Swara Bina Kota - Edisi 05/2008 - Pemerintah Kota Bandung

Swara Bina Kota - Edisi 05/2008 - Pemerintah Kota Bandung Swara Bina Kota - Edisi 05/2008 - Pemerintah Kota Bandung

bandung.go.id
from bandung.go.id More from this publisher
06.02.2015 Views

EDISI 6 / 2008 LAPORAN UTAMA memungkinkan terjadinya diskusi dan pertukaran ide secara intensif dengan lokasi di kafe, warung, atau tempat nongkrong lain. Faktor lain adalah banyaknya perguruan tinggi di kota itu sehingga melahirkan banyak anak muda terdidik. Syarat tumbuhnya industri atau ekonomi kreatif adalah talenta yang dimiliki warganya sehingga mereka dapat menangkap peluang serta mengakses dan memanfaatkan teknologi. ”Sistem sosial yang toleran terhadap ide dan nilai baru sangat penting untuk industri kreatif. Ini yang memungkinkan musik underground terus PENAMPILAN ensembel perkusi oleh anak-anak pada Sabuga Jazz Fest. (Foto : Dok. BCCF). berkembang di Bandung,” tambah Ridwan. Keberagaman itu pula yang menyebabkan industri dan ekonomi kreatif yang berkembang di Bandung berbeda dari Bali, Solo, dan Yogyakarta. Di berbagai negara maju, ekonomi kreatif sudah diakui sebagai pilar yang menentukan kehidupan ekonomi bangsa. Sebut saja Jepang yang mengandalkan industri konten dan media, atau Korea yang fokus dengan industri game, animasi, dan konten digital sebagai contohnya. Lalu, bagaimana dengan Indonesia Tren ekonomi kini mulai bergeser, dari ekonomi indutri menuju ekonomi kreatif. Indonesia pun bisa bersaing dengan negara-negara lain. Sumber utama industri kreatif ada banyak di negeri kita, yakni sumber daya manusia. Bandung adalah salah satunya, sejak lama kota ini dikenal sebagai salah satu kota kreatif. Karakteristik masyarakatnya yang terbuka terhadap ide-ide baru mendukung munculnya berbagai komunitas dan pelaku kreatif . Mereka punya andil cukup besar dalam menyumbang pendapatan ekonomi Kota Bandung lewat beragam bidang seperti musik, desain, software, fashion, media, dan arsitektur. Bagaimana cara menyatukan kekuatan kreatif ini Pertanyaan itulah yang melandasi berdirinya “Bandung Creative City Forum” (BCCF), sebuah forum yang mengumpulkan komunitas-komunitas kreatif di Kota Bandung, pada 7 Februari 2008. Obsesi yang dimiliki BCCF adalah mewujudkan Bandung menjadi kota kreatif se-Asia dan bisa berkompetisi secara global. Beberapa cara untuk meraihnya adalah dengan membangun “Creative Enterpreneur Network” dan mengadakan Helar Festival 2008 di Bandung. Selain itu, BCCF pun memperkenalkan branding “.bdg” untuk memayungi kegiatan komunitas kreatif di kotanya. Menurut Gustaff H. Iskandar, Ketua Common Room Networks Foundation yang juga bertindak sebagai fasilitator BCCF, saat dihubungi QBHeadlines.com, Kamis (31/7), branding itu dirancang sebagai platform industri kreatif di Bandung. “Branding .bdg itu semacam idiom untuk industri kreatif di Bandung. Kalau New York, misalnya, punya branding “I Love NY”. Nah, kalau di Bandung yang komunitasnya macam-macam dan beragam, ada branding .bdg. Misalnya komunitas desain punya branding design.bdg, atau komuni- 8

EDISI 6 / 2008 LAPORAN UTAMA tas arsitektur punya branding architect.bdg,” jelas Gustaff. Helar Festifal Berbagai produk dan gaya kreatif urang Bandung yang memamerkan beragam potensi kreatif, baik dari organisasi, komunitas, institusi, atau usaha kecil menengah (UKM) yang berkembang di lingkup Kota Bandung dan Jawa Barat. Helar Fest dimeriahkan oleh berbagai komunitas lokal yang ada di Bandung. Misalnya komunitas desainer, kartunis, film maker, musisi, arsitek, dan penggemar otomotif. Acara ini dibuka dengan pawai motor pada 19 Juli 2008, bersamaan dengan ulang tahun komunitas Bikers Brotherhood yang ke-20, dan akan berakhir pada 31 Agustus 2008. “Helar Fest ini yang pertama di Kota Bandung. Acaranya juga bisa dibilang monumental karena ada 30 kegiatan yang diselenggarakan,” kata Gustaff yang bertindak sebagai Koordinator Helar Festival 2008. “Harapannya acara ini bisa dijadikan acara reguler di Kota Bandung. Jadi kreativitas masyarakat bisa ditampilkan secara rutin dan kita juga bisa melihat perkembangan potensi kreatif di Bandung,” tambahnya. Helar Fest, menurut Gustaff, merupakan bagian dari strategi jangka panjang pengembangan platform ekonomi kreatif di Bandung. Digelar di beberapa lokasi di Kota Bandung, ada 30 kegiatan yang ditampilkan dalam Helar Fest, mulai dari kegiatan tradisional hingga kontemporer. Di antaranya Indie Movie Workshop, Greenfest 2008, Kickfest (festival Kreative Independent Clothing Company), Workshop Temu Pasar Kerajinan Bambu, Konferensi Internasional Arsitektur dan Urbanisme, Bandung Public Furniture, Public Space Photography, Pameran Batik Fraktal, Eco Fashion, dan peluncuran Creative Entrepreneur Network. Yang terakhir disebut, Creative Enterpreneur Network, dirancang sebagai pertemuan berbagai pihak yang terlibat dalam pengembangan industri kreatif di Bandung. “Untuk sementara, Creative Enterpreneur Network diadakan dalam bentuk diskusi. Tapi diharapkan bisa ada wadah yang bisa mempertemukan para pebisnis, investor, pemerintah, konsumen, dan semua pihak yang berhubungan dengan industri kreatif, baik di tingkat lokal maupun internasional,” tutur Gustaff. Helar Fest 2008 diakui oleh Gustaff juga didukung oleh Pemerintah Kota Bandung dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. “Koordinasinya baik dan kami merasa terbantu, meski masih ada kendala teknis di lapangan karena acara ini yang pertama di Bandung. Semoga dari situ kami bisa belajar untuk pengadaan acara berikutnya,” katanya. Untuk urusan dana pun, panitia Helar Festival ikut dibantu oleh pihak pemerintah. “Meski belum mencukupi, untuk urusan dana, Pemkot Bandung dan beberapa perusahaan komersial juga ikut membantu. Pemprov Jawa Barat juga ingin membantu,” papar Gustaff. (dari berbagai sumber)** 9

EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LAPORAN UTAMA<br />

tas arsitektur punya branding architect.bdg,” jelas<br />

Gustaff.<br />

Helar Festifal<br />

Berbagai produk dan gaya kreatif urang <strong>Bandung</strong><br />

yang memamerkan beragam potensi kreatif, baik<br />

dari organisasi, komunitas, institusi, atau usaha<br />

kecil menengah (UKM) yang berkembang di lingkup<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> dan Jawa Barat.<br />

Helar Fest dimeriahkan oleh berbagai komunitas<br />

lokal yang ada di <strong>Bandung</strong>. Misalnya komunitas<br />

desainer, kartunis, film maker, musisi, arsitek,<br />

dan penggemar otomotif. Acara ini dibuka<br />

dengan pawai motor pada 19 Juli <strong>2008</strong>,<br />

bersamaan dengan ulang tahun komunitas Bikers<br />

Brotherhood yang ke-20, dan akan berakhir<br />

pada 31 Agustus <strong>2008</strong>.<br />

“Helar Fest ini yang pertama di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>.<br />

Acaranya juga bisa dibilang monumental karena<br />

ada 30 kegiatan yang diselenggarakan,” kata<br />

Gustaff yang bertindak sebagai Koordinator Helar<br />

Festival <strong>2008</strong>. “Harapannya acara ini bisa dijadikan<br />

acara reguler di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>. Jadi<br />

kreativitas masyarakat bisa ditampilkan secara<br />

rutin dan kita juga bisa melihat perkembangan<br />

potensi kreatif di <strong>Bandung</strong>,” tambahnya.<br />

Helar Fest, menurut Gustaff, merupakan bagian<br />

dari strategi jangka panjang pengembangan platform<br />

ekonomi kreatif di <strong>Bandung</strong>. Digelar di beberapa<br />

lokasi di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, ada 30 kegiatan yang<br />

ditampilkan dalam Helar Fest, mulai dari kegiatan<br />

tradisional hingga kontemporer. Di antaranya Indie<br />

Movie Workshop, Greenfest <strong>2008</strong>, Kickfest (festival<br />

Kreative Independent Clothing Company), Workshop<br />

Temu Pasar Kerajinan Bambu, Konferensi Internasional<br />

Arsitektur dan Urbanisme, <strong>Bandung</strong><br />

Public Furniture, Public Space Photography, Pameran<br />

Batik Fraktal, Eco Fashion,<br />

dan peluncuran Creative<br />

Entrepreneur Network.<br />

Yang terakhir disebut,<br />

Creative Enterpreneur Network,<br />

dirancang sebagai<br />

pertemuan berbagai pihak<br />

yang terlibat dalam<br />

pengembangan industri<br />

kreatif di <strong>Bandung</strong>. “Untuk<br />

sementara, Creative Enterpreneur<br />

Network diadakan<br />

dalam bentuk diskusi. Tapi<br />

diharapkan bisa ada wadah<br />

yang bisa mempertemukan<br />

para pebisnis, investor, pemerintah,<br />

konsumen, dan<br />

semua pihak yang<br />

berhubungan dengan industri<br />

kreatif, baik di<br />

tingkat lokal maupun internasional,”<br />

tutur Gustaff.<br />

Helar Fest <strong>2008</strong> diakui<br />

oleh Gustaff juga didukung<br />

oleh <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

dan <strong>Pemerintah</strong><br />

Provinsi Jawa Barat. “Koordinasinya baik dan kami<br />

merasa terbantu, meski masih ada kendala<br />

teknis di lapangan karena acara ini yang pertama<br />

di <strong>Bandung</strong>. Semoga dari situ kami bisa belajar<br />

untuk pengadaan acara berikutnya,” katanya.<br />

Untuk urusan dana pun, panitia Helar Festival<br />

ikut dibantu oleh pihak pemerintah. “Meski<br />

belum mencukupi, untuk urusan dana, Pemkot<br />

<strong>Bandung</strong> dan beberapa perusahaan komersial juga<br />

ikut membantu. Pemprov Jawa Barat juga ingin<br />

membantu,” papar Gustaff. (dari berbagai<br />

sumber)**<br />

9

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!