06.02.2015 Views

Swara Bina Kota - Edisi 05/2008 - Pemerintah Kota Bandung

Swara Bina Kota - Edisi 05/2008 - Pemerintah Kota Bandung

Swara Bina Kota - Edisi 05/2008 - Pemerintah Kota Bandung

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

B A N D U N G B E R M A R T A B A T<br />

EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

BANDUNG<br />

KOTA KREATIF<br />

PEMKOT BANDUNG<br />

RAIH PENGHARGAAN<br />

MANGGALA KARYA<br />

BHAKTI HUSADA<br />

KARTIKA


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

DAFTAR ISI<br />

5<br />

13<br />

DARI REDAKSI 3<br />

BAH ADUNG 4<br />

ALBUM KOTA 28<br />

SWARA WARGA 50<br />

LAPORAN UTAMA<br />

<strong>Bandung</strong> <strong>Kota</strong> Kreatif 5<br />

Pengembangan <strong>Kota</strong> Kreatif 10<br />

20<br />

25<br />

LINTAS KOTA<br />

Pemkot <strong>Bandung</strong> Raih Penghargaan 13<br />

Seminar Pengelolaan Pohon 15<br />

Cikapundung Segera Direvitalisasi 17<br />

Kader Posyandu Butuh Perhatian 20<br />

51.000 Warga <strong>Bandung</strong> Peroleh Bawaku 22<br />

1.600 Tenaga Kerja Terserap Lewat Bursa 24<br />

Lapor Jika Ada Warga Tak Mampu 26<br />

UMK <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> Rp 1.004.630,00 30<br />

Sekda Larang Aparatnya Kutip Biaya 31<br />

SOR Gedebage Tampung 38.000 Tempat Duduk 32<br />

Perda 20/2002 Pendidikan Tak Memadai Lagi 34<br />

Ayi Vivananda 36<br />

Drs. Ema Sumarna 38<br />

Gustaff H. Iskandar 44<br />

Endro Catur 46<br />

PARLEMENTARIA<br />

DPRD Sepakati Usulan Belanja Hibah 49


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

DARI REDAKSI<br />

SWARA<br />

BINA KOTA<br />

PELINDUNG :<br />

Walikota <strong>Bandung</strong><br />

Ketua DPRD <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

Sekda <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

PEMIMPIN REDAKSI/<br />

PENANGGUNG JAWAB:<br />

Drg. Bulgan Alamin<br />

REDAKTUR UTAMA :<br />

Drs. Agus Slamet Firdaus<br />

WAKIL REDAKTUR UTAMA :<br />

Subardi<br />

REDAKTUR SENIOR :<br />

Drs. Yuyus Suhaya R., M.M.<br />

Aos Wijaya Bintang, S.E., M.Si.<br />

Adriani Heriati, SH.<br />

Dra Hj. Ine Indriyani S<br />

REDAKTUR :<br />

Drs. Yuyun Yunizir<br />

Drs. Maman Suparman<br />

Ariesta Ds.<br />

REDAKTUR BAHASA:<br />

Dra. Peni Setiati<br />

STAF REDAKSI :<br />

H. Atje Sobarna<br />

Drs. Edi Ubaidillah<br />

Endjang Tajiri<br />

FOTOGRAFER :<br />

Ashrien J.A.<br />

Yuyun Yuhaemi, S.T.<br />

Meiwan Kartiwa, S.Sos.<br />

TATA LETAK :<br />

Hana Ganrina SS.<br />

NurRizky Gunawan<br />

DOKUMENTASI & RISET :<br />

Karto SE.<br />

Furqon Hanafi, S.Si.<br />

DESAIN VISUAL :<br />

Tohir Latief<br />

Okta Porforiko<br />

SIRKULASI :<br />

Abdul Malik<br />

Hidayat Syarif<br />

Dedi<br />

PENERBIT :<br />

Badan Komunikasi dan Informatika<br />

(Bakominfo) <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

AlAMAT REDAKSI :<br />

Jalan Wastukancana No. 2<br />

Telp. (022) 4234892<br />

E-MAIL :<br />

disinkom@bandung.go.id.<br />

Jati Kasilih ku Junti<br />

BANDUNG sejak lama dikenal orang, tak hanya di dalam<br />

negeri juga sampai ke luar negeri. Kawasan berhawa sejuk dan<br />

penduduknya yang ramah ini layak jadi tempat pangjugjugan.<br />

Banyak orang dari berbagai daerah datang ke <strong>Bandung</strong>, lalu bumen-bumen<br />

atau menjadi penduduk <strong>Bandung</strong>. Mereka tak<br />

hanya datang dari seputar Jawa Barat, juga dari hampir seluruh<br />

Indonesia ada di kota ini.<br />

Julukannya juga sudah kasohor sejak zaman baheula . Dari<br />

mulai Parijs van Java, lalu <strong>Kota</strong> Kembang, <strong>Kota</strong> Pendidikan, <strong>Kota</strong><br />

Wisata, <strong>Kota</strong> Seni Budaya, <strong>Kota</strong> Kuliner, <strong>Kota</strong> Mode, Museum<br />

Arsitektur, dan julukan lainnya. Bahkan belakangan sejumlah<br />

aktivis, cerdik cendekia, budayawan, dan seniman, wartawan<br />

dan lembaga swadaya masyarakat menjuluki <strong>Bandung</strong> dengan<br />

julukan baru yaitu sebagai <strong>Kota</strong> Kreatif.<br />

Tentu saja sangat membanggakan, dan julukan ini bukan<br />

mengada-ada tetapi memang begitulah keadaannya. Julukan ini<br />

tidak datang ujug-ujug, melainkan melalui proses pengkajian<br />

dan analisis dengan metode ilmiah yang sangat dalam. Dan semua<br />

ini karena memang warga <strong>Bandung</strong> khususnya generasi<br />

mudanya begitu kreatif dalam segala bidang.<br />

Benar, generasi muda <strong>Bandung</strong> umumnya mendapat warisan<br />

dari seni budaya Sunda, tetapi sejak lama urang <strong>Bandung</strong> begitu<br />

terbuka untuk budaya lainnya dan juga terbuka bagi orang<br />

lain, dan lebih egaliter, lihat misalnya dalam seni budaya. Hasilnya,<br />

dalam bidang seni budaya ini banyak tokoh yang nenek<br />

moyangnya bukan pituin urang Sunda malah lebih nyunda. Sebut<br />

saja almarhum Harry Roesly, seniman kontemporer atau pemain<br />

kecapi suling tradisional Tan Deseng, atau almarhum<br />

Haryoto Kunto yang mendapat julukan Dukun <strong>Bandung</strong>.<br />

Di bidang seni modern seperti band atau artis panggung, <strong>Bandung</strong><br />

kerap dianggap gudangnya. Band-band terkenal dan artis<br />

artis beken banyak lahir dari kota ini dan menempati papan<br />

atas di negeri ini. Pun bidang keilmuan, cerdik cendekia, pakar<br />

dan juga ahli dalam berbagai bidang ada dan banyak lahir dari<br />

<strong>Bandung</strong>.<br />

Tentu saja semua ini sangat membanggakan. Namun<br />

demikian, sebagai orang <strong>Bandung</strong> tentu saja kita tak boleh<br />

berpuas diri. Jadikanlah julukan ini sebagai bahan introspeksi.<br />

Sebab ada beban berat di pundak warga <strong>Bandung</strong> untuk tetap<br />

mempertahankan berbagai julukan yang sudah melekat ke kota<br />

kebanggaan ini.<br />

Satu hal yang pasti, sekreatif apapun tetap saja pilar-pilar<br />

seni budaya dan lainnya harus tetap mengedepankan ciri khas<br />

<strong>Bandung</strong>. Artinya, terbuka bagi semua orang bukan berarti pasrah<br />

sumerah ketika akar seni budaya yang berasal dari karuhun<br />

kita akan musnah. Ingat pepatah orang tua kita, jangan sampai<br />

jati kasilih ku junti. (Maman Suparman)**<br />

3


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

BAH ADUNG<br />

4


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LAPORAN UTAMA<br />

BANDUNG<br />

KOTA KREATIF<br />

KOTA <strong>Bandung</strong> sudah sejak lama dikenal dengan berbagai julukan.<br />

Dari mulai <strong>Kota</strong> Kembang, <strong>Kota</strong> Pendidikan, <strong>Kota</strong> Budaya, <strong>Kota</strong> Aristek,<br />

<strong>Kota</strong> Wisata Kuliner, dan 1001 macam julukan lainnya, kini julukan prestisius<br />

bertambah lagi. <strong>Bandung</strong> dijuluki sebagai <strong>Kota</strong> Kreatif, bukan hanya<br />

di Indonesia, namun katanya se-Asia Afrika. Hebat!<br />

5


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LAPORAN UTAMA<br />

TAMAN Cikapayang, salah satu icon <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

sebagai <strong>Kota</strong> Kreatif. (Foto Dok. BCCF)<br />

SEKRETARIS <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> Dr. Eddy Siswadi, MSi<br />

bersama kelompok penggemar otomotif “Brotherhood”<br />

yang turut meramaikan gelaran <strong>Bandung</strong> Kreatif. (Foto<br />

Subardi).<br />

Julukan sebagai <strong>Kota</strong> Kreatif ini tentu saja<br />

membanggakan. Julukan diberikan karena<br />

memang tidak lepas dari peranan warga<br />

<strong>Bandung</strong> itu sendiri, khususnya kalangan generasi<br />

muda. Hal ini jelas, sebab 60 persen warga<br />

<strong>Bandung</strong> terdiri dari kalangan muda berusia di<br />

bawah 40 tahun. Selain itu, kota inipun tempat<br />

berkembangnya banyak peguruan tinggi, menyebabkan<br />

industri kreatif di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> bertumbuh<br />

pesat.<br />

British Council peka dengan perkembangan <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong>, pihaknya menunjuk <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

sebagai salah satu kota kreatif di wilayah Asia<br />

Pasific. Untuk memperkenalkan industri kreatif<br />

<strong>Bandung</strong> di dunia internasional, <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong> bekerjasama dengan British Council,<br />

<strong>Bandung</strong> Creative City Forum, serta Forum Event<br />

<strong>Bandung</strong> di sepanjang bulan Agustus menyelenggarakan<br />

helaran festival, “<strong>Bandung</strong> Creative<br />

Month” yang terdiri dari 25 acara kreatif bertaraf<br />

internasional.<br />

Dalam acara tersebut, berbagai acara kreatif<br />

diselenggarakan dengan meriah, antara lain pameran<br />

karya seni rupa, open house galeri, pameran<br />

distro, opera di hutan, serta pameran galeri<br />

barang bekas di bawah jembatan.<br />

Programmer dan Public Relations Eksternal Forum<br />

Event <strong>Bandung</strong> Wawan Djuanda mengatakan,<br />

berbagai pelaku bisnis kreatif dari<br />

berbagai negara, seperti Taiwan, Thailand, Singapura,<br />

India, Inggris, dan Australia turut serta<br />

memeriahkan acara tersebut. Dengan acara ini,<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> diharapkan memiliki jaringan bisnis<br />

ekonomi kreatif dengan berbagai kota-kota<br />

penghasil industri kreatif di dunia.<br />

Plural dan toleran<br />

Harian Kompas sendiri menyebut <strong>Bandung</strong> <strong>Kota</strong><br />

Kreatif ini dalam tulisannya berjudul ”Plural<br />

dan Toleran”. Dipaparkan, sejak lama orang dapat<br />

merasakan energi bidang kreatif yang membuat<br />

<strong>Bandung</strong> berbeda dari banyak kota lain di Indonesia,<br />

bahkan Jakarta. Musik indi, gaya berpakaian<br />

yang dimunculkan distro alias distribution outlet,<br />

atau makanan hanyalah beberapa contoh produk<br />

<strong>Bandung</strong> yang membuat kota itu unik.<br />

Sosiolog dari Universitas Padjadjaran <strong>Bandung</strong>,<br />

Budi Rajab, mengamati, kreativitas anak muda<br />

<strong>Bandung</strong> sudah muncul sejak tahun 1970-an<br />

dalam bentuk kelompok musik atau mode busana<br />

sendiri. Tetapi, kreativitas itu masih sebatas<br />

6


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LAPORAN UTAMA<br />

aktualisasi diri, belum menjadi sebuah bisnis.<br />

Munculnya kreativitas itu, menurut Budi, antara<br />

lain karena <strong>Bandung</strong> tidak memiliki akar budaya<br />

tradisional sekuat kota-kota lain. Dengan<br />

demikian, orang <strong>Bandung</strong> lebih terbuka dalam<br />

menerima ide-ide dari luar dan lebih egaliter. Ini<br />

berbeda dari Solo atau Yogyakarta yang akar budaya<br />

Jawanya sangat kuat. ”Kalaupun ada kultur<br />

yang dominan, yaitu Sunda, itu hanya terbatas<br />

pada bahasa,” papar Budi.<br />

Penasihat <strong>Bandung</strong> Creative City Forum,<br />

Wawan Juanda, menarik sejarah <strong>Bandung</strong> hingga<br />

ke masa abad ke-13. Setelah Kerajaan Padjadjaran<br />

tidak ada lagi kerajaan di Jawa Barat dan<br />

tidak ada peninggalan sejarah, itu menjadikan<br />

<strong>Bandung</strong> kota yang tidak mempunyai akar budaya<br />

terlalu kuat.<br />

Selain itu, menurut Budi, <strong>Bandung</strong> adalah kota<br />

yang dibangun Belanda sebagai kota pendidikan<br />

sehingga mengundang pelajar dari berbagai daerah<br />

ke kota itu. Selain menjadikan <strong>Bandung</strong> kota<br />

plural, kedatangan pelajar itu membuat warga<br />

yang berada pada usia produktif pun tinggi jumlahnya.<br />

Hal senada juga disampaikan Ketua <strong>Bandung</strong><br />

Creative City Forum Ridwan Kamil. Belanda sengaja<br />

menjadikan <strong>Bandung</strong> sebagai kota waktu luang<br />

dan gaya hidup yang terkenal dengan Jalan<br />

Braga dan sebutan Parisj van Java. Hal ini<br />

dikarenakan <strong>Bandung</strong> sejak tahun 1920-an sudah<br />

terjadi pertukaran ide dan nilai-nilai budaya<br />

dengan pihak luar. ”<strong>Bandung</strong> sejak dulu sudah<br />

kosmopolitan,” papar Ridwan.<br />

Keterbukaan dan pluralisme itu, menurut Ridwan,<br />

merupakan salah satu syarat tumbuhnya<br />

ekonomi kreatif.<br />

<strong>Kota</strong> Menengah<br />

Faktor lain yang menjadikan ekonomi kreatif<br />

tumbuh subur di <strong>Bandung</strong> adalah karena ukuran<br />

kotanya tergolong menengah. Dengan mengutip<br />

ahli kota kreatif asal Inggris, Charles Landry, Ridwan<br />

menyebut keuntungan sebagai kota menengah<br />

(secondary city).<br />

Ukuran radius kota dan populasinya lebih mudah<br />

dikelola dan sebagai kota menengah lebih<br />

mudah menonjolkan keunggulan yang ada di kota.<br />

”Ini berbeda dibandingkan dengan Jakarta<br />

yang ukurannya besar,” kata Ridwan.<br />

Populasi orang usia muda di bawah 40 tahun di<br />

<strong>Bandung</strong> tinggi, sekitar 60 persen. Keadaan ini<br />

BEBERAPA hasil karya lukis yang ditampilkan sebagai<br />

salah satu mata kegiatan dalam even <strong>Bandung</strong> Kreatif.(Foto<br />

Dok. BCCF).<br />

EKSPRESI salah satu peserta pada acara <strong>Bandung</strong><br />

Youth Fest di GOR Saparua. (Foto Dok. BCCF).<br />

7


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LAPORAN UTAMA<br />

memungkinkan terjadinya diskusi dan pertukaran<br />

ide secara intensif dengan lokasi di kafe,<br />

warung, atau tempat nongkrong lain.<br />

Faktor lain adalah banyaknya perguruan tinggi<br />

di kota itu sehingga melahirkan banyak anak muda<br />

terdidik. Syarat tumbuhnya industri atau ekonomi<br />

kreatif adalah talenta yang dimiliki warganya<br />

sehingga mereka dapat menangkap peluang<br />

serta mengakses dan memanfaatkan teknologi.<br />

”Sistem sosial yang toleran terhadap ide dan nilai<br />

baru sangat penting untuk industri kreatif. Ini<br />

yang memungkinkan musik underground terus<br />

PENAMPILAN<br />

ensembel perkusi<br />

oleh anak-anak<br />

pada Sabuga<br />

Jazz Fest.<br />

(Foto : Dok. BCCF).<br />

berkembang di <strong>Bandung</strong>,”<br />

tambah Ridwan.<br />

Keberagaman itu pula<br />

yang menyebabkan industri<br />

dan ekonomi kreatif yang<br />

berkembang di <strong>Bandung</strong><br />

berbeda dari Bali, Solo, dan<br />

Yogyakarta.<br />

Di berbagai negara maju,<br />

ekonomi kreatif sudah diakui<br />

sebagai pilar yang menentukan<br />

kehidupan ekonomi<br />

bangsa. Sebut saja Jepang<br />

yang mengandalkan<br />

industri konten dan media,<br />

atau Korea yang fokus dengan<br />

industri game, animasi,<br />

dan konten digital sebagai<br />

contohnya. Lalu, bagaimana<br />

dengan Indonesia<br />

Tren ekonomi kini mulai<br />

bergeser, dari ekonomi indutri<br />

menuju ekonomi kreatif.<br />

Indonesia pun bisa bersaing<br />

dengan negara-negara<br />

lain. Sumber utama industri<br />

kreatif ada banyak di negeri kita, yakni sumber<br />

daya manusia.<br />

<strong>Bandung</strong> adalah salah satunya, sejak lama kota<br />

ini dikenal sebagai salah satu kota kreatif. Karakteristik<br />

masyarakatnya yang terbuka terhadap<br />

ide-ide baru mendukung munculnya berbagai komunitas<br />

dan pelaku kreatif . Mereka punya andil<br />

cukup besar dalam menyumbang pendapatan<br />

ekonomi <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> lewat beragam bidang<br />

seperti musik, desain, software, fashion, media,<br />

dan arsitektur.<br />

Bagaimana cara menyatukan kekuatan kreatif<br />

ini Pertanyaan itulah yang melandasi berdirinya<br />

“<strong>Bandung</strong> Creative City Forum” (BCCF), sebuah<br />

forum yang mengumpulkan komunitas-komunitas<br />

kreatif di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, pada 7 Februari<br />

<strong>2008</strong>.<br />

Obsesi yang dimiliki BCCF adalah mewujudkan<br />

<strong>Bandung</strong> menjadi kota kreatif se-Asia dan bisa<br />

berkompetisi secara global. Beberapa cara untuk<br />

meraihnya adalah dengan membangun “Creative<br />

Enterpreneur Network” dan mengadakan Helar<br />

Festival <strong>2008</strong> di <strong>Bandung</strong>. Selain itu, BCCF pun<br />

memperkenalkan branding “.bdg” untuk memayungi<br />

kegiatan komunitas kreatif di kotanya.<br />

Menurut Gustaff H. Iskandar, Ketua Common<br />

Room Networks Foundation yang juga bertindak<br />

sebagai fasilitator BCCF, saat dihubungi QBHeadlines.com,<br />

Kamis (31/7), branding itu dirancang<br />

sebagai platform industri kreatif di <strong>Bandung</strong>.<br />

“Branding .bdg itu semacam idiom untuk industri<br />

kreatif di <strong>Bandung</strong>. Kalau New York, misalnya,<br />

punya branding “I Love NY”. Nah, kalau di <strong>Bandung</strong><br />

yang komunitasnya macam-macam dan beragam,<br />

ada branding .bdg. Misalnya komunitas<br />

desain punya branding design.bdg, atau komuni-<br />

8


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LAPORAN UTAMA<br />

tas arsitektur punya branding architect.bdg,” jelas<br />

Gustaff.<br />

Helar Festifal<br />

Berbagai produk dan gaya kreatif urang <strong>Bandung</strong><br />

yang memamerkan beragam potensi kreatif, baik<br />

dari organisasi, komunitas, institusi, atau usaha<br />

kecil menengah (UKM) yang berkembang di lingkup<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> dan Jawa Barat.<br />

Helar Fest dimeriahkan oleh berbagai komunitas<br />

lokal yang ada di <strong>Bandung</strong>. Misalnya komunitas<br />

desainer, kartunis, film maker, musisi, arsitek,<br />

dan penggemar otomotif. Acara ini dibuka<br />

dengan pawai motor pada 19 Juli <strong>2008</strong>,<br />

bersamaan dengan ulang tahun komunitas Bikers<br />

Brotherhood yang ke-20, dan akan berakhir<br />

pada 31 Agustus <strong>2008</strong>.<br />

“Helar Fest ini yang pertama di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>.<br />

Acaranya juga bisa dibilang monumental karena<br />

ada 30 kegiatan yang diselenggarakan,” kata<br />

Gustaff yang bertindak sebagai Koordinator Helar<br />

Festival <strong>2008</strong>. “Harapannya acara ini bisa dijadikan<br />

acara reguler di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>. Jadi<br />

kreativitas masyarakat bisa ditampilkan secara<br />

rutin dan kita juga bisa melihat perkembangan<br />

potensi kreatif di <strong>Bandung</strong>,” tambahnya.<br />

Helar Fest, menurut Gustaff, merupakan bagian<br />

dari strategi jangka panjang pengembangan platform<br />

ekonomi kreatif di <strong>Bandung</strong>. Digelar di beberapa<br />

lokasi di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, ada 30 kegiatan yang<br />

ditampilkan dalam Helar Fest, mulai dari kegiatan<br />

tradisional hingga kontemporer. Di antaranya Indie<br />

Movie Workshop, Greenfest <strong>2008</strong>, Kickfest (festival<br />

Kreative Independent Clothing Company), Workshop<br />

Temu Pasar Kerajinan Bambu, Konferensi Internasional<br />

Arsitektur dan Urbanisme, <strong>Bandung</strong><br />

Public Furniture, Public Space Photography, Pameran<br />

Batik Fraktal, Eco Fashion,<br />

dan peluncuran Creative<br />

Entrepreneur Network.<br />

Yang terakhir disebut,<br />

Creative Enterpreneur Network,<br />

dirancang sebagai<br />

pertemuan berbagai pihak<br />

yang terlibat dalam<br />

pengembangan industri<br />

kreatif di <strong>Bandung</strong>. “Untuk<br />

sementara, Creative Enterpreneur<br />

Network diadakan<br />

dalam bentuk diskusi. Tapi<br />

diharapkan bisa ada wadah<br />

yang bisa mempertemukan<br />

para pebisnis, investor, pemerintah,<br />

konsumen, dan<br />

semua pihak yang<br />

berhubungan dengan industri<br />

kreatif, baik di<br />

tingkat lokal maupun internasional,”<br />

tutur Gustaff.<br />

Helar Fest <strong>2008</strong> diakui<br />

oleh Gustaff juga didukung<br />

oleh <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

dan <strong>Pemerintah</strong><br />

Provinsi Jawa Barat. “Koordinasinya baik dan kami<br />

merasa terbantu, meski masih ada kendala<br />

teknis di lapangan karena acara ini yang pertama<br />

di <strong>Bandung</strong>. Semoga dari situ kami bisa belajar<br />

untuk pengadaan acara berikutnya,” katanya.<br />

Untuk urusan dana pun, panitia Helar Festival<br />

ikut dibantu oleh pihak pemerintah. “Meski<br />

belum mencukupi, untuk urusan dana, Pemkot<br />

<strong>Bandung</strong> dan beberapa perusahaan komersial juga<br />

ikut membantu. Pemprov Jawa Barat juga ingin<br />

membantu,” papar Gustaff. (dari berbagai<br />

sumber)**<br />

9


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LAPORAN UTAMA<br />

Pengembangan <strong>Kota</strong> Kreatif dalam<br />

Perspektif Keragaman Budaya<br />

T<br />

ANGGAL 18 Maret <strong>2008</strong>, British Council<br />

bekerjasama dengan <strong>Pemerintah</strong> Australia<br />

dan Australia Council for the Arts<br />

menyelenggarakan sebuah seminar bertajuk<br />

Making Creative Cities: The Value of Cultural<br />

Diversity in the Arts yang diselenggarakan di<br />

Melbourne. Kegiatan ini juga juga didukung<br />

oleh <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> Melbourne dan the Arts<br />

Center yang menjadi tempat bagi penyelenggaraan<br />

seminar yang diisi dengan presentasi<br />

Oleh : GUSTAFF H. ISKANDAR<br />

dan diskusi yang melibatkan para seniman,<br />

akademisi, praktisi bisnis, perwakilan pemerintah<br />

dan komentator yang berasal dari Inggris,<br />

Australia, New Zealand, Indonesia dan Taiwan.<br />

Untuk seminar ini British Council secara<br />

khusus menghadirkan Keith Kahn (KK), seorang<br />

seniman yang merancang dan mengimplementasikan<br />

kegiatan Olimpiade Budaya yang terkait<br />

dengan pelaksanaan kegiatan Olimpiade di kota<br />

London pada tahun 2012 mendatang. Sebelum-<br />

SEMINAR bertajuk Making Creative Cities: The Value of Cultural Diversity in the Arts yang diselenggarakan<br />

di Melbourne<br />

10


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LAPORAN UTAMA<br />

nya, Keith Kahn diberi kesempatan untuk mempresentasikan<br />

makalahnya pada acara Melbourne<br />

Conversation yang diselenggarakan di<br />

Gedung Perpustaaan <strong>Pemerintah</strong> Victoria, 17<br />

Maret <strong>2008</strong>. Dalam sesi ini ia tampil di hadapan<br />

publik kota Melbourne bersama Elizabeth<br />

Burns Coleman (AU) dan Fotis Kapetopoulos<br />

(AU). Masing-masing adalah filsuf dan ahli komunikasi<br />

di bidang keberagaman budaya.<br />

Selama dua hari berturut-turut, diskusi mengenai<br />

pengembangan kota kreatif dalam perspektif<br />

keberagaman budaya menjadi tema sentral<br />

yang memancing perdebatan dan diskusi di<br />

antara para peserta seminar. Topik ini dilandasi<br />

oleh prediksi Bank Dunia yang menyatakan<br />

bahwa setiap bulan kota-kota di wilayah Asia<br />

Tenggara akan didatangi oleh dua juta orang<br />

dalam dua dekade ke depan (Bank Dunia,<br />

2007).<br />

Hal ini setidaknya membutuhkan perhatian<br />

khusus bagi para pemegang kebijakan, karena<br />

proses urbanisasi yang luar biasa saat ini sudah<br />

sangat sulit untuk dibendung. Dapat dikatakan,<br />

hampir setengah dari populasi warga dunia kini<br />

hidup di lingkungan perkotaan sehingga salah<br />

satu alternatif yang mungkin untuk dilakukan<br />

adalah mengembangkan pemahaman akan keberagaman<br />

budaya, sehingga potensi konflik<br />

dan persoalan yang mungkin mucul dapat diselesaikan<br />

melalui inovasi dan kreativitas.<br />

Persoalan di atas setidaknya turut dipicu oleh<br />

proses globalisasi dan perkembangan di bidang<br />

teknologi yang semakin mencairkan batas antarnegara<br />

dan sekat teritori budaya sehingga<br />

meningkatkan risiko akan konflik dan gesekan<br />

antarkelompok masyarakat yang berbeda.<br />

Dalam hal ini, perspektif keberagaman budaya<br />

adalah sebuah alternatif pemikiran yang idealnya<br />

dapat dipahami untuk menghindari terjadinya<br />

konflik dan gesekan antar kelompok<br />

masyarakat.<br />

Di beberapa negara, keberagaman budaya justru<br />

mampu melahirkan berbagai inovasi dan<br />

penemuan baru. Namun kita juga tidak dapat<br />

menutup mata bahwa tanpa perspektif yang<br />

menghargai keberagaman budaya, perbedaan<br />

dan keberagaman juga memiliki potensi konflik<br />

yang dapat menghambat terjadinya proses kohesi<br />

sosial yang inklusif.<br />

Hal tersebut di atas bukan hanya disebabkan<br />

oleh identitas kebudayaan yang beragam, tetapi<br />

juga karena berbagai ketimpangan yang terjadi<br />

di ranah politik dan ekonomi, selain juga pertentangan<br />

yang terjadi di wilayah ideologi. Konflik<br />

semacam ini juga biasanya dapat dipicu<br />

oleh munculnya nilai-nilai baru yang lahir seiring<br />

dengan proses globalisasi dan perkembangan<br />

teknologi.<br />

Lain dari itu, potensi konflik yang ada juga<br />

setidaknya ikut dipicu oleh krisis pembentukan<br />

identitas masyarakat yang tidak lagi bersandar<br />

pada latar belakang etnis, ras atau keyakinan<br />

tertentu, tetapi juga merasuk kepada masalah<br />

perbedaan kelas sosial, ekonomi, gaya hidup,<br />

orientasi seksual dan lain sebagainya.<br />

Dalam presentasinya, Keith Kahn memaparkan<br />

bahwa kota London barangkali merupakan<br />

contoh kota yang memiliki keberagaman<br />

budaya dan kompleksitas yang luar biasa. Dari<br />

12 juta penduduknya, saat ini setidaknya ada<br />

200 kelompok etnis dan 300 bahasa yang<br />

berkembang di kota London. Angka ini bersanding<br />

dengan kenyataan bahwa sekitar 35 % populasi<br />

kota London terdiri dari warga asing dan<br />

sekitar 40,7 % warga kota berasal dari kelompok<br />

etnis minoritas.<br />

Selain itu, persentase ini juga dilengkapi dengan<br />

fakta bahwa ada sekitar 1 berbanding 20<br />

warga kota yang berasal dari keluarga yang<br />

mengalami persilangan ras ataupun perkawinan<br />

antar kelompok etnis yang berbeda. Dalam<br />

kenyataannya, keberagaman budaya yang dimiliki<br />

oleh kota London saat ini malah memicu<br />

pertumbuhan ekonomi kota yang bersandar pada<br />

inovasi dan kreativitas individu, sehingga<br />

potensi konflik yang ada relatif dapat dihindari.<br />

Sementara itu Elizabeth Burns Coleman<br />

menyatakan, pengembangan kota kreatif dalam<br />

perspektif keberagaman budaya dapat mendorong<br />

terjadinya proses kohesi sosial yang<br />

inklusif. Dalam perspektif keberagaman dan interaksi<br />

budaya, warga kota akan lebih terpacu<br />

untuk dapat terlibat dan berpartisipasi dalam<br />

melakukan serangkaian eksplorasi penciptaan<br />

nilai-nilai yang baru, karena proses interaksi<br />

budaya juga dapat mendorong terjadinya proses<br />

negosiasi, adaptasi dan perubahan. Dalam wacana<br />

kota kreatif, keberagaman budaya juga<br />

memiliki nilai ekonomi karena situasi keberagaman<br />

memungkinkan terjadinya proses pencip-<br />

11


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LAPORAN UTAMA<br />

taan dan transaksi nilai-nilai, baik secara artistik<br />

maupun ekonomi.<br />

Ada baiknya untuk disadari bahwa membangun<br />

perspektif keberagaman budaya adalah sebuah<br />

langkah politik yang diperlukan untuk<br />

meningkatkan akses dan partisipasi<br />

masyarakat sipil, termasuk dalam mengembangkan<br />

kebijakan dan program pembangunan<br />

yang berkeadilan.<br />

Hal ini setidaknya tercermin melalui uraian<br />

Fotis Kapetopoulos yang memaparkan bahwa<br />

pengembangan pemahaman akan keberagaman<br />

budaya senantiasa memerlukan keterlibatan<br />

masyarakat secara langsung, selain pengembangan<br />

kebijakan dan alokasi dana pajak yang<br />

bertanggung jawab.<br />

Kepentingan publik harus dapat tercermin<br />

dalam keseluruhan proses pembentukan kebijakan,<br />

kegiatan kebudayaan dan aktivitas lain<br />

yang melibatkan masyarakat umum, karena keberagaman<br />

budaya merupakan tulang punggung<br />

dari aktivitas ekonomi masyarakat kota<br />

yang kreatif.<br />

Profesor Marcia Langton AM (AU), salah seorang<br />

panelis dalam seminar ini lebih jauh menyatakan<br />

bahwa untuk membangun perspektif keberagaman<br />

budaya dibutuhkan kepemimpinan<br />

dan penghubung masyarakat yang berwawasan<br />

luas. Dalam beberapa hal, kebutuhan semacam<br />

ini dapat ditemukan pada energi kaum muda<br />

yang lebih dinamis dan terbuka akan gagasangagasan<br />

baru.<br />

Selain itu, kepemimpinan yang dibutuhkan<br />

adalah sosok yang memiliki tingkat intelektualitas<br />

dan kemampuan manajemen yang baik, sehingga<br />

dapat terhindar dari tata kelola pemerintahan<br />

yang buruk dan korup karena minimnya<br />

kemampuan intelektual yang terpuji.<br />

Untuk itu, tidaklah berlebihan apabila panelis<br />

Darcy Nicholas (NZ) menyatakan bahwa pemahaman<br />

akan keberagaman budaya hanya dapat<br />

ditemukan dalam sosok pemimpin yang memiliki<br />

kesadaran yang berlapis dan berorientasi pada<br />

inovasi dan perubahan. Dalam hal ini, seorang<br />

pemimpin yang memiliki intelektualitas<br />

dan perspektif keberagaman budaya akan secara<br />

kreatif mampu merancang dan mendorong<br />

proses perubahan ke arah yang lebih baik.<br />

(Penulis adalah seniman, bekerja untuk Common<br />

Room Networks Foundation)**<br />

Parade <strong>Bandung</strong> Kreatif<br />

HARI jadi <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> ke-198 tahun <strong>2008</strong> ini<br />

ditandai dengan Parade <strong>Bandung</strong> Kreatif.<br />

Kegiatan yang cukup meriah ini berlangsung<br />

Sabtu (6/12) lalu. Di antaranya dengan pawai<br />

kendaraan hias bunga “<strong>Bandung</strong> Blossom” mengelilingi<br />

beberapa jalan protokol di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

sehingga menarik perhatian masyarakat.<br />

Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> H.Dada Rosada sendiri<br />

membuka acara tersebut di halaman Balai <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong>, ditandai dengan penabuhan bedug.<br />

Menurut wali kota, kegiatan ini merupakan media<br />

untuk mempromosikan produk-produk unggulan<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>.<br />

Tercatat 700 peserta mendandani kendaraan<br />

dengan bunga-bunga yang dipasang di mobil,<br />

becak, delman dan tampak indah dipandang<br />

mata. Ikut juga berparade, kelompok sepada ontel.<br />

Perkumpulan sepeda motor, serta marching<br />

band.<br />

Kesenian juga ditampilkan di lapangan Gasibu,<br />

di antaranya , Tari Kangsreng, kuda renggong,<br />

karinding. Dan tarian dari Korea Selatan.<br />

Hadir tamu undangan Wali <strong>Kota</strong> Surabaya, utusan<br />

Pemkot Batam, Palembang, Pontianak dan<br />

Suwon Korea Selatan.<br />

12


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-44<br />

Pemkot <strong>Bandung</strong> Berhasil Raih<br />

Manggala Karya Bhakti Husada Kartika<br />

ATAS jasa luar biasa dalam menggerakan dan memberdayakan masyarakat<br />

untuk hidup sehat, Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> H Dada Rosada, dalam rangkaian<br />

peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 44 Tahun <strong>2008</strong>, menerima<br />

penghargaan ”Manggala Karya Bhakti Husada ( MKBH ) Kartika.<br />

13


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

P<br />

enghargaan diserahkan langsung<br />

Menteri Kesehatan RI, Dr. dr. Siti Fadilah,<br />

Sp, Jp. (K), di Ballroom Four Sessions<br />

Hotel, Jalan Rasuna Said Jakarta, Kamis<br />

(18/12) lalu. Manggala Karya Bhakti Husada<br />

diberikan kepada institusi yang dukungannya<br />

sangat besar terhadap pembangunan kesehatan<br />

diwilayahnya, sehingga mampu menunjukan<br />

komitmen yang tinggi, memiliki kerjasama yang<br />

baik dan nyata dalam menyukseskan programprogram<br />

kesehatan di wilayahnya.<br />

Penilaian juga didasarkan pada sejumlah indikator,<br />

di antaranya pencapaian prioritas program<br />

kesehatan dengan hasil yang tercakup<br />

dalam riset kesehatan dasar (Riskesdas) untuk<br />

tingkat provinsi, kabupaten/kota, alokasi<br />

anggaran pada APBD diatas/mendekati 15 %,<br />

kabupaten/kota di luar Jawa Bali dengan desa<br />

siaga 100 %, serta kabupaten/kota yang mempunyai<br />

pelayanan khusus.<br />

Dalam pemberian penghargaan tersebut,<br />

Menkes menyerahkan 53 penghargaan lainnya,<br />

di antaranya Ksatria Bhakti Husada (14), Manggala<br />

Karya Bhakti Husada (19), UPT dengan kinerja<br />

paling baik (5), individu berprestasi (9), pemenang<br />

lomba (6). Bersama <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, satu<br />

rumah sakit dan dua kota di Jawa Barat juga<br />

menerima penghargaan dari Menkes, penghargaan<br />

institusi dengan Pelayanan Prima diterima<br />

Rumah Sakit Hasan Sadikin, penghargaan Ksatria<br />

Bakti Husada Arutala diterima Wali <strong>Kota</strong><br />

Cirebon, Subardi, S.Pd, dan Wali <strong>Kota</strong> Sukabumi,<br />

H Mokh Muslikh Abdussyukur, S.H, M.Si.<br />

Kepala Dinas Kesehatan <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, dr. H.<br />

Gunadi S. Bhinekas menuturkan, dari hasil<br />

riset kesehatan dasar (Riskesdas) <strong>2008</strong>, <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong> merupakan urutan ketiga dalam pencapaian<br />

indikator prioritas pembangunan kesehatan.<br />

Untuk prestasi lainnya, <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> juga<br />

mampu memberikan fasilitasi penyediaan dana<br />

penyangga pelayanan kesehatan untuk keluarga<br />

miskin dan kurang mampu sejak 2006 melalui<br />

Bawaku Sehat dengan anggaran di APBD setiap<br />

tahun meningkat, Rp 4 miliar (2006), Rp 5,9 miliar<br />

(2007) dan Rp 18 miliar (<strong>2008</strong>), pengangkatan<br />

kualitas melalui sertifikasi ISO 9001-<br />

2000, peningkatan kinerja dan kesejahteraan<br />

Kader Posyandu Rp 125 ribu/Posyandu sejak<br />

tahun 2006, revitalisasi 1.915 posyandu dengan<br />

15.000 kader aktif.<br />

Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> H.Dada Rosada usai<br />

menerima penghargaan mengatakan, konsistensi<br />

di bidang pembangunan kesehatan, Pemkot<br />

<strong>Bandung</strong> secara bertahap akan terus berupaya<br />

meningkatkan dukungan APBD untuk sebesarbesarnya<br />

bagi kesejahteraan masyarakat. Antara<br />

lain diwujudkan melalui terciptanya<br />

lingkungan sehat, pelayanan kesehatan yang<br />

meningkat baik cakupan maupun kualitas, serta<br />

meningkatnya perilaku masyarakat untuk<br />

hidup sehat mandiri menuju terwujudnya <strong>Bandung</strong><br />

Sehat.<br />

Dada menegaskan, jangan ada satupun warganya,<br />

khususnya mereka yang kurang mampu<br />

tidak terjamin kesehatannya karena Pemkot<br />

telah menyediakan dana, tidak saja gratis berobat<br />

ke Puskesmas tapi juga menjamin biaya jika<br />

harus dirujuk ke rumah sakit. ”Warga yang sakit<br />

dan melaporkan ketidak mampuannya, kita<br />

selesaikan,” ujarnya.<br />

Pelayanan ini kata wali kota, tidak terbatas pada<br />

penyakit yang dijamin jamkesmas. “Mudahmudahan<br />

dengan berbagai bantuan kita, baik<br />

bidang pendidikan gratis, pelayanan kesehatan<br />

gratis juga bantuan modal usaha yang gratis,<br />

akan mendorong terwujudnya masyarakat sejahtera<br />

yang sehat serta mandiri,” ujarnya.<br />

Perwujudan <strong>Bandung</strong> Sehat menurut wali kota,<br />

sangat ditentukan oleh perilaku manusianya,<br />

namun tidak kalah penting adalah meratanya<br />

infrastruktur mandi, cuci dan kakus<br />

(MCK), penyediaan air bersih dan lingkungan<br />

hidup yang sehat. ”Kita bangga upaya pembangunan<br />

kesehatan yang kita lakukan mendapat<br />

apresiasi dari Menteri Kesehatan. Mudah-mudahan<br />

penghargaan ini menjadi dorongan lebih<br />

baik lagi bagi Pemkot <strong>Bandung</strong> untuk memberikan<br />

pelayanan yang terbaik kepada<br />

masyarakat, khususnya dalam mewujudkan<br />

<strong>Bandung</strong> Sehat yang Bermartabat,” ucapnya.<br />

(Bardi)**<br />

14


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

Seminar Pengelolaan Pohon<br />

Perda 23/1987 Perlu Diubah<br />

POHON merupakan elemen utama ruang terbuka hijau (RTH).<br />

Keberadaannya perlu dijaga dan dipelihara agar mampu berperan menjaga<br />

keseimbangan ekosistem perkotaan. Realitanya, karena desakan tuntutan<br />

pembangunan baik untuk infrastruktur gedung pemerintahan, swasta maupun<br />

rumah untuk tempat tinggal, kepentingan ekologi sering terkalahkan.<br />

15


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

Sejalan dengan konsep pembangunan<br />

berkelanjutan, diperlukan perubahan paradigma<br />

pemikiran dalam bentuk kebijakan,<br />

agar kepentingan manusia selaras dengan<br />

pemeliharaan ekologi dan mengarah pada terciptanya<br />

keseimbangan ekositem, yakni adanya proporsionalitas<br />

antara pemanfaatan lahan untuk<br />

RTH dengan pemanfaatan lahan terbangun.<br />

Pengelolaan pohon di Wilayah <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />

secara spesifik telah diatur dalam Peraturan<br />

Daerah (Perda) <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> Nomor 23/1987<br />

tentang penanaman, pemeliharaan dan pemangkasan<br />

pohon yang didalamnya juga memuat retribusi<br />

izin pemangkasan dan penebangan atas permohonan<br />

masyarakat. Realitanya pohon pelindung<br />

di kanan kiri jalan<br />

adalah aset Pemkot <strong>Bandung</strong>,<br />

jika ada yang ditebang<br />

harus diganti yang<br />

baru, bukan lagi dengan<br />

retribusi.<br />

”Untuk itu kami berencana<br />

merevisi Perda<br />

23/1987. Alasannya, selain<br />

sudah ada ketentuan<br />

baru yaitu Undang-Undang<br />

nomor 26 dan 27 tahun<br />

2007 tentang penataan<br />

ruang, karena retribusi<br />

yang rupiahnya terlalu kecil tidak efektif lagi sehingga<br />

perlu direvisi. Rencananya retribusi ini<br />

akan diubah menjadi mengganti duaratus pohon,”<br />

kata Kepala Dinas Pertamanan <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, Ir<br />

Yogi Supardjo, ketika dikonfirmasi, disela kegiatan<br />

seminar pembahasan Perda 23/1987, di Grand Pasundan<br />

Hotel, Jln. Peta <strong>Bandung</strong> (17/11).<br />

Dibuka resmi Wakil Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, Ayi Vivananda,<br />

S.H., seminar diikuti peserta dari pengurus<br />

LSM, aktivis lingkungan dan para pimpinan<br />

SKPD, camat serta lurah. Menghadirkan<br />

narasumber, Prof. Djohan Iskandar, Phd (aspek<br />

lingkungan), Dra. Budiawati Supangkat, M.A.,<br />

(aspek sosial), Ai Siti Faridah, S.E., (aspek ekonomi)<br />

dan Dedi Jubaedi, S.H., (aspek hukum).<br />

Pengawasan RTH dalam bentuk taman di <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong>, kata Djohan, dirasakan masih sangat<br />

kurang. Pohon dan lingkungan di sejumlah<br />

taman, selain kurang terpelihara kebersihannya,<br />

menurutnya, diwaktu-waktu tertentu banyak<br />

berubah menjadi arena pedagang kaki lima dan<br />

aktivitas bisnis lainnya di dalam taman, di antaranya<br />

Taman Lansia, Taman Cibeunying dan<br />

Taman Cilaki. Sehingga perlu ekstra pengawasan<br />

dan penegakkan Perda.<br />

Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, H. Dada Rosada dalam<br />

sambutan tertulis yang disampaikan Wakil Wali<br />

<strong>Kota</strong> Banudng, Ayi Vivananda mengemukakan,<br />

persoalan lingkungan hidup <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, menjadi<br />

sangat krusial karena dampak yang telah<br />

mulai dirasakan. Yaitu terjadinya peningkatan<br />

suhu, penurunan air bawah tanah dan rendahnya<br />

kualitas udara akibat tingginnya buangan gas<br />

buang kendaraan bermotor. Untuk itu diperlukan<br />

model perencanaan dan manajemen pengelolaan<br />

lingkungan hidup, yang harus mampu memobilisasi<br />

seluruh potensi.<br />

Pembahasan Perda<br />

23/1987, dikemukakan<br />

wali kota, akan menjadi<br />

media untuk merumuskan<br />

langkah-langkah strategis,<br />

sekaligus menjadi ajakan<br />

bagi masyarakat luas untuk<br />

secara bersama-sama<br />

memelihara pohon sebagai<br />

faktor penyeimbang<br />

lingkungan hidup.<br />

”Seminar ini menjadi<br />

penting, sehingga diharapkan<br />

menghasilkan gagasan-gagasan baru yang<br />

dapat membangun kesadaran kolektif<br />

masyarakat, sebagai modal sosial untuk membangun<br />

dan memelihara lingkungan hidup kota,<br />

tidak sekedar untuk menyesuaikan dan<br />

memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan<br />

penataan ruang yang baru,” harapnya.<br />

Strategi <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> (Pemkot) <strong>Bandung</strong><br />

dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan<br />

membangun kualitas lingkungan hidup, sering<br />

disebut wali kota, diupayakan melalui 7 program<br />

prioritas khususnya <strong>Bandung</strong> Hijau dan pelaksanaan<br />

5 Gerakan Lingkungan Hidup. Gerakan<br />

ini meliputi gerakan penanaman sejuta<br />

pohon/penghijauan kota dan hemat menabung<br />

air melalui sumur resapan, gerakan sejuta bunga<br />

untuk <strong>Bandung</strong> (GSBUB), program udara bersih<br />

”langit biru”, gerakan Cikapundung Bersih (GCB)<br />

dan gerakan pembibitan, penanaman, pemeliharaan<br />

dan pengawasan pohon dan lingkungan<br />

hidup (GP4LH).**<br />

16


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

Taman Sari<br />

dan Cikapundung<br />

Segera Direvitalisasi<br />

B<br />

ANDUNG tempo doeloe atau<br />

zaman baheula, sepertinya<br />

sengaja dibangun sebagai kota<br />

persitirahatan dengan konsep tata<br />

kotanya mengacu pada kota taman<br />

seperti di Eropa. Selain udaranya sejuk,<br />

pagi hari diselimuti embun,<br />

taman kotanya yang banyak tersebar,<br />

Taman Anggrek, Taman Bengawan,<br />

Taman Ciliwung, Taman Maluku,<br />

Taman Cibeunying, Taman Cilaki,<br />

Taman Orangeplan dan masih banyak<br />

lagi. Demikian juga dengan bangunan-bangunan<br />

rumah tinggal, nampaknya<br />

sengaja dibangun seperti<br />

menjauhi kebisingan kendaraan, den-<br />

17


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

gan jarak agak jauh dari bibir<br />

jalan raya, bergaya arsitektur<br />

art deco seperti yang ada sekitar<br />

kawasan Jalan Dago/Ir H<br />

Juanda, Jln RE Martadinata,<br />

Jln Supratman, Jln Diponegoro,<br />

Jln Aceh, Jln Gatot Subroto,<br />

Jln Cipaganti, Jln Cihampelas,<br />

Setiabudhi.<br />

Tidak terkecuali kawasan<br />

Taman Sari, kawasan ini dari<br />

utara sampai ke Selatan sekitar<br />

Tahun 60 an masih banyak<br />

sawah, kolam ikan dan air Sungai<br />

Cikapundung yang masih<br />

bisa digunakan mandi, tempat<br />

bermain dan berenang anakanak<br />

dan orang tua mencuci<br />

pakaian. Tidak berlebihan jika<br />

banyak orang berseloroh, <strong>Bandung</strong><br />

diciptakan ketika Tuhan<br />

sedang tersenyum.<br />

<strong>Bandung</strong> sekarang nampaknya<br />

sudah banyak berubah,<br />

banyak taman dan lahan terbuka<br />

telah beralih fungsi. Ruang<br />

Terbuka Hijau (RTH) mengalami<br />

degradasi baik kuantitas<br />

maupun kualitas. <strong>Bandung</strong><br />

udaranya sudah panas, polusi<br />

udaranya cukup tinggi, lalu lintasnya<br />

macet, komuter penduduk<br />

tinggi, jumlah penduduk<br />

besar, banyak pemukiman<br />

tidak saja padat tapi juga<br />

kumuh. Namun <strong>Bandung</strong> sampai<br />

kapanpun tetap dicintai,<br />

diminati dan banyak yang ingin<br />

tinggal di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>.<br />

Persoalannya sekarang,<br />

bagaimana fungsi lahan atau<br />

kawasan yang dulu dianggap<br />

vital, kembali memiliki nilai<br />

yang layak dan nyaman dihuni,<br />

memberikan manfaat bagi kesejahteraan<br />

warganya bahkan<br />

harga diri sebagai kota yang<br />

membanggakan, baik dari sisi<br />

sosial, ekonomi maupun<br />

lingkungan hidup.<br />

Khususnya kawasan Taman<br />

Sari, Lembah Sungai Cikapundung<br />

dan Babakan Siliwangi,<br />

sejalan dengan Rencana Detail<br />

Tata Ruang <strong>Kota</strong> (RDTRK)<br />

Wilayah Pengembangan<br />

Cibenying, Perwal 981/2006,<br />

memberikan arahan, antara<br />

lain meningkatkan kualitas image<br />

kawasan sebagai kawasan<br />

tempat-tempat yang unik bagi<br />

tempat tinggal, bekerja dan<br />

rekreasi, mempertahankan<br />

wilayah Cibeunying sebagai<br />

pusat wisata <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>.<br />

Sejalan dengan rencana <strong>Pemerintah</strong><br />

<strong>Kota</strong> (Pemkot) <strong>Bandung</strong>,<br />

merevitalisasi kawasan<br />

ini, melalui Dinas Tata Ruang<br />

dan Cipta Karya (Distarcip),<br />

bertempat di Gedung Indonesia<br />

Menggugat, Jalan Perintis Kemerdekaan<br />

9 <strong>Bandung</strong>,<br />

menggelar workshop sehari revitalisasi<br />

kawasan Taman Sari<br />

dan Lembah Cikapundung termasuk<br />

Babakan Siliwangi,<br />

Rabu (19/11/08). Menghadirkan<br />

16 nara sumber dari<br />

berbagai unsur, terdiri politisi,<br />

praktisi hukum, perguruan<br />

tinggi, masyarakat, seniman,<br />

pakar dan praktisi serta LSM<br />

maupun ormas pecinta<br />

lingkungan hidup.<br />

Ririn Wuryantari dari Pusat<br />

Studi Urban Design (PSUD)<br />

ITB, sangat sependapat jika<br />

Pemkot <strong>Bandung</strong> akan<br />

melakukan revitalisasi<br />

Kawasan Taman Sari dan Lembah<br />

Cikapundung. Menurutnya,<br />

Taman Sari adalah kampung<br />

pemukiman padat yang<br />

lingkungannya kumuh. Gambaran<br />

ini nampak jelas, dilihat<br />

dari atas jalan/layang Pasupati,<br />

“Mereka yang datang dari<br />

Jakarta ke <strong>Bandung</strong>, yang pertama<br />

kali menyambut, bukan<br />

oleh Factory Outlet (FO) tapi<br />

kawasan kumuh Taman Sari<br />

yang ada di sekitar<br />

jembatan/layang Pasupati. Se-<br />

18


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

bagai warga <strong>Bandung</strong>, tentunya<br />

kita harus berpikir,<br />

bagaimana caranya menyulap<br />

atau merubah kawasan ini<br />

menjadi lebih baik, meski padat<br />

tapi teratur. Semua bangunan<br />

di sepanjang Sungai Cikapundung,<br />

dirubah dari membelakangi<br />

menjadi menghadap ke<br />

sungai.” ujarnya sekaligus<br />

bersyukur, ternyata Pemprop<br />

Jabar maupun <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

telah menjadikan kawasan<br />

kedalam Rencana Tata Bangunan<br />

dan Lingkungan (RTBL).<br />

Halnya dengan keinginan<br />

menata lembah Sungai Cikapundung,<br />

disambut investor nasional,<br />

PT Praja Suryaning Graha<br />

(PT (PSG) yang akan menjadikan<br />

kawasan ini, kawasan<br />

wisata, hunian teratur dengan<br />

struktur rumah susun dan<br />

apartemen, serta bangunan<br />

komersial lainnya di antaranya<br />

rumah makan dan gedung pagelaran<br />

kesenian daerah.<br />

Sedangkan untuk penataan<br />

Babakan Siliwangi, Pemkot<br />

<strong>Bandung</strong> telah menjalin kerjasama<br />

dengan PT Esa Gemilang<br />

Indah (PT EGI). Lahan<br />

yang dikerjasamakan untuk ditata<br />

dan dikelola, dari seluas<br />

lebih kurang 38.413 M2, lahan<br />

efektif yang boleh dibangun pihak<br />

pengelola, yaitu untuk<br />

rumah makan dan pusat budaya<br />

sunda, hanya seluas<br />

2.197 M2, dan lahan parkir serta<br />

sarana jalan seluas 5.179<br />

M2. Sisa lahan efektif, harus<br />

dihijaukan, ditata, dijaga.<br />

Dipelihara, dilestarikan<br />

khususnya tanaman dan pepohonan<br />

yang ada dan menjadi<br />

tanggungjawab pengembang.<br />

Untuk itu Dirut PT EGI, Iwan<br />

Sunaryo dibantu arsitekturnya<br />

Budi Hendra Purnomo memaparkan,<br />

sejak ditanda tanganinya<br />

nota kesepahaman<br />

kerjasama, pihaknya telah<br />

melakukan pendataan,<br />

melakukan penomoran serta<br />

inventarisasi jenis dan ukuran<br />

semua pohon yang ada di<br />

kawasan Babakan Siliwangi.<br />

Sejak Tahun 2003 hingga 2007,<br />

disebutkan, 200 dari 600 pohon<br />

mati tidak terurus.<br />

Rumah makan Babakan Siliwangi<br />

yang akan ditata, akan<br />

dibuat rumah panggung modern<br />

dua lantai yang antara bangunan<br />

dihubungkan jembatanjembatan<br />

kayu tanpa merusak<br />

keberadaan pohon yang telah<br />

ada, bahkan diupayakan ditambah,<br />

terutama pepohonan langka<br />

yang dapat menarik datang<br />

dan berkembang biaknya berbagai<br />

jenis burung, serta zona<br />

taman bunga yang tertata.<br />

Pembangunan dimanapun<br />

termasuk <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />

menurut seorang peserta,<br />

Melatiwangi, tidak sedikit pengusaha<br />

mengkadali pemerintah<br />

daerah. Mulanya cafe atau mal<br />

kecil-kecil dengan areal parkir<br />

terbatas di bagian depan dengan<br />

beberapa pohon dibiarkan<br />

tumbuh untuk memberi kesan<br />

ramah lingkungan. Namun kemudian<br />

dengan alasan<br />

banyaknya pengunjung, parkir<br />

diperluas. Melati mencontohkan,<br />

Cihampelas Walk (Ciwalk),<br />

di kawasan ini sekarang<br />

telah berdiri lahan parkir 7 lantai<br />

dengan konstruksi baja dan<br />

mega apatemen. Selain membebani<br />

tebing, keberadaan mega<br />

apartemen akan mengeksploitasi<br />

kebutuhan airnya.<br />

”Saya khawatir, Babakan Siliwangi<br />

ke depan juga akan<br />

seperti Ciwalk. Jadi saya<br />

mengingatkan, jangan sampai<br />

pemerintah kota itu dibodohin<br />

atau dikadalin terus menerus<br />

oleh pengembang,” ujarnya.**<br />

19


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

Para Kader Posyandu<br />

Juga Butuh Perhatian<br />

KEPALA Dinas Kesehatan <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

dr.H.Gunadi S. Bhinekas mengingatkan,<br />

kesehatan adalah kebutuhan dasar<br />

hidup manusia yang tidak bisa diganti dengan<br />

yang lainnya. Karena kesehatan berpengaruh<br />

langsung kepada aktivitas dan produktivitas seseorang,<br />

baik dewasa maupun anak-anak. Namun<br />

tidak sedikit orang, yang melupakan tentang<br />

pentingnya kesehatan, baru sadar setelah jatuh<br />

sakit. Ini dibuktikan dengan masih banyak orang<br />

yang belum menerapkan pola hidup bersih dan<br />

sehat, di antaranya merokok dan kebiasaan tidak<br />

mencuci tangan sebelum makan.<br />

“Usaha preventif untuk menjaga kesehatan<br />

harus diperhatikan, seperti menimbang berat<br />

badan secera rutin terutama pada usia balita dan<br />

ibu hamil, makanan gizi seimbang dan beragam<br />

pemberiaan ASI eksklusif dan imunisasi. Metoda<br />

hidup sistematis mewujudkan bangsa sehat dan<br />

berkualitas ini ada dalam Posyandu. Semua<br />

dikelola masyarakat melalaui kader-kader<br />

posyandu, dari, oleh dan untuk masyarakat, ” kata<br />

Gunadi ketika membuka Jambore Kader<br />

Posyandu <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> <strong>2008</strong>, di GOR Pajajaran,<br />

Jln Pajajaran <strong>Bandung</strong>, Selasa (25/11) lalu.<br />

Jambore dilaksanakan selama 2 hari, 25 - 26<br />

20


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

November <strong>2008</strong>. Diikuti 1.510 kader posyandu<br />

dari 151 kelurahan, ditambah 260 pembina kader<br />

tingkat kecamatan dan puskesmas. Kegiatan<br />

meliputi kreasi seni dan lomba menu makanan<br />

tambahan pada ibu hamil dan balita.<br />

Kadinkes menyatakan, di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> hingga<br />

kini terdapat 1.915 posyandu aktif, dikelola tidak<br />

kurang dari 15.000 kader, 1.000 orang di antaranya<br />

telah mengabdi lebih dari 25 tahun. Ini<br />

merupakan pengabdian luar biasa. Kader merupakan<br />

bagian integral dari kelangsungan aktivitas<br />

posyandu. Kader adalah masyarakat yang secara<br />

sukarela mengabdikan sebagian hidupnya untuk<br />

pembangunan kesehatan. “Jambore ini juga<br />

merupakan upaya guna menjaga komitmen, agar<br />

kader tetap aktif dalam kegiatan posyandu. Tema<br />

jambore kita kali ini, keluarga sadar gizi adalah<br />

investasi, melalui pencegahan persalinan kita cegah<br />

terjadinya kematian pada ibu hamil dan<br />

melahirkan,” tuturnya.<br />

Jambore juga diisi dengan dialog bersama Wali<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> H.Dada Rosada. Melalui perwakilan<br />

kader dari tiap wilayah, terinventarisasi sejumlah<br />

masukan, di antaranya perwakilan Kader<br />

Bojonegara, mengusulkan Pemkot <strong>Bandung</strong><br />

memfasilitasi institusi pelayanan kesehatan<br />

swasta, dokter, bidan, klinik dan rumah sakit,<br />

mau berkontribusi menjadi orang tua asuh<br />

posyandu secara rutin.<br />

Kader Cibeunying, selain menyampaikan terima<br />

kasih atas insentif diterimanya, buku panduan<br />

kader, seragam dan buku saku PKK, mengusulkan<br />

bantuan sarana darurat penganggulangan<br />

bencana, di antaranya alat pemadam kebakaran<br />

atau ambulan di kelurahan siaga. Kader<br />

Karees, kader yang mendapat dukungan keluarga,<br />

perlu diimbangi dengan perhatian layanan<br />

publik dari pemkot, di antaranya diringankan biaya<br />

dan dimudahkan dalam pembuatan KTP<br />

karena tidak semua kader ekonomi mampu.<br />

Kader Ujungberung, merasa sudah waktunya<br />

kader dihimpun dalam suatu wadah, forum komunikasi<br />

kader posyandu. Forum ini tidak saja<br />

sebagai forum tukar menukar informasi,<br />

berdiskusi, berbagi pengalaman, juga sebagai wujud<br />

diakuinya keberadaan kader posyandu. Kader<br />

Gedebage, usul agar kader diberi kartu jaminan<br />

kesehatan masyarakat (Jamkesmas) sekaligus<br />

menginformasikan, di sejumlah wilayahnya,<br />

masih banyak masyarakat tidak bisa menggunakan<br />

Jamkesmas karena untuk ke Puskesmas<br />

harus mengeluarkan jasa ojeg Rp 15.000,00. Jika<br />

mungkin, di wilayah Gedebage Selatan, dibuatkan<br />

Puskesmas baru.<br />

Menanggapi apsirasi kader, wali kota mengemukakan,<br />

jambore kader posyandu yang sebelumnya<br />

telah 2 kali dilaksanakan, sebagai forum<br />

tukar pikiran, tukar pengalaman dan<br />

penyampaian aspirasi.”Karena kita sudah saling<br />

ketemu, aspirasinya masih ringan. Karenanya,<br />

harus dapat dipenuhi, semuanya sudah kita<br />

catat, tinggal direalisasikan,” ujarnya.<br />

Meski warga <strong>Bandung</strong> termasuk kader posyandu<br />

yang mendukung dirinya menjadi wali kota<br />

hanya 65 %, tapi yang diupayakan harus dilayani,<br />

adalah semua warga <strong>Bandung</strong> yang 100 %. Tugasnya<br />

sebagai wali kota, adalah melindungi,<br />

memajukan kesejahteraan dan mencerdaskan kehidupan<br />

warganya. “Jika selama ini <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

banyak meraih prestasi, keberhasilan ini<br />

tentunya berkat semua. Tanpa bantuan seluruh<br />

stakeholder, swasta dan masyarakat termasuk<br />

kader posyandu, semua upaya menyejahterakan<br />

dan mencerdaskan masyarakat, tidak mungkin<br />

bisa diwujudkan,”ujar Dada.<br />

Upaya meningkatkan kesejahteraan, mengurangi<br />

kemiskinan, mengurangi pengangguran,<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> memulainya dengan gratis sekolah,<br />

gratis kesehatan, gratis pemberian bantuan<br />

peningkatan kemakmuran.<br />

Hingga tahun <strong>2008</strong>, Pemkot <strong>Bandung</strong> telah<br />

menyalurkan bantuan modal usaha peningkatan<br />

kemakmuran kepada lebih kurang 51.000 pemohon<br />

dengan total bantuan Rp 36.529.887.000,00<br />

bervariasi antara Rp 500.000,00 hingga Rp 15 juta.<br />

Bantuan sekolah gratis bagi 325 sekolah, beasiswa<br />

bawaku pendidikan kepada 67.250 siswa,<br />

perbaikan 1.030 rumah tidak layak huni, serta<br />

pendampingan layanan kesehatan rujukan ke<br />

rumah sakit dan pelayanan gratis di puskesmas<br />

bagi lebih kurang 340.000 jiwa keluarga kurang<br />

mampu.<br />

“Kebijakan ini akan terus kita lanjutkan, sampai<br />

semua warga yang membutuhkan termasuk<br />

rumah tangga miskin, semuanya kebagian. Harapan<br />

saya, bagaimana kita memperbaiki kehidupan<br />

warga <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> dengan meringankan<br />

beban hidup kebutuhan dasarnya,” ujar wali kota.**<br />

21


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

51.000 Warga <strong>Bandung</strong><br />

Peroleh Bawaku Makmur<br />

AKHIR Tahun 1996, sebelum krisis moneter,<br />

pertumbuhan ekonomi <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

berada pada angka 11 %. Pada posisi<br />

pertumbuhan sebesar ini, dengan program<br />

pembangunan pola manunggal satata sariksanya,<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> dengan lantang, menyatakan bebas<br />

Pra Keluarga Sejahtera (Pra KS) yaitu kelompok<br />

rumah tangga sangat miskin. Namun ketika<br />

krisis moneter, Juli 1997, pertumbuhan ekonomi<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> menurun sangat dramatis hingga<br />

dibawah 1 %.<br />

Sekarang <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> patut bersyukur,<br />

dalam 5 tahun terakhir, 2003-<strong>2008</strong>, ekonomi kota<br />

tidak saja menggeliat, tapi bangkit dan berangsur<br />

pulih. Pertumbuhan ekonominya kini telah mencapai<br />

angka 8,23 %. Yang pasti, angka pertumbuhan<br />

sebesar ini, masih menyisakan persoalan<br />

kemiskinan yang harus diselesaikan secara bertahap.<br />

Karenanya, kebijakan 7 program prioritas<br />

pembangunan, yaitu pendidikan, kesehatan, kemakmuran,<br />

lingkungan hidup, sosial budaya,<br />

olah raga dan agama, yang selama ini dinilai<br />

berhasil dan telah dirasakan manfaatnya warga<br />

<strong>Bandung</strong>, harus berlanjut dan ditingkatkan<br />

bahkan lebih dimantapkan.<br />

Dalam upaya percepatan <strong>Bandung</strong> Makmur<br />

yang diimplementasikan melalui misi pengembangan<br />

perekonomian kota yang adil, Wali <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong>, H. Dada Rosada, S.H, M.Si, untuk yang<br />

keempat kalinya menyerahkan hibah modal usaha<br />

bagi 11.100 pemohon usaha mikro, koperasi,<br />

dan menengah dengan total bantuan Rp<br />

11.129.887.000,- serta bantuan rehab 225 rumah<br />

tidak layak huni di 30 kecamatan se-<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

Rp 1.125.000.000. Bantuan diserahkan di<br />

Pendopo Rumah Dinas Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, Jln.<br />

Dalem Kaum, Jumat (14/11).<br />

Bagi Tuti warga Cijagra Kecamatan Lengkong,<br />

penjual nasi kuning keliling yang bermodalkan Rp<br />

125.000, bantuan wali kota khusus kemakmuran<br />

(Bawaku Makmur) Rp. 500.000, sangatlah besar.<br />

Dengan keuntungan RP.25.000/hari, itupun<br />

22


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

jika habis, ditambah penghasilan suami yang<br />

penjaga malam di perumahan Suryalaya Rp.<br />

300.000/bulan, sangat berat dengan beban tanggungan<br />

3 anaknya yang mengenyam pendidikan<br />

hanya sampai SD.<br />

“Alhamdulillah, atas pemberian bantuan modal<br />

usahanya kepada saya pedagang nasi kuning keliling,<br />

saya mengucapkan terima kasih. Mudahmudahan<br />

Pak Dada di tahun-tahun mendatang<br />

diangkat kembali menjadi Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>.<br />

Bantuan ini akan saya manfaatkan menambah<br />

dan melengkapi dagangan saya,” ujarnya.<br />

Asep Ayatullah Hidayat, Satpam SPBU warga<br />

Kopo Bojongloa Kidul, dengan suara tersendat<br />

hampir menangis, bersyukur menerima bantuan<br />

Rp 5 juta untuk rehab rumahnya. Gaji Rp<br />

850.000/bulan dengan tanggungan istri dan 4<br />

anaknya, sangat sulit bisa mmperbaiki rumahnya<br />

yang sudah banyak bocor jika hujan.<br />

“Alhamdulillah, hari ini saya bisa berdekatan,<br />

berdampingan dengan bapak wali kota. Ini suatu<br />

kebanggaan. Bantuan program perbaikan rumah<br />

kumuh yang saya terima, sangat membantu saya,<br />

anak dan istri saya, yang mengharapkan bisa<br />

menikmati hidup di tempat tinggal yang layak.<br />

Harapan saya semoga program Pak Wali ini<br />

berlanjut dan berkesinambungan,” ungkapnya,<br />

seraya mendoakan wali kota beserta keluarga dan<br />

jajaran di pemerintahan kota, mendapat perlindungan<br />

dan pertolongan Allah SWT .<br />

Program Bawaku Makmur kata wali kota, merupakan<br />

bantuan hibah yang sangat ketat dikoreksi<br />

DPRD, namun sayang tidak satupun yang hadir<br />

menyaksikan. Bantuan hibah ini, sesuai aturan,<br />

hanya dapat diberikan satu kali tidak bisa terus<br />

menerus. Jadi harus benar-benar dimanfaatkan<br />

maksimal untuk kegiatan ekonomi produktif<br />

keluarga.<br />

Hingga Tahap IV Tahun <strong>2008</strong>, disebutkan wali<br />

kota, Pemkot telah menyalurkan Bawaku Makmur<br />

kepada 51.000 pemohon yang lolos verifikasi.<br />

Menurutnya, masih banyak yang belum kebagian,<br />

sehingga di Tahun 2009 akan diupayakan<br />

kembali. “Jika evaluasi yang kita lakukan, hasilnya<br />

ada dampak dalam peningkatan ekonomi kerakyatan.<br />

Program ini bisa kita perjuangkan<br />

berlanjut. Di tahun 2009, selain melanjutkan<br />

Bawaku Pendidikan Gratis, Bawaku Sehat Gratis,<br />

Bawaku Kemakmuran Gratis, kita juga akan<br />

melaksanakan Bawaku Pangan Gratis,” ungkapnya.<br />

Dalam upaya meningkatkan aktivitas usaha<br />

masyarakat berbasis ekonomi kerakyatan ini,<br />

Asisten Administrasi Ekonomi Pembangunan, Ir,<br />

Drs H Taufik Rahman MH menuturkan,<br />

berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor<br />

1/2007 tentang APBD 2007 Murni dan Perda<br />

Nomor 7/2007 tentang APBD 2007 Perubahan,<br />

serta Perda Nomor 3/<strong>2008</strong> tentang APBD <strong>2008</strong>,<br />

pada komponen belanja hibah telah tersalurkan<br />

Bawaku Makmur Rp 25.400.000.000, untuk<br />

39.916 penerima. Direalisasikan dalam bentuk<br />

fasilitasi permodalan dengan orientasi sasaran<br />

terhadap masyarakat, baik yang rintisan usaha,<br />

pelaku usaha maupun koperasi. Diharapkan<br />

mampu menggerakkan sektor riil perekonomian<br />

masyarakat. Yang akhirnya berimplikasi terhadap<br />

pencapaian kinerja ekonomi kota, di antaranya<br />

peningkatan produk domestik regional bruto<br />

(PDRB), peningkatan Laju Pertumbuhan Ekonomi<br />

(LPE), peningkatan income perkapita serta peningkatan<br />

kemampuan daya beli masyarakat.<br />

Tahap pencairan pertama telah disalurkan Rp<br />

3.538.793 untuk 4.909 pemohon, terdiri 144 rintisan<br />

usaha, 4.725 pelaku usaha termasuk 37<br />

pedagang buku Palasari yang terkena musibah<br />

kebakaran dan 68 koperasi. Tahap kedua disalurkan<br />

Rp 10.861.207.000 kepada 18.637 pemohon,<br />

terdiri 1.964 rintisan usaha, 16.577 pelaku<br />

usaha dan 96 koperasi. Tahap III, disalurkan Rp<br />

11 miliar untuk 16.373 pemohon termasuk 11<br />

pedagang Pasar Ujungberung yang terkena musibah<br />

kebakaran.<br />

Dari evaluasi yang dilaksanakan pada kunjungan<br />

langsung di lapangan terhadap 23.467, dilaporkan<br />

Taufik Rahman, 88 % penerima hibah<br />

menggunakan dananya untuk usaha produktif, 6<br />

% untuk perbaikan ruang usaha dan hanya 6 %<br />

yang menggunakannya untuk keperluan lain.<br />

Sedangkan jenis usaha penerima bantuan, 40 %<br />

Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) produksi<br />

baik yang menghasilkan produk maupun<br />

jasa (warung, jasa penjahit, bengkel), sisanya<br />

yang 60 % merupakan UMKM Konsumsi (warung<br />

kelontong, pedagang pulsa, wartel). Sementara<br />

rumah tidak layak huni yang direhab, sejak 20<strong>05</strong><br />

hingga 2007 mencapai 10.030 rumah. Dengan total<br />

biaya Rp 4.980.341.400, bersumber dari APBD<br />

Rp 5 juta/rumah, selebihnya merupakan swadaya<br />

masyarakat.**<br />

23


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

Baru 1.600 Tenaga Kerja<br />

Terserap Lewat Bursa<br />

PERTUMBUHAN angkatan kerja di negara<br />

atau kota manapun di dunia akan menimbulkan<br />

persoalan ketenagakerjaan<br />

khususnya yang berkaitan dengan pertumbuhan<br />

angkatan kerja dan ketersediaan lapangan kerja.<br />

Masalah ini merupakan pekerjaan panjang yang<br />

tidak akan pernah selesai. Patah tumbuh hilang<br />

berganti, terserap satu datang seribu. Sangat<br />

tidak seimbang. Daftar pencari kerja dan angka<br />

pengangguran terus bertambah panjang dan<br />

telah menjadi pekerjaan rumah (PR) para<br />

pemimpin negeri, baik presiden, gubernur, walikota,<br />

bupati termasuk <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, mencarikan<br />

solusi penanganannya.<br />

Di Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

saja hingga akhir Oktober <strong>2008</strong> tercatat, tidak<br />

kurang 174.000 pencari kerja menganggur tapi<br />

yang terserap baru 1.600 orang. Angkatan kerja<br />

penganggur ini, kemungkinan bertambah karena<br />

telah ada sejumlah perusahaan, menyatakan kolaps<br />

dan siap bahkan telah melakukan pemutusan<br />

hubungan kerja (PHK). Disnaker memprediksi,<br />

dengan pertumbuhan angkatan kerja 20<br />

persen setahun, penganggur di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

akan menjadi 200.000 lebih.<br />

Untuk menangani persoalan tenaga kerja penganggur,<br />

Pemkot <strong>Bandung</strong> melalui Badan Pemberdayaan<br />

Masyarakat (BPM), Dinas Koperasi<br />

UKM dan Industri Perdagangan (Diskopindag), Dinas<br />

Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), Dinas<br />

Sosial dan Disnaker, telah menyelenggarakan<br />

pelatihan-pelatihan ketrampilan.<br />

”Kami Disnaker kerjasama dengan pengusaha<br />

swasta, PT Nikatsu mengembangkan program<br />

magang selama 2 bulan. Juga dengan Adira Motor<br />

melalui subsidi programnya, akan menyelenggarakan<br />

pelatihan gratis. Lulusan nantinya mendapat<br />

sertifikat dan kesempatan untuk bekerja di<br />

Adira Motor asalkan bersedia ditempatkan diseluruh<br />

wilayah Indonesia. Untuk yang berminat bekerja<br />

di bidang otomotif ini, bisa datang ke Disnaker<br />

Jalan Martanegara,” kata Kepala Disnaker<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, Ir. Hj. Hibarni Andamdewi, M.Si.,<br />

disela kegiatan Bursa Kerja Disnaker, di pusat<br />

perbelanjaan elektronika Be Mall Jln. Naripan<br />

<strong>Bandung</strong>, Rabu (5/11) lalu. Hadir dalam acara<br />

tersbeut Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, H. Dada Rosada,<br />

S.H, M.Si.<br />

Bursa tenaga kerja dilaksanakan 5 s/d 6 November,<br />

mulai pukul 09.00 s.d 17.00. Diikuti 32<br />

perusahaan yang sedang mencari lebih kurang<br />

2.500 tenaga kerja. Di antaranya, Hotel Mitra,<br />

Persaels, PT Multi Plus, PT BCA, PT Primarindo<br />

Asia Infrastruktur Tbk. PT Panasia PT Rajawali<br />

Hiyoto, Bank Internasional Indonesia (BII), Bank<br />

HSBC, Danamon, PT Arta Boga Cemerlang. PT<br />

Naga Mas Mitra Abadi, PT Nuansa Cerah Informasi,<br />

PT Dewa Suteratex, Tribun Jabar.<br />

”Kegiatan bursa tenaga kerja tidak saja dilakukan<br />

Disnaker. Dalam bulan Oktober ini, kita<br />

juga telah menyelenggarakan bursa tenaga kerja<br />

yang dilakukan event organiser. Kami juga kerja<br />

sama dengan lembaga-lembaga pendidikan keterampilan<br />

untuk standarisasi sehingga setiap tenaga<br />

kerja mendapatkan sertifikasi sesuai<br />

keahlian,” tuturnya.<br />

Hibarni mengemukakan, pelatihan khususnya<br />

yang dilakukan SKPD di lingkungan Pemkot <strong>Bandung</strong>,<br />

sekarang telah terkoordinasi agar pelatihan<br />

sesuai standar kerja perusahaan yang memberikan<br />

lowongan kerja. Bukan asal memberikan<br />

pelatihan, tapi pelatihan yang menjurus kearah<br />

skill sehingga pengusaha tidak usah melatih kembali.<br />

Wali kota <strong>Bandung</strong>, H. Dada Rosada mengemukakan,<br />

hendaknya para pencari kerja tidak<br />

terlalu memilih-milih pekerjaan. Usahakan diri<br />

mempunyai keterampilan yang dibutuhkan<br />

pangsa pasar tenaga kerja. ”Saya minta kepada<br />

para pencari kerja, terima kesempatan kerja yang<br />

ada dan jangan terlalu memilih-milih. Terima dan<br />

usaha apa saja yang bisa dilakukan karena kebutuhan<br />

hidup tidak bisa dibendung,” ujarnya.<br />

Dada juga mengingatkan, agar pencari kerja<br />

24


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

waspada jika ada perusahaan yang meminta sejumlah<br />

uang dengan iming-iming pekerjaan yang<br />

menjanjikan. Menurutnya, perusahaan atau pengusaha<br />

pastinya membutuhkan pegawai yang<br />

memiliki ketrampilan, sehat, baik dan punya kemampuan.<br />

Jadi kalau ada perusahaan minta<br />

uang, hati-hati , bohong itu penipuan,”ujarnya.<br />

Meski tenaga kerja yang terserap hanya 1.600<br />

orang, namun dirinya yakin jumlah ini bisa lebih<br />

karena banyak juga yang tidak lapor ke Disnaker.<br />

Namun Pemkot <strong>Bandung</strong> akan terus berupaya<br />

melalui pemantapan 7 program prioritas pembangunannnya,<br />

termasuk program-program pelatihan<br />

di masing SKPD, mengembangkan ekonomi<br />

kerakyatan dengan membantu permodalan usaha<br />

kecil menengah, baik melalui Bawaku Makmur<br />

maupun program kemitraan dengan BUMN,<br />

BUMD dan perbankan.<br />

Wali kota juga menyampaikan apresiasiya kepada<br />

perusahaan yang masih eksis dan tegar dalam<br />

usahanya. Untuk itu ia berpesan kepada, pencari<br />

kerja, setelah menjadi pegawai, turut menjaganya<br />

dengan tidak berbuat yang merugikan perusahaan,<br />

seperti melakukan demo atau tindakan<br />

yang akan merugikan semua pihak baik pekerja<br />

maupun pengusaha. ”Jika ada permasalahan, selesaikan<br />

secara musyawarah,” ujarnya.<br />

Untuk melayanai pencari kerja, Disnaker membuka<br />

Kios Bursa Tenaga Kerja, 1 X 24 jam di kompleks<br />

Balai Latihan Kerja (BLK) Jalan Gatot Subroto<br />

<strong>Bandung</strong>. Ke depan Pemkot juga akan berupaya,<br />

untuk memiliki BLK sendiri karena sampai<br />

saat ini masih gabung ke BLK milik Departemen<br />

Tenaga Kerja.**<br />

25


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

H. Dada Rosada,<br />

“Lapor Jika Ada Warga<br />

Tak Mampu Beli Beras!”<br />

WALI <strong>Kota</strong> Banudng H.Dada Rosada<br />

mengingatkan, selain rumah tempat<br />

berlindung, pakaian untuk menutupi<br />

tubuh, pangan adalah kebutuhan hidup yang<br />

sangat mendasar. ”Tidak ada manusia bertahan<br />

hidup tanpa makan. Sehingga bagi suatu komunitas<br />

yang namanya manusia, baik secara individu,<br />

masyarakat atau bangsa perlu memiliki ketahanan<br />

pangannya. Ketahanan pangan harus dipahami,<br />

bukan hanya diukur dari jumlah produksi<br />

tapi juga banyak ditentukan aspek distribusi<br />

dan tingkat daya beli,” ujarnya.<br />

Persoalannya, masyarakat cenderung memiliki<br />

daya adaptasi rendah terhadap berbagai perubahan<br />

global. Realitanya ketika terjadi krisis financial<br />

atau moneter, kemampuan ekonomi<br />

masyarakat berkurang. Jumlah penduduk miskin<br />

dan angka pengangguran meningkat. Padahal<br />

tanpa krisis pun, kemiskinan dan rawan pangan<br />

bisa terjadi.<br />

Dada menekankan, upaya <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong> menanggulangi kemiskinan, dilakukan<br />

melalui penguatan 7 program prioritas pembangunan,<br />

meningkatkan kualitas pendidikan,<br />

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan<br />

peningkatan kemakmuran melalui program bantuan<br />

wali kota khusus, Bawaku Cerdas, Bawaku<br />

Sehat dan Bawaku Makmur. Bahkan di Tahun<br />

2009, Pemkot <strong>Bandung</strong> juga menyiapkan program<br />

Bawaku Pangan yaitu bantuan pangan<br />

gratis bagi rumah tangga miskin, dan Bawaku<br />

Lansia (lanjut Usia) diantaranya perbaikan rumah<br />

(benah rumah) dan pemberian KTP seumur hidup<br />

gratis.<br />

“Saya minta camat, lurah bersama para RT dan<br />

RW di daerahnya masing-masing, mengembangkan<br />

terus komunikasi sosial dengan baik,<br />

jangan sampai komunikasi terputus dan terlambat,<br />

melaporkan jika ada warganya yang tidak<br />

mampu beli beras, dan meninggal karena kelaparan.<br />

Itu jangan sampai terjadi di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,”<br />

kata Dada ketika membuka acara penyerahan<br />

bantuan pangan langsung dan pelayanan<br />

kesehatan gratis bagi warga <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, bantuan<br />

dari PT Askes, di Kelurahan Gempolsari Kecamatan<br />

<strong>Bandung</strong> Kulon, Kamis (6/11) lalu.<br />

Wali kota juga berharap, bantuan pangan dan<br />

pelayanan kesehatan gratis, juga program-program<br />

bantuan khusus lainnnya, dapat mendorong<br />

tumbuhnya kreativitas, produktivitas dan<br />

26


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

kemandirian masyarakat, sehingga suatu saat<br />

nanti, bukan lagi berperan sebagai penerima bantuan<br />

tetapi akan menjadi pemberi bantuan bagi<br />

orang lain yang memerlukan.<br />

Kepala PT Askes Regional V <strong>Bandung</strong>, dr Edwar<br />

Syah mengemukakan, dalam kegiatan sosial ini,<br />

bantuan pangan yang diberikan sebanyak 250<br />

paket sembako dengan total Rp 190 juta. Sedangkan<br />

untuk pelayanan kesehatan, pihaknya<br />

menyiapkan 180 kupon berobat yang sebelumnya<br />

telah dibagikan kepada masyarakat, namun tidak<br />

menutupi warga lainnya yang memerlukan.<br />

Khususnya untuk pegawai negeri, kata Edwar,<br />

PT Askes juga punya program “Sehat Bersama<br />

Askes”. Untuk pegawai di Pemkot <strong>Bandung</strong>, pihaknya<br />

akan memeriksa secara general check up<br />

3.000 pegawai. Juga Papsmir, pemeriksaan untuk<br />

ibu-ibu pegawai negeri sebanyak 2.000. Membantu<br />

pemeriksaan hepatitis B bagi pegawai-pegawai<br />

di rumah sakit.<br />

Pelayanan kesehatan untuk peserta Askes, mulai<br />

Tahun 2009, PT Askes juga meningkatkan<br />

tarip di rumah sakit, artinya tarip yang berlaku<br />

sejak 2004 s/d <strong>2008</strong>, ditingkatkan. Untuk pengobatan<br />

rawat inap, PNS Golongan I dan II sebelumnya<br />

di Klass III menjadi paling rendah di kelas II.<br />

Untuk PNS Golongan III dan IV meningkatkan<br />

akomodasinya di kelas I yang sebelumnya di kelas<br />

II.<br />

PT Askes sebagai BUMN, juga berkontribusi untuk<br />

meningkatkan usaha kecil dan menengah<br />

(UKM) dalam bentuk program kemitraan, yaitu<br />

bantuan permodalan bagi UKM. Di Tahun <strong>2008</strong>,<br />

disalurkan bantuan sebesar Rp. 590 juta untuk<br />

29 pengusaha kecil, yang besarannya antara Rp<br />

10 juta hingga Rp 30 juta.**<br />

27


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

ALBUMA KOTA<br />

BRAGA FESTIVAL<br />

ANUGERAH PESONA PARIWISATA<br />

PELANTIKAN WALI KOTA BANDUNG<br />

PENANAMAN BABAKAN SILIWANGI<br />

PERESMIAN APARTEMEN PANGHEGAR<br />

28


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

ALBUM KOTA<br />

ANUGERAH ABDI NEGARA<br />

BANDUNG BLOSSOM <strong>2008</strong><br />

JALAN SEHAT ANLENE<br />

IDUL ADHA 1429 H<br />

PENGECATAN KAWASAN BRAGA<br />

29


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

UMK <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

Disepakati Rp 1.044.630,00<br />

BERDASARKAN pengkajian dan survey langsung ke pasarpasar<br />

tradisional, disepakati Kebutuhan Hidup Layak (KHL)<br />

Rp 1.118.687,00. Dari angka ini disepakati Upah Minimu<br />

<strong>Kota</strong> (UMK) <strong>Bandung</strong> Rp 1.044.630,00. Terdapat kenaikan 11,25<br />

% dari UMK sebelumnya tahun <strong>2008</strong> sebesar Rp 939.000,00,<br />

bisa dikatakan suatu kenaikan yang cukup besar.<br />

“Besaran UMK 2009 ini, merupakan kesepakatan antara pekerja<br />

dan buruh yang difasilitasi <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> dalam<br />

hal ini Dinas Tenaga Kerja. Yang pasti, kesepakatan ini,<br />

dilakukan melalui proses yang cukup panjang, sepuluh<br />

kali pertemuan, juga kajian dan survey kebutuhan<br />

hidup layak minimum termasuk<br />

usulan pekerja, juga pertimbangan adanya<br />

inflasi,” kata Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, H. Dada<br />

Rosada, S.H, M.Si., disela kegiatan<br />

workshop revitalisasi kawasan<br />

Tamansari dan Lembah Cikapundung<br />

termasuk Babakan Siliwangi,<br />

di Gedung Indonesia Menggugat,<br />

Jalan Perintis Kemerdekaan <strong>Bandung</strong>,<br />

Rabu (19/11).<br />

Jika dipersentasikan,<br />

angka Rp 1.044.630,00<br />

adalah 93,34 % dari kebutuhan<br />

hidup layak. Keputusan<br />

ini sudah disepakati antara buruh,<br />

pekerja dan Asosiasi Pengusaha Indonesia,<br />

sehingga sudah bisa langsung<br />

dilaksanakan. “Jika pengusahanya<br />

mau dan pekerja menyepakati,<br />

kenapa tidak. Saya harus berpihak<br />

diburuh dan pekerja, juga pengusaha,”<br />

tandasnya.<br />

Sementara itu, Kepala Disnaker<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, Ir. Hj Hibarni Andam<br />

Dewi, M.Si., menggatakan, meski<br />

UMK 2009 sudah disepakati pekerja<br />

dan pengusaha. Jika ternyata kemudian<br />

ada pengusaha yang belum<br />

mampu melaksanakan, kenaikan<br />

UMK bisa ditunda sementara,”<br />

ujarnya.**<br />

30


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

Sekda Larang Aparatnya<br />

Kutip Biaya di Luar Ketentuan<br />

SEKRETARIS Daerah<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, Dr.H.<br />

Edi Siswadi,M.Si.,<br />

mengatakan. aparat kewilayahan<br />

<strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong><br />

(Pemkot) <strong>Bandung</strong>, terutama<br />

yang ada di kecamatan<br />

dan kelurahan, tidak boleh<br />

lagi meminta imbalan sepeserpun<br />

atas jasa pelayanan<br />

kepada masyarakat yang dilayaninya.<br />

Karena Pemkot<br />

<strong>Bandung</strong> telah memberikan<br />

tunjangan tambahan penghasilan<br />

kepada seluruh pegawai<br />

maupun para pejabat<br />

strukturalnya.<br />

”Kewajiban aparat pemerintah<br />

adalah memberikan<br />

pelayanan yang sebaikbaiknya<br />

kepada masyarakat<br />

tanpa diembel-embeli pamrih<br />

lain. Ibaratnya, pelanggan<br />

atau masyarakat itu<br />

adalah raja, aparat adalah<br />

pelayannya. Ironis kalau ada aparat selaku pelayan<br />

memarahi masyarakat sebagai raja. Tapi kalau<br />

masyarakat yang memarahai kita, wajar karena<br />

mereka adalah raja,” kata Sekda dalam kunjungan<br />

kerjanya di Kecamatan Cibiru dan Kecamatan<br />

Panyileukan <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, Kamis (7/11).<br />

Sekda mengajak aparat di kewilayahan, untuk<br />

lebih proaktif lagi mendorong dan meningkatkan<br />

kegiatan pembangunan di wilayahnya masingmasing.<br />

Camat dan lurah beserta jajarannya,<br />

harus bisa menyelesaikan hal-hal teknis di lapangan,<br />

di antaranya perbaikan saluran, gerakan<br />

penghijauan, kebersihan wilayah, penataan trotoar.<br />

”Sebenarnya keseluruhan ini, tidak perlu<br />

oleh wali kota yang harus terjun langsung. Karena<br />

wali kota mempunyai tugas-tugas lain yang sangat<br />

berat, yang menyangkut pada kebijakan<br />

strategis Pemkot <strong>Bandung</strong>,” ujarnya.<br />

Sejalan dengan kebijakan<br />

wali kota, terutama dalam<br />

rangka melanjutkan sekaligus<br />

memantapkan pelaksanaan<br />

7 program prioritas<br />

pembangunan <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

selama 5 tahun ke depan,<br />

baik di sektor pendidikan,<br />

kesehatan, kemakmuran,<br />

lingkungan hidup,<br />

seni budaya dan olah raga<br />

maupun agama, lebih<br />

meningkat lagi. Karena<br />

menurutnya, kebijakan ini<br />

merupakan komitmen kuat<br />

dan kesungguhan Pemkot<br />

<strong>Bandung</strong> dalam upaya<br />

melindungi dan mensejahterakan<br />

warganya.<br />

Di sektor pendidikan, camat<br />

harus mengetahui betul<br />

kalau di wilayahnya<br />

masih ada usia sekolah<br />

yang tidak bersekolah.<br />

Sekaligus bertanggung<br />

jawab, memfasilitasi dan membantunya agar bisa<br />

sekolah.<br />

Di sektor kesehatan dan kemakmuran, camat<br />

dan lurah juga harus terus memantau dan melaksanakan<br />

kebijakan ini, termasuk memberdayakan<br />

masyarakatnya, karena pemkot sudah<br />

menyediakan dana bantuan Bawaku Makmur<br />

untuk pelayanan kesehatan gratis dan Bawaku<br />

Sekolah yang menggratiskan biaya sekolah.<br />

Terkait persoalan lingkungan hidup, Sekda<br />

mengingatkan, terutama pada musim penghujan<br />

sekarang, kembali melakukan gerakan penanaman<br />

pohon baik pelindung maupun produktif,<br />

termasuk melakukan pengayoman dan mengganti<br />

pohon-pohon yang mati. ”Saya prihatin sewaktu<br />

melihat <strong>Bandung</strong> dari udara, ternyata masih<br />

banyak sudut-sudut kota yang belum terhijaukan<br />

dengan baik,” katanya.**<br />

31


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

SOR Gedebage Tampung<br />

38.000 Tempat Duduk<br />

KEINGINAN memiliki sarana olah raga<br />

(SOR) termasuk stadion sepak bola yang<br />

memenuhi standar Badan Liga Indonesia<br />

(BLI) dan FIFA, representatif, bertarap nasional<br />

terlebih internasional, merupakan obsesi <strong>Pemerintah</strong><br />

<strong>Kota</strong> (Pemkot) <strong>Bandung</strong> dan warganya.<br />

Apalagi <strong>Bandung</strong> khususnya dan Jawa Barat, sudah<br />

sangat merindukan dan lama tidak menjadi<br />

tuan rumah penyelenggaraan pesta olah raga<br />

berskala nasional, Pekan Olahraga Nasional<br />

(PON).<br />

Persoalannya, untuk membuat SOR termasuk<br />

stadion sepak bola seperti yang diinginkan, terkendala<br />

dana. Pemkot cukup berat kalau hanya<br />

mengandalkan APBD-nya sehingga diharapkan<br />

bantuan, tidak saja dari <strong>Pemerintah</strong> Provinsi<br />

(Pemprov) Jawa Barat tapi juga <strong>Pemerintah</strong> Pusat<br />

melalui Menpora.<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> sangat bersyukur, meski awalnya<br />

mimpi namun optimistis bisa terwujudkan.<br />

Karena keinginan memiliki SOR termasuk stadion<br />

sepak bola, yang direncanakan <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

akan dibangun di kawasan Gedebage, ternyata juga<br />

merupakan obsesi Pemprov Jabar sehingga<br />

32


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

menyatakan siap bantu. Realisasinya, di tahun<br />

2006, antara Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, H. Dada Rosada<br />

dengan Gubernur Jawa Barat saat itu, H. Danny<br />

Setiawan, menanda tangani nota kesepahaman<br />

(MoU). Satu di antaranya, memuat kewajiban<br />

pembagian pembiayaan, 40 % Pemkot <strong>Bandung</strong><br />

dan 60 % Pemprov Jabar dari total dana yang<br />

dibutuhkan Rp 350 miliar. Namun belakangan,<br />

dana ini di APBD Jabar ditangguhkan, digeser ke<br />

2009 alasan persoalan kesiapan <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

yang belum matang sehingga<br />

khawatir tidak akan terserap.<br />

Berkaitan dengan ini,<br />

Pemkot <strong>Bandung</strong>, berencana<br />

menemui Gubernur<br />

Jabar, H<br />

Akhmad<br />

Heryawan,<br />

untuk menjelaskan<br />

bagaimana dan<br />

seperti apa rancang<br />

bangun stadion<br />

yang direncanakan,<br />

meliputi bentuk, luas, kapasitas<br />

tempat duduk dan pembiayaan<br />

sesuai perhitungan teknis<br />

yang telah dibuat konsultan, status<br />

kepemilikan aset, siapa yang akan mengelolanya<br />

termasuk kemungkinan dilakukannya<br />

perubahan MoU.<br />

”Sebagai langkah pendahuluan saya ke<br />

Pak Gubernur, Sekda <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

menjelaskan ke Sekda Jawa Barat dulu<br />

melakukan pembicaraan. Rencananya<br />

hari ini, tapi Pak Sekda Jabar ke Jakarta,<br />

sehingga terpaksa diundur,” kata<br />

Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, H Dada Rosada,<br />

ketika dikonfirmasi usai Paripurna<br />

DPRD penyampaian Lembaran <strong>Kota</strong><br />

(LK) tentang Dana Hibah, di Ruang<br />

DPRD Koata <strong>Bandung</strong>, Jalan Aceh,<br />

Senin (3/11).<br />

Wali kota menuturkan, dari 3 opsi<br />

yang disodorkan konsultan,<br />

yaitu opsi pertama Rp 623 miliar dengan<br />

38.000 tempat duduk, opsi kedua<br />

Rp 750 miliar dengan 40.000 tempat<br />

duduk, opsi ketiga Rp Rp 1,3 triliun. <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong> realistis melihat kemampuan. Diputuskan<br />

memilih opsi pertama dengan sharing<br />

pembiayaan tetap 40 : 60, sehingga nantinya dari<br />

total rencana Rp 623 miliar, Pemkot <strong>Bandung</strong><br />

harus menyiapkan anggaran sekira Rp 250 miliar.<br />

Dana sebesar ini, kata wali kota, sejalan dengan<br />

perencanaan penganggaran sekaligus pembangunannya<br />

melalui sistem multiyears, sangat memungkinkan.<br />

Tidak akan ada sektor lain yang dikorbankan.<br />

Tidak akan ada korban, karena semua<br />

sudah dialokasikan, semua sudah teranggarkan,”<br />

tuturnya.<br />

Mananggapi kemungkinan<br />

terus naiknya nilai dolar terhadap<br />

rupiah, menurutnya,<br />

pasti ada pengaruhnya. Namun<br />

akan berusaha untuk<br />

banyak menggunakan material<br />

lokal, kecuali yang tidak<br />

ada di dalam negeri, seperti jenis<br />

rumput ataupun komponen<br />

lainnya.<br />

”Atas nama warga <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong>, kita berdoa saja.<br />

Mudah-mudahan ada<br />

kesepakatan, kita<br />

positif thinking saja,”<br />

tegas Dada<br />

sekaligus menjawab<br />

pertanyaan,<br />

jika<br />

Pemprov<br />

Jabar, dalam<br />

hal ini Gubernur<br />

Akhmad<br />

Heryawan<br />

menolak.**<br />

33


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

Perda 20/2002 Pendidikan<br />

Tidak Memadai Lagi<br />

PENDIDIKAN merupakan<br />

ruh dari kemajuan suatu<br />

bangsa. Karenanya, jika<br />

semua bangsa ingin maju,<br />

harus dimulai dari pendidikan.<br />

Maju tidaknya pendidikan,<br />

harus didukung regulasi yang<br />

kuat dan implementatif,<br />

anggaran, parasarana dan<br />

sarana yang memadai, pengawasan<br />

dan pengendalian,<br />

pemberian pelayanan pendidikan<br />

secara optimal, serta<br />

dukungan dari seluruh stakeholder<br />

pendidikan.<br />

Penyelenggaraan pendidikan<br />

di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, sebelumnya<br />

telah diatur dengan Peraturan<br />

Daerah (Perda) <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

Nomor 20/2002. Namun sejalan<br />

dengan perkembangan dan<br />

munculnya berbagai persoalan<br />

yang berkembang di<br />

masyarakat, dinilai sudah tidak<br />

memadai lagi. Untuk itu perlu<br />

disempurnakan agar sesuai<br />

dengan kebijakan baru di<br />

bidang pendidikan dan mampu<br />

menjawab segala persoalan tuntutan<br />

pembangunan.<br />

Untuk itu DPRD <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

berinisiatif membuat Raperda<br />

Penyelenggaraan Pendidikan<br />

yang awal rumusan dan<br />

kegiatan pembahasannya dilakukan<br />

Komisi D DPRD.<br />

Sedangkan mekanismenya sebelum<br />

dibahas di Pansus I,<br />

ditempuh melalui upaya eksplo-<br />

34


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

rasi penghimpunan data dan<br />

fakta tentang penyelenggaraan<br />

pendidikan di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />

studi komparatif penyelenggaraan<br />

pendidikan di daerah<br />

lain, konsultasi ke Depdiknas<br />

dan Depdagri untuk mendapatkan<br />

masukan terkait dengan<br />

peraturan perundang-undangan<br />

pendidikan, workshop, talkshow<br />

di berbagai media elektronik<br />

serta uji publik materi<br />

melalui kegiatan dengar pendapat<br />

dengan seluruh stakeholder<br />

pendidikan yang dihadiri berbagai<br />

elemen masyarakat dengan<br />

kajian dan respon yang sangat<br />

memuaskan.<br />

Hal ini disampaikan Panitia<br />

Khusus (Pansus) I DPRD <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong>, sebagai laporan hasil<br />

kerjanya dalam pembahasan<br />

Raperda Penyelenggaraan Pendidikan<br />

di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> untuk<br />

mendapatkan persetujuan<br />

DPRD menjadi Peraturan Daerah<br />

(Perda). Disampaikan pada<br />

Rapat Paripurna di Gedung<br />

DPRD <strong>Bandung</strong>, Jalan Aceh,<br />

Rabu (12/11) lalu.<br />

Rapat paripurna dipimpin Ketua<br />

DPRD, Drs. H. Husni Muttaqien,<br />

dihadiri 30 orang anggotanya,<br />

Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, H<br />

Dada Rosada SH, MSi dan Wakil<br />

Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> Ayi Vivananda,<br />

SH, para pimpinan SKPD,<br />

camat beserta lurah.<br />

Dalam upaya mengoptimalkan<br />

Raperda ini, Pansus menyampaikan<br />

sejumlah rekomendasi,<br />

di antaranya, Raperda ini harus<br />

segera ditindaklanjuti dengan<br />

Peraturan Wali <strong>Kota</strong> (Perwal) sebagai<br />

petunjuk teknisnya (Juknis),<br />

Pemkot harus segera<br />

menyosialisasikannya kepada<br />

seluruh masyarakat <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

agar bisa diimplementasikan<br />

secara efektif, mempertegas<br />

kembali tanggung<br />

jawab Pemkot <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

dalam mengalokasikan<br />

anggaran, penyelenggaraan wajib<br />

belajar pendidikan dasar dan<br />

tidak memungut biaya apapun<br />

dari masyarakat pada tahun<br />

2009 sesuai amanat Peratuan<br />

<strong>Pemerintah</strong> (PP) Nomor47/<strong>2008</strong><br />

tentang Wajib Belajar.<br />

Warga Negara Indonesia (WNI)<br />

wajib belajar yang orang tua<br />

walinya tidak mampu maka<br />

Pemkot <strong>Bandung</strong> wajib memberikan<br />

bantuan sesuai peraturan<br />

perundang-undangan. Untuk<br />

itu, Pemkot mempersiapkan<br />

rancangan pengalokasian<br />

anggaran disertai data kebutuhan<br />

riil untuk memenuhi kebutuhan<br />

program wajib belajar<br />

minimal pendidikan dasar.<br />

Pemkot bersama DPRD secara<br />

bersama-sama, memikirkan<br />

dan mengupayakan solusi terbaik<br />

kesejahteraan yang layak<br />

bagi tenaga pendidik, khususnya<br />

yang non PNS. Dinas Pendidikan<br />

(Disdik) juga harus<br />

segera menyiapkan pengelolaan<br />

anggaran yang efektif,<br />

transparan dan akuntabel agar<br />

tepat sasaran, serta penegakkan<br />

aturan secara konsisten terhadap<br />

pengelolaan pendidikan<br />

dan pengelolaan anggarannya<br />

pada satuan pendidikan.<br />

Pansus juga minta kepada<br />

pimpinan DPRD dan Pemkot<br />

<strong>Bandung</strong>, untuk segera secara<br />

proaktif memperjelas proporsi<br />

anggaran pendidikan yang akan<br />

dialokasikan dalam APBD <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong> Tahun 2009 yang<br />

bersumber dari APBN dan APBD<br />

Provinsi Jawa Barat.<br />

Selain itu, Pemkot <strong>Bandung</strong><br />

juga diminta untuk segera<br />

melakukan langkah rehabilitasi<br />

bangunan sekolah dan ruang<br />

kelas yang rusak, mengkomunikasikannya<br />

dengan <strong>Pemerintah</strong><br />

Pusat maupun Propinsi sesuai<br />

MoU yang telah dibuat.**<br />

35


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

Ayi Vivananda,<br />

“Sebutan Bangsa Kuli<br />

Jadikan Pemicu Kemandirian”<br />

KARENA sudah disetujui dan ditetapkan<br />

DPRD, meski masih dalam proses evaluasi<br />

<strong>Pemerintah</strong> Provinsi (Pemprov) Jawa<br />

Barat, Rancangan Peraturan Daerah (Raperda)<br />

tentang Pengelolaan Pendidikan di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />

secara umum, dipastikan bakalan menjadi Perda.<br />

Jadi tidak ada salahnya jika disosialisasikan<br />

kepada seluruh stakeholder kependidikan<br />

termasuk para guru<br />

dan kepala sekolah.<br />

Penegasan tersebut dikemukakan<br />

Pelaksana Harian<br />

(Plh) Kepala Dinas Pendidikan<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

Dadang Riadi. “Substansi<br />

materi, urusan yang<br />

menyangkut pengelolaan<br />

pendidikan di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />

telah terakomodasi<br />

dalam peraturan ini. Pengesahan<br />

tinggal menunggu<br />

berupa nomor, dan saat ini<br />

masih dalam proses evaluasi<br />

oleh Provinsi.,”<br />

katanya dalam rapat koordinasi sosialisasi Perda<br />

pengelolaan pendidikan di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />

pengembangan Informasi Teknologi dan Pendataan<br />

pendidikan Tahun <strong>2008</strong>. Sosialisasi<br />

berlangsung di ruang serbaguna SMP Negeri 1<br />

Jalan Kesatriaan <strong>Bandung</strong>, Sabtu (22/11) dihadiri<br />

Wakil Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, Ayi Vivananda,<br />

S.H, perwakilan guru, para kepala sekolah<br />

SD/Mts, SMP/MI, SMA/SMK/MA.<br />

Dadang Riadi menuturkan, pendataan pendidikan<br />

meliputi pendataan siswa, sekolah,<br />

pendidik dan tenaga kependidikan. “Sejak<br />

Tahun 2007 s.d <strong>2008</strong>, Alhamdulillah di atas<br />

90 persen, siswa di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> dari<br />

tingkat SD, SMP, SMA, SMK, MI, MTs dan<br />

MA semua sudah memiliki nomor induk<br />

siswa nasional atau NISN. Pendataan penting<br />

karena semua siswa masuk dalam data<br />

base.yang terpusat dalam program Jardiknas<br />

Depdiknas di Jakarta,” jelasnya.<br />

Terkait pendataan sekolah,<br />

Dadang mengemukakan,<br />

hampir<br />

99 % guru sekolah<br />

di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

telah<br />

memiliki<br />

nomor<br />

pokok<br />

sekolah<br />

nasional<br />

36


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

(NPSN). Setiap guru mendapat identitas nomor<br />

unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK).<br />

Semua tenaga pendidikan atau tenaga kependidikan,<br />

baik yang berstatus PNS maupun honorer,<br />

wajib memiliki NUPTK. Sebagai identitas<br />

dalam melaksanakan tugasnya.<br />

Terkait bantuan dana pendidikan, sejak 2007<br />

hingga <strong>2008</strong>, lanjut Dadang, seluruh siswa yang<br />

orang tuanya kurang mampu, yaitu sebanyak<br />

67.250 siswa telah mendapatkan Bantuan Wali<br />

<strong>Kota</strong> Khusus (Bawaku) yang dibiayai APBD <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong>. “Secara efektif, Dinas Pendidikan juga<br />

telah<br />

menyalurkan<br />

bantuan untuk<br />

program Sekolah<br />

Gratis kepada<br />

325 sekolah.termasuk<br />

pengawasan<br />

dan<br />

pengendalian pemanfaatannya.<br />

Setiap sekolah<br />

yang menerima<br />

Bawaku, wajib<br />

menyampaikan<br />

laporannya,” paparnya.<br />

Sementara itu<br />

dalam sambutannya,<br />

Wakil<br />

Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

Ayi Vivananda<br />

mengemukakan,<br />

guru<br />

adalah pendidik sekaligus orang tua siswa yang<br />

memberikan pelajaran dan pembelajaran. Tugas<br />

berat yang diembannya, tidak hanya memberikan<br />

ilmu pengetahuan tapi juga keteladanan dan<br />

mendorong semangat siswa untuk mandiri. Karena<br />

angka kelulusan setiap tahun, ikut berkontribusi<br />

menambah deretan tenaga kerja penganggur.<br />

Lembaga sekolah terutama di tingkat lanjutan<br />

atas, kata Ayi, perlunya mengembangkan kerjasama<br />

dengan perusahaan dalam bentuk program<br />

magang. Pola ini menurutnya, akan memberikan<br />

kematangan keterampilan siswa. Juga<br />

pentingnya pembinaan jiwa kewirausahaan dan<br />

kewiraswastaan.<br />

“Pandangan dulu di zaman Belanda, bahwa<br />

bangsa Indonesia adalah bangsa kuli, dan kulinya<br />

bangsa-bangsa, adalah sebuah renungan sekaligus<br />

harus menjadi pemicu tumbuhnya kemandirian.<br />

Karena realitanya, tidak didalam terlebih<br />

di luar negeri, anak bangsa saat ini masih<br />

menjadi pekerja di perusahaan milik bangsa asing,<br />

diantaranya menjadi TKI atau TKW dengan<br />

cerita derita,” ungkap Ayi.<br />

Berdasarkan amanat Undang Undang Dasar<br />

1945, dikatakannya, diantara tugas pokok pemerintah<br />

melindungi rakyatnya, adalah memajukan<br />

kesejahteraan<br />

umum dan<br />

mencerdaskan<br />

kehidupan<br />

bangsa. Konsistensi<br />

Pemkot<br />

<strong>Bandung</strong> terkait<br />

tugas ini, menurutnya,<br />

telah dijabarkan<br />

dalam<br />

misi 7 program<br />

perioritas pembangunan<br />

yang<br />

meliputi peningkatan<br />

kualitas<br />

pendidikan, kemakmuran,<br />

kesehatan,<br />

lingkungan<br />

hidup, olah<br />

raga, seni budaya<br />

dan agama.<br />

Pemkot <strong>Bandung</strong><br />

sangat<br />

menyadari, peran pentingnya sekolah, pendidikan<br />

dan tenaga kependidikan dalam menyiapkan<br />

SDM <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> berkualitas sehingga<br />

segera dibuat Perda pendidikan. Di antara subtansinya<br />

yang dianggap paling penting, disebutkan<br />

Ayi, yaitu bahwa buku pendidikan diupayakan<br />

berlaku 5 tahun.. <strong>Pemerintah</strong> Daerah juga<br />

dimungkinkan memberikan dana hibah kepada<br />

penulis buku pelajaran. Hak ciptanya dibeli<br />

dan bisa diperbanayak Pemkot.<br />

“Kalau Undang Undang mensyaratkan anggaran<br />

pendidikan 20 %, sebenarnya bagi kota <strong>Bandung</strong>,<br />

secara keseluruhan anggaran pendidikan itu, sudah<br />

berkisar tigapuluhlima persen atau sekitar delapanratus<br />

duapuluh sembilan miliar rupiah.**<br />

37


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

<strong>Bandung</strong> Creative City<br />

Upaya Pemkot <strong>Bandung</strong> Merangkul<br />

Komunitas Industri Kreatif<br />

PERKEMBANGAN industri kreatif di <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong> menunjukkan kemajuan yang<br />

menggembirakan. Bahkan keberadaan komunitas<br />

industri kreatif tersebut belakangan<br />

mendapat pengakuan dari dunia internasional,<br />

ditandai dengan dideklarasikannya <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

sebagai salah satu pilot project<br />

kota kreatif di Asia Timur, Tahun<br />

2007 lalu. Fenomena ini kemudian<br />

ditangkap <strong>Pemerintah</strong><br />

<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> sebagai sebuah<br />

potensi dan keunggulan lain<br />

dari <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> yang<br />

harus mendapatkan garapan<br />

dan dukungan lebih serius,<br />

dalam rangka mendukung perwujudan<br />

visi <strong>Bandung</strong> sebagai<br />

<strong>Kota</strong> Jasa yang Bermartabat.<br />

Bagaimana latar<br />

belakang, potensi<br />

dan keunggulan<br />

industri kreatif<br />

di <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong><br />

Sejauh<br />

mana<br />

dukungan yang diberikan <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

kepada para pelaku industri kreatif, serta<br />

apa saja kendala yang dihadapi Berikut ini cuplikan<br />

hasil wawancara Wartawati <strong>Swara</strong> <strong>Bina</strong> <strong>Kota</strong>,<br />

Yuyun Yuhaemi dengan Kepala Bagian<br />

Perekonomian <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, Drs. Ema Sumarna,<br />

beberapa waktu lalu.<br />

Tanya : <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> baru-baru ini dinobatkan<br />

sebagai salah satu kota kreatif di Asia Timur. Bisa<br />

Bapak ceritakan latar belakang dan kapan persisnya<br />

itu.<br />

Jawab : Kapannya tidak tahu persis. Tetapi<br />

kreativitas masyarakat <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> konon sudah<br />

diketahui masyarakat lokal, regional bahkan<br />

internasional sejak puluhan tahun lalu. Bahkan<br />

sejak 1970, <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> dikenal dengan kelebihan<br />

kreativitas sumber daya manusianya. Ini<br />

sangat masuk akal sebab perguruan<br />

tinggi terkemuka di Indonesia ada<br />

di <strong>Bandung</strong>, misalnya ITB dan<br />

Unpad. Kalau saya boleh<br />

mengklaim, <strong>Bandung</strong> pun<br />

tidak kalah jika mendapatkan<br />

sebutan sebagai<br />

<strong>Kota</strong> Pendidikan,<br />

dan ini memberi<br />

dukun-<br />

38


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

gan sangat besar atas keberhasilan<br />

yang dicapai <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />

khususnya di bidang<br />

pengembangan kreativitas<br />

masyarakatnya. Secara formal,<br />

<strong>Bandung</strong> dikenal sebagai kota<br />

kreatif adalah pada saat ada<br />

pertemuan komunitas kreatif di<br />

<strong>Kota</strong> Yokohama, Jepang, 27 juli<br />

2007, dideklarasaikan <strong>Bandung</strong><br />

sebagai pilot projek kota<br />

industri kreatif di kawasan Asia<br />

Timur.<br />

Tanya : Pengakuan ini membuktikan<br />

apa<br />

Jawab : Nah ini ‘kan sudah<br />

ada pengakuan dari dunia internasional,<br />

dan memang saat ini<br />

bisnis dunia kreatif membutuhkan<br />

daya dukung Information,<br />

Communication and Technology<br />

(ICT), dan memang komunitas<br />

ekonomi kreatif berbasis<br />

teknologi yang ada di <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong> sudah sangat luar biasa.<br />

(Ema menganalogikan kondisi<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> ke depan<br />

dengan sebuah kota di Amerika<br />

yang dikenal dengan Silicon valley-nya),<br />

karena itu, tidak<br />

menutup kemungkinan jika<br />

nanti di <strong>Bandung</strong> akan dibangun<br />

<strong>Bandung</strong> High-tech valley,<br />

atau Lembah <strong>Bandung</strong> yang diisi<br />

oleh komunitas ekonomi<br />

yang didukung oleh ICT yang<br />

tinggi.<br />

Tanya : Jadi potensi SDM ini<br />

bisa menjadi kekuatan bagi <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong> di tengah terbatasnya<br />

sumber daya alam<br />

Jawab : Ya. Kalau orang membicarakan<br />

<strong>Bandung</strong>, maka<br />

orang tidak akan membicarakan<br />

sumber daya alam, karena memang<br />

kita sangat minim (SDA,<br />

red). Tetapi kalau berbicara<br />

<strong>Bandung</strong>, pasti akan sangat tertarik<br />

dengan kekayaan intelektual<br />

kita, sumber daya manusianya,<br />

karena alasan tadi. Terus<br />

terang ini menjadi sebuah iklim<br />

dan sudah sedemikian mendukung,<br />

termasuk imej yang sudah<br />

ada.<br />

Tanya : Selain ke pengembangan<br />

industri kreatif dan ekonomi<br />

kerakyatan, akan diarahkan ke<br />

mana Dan sudah sejauh mana<br />

Jawab : Kalau dari perspektif<br />

39


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

kebijakan, saya pikir Pemkot<br />

<strong>Bandung</strong> sudah masuk fase aktualisasi.<br />

Kita baca di RPJP bahkan<br />

turunannya yang akan dilegalkan<br />

menjadi sebuah perda,<br />

salah satu inti pola pembangunan<br />

adalah mewujudkan <strong>Bandung</strong><br />

sebagai kota yang berkekuatan<br />

atau bertumpu pada<br />

pengembangan ekonomi kreatif.<br />

Ini artinya, semua hard ware<br />

dan soft ware yang ada di kita,<br />

harus bisa mendukung. Kita optimis,<br />

karena komunitas-komunitas<br />

masyarakat, ‘tidak dibentuk<br />

pun’, mereka sudah terbentuk<br />

dengan sendirinya, contohnya<br />

saja BCCF (<strong>Bandung</strong> Creative<br />

City Forum), BHTV (<strong>Bandung</strong><br />

High Tech Valley). Ada juga<br />

Common Room Networks Foundation,<br />

yang berisi komunitas<br />

orang-orang kreatif <strong>Bandung</strong>,<br />

tujuannya agar <strong>Bandung</strong> tetap<br />

leading dibandingkan kota lain.<br />

Tanya : Ekonomi kreatif, aspek-aspek<br />

apa saja yang sudah<br />

dimiliki <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

Jawab : Ada tiga aspek, pertama<br />

talent atau bakat SDM. Di<br />

<strong>Bandung</strong> sangat berlimpah,<br />

potensinya banyak, karena sudah<br />

terbangun imaje bahwa <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong> adalah pusatnya<br />

orang mengenyam<br />

pendidikan.Kedua, toleran,<br />

masyarakat kita sangat apresiatif<br />

soal gagasan atau ide, dalam<br />

bentuk apa pun, tentunya<br />

dalam konteks positif. Jadi<br />

masyarakat <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> sebetulnya<br />

selain dikenal dengan<br />

keramahtamahannya, juga<br />

memiliki toleransi yang tinggi.<br />

Sehingga bisa menghargai setiap<br />

ide apakah itu dituangkan<br />

dalam bentuk pemikiran,<br />

tulisan, atau karya apa pun,<br />

baik di dunia musik, fashion,<br />

percetakan, kerajinan, atau<br />

teknologi lainnya. Dan ketiga,<br />

aspek teknologi. Kalau produkproduk<br />

ekonomi sudah<br />

didukung teknologi yang tinggi,<br />

saya pikir daya saing itu tinggal<br />

memetik saja.<br />

Tanya : Sebagai kota kreatif,<br />

potensi mana saja yang dimiliki<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>.<br />

Jawab : Ada 10 kekuatan industri<br />

kreatif di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

yang saat ini diunggulkan. Yaitu<br />

potensi di bidang periklanan, arsitek,<br />

seni (kerajnan/craf ), fashion<br />

dan desain, musik dan film,<br />

riset dan pengembangan, kuliner,<br />

seni pertunjukan, dan<br />

games. Ini menjadi kekuatan kita<br />

dan sudah diakui oleh dunia<br />

internasional. Persoalannya<br />

sekarang, unsur tiga pilar yang<br />

ada, yaitu pemerintah,<br />

masyarakat dan kalangan dunia<br />

usaha belum bersinergi secara<br />

optimal.Sekarang ini kita terus<br />

mencoba memaksimalkan sinergitas<br />

ketiga unsur tersebut.<br />

Tanya : Apakah hal Itu menjadi<br />

kendala<br />

Jawab : Awalnya saya tidak<br />

berbicara kendala, tetapi<br />

berbicara optimal dan belum optimalnya<br />

saja. Kalau dulu ’kan<br />

seolah-olah pemerintah berjalan<br />

sendiri, sibuk dengan program<br />

dan kegiatannya. Mungkin, itu<br />

pun kurang sejalan dengan apa<br />

yang diharapkan masyarakat.<br />

Kemudian kalangan pebisnis,<br />

mereka berjalan sendiri,<br />

asalkan bisa melaksanakan aktivitas<br />

usahanya dan memperoleh<br />

profit sesuai yang diinginkan,<br />

tanpa memperhatikan<br />

apa yang menjadi main stream<br />

40


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

tujuan pembangunan. Dan ketiga,<br />

yang bisa dikatakan sangat<br />

jarang, yaitu pemerintah<br />

melakukan kerjasama, konsultasi<br />

dan komunikasi dengan<br />

kalangan akademisi. Padahal,<br />

ini adalah kekuatan sumber<br />

daya atau potensi yang sangat<br />

luar biasa yang harus segera kita<br />

rangkul sebab kita punya visi<br />

yang sama untuk mewujudkan<br />

kesejahteraan masyarakat.<br />

Tanya : Berkaitan dengan 10<br />

keunggulan <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> tadi,<br />

apakah sudah bisa dikatakan<br />

merata di seluruh wilayah <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong><br />

Jawab : Tentunya tidak semua<br />

ada sebab masing-masing<br />

wilayah memiliki keunggulan<br />

tersendiri. Tetapi jika mengupas<br />

potensi keunggulan setiap<br />

wilayah, lihat data sekundernya.<br />

Misalnya di kecamatan<br />

ini, apa kekuatanya, kita punya<br />

datanya masing-masing.<br />

Walaupun dari ke-30 kecamatan<br />

tersebut, hanya 14 kecamatan<br />

yang bisa menggambarkan<br />

keunggulan, keunikan<br />

dan potensi yang sangat menonjol,<br />

meski di masing-masing kecamatan<br />

tentu punya keunggulan<br />

masing-masing, apakah itu<br />

dari aspek makanannya,<br />

kreativitasnya, dan lain sebagainya.<br />

Tanya : Dari data yang ada,<br />

akan diarahkan ke mana Lalu<br />

pengembangannya<br />

Jawab : Saya mimpinya begini,<br />

kalau saya mencoba mengadopsi<br />

negara berkembang<br />

seperti China, yang menggunakan<br />

pendekatan kekuatan<br />

wilayah. Misalnya ketika<br />

berbicara Beijing, apa kekhasannya,<br />

Beijing harus menjadi<br />

kota perdagangan, kota<br />

yang benar-benar menunjukkan<br />

kekuatan infrastruktur sebagai<br />

kota modern, dan semua itu<br />

didukung karena memang negaranya<br />

sangat kaya. (Ema lalu<br />

menyebut cadangan devisa China<br />

saat ini berada di atas 2 triliun<br />

dolar AS). Begitu pula dengan<br />

Nanning, Provinsi Guang<br />

Zhi, yang diarahkan sebagai kota<br />

penyelenggaraan even internasional.<br />

Dalam China Asia Expo,<br />

baru-baru ini, kita bisa melihat<br />

bagaimana mereka ingin<br />

melakukan kemitraan pola dagang,<br />

dan itu dilakukan dengan<br />

negara-negara Asean, termasuk<br />

Indonesia. <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

sendiri ditunjuk sebagai salah<br />

satu City of charm (<strong>Kota</strong><br />

Menarik, red), yang diberikan<br />

kepercayaan untuk bisa<br />

mengeksplorasi daya tarik<br />

kotanya dengan didukung<br />

kekuatan informasi, komunikasi<br />

dan teknologi. Hal ini bisa<br />

menjadi pembelajaran bagi kita.<br />

Tanya : Bercermin dari Negara<br />

China tadi, potensi pengembangan<br />

<strong>Bandung</strong> sebagai kota kreatif<br />

tampaknya memberi prospek<br />

bagus bagi perwujudan visi <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong> sebagai <strong>Kota</strong> Jasa<br />

yang Bermartabat. Sampai sejauh<br />

ini, apakah ada kendala<br />

dalam pengembangannya.<br />

Jawab : Kendala itu ada.<br />

Dari dua komunitas, BCCF dan<br />

BHTV misalnya, kita ingin<br />

mendorong <strong>Bandung</strong> agar<br />

menjadi sebuah ‘planet’ yang<br />

diisi komunitas-komunitas<br />

kreatif yang berbasis kepada<br />

ekonomi ber-IT tinggi. Ini berarti,<br />

kita harus menciptakan<br />

kota metropolis, sehingga se-<br />

41


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

mua perangkat yang ada diperuntukkan<br />

bagi kepentingan<br />

umum, semua bersifat free<br />

services. (Ema kemudian mencontohkan,<br />

dimana mayarakat<br />

bisa mengakses internet di<br />

taman-taman, penyediaan billboard<br />

untuk memberikan<br />

layanan informasi kebutuhan<br />

bahan pokok, menjadikan<br />

Alun-alun <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> sebagai<br />

pusat layanan informasi,<br />

memberi kemudahan<br />

pelayanan perizinan, hingga<br />

penerapan paper less baik di<br />

lembaga pemerintahan<br />

maupun swasta).<br />

Kemudian ada gagasan untuk<br />

pembuatan bangunan publik<br />

berkualitas yang memberikan<br />

ruang bagi peningkatan ekspresi<br />

seni. Mereka siap tidak dibayar<br />

asalkan disediakan tempat<br />

dan dipermudah dalam hal perizinan.<br />

Kalau sudah begitu,<br />

seperti air yang mengalir, akan<br />

lahir inspirasi-inspirasi yang<br />

akan kita tangkap sebagai fasilitator<br />

dan penyusun regulator.<br />

Ide lain, adanya public art sebagai<br />

wadah bagi karya-karya<br />

seni, penataan pedestrian, termasuk<br />

mengubah gaya hidup<br />

konsumerisme menjadi lebih<br />

produktif dan sehat. Mimpi ini<br />

penting, sebagaimana falsafah<br />

Sunda, ngalamun heula lah<br />

baru ngalaman, ini pun sama.<br />

Kenapa dalam manajemen modern<br />

harus ada visi, visi itu ’kan<br />

lamunan, sesuatu yang ingin kita<br />

capai, yang tentunya harus<br />

didukung dengan keseriusan,<br />

konsistensi, kerja keras,<br />

berpikir, kemauan yang kuat.<br />

Mereka juga menginginkan<br />

adanya keragaman festival<br />

seperti Helar Fest, sehingga semua<br />

komunitas kreatif<br />

berkumpul mengaktualisasikan<br />

diri yang dikemas dalam even<br />

yang sifatnya simultan. Saya<br />

bahkan berpikir, kenapa tidak<br />

Januari hingga Desember, <strong>Bandung</strong><br />

punya ciri. Misalnya Januari<br />

kita ada karnaval bunga,<br />

Februari ada even kuliner <strong>Bandung</strong>,<br />

dan seterusnya hingga<br />

Desember. Kenapa tidak, ada<br />

satu bulan khusus bagi penyelenggaraan<br />

pameran yang<br />

bernuansa Islami, atau<br />

menggambarkan kehidupan<br />

keagamaan di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />

itu bisa kita kemas dan tidak<br />

sulit. Termasuk pula upaya revitalisasi<br />

Sungai Cikapundung,<br />

sehingga bisa bernilai wisata<br />

dan <strong>Bandung</strong> benar-benar menjadi<br />

home town.<br />

Tanya : Bagaimana sikap<br />

Pemkot <strong>Bandung</strong><br />

Jawab : Ini baru usulan. Nantinya<br />

akan kita pilah, mana<br />

yang bisa diselenggarakan<br />

dalam jangka pendek, mana<br />

yang masih memerlukan kajian,<br />

telaahan, dan bentuk konstruksi<br />

kerjasama yang harus<br />

dilakukan. Yang pasti, kita sudah<br />

membentuk Forum Pemasaran<br />

<strong>Kota</strong>, sehingga kita<br />

punya mitra dari kalangan pebisnis<br />

dan perguruan tinggi<br />

yang akan bersama-sama menemukan<br />

srategi paten yang bisa<br />

mendorong pemasaran kota<br />

dengan beberapa tolok ukurnya,<br />

yaitu keberhasilan dalam<br />

tingkat life ebilitasnya, visitabilitasnya,<br />

atau bagaimana kita<br />

mendorong keberlangsungan<br />

kehidupan ekonomi (economic<br />

sustainability), sosial atau social<br />

suistainability, dan lingkungan<br />

atau environment suistainability.<br />

42


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

Tanya : Perwujudan konkretnya<br />

sudah sampai dimana<br />

Apakah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> berencana<br />

untuk menghimpunnya<br />

dalam satu wadah, mengingat<br />

sampai saat ini komunitas yang<br />

ada terkesan masih berjalan<br />

sendiri-sendiri<br />

Jawab : Di bidang lingkungan<br />

hidup, misalnya. Melalui<br />

program <strong>Bandung</strong> Hijau, kita<br />

ingin terus menciptakan daya<br />

dukung lingkungan yang menunjang<br />

kenyamanan dan<br />

keindahan kota. Memang saat<br />

ini komunitas yang ada masih<br />

berdiri sendiri-sendri, meski<br />

pun kegiatan yang dilakukan<br />

sudah saling terkoneksi. Tetapi<br />

dalam waktu dekat, kita akan<br />

bentuk sebuah wadah khusus<br />

yang akan menghimpun seluruh<br />

potensi komunitas kreatif<br />

yang ada di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>.<br />

Tanya : Apakah sudah ada<br />

kerjasama dengan pihak luar<br />

Jawab : Momentum kerjasama<br />

dalam Sister City harus<br />

dapat kita dorong, agar sister<br />

city tidak hanya cukup dengan<br />

saling berkunjung, tetapi ada<br />

manfaat nyata yang diberikan.<br />

Misalnya, melalui pertukaran<br />

budaya, pendidikan, atau kerjasama<br />

ekonomi yang lebih luas<br />

lagi. Sudah saatnya bagi kita<br />

untuk merreduksi hal-hal yang<br />

sifatnya seremonial, untuk kemudian<br />

diisi dengan hal produktif<br />

dan inovatif yang memberikan<br />

manfaat bagi kedua kota<br />

tersebut.<br />

Selain itu, merubah mind set<br />

juga harus segera dilakukan. Kita<br />

tidak boleh lagi terjebak dengan<br />

yang sifatnya terlalu rutin,<br />

karena ide dan inovasi setiap detik<br />

berkembang dan sangat<br />

dibutuhkan bagi perkembangan<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> ke depan.<br />

Tanya : Kerjasama lain selain<br />

sister city<br />

Jawab : Saya pikir belum terinventarisasi<br />

secara maksimal.<br />

Tapi inovasi dan kreativitas<br />

masyarakat kita sudah sangat<br />

luar biasa. Dan itu menjadi<br />

modal dasar. Tinggal bagaimana<br />

kita menghimpunnya sehingga<br />

menjadi kekuatan yang bisa<br />

terkendali, termonitor dan terintegrasikan.<br />

Tanya : Bagaimana kaitan<br />

peran komunitas industri kreatif<br />

bagi pencapaian visi <strong>Kota</strong> bandung<br />

dan pelaksanaan tujuh<br />

program prioritas pembangunan<br />

Jawab : Potensi kreativitas ini<br />

memberi dampak besar terhadap<br />

pelaksanaan target 7 program<br />

prioritas. Karena dampak<br />

yang diberikan tidak hanya pada<br />

peningkatan aspek ekonomi,<br />

tetapi juga pendidikan, sosial,<br />

lingkungan hidup, politik dan<br />

lainnya. Politik tidak selalu diartikan<br />

sempit berbicara masalah<br />

orientasi kekuasaan. Tetapi<br />

bagaimana politik mampu<br />

melakukan revitalisasi kebjakan<br />

yang berpihak kepada<br />

masyarakat, yang promasarakat.<br />

Sedangkan visi,<br />

saya kira visi kota jasa<br />

bermartabat itu core bisnisnya<br />

ekonomi. Jasa itu bagian dari<br />

aktivitas ekonomi. Jadi otomatis<br />

apabila ekonomi terus didorong<br />

untuk bisa berkorelasi dengan<br />

aspek-aspek yang tadi saya sebutkan,<br />

otomatis secara langsung<br />

maupun tidak langsung<br />

akan menunjang visi dan pelaksanaan<br />

tujuh program prioritas.<br />

(yun)**<br />

43


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

Ketua Common Room Network Foundation, Gustaff H. Iskandar,<br />

Mimpikan <strong>Bandung</strong><br />

Punya Gedung Kesenian<br />

M<br />

ESKI mengaku sempat kaget dengan apresiasi<br />

dan dukungan yang diberikan <strong>Pemerintah</strong><br />

<strong>Kota</strong> (Pemkot) <strong>Bandung</strong> terhadap<br />

perkembangan industri keatif dewasa ini, Gustaff<br />

H. Iskandar merasa senang, karena ternyata momentum<br />

tersebut menjadi titik tolak terciptanya<br />

hubungan kerjasama yang lebih baik antara<br />

Pemkot <strong>Bandung</strong> dengan para pelaku industri kreatif<br />

yang selama ini seolah berjalan sendiri.<br />

“Saya kaget juga, karena waktu itu ada stereotype<br />

yang berkembang bahwa kerjasama dengan<br />

pemerintah itu repot, kerjasama dengan pemerintah<br />

itu begini begitu. Tetapi pada pelaksanaannya, ternyata<br />

stigma itu kelihatannya secara perlahan berubah.<br />

Ini kemajuan, dan bisa dikarenakan ada perubahan<br />

internal juga, meski pun saya melihat masih ada beberapa<br />

persoalan yang sifatnya administratif dan<br />

birokratis yang agak-agak sulit ditembus. Tapi<br />

seiring dengan perkembangan dan perubahan<br />

yang berjalan, lama kelamaan pasti<br />

akan berubah,” ungkap Ketua Common<br />

Room Networks Foundation, beberapa<br />

waktu lalu, di kantornya yang<br />

kental dengan nuansa nyeni di<br />

kawasan Jalan Kyai Gede<br />

<strong>Bandung</strong>.<br />

Rupanya, pengalaman<br />

kerjasama pada<br />

tahun 2007 tersebut<br />

menjadi pintu masuk<br />

bagi terjalinnya<br />

kerjasama<br />

yang lebih intens<br />

antara Pemkot <strong>Bandung</strong><br />

dengan sejumlah<br />

komunitas kreatif di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />

termasuk Common Room<br />

Networks Foundation dan <strong>Bandung</strong><br />

Creative City Forum (BC-<br />

CF). Penyelenggaraan Helar<br />

Fest <strong>2008</strong> lalu, bahkan dinilai<br />

44


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

Gustaff sebagai salah satu contoh ideal,<br />

bagaimana komunitas masyarakat sipil bisa<br />

langsung berinteraksi dan bekerjasama dengan<br />

pemeritah kota untuk mengeksplorasi dan<br />

mengembangkan potensi warga secara maksimal.<br />

Menurut pria kelahiran Sukabumi 34 silam<br />

tersebut, salah satu catatan penting adalah,<br />

setelah momentum Helar fest <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> semakin<br />

mendapat<br />

perhatian<br />

dari<br />

banyak pihak,<br />

bukan<br />

hanya komunitas<br />

masyarakat<br />

lokal di <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong>,<br />

tetapi juga<br />

kota-kota internasional.<br />

“Itu hal<br />

yang membanggakan.<br />

Bahkan di beberapa<br />

headline<br />

koran nasional,<br />

<strong>Bandung</strong><br />

masih<br />

menjadi tren.<br />

Jadi sebetulnya<br />

<strong>Bandung</strong><br />

berhasil<br />

membangun<br />

reputasi baru<br />

dan saya<br />

pikir salah<br />

satu kontribusi<br />

penting adalah ketika <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong><br />

bekerjasama langsung dengan masyarakat, “<br />

ujar istri dari Reyna Wulansari ini.<br />

Oleh karena itu, meski menilai sedikit terlambat,<br />

Gustaff berharap perhatian Pemkot terhadap<br />

perkembangan industri kreatif di <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong> tidak berhenti pada membantu penyelenggaraan<br />

even-even kreatif, tetapi lebih luas<br />

lagi, mengeluarkan kebijakan khusus yang dapat<br />

menjamin terwujudnya kebebasan pengembangan<br />

kreativitas di kalangan masyarakat,<br />

dengan memperhatikan keberagaman budaya<br />

bangsa yang ada saat ini. “Dengan begitu kebijakan<br />

yang dikeluarkan berlaku lebih universal<br />

dan tidak boleh mewakili kepentingan kelompok<br />

tententu,” ujarnya.<br />

Selain itu, Gustaff dan seluruh rekannya<br />

mengimpikan <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> memiliki gedung<br />

pertunjukan seni dan budaya yang representatif,<br />

sebab gedung pertunjukan yang ada saat ini jauh<br />

dari harapan,<br />

PENAMPILAN kreasi<br />

salah satu peserta pada<br />

acara Sabuga Jazz Fest<br />

(Foto Dok. BCCF).<br />

bahkan bisa<br />

dikatakan<br />

sangat<br />

menyedihkan.<br />

”Upaya ini<br />

harus dilihat<br />

sebagai peluang<br />

untuk<br />

menghilangkan<br />

stigma<br />

negatif<br />

tentang pemerintah.<br />

Karena<br />

pengembangan<br />

industri<br />

kreatif berkaitan<br />

erat dengan<br />

reputasi<br />

<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />

baik di<br />

mata publik<br />

lokal, regional<br />

hingga internasional.<br />

Apalagi <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong><br />

telah menjadi<br />

salah satu pilot<br />

project kota kreatif di Asia Timur,” ujarnya.<br />

Gustaff juga berharap pemerintah untuk lebih<br />

memperhatikan nasib para pelaku seni kreatif,<br />

karena sesungguhnya yang membuat mereka<br />

bertahan hingga kini tidak lebih karena rasa<br />

kecintaan kepada seni yang luar biasa dalam.<br />

“Kalau dari sisi finansial, mereka tidak dapat<br />

apa-apa. Padahal kalau mau dilihat, mereka<br />

tidak kaya-kaya amat, bahkan ada yang hidup<br />

sebagai tukang sablon, dan pekerjaan lain<br />

sekadar untuk bertahan hidup. (yun)**<br />

45


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

Project Officer Learning & Creativity British Council, Endro Catur<br />

“Sebagai <strong>Kota</strong> Kreatif,<br />

Kekuatan <strong>Bandung</strong> Ada<br />

pada Faktor Manusianya”<br />

SALAH satu project officer<br />

yang menangani proyek <strong>Kota</strong> Kreatif.<br />

Bergabung dengan British Council<br />

sejak tahun 20<strong>05</strong>, kelahiran Jakarta<br />

10 Mei 1977 ini, berharap agar<br />

<strong>Bandung</strong> dapat terus tumbuh<br />

sebagai kota kreatif tidak hanya<br />

pada skala nasional, namun juga<br />

internasional. Berikut cuplikan<br />

wawancara Hana Ganrina<br />

dari SBK di Hotel Imperium<br />

beberapa waktu lalu.<br />

46


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

Tanya: Sebenarnya keterlibatan British<br />

Council dalam Proyek <strong>Bandung</strong> kreatif ini<br />

awal mulanya bagaimana<br />

Jawab: British Council memulai proyek di<br />

bidang industri kreatif pada tahun 20<strong>05</strong>.<br />

Awalnya, karena isu mengenai industri kreatif<br />

masih baru dan belum banyak pihak di<br />

Indonesia yang tahu, kami mulai memperkenalkan<br />

isu ini dengan cara mengidentifikasi<br />

siapa saja pelaku di industri ini<br />

melalui program International Young Creative<br />

Enterpreneur (IYCE) of the Year.<br />

Kompetisi ini mengidentifikasi wirausahawan<br />

muda Indonesia di bidang kreatif<br />

yang diselenggarakan sejak 2006 dan kami<br />

berkomitmen akan melaksanakannya sampai<br />

tahun 2011. Kompetisi ini pun sifatnya<br />

global dimana pemenang nasional (salah<br />

satunya dari Indonesia) akan ikut berkompetisi<br />

dengan pemenang dari sembilan negara<br />

lain di Inggris, untuk mendapatkan<br />

award dan project grant senilai £7500.<br />

Setelah kami mengevaluasi proyek IYCE,<br />

dari beberapa sektor, musik, desain,<br />

screen, fashion, interaktif dan communication,<br />

ternyata pemenang dan applicant-nya<br />

banyak yang berasal dari <strong>Bandung</strong>. Kami<br />

bertanya-tanya, ada apa sih dengan <strong>Bandung</strong><br />

Kenapa bisa banyak sekali orangorang<br />

kreatif yang ada di kota ini<br />

Dulu kami belum mengenal isu kota kreatif.<br />

Seiring dengan perkembangan proyek<br />

IYCE (industri kreatif) dan menjawab pertanyaan<br />

di atas, kami memperkenalkan<br />

proyek baru yaitu <strong>Kota</strong> Kreatif yang diluncurkan<br />

tahun 2007 dengan ditunjuknya<br />

<strong>Bandung</strong> sebagai pionir kota kreatif di region<br />

Asia Timur dalam sebuah regional<br />

meeting yang mengundang tim British<br />

Council di region Asia Timur dan perwakilan<br />

dari kota-kota yang akan di jadikan<br />

kandidat sebagai kota kreatif dimana Ridwan<br />

Kamil mewakili kota <strong>Bandung</strong> sebagai<br />

kota kreatif.<br />

Tanya: Apakah ini suatu proyek percontohan<br />

Jawab: Bisa di sebut proyek percontohan<br />

karena <strong>Bandung</strong> sebagai pionir kota kreatif<br />

bisa menjadi model bagi kota-kota lain di<br />

Indonesia dan region Asia Timur untuk<br />

menjadi kota kreatif dengan ciri khas-nya<br />

masing-masing.<br />

Dengan menjadi kota kreatif, kami tidak<br />

ingin ada persepsi bahwa <strong>Bandung</strong> sebelumnya<br />

tidak kreatif tapi melalui proyek<br />

ini kami mulai memperkenalkan aspek jejaring,<br />

kebijakan, kebersinambungan atau<br />

sustainability, dan hal-hal lain yang diperlukan<br />

agar <strong>Bandung</strong> tetap menjadi sebuah<br />

kota yang kreatif dengan ciri khasnya<br />

tersendiri. British Council berkomitmen<br />

membantu <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> memfasilitasi<br />

ketiga aspek tersebut.<br />

Yang pertama yaitu network atau jejaring.<br />

Kami mempertemukan wirausahawan kreatif<br />

<strong>Bandung</strong> dengan wirausahawan kreatif<br />

dari beberapa kota di Asia Timur dan Inggris<br />

melalui beberapa program seperti ketika<br />

kami mendatangkan 56 wirausahawan<br />

kreatif dari Inggris dan Asia Timur ke acara<br />

KICKFest kemarin lalu. Mereka berinteraksi,<br />

menganalisis dan saling memberikan<br />

rekomendasi mengenai kota <strong>Bandung</strong> untuk<br />

kemudian dijadikan sebuah studi kasus<br />

yang diharapkan berguna untuk<br />

pengembangan kota kreatif lainnya.<br />

Aspek kedua, kami juga membantu Indonesia<br />

dalam memperkenalkan metode<br />

pemetaan industri kreatif. Pemetaan industri<br />

kreatif yang dilakukan oleh Departemen<br />

Perdagangan pada tahun 2007 mengadopsi<br />

metode pemetaan yang dilakukan Inggris<br />

pada tahun 1998 dan 2001. Pada akhirnya,<br />

dari hasil pemetaan ini diharapkan muncul<br />

kebijakan-kebijakan baik pemerintah pusat<br />

maupun daerah yang berhubungan dengan<br />

pengembangan industri kreatif.<br />

Untuk aspek ketiga, kami bekerja sama<br />

dengan <strong>Bandung</strong> Creative City Forum (BC-<br />

CF) meluncurkan <strong>Bandung</strong> Creative Entrepreneur<br />

Network (BCEN) yang salah satu<br />

tujuannya adalah agar orang-orang kreatif<br />

di kota <strong>Bandung</strong> tetap didukung oleh<br />

kotanya sehingga <strong>Bandung</strong> tetap menjadi<br />

<strong>Kota</strong> Kreatif yang didukung oleh pertumbuhan<br />

wirausahawan kreatif-nya.<br />

Selain itu, kami juga mendatangkan ahli<br />

kota kreatif seperti Charles Landry bekerja<br />

sama dengan ITB untuk membagi ilmu dan<br />

47


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

LINTAS KOTA<br />

pengalamannya menjadi konsultan beberapa<br />

kota kreatif di dunia. Ketika ke <strong>Bandung</strong>,<br />

dia membantu melihat apa sih potensi<br />

<strong>Bandung</strong> sebagai kota kreatif Bisa menjadi<br />

kota kreatif dengan karakteristik seperti<br />

apa.<br />

Tanya: Sebenanya yang dimaksud dengan<br />

kreatif itu dinilai dari mananya<br />

Jawab: Kami tidak berhenti pada esensi<br />

yang mana kreatif dan yang mana tidak<br />

kreatif. Namun kami juga melihat aspek<br />

kreativitas dari sisi komersial.<br />

Di Inggris, ada 13 sektor kreatif yang<br />

telah diakui melalui proyek pemetaan industri<br />

kreatif tahun 2001 di antaranya<br />

fesyen, musik dan seterusnya. Orang-orang<br />

muda yang bekerja di 13 sektor itu terbukti<br />

meraih kesuksesan seperti mampu menciptakan<br />

lapangan kerja atau mengangkat usaha<br />

mereka ke jenjang internasional tanpa<br />

melihat latar belakang pendidikan mereka<br />

di bidang kreatif atau bukan. Wirausahawan<br />

kreatif seperti itu yang bisa jadi contoh<br />

untuk wirausahawan lain.<br />

Di Indonesia sendiri, tidak semua<br />

wirausahawan kreatif yang sukses berlatar<br />

belakang pendidikan di bidang kreatif. Fiki<br />

Satari, misalnya. Pemilik distro Airplane<br />

Systm punya latar belakang non-kreatif,<br />

tapi ia mampu memimpin banyak orangorang<br />

kreatif dan dalam usahanya yang<br />

bergerak dibidang kreatif<br />

Tanya: Apa kerja sama dengan British<br />

Council ini ada batas waktunya<br />

Jawab: British Council punya komitmen<br />

untuk bekerja sama dengan kota <strong>Bandung</strong><br />

sampai tahun 2011 untuk proyek <strong>Kota</strong> Kreatif<br />

ini termasuk dengan BCCF, <strong>Bandung</strong><br />

Creative Entrepreneur Network dan tentunya<br />

dengan <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>. Untuk<br />

International Young Creative Entrepreneur,<br />

kami akan mendukung proyek ini selama<br />

mungkin selama ada mitra dari Indonesia.<br />

Tanya: Bentuk bantuan yang di berikan<br />

oleh British Council seperti apa saja<br />

Jawab: Kita memfasilitasi terbentuknya<br />

jejaring, expert dan program yang mendukung<br />

proyek <strong>Kota</strong> Kreatif ini.<br />

Tanya: Ok, kalau Kerja samanya sendiri<br />

yang diharapkan seperti apa<br />

Jawab: Kami percaya tidak ada satu kota<br />

kreatif yang lebih baik dibandingkan kota<br />

yang lain dan itu bukan tujuan proyek <strong>Kota</strong><br />

Kreatif ini, tapi kami mengharapkan kota<br />

<strong>Bandung</strong> yang telah kreatif dari dulunya,<br />

dapat menjadi kota kreatif yang<br />

berkesinambungan; tidak akan berhenti<br />

sampai sekarang saja.<br />

Sekarang banyak sekali orang-orang kreatif<br />

di <strong>Bandung</strong>, tapi bagaimana dua atau<br />

lima tahun ke depan Kami harap <strong>Bandung</strong><br />

bisa menjadi kota kreatif dengan karakteristiknya<br />

sendiri dan bisa menjadi pionir<br />

atau role model bagi kota kota lain di Indonesia<br />

dan Asia Timur yang juga berminat<br />

mengadopsi konsep kota kreatif.<br />

Dan ini telah terbukti. Dengan menjadi<br />

pionir kota kreatif di Asia Timur, <strong>Bandung</strong><br />

mulai dilirik dan dijadikan contoh oleh kota<br />

kota lain, seperti misalnya di Cebu (Philipina),<br />

Kuala Lumpur (Malaysia), Bangkok<br />

(Thailand), Ho Chin Min City (Vietnam),<br />

Auckland (New Zealand) dan Tamsui (Taiwan).<br />

Tanya: Selama ini kerja sama yang telah<br />

dirintis dengan siapa saja<br />

Jawab: Kami bekerja dengan seluruh institusi<br />

yang memiliki visi yang sama untuk<br />

mengembangakan kota kreatif. Seperti konsep<br />

triple helix itu, kami bekerja dengan <strong>Pemerintah</strong><br />

Provinsi Jawa Barat dan <strong>Pemerintah</strong><br />

<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> (government), <strong>Bandung</strong><br />

Creative City Forum dan <strong>Bandung</strong> Creative<br />

Entrepreneur Network (business) dan Institut<br />

Teknologi <strong>Bandung</strong> (Academic).<br />

Kami terbuka untuk bekerjasama dengan<br />

siapa pun di kota ini selama punya visi<br />

yang sama yaitu mengembangkan <strong>Bandung</strong><br />

sebagai kota kreatif. Memang bagusnya<br />

menjadi satu kesatuan seperit konsep triple<br />

helix itu. Soalnya, kalo berjalan sendirisendiri,<br />

takutnya pergerakannya menjadi<br />

terhambat. (hana)<br />

48


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

PARLEMENTARIA<br />

DPRD Menyepakati LK<br />

Usulan Belanja Hibah<br />

DPRD <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> menyepakati menjadikan<br />

lembaran kota (LK) Tahun <strong>2008</strong><br />

tentang belanja hibah, tambahan Rp<br />

40.370.653.739 yang direncanakan dalam perubahan<br />

APBD <strong>2008</strong>, menjadi agenda pembahasan.<br />

Ditindaklanjuti dengan pembentukan<br />

panitia khusus (Pansus) IX, untuk langsung dibahas.<br />

Hal ini diputuskan dalam sidang paripurna<br />

DPRD yang dihadiri 30 dari 45 anggotanya,<br />

bertempat di Ruang Paripurna DPRD <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />

Jalan Aceh Senin (3/11).Dipimpin Ketua<br />

DPRD <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> Drs H Husni Muttaqien dan<br />

dihadiri Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, H. Dada Rosada,<br />

S.H, M.Si., dan jajarannya.<br />

Anggota Pansus yang akan membahas LK Hibah<br />

ini, Ir Herri Mei Oloan (koordinator), dibantu<br />

para anggota, Enrizal Nazar, Adi Wahyono, Dedi<br />

Rusmawan AT, H Isa Subagja, Rike Suryaningsih,<br />

S.H, Hendri Pangkas Panggabean, S.T., M.T.,<br />

Johni Hidayat, Drs. H. Yod Mintaraga, Drs. H.<br />

Tomtom Dabul Komar, S.H., M.H., Drs. H. Kadar<br />

Slamet, Drs. Deden Rukman Rumaji, Drs. H.<br />

Nanang Sugiri, M.H., H Iim Abdurrochim, dan<br />

49


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

PARLEMENTARIA<br />

Iman Setiawa Latif.<br />

Menurut wali kota, pengajuan LK Hibah ini<br />

adalah dalam rangka menunjang fungsi pemerintahan<br />

dan pelayanan kepada masyarakat.<br />

Mekanismenya, ditempuh melalui pemberian hibah.<br />

Ini sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam<br />

Negeri Nomor 30/2007 tentang pedoman<br />

penyusunan APBD Tahun <strong>2008</strong>.<br />

Hibah dapat diberikan dalam bentuk uang,<br />

barang dan atau jasa, yang secara spesifik telah<br />

ditetapkan peruntukannya, serta harus digunakan<br />

sesuai dengan<br />

persyaratan<br />

yang ditetapkan<br />

dalam naskah perjanjian<br />

hibah daerah.<br />

Untuk merealisasikannya,<br />

maka<br />

uang atau barang<br />

yang akan dihibahkan<br />

kepada<br />

pihak tertentu, terlebih<br />

dahulu harus<br />

mendapat persetujuan<br />

DPRD <strong>Kota</strong><br />

<strong>Bandung</strong>.<br />

Wali kota menuturkan,<br />

penggunaan<br />

belanja hibah<br />

ini, diperuntukan<br />

bagi<br />

badan/organisasi<br />

swasta dan belanja<br />

hibah kelompok masyarakat atau perorangan,<br />

serta akan menjadi bagian dari proses pemberdayaan<br />

masyarakat dalam rangka mengembangkan<br />

krativitas, produktivitas dan kemandirian<br />

warga kota, khususnya mendorong pelaksanaan<br />

7 program prioritas pembangunan dan 5<br />

gerakan lingkungan hidup.<br />

dikatakannya, tambahan belanja hibah senilai<br />

lebih Rp 40 miliar diperuntukan untuk program<br />

pendidikan (Bawaku Cerdas), kesehatan (Bawaku<br />

Sehat), peningkatan pendapatan dengan pemberian<br />

modal usaha melalui Bawaku Makmur, mendorong<br />

prestasi olahraga (Pengcab PSSI dan<br />

Badan Pembina Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia),<br />

Agama (penyelenggaraan MTQ), serta mendukung<br />

penyelenggaraan Pemilu 2009. “Kita<br />

menyadari, badai krisis yang terjadi saat akhirakhir<br />

ini, tidak bisa dihindari, akan membuka<br />

peluang bertambahnya penduduk miskin dan<br />

angka pengangguran di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,”kata wali<br />

kota.<br />

“Kami berharap dana hibah ini menjadi stimulus<br />

bagi para penerima, agar mereka bisa lebih<br />

kreatif dan inofatif dalam berbagai kehidupan,<br />

serta memberi nilai tambah perkembangan sosial<br />

ekonomi warga <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,” ujarnya.<br />

Guna menjamin transparansi, dan akuntabilitas<br />

pengelolaan dana hibah ini, ditandaskan wali<br />

kota, pemkot akan<br />

menyempurnakan<br />

teknis pengelolaannya<br />

dengan melibatkan<br />

aparat kewilayahan<br />

dan stakeholders<br />

lainnya,<br />

agar program ini<br />

dapat dilaksanakan<br />

dengan aman<br />

serta tidak mengabaikan<br />

kepercayaan<br />

rakyat.<br />

Ditanya persoalan<br />

krisis global,<br />

terutama<br />

dampaknya terhadap<br />

pemutusan<br />

hubungan kerja<br />

(PHK) yang<br />

berdampak kemungkinan<br />

bertambahnya<br />

rumah tangga miskin (RTM), dikatakan<br />

wali kota, tugas Pemkot adalah melindungi warganya<br />

yang miskin, jangan sampai akibat dari<br />

kemiskinan, menimbulkan gangguan kamtibmas.<br />

Karenanya, Pemkot <strong>Bandung</strong>, berupaya melanjutkan<br />

kebijakan Bawaku Cerdas di sektor pendidikan,<br />

Bawaku Makmur di sektor ekonomi<br />

rakyat dan Bawaku Sehat sebagai pendamping<br />

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)<br />

programnya <strong>Pemerintah</strong> Pusat. Bahkan di APBD<br />

2009, Pemkot merencanakan akan menganggarkan<br />

untuk Bawaku Pangan bagi RTM. “Kesiapan<br />

kearah ini telah dilakukan, dihitung berapa<br />

anggaran yang dibutuhkan. -- Di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />

diperkirakan tidak kurang 5.000 orang akan<br />

terkena PHK sebagai dampak krisis ekonomi global<br />

saat ini,” ungkapnya.**<br />

50


EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />

SWARA WARGA<br />

Tempat Sampah<br />

Serba Praktis<br />

SAYA akan membuat semuanya serbapraktis,<br />

tetapi juga mempunyai manfaat yang besar bagi<br />

masyarakat <strong>Bandung</strong> tentunya. Saya akan<br />

membuat tempat sampah berbagai fungsi yang<br />

bisa memisahkan sampah sendiri, antara sampah<br />

organik dan sampah nonorganik. Jadi, tempat<br />

sampah ini sekalian kita membuang sampah<br />

sekalian bisa misahin sendiri, jadi kan enggak<br />

perlu misahin lagi. Terus<br />

juga selain bisa misahan antara<br />

organik dan nonorganik,<br />

tempat sampah ini juga bisa<br />

mendaur ulang secara<br />

otomatis, tentunya ukurannya<br />

akan besar. Bagi yang<br />

enggak bisa diuraiin lagi ,<br />

sampah itu akan dibakar<br />

dan kita kubur di dalam<br />

tanah.<br />

Evelyn, X-A, SMAK 1 BPK<br />

Penabur<br />

Devin Alamsyah, VII A, SMP Plus Assalaam<br />

<strong>Bandung</strong><br />

MENURUT saya, masyarakat <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

mempunyai jiwa kreativitas yang tinggi. Itu terbukti<br />

dengan karya masyarakat <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />

yang telah banyak diakui masyarakat dalam dan<br />

luar <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> sendiri. Karya-karya<br />

masyarakat <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> kebanyakan tercipta<br />

dari tangan generasi muda <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, seperti<br />

banyaknya band yang berasal dari <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>.<br />

Karya-karya lainnya seperti berbagai distro<br />

yang menjamur dan menjadi tren, juga berbagai<br />

kreativitas seni lainnya.<br />

Astika Maullina Pauji Astuti, XII IPA 3,<br />

SMAN 1 Cihaurbeuti<br />

KALAU aku diberi kesempatan untuk terjun ke<br />

dalam bidang tersebut, Aku lebih menyukai<br />

bidang perbukuan sesuai hobiku yang suka baca.<br />

Akan tetapi, sepertinya aku enggak bisa terjun<br />

secara langsung. Mungkin aku hanya bisa<br />

menyimpan saham aja, karena aku sama sekali<br />

tidak berbakat dalam bidang seperti itu. Biarkan<br />

orang yang lebih ahli mengurusnya.Percuma<br />

donk kalau terjun langsung, tetapi hasilnya enggak<br />

memuaskan.<br />

Giyats Shifa Novianti Nugraha, kelas VII A,<br />

SMP Assalaam <strong>Bandung</strong><br />

SEJAK lama <strong>Bandung</strong> memang sudah memiliki<br />

berbagai karya seni dan budaya hasil<br />

kreativitas masyarakatnya. Kesenian yang<br />

terkenal dari <strong>Bandung</strong> antara lain tari<br />

jaipong, wayang golek, dan angklung.<br />

<strong>Bandung</strong> juga terkenal dengan<br />

wisata belanja dan wisata kulinernya.<br />

Darwin Jayadi, VIII C-09,<br />

SMPK 5 BPK Penabur<br />

KALAU aku terjun ke dunia<br />

yang memakai bahan dasar<br />

ramah lingkungan, aku akan<br />

mengganti plastik yang biasa dibawa<br />

oleh ibu-ibu setelah mereka belanja, menjadi<br />

anyaman tas yang dapat dipakai berulang-ulang<br />

oleh mereka. Tujuannya mengurangi pemakaian<br />

plastik karena plastik menyebabkan banjir.<br />

Makanya, jangan menggunakan plastik secara<br />

berlebihan!<br />

51

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!