Swara Bina Kota - Edisi 05/2008 - Pemerintah Kota Bandung

Swara Bina Kota - Edisi 05/2008 - Pemerintah Kota Bandung Swara Bina Kota - Edisi 05/2008 - Pemerintah Kota Bandung

bandung.go.id
from bandung.go.id More from this publisher
06.02.2015 Views

EDISI 6 / 2008 LINTAS KOTA Sejalan dengan konsep pembangunan berkelanjutan, diperlukan perubahan paradigma pemikiran dalam bentuk kebijakan, agar kepentingan manusia selaras dengan pemeliharaan ekologi dan mengarah pada terciptanya keseimbangan ekositem, yakni adanya proporsionalitas antara pemanfaatan lahan untuk RTH dengan pemanfaatan lahan terbangun. Pengelolaan pohon di Wilayah Kota Bandung, secara spesifik telah diatur dalam Peraturan Daerah (Perda) Kota Bandung Nomor 23/1987 tentang penanaman, pemeliharaan dan pemangkasan pohon yang didalamnya juga memuat retribusi izin pemangkasan dan penebangan atas permohonan masyarakat. Realitanya pohon pelindung di kanan kiri jalan adalah aset Pemkot Bandung, jika ada yang ditebang harus diganti yang baru, bukan lagi dengan retribusi. ”Untuk itu kami berencana merevisi Perda 23/1987. Alasannya, selain sudah ada ketentuan baru yaitu Undang-Undang nomor 26 dan 27 tahun 2007 tentang penataan ruang, karena retribusi yang rupiahnya terlalu kecil tidak efektif lagi sehingga perlu direvisi. Rencananya retribusi ini akan diubah menjadi mengganti duaratus pohon,” kata Kepala Dinas Pertamanan Kota Bandung, Ir Yogi Supardjo, ketika dikonfirmasi, disela kegiatan seminar pembahasan Perda 23/1987, di Grand Pasundan Hotel, Jln. Peta Bandung (17/11). Dibuka resmi Wakil Wali Kota Bandung, Ayi Vivananda, S.H., seminar diikuti peserta dari pengurus LSM, aktivis lingkungan dan para pimpinan SKPD, camat serta lurah. Menghadirkan narasumber, Prof. Djohan Iskandar, Phd (aspek lingkungan), Dra. Budiawati Supangkat, M.A., (aspek sosial), Ai Siti Faridah, S.E., (aspek ekonomi) dan Dedi Jubaedi, S.H., (aspek hukum). Pengawasan RTH dalam bentuk taman di Kota Bandung, kata Djohan, dirasakan masih sangat kurang. Pohon dan lingkungan di sejumlah taman, selain kurang terpelihara kebersihannya, menurutnya, diwaktu-waktu tertentu banyak berubah menjadi arena pedagang kaki lima dan aktivitas bisnis lainnya di dalam taman, di antaranya Taman Lansia, Taman Cibeunying dan Taman Cilaki. Sehingga perlu ekstra pengawasan dan penegakkan Perda. Wali Kota Bandung, H. Dada Rosada dalam sambutan tertulis yang disampaikan Wakil Wali Kota Banudng, Ayi Vivananda mengemukakan, persoalan lingkungan hidup Kota Bandung, menjadi sangat krusial karena dampak yang telah mulai dirasakan. Yaitu terjadinya peningkatan suhu, penurunan air bawah tanah dan rendahnya kualitas udara akibat tingginnya buangan gas buang kendaraan bermotor. Untuk itu diperlukan model perencanaan dan manajemen pengelolaan lingkungan hidup, yang harus mampu memobilisasi seluruh potensi. Pembahasan Perda 23/1987, dikemukakan wali kota, akan menjadi media untuk merumuskan langkah-langkah strategis, sekaligus menjadi ajakan bagi masyarakat luas untuk secara bersama-sama memelihara pohon sebagai faktor penyeimbang lingkungan hidup. ”Seminar ini menjadi penting, sehingga diharapkan menghasilkan gagasan-gagasan baru yang dapat membangun kesadaran kolektif masyarakat, sebagai modal sosial untuk membangun dan memelihara lingkungan hidup kota, tidak sekedar untuk menyesuaikan dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan penataan ruang yang baru,” harapnya. Strategi Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan membangun kualitas lingkungan hidup, sering disebut wali kota, diupayakan melalui 7 program prioritas khususnya Bandung Hijau dan pelaksanaan 5 Gerakan Lingkungan Hidup. Gerakan ini meliputi gerakan penanaman sejuta pohon/penghijauan kota dan hemat menabung air melalui sumur resapan, gerakan sejuta bunga untuk Bandung (GSBUB), program udara bersih ”langit biru”, gerakan Cikapundung Bersih (GCB) dan gerakan pembibitan, penanaman, pemeliharaan dan pengawasan pohon dan lingkungan hidup (GP4LH).** 16

EDISI 6 / 2008 LINTAS KOTA Taman Sari dan Cikapundung Segera Direvitalisasi B ANDUNG tempo doeloe atau zaman baheula, sepertinya sengaja dibangun sebagai kota persitirahatan dengan konsep tata kotanya mengacu pada kota taman seperti di Eropa. Selain udaranya sejuk, pagi hari diselimuti embun, taman kotanya yang banyak tersebar, Taman Anggrek, Taman Bengawan, Taman Ciliwung, Taman Maluku, Taman Cibeunying, Taman Cilaki, Taman Orangeplan dan masih banyak lagi. Demikian juga dengan bangunan-bangunan rumah tinggal, nampaknya sengaja dibangun seperti menjauhi kebisingan kendaraan, den- 17

EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

Sejalan dengan konsep pembangunan<br />

berkelanjutan, diperlukan perubahan paradigma<br />

pemikiran dalam bentuk kebijakan,<br />

agar kepentingan manusia selaras dengan<br />

pemeliharaan ekologi dan mengarah pada terciptanya<br />

keseimbangan ekositem, yakni adanya proporsionalitas<br />

antara pemanfaatan lahan untuk<br />

RTH dengan pemanfaatan lahan terbangun.<br />

Pengelolaan pohon di Wilayah <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />

secara spesifik telah diatur dalam Peraturan<br />

Daerah (Perda) <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> Nomor 23/1987<br />

tentang penanaman, pemeliharaan dan pemangkasan<br />

pohon yang didalamnya juga memuat retribusi<br />

izin pemangkasan dan penebangan atas permohonan<br />

masyarakat. Realitanya pohon pelindung<br />

di kanan kiri jalan<br />

adalah aset Pemkot <strong>Bandung</strong>,<br />

jika ada yang ditebang<br />

harus diganti yang<br />

baru, bukan lagi dengan<br />

retribusi.<br />

”Untuk itu kami berencana<br />

merevisi Perda<br />

23/1987. Alasannya, selain<br />

sudah ada ketentuan<br />

baru yaitu Undang-Undang<br />

nomor 26 dan 27 tahun<br />

2007 tentang penataan<br />

ruang, karena retribusi<br />

yang rupiahnya terlalu kecil tidak efektif lagi sehingga<br />

perlu direvisi. Rencananya retribusi ini<br />

akan diubah menjadi mengganti duaratus pohon,”<br />

kata Kepala Dinas Pertamanan <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, Ir<br />

Yogi Supardjo, ketika dikonfirmasi, disela kegiatan<br />

seminar pembahasan Perda 23/1987, di Grand Pasundan<br />

Hotel, Jln. Peta <strong>Bandung</strong> (17/11).<br />

Dibuka resmi Wakil Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, Ayi Vivananda,<br />

S.H., seminar diikuti peserta dari pengurus<br />

LSM, aktivis lingkungan dan para pimpinan<br />

SKPD, camat serta lurah. Menghadirkan<br />

narasumber, Prof. Djohan Iskandar, Phd (aspek<br />

lingkungan), Dra. Budiawati Supangkat, M.A.,<br />

(aspek sosial), Ai Siti Faridah, S.E., (aspek ekonomi)<br />

dan Dedi Jubaedi, S.H., (aspek hukum).<br />

Pengawasan RTH dalam bentuk taman di <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong>, kata Djohan, dirasakan masih sangat<br />

kurang. Pohon dan lingkungan di sejumlah<br />

taman, selain kurang terpelihara kebersihannya,<br />

menurutnya, diwaktu-waktu tertentu banyak<br />

berubah menjadi arena pedagang kaki lima dan<br />

aktivitas bisnis lainnya di dalam taman, di antaranya<br />

Taman Lansia, Taman Cibeunying dan<br />

Taman Cilaki. Sehingga perlu ekstra pengawasan<br />

dan penegakkan Perda.<br />

Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, H. Dada Rosada dalam<br />

sambutan tertulis yang disampaikan Wakil Wali<br />

<strong>Kota</strong> Banudng, Ayi Vivananda mengemukakan,<br />

persoalan lingkungan hidup <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, menjadi<br />

sangat krusial karena dampak yang telah<br />

mulai dirasakan. Yaitu terjadinya peningkatan<br />

suhu, penurunan air bawah tanah dan rendahnya<br />

kualitas udara akibat tingginnya buangan gas<br />

buang kendaraan bermotor. Untuk itu diperlukan<br />

model perencanaan dan manajemen pengelolaan<br />

lingkungan hidup, yang harus mampu memobilisasi<br />

seluruh potensi.<br />

Pembahasan Perda<br />

23/1987, dikemukakan<br />

wali kota, akan menjadi<br />

media untuk merumuskan<br />

langkah-langkah strategis,<br />

sekaligus menjadi ajakan<br />

bagi masyarakat luas untuk<br />

secara bersama-sama<br />

memelihara pohon sebagai<br />

faktor penyeimbang<br />

lingkungan hidup.<br />

”Seminar ini menjadi<br />

penting, sehingga diharapkan<br />

menghasilkan gagasan-gagasan baru yang<br />

dapat membangun kesadaran kolektif<br />

masyarakat, sebagai modal sosial untuk membangun<br />

dan memelihara lingkungan hidup kota,<br />

tidak sekedar untuk menyesuaikan dan<br />

memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan<br />

penataan ruang yang baru,” harapnya.<br />

Strategi <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> (Pemkot) <strong>Bandung</strong><br />

dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan<br />

membangun kualitas lingkungan hidup, sering<br />

disebut wali kota, diupayakan melalui 7 program<br />

prioritas khususnya <strong>Bandung</strong> Hijau dan pelaksanaan<br />

5 Gerakan Lingkungan Hidup. Gerakan<br />

ini meliputi gerakan penanaman sejuta<br />

pohon/penghijauan kota dan hemat menabung<br />

air melalui sumur resapan, gerakan sejuta bunga<br />

untuk <strong>Bandung</strong> (GSBUB), program udara bersih<br />

”langit biru”, gerakan Cikapundung Bersih (GCB)<br />

dan gerakan pembibitan, penanaman, pemeliharaan<br />

dan pengawasan pohon dan lingkungan<br />

hidup (GP4LH).**<br />

16

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!