGK. Obyek praperadilan adalah tentang<br />

“tidak sahnya penyitaan pembukuan keuangan perusahaan” yang sebenarnya<br />

dipinjam dalam rangka penyidikan di bidang perpajakan. Hakim mengabulkan<br />

permohonan tersebut. Akibatnya, semua buku yang disita untuk mencari bukti<br />

permulaan harus dikembalikan. Ketika pihak kantor pajak menolak karena masih<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


KOLOM<br />

●<br />

●<br />

●<br />

●<br />

●<br />

1986-1990<br />

Hakim Pengadilan Negeri<br />

Surabaya, 1993-1995<br />

Ketua Pengadilan Negeri<br />

Bogor, 1995-1997<br />

Hakim Tinggi Pengadilan<br />

Tinggi Medan, 1997-1998<br />

Direktur Pidana Mahkamah<br />

Agung, 1998-2001<br />

Ketua Muda Pidana Khusus<br />

Mahkamah Agung<br />

Republik Indonesia,<br />

2009-2014<br />

dipergunakan dalam proses penyidikan, mereka pun dilaporkan ke Polda Jambi<br />

dan telah ditetapkan sebagai tersangka. Kepala kantor pajak dan para penyidiknya<br />

disangka melanggar Pasal 263, 372, 335, dan 429 KUHP.<br />

Bagaimana mungkin PPNS yang sedang menjalankan tugas berbalik dijadikan<br />

tersangka Sungguh sangat menyedihkan. Saya menilai PPNS di bidang perpajakan<br />

Jambi tersebut telah dikriminalisasi. Sedangkan hakim yang memutus praperadilan<br />

telah dilaporkan ke MA dan KY. Tapi, menurut informasi Direktorat Jenderal Pajak,<br />

hingga kini laporan tersebut belum ada kelanjutannya. Di sisi lain, ada isu yang<br />

perlu dibuktikan kebenarannya. Konon, di belakang, wajib pajak adalah pembesar<br />

dari kepolisian di Polda Jambi.<br />

Pasal 36 A ayat (5) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan<br />

Umum dan Tata Cara Perpajakan, yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 16<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


KOLOM<br />

Tahun 2009, menegaskan bahwa “pegawai pajak tidak dapat dituntut, baik secara<br />

perdata maupun pidana, apabila dalam melaksanakan tugasnya didasarkan pada<br />

iktikad baik dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan”.<br />

Ke depan, “sektor pajak” menjadi andalan dan tulang punggung APBN. Tapi,<br />

jika mereka dikriminalisasi seperti itu, saya pesimistis tidak akan dapat menaikkan<br />

pendapatan negara dari sektor pajak.<br />

Dari beberapa contoh kasus tersebut, saya mengimbau para hakim agar sangat<br />

berhati-hati dalam menangani perkara praperadilan. Kembalikan saja pada norma<br />

yang telah menggariskannya dan tidak usah mengikuti kreativitas penafsiran para<br />

penasihat hukum. Sebab, mereka sejatinya memang dibayar oleh kliennya. Hakim<br />

tidak boleh berpikir kreatif karena akan mengakibatkan penyimpangan. Hakim<br />

wajib berpikir normatif di saat aturan undang-undang sudah jelas.<br />

Jangan menganggap kecil perkara praperadilan karena, jika salah memutus<br />

dan mengikuti pola berpikir advokad, dampaknya sangat luas dan dapat merusak<br />

sistem (hukum acara). Pada gilirannya, akan banyak praperadilan yang sampai<br />

tingkat kasasi dan peninjauan kembali. Padahal secara normatif undang-undang<br />

tidak memungkinkan. Akibat yang lain lagi adalah munculnya kecenderungan baru<br />

terjadinya pergeseran tujuan praperadilan, yang semula sebagai alat kontrol menjadi<br />

“upaya hukum” sebagai alat menangkal proses hukum. Mau ke mana sistem<br />

hukum kita Sekali lagi, para hakim harus “back to law and order”. n<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

BERKEBUN<br />

DI BELANTARA KOTA<br />

THINKSTOCK<br />

KEPUNGAN GEDUNG-GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA<br />

METROPOLITAN BUKAN HALANGAN. LAHAN NONPRODUKTIF<br />

DISULAP MENJADI KEBUN HIJAU NAN ASRI.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

MELAKUKAN kegiatan berkebun<br />

di rumah menjadi hal yang sulit<br />

dilakukan bagi Annisa Paramita,<br />

wanita yang sehari-hari bekerja<br />

sebagai karyawan swasta.<br />

Rumahnya di Bekasi tak punya lahan yang<br />

cukup luas untuk “melampiaskan” hobinya<br />

bercocok tanam. Namun perempuan 32 tahun<br />

ini tak berkecil hati.<br />

Annisa pun berinisiatif membeli media tanam<br />

siap pakai di tukang tanaman di pinggir<br />

jalan. Meski tergolong pemula, ia merawat<br />

dengan telaten satu per satu tanaman hijau<br />

yang dibeli agar tumbuh subur.<br />

Namun kendala tetap ditemui. Karena miskin<br />

pengalaman, Annisa sering menjumpai<br />

tanamannya mati akibat hama. Inilah musuh<br />

utama tanaman.<br />

Karena ia tak paham betul bagaimana<br />

mengusir hama, tanamannya pun tak tumbuh<br />

sesuai dengan harapan. “Tanamannya bantet,”<br />

ujarnya saat berbincang dengan majalah<br />

detik.<br />

Annisa pun mulai mencari tahu mengapa<br />

tanamannya selalu gagal panen. Hingga dia<br />

menemukan komunitas peduli lingkungan,<br />

THINKSTOCK<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

INDONESIABERKEBUN<br />

Indonesia Berkebun.<br />

Komunitas ini memang tengah naik daun<br />

beberapa tahun terakhir. Mereka tersebar di<br />

kota-kota metropolitan Indonesia. Tujuan utama<br />

mereka satu: menanami lahan tak terpakai<br />

dengan tanaman hijau.<br />

Yang bikin Annisa senang, komunitas ini<br />

juga secara sukarela memberikan edukasi<br />

mengenai cara bercocok tanam yang baik dan<br />

benar. Aha, inilah yang dia cari, he-he-he.....<br />

Pada awal 2014, Annisa memutuskan bergabung<br />

dengan salah satu jejaring Indonesia<br />

Berkebun, yaitu Bekasi Berkebun.<br />

Lokasinya di pusat kota, tepatnya di rumah<br />

dinas Wakil Wali Kota Bekasi Syaikhu Ahmad<br />

di Jakapermai. Lahannya kira-kira hanya 60<br />

meter persegi. Tidak terlalu luas memang.<br />

Mereka juga berkebun di Perumahan Grand<br />

Bekasi. Tanah seluas 500 meter persegi itu<br />

menjadi tempat bagi para penggiat untuk<br />

melakukan aktivitas berkebun dan saling bertukar<br />

ilmu.<br />

Dari komunitas Bekasi Berkebun, Annisa<br />

tahu bahwa ternyata media tanam yang digunakannya<br />

tidak memiliki unsur hara yang<br />

cukup untuk berkebun sayuran.<br />

Selain itu, untuk mengusir hama secara<br />

organik, Annisa belajar meracik pestisida<br />

nabati. Pestisida ini terbuat dari bahan-bahan<br />

tumbuhan atau dedaunan.<br />

“Aku biasanya buat pestisida dengan bahan<br />

baku bawang putih dan kunyit, dihaluskan<br />

dan diendapkan semalam. Besoknya disaring<br />

dan disemprot dengan perbandingan 1:1,” ujar<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

DIKHY/DETIKCOM<br />

Annisa.<br />

Kini tanaman hijau mulai menghiasi halaman.<br />

Saat ini perempuan yang menjadi juru<br />

bicara Bekasi Berkebun itu baru menguasai<br />

tanaman yang tergolong mudah, seperti<br />

kangkung dan cabai.<br />

Ide Indonesia Berkebun ini berawal dari keinginan<br />

Ridwan Kamil, seorang arsitek yang<br />

kini menjabat Wali Kota Bandung, untuk memanfaatkan<br />

lahan tidur di perkotaan.<br />

Pada 2010, pria yang turut memprakarsai<br />

berdirinya Indonesia Berkebun<br />

ini mulai memperkenalkan konsep<br />

urban farming lewat akun Twitternya.<br />

Tak disangka, cuitan Ridwan<br />

mendapat sambutan positif dari<br />

para netizen. Bersama beberapa<br />

inisiator lainnya, Ridwan memanfaatkan<br />

lahan pertamanya<br />

di Spring Hills, Kemayoran.<br />

Lahan seluas 10 ribu meter<br />

persegi itu dialihfungsikan menjadi<br />

lahan hijau yang produktif. Rupanya<br />

upaya itu berhasil dan peminatnya makin banyak.<br />

Latar belakang para inisiator dan penggiat<br />

yang bukan berasal dari pertanian membuat<br />

mereka harus berusaha ekstra untuk memaksimalkan<br />

penggunaan lahan di Spring Hills.<br />

“Awalnya enggak ngerti apa-apa, tukang<br />

kebun di Spring Hills malah ngajarin kita,” ujar<br />

salah satu inisiator, Sigit Kusumawijaya.<br />

Mereka mencoba menanam tanaman yang<br />

tahan hama dan gampang panen. Misalnya<br />

kangkung. Untuk tahap pertama, mereka<br />

menanami lahan seluas 4.000 meter persegi<br />

dengan tanaman itu.<br />

Antusiasme warga untuk ikut menghijaukan<br />

lahan kosong semakin tak terbendung. Pada<br />

awal 2012, dibentuklah Indonesia Berkebun<br />

untuk menaungi seluruh kegiatan tersebut.<br />

Saat ini komunitas Indonesia Berkebun telah<br />

memiliki 42 jejaring yang tersebar di 33 kota<br />

dan 9 kampus. Sebut saja Jakarta Berkebun,<br />

Makassar Berkebun, Bali Berkebun, hingga<br />

Fakfak Berkebun.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

BERKEBUN WITH FUN<br />

Komunitas ini tidak membeli lahan untuk<br />

berkebun. Mereka hanya meminjam lahan<br />

tidur kepada developer atau pemerintah.<br />

Lahan itu kemudian diolah sedemikian rupa<br />

hingga layak ditanami.<br />

Mula-mula tanah digemburkan. Puingpuing<br />

dan sampah disingkirkan hingga tanah<br />

menjadi subur. Bila lahan sudah siap untuk<br />

tanam perdana, warga yang tertarik “ngebon”<br />

dapat turut serta.<br />

Hasilnya, mulai tanaman kangkung, tomat,<br />

cabai, sawi, hingga wortel, yang sejatinya tidak<br />

dapat tumbuh di dataran rendah, berhasil<br />

mereka tanam.<br />

“Kita memang konsepnya mengajak orang<br />

lebih peduli lingkungan, menanamnya pun<br />

juga bukan estetik, ya. Kita menanam tanaman<br />

produktif yang bisa dikonsumsi,” kata Sigit.<br />

Berbagai kegiatan dilakukan oleh para<br />

INDONESIABERKEBUN<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


GAYA HIDUP<br />

INDONESIABERKEBUN<br />

penggiat Indonesia Berkebun. Acara biasanya<br />

dimulai dengan pemaparan dan edukasi<br />

singkat tentang berkebun, hal ini sangat<br />

bermanfaat bagi pemula.<br />

Selain itu, kegiatan berkebun sering dikolaborasikan<br />

dengan program-program yang<br />

menyenangkan. Alhasil, berkebun ini juga<br />

bisa dijadikan kegiatan “melepas penat” atau<br />

refreshing.<br />

“Mereka setiap hari sudah hectic, ya. Kita<br />

ngajak di akhir pekan ke kebun dengan cara<br />

yang fun. Misalnya, kalau panen, ada cooking<br />

on the spot, rame,” kata Sigit.<br />

Indonesia Berkebun juga mengadakan<br />

Kelas Akademi Berkebun, pelatihan satu hari<br />

penuh untuk belajar cara menanam, merawat,<br />

dan memanen hasil kebunnya secara<br />

intensif.<br />

Kelas ini biasanya diselenggarakan di<br />

daerah Bumi Serpong Damai setiap dua<br />

bulan sekali. “Biasanya ada biaya snack saja,<br />

tapi edukasinya gratis,” ujar Winartania,<br />

koordinator Bekasi Berkebun. n<br />

MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


WISATA<br />

LUPA SEDANG DI<br />

SINGAPURA<br />

RIVERSAFARI.COM.SG<br />

LIDAH JERAPAH BIKIN NYETRUM SAMPAI UBUN-UBUN<br />

DAN AIR LIUR BADAK MEMBASAHI TANGAN SEPERTI<br />

KUCURAN KERAN. EUUW!<br />

WIKIPEDIA<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


WISATA<br />

WIKIPEDIA<br />

SELAIN rimba beton perkantoran<br />

dan shopping mall yang jadi<br />

“identitas”, Singapura ternyata menyisihkan<br />

sebagian lahannya untuk<br />

tempat hidup satwa.<br />

Tengoklah peta Singapura bagian barat pusat<br />

kota. Kawasan ini ditandai dengan warna<br />

hijau. Di sinilah terdapat Jurong Bird, Singapore<br />

Zoo, River Safari, dan Night Safari.<br />

Kawasan luas nan hijau ini menjadi habitat<br />

satwa berbagai latar belakang geografis dan<br />

iklim. Semua berkonsep terbuka, tak ada<br />

satu pun hewan hidup dalam kerangkeng.<br />

Demi keamanan, pengelola hanya membuat<br />

parit agar manusia tak mendekat. Satwa<br />

langka yang hidup di sini mendapat perhatian<br />

khusus. Selain dirawat, mereka dilindungi dan<br />

dibiakkan.<br />

Wildlife Reserves Singapore menjadi badan<br />

independen swadana yang menginduki empat<br />

taman margasatwa ini. Mereka mendedikasikan<br />

diri untuk menjaga keanekaragaman<br />

hayati lokal dan global.<br />

Majalah detik berkesempatan mengunjungi<br />

keempat lokasi wisata tersebut atas<br />

undangan pengelola. Dan Singapore Zoo<br />

SILVIA/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


WISATA<br />

SILVIA/DETIKCOM<br />

menjadi lokasi pertama yang dikunjungi.<br />

Ingin merasakan juluran lidah jerapah yang bikin nyetrum<br />

sampai ubun-ubun Atau memberi makan badak putih yang air<br />

liurnya membasahi tangan seperti kucuran keran Datanglah ke<br />

kebun binatang ini.<br />

Pada jam-jam memberi makan, kita dapat ikut menyodorkan<br />

seporsi sayur-sayuran ke jerapah, badak, gajah, dan babun. Namun<br />

jangan coba-coba ikut memberi makan singa. Lebih baik jadi<br />

penonton saja.<br />

Untuk hewan yang satu ini, hanya petugas berpengalaman yang<br />

boleh melemparkan potongan-potongan ayam mentah ke arah<br />

dua ekor singa di seberang parit.<br />

Singapore Zoo berada di seputar Upper Seletar Reservoir, salah<br />

satu kawasan tangkapan air Singapura. Di kawasan<br />

seluas 26 hektare inilah, 2.800 ekor hewan<br />

dari 300 spesies bermukim, 26 persen<br />

spesies di antaranya terancam punah.<br />

Kebun binatang berusia 42 tahun<br />

itu menggunakan program pemberian<br />

makan sebagai salah satu cara<br />

mendekatkan pengunjung dengan<br />

hewan-hewan.<br />

Setelah terkenal dengan konsep<br />

terbuka, belakangan Singapore Zoo<br />

DETIKTRAVEL<br />

WIKIPEDIA<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


WISATA<br />

melangkah lebih jauh menjadi kebun binatang<br />

pendidikan (learning zoo) agar dapat maksimal<br />

menyampaikan pesan tentang konservasi.<br />

Singapore Zoo membuka pintu untuk<br />

rombongan siswa berusia 8-10 tahun<br />

yang datang didampingi guru. Mereka<br />

dapat mengenal hewan secara langsung<br />

dan menggunakan seluruh indra, hal<br />

yang tak dapat dilakukan di sekolah.<br />

“Kami ingin mengubah cara pandang<br />

bahwa guru membawa murid ke kebun<br />

binatang hanya untuk belajar sains,” ujar<br />

kurator dan pendidikan Wildlife Reserves Singapore<br />

Rekha K.R. Nair saat mengantar beberapa<br />

wartawan asal Indonesia berkeliling.<br />

Menurut Rekha, Jurong Bird Park, Singapore<br />

Zoo, Night Safari, dan River Safari dapat<br />

digunakan untuk macam-macam pelajaran:<br />

matematika, sains, bahasa Inggris, bahkan<br />

bahasa ibu.<br />

Perihal bahasa ibu tak lepas dari empat ras<br />

besar yang menghuni Singapura, yakni Melayu,<br />

Tionghoa, Tamil, dan Eurasia, yang punya<br />

bahasa masing-masing.<br />

SILVIA/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


WISATA<br />

DETIKTRAVEL<br />

SILVIA/DETIKCOM<br />

Jadi, jika yang datang salah satu kelompok<br />

itu, bahasa pengantarnya adalah bahasa<br />

kelompok etnis itu. Namun sejauh ini baru<br />

bahasa Inggris dan Mandarin yang digunakan.<br />

Program berbahasa Melayu dan Tamil belum<br />

diterapkan.<br />

Atraksi burung selalu menarik untuk anakanak<br />

sampai orang dewasa. Seperti yang ditampilkan<br />

kakatua bernama Butter serta dua<br />

beo bernama Hippie dan Michael.<br />

Dipandu seorang pelatih, ketiganya beratraksi<br />

di sebuah panggung rendah. Hippie<br />

pandai memilah sampah. Menggunakan paruh,<br />

beo ini memungut kaleng minuman, lalu<br />

memasukkannya ke tempat sampah khusus<br />

kaleng.<br />

Dia kemudian mengambil kertas yang diremuk<br />

dan memasukkannya ke tempat sampah<br />

khusus kertas. Kawannya, Butter, selalu tahu<br />

ke mana harus terbang, yakni ke siapa saja<br />

yang membawa mangkuk makanannya.<br />

Dia akan hinggap ke mana saja mangkuk<br />

makanannya itu berada, walau itu di tangan<br />

penonton. Sedangkan Michael lihai menang-<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


WISATA<br />

SILVIA/DETIKCOM<br />

kap kacang yang dilemparkan pelatih, ke mana<br />

pun arahnya dan seberapa pun tingginya.<br />

Aktivitas tersebut ada di Jurong Bird Park,<br />

taman burung terbesar di Asia (luas 20,2<br />

hektare) yang dibuka pada 1971. Lokasinya di<br />

Bukit Jurong yang berkontur.<br />

Hingga kini, taman burung ini menyimpan<br />

lebih dari 5.000 ekor burung dari 400-an<br />

spesies dari seluruh dunia, yang 15 persen di<br />

antaranya terancam punah.<br />

Kekhawatiran adanya penyiksaan hewan<br />

selalu muncul setiap kali hewan ditampilkan<br />

dalam atraksi, tak terkecuali atraksi burung.<br />

Namun kekhawatiran ini ditepis General Manager<br />

Jurong Bird Park R. Raja Segran.<br />

Dia mengatakan bentuk pelatihan di sini<br />

positif, tak ada yang negatif, semisal memukul<br />

atau membuat hewan kelaparan. Pelatihan<br />

justru punya dampak bagus untuk burung.<br />

“Burung lebih mandiri dan cerdas dibanding<br />

hewan peliharaan lain, seperti kucing dan<br />

anjing,” ujarnya.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


WISATA<br />

Menurut Sagran, beo memiliki IQ setara<br />

dengan manusia umur 3 tahun dan hanya<br />

mengerti yang positif. Jika kita melakukan hal<br />

negatif, seperti memukul atau kekerasan lain,<br />

kita tak akan mendapatkan apa-apa.<br />

Karena itu, yang dibangun hanyalah kepercayaan<br />

dan komunikasi serta sebuah keharusan<br />

bagi pelatih untuk mengetahui perilaku alami<br />

hewan. Respons tiap burung yang dilatih pun<br />

berbeda-beda.<br />

Tak aneh jika ada burung yang hanya butuh<br />

3-6 bulan pelatihan, ada yang tiga tahun baru<br />

siap tampil, tapi ada juga burung yang tak<br />

berbakat untuk tampil dalam atraksi.<br />

Berjalan di bawah ikan-ikan raksasa, tenggelam<br />

di tengah banjir, dan berperahu menyusuri<br />

“Sungai Amazon” yang berliku sambil<br />

menikmati aneka hewan di kanan-kiri adalah<br />

keasyikan tersendiri di River Safari.<br />

Letak River Safari bertetangga dengan Singapore<br />

Zoo di seputar Upper Seletar Reservoir.<br />

Inilah taman margasatwa bertema sungai<br />

pertama dan satu-satunya di Asia.<br />

Luasnya 12 hektare, dihuni 400 spesies<br />

SILVIA/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


WISATA<br />

SILVIA/DETIKCOM<br />

tanaman dari 200 spesies (40 persennya<br />

terancam punah). River Safari didesain<br />

menampilkan habitat air tawar dari sungai-sungai<br />

terkenal di dunia.<br />

Misalnya Sungai Amazon, Sungai Mekong,<br />

dan Sungai Nil. Hewan air dan darat<br />

dari habitat sungai ikonik tersebut ditampilkan<br />

bersama budaya yang mengelilinginya.<br />

Seperti Amazon Flooded Forest, akuarium<br />

air tawar terbesar di dunia yang menampilkan<br />

ekosistem Sungai Amazon pada<br />

musim hujan (Desember hingga Juni).<br />

Saat itu air sungai meluap hingga kedalaman<br />

10 meter, dan lebarnya bertambah<br />

dari yang hanya 4-5 kilometer pada musim<br />

panas jadi 50 kilometer pada musim hujan.<br />

Alhasil, ada pemandangan unik tiap musim<br />

hujan, yakni ikan, manati (lembu laut),<br />

atau berang-berang raksasa berenang<br />

di antara dahan pepohonan yang pada<br />

musim panas merupakan tempat tinggal<br />

burung.<br />

Walau namanya River Safari, bukan ber-<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


WISATA<br />

arti lokasi ini hanya berisi hewan air. Ada pula<br />

sepasang panda menggemaskan bernama Kai<br />

Kai (jantan) dan Jia Jia (betina). Kai Kai dan Jia<br />

Jia tinggal di dalam ruangan yang dibuat mirip<br />

alam asal mereka di kawasan Sungai Yangtze,<br />

Tiongkok, yang rindang dengan tanaman,<br />

berbatu-batu, dialiri air, dan dengan suhu<br />

tetap 18-22 derajat Celsius.<br />

Maka lihatlah, seberapa sibuk pengunjung<br />

memotret dan memanggil nama mereka,<br />

keduanya tetap asyik mengunyah bambu,<br />

kadang sambil berguling-guling, seperti tak<br />

terganggu.<br />

Jangan salah, Night Safari bukan Singapore<br />

Zoo di waktu malam. Night Safari, yang mulai<br />

beroperasi pada 26 Mei 1994, adalah taman<br />

safari pertama di dunia yang mengkhususkan<br />

diri pada hewan malam (nokturnal).<br />

Karena itu, kebun binatang ini baru mulai<br />

buka pukul 19.30 waktu setempat dan tutup<br />

pukul 12.00 tengah malam. Letaknya persis<br />

bersebelahan dengan River Safari.<br />

Hewan ikonik di sini antara lain gajah Asia<br />

bernama Chawang, yang lahir lewat program<br />

SILVIA/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 15 FEBRUARI 2015<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


WISATA<br />

penangkaran, macan Malaya, kucing bakau<br />

(Prionailurus viverrinus), anjing hutan, macan<br />

dahan (Neofelis nebulosa), anoa, banteng,<br />

tapir, dan singa Asia (Panthera leo persica).<br />

Taman safari ini dapat dijelajahi dengan berjalan<br />

kaki (walking trail) selama dua jam atau<br />

naik trem selama 35 menit. Karena beroperasi<br />

malam, Night Safari relatif ketat dibanding Singapore<br />

Zoo dengan pertimbangan keamanan.<br />

Night Safari bukanlah hutan yang gelapgulita,<br />

tetap ada lampu bercahaya lembut di<br />

tempat tergelap sekalipun. Dan di antara<br />

suara hiena di kejauhan, Walter, pemandu<br />

kami, tak henti menjelaskan hewan yang kami<br />

lewati.<br />

Tentang bison yang jadi lambang minuman<br />

berenergi, tentang babi rusa yang malam itu<br />

kekenyangan, juga tentang kerbau Afrika yang<br />

agresif sehingga Walter harus menurunkan<br />

suaranya serendah mungkin.<br />

Hingga kemudian lampu semakin banyak<br />

dan semakin terang, gerbang Night Safari<br />

pun tampak lagi. Artinya, perjalanan sudah<br />

mencapai akhir. Hari ini menjadi penutup dari<br />

tiga hari menyenangkan yang membuat kami<br />

lupa sedang berada di Singapura. n<br />

SILVIA GALIKANO | KEN YUNITA<br />

SILVIA/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 15 FEBRUARI 2015<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


KULINER<br />

KHAS SOLO<br />

YANG DISUKA<br />

SELAIN NASI LIWET,<br />

SOLO TERKENAL<br />

DENGAN NASI LANGGI<br />

YANG MERIAH.<br />

FOTO-FOTO: GRANDYOS/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


KULINER<br />

NIAT awalnya cuma iseng. Namun,<br />

yang sebelumnya hanya untuk<br />

mengisi waktu luang, kini menjadi<br />

bisnis yang menghasilkan banyak<br />

uang.<br />

Pada 1998, Swan iseng membuka warung<br />

sederhana di garasi rumah. Modalnya cuma<br />

cobek dan blender. Dia menjual rujak dan aneka<br />

jus untuk anak-anak yang pulang sekolah.<br />

Lama-kelamaan, jualan warungnya berkembang.<br />

Hingga akhirnya dia mendirikan restoran<br />

hidangan khas Solo, yang kini telah memiliki<br />

lima cabang di Jakarta dan Tangerang.<br />

Salah satu cabangnya berada di Jalan Panglima<br />

Polim, Jakarta Selatan, tempat saya dan<br />

teman saya mampir hari itu. Jam sudah menunjukkan<br />

lewat jam makan siang, tapi Dapur<br />

Solo masih ramai.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


KULINER<br />

Terlihat beberapa tamu tengah<br />

asyik menyantap nasi liwet,<br />

menu khas Solo. Hmm…<br />

melihat betapa lahapnya<br />

mereka makan, saya<br />

hampir yakin nasi itu<br />

lezat.<br />

Ada dua pilihan area<br />

tempat makan, indoor<br />

dan outdoor. Namun,<br />

meski di area outdoor,<br />

pengunjung tak perlu takut<br />

terkena sengatan sinar matahari<br />

berlebih.<br />

Area ini dilindungi terpal putih tebal. Udaranya<br />

juga tidak panas karena sirkulasi<br />

udara di area ini lancar. Untuk<br />

yang suka angin sepoi-sepoi,<br />

pasti suka duduk di area<br />

ini.<br />

Seperti layaknya<br />

area outdoor, terlihat<br />

sejumlah tanaman hijau.<br />

Menurut saya, suasananya<br />

nyaman dan menyenangkan. Saya bisa<br />

berlama-lama di sini.<br />

Area indoor-nya lebih kecil. Meja-kursi untuk<br />

tamu terbuat dari kayu cokelat tua. Kehadiran<br />

motif batik parang di lampu gantung menghadirkan<br />

suasana tradisional sekaligus modern.<br />

Di sudut kiri ruangan terdapat etalase kaca<br />

berisi aneka ragam bahan untuk membuat<br />

rujak, tahu gejrot, es Solo, dan bubur Jawa.<br />

Terlihat menggiurkan.<br />

Saking asyiknya melihat suasana, saya sampai<br />

lupa memilih tempat duduk. Seorang pelayan<br />

berseragam batik mendatangi saya dengan<br />

ramah. Dia menawari saya tempat duduk.<br />

Dia lalu menyerahkan satu buku menu. Di<br />

dalamnya tentu saja berisi aneka pilihan menu<br />

masakan khas Solo. Eh, ternyata ada juga masakan<br />

khas Jawa yang bukan berasal dari Solo.<br />

Wah.<br />

Pertama-tama, mata saya sibuk melihat menu-menu<br />

minuman. Wedang Wuh atau Wedang<br />

Uwuh menjadi salah satu yang menarik<br />

dan ingin saya coba.<br />

Minuman yang dihargai Rp 20 ribu itu meru-<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


KULINER<br />

pakan minuman tradisional Jawa, terbuat dari<br />

bahan-bahan berupa dedaunan. Sekilas mirip<br />

sampah. Karena itulah minuman ini disebut<br />

Wedang Uwuh.<br />

Dalam bahasa Jawa, uwuh berarti sampah.<br />

Menurut salah satu pelayan, minuman ini punya<br />

khasiat menghangatkan badan. Wah, cocok<br />

diminum saat musim hujan seperti sekarang,<br />

nih.<br />

Tampilannya memang tak terlalu menarik.<br />

Berwarna merah cerah dengan “ampas” aneka<br />

bahan, seperti jahe, serutan kayu manis, cengkeh,<br />

daun jeruk, pala, dan kapulaga. Aromanya<br />

khas.<br />

Begitu minuman itu masuk mulut, aroma<br />

khas rempah-rempah langsung terasa pada sesapan<br />

pertama. Rasa manis gula batu bercampur<br />

dengan rasa pedas yang menghangatkan<br />

tubuh.<br />

Teman saya juga tak mau kalah. Berhubung<br />

hari itu hujan dan cuaca Jakarta cukup dingin,<br />

teman saya juga memesan minuman yang<br />

berfungsi menghangatkan badan.<br />

Bandrek memang sudah biasa, tapi bagaimana<br />

dengan bandrek kelapa (Rp 20 ribu)<br />

Minuman kecokelatan berupa campuran jahe<br />

dengan gula merah ini punya cita rasa gurih<br />

karena adanya serutan kelapa.<br />

Untuk camilan, saya memesan tahu gejrot<br />

(Rp 18 ribu). Satu porsi tahu Sumedang dipotong<br />

kecil yang disiram dengan saus gula merah<br />

dicampur potongan bawang merah, bawang<br />

putih, dan cabai.<br />

Hidangan tahu gejrot ini juga dilengkapi satu<br />

potong belimbing wuluh yang dimemarkan.<br />

Rasa manis-pedas begitu meresap dalam setiap<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


KULINER<br />

gigitan tahunya.<br />

Nah, sekarang<br />

giliran saya<br />

menyantap<br />

hidangan Solo<br />

yang melegenda,<br />

Selat<br />

Solo (Rp 32<br />

ribu). Sekilas,<br />

hidangan<br />

ini menyerupai<br />

steak, tapi telah berakulturasi dengan<br />

makanan khas Solo.<br />

Satu piring Selat Solo berisi daging sapi,<br />

selada, kentang, wortel, buncis, telur pindang,<br />

keripik kentang, dan acar mentimun. Dibanding<br />

steak, selat Solo lebih mirip daging semur.<br />

Rasanya sedikit asam karena terdapat campuran<br />

sedikit mustard. Potongan daging sapinya<br />

tidak terlalu besar. Teksturnya empuk dan<br />

lembut. Saya suka.<br />

Selain nasi liwet, nasi langgi merupakan hidangan<br />

khas Solo. Saya memesan Nasi Langgi<br />

Kuning Spesial (Rp 33 ribu). Tampilannya sangat<br />

meriah.<br />

Mengapa Selain nasinya berwarna kuning,<br />

lauk-pauk yang menyertai nasi amat sangat<br />

beragam. Ada sambal goreng kentang, ayam,<br />

abon sapi, telur dadar potong tipis, dan serundeng<br />

kelapa. Kering kentang berwarna keemasan,<br />

lalapan, sambal, dan kerupuk udang.<br />

Benar-benar ramai dan tentu saja menggoda<br />

untuk segera disantap.<br />

Mulailah menyantap masing-masing lauk<br />

dan nasinya. Resapi tiap-tiap rasanya. Baru<br />

setelah itu, campurlah seluruh komponen dan<br />

dimakan bersamaan.<br />

Rasa gurih, pedas, dan segar bercampur<br />

menjadi satu. Dijamin nikmat. Sayang, daging<br />

ayamnya agak alot. Mungkin kurang lama dimasak.<br />

Untuk penutup, saya memesan es cincau (Rp<br />

20 ribu). Cincau hijau berkolaborasi de ngan<br />

gurihnya santan kelapa dan sirop gula putih<br />

benar-benar menjadi penutup mulut yang manis<br />

untuk saya. n MELISA MAILOA | KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

TIONGKOK<br />

PERTARUHAN<br />

MOBIL<br />

MURAH<br />

TIONGKOK<br />

SETELAH SUKSES DI NEGERI SENDIRI,<br />

SAIC-GM-WULING AUTOMOBILE IKUT PROGRAM<br />

MOBIL MURAH INDONESIA.<br />

MAJALAH DETIK 92 - 15 - 8 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

TIONGKOK<br />

Pameran otomotif terbesar<br />

di Tanah Air, Indonesia<br />

International Motor Show<br />

2014, memperlihatkan<br />

deretan mobil murah. Kelas<br />

ini memancing produsen<br />

Tiongkok untuk datang.<br />

AGUNGPAMBUDHY/DETIKCOM<br />

KEDATANGAN rombongan perusahaan<br />

otomotif terbesar Tiongkok,<br />

SAIC-GM-Wuling Automobile, di<br />

Kementerian Perindustrian seperti<br />

mendadak. Tidak banyak yang tahu bahwa pada<br />

Jumat petang tersebut para petinggi pabrik<br />

mobil yang di negeri asalnya sanggup melawan<br />

raksasa otomotif dunia itu bakal bertemu dengan<br />

Menteri Saleh Husin.<br />

Baru beberapa hari kemudian informasi<br />

pertemuan itu menyeruak ke permukaan. Rombongan<br />

petinggi Wuling itu membawa kabar<br />

mengejutkan. Mereka akan mengikuti program<br />

mobil murah (low cost green car atau LCGC)<br />

yang digelar Indonesia. Program ini sebelumnya<br />

membuat sejumlah merek Jepang membuka<br />

pabrik baru, mulai Toyota, Nissan, Suzuki,<br />

sampai Honda, dan mobil seperti Toyota Agya<br />

atau Datsun Go mondar-mandir di jalanan.<br />

Wuling sudah menyiapkan dana sampai US$<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

TIONGKOK<br />

Pekerja di pabrik<br />

SAIC-GM-Wuling Automobile<br />

sedang merakit minibus di<br />

Liuzhou, Tiongkok. Merek lokal<br />

paling top di sana ini mulai<br />

masuk Indonesia.<br />

QILAI SHEN/GETTY IMAGES<br />

700 juta (sekitar Rp 8,4 triliun) untuk membuat<br />

pabrik baru seperti disyaratkan dalam program<br />

itu. “Rencananya pada Agustus 2017 sudah<br />

mulai produksi mobil,” ujar Pelaksana Tugas<br />

Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis<br />

Teknologi Tinggi, Panggah Susanto.<br />

Ini mengejutkan karena selama ini merekmerek<br />

Tiongkok tidak “bunyi” di pasar Indonesia,<br />

tapi Wuling berani mempertaruhkan<br />

triliunan rupiah. Merek yang sempat berusaha<br />

menerobos pasar Indonesia, yaitu Geely dengan<br />

sejumlah seri sedan dan Chery dengan<br />

mobil kecil QQ, tidak bisa banyak berbuat. Tak<br />

cuma di Indonesia sebenarnya. Di pasar dalam<br />

negeri mereka sendiri, sebenarnya merek lokal<br />

juga kesulitan menembus merek dari Amerika,<br />

Eropa, Korea, atau Jepang.<br />

Mungkin yang membuat Wuling berani masuk<br />

pasar Indonesia adalah posisi mereka sangat<br />

bagus di dalam negeri mereka. Geely dan<br />

Chery tidak masuk daftar 10 merek terlaris di<br />

sana, sedangkan Wuling—bersama Changan—<br />

berhasil masuk peringkat 10 besar merek paling<br />

laris tahun lalu. Malah, Wuling berada di posisi<br />

kedua, hanya kalah dari VW.<br />

Tak cuma itu, produk MPV mereka, Wuling<br />

Hongguang, yang menjadi mobil terlaris di<br />

Tiongkok dan ketiga sedunia tahun lalu setelah<br />

diproduksi 750 ribu unit, juga sudah berani diekspor,<br />

yakni ke India. Hanya, di India, “mocin”<br />

alias mobil dari Cina ini diberi cap “Chevrolet<br />

Enjoy”. General Motors memberi cap “Chevro-<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

TIONGKOK<br />

Petugas sedang memeriksa<br />

mobil kecil Mitsubishi Mirage<br />

di Jakarta. Mobil produksi<br />

Thailand ini termasuk salah<br />

satu pemain utama di<br />

Indonesia.<br />

YUDHI MAHATMA/ANTARA<br />

let” karena memegang 40 persen saham SAIC-<br />

GM-Wuling Automobile.<br />

Panggah Susanto mengatakan pabrik Wuling<br />

akan dibangun di 60 hektare lahan di kawasan<br />

industri Kota Delta Mas, Cikarang, Jawa Barat.<br />

Peletakan batu pertama bakal dilaksanakan<br />

Agustus dan butuh sekitar dua tahun untuk<br />

membawa peralatan pabrik dari Tiongkok ke<br />

sana. Jika sudah beroperasi penuh, 150 ribu<br />

mobil bisa dibuat di sana setiap tahunnya.<br />

Ia mengatakan Wuling mendirikan pabrik<br />

agar bisa memenuhi syarat diskon pajak dalam<br />

program mobil murah alias LCGC. Selain<br />

ditentukan kapasitas mesin dan harga yang hanya<br />

puluhan juta rupiah, program ini memang<br />

mensyaratkan pemilik merek mesti membuat<br />

pabrik baru di Indonesia.<br />

Selain memenuhi pasar dalam negeri, menurut<br />

Panggah, Wuling akan menjadikan pabrik di<br />

Cikarang itu pijakan untuk pasar ASEAN, yang<br />

mulai terbuka penuh tahun depan. “Mereka<br />

juga ingin masuk ke pasar ASEAN dalam rangka<br />

Masyarakat Ekonomi ASEAN,” kata Panggah.<br />

Untuk urusan mobil murah, Wuling sangat<br />

menguasai triknya. Di Tiongkok, mereka biasa<br />

membuat mobil dengan harga jual di kisaran<br />

US$ 5.000 hingga US$ 10 ribu (Rp 63-126 juta).<br />

Produk mereka, selain MPV, adalah minibus<br />

kecil semacam Suzuki Carry atau Daihatsu<br />

Espass. Seperti dikutip Reuters, bos General<br />

Motors Cina Matt Tsien mengatakan produk<br />

yang akan dihasilkan di Indonesia ini sesuai se-<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

TIONGKOK<br />

Mobil murah produksi<br />

Daihatsu, Ayla, saat<br />

diluncurkan. Ayla dan<br />

kembarannya, Toyota Agya,<br />

menjadi produk awal mobil<br />

murah di Indonesia.<br />

YUDHI MAHATMA/ANTARA<br />

lera sini, yakni mobil dengan tiga baris tempat<br />

duduk penumpang.<br />

Persaingan berebut pasar mobil murah di Indonesia<br />

pun semakin ketat. Tapi produsen Jepang,<br />

yang merajai jalanan Indonesia, agaknya tidak<br />

gentar. Ketua III Gabungan Industri Kendaraan<br />

Bermotor Indonesia Johnny Darmawan mengatakan<br />

selama ini mereka sudah bersaing. “Kalau<br />

bersaing itu mah biasa, tapi yang penting jangan<br />

ada privilese-privilese dari pemerintah,” ujar<br />

Johnny, yang hingga tahun lalu menjadi Direktur<br />

Utama PT Toyota Astra Motor.<br />

Pihak Wuling, menurut Panggah, tidak meminta<br />

insentif kepada pemerintah. “Kami sampaikan kepada<br />

mereka, ikuti semua regulasi yang berlaku,”<br />

kata Panggah. n HANS HENRICUS B.S. ARON<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

TIONGKOK<br />

MENEROBOS MEREK ASING<br />

TIDAK gampang membuat<br />

mobil dan menerobos<br />

pasar yang didominasi<br />

merek dari Jepang, Korea,<br />

Eropa, atau Amerika Serikat. Ini juga<br />

terjadi di Tiongkok. Di negeri itu, 10<br />

merek teratas terlaris tahun lalu nyaris<br />

semuanya asing. Hanya dua merek lokal<br />

yang berhasil menembus dominasi<br />

asing itu. Salah satu merek lokal itu<br />

adalah Wuling, yang penjualannya hanya<br />

kalah dari VW.<br />

Itu dari merek terlaris. Di daftar<br />

model yang laku lebih dari 200 ribu<br />

unit—ada 17 model di sana—hanya<br />

dua bermerek Tiongkok. Dan Wuling<br />

Hongguang malah menjadi bintang<br />

di kategori ini. Mobil MPV ini terjual<br />

sampai 750 ribu buah tahun lalu alias<br />

terlaris di Tiongkok dan terlaris ketiga<br />

di dunia.<br />

Bagaimana dengan Chery dan<br />

Geely, dua merek yang sempat mencoba<br />

peruntungan di Indonesia Di<br />

negeri asalnya, Chery menjual 476<br />

ribu dan Geely 426 ribu unit selama<br />

setahun. Banyak Untuk ukuran Indonesia<br />

memang banyak. Tapi, untuk<br />

ukuran Tiongkok, itu sangat kecil<br />

karena VW bisa menjual 2,7 juta unit<br />

dan SGMW (Wuling) bisa menjual 1,4<br />

juta unit selama setahun saja. Posisi<br />

Chery dan Geely ini kalah dari merekmerek<br />

Jepang, Korea, dan Amerika<br />

Serikat. Chery pun harus puas di peringkat<br />

14 dan Geely di peringkat 17.<br />

10 MOBIL TERLARIS DI TIONGKOK<br />

MOBIL dengan merek lokal di Tiongkok memang harganya jauh lebih miring. Meski begitu, hanya dua merek yang<br />

sanggup menembus 10 besar mobil terlaris di sana. Merek nomor satu di sana adalah Wuling Hongguang, yang harga<br />

termurahnya hanya 45 ribu yuan (sekitar Rp 91 juta). Dengan harga seperti ini, MPV sekelas Avanza yang sudah masuk<br />

India dengan cap Chevrolet Enjoy ini bisa menyisihkan merek-merek global lain. Berikut ini daftar 10 mobil terlaris di sana.<br />

1<br />

1. WULING HONGGUANG<br />

Mobil produksi SAIC-GM-Wuling<br />

Automobile ini tak cuma terlaris di Tiongkok,<br />

tapi juga menjadi mobil terlaris<br />

ketiga dunia. Selain di Tiongkok, Wuling<br />

Hongguang dijual di India dengan nama<br />

Chevrolet Enjoy. Produsen inilah yang<br />

akan membuka pabrik di Indonesia<br />

untuk memproduksi mobil murah.<br />

Harga: 45 ribu yuan (Rp 91 juta)<br />

Terjual: 750 ribu unit<br />

2<br />

2. VW LAVIDA SEDAN<br />

Sedan empat pintu ini diproduksi<br />

Shanghai Volkswagen Automotive untuk<br />

pasar Tiongkok saja. Sedan kecil ini,<br />

dengan ukuran mesin 1.400-2.000 cc,<br />

sangat laris dan pernah menjadi mobil<br />

terlaris di sana.<br />

Harga: 134 ribu yuan (Rp 270 juta)<br />

Terjual: 372 ribu unit<br />

3<br />

3. HAVAL H6<br />

Mobil SUV menengah ini produksi<br />

merek lokal Great Wall. Mobil ini mulai<br />

diproduksi sejak 2011. Selain diproduksi<br />

di Tianjin, Tiongkok, Haval H6 dirakit<br />

di Bulgaria untuk pasar Eropa. Meski<br />

berpenampilan sangar, SUV ini hanya<br />

bermesin 1.500-2000 cc.<br />

Harga: 96 ribu yuan (Rp 194 juta)<br />

Terjual: 316 ribu unit<br />

4<br />

4. VW SAGITAR<br />

Sedan lain dari VW ini pada dasarnya<br />

mirip dengan VW Jetta dengan mesin<br />

1.400-2.000 cc. Meski begitu, harganya<br />

diposisikan lebih mahal. VW Sagitar<br />

diproduksi joint venture lain VW di<br />

Tiongkok, yakni FAW-Volkswagen<br />

Harga: 142 ribu yuan (Rp 286 juta)<br />

Terjual: 300 ribu unit<br />

5<br />

5. NISSAN SYLPHY<br />

Di Indonesia, sedan ini serupa dengan<br />

Nissan Almera, sedan yang digunakan<br />

salah satu operator taksi di Jakarta. Sedan<br />

ini bermesin 1.600-2.000 cc.<br />

Harga: 100 ribu yuan (Rp 201 juta)<br />

Terjual: 300 ribu unit<br />

6<br />

6. VW JETTA<br />

Bermesin 1.400-1.600 cc, sedan kecil ini<br />

menjadi salah satu andalan jualan VW<br />

di Tiongkok.<br />

Harga: 83 ribu yuan (Rp 167 juta)<br />

Terjual: 297 ribu unit<br />

7<br />

7. BUICK EXCELLE<br />

General Motors masih “memelihara”<br />

merek Buick khusus untuk Tiongkok,<br />

karena di negara itu sudah populer<br />

sebelum Perang Dunia II. Buick Execelle<br />

pada dasarnya mirip dengan Chevrolet<br />

Cruze.<br />

Harga: 97 ribu yuan (Rp 195 juta)<br />

Terjual: 293 ribu unit<br />

8<br />

8. VW SANTANA<br />

VW ini merupakan versi sedan dari VW<br />

Passat. Ukuran mesin serupa dengan<br />

sedan-sedan VW lain yang laris, yakni<br />

1.400-1.600 cc.<br />

Harga: 85 ribu yuan (Rp 171 juta)<br />

Terjual: 285 ribu unit<br />

9<br />

9. CHEVROLET CRUZE<br />

Sedan kecil andalan General Motors ini<br />

dipasarkan di banyak negara dunia sejak<br />

2008.<br />

Harga: 110 ribu yuan (Rp 221 juta)<br />

Terjual: 268 ribu unit<br />

10<br />

10. HYUNDAI ELANTRA<br />

LANGDONG<br />

Di Tiongkok, Hyundai Elantra memiliki<br />

dua versi. Versi Langdong, seperti Elantra<br />

di negara lain, dan versi Yue Dong<br />

untuk yang modelnya sudah diubah<br />

sedikit.<br />

Harga: 140 ribu yuan (Rp 282 juta)<br />

Terjual: 252 ribu unit<br />

SUMBER: CHINAAUTOWEB.COM / CHINA ASSOCIATION OF AUTOMOBILE MANUFACTURERS / CHINAUTOWEB.COM / VW.COM.CN<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

TIONGKOK<br />

TETAP WULING,<br />

BUKAN CHEVROLET<br />

BERBEDA DENGAN DI INDIA, DI<br />

INDONESIA WULING TAK AKAN<br />

BERGANTI NAMA MENJADI<br />

CHEVROLET.<br />

FOTO: THIKSTOCK<br />

FOTO: REUTERS/BEAWIHARTA<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

TIONGKOK<br />

Wuling Hongguang, yang<br />

diberi nama Chevrolet<br />

Enjoy, saat peluncuran<br />

di India dua tahun silam.<br />

MPV ini adalah mobil<br />

terlaris di Tiongkok dan<br />

terlaris ketiga dunia.<br />

AFP PHOTO/ SAM PANTHAKY<br />

MOBIL bernama Chevrolet<br />

Enjoy itu dipasarkan di India<br />

sejak pertengahan 2013. Bentuknya<br />

MPV yang agak tinggi,<br />

cenderung mirip minibus seperti<br />

Nissan Evalia. Kapasitas penumpangnya<br />

tidak berbeda dengan MPV kecil yang juga<br />

populer di Indonesia, seperti Toyota Avanza.<br />

Media-media India menyebut mobil ini sebagai<br />

pesaing Ertiga, mobil MPV yang juga cukup<br />

laris di Indonesia.<br />

Jangan kaget, meski ada logo Chevrolet<br />

pada grill-nya, sejatinya mobil itu bermerek<br />

Tiongkok, Wuling, model Wuling Hongguang.<br />

Ini mobil terlaris di Tiongkok dan terlaris ketiga<br />

dunia dengan penjualan mencapai 750 ribu unit<br />

tahun lalu. Hanya, untuk pasar India mereknya<br />

diganti menjadi Chevrolet Enjoy. Wuling<br />

Hongguang diproduksi SGMW, perusahaan<br />

patungan dua pabrik Tiongkok, yakni CAIC<br />

dan Wuling, bersama pabrikan Amerika Serikat<br />

General Motors.<br />

Nah, pabrik patungan inilah yang bakal babat<br />

alas membuka pabrik di Cikarang, Jawa Barat,<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

TIONGKOK<br />

Kendaraan yang dibuat di<br />

pabrik Indonesia yang baru<br />

akan diberi cap Wuling,<br />

bukan Chevrolet.<br />

untuk masuk pasar Indonesia. Dan berbeda<br />

dengan di India, pabrik di Indonesia ini tidak<br />

akan mengusung merek Chevrolet, tapi percaya<br />

diri dengan merek mereka sendiri: Wuling.<br />

“Kendaraan yang dibuat di pabrik Indonesia<br />

yang baru akan diberi cap Wuling, bukan<br />

Chevrolet,” kata Dayna Hart, Direktur Komunikasi<br />

General Motors Cina, kepada majalah<br />

detik, memberi kepastian.<br />

Bukan pertama kalinya merek kendaraan<br />

dari Tiongkok masuk Indonesia. Pada awal<br />

2000-an, Indonesia pernah dibanjiri sepeda<br />

motor buatan negeri itu. Dengan harga murah,<br />

sepeda motor itu cepat populer. Tapi dengan<br />

cepat pula tren ini surut karena kemudian<br />

pembeli mengeluhkan kualitasnya.<br />

Mobil Tiongkok juga beberapa sudah masuk<br />

Indonesia. Chery QQ misalnya. Mobil kecil<br />

yang mirip sekali dengan Daewoo Spark (dan<br />

kemudian dipasarkan sebagai Chevrolet Spark)<br />

itu dijual Indomobil. Tapi, pada 2011, Indomobil<br />

memutuskan menghentikan penjualan mobil<br />

imut buatan Tiongkok itu. “Kasihan juga<br />

bengkel yang harus terus memperbaikinya,”<br />

kata Presiden Direktur Indomobil Group Jusak<br />

Kertowidjojo saat itu kepada oto.detik.com.<br />

Tapi General Motors agaknya yakin dengan<br />

strategi tetap mempertahankan merek Wuling<br />

untuk mobil murah yang bakal diproduksi<br />

di Indonesia itu. Mereka akan memisahkan<br />

merek Chevrolet dengan Wuling. Mirip dengan<br />

langkah Nissan, yang memisahkan mobil<br />

murah mereka dengan merek Datsun.<br />

Bos General Motors di Tiongkok, Matt Tsien,<br />

mengatakan merek Wuling dan Chevrolet itu<br />

saling melengkapi, bukan bersaing. Ini karena<br />

kedua merek dibedakan dari sisi harga, kualitas,<br />

dan spesifikasi kendaraannya.<br />

“Wuling memusatkan perhatian pada fungsi,<br />

gaya yang atraktif, dan value for money,”<br />

kata Tsien seperti dikutip Reuters. “Itu adalah<br />

hal utama yang berjalan baik di Tiongkok dan<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

TIONGKOK<br />

Pabrikan India, Tata<br />

Motors, mencoba pasar<br />

mobil niaga kecil di<br />

Indonesia dengan melansir<br />

Tata Ace EX 2.<br />

ANTARA FOTO/AUDY ALWI<br />

kami percaya, di bawah kendali SGMW, ini<br />

juga akan berhasil di Indonesia.”<br />

General Motors agaknya cukup percaya<br />

karena Wuling berhasil menerobos deretan<br />

merek global di pasar Tiongkok. Dari 10 besar<br />

merek terlaris di Tiongkok, misalnya, hanya<br />

ada dua merek lokal dan Wuling salah satunya.<br />

Untuk menjaga mutu ini, General Motors<br />

membagikan keahlian dan kemampuan teknisnya<br />

ke pabrik Wuling di Tiongkok. “Ini juga<br />

akan dipakai di pabrik dekat Jakarta,” kata Hart<br />

via e-mail.<br />

Kedatangan Wuling di kategori mobil murah<br />

ini akan menjadikan persaingan semakin<br />

panas. Saat ini pasar mobil murah dikuasai<br />

merek-merek Jepang, yakni Toyota Agya, Daihatsu<br />

Ayla, Honda Brio, Suzuki Karimun, dan<br />

Datsun Go.<br />

Salah satu keunggulan merek-merek Jepang<br />

ini adalah memiliki infrastruktur bengkel.<br />

Penjualan dan penyediaan layanan purnajual<br />

dikombinasikan perusahaan otomotif asal<br />

Jepang selama di Indonesia. “Kompetisi nanti<br />

dalam aspek tersebut dan, yang jelas, dominasi<br />

produk Jepang itu sampai sekarang masih<br />

kuat,” kata Ketua IV Gabungan Industri Kendaraan<br />

Bermotor Indonesia Rizwan Alamsjah.<br />

Pemain lain menyatakan hal sama. “Kalau<br />

jaringan purnajual tidak siap, tidak bisa berkom-<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

TIONGKOK<br />

Salah satu dealer Toyota<br />

di Jakarta. Merek Jepang<br />

ini sekarang unggul<br />

infrastruktur, seperti<br />

layanan purnajual.<br />

REUTERS/BEAWIHARTA<br />

petisi dengan merek-merek yang sudah<br />

established,” kata Davy J. Tulian, Direktur<br />

Pemasaran Mobil PT Suzuki Indomobil<br />

Sales. Apalagi ia tahu andalan Wuling di<br />

Tiongkok adalah mobil mikro yang mengandalkan<br />

pemasaran dari pinggiran dan<br />

kota kecil. “Sanggupkah mereka menciptakan<br />

jaringan servis di kota-kota kecil itu”<br />

Tapi, meski mungkin jaringan purnajual<br />

belum sebagus produsen Jepang, produk<br />

Tiongkok ini memiliki kelebihan lain:<br />

harga. Di Tiongkok, Wuling Hongguang,<br />

yang masuk kelas MPV kecil, harganya<br />

hanya 45 ribu yuan (sekitar Rp 91 juta).<br />

Di Indonesia, uang sebanyak itu hanya<br />

cukup untuk membeli mobil murah yang<br />

kecil, bukan kelas MPV.<br />

Begitu murahnya Wuling Hongguang,<br />

bahkan ketika masuk India dengan nama<br />

Chevrolet Enjoy, mobil ini bisa dijual<br />

dengan harga hanya 54 ribu rupee (sekitar<br />

Rp 111 juta). Harga ini masih sekitar<br />

Rp 11 juta lebih murah dibanding pemain<br />

utama kelas ini di sana, Suzuki Ertiga. n<br />

HANS HENRICUS B.S. ARON<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

TIONGKOK<br />

GENJOT INVESTASI DENGAN<br />

MOBIL MURAH<br />

PROGRAM MOBIL<br />

MURAH BERHASIL<br />

MENGUNDANG<br />

PULUHAN TRILIUN<br />

RUPIAH.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

TIONGKOK<br />

Pekerja SAIC-GM-Wuling<br />

Automobile di Liuzhou,<br />

Tiongkok, sedang merakit<br />

versi lokal Chevrolet Spark.<br />

Perusahaan patungan ini<br />

gatal ikut investasi mobil<br />

murah di Indonesia.<br />

QILAI SHEN/BLOOMBERG VIA GETTY<br />

IMAGES<br />

DALAM setahun ini, penampilan<br />

jalanan Jakarta sedikit berubah. Banyak<br />

mobil kecil berseliweran di<br />

jalanan. Pemandangan ini sedikit<br />

berubah karena sebelumnya, dalam 10 tahun<br />

terakhir, bisa dibilang jalanan dikuasai mobil<br />

keluarga—atau kadang disebut MPV.<br />

Mobil-mobil kecil ini hasil program mobil<br />

murah ramah lingkungan (LCGC) yang digagas<br />

pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Salah<br />

satu tujuan program ini adalah menggenjot<br />

investasi bidang otomotif dan hasilnya sudah<br />

mulai tampak.<br />

Saat ini nilai investasi di pabrik mobil yang diundang<br />

lewat program mobil murah ini sudah<br />

mencapai US$ 3 miliar (sekitar Rp 37 triliun).<br />

Sedangkan pabrik komponen yang datang dan<br />

mendirikan pabrik mencapai US$ 3,5 miliar (Rp<br />

44 triliun). “Kedua angka ini masih bisa terus<br />

berkembang,” kata Soerdjono, Direktur Industri<br />

dan Transportasi Darat Kementerian Perindustrian.<br />

Tidak aneh jika kedatangan delegasi pabrik<br />

dari Tiongkok, SGMW, yang akan membuat<br />

pabrik mobil di sekitar Cikarang, Jawa Barat,<br />

itu disambut gembira oleh Kementerian Per-<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

TIONGKOK<br />

Bukan hanya Tiongkok,<br />

India juga ingin menikmati<br />

pasar Indonesia yang<br />

besar. Pekerja Tata Motors<br />

sedang mendata mobil<br />

asal India di Cakung,<br />

Bekasi, Jawa Barat, untuk<br />

dijual di sini.<br />

AUDY ALWI/ANTARA<br />

industrian. Apalagi pabrik mobil dengan merek<br />

Wuling itu akan memboyong pabrik komponen<br />

juga.<br />

“Selain mendirikan pabrik mobil, SGMW<br />

menggandeng perusahaan komponen otomotif<br />

dari Tiongkok,” kata Pelaksana Tugas<br />

Direktur Jenderal Industri Unggulan Berbasis<br />

Teknologi Tinggi Panggah Susanto.<br />

Pabrik komponen itu diboyong agar bisa<br />

mencapai kadar kandungan lokal seperti<br />

yang disyaratkan. “Perusahaan komponen<br />

itu akan memproduksi 8.000 hingga 10 ribu<br />

jenis komponen mobil setiap tahun,” kata<br />

Panggah.<br />

Ia belum bisa memastikan berapa jumlah<br />

perusahaan komponen yang akan diboyong<br />

SGMW ke Indonesia. Dia hanya mengatakan<br />

perusahaan komponen mitra SGMW akan<br />

datang ke Indonesia secara bertahap, mulai<br />

proses pembangunan hingga pabrik mulai beroperasi.<br />

Otomatis, kedatangan pabrik mobil dan<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


EKONOMI MOBIL<br />

TIONGKOK<br />

Mobil murah ramah<br />

lingkungan Datsun Go,<br />

yang dibuat Nissan<br />

Indonesia, sedang<br />

menjalani pengecekan<br />

terakhir di Purwakarta,<br />

Jawa Barat.<br />

BEAWIHARTA/REUTERS<br />

komponen ini menambah lapangan kerja secara<br />

signifikan. Direktur Pemasaran Toyota Astra<br />

Motor Rahmat Samulo mengatakan, “Jumlah<br />

komponen yang cukup tinggi akan meningkatkan<br />

produksi dalam negeri secara komponen<br />

dan kendaraan, sehingga membuka kesempatan<br />

bagi orang Indonesia untuk bekerja.”<br />

Sampai saat ini, program mobil murah ramah<br />

lingkungan ini berhasil menaikkan produksi<br />

sekitar 200 ribu unit. “Kalau totalnya nanti ya,<br />

totalnya nanti untuk kapasitas produksi optimal<br />

itu 600 ribu unit,” kata Soerdjono.<br />

Data di Gabungan Industri Kendaraan Bermotor<br />

Indonesia memperlihatkan saat ini Toyota<br />

Agya menguasai penjualan mobil murah<br />

dan ramah lingkungan. Tahun lalu mobil ini<br />

terjual sampai 67 ribu unit dan kembarannya,<br />

Daihatsu Ayla, terjual hampir 41 ribu. Penjualan<br />

terlaris ketiga Honda Brio Satya dengan 26<br />

ribu unit dan diikuti Datsun Go sebanyak 20<br />

ribu unit. Suzuki Karimun Wagon R berhasil<br />

menjual 17 ribu unit. n HANS HENRICUS B.S. ARON<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


EKONOMI<br />

KARENA<br />

BATU BARA DIBATASI<br />

DI TIONGKOK<br />

SULAWESI KEBANJIRAN INVESTOR SMELTER.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


EKONOMI<br />

Asap mengepul dari pabrik<br />

di Tangshan, Tiongkok,<br />

beberapa waktu lalu.<br />

Parahnya polusi membuat<br />

pemerintah setempat<br />

membatasi pabrik dengan<br />

batu bara. Akibatnya,<br />

sejumlah pabrik smelter<br />

melirik Indonesia untuk<br />

dijadikan lokasi pabrik.<br />

PETAR KUJUNDZIC/REUTERS<br />

KEMENTERIAN Perindustrian<br />

kedatangan tamu dari Tiongkok,<br />

bos Virtue Dragon Nickel Industry,<br />

Andrew Zhu. Ia datang dengan<br />

janji mengucurkan dana sampai US$ 5 miliar<br />

(Rp 63 triliun) untuk membangun kilang yang<br />

mengolah tambang mineral mentah menjadi<br />

feronikel di Sulawesi Tenggara. Tahap pertama<br />

pabrik bakal diselesaikan pada 2017 dan seluruh<br />

pabrik akan kelar pada 2019.<br />

Virtue Dragon bukan satu-satunya smelter<br />

yang datang ke Sulawesi dan bukan satusatunya<br />

yang datang dari Tiongkok. Puluhan<br />

perusahaan pengolahan mineral, terutama<br />

pengolah mineral nikel asal Tiongkok, tampaknya<br />

menjadikan Indonesia, terutama Pulau<br />

Sulawesi, sebagai “koloni” baru bagi industri<br />

pengolahan pertambangan mineral mereka.<br />

Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara<br />

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral<br />

mengungkapkan, sedikitnya ada 65 perusahaan<br />

yang akan, sedang, dan telah membangun<br />

pabrik pemurnian hasil tambang mineral di Indonesia.<br />

Dari jumlah itu, 30 di antaranya pabrik<br />

pengolah nikel.<br />

Setiap smelter membutuhkan dana Rp 200<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


EKONOMI<br />

Perusahaan Tiongkok itu<br />

agresif karena produsen<br />

metal di negara tersebut<br />

membutuhkan sedikitnya<br />

100 ton nikel per tahun.<br />

R. Sukhyar<br />

TERESIA MAY/ANTARA<br />

miliar hingga Rp 2 triliun. “Tergantung produk<br />

yang akan dihasilkan,” ujar R. Sukhyar, Direktur<br />

Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian<br />

Energi. Total investasi smelter yang sudah dijanjikan<br />

senilai US$ 17,5 miliar. “Total investasi<br />

dari Tiongkok mencapai US$ 3 miliar,” katanya.<br />

Sebagian perusahaan itu sedang mengurus<br />

izin analisis dampak lingkungan, sebagian lagi<br />

sudah mulai membangun konstruksi. “Tapi<br />

yang konstruksi masih sangat sedikit,” ucap<br />

Sukhyar. Ada pula yang<br />

tahun ini bakal beroperasi<br />

dan semuanya ada di Konawe,<br />

Sulawesi Tenggara.<br />

“Semuanya beroperasi<br />

di Pulau Sulawesi dan<br />

kepulauan Maluku Utara<br />

(Halmahera Utara).”<br />

Perusahaan Tiongkok<br />

itu agresif karena produsen<br />

metal di negara<br />

tersebut membutuhkan<br />

sedikitnya 100 ton nikel per tahun. Apalagi di<br />

negara itu mulai ada pembatasan penggunaan<br />

batu bara, yang dipakai ekstensif di sana. “Jadi<br />

smelter di sana banyak yang nyaris tutup,” katanya.<br />

Karena itu, kata Sukhyar, perusahaan-perusahaan<br />

penopang industri metal di Tiongkok<br />

butuh ekspansi ke luar negerinya untuk dapat<br />

mengolah nikel dan mineral lain.<br />

Hal mirip diungkap Sekretaris Jenderal<br />

Indonesian Mining Association Tony Wenas.<br />

Ia mengatakan investor Tiongkok banyak<br />

menanamkan modalnya di Sulawesi sebagai<br />

konsekuensi dari kebutuhan Tiongkok akan<br />

nikel yang begitu besar setiap tahun.<br />

Selain itu, perusahaan Tiongkok agresif mengejar<br />

nikel, bauksit, mangan, zirkon, dan seng<br />

di Indonesia karena larangan ekspor bahan<br />

mentah. Hal ini membuat pabrik di Tiongkok<br />

kehilangan bahan baku. Mereka pun lari ke<br />

Sulawesi, yang memang menjadi lumbung<br />

tambang mineral. “Sulawesi memang basis<br />

tambang nikel terbesar di Indonesia,” ucapnya.<br />

Meski banyak investor Tiongkok yang datang<br />

membangun smelter, pihak Asosiasi Perusahaan<br />

Mineral Indonesia (Apemindo) masih<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


EKONOMI<br />

Di Indonesia, penggunaan<br />

batu bara terus diperbesar,<br />

termasuk di pembangkit<br />

listrik di Pangkalan Bun<br />

ini. Asosiasi Perusahaan<br />

Mineral Indonesia<br />

meminta investor<br />

smelter dari Tiongkok<br />

menggunakan mesin baru<br />

agar tidak terlalu banyak<br />

menghasilkan polutan.<br />

MUHAMMAD YAMIN/REUTERS<br />

buta peta sesungguhnya. Sekretaris Jenderal<br />

Apemindo Ladjiman Damanik mengatakan<br />

informasi tentang di mana saja di Sulawesi<br />

perusahaan Tiongkok menanamkan modalnya<br />

untuk membangun smelter terbilang minim.<br />

“Pada umumnya teman-teman tidak melaporkan,<br />

pada proses mana mereka sedang berjalan,<br />

baik itu saat masih meminta izin lokasi,<br />

amdal, atau izin-izin lainnya ke pemerintah<br />

daerah,” ucapnya. Ia juga mengklaim pemerintah<br />

daerah provinsi di Sulawesi dan Kepulauan<br />

Maluku Utara tak memiliki data lengkap. “Kecuali<br />

kamu (datang) ke setiap kabupaten yang<br />

ada di sana,” ucapnya.<br />

Meski kedatangan investor Tiongkok ini<br />

memberi angin segar, Ladjiman meminta pemerintah<br />

tegas mengharuskan seluruh pabrik<br />

itu menggunakan mesin baru, bukan sekadar<br />

memindah peralatan dari Tiongkok.<br />

“Pemerintah tegas, minta yang baru,” katanya.<br />

Ia mengatakan, jika mereka menggunakan<br />

mesin lama yang menggunakan batu bara,<br />

polusinya akan sangat tinggi. “Polusinya akan<br />

gila-gilaan kalau pakai mesin lama.” n BUDI ALIMUDDIN<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

MAJU TAK GENTAR<br />

TOKO TRADISIONAL<br />

KEHADIRAN TOKO ONLINE<br />

TAK MEMBUAT GENTAR TOKO<br />

TRADISIONAL. SEBAGIAN MALAH<br />

NAIK OMZET DENGAN MENJADI<br />

PEMASOK TOKO ONLINE, SEPERTI<br />

LAZADA ATAU RAKUTEN.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

Sepeda motor antaran<br />

Lazada saat mengantar<br />

barang ke kawasan<br />

Bintaro, Jakarta Selatan.<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

JULIE Halim terus memandangi layar<br />

laptopnya sambil sesekali mengetikkan<br />

sesuatu, sementara suaminya,<br />

Hamid Halim, sibuk merapikan<br />

sejumlah kotak barang yang siap dikirim via<br />

ekspedisi antarpulau. Kotak-kotak itu berisi<br />

berbagai barang elektronik—dari teko listrik<br />

sampai alat kejut—sedang dipak dan dirapikan<br />

di salah satu ruko di kawasan Serpong,<br />

Tangerang Selatan.<br />

Suami-istri ini memiliki toko elektronik<br />

tradisional di kawasan Klender, Jakarta Timur,<br />

bernama Utama Mega Elektrik. Tapi labellabel<br />

alamat yang dikirim dari kotak-kotak<br />

itu tidak menunjuk alamat mereka. Alih-alih,<br />

alamat pengirim tertulis toko online terkenal,<br />

Lazada.<br />

Bagi mereka, kehadiran toko online itu tidak<br />

membuat sebagian pelanggannya pergi. Tapi<br />

malah mendatangkan pelanggan baru dengan<br />

omzet kira-kira seperti toko tradisionalnya.<br />

“Bersama Lazada, saya jadi punya satu toko<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

Kalau online, ramai<br />

transaksinya pas<br />

hari kerja, sementara<br />

offline, pas hari libur.<br />

lagi,” ucap Julie sambil terkekeh.<br />

Tren toko online besar di Indonesia memang<br />

menguat dalam sekitar lima tahun terakhir.<br />

Selama bertahun-tahun, hanya nama-nama<br />

seperti Glodokshop.com dan Bhinneka.com<br />

yang populer. Tapi belakangan, muncul nama<br />

seperti Lazada, Rakuten, atau Berrybenka,<br />

yang dimodali investor luar negeri. Para investor<br />

asing ini lebih agresif sehingga,<br />

setidaknya, merek toko<br />

online ini cepat populer.<br />

Nah, Lazada atau Rakuten<br />

memiliki program bagi pedagang<br />

tradisional untuk bergabung.<br />

Seperti keluarga Julie dan<br />

Hamid Halim. Produk mereka<br />

dipasang di situs Lazada atau Rakuten dan<br />

pembeli merasa bertransaksi dengan toko<br />

serbaada di Internet ini. Begitu ada pesanan,<br />

toko online itu akan memberi tahu Julie dan<br />

Hamid. Mereka kemudian akan mengirim barang<br />

dan kemudian mendapat kiriman uang<br />

pembelian—setelah dipotong persenan.<br />

Julie dan Hamid tidak sendirian. Pemasok<br />

lain, yang juga memiliki toko elektronik tradisional<br />

di kawasan Klender, malah mengatakan<br />

toko tradisional ini kadang kedatangan<br />

pembeli yang tahu dari toko online. Beda<br />

toko tradisional dan yang bergabung dengan<br />

situs belanja online itu satu: hari ramai. “Kalau<br />

online, ramai transaksinya pas hari kerja, sementara<br />

offline pas hari libur,” ucap Fielienna,<br />

yang lebih sering dipanggil Yenni, si pemilik<br />

toko yang terletak di samping pasar Klender.<br />

Menurut dia, untuk barang besar, biasanya<br />

hanya pembeli dari Jakarta dan sekitarnya.<br />

Mungkin pembelinya sudah “ngeri” dengan<br />

biaya kirim barang seperti kulkas. “Kalau<br />

barang kecil lainnya ke seluruh Indonesia,”<br />

ucapnya.<br />

Yenni mengaku bergabung dengan Lazada<br />

sejak 2013. Sedangkan Julie bergabung dengan<br />

Lazada gara-gara memiliki situs Internet<br />

sendiri, mengikuti nama toko tradisionalnya,<br />

yakni www.utamamega.com. Dari situs<br />

ini, Lazada kemudian mengajak bergabung.<br />

“Kami diundang ke Menara Bidakara, mereka<br />

memaparkan potensi pengunjung dan bisnis<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

Seorang pramuniaga<br />

membenahi komputer di<br />

pameran elektronik di Mal<br />

Tangerang City, Tangerang.<br />

Toko elektronik tradisional<br />

yang memanfaatkan toko<br />

online berhasil menaikkan<br />

omzet.<br />

LUCKY R./.ANTARA<br />

Lazada,” ucapnya.<br />

Memandang bisnis ini sangat menjanjikan,<br />

Julie kemudian menyetujui semua syarat-syarat<br />

Lazada. Syarat tersebut antara lain margin<br />

komisi lebih dari 3 persen, menyediakan<br />

barang yang gambarnya telah diunggah ke<br />

situs Lazada, bersedia didenda Rp 100 ribu<br />

per barang jika ternyata barangnya tidak ada,<br />

dan harga harus lebih murah dari supermarket.<br />

“Gambarnya juga harus bagus dan jernih.<br />

Kalau jelek, ditolak sama Lazada,” ucapnya.<br />

Ia masih ingat, di hari pertama buka lapak<br />

di Lazada, seorang pelanggan dari luar Jawa<br />

membeli penyedot debu sebanyak lima unit<br />

langsung.<br />

Per hari, Julie memperkirakan rata-rata<br />

penjualan toko online-nya mencapai 200 unit.<br />

Namun toko offline-nya di Klender juga punya<br />

pelanggan sendiri, sehingga jumlah penjualan<br />

per harinya juga hampir sama.<br />

Toko pemasok ini jumlahnya cukup banyak<br />

di Lazada. Di seluruh Asia Tenggara, menurut<br />

Kepala Komersial Lazada Indonesia Rene<br />

Janssen, ada sekitar 11 ribu pemasok. Secara<br />

regional, kata Rene, kontribusi pemasok<br />

individu maupun toko mencapai 70 persen.<br />

“Penjualan yang berasal dari marketplace<br />

telah meningkat sebanyak 20 kali dari Januari<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


BISNIS<br />

Calon pembeli Lazada<br />

mengecek e-banking di<br />

ponselnya, Kamis (5/2).<br />

ARI SAPUTRA/DETIKCOM<br />

hingga Desember 2014,” ucapnya.<br />

Yang ditawarkan Lazada atau Rakuten kepada<br />

para pemasok ini terutama kepercayaan<br />

dari pelanggan. Dengan nama besarnya, pelanggan<br />

tidak cemas tertipu oleh pedagang<br />

online yang bodong. Transaksi dengan kartu<br />

kredit pun dirasa cukup aman bagi mereka.<br />

Untuk memastikan kualitasnya, Lazada<br />

mengecek para pemasok. “Kami selalu mengaudit<br />

calon penjual sebelum produknya muncul<br />

secara online di website Lazada dan terus<br />

memonitor proses dan performa mereka,”<br />

ucap Rene. “Kami melakukan cek kualitas<br />

untuk setiap produk sebelum ditampilkan di<br />

website.”<br />

Menurut Rene, jika ada komplain dari<br />

pelanggan, pihaknya akan cepat merespons.<br />

Pihaknya, kata dia, memiliki sistem respons<br />

yang ketat, di mana pihaknya akan bertindak<br />

langsung berdasarkan feedback dari konsumen<br />

maupun penjual.<br />

Tapi tak semua toko online top memilih cara<br />

seperti Lazada atau Rakuten ini. Berrybenka<br />

misalnya. Semua barang yang dijual dikirim<br />

dari gudang mereka sendiri. Tidak ada yang<br />

mengirim dari tempat lain. “Jadi semua under<br />

control kami,” kata Jason Lamuda, pendiri dan<br />

pemimpin Berrybenka.<br />

Karena semua ditangani sendiri, Berrybenka<br />

berusaha mati-matian agar produk yang<br />

dijual—semua adalah busana—sesuai dengan<br />

selera pembeli. “Karena itu, setiap harinya tim<br />

buyer kami selalu mencari yang sesuai dengan<br />

visi-misi kami,” katanya. n BUDI ALIMUDDIN<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

SNIPER<br />

ONE SHOT, one kill. Untuk bisa memenuhi kredo itu, seorang<br />

penembak jitu atau sniper harus cermat, akurat, tenang,<br />

dan sabar. Berbekal senjata laras panjang plus teleskop<br />

khusus, aksi sniper bak malaikat<br />

pencabut nyawa. Bukan cuma<br />

Amerika, Rusia, atau Jerman,<br />

Indonesia pun memiliki sniper<br />

legendaris yang diakui<br />

dunia. Simak lika-liku<br />

kisahnya berikut<br />

ini....<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

SNIPER<br />

PAHLAWAN ATAU<br />

PENGECUT<br />

HARUS MAMPU MELUMPUHKAN LAWAN<br />

DARI JARAK RATUSAN METER, SEORANG<br />

SNIPER HARUS BERGERAK TANPA<br />

TERLACAK.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

Tap Untuk<br />

Melihat Video<br />

SEORANG bocah Irak berusia sekitar<br />

10 tahun keluar dari rumah<br />

bersama ibunya. Sambil mengepit<br />

sebuah granat RKG Rusia, ia berjalan<br />

tergesa menuju konvoi pasukan Amerika.<br />

Belum sempat granat dilontarkan, tubuhnya<br />

ambruk. Sebuah peluru menembus dadanya<br />

hingga punggung. Darah segar pun muncrat.<br />

Sang ibu berusaha mengambil alih. Dia<br />

bergegas memungut granat itu, lalu melemparkannya<br />

ke arah pasukan Amerika. Tapi<br />

lemparannya lemah dan, selang sepersekian<br />

detik, tubuhnya pun ambruk bersimbah darah.<br />

Adegan itu menjadi pembuka film American<br />

Sniper karya Clint Eastwood, yang men-<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

PASUKAN IRAK MENGHARGAI KEPALA<br />

CHRIS KYLE US$ 20 RIBU.<br />

jadi box office di Amerika Serikat. Sejak dirilis<br />

pertengahan Januari lalu hingga 2 Februari,<br />

menurut LA Times, film ini telah mengumpulkan<br />

keuntungan US$ 31,9 juta atau setara Rp<br />

406 miliar. Di ajang<br />

Academy Awards<br />

ke-87, film ini masuk<br />

dalam enam<br />

nominasi Oscar, di<br />

antaranya kategori film terbaik, film adaptasi<br />

terbaik, dan aktor terbaik untuk Cooper.<br />

Tapi tak sedikit yang mengkritik film ini<br />

karena dinilai terlalu menyederhanakan persoalan<br />

di Irak. Film ini gagal membedakan antara<br />

milisi Syiah dan Sunni, sehingga seluruh<br />

warga Irak terkesan sebagai teroris.<br />

American Sniper diangkat dari autobiografi<br />

Chris Kyle, anggota pasukan Navy SEALs<br />

yang terlibat dalam perang di Irak, 1999-<br />

2009. Dalam film ini, aktor Bradley Cooper<br />

memerankan sosok Kyle, yang mencatat<br />

“rekor” membunuh 255 musuh. Dari<br />

jumlah itu, 160 tembakan mematikan<br />

telah dikonfirmasi Departemen Pertahanan<br />

Amerika. Dua di antaranya adalah ibu<br />

dan anak yang menjadi pembuka film ini. Kyle<br />

membidiknya dari jarak 200 yard, sekitar 182<br />

meter.<br />

Kehadiran Kyle sebagai sniper di sejumlah<br />

arena pertempuran di Irak membuat gundah<br />

para pemberontak di Irak. Ia layaknya<br />

malaikat pencabut nyawa sehingga mereka<br />

mengincar Kyle, yang dijuluki “Iblis Ramadi”,<br />

dengan iming-iming hadiah US$ 20 ribu.<br />

Sebagai manusia, ayah dua anak, dan suami,<br />

Kyle tak lepas dari dilema. Sebab, target yang<br />

menjadi sasaran adakalanya juga anak-anak<br />

dan perempuan.<br />

Kyle sudah mahir menembak sebelum<br />

masuk marinir. Maklum, semasa anak-anak,<br />

ia biasa ikut berburu rusa dengan ayahnya di<br />

Odessa, Texas. Saat kuliah, ia dikenal sebagai<br />

pemain rodeo.<br />

Selepas bertugas di Irak, Kyle mendirikan<br />

Craft International. Perusahaan ini menyediakan<br />

pelatihan penembak jitu bagi militer dan<br />

penegakan hukum. Dia juga menjadi relawan<br />

bagi yayasan prajurit yang mengalami cacat<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

tengah menjalani terapi karena mengidap<br />

PTSD (post-traumatic stress disorder). Tragis!<br />

●●●<br />

Bradley Cooper sebagai Chris<br />

Kyle dalam American Sniper.<br />

MOVIE CAPTURE<br />

fisik maupun gangguan emosional.<br />

Pada 2 Februari 2013, Chris Kyle tewas<br />

ditembak di lapangan tembak di Glen Rose,<br />

Texas. Pelakunya, Eddie Ray Routh, 25 tahun,<br />

adalah mantan marinir berpangkat kopral<br />

yang bertugas di Irak pada 2006-2010. Dia<br />

Chris Kyle tentu bukan sniper legendaris<br />

pertama. Setiap negara dan setiap kesatuan<br />

elitenya atau dalam setiap peperangan selalu<br />

ada peran sniper. Dalam Perang Dunia I dan<br />

II, misalnya, tercatat nama Simo Hayha, Erwin<br />

Konig, dan Vasily Zaitsev. Kisah Konig dan<br />

Zaitsev diabadikan lewat film Enemy at the<br />

Gates, 2001, yang dibintangi Jude Law dan Ed<br />

Harris.<br />

Nama Simo Hayha, petani Finlandia kelahiran<br />

17 Desember 1905, menjadi legendaris<br />

setelah berhasil membunuh lebih dari 500<br />

tentara Rusia saat menyerang negerinya di<br />

musim dingin pada 1939. Soviet menjuluki<br />

Hayha, yang meninggal pada 1 April 2002<br />

pada umur 96 tahun, sebagai “White Death”.<br />

Indonesia pun memiliki seorang sniper<br />

legendaris yang prestasinya diabadikan<br />

dalam buku Sniper: Training, Techniques and<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

Aktor Jude Law (bertopi)<br />

memerankan tokoh Vasily<br />

Zaitsev<br />

Weapons karya<br />

Peter Brookesmith,<br />

2000. Namanya<br />

Peltu Tatang Koswara,<br />

yang pernah<br />

berdinas dalam<br />

Operasi Seroja di<br />

Timor Timur pada<br />

1977-1978. (baca:<br />

"Siluman Pencabut<br />

Nyawa Fretilin").<br />

Dalam buku Sang<br />

Pembunuh dalam Kesunyian—Sniper—Senyap<br />

dan Mematikan<br />

karya Huda Efendi,<br />

istilah sniper berasal<br />

dari nama burung<br />

snipe. Burung berbulu<br />

cokelat berbintik<br />

aneka warna ini memiliki bentuk sangat kecil,<br />

lincah, gesit, dan banyak ditemukan di rawarawa<br />

daratan Skotlandia dan Inggris. Saking<br />

lincahnya, burung ini sangat sukar untuk<br />

dijadikan sebagai sasaran tembak sehingga<br />

setiap orang yang dapat menembaknya dianggap<br />

sebagai ahli menembak.<br />

Pada akhir abad ke-18, ungkapan sniper sering<br />

disebut dalam surat-surat yang dikirim ke<br />

rumah oleh orang-orang Inggris yang bertugas<br />

di India. Pada abad ke-19, kata sniper digunakan<br />

secara umum untuk menyebut seseorang<br />

yang mahir dalam olahraga menembak.<br />

Istilah sniper juga dipakai untuk mendefinisikan<br />

seseorang yang mahir dalam melakukan<br />

pembunuhan dengan menggunakan senapan<br />

laras panjang. Dalam perkembangannya, kata<br />

sniper merujuk pada seorang prajurit tempur<br />

yang bertugas untuk membidik dan menumbangkan<br />

targetnya.<br />

Dalam sebuah pertempuran, tugas sniper<br />

berbeda dari prajurit infanteri pada umumnya.<br />

Ia tak bergerombol dalam sebuah kelompok<br />

pasukan, tapi lebih banyak menyendiri.<br />

Bergerak dalam senyap tanpa boleh meninggalkan<br />

jejak. Targetnya pun tak asal musuh,<br />

melainkan merupakan obyek terpilih.<br />

Dari pengalaman Tatang Koswara, target<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

REPRO: GRADYOS SAFNA<br />

seorang sniper biasanya adalah sniper<br />

kelompok musuh, para<br />

komandan pasukan,<br />

pembawa perlengkapan<br />

komunikasi, dan<br />

pembawa senapan<br />

mesin. “Target-target<br />

pilihan itu dimaksudkan<br />

untuk mengacaukan soliditas<br />

dan meruntuhkan<br />

moral pasukan musuh,”<br />

ujar Tatang.<br />

Perlengkapan seorang<br />

sniper juga berbeda. Selain<br />

dibekali senjata otomatis,<br />

dia juga menggunakan<br />

senjata laras panjang yang<br />

dilengkapi teleskop khusus.<br />

Hal itu diperlukan karena<br />

mereka harus bisa melumpuhkan<br />

lawan dari jarak<br />

ratusan meter.<br />

Dalam sebuah operasi, seorang sniper adakalanya<br />

didampingi oleh spotter. Kualifikasinya<br />

sama dengan sniper. Dia bertugas sebagai<br />

observer, mengamati situasi, mencari sasaran,<br />

menghitung jarak, mengoreksi tembakan,<br />

serta melindungi si penembak runduk itu<br />

sendiri.<br />

Selain harus mahir menembak, seorang sniper<br />

harus memiliki kemampuan menyamarkan<br />

diri sehingga posisinya tidak diketahui musuh.<br />

Dia harus punya nyali lebih guna menyusup<br />

ke balik garis pertahanan lawan. Pakaian atau<br />

perlengkapan khusus untuk menyamar ini<br />

biasa disebut ghillie suit. Awalnya, pakaian ini<br />

digunakan penjaga hutan Skotlandia untuk<br />

menangkap pencuri dan pemburu satwa liar.<br />

Mungkin karena menembak dari lokasi tersembunyi,<br />

sebagian orang justru menilai para<br />

sniper adalah pengecut yang menghabisi lawan,<br />

bahkan perempuan. Mereka tak layak diberi<br />

penghargaan, apalagi gelar pahlawan. ■<br />

PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015<br />

MAJALAH DETIK 15 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

SILUMAN<br />

CIBADUYUT<br />

INCAR<br />

FRETILIN<br />

DIAKUI DUNIA SEBAGAI SNIPER<br />

TERBAIK. HILANGKAN JEJAK<br />

DENGAN HAK SEPATU TERBALIK.<br />

FOTO-FOTO: GRANDY/DETIKCOM<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

PADA usia 68 tahun, bukan cuma<br />

perawakannya yang masih tampak<br />

bugar dan kekar, ingatan Tatang<br />

Koswara pun masih jernih.<br />

Dengan penuh ekspresi, kakek tujuh<br />

cucu itu mengisahkan pengalamannya<br />

bertempur di Timor Timur pada<br />

1977-1978. Remexio, Lautem,<br />

Viqueque, Aileu, Becilau, dan<br />

Bobonaro adalah daerah operasinya<br />

di bawah komando<br />

Letnan Kolonel Edi Sudrajat.<br />

“Saya waktu itu menjadi<br />

pengawal Pak Edi,<br />

sekaligus ditugasi<br />

sebagai sniper,” kata<br />

Tatang saat ditemui<br />

majalah detik di<br />

kediamannya di<br />

lingkungan Kompleks<br />

TNI Angkatan Laut,<br />

Cibaduyut, Bandung,<br />

Selasa (3/2).<br />

Meski di Tanah Air tak banyak yang mengenalnya,<br />

di dunia militer internasional reputasi<br />

Tatang sebagai sniper justru diakui. Dalam buku<br />

Sniper Training, Techniques and Weapons karya<br />

Peter Brookesmith, yang terbit pada 2000,<br />

nama Tatang berada di urutan ke-14 sniper hebat<br />

dunia. Di situ disebutkan, dalam tugasnya,<br />

Tatang berhasil melumpuhkan 41 target orang<br />

Fretilin.<br />

“Itu sebetulnya cuma dalam satu misi operasi.<br />

Saya pernah tiga kali menjalankan misi,<br />

termasuk seorang diri,” ujar pemilik sandi S-3<br />

alias Siluman 3 ini.<br />

Kata “siluman” dimaksudkan karena misi<br />

yang diembannya bersifat sangat rahasia, sementara<br />

angka 3 merujuk pada peringkat yang<br />

didapatnya saat mengikuti pendidikan sniper<br />

dari Kapten Conway, anggota Green Berets<br />

Amerika Serikat, pada 1973.<br />

Menurut Tatang, setiap kali menjalankan<br />

misi, ia biasanya dibekali 50 butir peluru. Dari<br />

jumlah itu, cuma satu yang boleh tersisa untuk<br />

digunakan pada dirinya sendiri bila dalam kondisi<br />

terjepit.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

lll<br />

Tatang masuk tentara melalui jalur tamtama di Banten pada<br />

1966. Kala itu sebetulnya dia cuma mengantar sang adik, Dadang,<br />

yang ingin menjadi tentara. Tapi, karena saat di lokasi<br />

pendaftaran banyak yang menyarankan agar dirinya ikut, ia pun<br />

mendaftar. Saat tes, ternyata cuma dia yang lulus.<br />

Meski punya ijazah Sekolah Teknik (setara dengan SMP),<br />

Tatang melamar sebagai prajurit tamtama menggunakan ijazah<br />

Sekolah Rakyat atau setara dengan SD. Selang beberapa tahun,<br />

ia mengikuti penyesuaian pangkat sesuai dengan ijazah yang dimilikinya.<br />

Sebagai bintara, ia ditempatkan di Pusat Kesenjataan<br />

Infanteri. Di sana pula ia mendapatkan berbagai pelatihan, mulai<br />

kualifikasi raider hingga sniper.<br />

Seorang sniper, kata Tatang, harus berani berada di wilayah<br />

musuh. Fungsinya antara lain mengacaukan sekaligus melemahkan<br />

semangat tempur musuh. Selain sniper musuh, target<br />

utamanya adalah komandan, pembawa senapan mesin, dan<br />

pembawa peralatan komunikasi.<br />

“Saya biasa membidik kepala. Cuma sekali saya menembak<br />

bagian jantung, dia pembawa alat komunikasi. Sekali tembak,<br />

alat komunikasi rusak, orangnya pun langsung ambruk,” kata<br />

Tatang, yang biasa menggunakan senjata laras panjang Win-<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

chester M-70 selama bertugas. Senjata ini<br />

mampu membidik sasaran hingga jarak 900-<br />

1.000 meter.<br />

Kemahiran Tatang menembak secara alami<br />

terlatih sejak remaja. Setiap Jumat, ia biasa<br />

membantu orang tuanya berburu bagong (babi<br />

hutan), yang kerap merusak lahan pertanian<br />

dan perkebunan. Bidikannya lewat senapan<br />

locok nyaris tak pernah meleset.<br />

Berbeda dengan warga lain, yang biasa<br />

bergerombol saat memburu babi, Tatang lebih<br />

suka menyendiri. Ia juga sengaja mengejar babi<br />

yang lari ke hutan. “Sasaran bergerak lebih<br />

menantang saya. Itu terbawa saat memburu<br />

Fretilin di Timtim,” ujarnya.<br />

Ada satu trik unik yang dilakukan Tatang<br />

untuk mengelabui pasukan patroli musuh. Dia<br />

membuat sepatu khusus dengan alas dalam<br />

posisi terbalik sehingga jejak yang ditinggalkan<br />

menjadi berbalik arah. “Cibaduyut kan dikenal<br />

sebagai pabrik sepatu, saya juga mampu membuat<br />

sendiri,” ujarnya.<br />

Tentu misi yang diembannya tak selalu berjalan<br />

mulus. Suatu kali ia pernah terjebak dan<br />

terkepung banyak personel Fretilin. Dua peluru<br />

pantulan pernah bersarang di betis kanannya.<br />

“Sambil bersembunyi di kegelapan, saya congkel<br />

sendiri kedua peluru itu dengan gunting<br />

kuku,” ujar Tatang seraya memperlihatkan<br />

bekas luka di kakinya.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

lll<br />

Selepas pensiun dari ketentaraan pada 1994<br />

dengan pangkat terakhir pembantu letnan<br />

satu, Tatang dan Tati Hayati, yang dinikahi<br />

pada 1968, tinggal di sebuah rumah sederhana<br />

di Cibaduyut. Di ruang tamu berjejer sejumlah<br />

medali, sertifikat, dan brevet tanda pendidikan<br />

yang diikutinya.<br />

Untuk menyambung hidup, selain mengandalkan<br />

pensiunan yang tak seberapa, ia membuka<br />

warung makan di lingkungan Komando<br />

Pembina Doktrin, Pendidikan, dan Latihan TNI<br />

AD. Juga sesekali memberi latihan tembak<br />

kepada para prajurit di kesatuan-kesatuan elite<br />

Angkatan Darat maupun Angkatan Udara.<br />

“Tahun lalu saya dua bulan melatih 60-an calon<br />

sniper Kopassus. Juga ada permintaan dari<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

Komandan Paskhas di Soreang untuk melatih,”<br />

kata Tatang.<br />

Setahun sebelum pensiun, ia pernah<br />

memamerkan kemahirannya sebagai sniper<br />

dengan menembak pita balon di atas kepala<br />

Jenderal Wismoyo Arismunandar. “Waktu itu<br />

saya diminta memutus pita dengan peluru<br />

yang melintas di atas kepala KSAD (Kepala<br />

Staf Angkatan Darat). Pak Wismoyo tak marah,<br />

malah memberi saya uang, ha-ha-ha….,”<br />

ujar Tatang.<br />

Mantan Inspektur Jenderal Mabes TNI<br />

Letnan Jenderal (Purnawirawan) Geerhan<br />

Lantara mengakui reputasi Tatang sebagai<br />

pelatih sniper. “Pak Tatang adalah salah satu<br />

pelatih menembak runduk terbaik yang<br />

dimiliki Indonesia. Mungkin saya salah satu<br />

muridnya yang terbaik, he-he-he…,” ujarnya.<br />

Sedangkan Kolonel (Purnawirawan) Peter<br />

Hermanus, 74 tahun, mantan ahli senjata di<br />

Pindad, menyebut Tatang sebagai prajurit<br />

yang lurus. Dia mengingatkan agar bekas<br />

anak buahnya itu tetap mensyukuri kondisi<br />

yang ada sekarang. “Dia hidup sederhana<br />

karena tidak pandai korupsi, tapi itu lebih<br />

baik ketimbang punya rekening gendut, haha-ha…,”<br />

ujar Peter melalui telepon. n<br />

SUDRAJAT<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK 26 DETIK JANUARI 9 - 15 - 1 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

CANTIK, CERDAS,<br />

MEMATIKAN<br />

DI SURIAH, SEORANG GURU BAHASA INGGRIS<br />

MENJADI SNIPER UNTUK MEMBALAS DENDAM<br />

KEMATIAN KEDUA ANAKNYA.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

SUDAH lima bulan lamanya Denis<br />

Sipan berada di garis depan medan<br />

pertempuran. Perempuan muda itu<br />

meninggalkan pekerjaannya sebagai<br />

seorang guru sekolah dasar di Kurdi dan memilih<br />

bertarung di Kobane, Suriah, sebagai sniper.<br />

Ia bergabung dengan milisi Kurdi atau dikenal<br />

sebagai Unit Perlindungan Rakyat (YPG), kelompok<br />

pembela tiga kelompok kecil Kurdi di<br />

wilayah utara Suriah.<br />

Milisi Kurdi tersebut selama setahun ini memerangi<br />

ISIS, kelompok “jihad” garis keras yang<br />

ingin menciptakan negara Islam di seluruh<br />

wilayah Irak dan Suriah.<br />

“Jika kami tidak melakukannya, seluruh tempat<br />

akan penuh ISIS dan mereka akan menghancurkan<br />

segalanya,” kata Denis kepada CBS<br />

News, Kamis, 5 Februari lalu.<br />

Denis dan YPG dalam beberapa minggu<br />

terakhir berhasil merebut kembali 50 desa di<br />

wilayah Kobane. Padahal perlengkapan tempur<br />

mereka sangat terbatas. Denis pun harus ber-<br />

Guevara mengintai target.<br />

REUTERS/ MUZAFFAR SALMAN<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

Denis Sipan<br />

CBS NEWS<br />

bagi senapan dengan anggota milisi setiap kali<br />

akan beraksi. Ia bertempur bersama-sama relawan<br />

lokal, kelompok yang terdiri atas petani<br />

gandum, ibu rumah tangga, dan pemilik toko,<br />

dengan menggunakan senjata yang mereka<br />

beli di pasar gelap.<br />

Sebelum ISIS dibungkam, Denis menyatakan<br />

tak akan kembali mengajar. Prioritasnya saat<br />

ini adalah melindungi diri, teman-teman, dan<br />

negaranya. “Aku tak berpikir kembali ke sekolah,”<br />

ujarnya.<br />

Berbeda dengan Denis Sipan, Guevara menjadi<br />

sniper setelah anak lelakinya yang berusia 7<br />

tahun dan anak perempuannya yang berumur<br />

10 tahun tewas oleh serangan udara pesawat<br />

tempur rezim Bashar al-Assad. Sejak itu, ia berhenti<br />

mengajar bahasa Inggris dan memilih ke<br />

medan pertempuran. Senapan FN Belgia menjadi<br />

andalannya untuk melumpuhkan tentara<br />

pendukung rezim pemerintahan Assad.<br />

“Aku menyukai peperangan. Ketika menyaksikan<br />

salah satu temanku di Katiba (divisi pemberontak)<br />

tewas, aku merasa harus memegang<br />

senjata dan membalas dendam,” ujar wanita<br />

berusia 36 tahun itu kepada Ruth Sherlock di<br />

harian The Telegraph terbitan 4 Februari 2013.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

Guevara di Aleppo, Suriah, 19<br />

Januari 2013.<br />

REUTERS/ MUZAFFAR SALMAN<br />

Meskipun sedang berperang, Guevara selalu<br />

tampil rapi—alis yang sempurna, perona<br />

pipi, dan sedikit penegas garis mata. Sepatu<br />

bot kulit kecil dengan tumit dan gelang emas<br />

memperlihatkan sisi femininnya. Kaum pria<br />

yang memanggul senjata melawan pemerintah<br />

amat menghormatinya.<br />

Tidak mudah menjadi seorang sniper. Selain<br />

harus cepat, cermat, dan cerdas untuk tidak<br />

membiarkan musuh menembak terlebih dulu,<br />

“Perlu bersabar. Saya (pernah) menunggu berjam-jam<br />

pada suatu waktu,” ujarnya.<br />

Melalui lubang kecil di tempat persembunyian,<br />

Guevara melihat tentara pemerintah<br />

kurang dari 700 meter di seberang jalan, berbaur<br />

di antara warga sipil yang bergerak cepat,<br />

mencoba melanjutkan kehidupan mereka meskipun<br />

dalam kondisi perang.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

Roza Shanina<br />

RAREHISTORICALPHOTOS<br />

Perempuan asal Palestina yang pernah kuliah<br />

di Aleppo University itu mahir menggunakan<br />

pistol dan beroperasi dalam perang setelah<br />

mengikuti kamp pelatihan militer di Libanon<br />

yang dijalankan oleh faksi militan Palestina,<br />

Hamas.<br />

Guevara meninggalkan suami pertamanya<br />

karena dianggap tidak cukup “revolusioner”. Ia<br />

menikah lagi dengan komandan brigade milisi.<br />

Semula sang suami pun tidak mengizinkan<br />

Guevara bertempur di garis depan. Izin didapat<br />

setelah ia mengancam akan meninggalkannya.<br />

“Aku punya kekuatan untuk memegang senjata,<br />

jadi mengapa aku tidak boleh bertempur”<br />

Suaminya pun takluk dan mengajari Guevara<br />

seni menembak jitu.<br />

Di dunia militer, Roza Shanina, 19 tahun, dikenal<br />

sebagai sniper perempuan pertama. Gadis<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SELINGAN<br />

Lyudmila Pavlichenko (ketiga<br />

dari kiri)<br />

DOK. CONGRESS LIBRARY<br />

Rusia itu terjun ke medan perang setelah saudara<br />

lelakinya tewas oleh tentara Jerman pada<br />

1941. Salah satu kisah Shanina yang melegenda<br />

adalah kemampuannya menembak dua target<br />

bergerak dalam satu tarikan pelatuk senapan.<br />

Catatan harian Shanina yang banyak menginspirasi<br />

para sniper perempuan Rusia di era<br />

berikutnya dipublikasikan secara luas pada<br />

1965. Shania meraih penghargaan “Order of<br />

Glory”.<br />

Selama Perang Dunia I dan II, Rusia diketahui<br />

paling banyak menggembleng warganya nan<br />

cantik, cerdas, tapi punya naluri membunuh<br />

tinggi sebagai penembak jitu. Sniper perempuan<br />

yang paling legendaris adalah Lyudmila<br />

Pavlichenko. Dia lahir di Belaya Tserkov, wilayah<br />

Ukraina, pada 12 Juli 1916. Mahasiswi Jurusan<br />

Sejarah Universitas Kiev ini ikut terjun dalam<br />

perang Dunia II saat Jerman menyerang Rusia.<br />

Pavlichenko yang tomboi sebetulnya melamar<br />

untuk menjadi perawat di divisi infanteri.<br />

Tapi, di tengah jalan, ia dipindahkan ke divisi<br />

sniper. Dia bergabung dengan 2.000 perempuan<br />

lainnya yang akan dilatih menjadi sniper.<br />

Prestasinya melumpuhkan lawan mengalahkan<br />

legendaris sniper Rusia, Vasily Zaytsev. Pavlichenko<br />

telah membunuh 309 prajurit Jerman,<br />

termasuk 36 sniper tentara Jerman. Sedangkan<br />

Vasily Zaytsev cuma membunuh 148 tentara<br />

Nazi.<br />

Pavlichenko berpulang pada 10 Oktober 1974<br />

pada usia 58 tahun. n PASTI LIBERTI MAPPAPA | SUDRAJAT<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

MAAF<br />

TAK ADA SENJATA<br />

UNTUK<br />

UKRAINA<br />

“BERI KAMI ALATNYA, MAKA KAMI AKAN MENANG.”<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Menteri Luar Negeri<br />

Amerika Serikat John<br />

Kerry tiba di Bandara<br />

Internasional Boryspil,<br />

Kiev, Kamis (5/2),<br />

di tengah tekanan<br />

supaya Amerika<br />

mengirimkan senjata<br />

untuk Ukraina.<br />

JIM WATSON/REUTERS<br />

MARINA sudah hampir kehilangan<br />

segalanya akibat perang di<br />

Ukraina. Saudara laki-lakinya mati<br />

ditembak milisi pro-Rusia, demikian<br />

pula ayah baptis putrinya. Sekarang giliran<br />

suaminya, Ruslan, yang akan bertaruh nyawa,<br />

siap berangkat ke medan perang di wilayah<br />

timur Ukraina.<br />

“Keluarga kami sudah banyak kehilangan....<br />

Itulah yang membuat kami tak takut lagi. Kami<br />

hanya tinggal merasakan sakit,” kata Marina<br />

pekan lalu. Padahal putrinya baru lima bulan<br />

lalu lahir. Sekarang dia harus melepas suaminya<br />

ke medan perang. “Pilihannya hanya berangkat<br />

berperang atau masuk penjara.... Suamiku sudah<br />

berjanji akan pulang kembali.”<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

PILIHANNYA HANYA<br />

BERANGKAT BERPERANG<br />

ATAU MASUK PENJARA.”<br />

Setelah berulang kali dipermalukan oleh<br />

milisi pro-Rusia, pemerintah Ukraina di Kiev<br />

memutuskan memobilisasi warganya lewat<br />

wajib militer. Pertengahan Januari lalu, parlemen<br />

Ukraina telah memberikan izin kepada<br />

pemerintah untuk merekrut paling tidak 100<br />

ribu pemuda untuk berperang melawan milisi<br />

pro-Rusia. Sejak pecah konflik di wilayah timur<br />

Ukraina hampir setahun lalu, sudah lebih dari<br />

1.300 prajurit Ukraina tewas.<br />

Di kampung Marina di Kota<br />

Kiev, ada puluhan pemuda<br />

yang bergabung bersama<br />

Ruslan. Mengenakan seragam<br />

ala kadarnya, mereka<br />

berpamit kepada keluarga<br />

masing-masing. “Kemenangan<br />

untuk Ukraina,” teriak<br />

mereka.<br />

“Semangat kami sangat<br />

tinggi untuk berperang. Sebab,<br />

jika bukan kami, lalu siapa lagi” kata Viktor<br />

Rybalko, 35 tahun. Sehari-hari, Viktor bekerja<br />

sebagai karyawan di gudang. “Aku memang tak<br />

punya pengalaman bertempur. Tapi aku akan<br />

belajar dan kemudian berangkat mengikuti<br />

peta di mana terjadi pertempuran.”<br />

Demi memperkuat pasukan, pemerintah<br />

Ukraina tak ragu memenjarakan mereka yang<br />

sengaja lari dari wajib militer. Lebih dari 1.300<br />

kasus kabur dari wajib militer tengah diselidiki<br />

polisi Ukraina. Yuri Biryukov, penasihat Presiden<br />

Ukraina, menduga mereka yang menghindari<br />

wajib militer bersembunyi di hotel-hotel di<br />

daerah perbatasan.<br />

“Tugas semua laki-laki untuk membela negaranya,<br />

membela tanah airnya,” kata Stepan Poltorak,<br />

Menteri Pertahanan Ukraina. “Memang<br />

ada sejumlah kasus, mereka yang tak punya<br />

semangat patriot, lari ke luar negeri untuk<br />

menghindari wajib militer.”<br />

Untuk menggenjot semangat tempur pasukannya,<br />

Stepan royal membagikan bonus.<br />

Mereka yang bisa menghancurkan kendaraan<br />

tempur musuh akan mendapatkan tambahan<br />

bonus 12 ribu hryvnia atau sekitar Rp 6,2 juta.<br />

Prajurit yang bisa meledakkan tank milisi pro-<br />

Rusia bakal memperoleh bonus lebih besar<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Prajurit Ukraina berlatih<br />

di luar Kota Luhansk,<br />

Ahad (1/2).<br />

MAKSIM LEVIN/REUTERS<br />

lagi, 48 ribu hryvnia atau Rp 25 juta.<br />

Wajib militer dengan taruhan nyawa ini tentu<br />

membuat keluarga yang ditinggalkan cemas.<br />

Sukar bagi mereka untuk merelakan keluarganya<br />

menyabung nyawa. “Bagaimana mungkin<br />

pemerintah membiarkan hal seperti ini terjadi<br />

Benar-benar memalukan,” kata Valentina Alexandrovna,<br />

68 tahun. Dia tak sanggup menahan<br />

air mata saat melepas seorang kerabatnya.<br />

●●●<br />

Tak perlu menunggu lama setelah perundingan<br />

damai antara pemerintah Ukraina dan<br />

kelompok separatis pro-Rusia di Kota Minsk,<br />

Belarus, menemui jalan buntu, senapan dan<br />

mortir langsung menyalak galak di medan<br />

tempur di Ukraina timur.<br />

Milisi separatis pro-Rusia menghujani pasukan<br />

Ukraina di Yenakieve dan Vuhlegirsk dengan<br />

tembakan artileri. Kedua kota itu menempati<br />

posisi strategis sebagai akses utama menuju<br />

Debalteve, kota yang menjadi penghubung<br />

jalur kereta ke Ukraina timur. Puluhan prajurit<br />

Ukraina gugur, demikian pula penduduk sipil.<br />

“Seperti inilah kondisinya setiap hari. Aku<br />

menyembunyikan anak kami di gudang bawah<br />

tanah. Aku ingin bertanya kepada Presiden Petro<br />

Poroshenko: Apakah kami ini warga Ukraina<br />

atau hanya target tembakan,” kata Anatoly<br />

Pomazanov, warga Yenakieve. Sepertinya hanya<br />

tinggal menghitung hari, Yenakieve bakal<br />

jatuh ke tangan milisi separatis. Jika Debalteve<br />

bisa dikuasai oleh milisi separatis, itu bakal jadi<br />

pukulan telak bagi pemerintah di Kiev. Sebab,<br />

kota itu merupakan penghubung Luhansk dan<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

KAMI TAK INGIN<br />

MENAMBAHKAN PERANG<br />

DI ATAS PERANG.”<br />

Donetsk, dua wilayah yang dikuasai separatis,<br />

dengan Rusia.<br />

Pemerintah Kiev menuduh, pasokan senjata<br />

dan suntikan tentara dari Rusia membuat pasukan<br />

separatis mendadak sangat perkasa. “Kami<br />

menyaksikan serangan besar-besaran gabungan<br />

milisi separatis dan tentara Rusia,” kata Oleksandr<br />

Turchynov, Ketua Dewan Keamanan dan Pertahanan<br />

Ukraina. Seperti biasa, Menteri Luar Negeri<br />

Rusia Sergei Lavrov membantah tudingan bahwa<br />

ada tangan Kremlin di balik milisi<br />

pro-Rusia.<br />

Dengan sokongan Rusia,<br />

milisi separatis melibas pasukan<br />

Ukraina yang hampir<br />

kalah segalanya. Kalah pengalaman dan kalah<br />

persenjataan. “Mereka terus menembaki kami<br />

dengan roket Grad atau apa pun yang mereka<br />

punya,” kata Alexander Verushkin, prajurit Ukraina.<br />

Dia tak sanggup banyak bergerak setelah<br />

kakinya terluka terkena serpihan mortir. Menurut<br />

Verushkin, mereka kewalahan menghadapi<br />

serangan milisi pro-Rusia. “Kami butuh suku<br />

cadang. Kendaraan perang kami rusak. Beri<br />

kami alatnya, maka kami akan menang.”<br />

Pavlo Klimkin, Menteri Luar Negeri Ukraina,<br />

mendesak negara-negara sekutunya di Eropa<br />

dan Amerika Serikat menyuntikkan tambahan<br />

bantuan militer untuk menghadang laju kelompok<br />

separatis.<br />

“Ini bukan soal membeli tank-tank baru,<br />

melainkan peralatan dan logistik yang lebih<br />

modern,” kata Klimkin. Perkakas itu diperlukan<br />

tentara Ukraina untuk mencegah supaya komunikasi<br />

mereka di medan perang tak disadap<br />

oleh Rusia dan milisi pro-Kremlin. “Kami tak<br />

mungkin menang perang melawan Rusia...<br />

tapi untuk mempertahankan Ukraina, kami tak<br />

boleh kalah perang.”<br />

Pemerintah Prancis sudah tegas menolak<br />

mengirimkan senjata mematikan untuk Kiev.<br />

“Kami tak ingin menambahkan perang di atas<br />

perang,” ujar seorang diplomat Prancis. Jean<br />

Yves Le Drian, Menteri Pertahanan Prancis,<br />

mengatakan sanksi politik dan ekonomi masih<br />

merupakan jalan terbaik untuk menekan Rusia.<br />

Di Washington, DC, suara pemerintah Amerika<br />

masih simpang-siur. “Kami masih berpikir<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Batalion Santa<br />

Maria yang baru<br />

saja dibentuk oleh<br />

Kementerian Dalam<br />

Negeri Ukraina berbaris<br />

di depan Katedral Saint<br />

Sophia, Kiev, Selasa<br />

(3/2).<br />

VALENTUN OGIRENKO/REUTERS<br />

bahwa jalan terbaik untuk mempengaruhi<br />

kalkulus Moskow adalah sanksi ekonomi yang<br />

menusuk dalam ke jantung perekonomian<br />

mereka,” ujar Ben Rhodes, Wakil Penasihat<br />

Keamanan di Gedung Putih. Dia tak yakin pasokan<br />

senjata ke Ukraina bisa menyelesaikan<br />

persoalan pelik di negara itu.<br />

Gedung Putih belum mengambil keputusan<br />

soal pengiriman senjata mematikan ke Ukraina.<br />

Namun sikap Ashton Carter, calon Menteri Pertahanan<br />

Amerika, berseberangan dengan Ben<br />

Rhodes. “Aku condong setuju untuk mengirimkan<br />

senjata, termasuk senjata mematikan,” kata Ashton.<br />

Melihat gelagatnya, sepertinya pemerintah<br />

di Kiev harus siap berperang dengan senjata seadanya.<br />

■ SAPTO PRADITYO | REUTERS | BBC | GUARDIAN | CNN<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

SUPERJENDERAL<br />

DARI TEHERAN<br />

“DIA JAUH LEBIH BERANI DARI PARA KOMANDAN PASUKAN IRAK...<br />

JENDERAL QASSEM ADALAH KOMANDAN TERBAIK DI DUNIA.”<br />

FOTO: KERMAN<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

BUSINESSINSIDER<br />

BAGI Jenderal (Purnawirawan) John<br />

M. “Jack” Keane, Qassem Suleimani<br />

bak duri yang harus segera dicabut.<br />

Di depan anggota Subkomite Antiterorisme<br />

dan Intelijen DPR Amerika Serikat tiga<br />

tahun lalu, mantan Wakil Kepala Staf Angkatan<br />

Darat Amerika itu menyarankan supaya pemerintah<br />

Amerika tak ragu untuk membunuh<br />

Mayor Jenderal Qassem, Komandan Pasukan<br />

Quds di kesatuan Garda Revolusi Iran.<br />

“Mengapa kita membiarkan komandan Pasukan<br />

Quds yang merancang operasi pembunuhan<br />

warga Amerika selama 30 tahun bebas<br />

ke mana-mana Mengapa kita tak membunuh<br />

dia Kita telah membunuh para pemimpin<br />

organisasi tero ris yang melawan kepentingan<br />

Amerika. Orang ini telah membunuh ribuan<br />

warga Amerika, tapi mengapa kita tak membunuh<br />

dia” kata Jenderal Jack Keane kala itu.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

Bukan cuma Jenderal Keane yang sepakat<br />

dengan ide untuk menamatkan hidup Jenderal<br />

Qassem. Reuel Marc Gerecht, mantan agen<br />

Dinas Intelijen Amerika (CIA), juga menyokong<br />

proposal Jenderal Keane. Supaya “pesan”<br />

mereka mendapat perhatian serius penguasa<br />

QASSEM SULEIMANI MERUPAKAN SALAH<br />

SATU OPERATOR MILITER PALING BERKUASA<br />

DI TIMUR TENGAH SAAT INI.”<br />

di Teheran, ibu kota Iran, menurut Gerecht,<br />

mereka tak bisa mengirimkan “pesan” biasabiasa<br />

saja.<br />

“Aku pikir kalian tak bisa mengintimidasi<br />

dan mendapatkan perhatian mereka, kecuali<br />

kalian menembak seseorang.... Jika kalian pikir<br />

Garda Revolusi yang bertanggung jawab,<br />

kalian harus mengejar Qassem Suleimani. Dia<br />

sering bepergian, tangkap atau bunuh dia,”<br />

kata Mister Gerecht.<br />

Posturnya tak seberapa tinggi, hanya 167<br />

sentimeter. Namun reputasi Jenderal Qassem<br />

mengalir sampai jauh. “Qassem Suleimani<br />

merupakan salah satu operator militer paling<br />

berkuasa di Timur Tengah saat ini.... Dan sangat<br />

sedikit orang yang kenal dengannya,”<br />

kata John Maguire, mantan intel CIA di Irak.<br />

Dalam pelbagai kesempatan di sejumlah acara,<br />

Jenderal Qassem sangat jarang menonjolkan<br />

diri. Dia juga sangat irit dalam bersuara.<br />

“Biasanya dia datang, mengambil tempat<br />

duduk di pojok, dan diam. Tak bicara, tak berkomentar,<br />

hanya duduk dan menyimak,” ujar<br />

seorang pejabat keamanan senior di Bagdad.<br />

Tapi jejak Jenderal Qassem ada di mana-mana.<br />

Dia ada di Damaskus, dia muncul di Bagdad<br />

dan Amerli, jejaknya tercium di Sana’a, Yaman,<br />

dan dia juga tampak saat pemakaman petinggi<br />

Hizbullah di Libanon yang menjadi korban<br />

serangan Israel beberapa pekan lalu.<br />

Bagi Amerika, Jenderal Qassem adalah lawan<br />

berat, tapi sekaligus juga kawan. Entah berapa<br />

banyak tentara Amerika di Irak yang mati<br />

dibunuh milisi Syiah yang disokong Pasukan<br />

Quds. Tapi mereka juga pernah bersama-sama<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

NYPOST<br />

bertempur melawan Taliban di Afganistan.<br />

Ryan Crocker, mantan diplomat senior<br />

Amerika, menuturkan dia bertemu dengan<br />

utusan Jenderal Qassem alias Haji Qassem di<br />

Jenewa pada akhir 2001. Dua pihak dari dua<br />

kubu yang biasa bermusuhan itu bertemu untuk<br />

membicarakan kerja sama bagaimana melawan<br />

musuh bersama mereka, yakni Taliban.<br />

Dan kini mau tak mau Amerika juga terpaksa<br />

berkawan lagi dengan Jenderal Qassem demi<br />

menumpas milisi Negara Islam alias ISIS.<br />

“Jenderal Qassem seorang komandan yang<br />

pragmatis.... Dia siap bekerja sama dengan<br />

negara Barat jika hal itu menguntungkan bagi<br />

kepentingan Iran,” kata Hossein Mousavian,<br />

analis Timur Tengah di Universitas Princeton.<br />

●●●<br />

“Dia tak punya bos militer, juga tak punya<br />

patron politik,” Reuel Marc Gerecht, mantan<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

agen Dinas Intelijen Amerika, menunjuk sosok<br />

Jenderal Qassem Suleimani. Jenderal Qassem<br />

hanya tunduk kepada satu orang: pemimpin<br />

spiritual dan pemimpin tertinggi Iran, Ayatullah<br />

Ali Hosseini Khamenei.<br />

Dengan restu dari Ali Khamenei, Jenderal<br />

Qassem dan pasukan elite Quds menjadi lengan<br />

Teheran melebarkan pengaruhnya di Irak,<br />

Libanon, Suriah, dan Yaman. Pasukan Quds,<br />

yang berkekuatan sekitar 20 ribu prajurit, juga<br />

KAMI TAK MENINGGALKAN TEMAN KAMI....<br />

KAMI AKAN MENYOKONG SURIAH SAMPAI<br />

AKHIR.<br />

menjadi tulang punggung operasi intelijen Iran<br />

di pelbagai negara di dunia.<br />

Saat posisi sekutu utama mereka di Timur<br />

Tengah, Presiden Suriah Bashar al-Assad, semakin<br />

terpojok oleh serangan milisi dari pelbagai<br />

kelompok dua tahun lalu, Jenderal Qassem<br />

dan Pasukan Quds bersama milisi Hizbullah<br />

bahu-membahu mempertahankan Damaskus.<br />

Teheran khawatir, jika mereka kehilangan Assad,<br />

mereka bakal kehilangan pangkalan untuk<br />

menghadapi kemungkinan serangan Israel.<br />

“Jika kita sampai kehilangan Suriah, kita<br />

bakal sulit mempertahankan Teheran,” kata<br />

seorang ulama Iran. Tak mengherankan jika<br />

Teheran habis-habisan membela Assad. Jenderal<br />

Qassem terbang ke Irbil di Kurdistan untuk<br />

meminta izin pemimpin Kurdi supaya mereka<br />

boleh memakai wilayah itu sebagai jalur pasokan<br />

senjata ke Suriah.<br />

Bagi Jenderal Qassem, menyelamatkan<br />

Assad sudah menjadi misi pribadi. Dia punya<br />

markas sendiri di Damaskus, tempat dia<br />

memantau operasi ribuan prajurit Quds dan<br />

milisi Hizbullah. “Kami tak seperti Amerika.<br />

Kami tak meninggalkan teman kami.... Kami<br />

akan menyokong Suriah sampai akhir,” Jenderal<br />

Qassem memberi jaminan kala itu. Setelah<br />

merebut Kota Qusayr, satu demi satu pasukan<br />

Assad kembali merebut wilayah Suriah dari<br />

tangan milisi.<br />

Ketika Kota Mosul dan sejumlah kota di<br />

wilayah utara Irak jatuh direbut milisi Negara<br />

Islam alias ISIS beberapa bulan lalu, hanya<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

RUJHAAN<br />

dalam hitungan jam Jenderal Qassem sudah<br />

mendarat di Bagdad. Ketika tentara Irak<br />

tunggang-langgang kabur dihajar prajurit ISIS,<br />

milisi Syiah menjadi tulang punggung pasukan<br />

yang menghadang laju mereka menuju Bagdad.<br />

Milisi Syiah di Irak, seperti Brigade Badr<br />

dan Asaib ahl al-Haq, terbukti lebih efektif<br />

menghadang laju milisi ISIS. “Mereka punya<br />

pengalaman panjang bertempur melawan<br />

tentara Amerika,” kata Safa Hussein al-Sheikh,<br />

Wakil Ketua Penasihat Keamanan Irak.<br />

Namun setoran dana dan pasokan senjata<br />

dari Teheran serta kiriman prajurit dari kesatuan<br />

elite Pasukan Quds-lah yang menyuntikkan<br />

darah segar ke Bagdad. Teheran mengirimkan<br />

bertumpuk-tumpuk rupa-rupa jenis senjata.<br />

Mantan seteru lama Irak itu juga mengizinkan<br />

lima pesawat Sukhoi Su-25, yang sempat ditahan<br />

di Teheran, pulang ke Bagdad.<br />

Tak aneh jika Jenderal Qassem dipuja-puji<br />

seperti pahla wan. “Siapa yang datang ke sini<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

NYPOST<br />

untuk menyelamatkan kami saat Kota Mosul<br />

jatuh Jelas bukan tentara Amerika,” kata<br />

Mowaffak al-Rubaie, mantan anggota Dewan<br />

Keamanan Irak. “Amerika hanya mengirimkan<br />

serangan udara beberapa bu lan kemudian.<br />

Sedangkan bantuan Iran sudah tiba di Bagdad<br />

dan Irbil tiga hari setelah Mosul jatuh.”<br />

Jenderal Qassem terjun langsung memimpin<br />

operasi serangan balik untuk memukul mundur<br />

milisi ISIS. Beberapa bulan lalu, beredar<br />

foto Jenderal Qassem bersama milisi Syiah<br />

dan tentara Irak di garis depan pertempuran.<br />

“Dia jauh lebih berani dari para komandan<br />

pasukan Irak.... Jenderal Qassem adalah komandan<br />

terbaik di dunia,” seorang komandan<br />

milisi Syiah menyanjung Jenderal Qassem.<br />

“Dia mengatakan kepada kami bahwa kematian<br />

merupakan permulaan hidup, bukan akhir<br />

hidup.” n SAPTO PRADITYO | NEW YORKER | GUARDIAN | REUTERS |<br />

BBC | AL-MONITOR | CSM<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

ADA UANG,<br />

ADA DARAH<br />

“TIGA RIBU RUPEE PER DONOR....<br />

AKU AKAN ATUR SEMUA.”<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

MIRROR<br />

SEPULUH tahun lalu, hidup Hari Kamat<br />

sedang menukik menuju dasar<br />

jurang. Sudah hampir setahun tukang<br />

cat itu kesulitan mendapatkan<br />

pekerjaan. Hari memutuskan mengadu nasib<br />

dan meninggalkan desanya di Negara Bagian<br />

Bihar, India.<br />

Merantau tak tentu arah, Hari terdampar di<br />

Gorakhpur, kota di perbatasan India dengan<br />

Nepal. Begitu ia turun dari bus, sudah ada orang<br />

yang menawarinya pekerjaan. Namun, dua bulan<br />

kemudian, sang majikan memecatnya tanpa<br />

alasan. “Tak usah khawatir, ada pekerjaan<br />

lain yang lebih bagus,” seorang temannya di<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

BAHKAN AKU PERNAH MELIHAT<br />

PASIEN YANG MENERIMA<br />

TRANSFUSI DARAH LANGSUNG<br />

DARI DONOR.”<br />

Gorakhpur menghibur Hari.<br />

Pekerjaannya gampang, tak perlu memeras<br />

otak dan keringat, dengan pendapatan lumayan.<br />

Hari juga tak perlu melewati ujian masuk<br />

yang berbelit, cukup tes darah saja. Gampang<br />

sekali, bukan Hasil tes darah tak ada masalah.<br />

Hari bisa langsung “bekerja”. Kerja yang dimaksud<br />

temannya itu memang tak perlu banyak<br />

berkeringat. Dia hanya<br />

perlu merelakan<br />

darahnya disedot.<br />

Majikan barunya<br />

menjanjikan dia bakal<br />

menerima upah 500-<br />

1.000 rupee atau sekitar<br />

Rp 100-200 ribu<br />

untuk setiap kantong<br />

darah yang disedot<br />

dari tubuhnya. Hari<br />

tak sadar, dia telah terjerumus dalam jaringan<br />

“mafia” penyedot darah. Bersama 16 orang lainnya—mereka<br />

laki-laki berumur 25 tahun hingga<br />

40 tahun—Hari disekap di sebuah rumah di<br />

Shahpur, tak jauh dari Gorakhpur.<br />

Mereka diperlakukan seperti sapi perah.<br />

Bedanya, bukan susu yang diperah dari tubuh<br />

mereka, melainkan darah. Dua kali setiap pekan,<br />

anggota jaringan penjual darah itu menyedot<br />

darah Hari dan teman-temannya. Padahal,<br />

menurut panduan Badan Kesehatan Dunia<br />

(WHO), setiap orang hanya boleh mendonorkan<br />

darah paling cepat tiga bulan sekali.<br />

Akibatnya gampang ditebak. Setelah hampir<br />

dua setengah tahun jadi “sapi perah”, berat<br />

badan mereka anjlok dan bisa dibilang darah<br />

mereka hampir kering. Ketika polisi datang<br />

menggerebek kompleks itu pada April 2008,<br />

Hari dan teman-temannya tergolek tak berdaya<br />

di atas kasur. Bahkan untuk bangun pun<br />

mereka tak sanggup. Hemoglobin mereka,<br />

menurut hasil pemeriksaan rumah sakit, hanya<br />

4 miligram per 100 mililiter. Jauh di bawah<br />

rata-rata laki-laki dewasa yang sehat. Menurut<br />

dokter, mereka sudah ada di tepi maut. “Kalian<br />

bisa menekan kulit mereka dan posisinya tak<br />

akan pulih kembali, hampir menyerupai tanah<br />

lempung,” kata B.K. Shuman, dokter di Shahpur.<br />

Dengan jumlah penduduk 1,2 miliar jiwa,<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

BORGENMAGAZINE<br />

menurut standar WHO, paling tidak India mestinya<br />

punya stok darah 12 juta unit per tahun.<br />

Tapi, pada prakteknya, rata-rata stok darah India<br />

hanya berkisar 9 juta unit. Celah inilah yang<br />

membuka peluang di pasar gelap. Walaupun<br />

Mahkamah Agung India sudah melarang donor<br />

“profesional” alias berbayar sejak 1996, di<br />

bawah tangan, praktek jual-beli darah ini jalan<br />

terus.<br />

Calo-calo penjual darah ini gampang sekali<br />

ditemui di rumah-rumah sakit di India. “Tiga<br />

ribu rupee per donor.... Aku akan atur semua,”<br />

kata Rajesh, seorang calo penjual darah di rumah<br />

sakit New Delhi, kepada wartawan BBC,<br />

beberapa pekan lalu.<br />

Praktek jual-beli darah ini bukan cuma membuat<br />

pasien dan keluarganya kesulitan mencari<br />

darah murah, tapi juga membuat bank darah<br />

susah mendapatkan donor sukarela. Sebagian<br />

warga India yang berasal dari kasta tinggi juga<br />

tak rela darahnya bercampur dengan warga<br />

dari kasta yang lebih rendah.<br />

Sejak 1996, pemerintah India menerapkan<br />

sistem “donor pengganti”. Tujuannya untuk<br />

mendorong donor sukarela. Setiap pasien yang<br />

membutuhkan darah dari rumah sakit diminta<br />

mencari penggantinya dari kerabat atau temantemannya.<br />

Tapi sistem ini sulit diterapkan, terutama<br />

pada pasien yang membutuhkan donor<br />

darah berulang kali.<br />

“Tak sedikit pasien yang berasal dari tempat<br />

jauh. Mereka pasti kesulitan mencari kerabat<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

AKU BENAR-BENAR MARAH. TEGA-<br />

TEGANYA MEREKA MEMBUAT<br />

ANAKKU TAMBAH SAKIT.”<br />

atau teman yang bersedia mendonorkan<br />

darah,” kata Asha Bazaz, Direktur Teknik Bank<br />

Darah Rotary.<br />

●●●<br />

Di pasar gelap darah di India, pasien dan<br />

keluarganya hampir selalu menjadi korban.<br />

Bukan cuma mereka harus membayar ongkos<br />

berobat yang jauh lebih<br />

mahal, tak jarang sang<br />

pasien harus “membayar”<br />

dengan nyawanya.<br />

Namanya pasar gelap,<br />

jangan harap proses donor dan transfusi darah<br />

dilakukan dengan prosedur semestinya. Uji penyakit<br />

yang bisa menular lewat darah Lupakan<br />

saja. “Bahkan aku pernah melihat pasien<br />

yang menerima transfusi darah langsung dari<br />

donor,” kata Dr J.S. Arora, Sekretaris Jenderal<br />

Masyarakat Nasional Thalassemia India.<br />

Alok Kumar baru saja berumur 8 tahun. Sejak<br />

kecil, bocah itu menyandang penyakit kelainan<br />

darah talasemia. Untuk menyambung hidupnya,<br />

setiap bulan dia butuh transfusi darah.<br />

Gara-gara proses donor dan tranfusi darah<br />

yang dilakukan serampangan, bocah itu tertular<br />

penyakit hepatitis C. Tanpa pengobatan<br />

yang memadai, penyakit itu bisa berkembang<br />

menjadi sirosis hati atau kanker hati.<br />

“Padahal kami sudah sangat menderita....<br />

Aku benar-benar marah. Tega-teganya mereka<br />

membuat anakku tambah sakit,” kata Kishore<br />

Umar, sang ayah, menahan geram tanpa daya.<br />

Ya, tanpa hepatitis C pun hidup keluarga Kumar<br />

sudah sangat sulit. Penghasilan Kishore setiap<br />

bulan hanya sekitar Rp 1,5 juta.<br />

Orang-orang seperti Alok Kumar ini sangat<br />

rentan tertular penyakit lewat transfusi darah.<br />

Keluarganya tak akan sanggup membayar<br />

ongkos uji penyakit sebelum darah disuntikkan<br />

ke tubuhnya. Di sebuah rumah sakit swasta di<br />

India, ongkos untuk uji laboratorium itu sekitar<br />

Rp 750 ribu.<br />

“Jika kalian bagian dari keluarga kelas menengah-atas<br />

India, mungkin kalian mampu membayarnya.<br />

Tapi sebagian besar warga India tak<br />

seberuntung itu,” kata Neha Dixit, wartawan<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


INTERNASIONAL<br />

HUFFINGTONPOST<br />

majalah Tehelka. Neha pernah menelusuri<br />

liku-liku pasar gelap darah di India. J.S. Arora<br />

memperkirakan sekitar 8 persen pasien talasemia<br />

terinfeksi virus, seperti HIV dan hepatitis,<br />

lewat transfusi darah. ■<br />

SAPTO PRADITYO | BBC | WIRED | INDIA TODAY | TEHELKA<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


ANANDA<br />

SUKARLAN<br />

BREAK PIPIS<br />

DONNA HARUN<br />

DIGODA<br />

ABG<br />

MARTINA HINGIS<br />

AKHIRNYA<br />

GRAND SLAM<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


PEOPLE<br />

DONNA HARUN<br />

DOK. DETIKHOT<br />

ASIH terlihat muda dan<br />

cantik. Itulah Donna Harun.<br />

Pada usianya yang<br />

sudah menginjak 47<br />

tahun, nenek satu cucu ini masih sering digoda<br />

anak baru gede alias ABG.<br />

Namun ibunda Ricky Harun ini tak menganggap<br />

godaan itu sebagai sesuatu yang negatif. Dia<br />

justru menerimanya sebagai sebuah apresiasi.<br />

“Apresiasi saja, enjoy moment saja. Di luar negatif<br />

atau positif, aku bersyukur diberi kesehatan,”<br />

ujar mantan model kelahiran 21 Februari 1968 ini<br />

di Jakarta beberapa waktu lalu.<br />

Penampilan Donna memang menipu mata.<br />

Banyak orang takjub melihat Donna yang masih<br />

terlihat muda. Namun dia malah tak merasa<br />

awet muda.<br />

“Jangan salah, aku nikah muda, punya anaknya<br />

cepat, jadi punya cucunya juga cepat. Aku bukan<br />

awet muda, tapi kawin muda,” ujarnya tertawa.<br />

Ah, Mbak Donna bisa saja. n KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


PEOPLE<br />

MARTINA HINGIS<br />

GUSTAVO CABALLERO/GETTY IMAGES<br />

ARTINA Hingis akhirnya<br />

“kembali”. Petenis asal Swiss ini<br />

meraih gelar juara grand slam<br />

pertamanya di Australia Terbuka<br />

2015 setelah merebutnya<br />

sembilan tahun lalu.<br />

Hingis merebut gelar juara di nomor ganda campuran<br />

bersama Leander Paes, petenis asal India. Pasangan<br />

itu menang dua set langsung atas Kristina Mladenovic<br />

dan Nestor, 6-4 dan 6-3.<br />

“Siapa yang menyangka, ini lebih dari yang bisa saya<br />

mimpikan,” ujarnya seperti dilansir BBC.<br />

Hingis memutuskan pensiun dari dunia tenis pada<br />

2002 saat usianya baru 22 tahun akibat cedera pergelangan<br />

kaki yang tak kunjung sembuh.<br />

Pada 2006, Hingis kembali dan berhasil meraih gelar<br />

juara grand slam di kejuaraan Australia Terbuka untuk<br />

nomor ganda campuran. Namun, setahun kemudian,<br />

dia harus gantung raket kembali.<br />

Hingis terbukti menggunakan kokain saat mengikuti<br />

Wimbledon Terbuka. Namun kariernya ternyata belum<br />

tamat. Perempuan kelahiran 30 September 1980 ini<br />

kembali ke lapangan pada Juli 2013.<br />

Di nomor tunggal, Hingis punya tiga gelar juara Australia<br />

Terbuka, yang dia raih pada 1997, 1998, dan 1999.<br />

Dia telah mengumpulkan total lima trofi grand slam<br />

dari berbagai turnamen dunia. n KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


PEOPLE<br />

ANANDA SUKARLAN<br />

DOK. PRIBADI<br />

EDANG tampil di atas<br />

panggung dan kebelet<br />

pipis Pasti tak enak.<br />

Serbasalah. Itulah<br />

yang dialami Ananda<br />

Sukarlan, pianis andal Indonesia.<br />

Saking tak bisa menahan hasrat ke kamar<br />

kecil, Ananda terpaksa minta time out. “Sedikit<br />

intermezo, ini kita ada break Oh, enggak,<br />

ya Soalnya, saya kebelet pipis banget,” ujarnya.<br />

Penonton pergelaran bertajuk “Rapsodia<br />

Indonesia” di Bentara Budaya Jakarta pun<br />

langsung terbahak-bahak mendengar ungkapan<br />

blak-blakan pria kelahiran 10 Juni 1968<br />

ini.<br />

Tanpa menunggu diiyakan, pria berkacamata<br />

ini langsung ngacir ke belakang panggung.<br />

“Insiden” kebelet pipis saat manggung<br />

ternyata bukan pertama kalinya dialami<br />

Ananda.<br />

Sebelumnya, pria yang gemar berpenampilan<br />

kasual ini juga izin pipis saat mengisi<br />

acara di televisi. Hal itu diungkapkan lewat<br />

akun Twitter-nya, @anandasukarlan, dua<br />

tahun silam.<br />

Ananda dikenal sebagai pianis yang sudah<br />

mendunia. Dia adalah salah satu dari sedikit<br />

pianis yang mampu dan sukses memainkan<br />

karya kolosal dengan virtuositas tinggi di<br />

beberapa negara di Eropa. n KEN YUNITA<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

TEATER<br />

FOTO: AGUNG/DETIKFOTO<br />

INTERPRETASI YANG TERBUKA<br />

MEMBUAT PEMENTASAN INI<br />

SEGAR. LAGU-LAGU ISMAIL<br />

MARZUKI PUN MENEMUKAN<br />

KEBARUANNYA.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

TEATER<br />

G<br />

ELORA<br />

api<br />

merdeka sedang<br />

menyala di dada<br />

tiap pemuda.<br />

Sentimen keindonesiaan<br />

bergaung<br />

di manamana.<br />

Di masa<br />

itulah Aryati (Cantika Abigail) bertanya-tanya<br />

tentang kekasihnya, Kopral Jono. Sudah lama<br />

Jono meninggalkan Yogyakarta serta Aryati,<br />

pergi berperang melawan Jepang, dan kini tak<br />

ada kabar beritanya.<br />

Di tengah rusuh hati, Aryati mendapat surat<br />

dari Jono, mengabarkan tengah berada di<br />

pinggir Jakarta hingga waktu yang tak ditentukan.<br />

Timbul keinginannya menyusul Jono.<br />

Namun Aryati, yang tak pernah pergi keluar<br />

dari kota kelahirannya, disergap panik, bagaimana<br />

cara bisa sampai ke Jakarta. Dia pun<br />

bertanya kepada penonton, “Dari Yogya ke<br />

Jakarta naik apa, ya”<br />

“Becaaak.” “Sepedaaaa.” “Keretaaa.” “Delmaaan.”<br />

Semua jawaban itulah yang diberikan<br />

penonton secara serempak.<br />

Inilah khasnya drama musikal interaktif<br />

yang disuguhkan Threebute, yakni melibatkan<br />

penonton. Sashi Gandarum bertindak sebagai<br />

pengarah kreatif. Selain tanya-jawab dengan<br />

pemain, penonton kebagian tugas membacakan<br />

surat-surat lain dari Jono dan Aryati.<br />

Caranya, surat diestafetkan saat sebuah<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

TEATER<br />

lagu dimainkan. Begitu lagu usai, surat pun<br />

berhenti berpindah tangan, dan orang terakhir<br />

yang memegang surat bertugas membacakan<br />

isinya. Seru juga.<br />

4 Wanita: Surat-surat Aryati dipentaskan<br />

di auditorium Galeri Indonesia Kaya, Jakarta,<br />

Sabtu, 31 Januari 2015, dalam durasi satu<br />

setengah jam. Penonton penuh, bahkan ada<br />

sekitar 10 orang masuk daftar tunggu. Lagulagu<br />

ciptaan Ismail Marzuki dijadikan “rambu”<br />

cerita dan semacam pengantar tiap adegan,<br />

di antaranya Rayuan Pulau Kelapa, Aryati,<br />

Selendang Sutra, Sepasang Mata Bola, Sabda<br />

Alam, Juwita Malam, dan Kopral Jono.<br />

Aryati tiba di stasiun di Jakarta tanpa tahu<br />

ke mana harus pergi. Dia beristirahat dulu,<br />

minum jamu. Si penjual jamu (Monita Tahalea),<br />

yang ternyata juga pernah kenal Jono,<br />

menyarankan Aryati pergi ke rawa-rawa yang<br />

letaknya di pinggir Jakarta.<br />

Kehadiran orang asing mengusik Gadis<br />

Rawa (Yura Yunita), penguasa rawa yang centil<br />

dan selalu gembira. Gadis Rawa membenarkan,<br />

Jono dulu pernah ke situ, tapi sekarang<br />

kabarnya dia berada di rumah Madam Dira di<br />

kawasan Kota, Jakarta.<br />

Mbok penjual jamu dan Gadis Rawa pun<br />

mengantar Aryati ke rumah Madam Dira<br />

(Dira Sugandi), yang ramai pada malam hari<br />

dan berisi perempuan-perempuan muda<br />

berdandan menor. Walau Madam Dira mem-<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

TEATER<br />

benarkan ada Jono di rumahnya, penentunya<br />

ada di penonton.<br />

Di antara katalog pertunjukan, yang masingmasing<br />

dipegang penonton, ada satu yang<br />

bertanda cap bibir. Pemegang katalog bercap<br />

bibir itulah Jono yang dicari.<br />

Surat-surat Aryati pernah dipentaskan juga<br />

pada April 2014 tapi tidak sepenuhnya sama<br />

dengan yang sekarang disajikan. Sementara<br />

Aryati sekarang pergi ke Jakarta, Aryati yang<br />

dulu pergi ke Surakarta. Dulu tak ada lagu Juwita<br />

Malam (dinyanyikan Dira Sugandi secara<br />

memukau), melainkan Payung Fantasi.<br />

Pementasan yang dibintangi penyanyi-penyanyi<br />

muda ini ringan dan banyak celetukan<br />

lucu. Lagu-lagu Ismail Marzuki juga dibawakan<br />

para pemain dengan interpretasi masing-masing.<br />

Naskah yang ditulis Aprishi Allita itu sebenarnya<br />

serius, tapi Sashi membebaskan pemain<br />

untuk berimprovisasi. Itu sebabnya Sashi<br />

menolak disebut sebagai sutradara, “Karena<br />

saya tidak men-direct apa pun.” Alhasil, Sashi<br />

sendiri pun dibuat tertawa-tawa kecil melihat<br />

improvisasi bebas pemain karena tak mengira<br />

bisa demikian lucunya.<br />

Contoh saja, seperti ini Monita mendeskripsikan<br />

isi bakulnya, “Ada mijon, ada obat<br />

tinggi langsing, ada obat herbal. Jamunya juga<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

TEATER<br />

ada yang kadarnya 20 persen, 40 persen, 80<br />

persen.” Atau ketika pemain sudah begitu panjang<br />

berimprovisasi, ada seruan dari bangku<br />

penonton, “Balik ke script,” yang menimbulkan<br />

tawa penonton sekaligus pemain.<br />

“Yang tadi ditampilkan itu beda lo dengan<br />

waktu latihan. Sejak reading mereka sudah<br />

bercanda,” ujar Sashi seusai pementasan.<br />

Genre drama musikal interaktif bisa dibilang<br />

tak butuh banyak penonton, sehingga<br />

ideal dengan auditorium Galeri Indonesia<br />

Kaya, yang berkapasitas 150 orang. Jika saja<br />

dipanggungkan di tempat yang lebih besar<br />

dengan penonton lebih banyak, tek-tok antara<br />

pemain dan penonton akan sulit dan<br />

keintiman hilang.<br />

Bisa bayangkan bagaimana kacaunya (atau<br />

malah garing) gedung pertunjukan besar menanggapi<br />

kalimat Aryati berikut ini:<br />

…<br />

Pengetahoeankoe tak besar<br />

Mengenai doenia loear<br />

Apa jang haroes koelakoekan<br />

Koe ingin bertemoe kembali dengan Jono<br />

Maoekah kalian membantoekoe ■<br />

SILVIA GALIKANO<br />

MAJALAH DETIK 9 -- 15 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

JUPITER NAIK KE MANA<br />

KABAR DARI GALAKSI LAIN DATANG. JUPITER, SI PEMBERSIH<br />

TOILET, TERNYATA REINKARNASI RATU SEMESTA. JUPITER PANIK,<br />

PENONTON BINGUNG.<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Judul: Jupiter Ascending<br />

Genre: Action | Adventure | Fantasy<br />

Sutradara: Andy Wachowski, Lana<br />

Wachowski<br />

Skenario: Andy Wachowski, Lana<br />

Wachowski<br />

Tap untuk melihat Video<br />

Produksi: Warner Bros. Pictures<br />

Pemain: Channing Tatum, Mila<br />

Kunis, Eddie Redmayne<br />

Durai: 2 jam 5 menit<br />

PEKERJAAN sehari-hari Jupiter Jones<br />

(Mila Kunis) membersihkan rumahrumah,<br />

termasuk toilet, orang kaya<br />

di Chicago. Sehari bisa sampai empat<br />

rumah, dari pagi buta hingga petang. Dia tak<br />

mengerjakannya bersama ibu dan bibi. Ini bisnis<br />

keluarga yang dipegang sang paman.<br />

Jupiter generasi kedua imigran Rusia di Amerika.<br />

Ibu, bibi, dan pamannya berdarah Rusia<br />

dan sehari-hari masih berbahasa Rusia. Jupiter<br />

sendiri lahir di atas kapal di tengah Samudra<br />

Atlantik saat keluarga ibunya lari dari Rusia<br />

setelah ayahnya, yang astrofisikawan Amerika,<br />

mati ditembak orang tak dikenal di Rusia.<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK 23 DETIK - 293 DESEMBER - 9 MAJALAH MARET 2013 2014<br />

DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Irama keseharian Jupiter berubah seketika<br />

setelah sekelompok alien yang menyamar jadi<br />

dokter dan paramedis menemukan DNA-nya<br />

persis sama seperti yang selama ini dicari. Jupiter<br />

hendak diculik, tapi seorang pemuda ganteng<br />

berotot, Caine (Channing Tatum), melesat<br />

masuk ruang operasi, mengalahkan para alien,<br />

dan menyelamatkan Jupiter.<br />

Caine menjelaskan dirinya sebagai tentara<br />

dari galaksi lain yang ditugasi melindungi Jupiter<br />

dari pasukan hitam yang hendak menculiknya.<br />

Dia diyakini sebagai reinkarnasi Ratu Semesta,<br />

penguasa semua galaksi, yang tewas terbunuh<br />

setelah 100 ribu tahun berkuasa. Dengan<br />

demikian, Jupiter-lah yang berhak mewarisi<br />

kekuasaan sebagai Ratu Semesta.<br />

Caine kemudian mengajak Jupiter ke galaksi<br />

lain tempat tinggal tiga anak mendiang Ratu<br />

Semesta, yakni Titus (Douglas Booth), yang<br />

kata-katanya halus tapi bermuka dua; si seksi<br />

Kalique (Tuppence Middleton), dan Balem<br />

(Eddie Redmayne), yang pemarah. Merekalah<br />

yang menugasi Caine ke bumi.<br />

Tiga bangsawan ini mengundang Jupiter<br />

untuk diberi mahkota, tapi ada rencana lain di<br />

belakangnya, yakni mengenyahkan perempuan<br />

itu sehingga kekuasaan ada pada mereka. Tiga<br />

bersaudara mengerahkan kemampuan masingmasing<br />

untuk mendekati Jupiter, tanpa mereka<br />

sadari ada Caine yang loyal mengawal Sang<br />

“Tuan Putri” dan menjamin keselamatannya.<br />

Bukan Wachowskis (sebutan untuk dua bersaudara<br />

Andy dan Lana Wachowski) jika tak<br />

ambisius. Sekali lagi mereka membuat teori eksistensi<br />

tentang gagasan bahwa, dalam sistem<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

Film ini secara “licik”<br />

mendaur ulang atau<br />

mengisi ulang cerita<br />

utama dari masterpiece<br />

Wachowskis, The Matrix<br />

(1999).<br />

kosmis, kita pion yang bahkan lebih kecil dari<br />

yang kita bayangkan, semata-mata<br />

ternak bagi klan penguasa yang<br />

berada entah di mana.<br />

Film ini secara “licik” mendaur<br />

ulang atau mengisi ulang cerita<br />

utama dari masterpiece Wachowskis, The Matrix<br />

(1999), dengan pembukaan yang mengingatkan<br />

kita pada The Terminator (1984) dan<br />

beberapa kostum serta tata rambutnya diambil<br />

dari Galaxy Quest (1999). Kali ini, daun telinga<br />

prostetiknya ajaib.<br />

Mila Kunis, yang bola mata bulatnya mempesona,<br />

mampu mempertahankan ketenangannya<br />

tanpa kesulitan. Channing<br />

Tatum kembali lagi ke peran<br />

he-man, yang menjual otot dan<br />

ketampanan, padahal dari Foxcatcher<br />

(2015) kita tahu Tatum bisa berakting.<br />

Justru Eddie Redmayne, yang bukan<br />

bintang utama, yang menyedot perhatian<br />

lewat aktingnya sebagai Lord Balem, penguasa<br />

jahat antargalaksi berwajah murung<br />

dan pucat. Dengan sedikit saja mengangkat<br />

alis atau melemparkan pandangan sinis, Redmayne<br />

menaklukkan karakternya.<br />

Selain action-nya familiar, efek khususnya<br />

kurang segar, dan plotting-nya sulit dicerna, elemen<br />

paling membingungkan adalah kehidupan<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

manusia sudah ada lebih dari miliar tahun tapi<br />

mengapa masih dipimpin keluarga bangsawan<br />

bergaya Inggris yang berebut kuasa seakan<br />

abad ke-16<br />

Atau, jika bumi benar-benar koloni yang secara<br />

ekonomi dieksploitasi penguasa sehingga<br />

dapat secara instan pergi antargalaksi berbekal<br />

teknologi supercanggih, bagaimana cara kerjanya<br />

Apa akibat bagi warganya Toh, semua<br />

tampak normal-normal saja.<br />

Teknologi masa depan (maunya) ditampilkan<br />

secara masif, tapi seperti disimpan dalam bungkus<br />

dan tak tampak oleh pandangan manusia<br />

biasa yang tak kunjung paham. Adegan action<br />

final yang berpanjang-panjang hampir terjun<br />

bebas jadi adegan konyol.<br />

Roman yang secara perlahan tumbuh antara<br />

Jupiter dan penjaganya bisa sedikit menghibur<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


SENI HIBURAN<br />

FILM<br />

penggemar muda Kunis dan Tatum, sementara<br />

karakter-karakter lain seperti berayun-ayun<br />

saja di udara.<br />

Efek khusus dan karya teknis Jupiter Ascending<br />

berada di tingkat kedua, di bawah Interstellar<br />

(2014), Gravity (2013), dan produksi sci-fi<br />

lain. Tak seperti The Matrix, pastinya, tak ada<br />

yang konseptual yang bisa merebut perhatian<br />

penonton, hanya melihat perempuan muda<br />

biasa yang dibawa ke kondisi luar biasa. Bagi<br />

yang berharap keajaiban Matrix berulang lagi<br />

setelah 15 tahun, oh, akan pangkat dua kecewanya.<br />

■<br />

SILVIA GALIKANO<br />

MAJALAH MAJALAH DETIK 26 DETIK JANUARI 9 - 15 - 1 FEBRUARI 2015


FILM PEKAN INI<br />

ETIKA sihir dan legenda berbenturan, satu-satunya<br />

pra jurit mistis yang tersisa (Jeff Bridges) berkelana<br />

mencari pemuda dengan kekuatan yang luar biasa, yaitu<br />

Putra Ketujuh yang terakhir, Tom Ward (Ben Barnes).<br />

Keluar dari kehidupannya yang damai, Tom ditantang<br />

untuk bertualang mengalahkan ratu penyihir jahat (Julianne Moore) dan<br />

pasukannya yang ingin menguasai dunia.<br />

JENIS FILM: ADVENTURE,<br />

FAMILY | PRODUSER:<br />

BASIL IWANYK, LIONEL<br />

WIGRAM, THOMAS<br />

TULL | PRODUKSI:<br />

UNIVERSAL PICTURES |<br />

DURASI: 102 MENIT<br />

ICK Wild (Jason Statham)<br />

adalah petarung tangguh<br />

yang memiliki masalah<br />

pribadi dengan judi.<br />

Saat seorang temannya<br />

dianiaya sekelompok preman, Nick akhirnya<br />

membantu temannya untuk membalas<br />

dendam.<br />

Namun masalah Nick menjadi besar saat<br />

belakangan diketahui salah satu preman adalah<br />

anak seorang bos mafia besar di Las Vegas.<br />

Nick kini menjadi target utama sang bos<br />

mafia. Nick pun terlibat permainan berbahaya<br />

dan sekali lagi bertaruh untuk hidupnya.<br />

JENIS FILM: BIOGRAPHY, DRAMA, THRILLER<br />

| PRODUSER: TEDDY SCHWARZMAN, NORA<br />

GROSSMAN, IDO OSTROWSKY | PRODUKSI:<br />

ELEVATION PICTURES | SUTRADARA:<br />

MORTEN TYLDUM | DURASI: 114 MENIT<br />

EKELOMPOK siswa SMA menemukan kamera tua dan menyadari ada yang aneh dari isi<br />

kamera tersebut. Isi video membawa mereka menemukan sebuah alat untuk menjelajah<br />

waktu.<br />

Saat kelompok ini mulai memanfaatkan alat tersebut untuk melintasi waktu dan bersenang-senang,<br />

mereka tak menyadari yang mereka lakukan ternyata berakibat fatal di<br />

masa depan. Kini kelompok ini berusaha memperbaiki kesalahannya sebelum dunia hancur akibat perbuatan<br />

mereka.<br />

JENIS FILM: SCI-FI,<br />

THRILLER | PRODUSER:<br />

ANDREW FORM, BRAD<br />

FULLER, MICHAEL BAY<br />

| PRODUKSI: UNIVERSAL<br />

PICTURES | SUTRADARA:<br />

DEAN ISRAELITE |<br />

DURASI: 106 MENIT<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


KATALOG<br />

NOVEL HOROR<br />

KARYA PAK POLISI<br />

HAL menarik dari novel ini sebetulnya bukan cuma jalinan ceritanya<br />

yang terinspirasi dari kisah nyata, tapi juga sang penulis sendiri. Pijar88<br />

adalah nama pena Hadiyanto M.S. Ia anggota kesatuan di lingkungan<br />

kepolisian. Ini adalah novel keduanya setelah 4 Tahun Tinggal di<br />

Rumah Hantu, yang tahun lalu diangkat ke layar lebar.<br />

Di novel pertama, kisah horor murni berdasarkan pengalaman pribadinya, tapi<br />

kali ini Hadiyanto mengangkat kehidupan penari sintren di Pemalang, Jawa Tengah,<br />

yang penuh mistis. Karena berasal dari daerah yang sama, tak aneh bila<br />

ia bisa bercerita sangat detail dan mendalam soal sintren. Juga soal romantika<br />

hidup dan percintaan di kampungnya.<br />

JUDUL: MISTERI BAHU SANG PENARI<br />

| PENULIS: PIJAR 88 | PENERBIT: MEDIA KITA<br />

| TERBITAN: NOVEMBER 2014 | TEBAL: 279 HALAMAN<br />

MAJALAH DETIK 29 SEPTEMBER - 5 OKTOBER 2014<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


KATALOG<br />

STRAW,<br />

PADUKAN<br />

PSYCHOTHRILLER<br />

DAN SAINS-FIKSI<br />

JUDUL: STRAW | PENULIS: NOORCA M.<br />

MASSARDI | PENERBIT: KAKILANGIT<br />

KENCANA | TERBITAN: DESEMBER 2014 |<br />

TEBAL: 261 HALAMAN<br />

LEWAT novel kelimanya ini, Noorca M. Massardi mencoba<br />

menawarkan genre baru, psychothriller. Genre ini belum banyak<br />

digali penulis Indonesia. Noorca mengaku butuh waktu<br />

hingga tujuh tahun untuk meriset dan menulis novel yang<br />

mengisahkan pembunuhan misterius. Korbannya rata-rata para akademisi<br />

terkenal, dengan modus seolah berdiri sendiri-sendiri. Setidaknya<br />

tim dokter dan pakar forensik menyimpulkan kematian para korban<br />

terjadi secara wajar.<br />

Namun Banyan, wartawan sebuah<br />

penerbitan di Bali, mencurigai<br />

adanya keterkaitan pada setiap<br />

kasus tersebut. Didukung atasannya,<br />

ia melakukan investigasi ke<br />

pelbagai kota di Indonesia.<br />

Sayang, novel berbau sains-fiksi<br />

ini tak mencantumkan catatan<br />

kaki yang memungkinkan pembaca<br />

untuk mempelajari lebih jauh<br />

teori-teori yang disampaikan di dalamnya.<br />

Selain itu, deskripsi yang<br />

dibuat Noorca agak terbata-bata,<br />

sehingga mengurangi keleluasaan<br />

pembaca untuk berimajinasi.<br />

MAJALAH DETIK 29 SEPTEMBER - 5 OKTOBER 2014<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


KATALOG<br />

INI adalah novel pertama karya Rayni, yang sebelumnya lebih banyak<br />

menulis cerita pendek. Seakan tak mau kalah dengan sang suami,<br />

Noorca M. Massardi, ia pun menulis novel psikologi. Bedanya, Rayni<br />

lebih mengeksplorasi kondisi kejiwaan seorang gadis yang mengalami<br />

banyak pasang-surut dalam hidupnya. Sila, tokoh utama dalam novel Langit<br />

Terbuka, adalah gadis yang berusaha bangkit kembali setelah diempas badai<br />

dalam hidup.<br />

Dia pergi ke tempat baru, berharap menemukan hati yang baik dan sebuah<br />

ketulusan. Menikmati Langit Terbuka, pembaca seolah diajak menyelami<br />

pikiran, amarah, juga kegembiraan yang dilontarkan Sila dalam kata-katanya.<br />

“Gaya bertutur Rayni mengantar tokoh Sila, anak bungsu keluarga modern,<br />

pada konflik batin yang mengarah obsesif kompulsif. Gejala psikologis inilah<br />

yang membuat Langit Terbuka memberi kejutan-kejutan tak terduga,” kata<br />

sastrawan Prasetyohadi saat membedah novel ini di Pusat Dokumentasi<br />

Sastra H.B. Jassin, Jumat, 2 Februari lalu.<br />

JUDUL: LANGIT TERBUKA | PENULIS: RAYNI N. MASSARDI |<br />

PENERBIT: KAKILANGIT KENCANA | TERBITAN: DESEMBER 2014 |<br />

TEBAL: 130 HALAMAN<br />

MAJALAH DETIK 29 SEPTEMBER - 5 OKTOBER 2014<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


KATALOG<br />

GARUDA,<br />

DARI FILM KE KOMIK<br />

JUDUL: GARUDA | PENULIS:<br />

OYASUJIWO | PENERBIT: NOURA<br />

COMIC | CETAKAN: I, DESEMBER 2014<br />

| TEBAL: 100 HALAMAN<br />

SETELAH komik Pendekar Tongkat Emas, yang mengiringi beredarnya<br />

film dengan judul yang sama pada Desember tahun lalu, giliran komik<br />

Garuda terbitan Noura Books yang beredar di pasaran. Komik karya<br />

Oyasujiwo ini mengiringi film Garuda, yang dirilis 8 Januari lalu. Tapi<br />

isi cerita di komik tak seutuh dalam film. Komik ini hanya mengambil salah satu<br />

fragmen adegan dari film Garuda tanpa membocorkan isi filmnya.<br />

Karena target pembacanya anak-anak, cerita dalam komik dikemas dengan<br />

ringan khas gaya khas keseharian anak sekolah, seperti bagaimana anak-anak<br />

sekolah menyelamatkan diri saat terjadi suatu serangan dengan peralatan<br />

seadanya. Pesan moral yang hendak disampaikan adalah setiap orang sebetulnya<br />

berpotensi menjadi pahlawan di bidang masing-masing.<br />

Kisah anak-anak bahu-membahu melawan serangan makhluk asing dengan<br />

peralatan yang ada menumbuhkan semangat kebersamaan. Juga memberi keyakinan<br />

bahwa setiap orang bisa menjadi pahlawan. Walau ada sosok superhero,<br />

Garuda, mereka tak bergantung padanya saat melawan musuh. n SUDRAJAT<br />

MAJALAH DETIK MAJALAH 29 SEPTEMBER DETIK 9 - - 155 OKTOBER FEBRUARI 2015 2014


AGENDA<br />

SALIHARA JAZZ BUZZ 2015<br />

“Yang Muda yang Ngejazz”,<br />

SABTU-MINGGU SEPANJANG FEBRUARI 2015<br />

PRESENTATION: GOD IS EVERYWHERE:<br />

REFLECTIONS ON SPIRITUAL PASSAGES<br />

THROUGH SACRED SPACES IN JAVA<br />

KAMIS, 5 FEBRUARI 2015, PUKUL 14.00 WIB, @america,<br />

Pacific Place Mall lt. 3, Jakarta<br />

PAMERAN SENIMAN PEREMPUAN NORWE-<br />

GIA: EXTENSIVE—THE OTHER SIDE<br />

Seniman: Gitte Saetre, Mona Nordaas, Ingeborg Annie<br />

Lindahl, Anne Knutsen, Kurator: Kjell-Erik Ruud, Pembukaan:<br />

SABTU, 7 FEBRUARI 2015, PUKUL 19.00 WIB,<br />

Pameran: 8-28 FEBRUARI 2015, Galeri Salihara, Terbuka<br />

untuk umum<br />

CONCERT:<br />

BEJAZZLED WITH DIRA SUGANDI<br />

SABTU, 7 FEBRUARI 2015, PUKUL 14.00 WIB, @america,<br />

Pacific Place Mall lt 3, Jakarta<br />

PAMERAN AKU DIPONEGORO:<br />

SANG PANGERAN DALAM INGATAN BANGSA<br />

5 FEBRUARI-8 MARET 2015 , Galeri Nasional, Jakarta<br />

MAJALAH DETIK 9 - 15 FEBRUARI 2015


Alamat Redaksi : Aldevco Octagon Building Lt. 4<br />

Jl. Warung Jati Barat Raya No. 75, Jakarta 12740 , Telp: 021-7941177 Fax: 021-7944472<br />

Email: redaksi@majalahdetik.com<br />

Majalah detik dipublikasikan oleh PT Agranet Multicitra Siberkom, Grup Trans Corp.<br />

@majalah_detik<br />

majalah detik

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!