Swara Bina Kota - Edisi 05/2008 - Pemerintah Kota Bandung
Swara Bina Kota - Edisi 05/2008 - Pemerintah Kota Bandung
Swara Bina Kota - Edisi 05/2008 - Pemerintah Kota Bandung
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
B A N D U N G B E R M A R T A B A T<br />
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
BANDUNG<br />
KOTA KREATIF<br />
PEMKOT BANDUNG<br />
RAIH PENGHARGAAN<br />
MANGGALA KARYA<br />
BHAKTI HUSADA<br />
KARTIKA
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
DAFTAR ISI<br />
5<br />
13<br />
DARI REDAKSI 3<br />
BAH ADUNG 4<br />
ALBUM KOTA 28<br />
SWARA WARGA 50<br />
LAPORAN UTAMA<br />
<strong>Bandung</strong> <strong>Kota</strong> Kreatif 5<br />
Pengembangan <strong>Kota</strong> Kreatif 10<br />
20<br />
25<br />
LINTAS KOTA<br />
Pemkot <strong>Bandung</strong> Raih Penghargaan 13<br />
Seminar Pengelolaan Pohon 15<br />
Cikapundung Segera Direvitalisasi 17<br />
Kader Posyandu Butuh Perhatian 20<br />
51.000 Warga <strong>Bandung</strong> Peroleh Bawaku 22<br />
1.600 Tenaga Kerja Terserap Lewat Bursa 24<br />
Lapor Jika Ada Warga Tak Mampu 26<br />
UMK <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> Rp 1.004.630,00 30<br />
Sekda Larang Aparatnya Kutip Biaya 31<br />
SOR Gedebage Tampung 38.000 Tempat Duduk 32<br />
Perda 20/2002 Pendidikan Tak Memadai Lagi 34<br />
Ayi Vivananda 36<br />
Drs. Ema Sumarna 38<br />
Gustaff H. Iskandar 44<br />
Endro Catur 46<br />
PARLEMENTARIA<br />
DPRD Sepakati Usulan Belanja Hibah 49
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
DARI REDAKSI<br />
SWARA<br />
BINA KOTA<br />
PELINDUNG :<br />
Walikota <strong>Bandung</strong><br />
Ketua DPRD <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
Sekda <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
PEMIMPIN REDAKSI/<br />
PENANGGUNG JAWAB:<br />
Drg. Bulgan Alamin<br />
REDAKTUR UTAMA :<br />
Drs. Agus Slamet Firdaus<br />
WAKIL REDAKTUR UTAMA :<br />
Subardi<br />
REDAKTUR SENIOR :<br />
Drs. Yuyus Suhaya R., M.M.<br />
Aos Wijaya Bintang, S.E., M.Si.<br />
Adriani Heriati, SH.<br />
Dra Hj. Ine Indriyani S<br />
REDAKTUR :<br />
Drs. Yuyun Yunizir<br />
Drs. Maman Suparman<br />
Ariesta Ds.<br />
REDAKTUR BAHASA:<br />
Dra. Peni Setiati<br />
STAF REDAKSI :<br />
H. Atje Sobarna<br />
Drs. Edi Ubaidillah<br />
Endjang Tajiri<br />
FOTOGRAFER :<br />
Ashrien J.A.<br />
Yuyun Yuhaemi, S.T.<br />
Meiwan Kartiwa, S.Sos.<br />
TATA LETAK :<br />
Hana Ganrina SS.<br />
NurRizky Gunawan<br />
DOKUMENTASI & RISET :<br />
Karto SE.<br />
Furqon Hanafi, S.Si.<br />
DESAIN VISUAL :<br />
Tohir Latief<br />
Okta Porforiko<br />
SIRKULASI :<br />
Abdul Malik<br />
Hidayat Syarif<br />
Dedi<br />
PENERBIT :<br />
Badan Komunikasi dan Informatika<br />
(Bakominfo) <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
AlAMAT REDAKSI :<br />
Jalan Wastukancana No. 2<br />
Telp. (022) 4234892<br />
E-MAIL :<br />
disinkom@bandung.go.id.<br />
Jati Kasilih ku Junti<br />
BANDUNG sejak lama dikenal orang, tak hanya di dalam<br />
negeri juga sampai ke luar negeri. Kawasan berhawa sejuk dan<br />
penduduknya yang ramah ini layak jadi tempat pangjugjugan.<br />
Banyak orang dari berbagai daerah datang ke <strong>Bandung</strong>, lalu bumen-bumen<br />
atau menjadi penduduk <strong>Bandung</strong>. Mereka tak<br />
hanya datang dari seputar Jawa Barat, juga dari hampir seluruh<br />
Indonesia ada di kota ini.<br />
Julukannya juga sudah kasohor sejak zaman baheula . Dari<br />
mulai Parijs van Java, lalu <strong>Kota</strong> Kembang, <strong>Kota</strong> Pendidikan, <strong>Kota</strong><br />
Wisata, <strong>Kota</strong> Seni Budaya, <strong>Kota</strong> Kuliner, <strong>Kota</strong> Mode, Museum<br />
Arsitektur, dan julukan lainnya. Bahkan belakangan sejumlah<br />
aktivis, cerdik cendekia, budayawan, dan seniman, wartawan<br />
dan lembaga swadaya masyarakat menjuluki <strong>Bandung</strong> dengan<br />
julukan baru yaitu sebagai <strong>Kota</strong> Kreatif.<br />
Tentu saja sangat membanggakan, dan julukan ini bukan<br />
mengada-ada tetapi memang begitulah keadaannya. Julukan ini<br />
tidak datang ujug-ujug, melainkan melalui proses pengkajian<br />
dan analisis dengan metode ilmiah yang sangat dalam. Dan semua<br />
ini karena memang warga <strong>Bandung</strong> khususnya generasi<br />
mudanya begitu kreatif dalam segala bidang.<br />
Benar, generasi muda <strong>Bandung</strong> umumnya mendapat warisan<br />
dari seni budaya Sunda, tetapi sejak lama urang <strong>Bandung</strong> begitu<br />
terbuka untuk budaya lainnya dan juga terbuka bagi orang<br />
lain, dan lebih egaliter, lihat misalnya dalam seni budaya. Hasilnya,<br />
dalam bidang seni budaya ini banyak tokoh yang nenek<br />
moyangnya bukan pituin urang Sunda malah lebih nyunda. Sebut<br />
saja almarhum Harry Roesly, seniman kontemporer atau pemain<br />
kecapi suling tradisional Tan Deseng, atau almarhum<br />
Haryoto Kunto yang mendapat julukan Dukun <strong>Bandung</strong>.<br />
Di bidang seni modern seperti band atau artis panggung, <strong>Bandung</strong><br />
kerap dianggap gudangnya. Band-band terkenal dan artis<br />
artis beken banyak lahir dari kota ini dan menempati papan<br />
atas di negeri ini. Pun bidang keilmuan, cerdik cendekia, pakar<br />
dan juga ahli dalam berbagai bidang ada dan banyak lahir dari<br />
<strong>Bandung</strong>.<br />
Tentu saja semua ini sangat membanggakan. Namun<br />
demikian, sebagai orang <strong>Bandung</strong> tentu saja kita tak boleh<br />
berpuas diri. Jadikanlah julukan ini sebagai bahan introspeksi.<br />
Sebab ada beban berat di pundak warga <strong>Bandung</strong> untuk tetap<br />
mempertahankan berbagai julukan yang sudah melekat ke kota<br />
kebanggaan ini.<br />
Satu hal yang pasti, sekreatif apapun tetap saja pilar-pilar<br />
seni budaya dan lainnya harus tetap mengedepankan ciri khas<br />
<strong>Bandung</strong>. Artinya, terbuka bagi semua orang bukan berarti pasrah<br />
sumerah ketika akar seni budaya yang berasal dari karuhun<br />
kita akan musnah. Ingat pepatah orang tua kita, jangan sampai<br />
jati kasilih ku junti. (Maman Suparman)**<br />
3
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
BAH ADUNG<br />
4
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LAPORAN UTAMA<br />
BANDUNG<br />
KOTA KREATIF<br />
KOTA <strong>Bandung</strong> sudah sejak lama dikenal dengan berbagai julukan.<br />
Dari mulai <strong>Kota</strong> Kembang, <strong>Kota</strong> Pendidikan, <strong>Kota</strong> Budaya, <strong>Kota</strong> Aristek,<br />
<strong>Kota</strong> Wisata Kuliner, dan 1001 macam julukan lainnya, kini julukan prestisius<br />
bertambah lagi. <strong>Bandung</strong> dijuluki sebagai <strong>Kota</strong> Kreatif, bukan hanya<br />
di Indonesia, namun katanya se-Asia Afrika. Hebat!<br />
5
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LAPORAN UTAMA<br />
TAMAN Cikapayang, salah satu icon <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
sebagai <strong>Kota</strong> Kreatif. (Foto Dok. BCCF)<br />
SEKRETARIS <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> Dr. Eddy Siswadi, MSi<br />
bersama kelompok penggemar otomotif “Brotherhood”<br />
yang turut meramaikan gelaran <strong>Bandung</strong> Kreatif. (Foto<br />
Subardi).<br />
Julukan sebagai <strong>Kota</strong> Kreatif ini tentu saja<br />
membanggakan. Julukan diberikan karena<br />
memang tidak lepas dari peranan warga<br />
<strong>Bandung</strong> itu sendiri, khususnya kalangan generasi<br />
muda. Hal ini jelas, sebab 60 persen warga<br />
<strong>Bandung</strong> terdiri dari kalangan muda berusia di<br />
bawah 40 tahun. Selain itu, kota inipun tempat<br />
berkembangnya banyak peguruan tinggi, menyebabkan<br />
industri kreatif di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> bertumbuh<br />
pesat.<br />
British Council peka dengan perkembangan <strong>Kota</strong><br />
<strong>Bandung</strong>, pihaknya menunjuk <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
sebagai salah satu kota kreatif di wilayah Asia<br />
Pasific. Untuk memperkenalkan industri kreatif<br />
<strong>Bandung</strong> di dunia internasional, <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong><br />
<strong>Bandung</strong> bekerjasama dengan British Council,<br />
<strong>Bandung</strong> Creative City Forum, serta Forum Event<br />
<strong>Bandung</strong> di sepanjang bulan Agustus menyelenggarakan<br />
helaran festival, “<strong>Bandung</strong> Creative<br />
Month” yang terdiri dari 25 acara kreatif bertaraf<br />
internasional.<br />
Dalam acara tersebut, berbagai acara kreatif<br />
diselenggarakan dengan meriah, antara lain pameran<br />
karya seni rupa, open house galeri, pameran<br />
distro, opera di hutan, serta pameran galeri<br />
barang bekas di bawah jembatan.<br />
Programmer dan Public Relations Eksternal Forum<br />
Event <strong>Bandung</strong> Wawan Djuanda mengatakan,<br />
berbagai pelaku bisnis kreatif dari<br />
berbagai negara, seperti Taiwan, Thailand, Singapura,<br />
India, Inggris, dan Australia turut serta<br />
memeriahkan acara tersebut. Dengan acara ini,<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> diharapkan memiliki jaringan bisnis<br />
ekonomi kreatif dengan berbagai kota-kota<br />
penghasil industri kreatif di dunia.<br />
Plural dan toleran<br />
Harian Kompas sendiri menyebut <strong>Bandung</strong> <strong>Kota</strong><br />
Kreatif ini dalam tulisannya berjudul ”Plural<br />
dan Toleran”. Dipaparkan, sejak lama orang dapat<br />
merasakan energi bidang kreatif yang membuat<br />
<strong>Bandung</strong> berbeda dari banyak kota lain di Indonesia,<br />
bahkan Jakarta. Musik indi, gaya berpakaian<br />
yang dimunculkan distro alias distribution outlet,<br />
atau makanan hanyalah beberapa contoh produk<br />
<strong>Bandung</strong> yang membuat kota itu unik.<br />
Sosiolog dari Universitas Padjadjaran <strong>Bandung</strong>,<br />
Budi Rajab, mengamati, kreativitas anak muda<br />
<strong>Bandung</strong> sudah muncul sejak tahun 1970-an<br />
dalam bentuk kelompok musik atau mode busana<br />
sendiri. Tetapi, kreativitas itu masih sebatas<br />
6
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LAPORAN UTAMA<br />
aktualisasi diri, belum menjadi sebuah bisnis.<br />
Munculnya kreativitas itu, menurut Budi, antara<br />
lain karena <strong>Bandung</strong> tidak memiliki akar budaya<br />
tradisional sekuat kota-kota lain. Dengan<br />
demikian, orang <strong>Bandung</strong> lebih terbuka dalam<br />
menerima ide-ide dari luar dan lebih egaliter. Ini<br />
berbeda dari Solo atau Yogyakarta yang akar budaya<br />
Jawanya sangat kuat. ”Kalaupun ada kultur<br />
yang dominan, yaitu Sunda, itu hanya terbatas<br />
pada bahasa,” papar Budi.<br />
Penasihat <strong>Bandung</strong> Creative City Forum,<br />
Wawan Juanda, menarik sejarah <strong>Bandung</strong> hingga<br />
ke masa abad ke-13. Setelah Kerajaan Padjadjaran<br />
tidak ada lagi kerajaan di Jawa Barat dan<br />
tidak ada peninggalan sejarah, itu menjadikan<br />
<strong>Bandung</strong> kota yang tidak mempunyai akar budaya<br />
terlalu kuat.<br />
Selain itu, menurut Budi, <strong>Bandung</strong> adalah kota<br />
yang dibangun Belanda sebagai kota pendidikan<br />
sehingga mengundang pelajar dari berbagai daerah<br />
ke kota itu. Selain menjadikan <strong>Bandung</strong> kota<br />
plural, kedatangan pelajar itu membuat warga<br />
yang berada pada usia produktif pun tinggi jumlahnya.<br />
Hal senada juga disampaikan Ketua <strong>Bandung</strong><br />
Creative City Forum Ridwan Kamil. Belanda sengaja<br />
menjadikan <strong>Bandung</strong> sebagai kota waktu luang<br />
dan gaya hidup yang terkenal dengan Jalan<br />
Braga dan sebutan Parisj van Java. Hal ini<br />
dikarenakan <strong>Bandung</strong> sejak tahun 1920-an sudah<br />
terjadi pertukaran ide dan nilai-nilai budaya<br />
dengan pihak luar. ”<strong>Bandung</strong> sejak dulu sudah<br />
kosmopolitan,” papar Ridwan.<br />
Keterbukaan dan pluralisme itu, menurut Ridwan,<br />
merupakan salah satu syarat tumbuhnya<br />
ekonomi kreatif.<br />
<strong>Kota</strong> Menengah<br />
Faktor lain yang menjadikan ekonomi kreatif<br />
tumbuh subur di <strong>Bandung</strong> adalah karena ukuran<br />
kotanya tergolong menengah. Dengan mengutip<br />
ahli kota kreatif asal Inggris, Charles Landry, Ridwan<br />
menyebut keuntungan sebagai kota menengah<br />
(secondary city).<br />
Ukuran radius kota dan populasinya lebih mudah<br />
dikelola dan sebagai kota menengah lebih<br />
mudah menonjolkan keunggulan yang ada di kota.<br />
”Ini berbeda dibandingkan dengan Jakarta<br />
yang ukurannya besar,” kata Ridwan.<br />
Populasi orang usia muda di bawah 40 tahun di<br />
<strong>Bandung</strong> tinggi, sekitar 60 persen. Keadaan ini<br />
BEBERAPA hasil karya lukis yang ditampilkan sebagai<br />
salah satu mata kegiatan dalam even <strong>Bandung</strong> Kreatif.(Foto<br />
Dok. BCCF).<br />
EKSPRESI salah satu peserta pada acara <strong>Bandung</strong><br />
Youth Fest di GOR Saparua. (Foto Dok. BCCF).<br />
7
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LAPORAN UTAMA<br />
memungkinkan terjadinya diskusi dan pertukaran<br />
ide secara intensif dengan lokasi di kafe,<br />
warung, atau tempat nongkrong lain.<br />
Faktor lain adalah banyaknya perguruan tinggi<br />
di kota itu sehingga melahirkan banyak anak muda<br />
terdidik. Syarat tumbuhnya industri atau ekonomi<br />
kreatif adalah talenta yang dimiliki warganya<br />
sehingga mereka dapat menangkap peluang<br />
serta mengakses dan memanfaatkan teknologi.<br />
”Sistem sosial yang toleran terhadap ide dan nilai<br />
baru sangat penting untuk industri kreatif. Ini<br />
yang memungkinkan musik underground terus<br />
PENAMPILAN<br />
ensembel perkusi<br />
oleh anak-anak<br />
pada Sabuga<br />
Jazz Fest.<br />
(Foto : Dok. BCCF).<br />
berkembang di <strong>Bandung</strong>,”<br />
tambah Ridwan.<br />
Keberagaman itu pula<br />
yang menyebabkan industri<br />
dan ekonomi kreatif yang<br />
berkembang di <strong>Bandung</strong><br />
berbeda dari Bali, Solo, dan<br />
Yogyakarta.<br />
Di berbagai negara maju,<br />
ekonomi kreatif sudah diakui<br />
sebagai pilar yang menentukan<br />
kehidupan ekonomi<br />
bangsa. Sebut saja Jepang<br />
yang mengandalkan<br />
industri konten dan media,<br />
atau Korea yang fokus dengan<br />
industri game, animasi,<br />
dan konten digital sebagai<br />
contohnya. Lalu, bagaimana<br />
dengan Indonesia<br />
Tren ekonomi kini mulai<br />
bergeser, dari ekonomi indutri<br />
menuju ekonomi kreatif.<br />
Indonesia pun bisa bersaing<br />
dengan negara-negara<br />
lain. Sumber utama industri<br />
kreatif ada banyak di negeri kita, yakni sumber<br />
daya manusia.<br />
<strong>Bandung</strong> adalah salah satunya, sejak lama kota<br />
ini dikenal sebagai salah satu kota kreatif. Karakteristik<br />
masyarakatnya yang terbuka terhadap<br />
ide-ide baru mendukung munculnya berbagai komunitas<br />
dan pelaku kreatif . Mereka punya andil<br />
cukup besar dalam menyumbang pendapatan<br />
ekonomi <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> lewat beragam bidang<br />
seperti musik, desain, software, fashion, media,<br />
dan arsitektur.<br />
Bagaimana cara menyatukan kekuatan kreatif<br />
ini Pertanyaan itulah yang melandasi berdirinya<br />
“<strong>Bandung</strong> Creative City Forum” (BCCF), sebuah<br />
forum yang mengumpulkan komunitas-komunitas<br />
kreatif di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, pada 7 Februari<br />
<strong>2008</strong>.<br />
Obsesi yang dimiliki BCCF adalah mewujudkan<br />
<strong>Bandung</strong> menjadi kota kreatif se-Asia dan bisa<br />
berkompetisi secara global. Beberapa cara untuk<br />
meraihnya adalah dengan membangun “Creative<br />
Enterpreneur Network” dan mengadakan Helar<br />
Festival <strong>2008</strong> di <strong>Bandung</strong>. Selain itu, BCCF pun<br />
memperkenalkan branding “.bdg” untuk memayungi<br />
kegiatan komunitas kreatif di kotanya.<br />
Menurut Gustaff H. Iskandar, Ketua Common<br />
Room Networks Foundation yang juga bertindak<br />
sebagai fasilitator BCCF, saat dihubungi QBHeadlines.com,<br />
Kamis (31/7), branding itu dirancang<br />
sebagai platform industri kreatif di <strong>Bandung</strong>.<br />
“Branding .bdg itu semacam idiom untuk industri<br />
kreatif di <strong>Bandung</strong>. Kalau New York, misalnya,<br />
punya branding “I Love NY”. Nah, kalau di <strong>Bandung</strong><br />
yang komunitasnya macam-macam dan beragam,<br />
ada branding .bdg. Misalnya komunitas<br />
desain punya branding design.bdg, atau komuni-<br />
8
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LAPORAN UTAMA<br />
tas arsitektur punya branding architect.bdg,” jelas<br />
Gustaff.<br />
Helar Festifal<br />
Berbagai produk dan gaya kreatif urang <strong>Bandung</strong><br />
yang memamerkan beragam potensi kreatif, baik<br />
dari organisasi, komunitas, institusi, atau usaha<br />
kecil menengah (UKM) yang berkembang di lingkup<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> dan Jawa Barat.<br />
Helar Fest dimeriahkan oleh berbagai komunitas<br />
lokal yang ada di <strong>Bandung</strong>. Misalnya komunitas<br />
desainer, kartunis, film maker, musisi, arsitek,<br />
dan penggemar otomotif. Acara ini dibuka<br />
dengan pawai motor pada 19 Juli <strong>2008</strong>,<br />
bersamaan dengan ulang tahun komunitas Bikers<br />
Brotherhood yang ke-20, dan akan berakhir<br />
pada 31 Agustus <strong>2008</strong>.<br />
“Helar Fest ini yang pertama di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>.<br />
Acaranya juga bisa dibilang monumental karena<br />
ada 30 kegiatan yang diselenggarakan,” kata<br />
Gustaff yang bertindak sebagai Koordinator Helar<br />
Festival <strong>2008</strong>. “Harapannya acara ini bisa dijadikan<br />
acara reguler di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>. Jadi<br />
kreativitas masyarakat bisa ditampilkan secara<br />
rutin dan kita juga bisa melihat perkembangan<br />
potensi kreatif di <strong>Bandung</strong>,” tambahnya.<br />
Helar Fest, menurut Gustaff, merupakan bagian<br />
dari strategi jangka panjang pengembangan platform<br />
ekonomi kreatif di <strong>Bandung</strong>. Digelar di beberapa<br />
lokasi di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, ada 30 kegiatan yang<br />
ditampilkan dalam Helar Fest, mulai dari kegiatan<br />
tradisional hingga kontemporer. Di antaranya Indie<br />
Movie Workshop, Greenfest <strong>2008</strong>, Kickfest (festival<br />
Kreative Independent Clothing Company), Workshop<br />
Temu Pasar Kerajinan Bambu, Konferensi Internasional<br />
Arsitektur dan Urbanisme, <strong>Bandung</strong><br />
Public Furniture, Public Space Photography, Pameran<br />
Batik Fraktal, Eco Fashion,<br />
dan peluncuran Creative<br />
Entrepreneur Network.<br />
Yang terakhir disebut,<br />
Creative Enterpreneur Network,<br />
dirancang sebagai<br />
pertemuan berbagai pihak<br />
yang terlibat dalam<br />
pengembangan industri<br />
kreatif di <strong>Bandung</strong>. “Untuk<br />
sementara, Creative Enterpreneur<br />
Network diadakan<br />
dalam bentuk diskusi. Tapi<br />
diharapkan bisa ada wadah<br />
yang bisa mempertemukan<br />
para pebisnis, investor, pemerintah,<br />
konsumen, dan<br />
semua pihak yang<br />
berhubungan dengan industri<br />
kreatif, baik di<br />
tingkat lokal maupun internasional,”<br />
tutur Gustaff.<br />
Helar Fest <strong>2008</strong> diakui<br />
oleh Gustaff juga didukung<br />
oleh <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
dan <strong>Pemerintah</strong><br />
Provinsi Jawa Barat. “Koordinasinya baik dan kami<br />
merasa terbantu, meski masih ada kendala<br />
teknis di lapangan karena acara ini yang pertama<br />
di <strong>Bandung</strong>. Semoga dari situ kami bisa belajar<br />
untuk pengadaan acara berikutnya,” katanya.<br />
Untuk urusan dana pun, panitia Helar Festival<br />
ikut dibantu oleh pihak pemerintah. “Meski<br />
belum mencukupi, untuk urusan dana, Pemkot<br />
<strong>Bandung</strong> dan beberapa perusahaan komersial juga<br />
ikut membantu. Pemprov Jawa Barat juga ingin<br />
membantu,” papar Gustaff. (dari berbagai<br />
sumber)**<br />
9
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LAPORAN UTAMA<br />
Pengembangan <strong>Kota</strong> Kreatif dalam<br />
Perspektif Keragaman Budaya<br />
T<br />
ANGGAL 18 Maret <strong>2008</strong>, British Council<br />
bekerjasama dengan <strong>Pemerintah</strong> Australia<br />
dan Australia Council for the Arts<br />
menyelenggarakan sebuah seminar bertajuk<br />
Making Creative Cities: The Value of Cultural<br />
Diversity in the Arts yang diselenggarakan di<br />
Melbourne. Kegiatan ini juga juga didukung<br />
oleh <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> Melbourne dan the Arts<br />
Center yang menjadi tempat bagi penyelenggaraan<br />
seminar yang diisi dengan presentasi<br />
Oleh : GUSTAFF H. ISKANDAR<br />
dan diskusi yang melibatkan para seniman,<br />
akademisi, praktisi bisnis, perwakilan pemerintah<br />
dan komentator yang berasal dari Inggris,<br />
Australia, New Zealand, Indonesia dan Taiwan.<br />
Untuk seminar ini British Council secara<br />
khusus menghadirkan Keith Kahn (KK), seorang<br />
seniman yang merancang dan mengimplementasikan<br />
kegiatan Olimpiade Budaya yang terkait<br />
dengan pelaksanaan kegiatan Olimpiade di kota<br />
London pada tahun 2012 mendatang. Sebelum-<br />
SEMINAR bertajuk Making Creative Cities: The Value of Cultural Diversity in the Arts yang diselenggarakan<br />
di Melbourne<br />
10
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LAPORAN UTAMA<br />
nya, Keith Kahn diberi kesempatan untuk mempresentasikan<br />
makalahnya pada acara Melbourne<br />
Conversation yang diselenggarakan di<br />
Gedung Perpustaaan <strong>Pemerintah</strong> Victoria, 17<br />
Maret <strong>2008</strong>. Dalam sesi ini ia tampil di hadapan<br />
publik kota Melbourne bersama Elizabeth<br />
Burns Coleman (AU) dan Fotis Kapetopoulos<br />
(AU). Masing-masing adalah filsuf dan ahli komunikasi<br />
di bidang keberagaman budaya.<br />
Selama dua hari berturut-turut, diskusi mengenai<br />
pengembangan kota kreatif dalam perspektif<br />
keberagaman budaya menjadi tema sentral<br />
yang memancing perdebatan dan diskusi di<br />
antara para peserta seminar. Topik ini dilandasi<br />
oleh prediksi Bank Dunia yang menyatakan<br />
bahwa setiap bulan kota-kota di wilayah Asia<br />
Tenggara akan didatangi oleh dua juta orang<br />
dalam dua dekade ke depan (Bank Dunia,<br />
2007).<br />
Hal ini setidaknya membutuhkan perhatian<br />
khusus bagi para pemegang kebijakan, karena<br />
proses urbanisasi yang luar biasa saat ini sudah<br />
sangat sulit untuk dibendung. Dapat dikatakan,<br />
hampir setengah dari populasi warga dunia kini<br />
hidup di lingkungan perkotaan sehingga salah<br />
satu alternatif yang mungkin untuk dilakukan<br />
adalah mengembangkan pemahaman akan keberagaman<br />
budaya, sehingga potensi konflik<br />
dan persoalan yang mungkin mucul dapat diselesaikan<br />
melalui inovasi dan kreativitas.<br />
Persoalan di atas setidaknya turut dipicu oleh<br />
proses globalisasi dan perkembangan di bidang<br />
teknologi yang semakin mencairkan batas antarnegara<br />
dan sekat teritori budaya sehingga<br />
meningkatkan risiko akan konflik dan gesekan<br />
antarkelompok masyarakat yang berbeda.<br />
Dalam hal ini, perspektif keberagaman budaya<br />
adalah sebuah alternatif pemikiran yang idealnya<br />
dapat dipahami untuk menghindari terjadinya<br />
konflik dan gesekan antar kelompok<br />
masyarakat.<br />
Di beberapa negara, keberagaman budaya justru<br />
mampu melahirkan berbagai inovasi dan<br />
penemuan baru. Namun kita juga tidak dapat<br />
menutup mata bahwa tanpa perspektif yang<br />
menghargai keberagaman budaya, perbedaan<br />
dan keberagaman juga memiliki potensi konflik<br />
yang dapat menghambat terjadinya proses kohesi<br />
sosial yang inklusif.<br />
Hal tersebut di atas bukan hanya disebabkan<br />
oleh identitas kebudayaan yang beragam, tetapi<br />
juga karena berbagai ketimpangan yang terjadi<br />
di ranah politik dan ekonomi, selain juga pertentangan<br />
yang terjadi di wilayah ideologi. Konflik<br />
semacam ini juga biasanya dapat dipicu<br />
oleh munculnya nilai-nilai baru yang lahir seiring<br />
dengan proses globalisasi dan perkembangan<br />
teknologi.<br />
Lain dari itu, potensi konflik yang ada juga<br />
setidaknya ikut dipicu oleh krisis pembentukan<br />
identitas masyarakat yang tidak lagi bersandar<br />
pada latar belakang etnis, ras atau keyakinan<br />
tertentu, tetapi juga merasuk kepada masalah<br />
perbedaan kelas sosial, ekonomi, gaya hidup,<br />
orientasi seksual dan lain sebagainya.<br />
Dalam presentasinya, Keith Kahn memaparkan<br />
bahwa kota London barangkali merupakan<br />
contoh kota yang memiliki keberagaman<br />
budaya dan kompleksitas yang luar biasa. Dari<br />
12 juta penduduknya, saat ini setidaknya ada<br />
200 kelompok etnis dan 300 bahasa yang<br />
berkembang di kota London. Angka ini bersanding<br />
dengan kenyataan bahwa sekitar 35 % populasi<br />
kota London terdiri dari warga asing dan<br />
sekitar 40,7 % warga kota berasal dari kelompok<br />
etnis minoritas.<br />
Selain itu, persentase ini juga dilengkapi dengan<br />
fakta bahwa ada sekitar 1 berbanding 20<br />
warga kota yang berasal dari keluarga yang<br />
mengalami persilangan ras ataupun perkawinan<br />
antar kelompok etnis yang berbeda. Dalam<br />
kenyataannya, keberagaman budaya yang dimiliki<br />
oleh kota London saat ini malah memicu<br />
pertumbuhan ekonomi kota yang bersandar pada<br />
inovasi dan kreativitas individu, sehingga<br />
potensi konflik yang ada relatif dapat dihindari.<br />
Sementara itu Elizabeth Burns Coleman<br />
menyatakan, pengembangan kota kreatif dalam<br />
perspektif keberagaman budaya dapat mendorong<br />
terjadinya proses kohesi sosial yang<br />
inklusif. Dalam perspektif keberagaman dan interaksi<br />
budaya, warga kota akan lebih terpacu<br />
untuk dapat terlibat dan berpartisipasi dalam<br />
melakukan serangkaian eksplorasi penciptaan<br />
nilai-nilai yang baru, karena proses interaksi<br />
budaya juga dapat mendorong terjadinya proses<br />
negosiasi, adaptasi dan perubahan. Dalam wacana<br />
kota kreatif, keberagaman budaya juga<br />
memiliki nilai ekonomi karena situasi keberagaman<br />
memungkinkan terjadinya proses pencip-<br />
11
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LAPORAN UTAMA<br />
taan dan transaksi nilai-nilai, baik secara artistik<br />
maupun ekonomi.<br />
Ada baiknya untuk disadari bahwa membangun<br />
perspektif keberagaman budaya adalah sebuah<br />
langkah politik yang diperlukan untuk<br />
meningkatkan akses dan partisipasi<br />
masyarakat sipil, termasuk dalam mengembangkan<br />
kebijakan dan program pembangunan<br />
yang berkeadilan.<br />
Hal ini setidaknya tercermin melalui uraian<br />
Fotis Kapetopoulos yang memaparkan bahwa<br />
pengembangan pemahaman akan keberagaman<br />
budaya senantiasa memerlukan keterlibatan<br />
masyarakat secara langsung, selain pengembangan<br />
kebijakan dan alokasi dana pajak yang<br />
bertanggung jawab.<br />
Kepentingan publik harus dapat tercermin<br />
dalam keseluruhan proses pembentukan kebijakan,<br />
kegiatan kebudayaan dan aktivitas lain<br />
yang melibatkan masyarakat umum, karena keberagaman<br />
budaya merupakan tulang punggung<br />
dari aktivitas ekonomi masyarakat kota<br />
yang kreatif.<br />
Profesor Marcia Langton AM (AU), salah seorang<br />
panelis dalam seminar ini lebih jauh menyatakan<br />
bahwa untuk membangun perspektif keberagaman<br />
budaya dibutuhkan kepemimpinan<br />
dan penghubung masyarakat yang berwawasan<br />
luas. Dalam beberapa hal, kebutuhan semacam<br />
ini dapat ditemukan pada energi kaum muda<br />
yang lebih dinamis dan terbuka akan gagasangagasan<br />
baru.<br />
Selain itu, kepemimpinan yang dibutuhkan<br />
adalah sosok yang memiliki tingkat intelektualitas<br />
dan kemampuan manajemen yang baik, sehingga<br />
dapat terhindar dari tata kelola pemerintahan<br />
yang buruk dan korup karena minimnya<br />
kemampuan intelektual yang terpuji.<br />
Untuk itu, tidaklah berlebihan apabila panelis<br />
Darcy Nicholas (NZ) menyatakan bahwa pemahaman<br />
akan keberagaman budaya hanya dapat<br />
ditemukan dalam sosok pemimpin yang memiliki<br />
kesadaran yang berlapis dan berorientasi pada<br />
inovasi dan perubahan. Dalam hal ini, seorang<br />
pemimpin yang memiliki intelektualitas<br />
dan perspektif keberagaman budaya akan secara<br />
kreatif mampu merancang dan mendorong<br />
proses perubahan ke arah yang lebih baik.<br />
(Penulis adalah seniman, bekerja untuk Common<br />
Room Networks Foundation)**<br />
Parade <strong>Bandung</strong> Kreatif<br />
HARI jadi <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> ke-198 tahun <strong>2008</strong> ini<br />
ditandai dengan Parade <strong>Bandung</strong> Kreatif.<br />
Kegiatan yang cukup meriah ini berlangsung<br />
Sabtu (6/12) lalu. Di antaranya dengan pawai<br />
kendaraan hias bunga “<strong>Bandung</strong> Blossom” mengelilingi<br />
beberapa jalan protokol di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
sehingga menarik perhatian masyarakat.<br />
Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> H.Dada Rosada sendiri<br />
membuka acara tersebut di halaman Balai <strong>Kota</strong><br />
<strong>Bandung</strong>, ditandai dengan penabuhan bedug.<br />
Menurut wali kota, kegiatan ini merupakan media<br />
untuk mempromosikan produk-produk unggulan<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>.<br />
Tercatat 700 peserta mendandani kendaraan<br />
dengan bunga-bunga yang dipasang di mobil,<br />
becak, delman dan tampak indah dipandang<br />
mata. Ikut juga berparade, kelompok sepada ontel.<br />
Perkumpulan sepeda motor, serta marching<br />
band.<br />
Kesenian juga ditampilkan di lapangan Gasibu,<br />
di antaranya , Tari Kangsreng, kuda renggong,<br />
karinding. Dan tarian dari Korea Selatan.<br />
Hadir tamu undangan Wali <strong>Kota</strong> Surabaya, utusan<br />
Pemkot Batam, Palembang, Pontianak dan<br />
Suwon Korea Selatan.<br />
12
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-44<br />
Pemkot <strong>Bandung</strong> Berhasil Raih<br />
Manggala Karya Bhakti Husada Kartika<br />
ATAS jasa luar biasa dalam menggerakan dan memberdayakan masyarakat<br />
untuk hidup sehat, Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> H Dada Rosada, dalam rangkaian<br />
peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 44 Tahun <strong>2008</strong>, menerima<br />
penghargaan ”Manggala Karya Bhakti Husada ( MKBH ) Kartika.<br />
13
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
P<br />
enghargaan diserahkan langsung<br />
Menteri Kesehatan RI, Dr. dr. Siti Fadilah,<br />
Sp, Jp. (K), di Ballroom Four Sessions<br />
Hotel, Jalan Rasuna Said Jakarta, Kamis<br />
(18/12) lalu. Manggala Karya Bhakti Husada<br />
diberikan kepada institusi yang dukungannya<br />
sangat besar terhadap pembangunan kesehatan<br />
diwilayahnya, sehingga mampu menunjukan<br />
komitmen yang tinggi, memiliki kerjasama yang<br />
baik dan nyata dalam menyukseskan programprogram<br />
kesehatan di wilayahnya.<br />
Penilaian juga didasarkan pada sejumlah indikator,<br />
di antaranya pencapaian prioritas program<br />
kesehatan dengan hasil yang tercakup<br />
dalam riset kesehatan dasar (Riskesdas) untuk<br />
tingkat provinsi, kabupaten/kota, alokasi<br />
anggaran pada APBD diatas/mendekati 15 %,<br />
kabupaten/kota di luar Jawa Bali dengan desa<br />
siaga 100 %, serta kabupaten/kota yang mempunyai<br />
pelayanan khusus.<br />
Dalam pemberian penghargaan tersebut,<br />
Menkes menyerahkan 53 penghargaan lainnya,<br />
di antaranya Ksatria Bhakti Husada (14), Manggala<br />
Karya Bhakti Husada (19), UPT dengan kinerja<br />
paling baik (5), individu berprestasi (9), pemenang<br />
lomba (6). Bersama <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, satu<br />
rumah sakit dan dua kota di Jawa Barat juga<br />
menerima penghargaan dari Menkes, penghargaan<br />
institusi dengan Pelayanan Prima diterima<br />
Rumah Sakit Hasan Sadikin, penghargaan Ksatria<br />
Bakti Husada Arutala diterima Wali <strong>Kota</strong><br />
Cirebon, Subardi, S.Pd, dan Wali <strong>Kota</strong> Sukabumi,<br />
H Mokh Muslikh Abdussyukur, S.H, M.Si.<br />
Kepala Dinas Kesehatan <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, dr. H.<br />
Gunadi S. Bhinekas menuturkan, dari hasil<br />
riset kesehatan dasar (Riskesdas) <strong>2008</strong>, <strong>Kota</strong><br />
<strong>Bandung</strong> merupakan urutan ketiga dalam pencapaian<br />
indikator prioritas pembangunan kesehatan.<br />
Untuk prestasi lainnya, <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> juga<br />
mampu memberikan fasilitasi penyediaan dana<br />
penyangga pelayanan kesehatan untuk keluarga<br />
miskin dan kurang mampu sejak 2006 melalui<br />
Bawaku Sehat dengan anggaran di APBD setiap<br />
tahun meningkat, Rp 4 miliar (2006), Rp 5,9 miliar<br />
(2007) dan Rp 18 miliar (<strong>2008</strong>), pengangkatan<br />
kualitas melalui sertifikasi ISO 9001-<br />
2000, peningkatan kinerja dan kesejahteraan<br />
Kader Posyandu Rp 125 ribu/Posyandu sejak<br />
tahun 2006, revitalisasi 1.915 posyandu dengan<br />
15.000 kader aktif.<br />
Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> H.Dada Rosada usai<br />
menerima penghargaan mengatakan, konsistensi<br />
di bidang pembangunan kesehatan, Pemkot<br />
<strong>Bandung</strong> secara bertahap akan terus berupaya<br />
meningkatkan dukungan APBD untuk sebesarbesarnya<br />
bagi kesejahteraan masyarakat. Antara<br />
lain diwujudkan melalui terciptanya<br />
lingkungan sehat, pelayanan kesehatan yang<br />
meningkat baik cakupan maupun kualitas, serta<br />
meningkatnya perilaku masyarakat untuk<br />
hidup sehat mandiri menuju terwujudnya <strong>Bandung</strong><br />
Sehat.<br />
Dada menegaskan, jangan ada satupun warganya,<br />
khususnya mereka yang kurang mampu<br />
tidak terjamin kesehatannya karena Pemkot<br />
telah menyediakan dana, tidak saja gratis berobat<br />
ke Puskesmas tapi juga menjamin biaya jika<br />
harus dirujuk ke rumah sakit. ”Warga yang sakit<br />
dan melaporkan ketidak mampuannya, kita<br />
selesaikan,” ujarnya.<br />
Pelayanan ini kata wali kota, tidak terbatas pada<br />
penyakit yang dijamin jamkesmas. “Mudahmudahan<br />
dengan berbagai bantuan kita, baik<br />
bidang pendidikan gratis, pelayanan kesehatan<br />
gratis juga bantuan modal usaha yang gratis,<br />
akan mendorong terwujudnya masyarakat sejahtera<br />
yang sehat serta mandiri,” ujarnya.<br />
Perwujudan <strong>Bandung</strong> Sehat menurut wali kota,<br />
sangat ditentukan oleh perilaku manusianya,<br />
namun tidak kalah penting adalah meratanya<br />
infrastruktur mandi, cuci dan kakus<br />
(MCK), penyediaan air bersih dan lingkungan<br />
hidup yang sehat. ”Kita bangga upaya pembangunan<br />
kesehatan yang kita lakukan mendapat<br />
apresiasi dari Menteri Kesehatan. Mudah-mudahan<br />
penghargaan ini menjadi dorongan lebih<br />
baik lagi bagi Pemkot <strong>Bandung</strong> untuk memberikan<br />
pelayanan yang terbaik kepada<br />
masyarakat, khususnya dalam mewujudkan<br />
<strong>Bandung</strong> Sehat yang Bermartabat,” ucapnya.<br />
(Bardi)**<br />
14
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
Seminar Pengelolaan Pohon<br />
Perda 23/1987 Perlu Diubah<br />
POHON merupakan elemen utama ruang terbuka hijau (RTH).<br />
Keberadaannya perlu dijaga dan dipelihara agar mampu berperan menjaga<br />
keseimbangan ekosistem perkotaan. Realitanya, karena desakan tuntutan<br />
pembangunan baik untuk infrastruktur gedung pemerintahan, swasta maupun<br />
rumah untuk tempat tinggal, kepentingan ekologi sering terkalahkan.<br />
15
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
Sejalan dengan konsep pembangunan<br />
berkelanjutan, diperlukan perubahan paradigma<br />
pemikiran dalam bentuk kebijakan,<br />
agar kepentingan manusia selaras dengan<br />
pemeliharaan ekologi dan mengarah pada terciptanya<br />
keseimbangan ekositem, yakni adanya proporsionalitas<br />
antara pemanfaatan lahan untuk<br />
RTH dengan pemanfaatan lahan terbangun.<br />
Pengelolaan pohon di Wilayah <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />
secara spesifik telah diatur dalam Peraturan<br />
Daerah (Perda) <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> Nomor 23/1987<br />
tentang penanaman, pemeliharaan dan pemangkasan<br />
pohon yang didalamnya juga memuat retribusi<br />
izin pemangkasan dan penebangan atas permohonan<br />
masyarakat. Realitanya pohon pelindung<br />
di kanan kiri jalan<br />
adalah aset Pemkot <strong>Bandung</strong>,<br />
jika ada yang ditebang<br />
harus diganti yang<br />
baru, bukan lagi dengan<br />
retribusi.<br />
”Untuk itu kami berencana<br />
merevisi Perda<br />
23/1987. Alasannya, selain<br />
sudah ada ketentuan<br />
baru yaitu Undang-Undang<br />
nomor 26 dan 27 tahun<br />
2007 tentang penataan<br />
ruang, karena retribusi<br />
yang rupiahnya terlalu kecil tidak efektif lagi sehingga<br />
perlu direvisi. Rencananya retribusi ini<br />
akan diubah menjadi mengganti duaratus pohon,”<br />
kata Kepala Dinas Pertamanan <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, Ir<br />
Yogi Supardjo, ketika dikonfirmasi, disela kegiatan<br />
seminar pembahasan Perda 23/1987, di Grand Pasundan<br />
Hotel, Jln. Peta <strong>Bandung</strong> (17/11).<br />
Dibuka resmi Wakil Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, Ayi Vivananda,<br />
S.H., seminar diikuti peserta dari pengurus<br />
LSM, aktivis lingkungan dan para pimpinan<br />
SKPD, camat serta lurah. Menghadirkan<br />
narasumber, Prof. Djohan Iskandar, Phd (aspek<br />
lingkungan), Dra. Budiawati Supangkat, M.A.,<br />
(aspek sosial), Ai Siti Faridah, S.E., (aspek ekonomi)<br />
dan Dedi Jubaedi, S.H., (aspek hukum).<br />
Pengawasan RTH dalam bentuk taman di <strong>Kota</strong><br />
<strong>Bandung</strong>, kata Djohan, dirasakan masih sangat<br />
kurang. Pohon dan lingkungan di sejumlah<br />
taman, selain kurang terpelihara kebersihannya,<br />
menurutnya, diwaktu-waktu tertentu banyak<br />
berubah menjadi arena pedagang kaki lima dan<br />
aktivitas bisnis lainnya di dalam taman, di antaranya<br />
Taman Lansia, Taman Cibeunying dan<br />
Taman Cilaki. Sehingga perlu ekstra pengawasan<br />
dan penegakkan Perda.<br />
Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, H. Dada Rosada dalam<br />
sambutan tertulis yang disampaikan Wakil Wali<br />
<strong>Kota</strong> Banudng, Ayi Vivananda mengemukakan,<br />
persoalan lingkungan hidup <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, menjadi<br />
sangat krusial karena dampak yang telah<br />
mulai dirasakan. Yaitu terjadinya peningkatan<br />
suhu, penurunan air bawah tanah dan rendahnya<br />
kualitas udara akibat tingginnya buangan gas<br />
buang kendaraan bermotor. Untuk itu diperlukan<br />
model perencanaan dan manajemen pengelolaan<br />
lingkungan hidup, yang harus mampu memobilisasi<br />
seluruh potensi.<br />
Pembahasan Perda<br />
23/1987, dikemukakan<br />
wali kota, akan menjadi<br />
media untuk merumuskan<br />
langkah-langkah strategis,<br />
sekaligus menjadi ajakan<br />
bagi masyarakat luas untuk<br />
secara bersama-sama<br />
memelihara pohon sebagai<br />
faktor penyeimbang<br />
lingkungan hidup.<br />
”Seminar ini menjadi<br />
penting, sehingga diharapkan<br />
menghasilkan gagasan-gagasan baru yang<br />
dapat membangun kesadaran kolektif<br />
masyarakat, sebagai modal sosial untuk membangun<br />
dan memelihara lingkungan hidup kota,<br />
tidak sekedar untuk menyesuaikan dan<br />
memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan<br />
penataan ruang yang baru,” harapnya.<br />
Strategi <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> (Pemkot) <strong>Bandung</strong><br />
dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan<br />
membangun kualitas lingkungan hidup, sering<br />
disebut wali kota, diupayakan melalui 7 program<br />
prioritas khususnya <strong>Bandung</strong> Hijau dan pelaksanaan<br />
5 Gerakan Lingkungan Hidup. Gerakan<br />
ini meliputi gerakan penanaman sejuta<br />
pohon/penghijauan kota dan hemat menabung<br />
air melalui sumur resapan, gerakan sejuta bunga<br />
untuk <strong>Bandung</strong> (GSBUB), program udara bersih<br />
”langit biru”, gerakan Cikapundung Bersih (GCB)<br />
dan gerakan pembibitan, penanaman, pemeliharaan<br />
dan pengawasan pohon dan lingkungan<br />
hidup (GP4LH).**<br />
16
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
Taman Sari<br />
dan Cikapundung<br />
Segera Direvitalisasi<br />
B<br />
ANDUNG tempo doeloe atau<br />
zaman baheula, sepertinya<br />
sengaja dibangun sebagai kota<br />
persitirahatan dengan konsep tata<br />
kotanya mengacu pada kota taman<br />
seperti di Eropa. Selain udaranya sejuk,<br />
pagi hari diselimuti embun,<br />
taman kotanya yang banyak tersebar,<br />
Taman Anggrek, Taman Bengawan,<br />
Taman Ciliwung, Taman Maluku,<br />
Taman Cibeunying, Taman Cilaki,<br />
Taman Orangeplan dan masih banyak<br />
lagi. Demikian juga dengan bangunan-bangunan<br />
rumah tinggal, nampaknya<br />
sengaja dibangun seperti<br />
menjauhi kebisingan kendaraan, den-<br />
17
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
gan jarak agak jauh dari bibir<br />
jalan raya, bergaya arsitektur<br />
art deco seperti yang ada sekitar<br />
kawasan Jalan Dago/Ir H<br />
Juanda, Jln RE Martadinata,<br />
Jln Supratman, Jln Diponegoro,<br />
Jln Aceh, Jln Gatot Subroto,<br />
Jln Cipaganti, Jln Cihampelas,<br />
Setiabudhi.<br />
Tidak terkecuali kawasan<br />
Taman Sari, kawasan ini dari<br />
utara sampai ke Selatan sekitar<br />
Tahun 60 an masih banyak<br />
sawah, kolam ikan dan air Sungai<br />
Cikapundung yang masih<br />
bisa digunakan mandi, tempat<br />
bermain dan berenang anakanak<br />
dan orang tua mencuci<br />
pakaian. Tidak berlebihan jika<br />
banyak orang berseloroh, <strong>Bandung</strong><br />
diciptakan ketika Tuhan<br />
sedang tersenyum.<br />
<strong>Bandung</strong> sekarang nampaknya<br />
sudah banyak berubah,<br />
banyak taman dan lahan terbuka<br />
telah beralih fungsi. Ruang<br />
Terbuka Hijau (RTH) mengalami<br />
degradasi baik kuantitas<br />
maupun kualitas. <strong>Bandung</strong><br />
udaranya sudah panas, polusi<br />
udaranya cukup tinggi, lalu lintasnya<br />
macet, komuter penduduk<br />
tinggi, jumlah penduduk<br />
besar, banyak pemukiman<br />
tidak saja padat tapi juga<br />
kumuh. Namun <strong>Bandung</strong> sampai<br />
kapanpun tetap dicintai,<br />
diminati dan banyak yang ingin<br />
tinggal di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>.<br />
Persoalannya sekarang,<br />
bagaimana fungsi lahan atau<br />
kawasan yang dulu dianggap<br />
vital, kembali memiliki nilai<br />
yang layak dan nyaman dihuni,<br />
memberikan manfaat bagi kesejahteraan<br />
warganya bahkan<br />
harga diri sebagai kota yang<br />
membanggakan, baik dari sisi<br />
sosial, ekonomi maupun<br />
lingkungan hidup.<br />
Khususnya kawasan Taman<br />
Sari, Lembah Sungai Cikapundung<br />
dan Babakan Siliwangi,<br />
sejalan dengan Rencana Detail<br />
Tata Ruang <strong>Kota</strong> (RDTRK)<br />
Wilayah Pengembangan<br />
Cibenying, Perwal 981/2006,<br />
memberikan arahan, antara<br />
lain meningkatkan kualitas image<br />
kawasan sebagai kawasan<br />
tempat-tempat yang unik bagi<br />
tempat tinggal, bekerja dan<br />
rekreasi, mempertahankan<br />
wilayah Cibeunying sebagai<br />
pusat wisata <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>.<br />
Sejalan dengan rencana <strong>Pemerintah</strong><br />
<strong>Kota</strong> (Pemkot) <strong>Bandung</strong>,<br />
merevitalisasi kawasan<br />
ini, melalui Dinas Tata Ruang<br />
dan Cipta Karya (Distarcip),<br />
bertempat di Gedung Indonesia<br />
Menggugat, Jalan Perintis Kemerdekaan<br />
9 <strong>Bandung</strong>,<br />
menggelar workshop sehari revitalisasi<br />
kawasan Taman Sari<br />
dan Lembah Cikapundung termasuk<br />
Babakan Siliwangi,<br />
Rabu (19/11/08). Menghadirkan<br />
16 nara sumber dari<br />
berbagai unsur, terdiri politisi,<br />
praktisi hukum, perguruan<br />
tinggi, masyarakat, seniman,<br />
pakar dan praktisi serta LSM<br />
maupun ormas pecinta<br />
lingkungan hidup.<br />
Ririn Wuryantari dari Pusat<br />
Studi Urban Design (PSUD)<br />
ITB, sangat sependapat jika<br />
Pemkot <strong>Bandung</strong> akan<br />
melakukan revitalisasi<br />
Kawasan Taman Sari dan Lembah<br />
Cikapundung. Menurutnya,<br />
Taman Sari adalah kampung<br />
pemukiman padat yang<br />
lingkungannya kumuh. Gambaran<br />
ini nampak jelas, dilihat<br />
dari atas jalan/layang Pasupati,<br />
“Mereka yang datang dari<br />
Jakarta ke <strong>Bandung</strong>, yang pertama<br />
kali menyambut, bukan<br />
oleh Factory Outlet (FO) tapi<br />
kawasan kumuh Taman Sari<br />
yang ada di sekitar<br />
jembatan/layang Pasupati. Se-<br />
18
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
bagai warga <strong>Bandung</strong>, tentunya<br />
kita harus berpikir,<br />
bagaimana caranya menyulap<br />
atau merubah kawasan ini<br />
menjadi lebih baik, meski padat<br />
tapi teratur. Semua bangunan<br />
di sepanjang Sungai Cikapundung,<br />
dirubah dari membelakangi<br />
menjadi menghadap ke<br />
sungai.” ujarnya sekaligus<br />
bersyukur, ternyata Pemprop<br />
Jabar maupun <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
telah menjadikan kawasan<br />
kedalam Rencana Tata Bangunan<br />
dan Lingkungan (RTBL).<br />
Halnya dengan keinginan<br />
menata lembah Sungai Cikapundung,<br />
disambut investor nasional,<br />
PT Praja Suryaning Graha<br />
(PT (PSG) yang akan menjadikan<br />
kawasan ini, kawasan<br />
wisata, hunian teratur dengan<br />
struktur rumah susun dan<br />
apartemen, serta bangunan<br />
komersial lainnya di antaranya<br />
rumah makan dan gedung pagelaran<br />
kesenian daerah.<br />
Sedangkan untuk penataan<br />
Babakan Siliwangi, Pemkot<br />
<strong>Bandung</strong> telah menjalin kerjasama<br />
dengan PT Esa Gemilang<br />
Indah (PT EGI). Lahan<br />
yang dikerjasamakan untuk ditata<br />
dan dikelola, dari seluas<br />
lebih kurang 38.413 M2, lahan<br />
efektif yang boleh dibangun pihak<br />
pengelola, yaitu untuk<br />
rumah makan dan pusat budaya<br />
sunda, hanya seluas<br />
2.197 M2, dan lahan parkir serta<br />
sarana jalan seluas 5.179<br />
M2. Sisa lahan efektif, harus<br />
dihijaukan, ditata, dijaga.<br />
Dipelihara, dilestarikan<br />
khususnya tanaman dan pepohonan<br />
yang ada dan menjadi<br />
tanggungjawab pengembang.<br />
Untuk itu Dirut PT EGI, Iwan<br />
Sunaryo dibantu arsitekturnya<br />
Budi Hendra Purnomo memaparkan,<br />
sejak ditanda tanganinya<br />
nota kesepahaman<br />
kerjasama, pihaknya telah<br />
melakukan pendataan,<br />
melakukan penomoran serta<br />
inventarisasi jenis dan ukuran<br />
semua pohon yang ada di<br />
kawasan Babakan Siliwangi.<br />
Sejak Tahun 2003 hingga 2007,<br />
disebutkan, 200 dari 600 pohon<br />
mati tidak terurus.<br />
Rumah makan Babakan Siliwangi<br />
yang akan ditata, akan<br />
dibuat rumah panggung modern<br />
dua lantai yang antara bangunan<br />
dihubungkan jembatanjembatan<br />
kayu tanpa merusak<br />
keberadaan pohon yang telah<br />
ada, bahkan diupayakan ditambah,<br />
terutama pepohonan langka<br />
yang dapat menarik datang<br />
dan berkembang biaknya berbagai<br />
jenis burung, serta zona<br />
taman bunga yang tertata.<br />
Pembangunan dimanapun<br />
termasuk <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />
menurut seorang peserta,<br />
Melatiwangi, tidak sedikit pengusaha<br />
mengkadali pemerintah<br />
daerah. Mulanya cafe atau mal<br />
kecil-kecil dengan areal parkir<br />
terbatas di bagian depan dengan<br />
beberapa pohon dibiarkan<br />
tumbuh untuk memberi kesan<br />
ramah lingkungan. Namun kemudian<br />
dengan alasan<br />
banyaknya pengunjung, parkir<br />
diperluas. Melati mencontohkan,<br />
Cihampelas Walk (Ciwalk),<br />
di kawasan ini sekarang<br />
telah berdiri lahan parkir 7 lantai<br />
dengan konstruksi baja dan<br />
mega apatemen. Selain membebani<br />
tebing, keberadaan mega<br />
apartemen akan mengeksploitasi<br />
kebutuhan airnya.<br />
”Saya khawatir, Babakan Siliwangi<br />
ke depan juga akan<br />
seperti Ciwalk. Jadi saya<br />
mengingatkan, jangan sampai<br />
pemerintah kota itu dibodohin<br />
atau dikadalin terus menerus<br />
oleh pengembang,” ujarnya.**<br />
19
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
Para Kader Posyandu<br />
Juga Butuh Perhatian<br />
KEPALA Dinas Kesehatan <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
dr.H.Gunadi S. Bhinekas mengingatkan,<br />
kesehatan adalah kebutuhan dasar<br />
hidup manusia yang tidak bisa diganti dengan<br />
yang lainnya. Karena kesehatan berpengaruh<br />
langsung kepada aktivitas dan produktivitas seseorang,<br />
baik dewasa maupun anak-anak. Namun<br />
tidak sedikit orang, yang melupakan tentang<br />
pentingnya kesehatan, baru sadar setelah jatuh<br />
sakit. Ini dibuktikan dengan masih banyak orang<br />
yang belum menerapkan pola hidup bersih dan<br />
sehat, di antaranya merokok dan kebiasaan tidak<br />
mencuci tangan sebelum makan.<br />
“Usaha preventif untuk menjaga kesehatan<br />
harus diperhatikan, seperti menimbang berat<br />
badan secera rutin terutama pada usia balita dan<br />
ibu hamil, makanan gizi seimbang dan beragam<br />
pemberiaan ASI eksklusif dan imunisasi. Metoda<br />
hidup sistematis mewujudkan bangsa sehat dan<br />
berkualitas ini ada dalam Posyandu. Semua<br />
dikelola masyarakat melalaui kader-kader<br />
posyandu, dari, oleh dan untuk masyarakat, ” kata<br />
Gunadi ketika membuka Jambore Kader<br />
Posyandu <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> <strong>2008</strong>, di GOR Pajajaran,<br />
Jln Pajajaran <strong>Bandung</strong>, Selasa (25/11) lalu.<br />
Jambore dilaksanakan selama 2 hari, 25 - 26<br />
20
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
November <strong>2008</strong>. Diikuti 1.510 kader posyandu<br />
dari 151 kelurahan, ditambah 260 pembina kader<br />
tingkat kecamatan dan puskesmas. Kegiatan<br />
meliputi kreasi seni dan lomba menu makanan<br />
tambahan pada ibu hamil dan balita.<br />
Kadinkes menyatakan, di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> hingga<br />
kini terdapat 1.915 posyandu aktif, dikelola tidak<br />
kurang dari 15.000 kader, 1.000 orang di antaranya<br />
telah mengabdi lebih dari 25 tahun. Ini<br />
merupakan pengabdian luar biasa. Kader merupakan<br />
bagian integral dari kelangsungan aktivitas<br />
posyandu. Kader adalah masyarakat yang secara<br />
sukarela mengabdikan sebagian hidupnya untuk<br />
pembangunan kesehatan. “Jambore ini juga<br />
merupakan upaya guna menjaga komitmen, agar<br />
kader tetap aktif dalam kegiatan posyandu. Tema<br />
jambore kita kali ini, keluarga sadar gizi adalah<br />
investasi, melalui pencegahan persalinan kita cegah<br />
terjadinya kematian pada ibu hamil dan<br />
melahirkan,” tuturnya.<br />
Jambore juga diisi dengan dialog bersama Wali<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> H.Dada Rosada. Melalui perwakilan<br />
kader dari tiap wilayah, terinventarisasi sejumlah<br />
masukan, di antaranya perwakilan Kader<br />
Bojonegara, mengusulkan Pemkot <strong>Bandung</strong><br />
memfasilitasi institusi pelayanan kesehatan<br />
swasta, dokter, bidan, klinik dan rumah sakit,<br />
mau berkontribusi menjadi orang tua asuh<br />
posyandu secara rutin.<br />
Kader Cibeunying, selain menyampaikan terima<br />
kasih atas insentif diterimanya, buku panduan<br />
kader, seragam dan buku saku PKK, mengusulkan<br />
bantuan sarana darurat penganggulangan<br />
bencana, di antaranya alat pemadam kebakaran<br />
atau ambulan di kelurahan siaga. Kader<br />
Karees, kader yang mendapat dukungan keluarga,<br />
perlu diimbangi dengan perhatian layanan<br />
publik dari pemkot, di antaranya diringankan biaya<br />
dan dimudahkan dalam pembuatan KTP<br />
karena tidak semua kader ekonomi mampu.<br />
Kader Ujungberung, merasa sudah waktunya<br />
kader dihimpun dalam suatu wadah, forum komunikasi<br />
kader posyandu. Forum ini tidak saja<br />
sebagai forum tukar menukar informasi,<br />
berdiskusi, berbagi pengalaman, juga sebagai wujud<br />
diakuinya keberadaan kader posyandu. Kader<br />
Gedebage, usul agar kader diberi kartu jaminan<br />
kesehatan masyarakat (Jamkesmas) sekaligus<br />
menginformasikan, di sejumlah wilayahnya,<br />
masih banyak masyarakat tidak bisa menggunakan<br />
Jamkesmas karena untuk ke Puskesmas<br />
harus mengeluarkan jasa ojeg Rp 15.000,00. Jika<br />
mungkin, di wilayah Gedebage Selatan, dibuatkan<br />
Puskesmas baru.<br />
Menanggapi apsirasi kader, wali kota mengemukakan,<br />
jambore kader posyandu yang sebelumnya<br />
telah 2 kali dilaksanakan, sebagai forum<br />
tukar pikiran, tukar pengalaman dan<br />
penyampaian aspirasi.”Karena kita sudah saling<br />
ketemu, aspirasinya masih ringan. Karenanya,<br />
harus dapat dipenuhi, semuanya sudah kita<br />
catat, tinggal direalisasikan,” ujarnya.<br />
Meski warga <strong>Bandung</strong> termasuk kader posyandu<br />
yang mendukung dirinya menjadi wali kota<br />
hanya 65 %, tapi yang diupayakan harus dilayani,<br />
adalah semua warga <strong>Bandung</strong> yang 100 %. Tugasnya<br />
sebagai wali kota, adalah melindungi,<br />
memajukan kesejahteraan dan mencerdaskan kehidupan<br />
warganya. “Jika selama ini <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
banyak meraih prestasi, keberhasilan ini<br />
tentunya berkat semua. Tanpa bantuan seluruh<br />
stakeholder, swasta dan masyarakat termasuk<br />
kader posyandu, semua upaya menyejahterakan<br />
dan mencerdaskan masyarakat, tidak mungkin<br />
bisa diwujudkan,”ujar Dada.<br />
Upaya meningkatkan kesejahteraan, mengurangi<br />
kemiskinan, mengurangi pengangguran,<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> memulainya dengan gratis sekolah,<br />
gratis kesehatan, gratis pemberian bantuan<br />
peningkatan kemakmuran.<br />
Hingga tahun <strong>2008</strong>, Pemkot <strong>Bandung</strong> telah<br />
menyalurkan bantuan modal usaha peningkatan<br />
kemakmuran kepada lebih kurang 51.000 pemohon<br />
dengan total bantuan Rp 36.529.887.000,00<br />
bervariasi antara Rp 500.000,00 hingga Rp 15 juta.<br />
Bantuan sekolah gratis bagi 325 sekolah, beasiswa<br />
bawaku pendidikan kepada 67.250 siswa,<br />
perbaikan 1.030 rumah tidak layak huni, serta<br />
pendampingan layanan kesehatan rujukan ke<br />
rumah sakit dan pelayanan gratis di puskesmas<br />
bagi lebih kurang 340.000 jiwa keluarga kurang<br />
mampu.<br />
“Kebijakan ini akan terus kita lanjutkan, sampai<br />
semua warga yang membutuhkan termasuk<br />
rumah tangga miskin, semuanya kebagian. Harapan<br />
saya, bagaimana kita memperbaiki kehidupan<br />
warga <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> dengan meringankan<br />
beban hidup kebutuhan dasarnya,” ujar wali kota.**<br />
21
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
51.000 Warga <strong>Bandung</strong><br />
Peroleh Bawaku Makmur<br />
AKHIR Tahun 1996, sebelum krisis moneter,<br />
pertumbuhan ekonomi <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
berada pada angka 11 %. Pada posisi<br />
pertumbuhan sebesar ini, dengan program<br />
pembangunan pola manunggal satata sariksanya,<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> dengan lantang, menyatakan bebas<br />
Pra Keluarga Sejahtera (Pra KS) yaitu kelompok<br />
rumah tangga sangat miskin. Namun ketika<br />
krisis moneter, Juli 1997, pertumbuhan ekonomi<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> menurun sangat dramatis hingga<br />
dibawah 1 %.<br />
Sekarang <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> patut bersyukur,<br />
dalam 5 tahun terakhir, 2003-<strong>2008</strong>, ekonomi kota<br />
tidak saja menggeliat, tapi bangkit dan berangsur<br />
pulih. Pertumbuhan ekonominya kini telah mencapai<br />
angka 8,23 %. Yang pasti, angka pertumbuhan<br />
sebesar ini, masih menyisakan persoalan<br />
kemiskinan yang harus diselesaikan secara bertahap.<br />
Karenanya, kebijakan 7 program prioritas<br />
pembangunan, yaitu pendidikan, kesehatan, kemakmuran,<br />
lingkungan hidup, sosial budaya,<br />
olah raga dan agama, yang selama ini dinilai<br />
berhasil dan telah dirasakan manfaatnya warga<br />
<strong>Bandung</strong>, harus berlanjut dan ditingkatkan<br />
bahkan lebih dimantapkan.<br />
Dalam upaya percepatan <strong>Bandung</strong> Makmur<br />
yang diimplementasikan melalui misi pengembangan<br />
perekonomian kota yang adil, Wali <strong>Kota</strong><br />
<strong>Bandung</strong>, H. Dada Rosada, S.H, M.Si, untuk yang<br />
keempat kalinya menyerahkan hibah modal usaha<br />
bagi 11.100 pemohon usaha mikro, koperasi,<br />
dan menengah dengan total bantuan Rp<br />
11.129.887.000,- serta bantuan rehab 225 rumah<br />
tidak layak huni di 30 kecamatan se-<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
Rp 1.125.000.000. Bantuan diserahkan di<br />
Pendopo Rumah Dinas Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, Jln.<br />
Dalem Kaum, Jumat (14/11).<br />
Bagi Tuti warga Cijagra Kecamatan Lengkong,<br />
penjual nasi kuning keliling yang bermodalkan Rp<br />
125.000, bantuan wali kota khusus kemakmuran<br />
(Bawaku Makmur) Rp. 500.000, sangatlah besar.<br />
Dengan keuntungan RP.25.000/hari, itupun<br />
22
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
jika habis, ditambah penghasilan suami yang<br />
penjaga malam di perumahan Suryalaya Rp.<br />
300.000/bulan, sangat berat dengan beban tanggungan<br />
3 anaknya yang mengenyam pendidikan<br />
hanya sampai SD.<br />
“Alhamdulillah, atas pemberian bantuan modal<br />
usahanya kepada saya pedagang nasi kuning keliling,<br />
saya mengucapkan terima kasih. Mudahmudahan<br />
Pak Dada di tahun-tahun mendatang<br />
diangkat kembali menjadi Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>.<br />
Bantuan ini akan saya manfaatkan menambah<br />
dan melengkapi dagangan saya,” ujarnya.<br />
Asep Ayatullah Hidayat, Satpam SPBU warga<br />
Kopo Bojongloa Kidul, dengan suara tersendat<br />
hampir menangis, bersyukur menerima bantuan<br />
Rp 5 juta untuk rehab rumahnya. Gaji Rp<br />
850.000/bulan dengan tanggungan istri dan 4<br />
anaknya, sangat sulit bisa mmperbaiki rumahnya<br />
yang sudah banyak bocor jika hujan.<br />
“Alhamdulillah, hari ini saya bisa berdekatan,<br />
berdampingan dengan bapak wali kota. Ini suatu<br />
kebanggaan. Bantuan program perbaikan rumah<br />
kumuh yang saya terima, sangat membantu saya,<br />
anak dan istri saya, yang mengharapkan bisa<br />
menikmati hidup di tempat tinggal yang layak.<br />
Harapan saya semoga program Pak Wali ini<br />
berlanjut dan berkesinambungan,” ungkapnya,<br />
seraya mendoakan wali kota beserta keluarga dan<br />
jajaran di pemerintahan kota, mendapat perlindungan<br />
dan pertolongan Allah SWT .<br />
Program Bawaku Makmur kata wali kota, merupakan<br />
bantuan hibah yang sangat ketat dikoreksi<br />
DPRD, namun sayang tidak satupun yang hadir<br />
menyaksikan. Bantuan hibah ini, sesuai aturan,<br />
hanya dapat diberikan satu kali tidak bisa terus<br />
menerus. Jadi harus benar-benar dimanfaatkan<br />
maksimal untuk kegiatan ekonomi produktif<br />
keluarga.<br />
Hingga Tahap IV Tahun <strong>2008</strong>, disebutkan wali<br />
kota, Pemkot telah menyalurkan Bawaku Makmur<br />
kepada 51.000 pemohon yang lolos verifikasi.<br />
Menurutnya, masih banyak yang belum kebagian,<br />
sehingga di Tahun 2009 akan diupayakan<br />
kembali. “Jika evaluasi yang kita lakukan, hasilnya<br />
ada dampak dalam peningkatan ekonomi kerakyatan.<br />
Program ini bisa kita perjuangkan<br />
berlanjut. Di tahun 2009, selain melanjutkan<br />
Bawaku Pendidikan Gratis, Bawaku Sehat Gratis,<br />
Bawaku Kemakmuran Gratis, kita juga akan<br />
melaksanakan Bawaku Pangan Gratis,” ungkapnya.<br />
Dalam upaya meningkatkan aktivitas usaha<br />
masyarakat berbasis ekonomi kerakyatan ini,<br />
Asisten Administrasi Ekonomi Pembangunan, Ir,<br />
Drs H Taufik Rahman MH menuturkan,<br />
berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor<br />
1/2007 tentang APBD 2007 Murni dan Perda<br />
Nomor 7/2007 tentang APBD 2007 Perubahan,<br />
serta Perda Nomor 3/<strong>2008</strong> tentang APBD <strong>2008</strong>,<br />
pada komponen belanja hibah telah tersalurkan<br />
Bawaku Makmur Rp 25.400.000.000, untuk<br />
39.916 penerima. Direalisasikan dalam bentuk<br />
fasilitasi permodalan dengan orientasi sasaran<br />
terhadap masyarakat, baik yang rintisan usaha,<br />
pelaku usaha maupun koperasi. Diharapkan<br />
mampu menggerakkan sektor riil perekonomian<br />
masyarakat. Yang akhirnya berimplikasi terhadap<br />
pencapaian kinerja ekonomi kota, di antaranya<br />
peningkatan produk domestik regional bruto<br />
(PDRB), peningkatan Laju Pertumbuhan Ekonomi<br />
(LPE), peningkatan income perkapita serta peningkatan<br />
kemampuan daya beli masyarakat.<br />
Tahap pencairan pertama telah disalurkan Rp<br />
3.538.793 untuk 4.909 pemohon, terdiri 144 rintisan<br />
usaha, 4.725 pelaku usaha termasuk 37<br />
pedagang buku Palasari yang terkena musibah<br />
kebakaran dan 68 koperasi. Tahap kedua disalurkan<br />
Rp 10.861.207.000 kepada 18.637 pemohon,<br />
terdiri 1.964 rintisan usaha, 16.577 pelaku<br />
usaha dan 96 koperasi. Tahap III, disalurkan Rp<br />
11 miliar untuk 16.373 pemohon termasuk 11<br />
pedagang Pasar Ujungberung yang terkena musibah<br />
kebakaran.<br />
Dari evaluasi yang dilaksanakan pada kunjungan<br />
langsung di lapangan terhadap 23.467, dilaporkan<br />
Taufik Rahman, 88 % penerima hibah<br />
menggunakan dananya untuk usaha produktif, 6<br />
% untuk perbaikan ruang usaha dan hanya 6 %<br />
yang menggunakannya untuk keperluan lain.<br />
Sedangkan jenis usaha penerima bantuan, 40 %<br />
Usaha Menengah Kecil dan Mikro (UMKM) produksi<br />
baik yang menghasilkan produk maupun<br />
jasa (warung, jasa penjahit, bengkel), sisanya<br />
yang 60 % merupakan UMKM Konsumsi (warung<br />
kelontong, pedagang pulsa, wartel). Sementara<br />
rumah tidak layak huni yang direhab, sejak 20<strong>05</strong><br />
hingga 2007 mencapai 10.030 rumah. Dengan total<br />
biaya Rp 4.980.341.400, bersumber dari APBD<br />
Rp 5 juta/rumah, selebihnya merupakan swadaya<br />
masyarakat.**<br />
23
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
Baru 1.600 Tenaga Kerja<br />
Terserap Lewat Bursa<br />
PERTUMBUHAN angkatan kerja di negara<br />
atau kota manapun di dunia akan menimbulkan<br />
persoalan ketenagakerjaan<br />
khususnya yang berkaitan dengan pertumbuhan<br />
angkatan kerja dan ketersediaan lapangan kerja.<br />
Masalah ini merupakan pekerjaan panjang yang<br />
tidak akan pernah selesai. Patah tumbuh hilang<br />
berganti, terserap satu datang seribu. Sangat<br />
tidak seimbang. Daftar pencari kerja dan angka<br />
pengangguran terus bertambah panjang dan<br />
telah menjadi pekerjaan rumah (PR) para<br />
pemimpin negeri, baik presiden, gubernur, walikota,<br />
bupati termasuk <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, mencarikan<br />
solusi penanganannya.<br />
Di Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
saja hingga akhir Oktober <strong>2008</strong> tercatat, tidak<br />
kurang 174.000 pencari kerja menganggur tapi<br />
yang terserap baru 1.600 orang. Angkatan kerja<br />
penganggur ini, kemungkinan bertambah karena<br />
telah ada sejumlah perusahaan, menyatakan kolaps<br />
dan siap bahkan telah melakukan pemutusan<br />
hubungan kerja (PHK). Disnaker memprediksi,<br />
dengan pertumbuhan angkatan kerja 20<br />
persen setahun, penganggur di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
akan menjadi 200.000 lebih.<br />
Untuk menangani persoalan tenaga kerja penganggur,<br />
Pemkot <strong>Bandung</strong> melalui Badan Pemberdayaan<br />
Masyarakat (BPM), Dinas Koperasi<br />
UKM dan Industri Perdagangan (Diskopindag), Dinas<br />
Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), Dinas<br />
Sosial dan Disnaker, telah menyelenggarakan<br />
pelatihan-pelatihan ketrampilan.<br />
”Kami Disnaker kerjasama dengan pengusaha<br />
swasta, PT Nikatsu mengembangkan program<br />
magang selama 2 bulan. Juga dengan Adira Motor<br />
melalui subsidi programnya, akan menyelenggarakan<br />
pelatihan gratis. Lulusan nantinya mendapat<br />
sertifikat dan kesempatan untuk bekerja di<br />
Adira Motor asalkan bersedia ditempatkan diseluruh<br />
wilayah Indonesia. Untuk yang berminat bekerja<br />
di bidang otomotif ini, bisa datang ke Disnaker<br />
Jalan Martanegara,” kata Kepala Disnaker<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, Ir. Hj. Hibarni Andamdewi, M.Si.,<br />
disela kegiatan Bursa Kerja Disnaker, di pusat<br />
perbelanjaan elektronika Be Mall Jln. Naripan<br />
<strong>Bandung</strong>, Rabu (5/11) lalu. Hadir dalam acara<br />
tersbeut Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, H. Dada Rosada,<br />
S.H, M.Si.<br />
Bursa tenaga kerja dilaksanakan 5 s/d 6 November,<br />
mulai pukul 09.00 s.d 17.00. Diikuti 32<br />
perusahaan yang sedang mencari lebih kurang<br />
2.500 tenaga kerja. Di antaranya, Hotel Mitra,<br />
Persaels, PT Multi Plus, PT BCA, PT Primarindo<br />
Asia Infrastruktur Tbk. PT Panasia PT Rajawali<br />
Hiyoto, Bank Internasional Indonesia (BII), Bank<br />
HSBC, Danamon, PT Arta Boga Cemerlang. PT<br />
Naga Mas Mitra Abadi, PT Nuansa Cerah Informasi,<br />
PT Dewa Suteratex, Tribun Jabar.<br />
”Kegiatan bursa tenaga kerja tidak saja dilakukan<br />
Disnaker. Dalam bulan Oktober ini, kita<br />
juga telah menyelenggarakan bursa tenaga kerja<br />
yang dilakukan event organiser. Kami juga kerja<br />
sama dengan lembaga-lembaga pendidikan keterampilan<br />
untuk standarisasi sehingga setiap tenaga<br />
kerja mendapatkan sertifikasi sesuai<br />
keahlian,” tuturnya.<br />
Hibarni mengemukakan, pelatihan khususnya<br />
yang dilakukan SKPD di lingkungan Pemkot <strong>Bandung</strong>,<br />
sekarang telah terkoordinasi agar pelatihan<br />
sesuai standar kerja perusahaan yang memberikan<br />
lowongan kerja. Bukan asal memberikan<br />
pelatihan, tapi pelatihan yang menjurus kearah<br />
skill sehingga pengusaha tidak usah melatih kembali.<br />
Wali kota <strong>Bandung</strong>, H. Dada Rosada mengemukakan,<br />
hendaknya para pencari kerja tidak<br />
terlalu memilih-milih pekerjaan. Usahakan diri<br />
mempunyai keterampilan yang dibutuhkan<br />
pangsa pasar tenaga kerja. ”Saya minta kepada<br />
para pencari kerja, terima kesempatan kerja yang<br />
ada dan jangan terlalu memilih-milih. Terima dan<br />
usaha apa saja yang bisa dilakukan karena kebutuhan<br />
hidup tidak bisa dibendung,” ujarnya.<br />
Dada juga mengingatkan, agar pencari kerja<br />
24
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
waspada jika ada perusahaan yang meminta sejumlah<br />
uang dengan iming-iming pekerjaan yang<br />
menjanjikan. Menurutnya, perusahaan atau pengusaha<br />
pastinya membutuhkan pegawai yang<br />
memiliki ketrampilan, sehat, baik dan punya kemampuan.<br />
Jadi kalau ada perusahaan minta<br />
uang, hati-hati , bohong itu penipuan,”ujarnya.<br />
Meski tenaga kerja yang terserap hanya 1.600<br />
orang, namun dirinya yakin jumlah ini bisa lebih<br />
karena banyak juga yang tidak lapor ke Disnaker.<br />
Namun Pemkot <strong>Bandung</strong> akan terus berupaya<br />
melalui pemantapan 7 program prioritas pembangunannnya,<br />
termasuk program-program pelatihan<br />
di masing SKPD, mengembangkan ekonomi<br />
kerakyatan dengan membantu permodalan usaha<br />
kecil menengah, baik melalui Bawaku Makmur<br />
maupun program kemitraan dengan BUMN,<br />
BUMD dan perbankan.<br />
Wali kota juga menyampaikan apresiasiya kepada<br />
perusahaan yang masih eksis dan tegar dalam<br />
usahanya. Untuk itu ia berpesan kepada, pencari<br />
kerja, setelah menjadi pegawai, turut menjaganya<br />
dengan tidak berbuat yang merugikan perusahaan,<br />
seperti melakukan demo atau tindakan<br />
yang akan merugikan semua pihak baik pekerja<br />
maupun pengusaha. ”Jika ada permasalahan, selesaikan<br />
secara musyawarah,” ujarnya.<br />
Untuk melayanai pencari kerja, Disnaker membuka<br />
Kios Bursa Tenaga Kerja, 1 X 24 jam di kompleks<br />
Balai Latihan Kerja (BLK) Jalan Gatot Subroto<br />
<strong>Bandung</strong>. Ke depan Pemkot juga akan berupaya,<br />
untuk memiliki BLK sendiri karena sampai<br />
saat ini masih gabung ke BLK milik Departemen<br />
Tenaga Kerja.**<br />
25
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
H. Dada Rosada,<br />
“Lapor Jika Ada Warga<br />
Tak Mampu Beli Beras!”<br />
WALI <strong>Kota</strong> Banudng H.Dada Rosada<br />
mengingatkan, selain rumah tempat<br />
berlindung, pakaian untuk menutupi<br />
tubuh, pangan adalah kebutuhan hidup yang<br />
sangat mendasar. ”Tidak ada manusia bertahan<br />
hidup tanpa makan. Sehingga bagi suatu komunitas<br />
yang namanya manusia, baik secara individu,<br />
masyarakat atau bangsa perlu memiliki ketahanan<br />
pangannya. Ketahanan pangan harus dipahami,<br />
bukan hanya diukur dari jumlah produksi<br />
tapi juga banyak ditentukan aspek distribusi<br />
dan tingkat daya beli,” ujarnya.<br />
Persoalannya, masyarakat cenderung memiliki<br />
daya adaptasi rendah terhadap berbagai perubahan<br />
global. Realitanya ketika terjadi krisis financial<br />
atau moneter, kemampuan ekonomi<br />
masyarakat berkurang. Jumlah penduduk miskin<br />
dan angka pengangguran meningkat. Padahal<br />
tanpa krisis pun, kemiskinan dan rawan pangan<br />
bisa terjadi.<br />
Dada menekankan, upaya <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong><br />
<strong>Bandung</strong> menanggulangi kemiskinan, dilakukan<br />
melalui penguatan 7 program prioritas pembangunan,<br />
meningkatkan kualitas pendidikan,<br />
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan<br />
peningkatan kemakmuran melalui program bantuan<br />
wali kota khusus, Bawaku Cerdas, Bawaku<br />
Sehat dan Bawaku Makmur. Bahkan di Tahun<br />
2009, Pemkot <strong>Bandung</strong> juga menyiapkan program<br />
Bawaku Pangan yaitu bantuan pangan<br />
gratis bagi rumah tangga miskin, dan Bawaku<br />
Lansia (lanjut Usia) diantaranya perbaikan rumah<br />
(benah rumah) dan pemberian KTP seumur hidup<br />
gratis.<br />
“Saya minta camat, lurah bersama para RT dan<br />
RW di daerahnya masing-masing, mengembangkan<br />
terus komunikasi sosial dengan baik,<br />
jangan sampai komunikasi terputus dan terlambat,<br />
melaporkan jika ada warganya yang tidak<br />
mampu beli beras, dan meninggal karena kelaparan.<br />
Itu jangan sampai terjadi di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,”<br />
kata Dada ketika membuka acara penyerahan<br />
bantuan pangan langsung dan pelayanan<br />
kesehatan gratis bagi warga <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, bantuan<br />
dari PT Askes, di Kelurahan Gempolsari Kecamatan<br />
<strong>Bandung</strong> Kulon, Kamis (6/11) lalu.<br />
Wali kota juga berharap, bantuan pangan dan<br />
pelayanan kesehatan gratis, juga program-program<br />
bantuan khusus lainnnya, dapat mendorong<br />
tumbuhnya kreativitas, produktivitas dan<br />
26
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
kemandirian masyarakat, sehingga suatu saat<br />
nanti, bukan lagi berperan sebagai penerima bantuan<br />
tetapi akan menjadi pemberi bantuan bagi<br />
orang lain yang memerlukan.<br />
Kepala PT Askes Regional V <strong>Bandung</strong>, dr Edwar<br />
Syah mengemukakan, dalam kegiatan sosial ini,<br />
bantuan pangan yang diberikan sebanyak 250<br />
paket sembako dengan total Rp 190 juta. Sedangkan<br />
untuk pelayanan kesehatan, pihaknya<br />
menyiapkan 180 kupon berobat yang sebelumnya<br />
telah dibagikan kepada masyarakat, namun tidak<br />
menutupi warga lainnya yang memerlukan.<br />
Khususnya untuk pegawai negeri, kata Edwar,<br />
PT Askes juga punya program “Sehat Bersama<br />
Askes”. Untuk pegawai di Pemkot <strong>Bandung</strong>, pihaknya<br />
akan memeriksa secara general check up<br />
3.000 pegawai. Juga Papsmir, pemeriksaan untuk<br />
ibu-ibu pegawai negeri sebanyak 2.000. Membantu<br />
pemeriksaan hepatitis B bagi pegawai-pegawai<br />
di rumah sakit.<br />
Pelayanan kesehatan untuk peserta Askes, mulai<br />
Tahun 2009, PT Askes juga meningkatkan<br />
tarip di rumah sakit, artinya tarip yang berlaku<br />
sejak 2004 s/d <strong>2008</strong>, ditingkatkan. Untuk pengobatan<br />
rawat inap, PNS Golongan I dan II sebelumnya<br />
di Klass III menjadi paling rendah di kelas II.<br />
Untuk PNS Golongan III dan IV meningkatkan<br />
akomodasinya di kelas I yang sebelumnya di kelas<br />
II.<br />
PT Askes sebagai BUMN, juga berkontribusi untuk<br />
meningkatkan usaha kecil dan menengah<br />
(UKM) dalam bentuk program kemitraan, yaitu<br />
bantuan permodalan bagi UKM. Di Tahun <strong>2008</strong>,<br />
disalurkan bantuan sebesar Rp. 590 juta untuk<br />
29 pengusaha kecil, yang besarannya antara Rp<br />
10 juta hingga Rp 30 juta.**<br />
27
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
ALBUMA KOTA<br />
BRAGA FESTIVAL<br />
ANUGERAH PESONA PARIWISATA<br />
PELANTIKAN WALI KOTA BANDUNG<br />
PENANAMAN BABAKAN SILIWANGI<br />
PERESMIAN APARTEMEN PANGHEGAR<br />
28
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
ALBUM KOTA<br />
ANUGERAH ABDI NEGARA<br />
BANDUNG BLOSSOM <strong>2008</strong><br />
JALAN SEHAT ANLENE<br />
IDUL ADHA 1429 H<br />
PENGECATAN KAWASAN BRAGA<br />
29
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
UMK <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
Disepakati Rp 1.044.630,00<br />
BERDASARKAN pengkajian dan survey langsung ke pasarpasar<br />
tradisional, disepakati Kebutuhan Hidup Layak (KHL)<br />
Rp 1.118.687,00. Dari angka ini disepakati Upah Minimu<br />
<strong>Kota</strong> (UMK) <strong>Bandung</strong> Rp 1.044.630,00. Terdapat kenaikan 11,25<br />
% dari UMK sebelumnya tahun <strong>2008</strong> sebesar Rp 939.000,00,<br />
bisa dikatakan suatu kenaikan yang cukup besar.<br />
“Besaran UMK 2009 ini, merupakan kesepakatan antara pekerja<br />
dan buruh yang difasilitasi <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> dalam<br />
hal ini Dinas Tenaga Kerja. Yang pasti, kesepakatan ini,<br />
dilakukan melalui proses yang cukup panjang, sepuluh<br />
kali pertemuan, juga kajian dan survey kebutuhan<br />
hidup layak minimum termasuk<br />
usulan pekerja, juga pertimbangan adanya<br />
inflasi,” kata Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, H. Dada<br />
Rosada, S.H, M.Si., disela kegiatan<br />
workshop revitalisasi kawasan<br />
Tamansari dan Lembah Cikapundung<br />
termasuk Babakan Siliwangi,<br />
di Gedung Indonesia Menggugat,<br />
Jalan Perintis Kemerdekaan <strong>Bandung</strong>,<br />
Rabu (19/11).<br />
Jika dipersentasikan,<br />
angka Rp 1.044.630,00<br />
adalah 93,34 % dari kebutuhan<br />
hidup layak. Keputusan<br />
ini sudah disepakati antara buruh,<br />
pekerja dan Asosiasi Pengusaha Indonesia,<br />
sehingga sudah bisa langsung<br />
dilaksanakan. “Jika pengusahanya<br />
mau dan pekerja menyepakati,<br />
kenapa tidak. Saya harus berpihak<br />
diburuh dan pekerja, juga pengusaha,”<br />
tandasnya.<br />
Sementara itu, Kepala Disnaker<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, Ir. Hj Hibarni Andam<br />
Dewi, M.Si., menggatakan, meski<br />
UMK 2009 sudah disepakati pekerja<br />
dan pengusaha. Jika ternyata kemudian<br />
ada pengusaha yang belum<br />
mampu melaksanakan, kenaikan<br />
UMK bisa ditunda sementara,”<br />
ujarnya.**<br />
30
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
Sekda Larang Aparatnya<br />
Kutip Biaya di Luar Ketentuan<br />
SEKRETARIS Daerah<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, Dr.H.<br />
Edi Siswadi,M.Si.,<br />
mengatakan. aparat kewilayahan<br />
<strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong><br />
(Pemkot) <strong>Bandung</strong>, terutama<br />
yang ada di kecamatan<br />
dan kelurahan, tidak boleh<br />
lagi meminta imbalan sepeserpun<br />
atas jasa pelayanan<br />
kepada masyarakat yang dilayaninya.<br />
Karena Pemkot<br />
<strong>Bandung</strong> telah memberikan<br />
tunjangan tambahan penghasilan<br />
kepada seluruh pegawai<br />
maupun para pejabat<br />
strukturalnya.<br />
”Kewajiban aparat pemerintah<br />
adalah memberikan<br />
pelayanan yang sebaikbaiknya<br />
kepada masyarakat<br />
tanpa diembel-embeli pamrih<br />
lain. Ibaratnya, pelanggan<br />
atau masyarakat itu<br />
adalah raja, aparat adalah<br />
pelayannya. Ironis kalau ada aparat selaku pelayan<br />
memarahi masyarakat sebagai raja. Tapi kalau<br />
masyarakat yang memarahai kita, wajar karena<br />
mereka adalah raja,” kata Sekda dalam kunjungan<br />
kerjanya di Kecamatan Cibiru dan Kecamatan<br />
Panyileukan <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, Kamis (7/11).<br />
Sekda mengajak aparat di kewilayahan, untuk<br />
lebih proaktif lagi mendorong dan meningkatkan<br />
kegiatan pembangunan di wilayahnya masingmasing.<br />
Camat dan lurah beserta jajarannya,<br />
harus bisa menyelesaikan hal-hal teknis di lapangan,<br />
di antaranya perbaikan saluran, gerakan<br />
penghijauan, kebersihan wilayah, penataan trotoar.<br />
”Sebenarnya keseluruhan ini, tidak perlu<br />
oleh wali kota yang harus terjun langsung. Karena<br />
wali kota mempunyai tugas-tugas lain yang sangat<br />
berat, yang menyangkut pada kebijakan<br />
strategis Pemkot <strong>Bandung</strong>,” ujarnya.<br />
Sejalan dengan kebijakan<br />
wali kota, terutama dalam<br />
rangka melanjutkan sekaligus<br />
memantapkan pelaksanaan<br />
7 program prioritas<br />
pembangunan <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
selama 5 tahun ke depan,<br />
baik di sektor pendidikan,<br />
kesehatan, kemakmuran,<br />
lingkungan hidup,<br />
seni budaya dan olah raga<br />
maupun agama, lebih<br />
meningkat lagi. Karena<br />
menurutnya, kebijakan ini<br />
merupakan komitmen kuat<br />
dan kesungguhan Pemkot<br />
<strong>Bandung</strong> dalam upaya<br />
melindungi dan mensejahterakan<br />
warganya.<br />
Di sektor pendidikan, camat<br />
harus mengetahui betul<br />
kalau di wilayahnya<br />
masih ada usia sekolah<br />
yang tidak bersekolah.<br />
Sekaligus bertanggung<br />
jawab, memfasilitasi dan membantunya agar bisa<br />
sekolah.<br />
Di sektor kesehatan dan kemakmuran, camat<br />
dan lurah juga harus terus memantau dan melaksanakan<br />
kebijakan ini, termasuk memberdayakan<br />
masyarakatnya, karena pemkot sudah<br />
menyediakan dana bantuan Bawaku Makmur<br />
untuk pelayanan kesehatan gratis dan Bawaku<br />
Sekolah yang menggratiskan biaya sekolah.<br />
Terkait persoalan lingkungan hidup, Sekda<br />
mengingatkan, terutama pada musim penghujan<br />
sekarang, kembali melakukan gerakan penanaman<br />
pohon baik pelindung maupun produktif,<br />
termasuk melakukan pengayoman dan mengganti<br />
pohon-pohon yang mati. ”Saya prihatin sewaktu<br />
melihat <strong>Bandung</strong> dari udara, ternyata masih<br />
banyak sudut-sudut kota yang belum terhijaukan<br />
dengan baik,” katanya.**<br />
31
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
SOR Gedebage Tampung<br />
38.000 Tempat Duduk<br />
KEINGINAN memiliki sarana olah raga<br />
(SOR) termasuk stadion sepak bola yang<br />
memenuhi standar Badan Liga Indonesia<br />
(BLI) dan FIFA, representatif, bertarap nasional<br />
terlebih internasional, merupakan obsesi <strong>Pemerintah</strong><br />
<strong>Kota</strong> (Pemkot) <strong>Bandung</strong> dan warganya.<br />
Apalagi <strong>Bandung</strong> khususnya dan Jawa Barat, sudah<br />
sangat merindukan dan lama tidak menjadi<br />
tuan rumah penyelenggaraan pesta olah raga<br />
berskala nasional, Pekan Olahraga Nasional<br />
(PON).<br />
Persoalannya, untuk membuat SOR termasuk<br />
stadion sepak bola seperti yang diinginkan, terkendala<br />
dana. Pemkot cukup berat kalau hanya<br />
mengandalkan APBD-nya sehingga diharapkan<br />
bantuan, tidak saja dari <strong>Pemerintah</strong> Provinsi<br />
(Pemprov) Jawa Barat tapi juga <strong>Pemerintah</strong> Pusat<br />
melalui Menpora.<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> sangat bersyukur, meski awalnya<br />
mimpi namun optimistis bisa terwujudkan.<br />
Karena keinginan memiliki SOR termasuk stadion<br />
sepak bola, yang direncanakan <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
akan dibangun di kawasan Gedebage, ternyata juga<br />
merupakan obsesi Pemprov Jabar sehingga<br />
32
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
menyatakan siap bantu. Realisasinya, di tahun<br />
2006, antara Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, H. Dada Rosada<br />
dengan Gubernur Jawa Barat saat itu, H. Danny<br />
Setiawan, menanda tangani nota kesepahaman<br />
(MoU). Satu di antaranya, memuat kewajiban<br />
pembagian pembiayaan, 40 % Pemkot <strong>Bandung</strong><br />
dan 60 % Pemprov Jabar dari total dana yang<br />
dibutuhkan Rp 350 miliar. Namun belakangan,<br />
dana ini di APBD Jabar ditangguhkan, digeser ke<br />
2009 alasan persoalan kesiapan <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
yang belum matang sehingga<br />
khawatir tidak akan terserap.<br />
Berkaitan dengan ini,<br />
Pemkot <strong>Bandung</strong>, berencana<br />
menemui Gubernur<br />
Jabar, H<br />
Akhmad<br />
Heryawan,<br />
untuk menjelaskan<br />
bagaimana dan<br />
seperti apa rancang<br />
bangun stadion<br />
yang direncanakan,<br />
meliputi bentuk, luas, kapasitas<br />
tempat duduk dan pembiayaan<br />
sesuai perhitungan teknis<br />
yang telah dibuat konsultan, status<br />
kepemilikan aset, siapa yang akan mengelolanya<br />
termasuk kemungkinan dilakukannya<br />
perubahan MoU.<br />
”Sebagai langkah pendahuluan saya ke<br />
Pak Gubernur, Sekda <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
menjelaskan ke Sekda Jawa Barat dulu<br />
melakukan pembicaraan. Rencananya<br />
hari ini, tapi Pak Sekda Jabar ke Jakarta,<br />
sehingga terpaksa diundur,” kata<br />
Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, H Dada Rosada,<br />
ketika dikonfirmasi usai Paripurna<br />
DPRD penyampaian Lembaran <strong>Kota</strong><br />
(LK) tentang Dana Hibah, di Ruang<br />
DPRD Koata <strong>Bandung</strong>, Jalan Aceh,<br />
Senin (3/11).<br />
Wali kota menuturkan, dari 3 opsi<br />
yang disodorkan konsultan,<br />
yaitu opsi pertama Rp 623 miliar dengan<br />
38.000 tempat duduk, opsi kedua<br />
Rp 750 miliar dengan 40.000 tempat<br />
duduk, opsi ketiga Rp Rp 1,3 triliun. <strong>Kota</strong><br />
<strong>Bandung</strong> realistis melihat kemampuan. Diputuskan<br />
memilih opsi pertama dengan sharing<br />
pembiayaan tetap 40 : 60, sehingga nantinya dari<br />
total rencana Rp 623 miliar, Pemkot <strong>Bandung</strong><br />
harus menyiapkan anggaran sekira Rp 250 miliar.<br />
Dana sebesar ini, kata wali kota, sejalan dengan<br />
perencanaan penganggaran sekaligus pembangunannya<br />
melalui sistem multiyears, sangat memungkinkan.<br />
Tidak akan ada sektor lain yang dikorbankan.<br />
Tidak akan ada korban, karena semua<br />
sudah dialokasikan, semua sudah teranggarkan,”<br />
tuturnya.<br />
Mananggapi kemungkinan<br />
terus naiknya nilai dolar terhadap<br />
rupiah, menurutnya,<br />
pasti ada pengaruhnya. Namun<br />
akan berusaha untuk<br />
banyak menggunakan material<br />
lokal, kecuali yang tidak<br />
ada di dalam negeri, seperti jenis<br />
rumput ataupun komponen<br />
lainnya.<br />
”Atas nama warga <strong>Kota</strong><br />
<strong>Bandung</strong>, kita berdoa saja.<br />
Mudah-mudahan ada<br />
kesepakatan, kita<br />
positif thinking saja,”<br />
tegas Dada<br />
sekaligus menjawab<br />
pertanyaan,<br />
jika<br />
Pemprov<br />
Jabar, dalam<br />
hal ini Gubernur<br />
Akhmad<br />
Heryawan<br />
menolak.**<br />
33
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
Perda 20/2002 Pendidikan<br />
Tidak Memadai Lagi<br />
PENDIDIKAN merupakan<br />
ruh dari kemajuan suatu<br />
bangsa. Karenanya, jika<br />
semua bangsa ingin maju,<br />
harus dimulai dari pendidikan.<br />
Maju tidaknya pendidikan,<br />
harus didukung regulasi yang<br />
kuat dan implementatif,<br />
anggaran, parasarana dan<br />
sarana yang memadai, pengawasan<br />
dan pengendalian,<br />
pemberian pelayanan pendidikan<br />
secara optimal, serta<br />
dukungan dari seluruh stakeholder<br />
pendidikan.<br />
Penyelenggaraan pendidikan<br />
di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, sebelumnya<br />
telah diatur dengan Peraturan<br />
Daerah (Perda) <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
Nomor 20/2002. Namun sejalan<br />
dengan perkembangan dan<br />
munculnya berbagai persoalan<br />
yang berkembang di<br />
masyarakat, dinilai sudah tidak<br />
memadai lagi. Untuk itu perlu<br />
disempurnakan agar sesuai<br />
dengan kebijakan baru di<br />
bidang pendidikan dan mampu<br />
menjawab segala persoalan tuntutan<br />
pembangunan.<br />
Untuk itu DPRD <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
berinisiatif membuat Raperda<br />
Penyelenggaraan Pendidikan<br />
yang awal rumusan dan<br />
kegiatan pembahasannya dilakukan<br />
Komisi D DPRD.<br />
Sedangkan mekanismenya sebelum<br />
dibahas di Pansus I,<br />
ditempuh melalui upaya eksplo-<br />
34
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
rasi penghimpunan data dan<br />
fakta tentang penyelenggaraan<br />
pendidikan di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />
studi komparatif penyelenggaraan<br />
pendidikan di daerah<br />
lain, konsultasi ke Depdiknas<br />
dan Depdagri untuk mendapatkan<br />
masukan terkait dengan<br />
peraturan perundang-undangan<br />
pendidikan, workshop, talkshow<br />
di berbagai media elektronik<br />
serta uji publik materi<br />
melalui kegiatan dengar pendapat<br />
dengan seluruh stakeholder<br />
pendidikan yang dihadiri berbagai<br />
elemen masyarakat dengan<br />
kajian dan respon yang sangat<br />
memuaskan.<br />
Hal ini disampaikan Panitia<br />
Khusus (Pansus) I DPRD <strong>Kota</strong><br />
<strong>Bandung</strong>, sebagai laporan hasil<br />
kerjanya dalam pembahasan<br />
Raperda Penyelenggaraan Pendidikan<br />
di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> untuk<br />
mendapatkan persetujuan<br />
DPRD menjadi Peraturan Daerah<br />
(Perda). Disampaikan pada<br />
Rapat Paripurna di Gedung<br />
DPRD <strong>Bandung</strong>, Jalan Aceh,<br />
Rabu (12/11) lalu.<br />
Rapat paripurna dipimpin Ketua<br />
DPRD, Drs. H. Husni Muttaqien,<br />
dihadiri 30 orang anggotanya,<br />
Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, H<br />
Dada Rosada SH, MSi dan Wakil<br />
Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> Ayi Vivananda,<br />
SH, para pimpinan SKPD,<br />
camat beserta lurah.<br />
Dalam upaya mengoptimalkan<br />
Raperda ini, Pansus menyampaikan<br />
sejumlah rekomendasi,<br />
di antaranya, Raperda ini harus<br />
segera ditindaklanjuti dengan<br />
Peraturan Wali <strong>Kota</strong> (Perwal) sebagai<br />
petunjuk teknisnya (Juknis),<br />
Pemkot harus segera<br />
menyosialisasikannya kepada<br />
seluruh masyarakat <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
agar bisa diimplementasikan<br />
secara efektif, mempertegas<br />
kembali tanggung<br />
jawab Pemkot <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
dalam mengalokasikan<br />
anggaran, penyelenggaraan wajib<br />
belajar pendidikan dasar dan<br />
tidak memungut biaya apapun<br />
dari masyarakat pada tahun<br />
2009 sesuai amanat Peratuan<br />
<strong>Pemerintah</strong> (PP) Nomor47/<strong>2008</strong><br />
tentang Wajib Belajar.<br />
Warga Negara Indonesia (WNI)<br />
wajib belajar yang orang tua<br />
walinya tidak mampu maka<br />
Pemkot <strong>Bandung</strong> wajib memberikan<br />
bantuan sesuai peraturan<br />
perundang-undangan. Untuk<br />
itu, Pemkot mempersiapkan<br />
rancangan pengalokasian<br />
anggaran disertai data kebutuhan<br />
riil untuk memenuhi kebutuhan<br />
program wajib belajar<br />
minimal pendidikan dasar.<br />
Pemkot bersama DPRD secara<br />
bersama-sama, memikirkan<br />
dan mengupayakan solusi terbaik<br />
kesejahteraan yang layak<br />
bagi tenaga pendidik, khususnya<br />
yang non PNS. Dinas Pendidikan<br />
(Disdik) juga harus<br />
segera menyiapkan pengelolaan<br />
anggaran yang efektif,<br />
transparan dan akuntabel agar<br />
tepat sasaran, serta penegakkan<br />
aturan secara konsisten terhadap<br />
pengelolaan pendidikan<br />
dan pengelolaan anggarannya<br />
pada satuan pendidikan.<br />
Pansus juga minta kepada<br />
pimpinan DPRD dan Pemkot<br />
<strong>Bandung</strong>, untuk segera secara<br />
proaktif memperjelas proporsi<br />
anggaran pendidikan yang akan<br />
dialokasikan dalam APBD <strong>Kota</strong><br />
<strong>Bandung</strong> Tahun 2009 yang<br />
bersumber dari APBN dan APBD<br />
Provinsi Jawa Barat.<br />
Selain itu, Pemkot <strong>Bandung</strong><br />
juga diminta untuk segera<br />
melakukan langkah rehabilitasi<br />
bangunan sekolah dan ruang<br />
kelas yang rusak, mengkomunikasikannya<br />
dengan <strong>Pemerintah</strong><br />
Pusat maupun Propinsi sesuai<br />
MoU yang telah dibuat.**<br />
35
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
Ayi Vivananda,<br />
“Sebutan Bangsa Kuli<br />
Jadikan Pemicu Kemandirian”<br />
KARENA sudah disetujui dan ditetapkan<br />
DPRD, meski masih dalam proses evaluasi<br />
<strong>Pemerintah</strong> Provinsi (Pemprov) Jawa<br />
Barat, Rancangan Peraturan Daerah (Raperda)<br />
tentang Pengelolaan Pendidikan di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />
secara umum, dipastikan bakalan menjadi Perda.<br />
Jadi tidak ada salahnya jika disosialisasikan<br />
kepada seluruh stakeholder kependidikan<br />
termasuk para guru<br />
dan kepala sekolah.<br />
Penegasan tersebut dikemukakan<br />
Pelaksana Harian<br />
(Plh) Kepala Dinas Pendidikan<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
Dadang Riadi. “Substansi<br />
materi, urusan yang<br />
menyangkut pengelolaan<br />
pendidikan di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />
telah terakomodasi<br />
dalam peraturan ini. Pengesahan<br />
tinggal menunggu<br />
berupa nomor, dan saat ini<br />
masih dalam proses evaluasi<br />
oleh Provinsi.,”<br />
katanya dalam rapat koordinasi sosialisasi Perda<br />
pengelolaan pendidikan di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />
pengembangan Informasi Teknologi dan Pendataan<br />
pendidikan Tahun <strong>2008</strong>. Sosialisasi<br />
berlangsung di ruang serbaguna SMP Negeri 1<br />
Jalan Kesatriaan <strong>Bandung</strong>, Sabtu (22/11) dihadiri<br />
Wakil Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, Ayi Vivananda,<br />
S.H, perwakilan guru, para kepala sekolah<br />
SD/Mts, SMP/MI, SMA/SMK/MA.<br />
Dadang Riadi menuturkan, pendataan pendidikan<br />
meliputi pendataan siswa, sekolah,<br />
pendidik dan tenaga kependidikan. “Sejak<br />
Tahun 2007 s.d <strong>2008</strong>, Alhamdulillah di atas<br />
90 persen, siswa di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> dari<br />
tingkat SD, SMP, SMA, SMK, MI, MTs dan<br />
MA semua sudah memiliki nomor induk<br />
siswa nasional atau NISN. Pendataan penting<br />
karena semua siswa masuk dalam data<br />
base.yang terpusat dalam program Jardiknas<br />
Depdiknas di Jakarta,” jelasnya.<br />
Terkait pendataan sekolah,<br />
Dadang mengemukakan,<br />
hampir<br />
99 % guru sekolah<br />
di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
telah<br />
memiliki<br />
nomor<br />
pokok<br />
sekolah<br />
nasional<br />
36
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
(NPSN). Setiap guru mendapat identitas nomor<br />
unik pendidik dan tenaga kependidikan (NUPTK).<br />
Semua tenaga pendidikan atau tenaga kependidikan,<br />
baik yang berstatus PNS maupun honorer,<br />
wajib memiliki NUPTK. Sebagai identitas<br />
dalam melaksanakan tugasnya.<br />
Terkait bantuan dana pendidikan, sejak 2007<br />
hingga <strong>2008</strong>, lanjut Dadang, seluruh siswa yang<br />
orang tuanya kurang mampu, yaitu sebanyak<br />
67.250 siswa telah mendapatkan Bantuan Wali<br />
<strong>Kota</strong> Khusus (Bawaku) yang dibiayai APBD <strong>Kota</strong><br />
<strong>Bandung</strong>. “Secara efektif, Dinas Pendidikan juga<br />
telah<br />
menyalurkan<br />
bantuan untuk<br />
program Sekolah<br />
Gratis kepada<br />
325 sekolah.termasuk<br />
pengawasan<br />
dan<br />
pengendalian pemanfaatannya.<br />
Setiap sekolah<br />
yang menerima<br />
Bawaku, wajib<br />
menyampaikan<br />
laporannya,” paparnya.<br />
Sementara itu<br />
dalam sambutannya,<br />
Wakil<br />
Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
Ayi Vivananda<br />
mengemukakan,<br />
guru<br />
adalah pendidik sekaligus orang tua siswa yang<br />
memberikan pelajaran dan pembelajaran. Tugas<br />
berat yang diembannya, tidak hanya memberikan<br />
ilmu pengetahuan tapi juga keteladanan dan<br />
mendorong semangat siswa untuk mandiri. Karena<br />
angka kelulusan setiap tahun, ikut berkontribusi<br />
menambah deretan tenaga kerja penganggur.<br />
Lembaga sekolah terutama di tingkat lanjutan<br />
atas, kata Ayi, perlunya mengembangkan kerjasama<br />
dengan perusahaan dalam bentuk program<br />
magang. Pola ini menurutnya, akan memberikan<br />
kematangan keterampilan siswa. Juga<br />
pentingnya pembinaan jiwa kewirausahaan dan<br />
kewiraswastaan.<br />
“Pandangan dulu di zaman Belanda, bahwa<br />
bangsa Indonesia adalah bangsa kuli, dan kulinya<br />
bangsa-bangsa, adalah sebuah renungan sekaligus<br />
harus menjadi pemicu tumbuhnya kemandirian.<br />
Karena realitanya, tidak didalam terlebih<br />
di luar negeri, anak bangsa saat ini masih<br />
menjadi pekerja di perusahaan milik bangsa asing,<br />
diantaranya menjadi TKI atau TKW dengan<br />
cerita derita,” ungkap Ayi.<br />
Berdasarkan amanat Undang Undang Dasar<br />
1945, dikatakannya, diantara tugas pokok pemerintah<br />
melindungi rakyatnya, adalah memajukan<br />
kesejahteraan<br />
umum dan<br />
mencerdaskan<br />
kehidupan<br />
bangsa. Konsistensi<br />
Pemkot<br />
<strong>Bandung</strong> terkait<br />
tugas ini, menurutnya,<br />
telah dijabarkan<br />
dalam<br />
misi 7 program<br />
perioritas pembangunan<br />
yang<br />
meliputi peningkatan<br />
kualitas<br />
pendidikan, kemakmuran,<br />
kesehatan,<br />
lingkungan<br />
hidup, olah<br />
raga, seni budaya<br />
dan agama.<br />
Pemkot <strong>Bandung</strong><br />
sangat<br />
menyadari, peran pentingnya sekolah, pendidikan<br />
dan tenaga kependidikan dalam menyiapkan<br />
SDM <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> berkualitas sehingga<br />
segera dibuat Perda pendidikan. Di antara subtansinya<br />
yang dianggap paling penting, disebutkan<br />
Ayi, yaitu bahwa buku pendidikan diupayakan<br />
berlaku 5 tahun.. <strong>Pemerintah</strong> Daerah juga<br />
dimungkinkan memberikan dana hibah kepada<br />
penulis buku pelajaran. Hak ciptanya dibeli<br />
dan bisa diperbanayak Pemkot.<br />
“Kalau Undang Undang mensyaratkan anggaran<br />
pendidikan 20 %, sebenarnya bagi kota <strong>Bandung</strong>,<br />
secara keseluruhan anggaran pendidikan itu, sudah<br />
berkisar tigapuluhlima persen atau sekitar delapanratus<br />
duapuluh sembilan miliar rupiah.**<br />
37
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
<strong>Bandung</strong> Creative City<br />
Upaya Pemkot <strong>Bandung</strong> Merangkul<br />
Komunitas Industri Kreatif<br />
PERKEMBANGAN industri kreatif di <strong>Kota</strong><br />
<strong>Bandung</strong> menunjukkan kemajuan yang<br />
menggembirakan. Bahkan keberadaan komunitas<br />
industri kreatif tersebut belakangan<br />
mendapat pengakuan dari dunia internasional,<br />
ditandai dengan dideklarasikannya <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
sebagai salah satu pilot project<br />
kota kreatif di Asia Timur, Tahun<br />
2007 lalu. Fenomena ini kemudian<br />
ditangkap <strong>Pemerintah</strong><br />
<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> sebagai sebuah<br />
potensi dan keunggulan lain<br />
dari <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> yang<br />
harus mendapatkan garapan<br />
dan dukungan lebih serius,<br />
dalam rangka mendukung perwujudan<br />
visi <strong>Bandung</strong> sebagai<br />
<strong>Kota</strong> Jasa yang Bermartabat.<br />
Bagaimana latar<br />
belakang, potensi<br />
dan keunggulan<br />
industri kreatif<br />
di <strong>Kota</strong><br />
<strong>Bandung</strong><br />
Sejauh<br />
mana<br />
dukungan yang diberikan <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
kepada para pelaku industri kreatif, serta<br />
apa saja kendala yang dihadapi Berikut ini cuplikan<br />
hasil wawancara Wartawati <strong>Swara</strong> <strong>Bina</strong> <strong>Kota</strong>,<br />
Yuyun Yuhaemi dengan Kepala Bagian<br />
Perekonomian <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, Drs. Ema Sumarna,<br />
beberapa waktu lalu.<br />
Tanya : <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> baru-baru ini dinobatkan<br />
sebagai salah satu kota kreatif di Asia Timur. Bisa<br />
Bapak ceritakan latar belakang dan kapan persisnya<br />
itu.<br />
Jawab : Kapannya tidak tahu persis. Tetapi<br />
kreativitas masyarakat <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> konon sudah<br />
diketahui masyarakat lokal, regional bahkan<br />
internasional sejak puluhan tahun lalu. Bahkan<br />
sejak 1970, <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> dikenal dengan kelebihan<br />
kreativitas sumber daya manusianya. Ini<br />
sangat masuk akal sebab perguruan<br />
tinggi terkemuka di Indonesia ada<br />
di <strong>Bandung</strong>, misalnya ITB dan<br />
Unpad. Kalau saya boleh<br />
mengklaim, <strong>Bandung</strong> pun<br />
tidak kalah jika mendapatkan<br />
sebutan sebagai<br />
<strong>Kota</strong> Pendidikan,<br />
dan ini memberi<br />
dukun-<br />
38
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
gan sangat besar atas keberhasilan<br />
yang dicapai <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />
khususnya di bidang<br />
pengembangan kreativitas<br />
masyarakatnya. Secara formal,<br />
<strong>Bandung</strong> dikenal sebagai kota<br />
kreatif adalah pada saat ada<br />
pertemuan komunitas kreatif di<br />
<strong>Kota</strong> Yokohama, Jepang, 27 juli<br />
2007, dideklarasaikan <strong>Bandung</strong><br />
sebagai pilot projek kota<br />
industri kreatif di kawasan Asia<br />
Timur.<br />
Tanya : Pengakuan ini membuktikan<br />
apa<br />
Jawab : Nah ini ‘kan sudah<br />
ada pengakuan dari dunia internasional,<br />
dan memang saat ini<br />
bisnis dunia kreatif membutuhkan<br />
daya dukung Information,<br />
Communication and Technology<br />
(ICT), dan memang komunitas<br />
ekonomi kreatif berbasis<br />
teknologi yang ada di <strong>Kota</strong><br />
<strong>Bandung</strong> sudah sangat luar biasa.<br />
(Ema menganalogikan kondisi<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> ke depan<br />
dengan sebuah kota di Amerika<br />
yang dikenal dengan Silicon valley-nya),<br />
karena itu, tidak<br />
menutup kemungkinan jika<br />
nanti di <strong>Bandung</strong> akan dibangun<br />
<strong>Bandung</strong> High-tech valley,<br />
atau Lembah <strong>Bandung</strong> yang diisi<br />
oleh komunitas ekonomi<br />
yang didukung oleh ICT yang<br />
tinggi.<br />
Tanya : Jadi potensi SDM ini<br />
bisa menjadi kekuatan bagi <strong>Kota</strong><br />
<strong>Bandung</strong> di tengah terbatasnya<br />
sumber daya alam<br />
Jawab : Ya. Kalau orang membicarakan<br />
<strong>Bandung</strong>, maka<br />
orang tidak akan membicarakan<br />
sumber daya alam, karena memang<br />
kita sangat minim (SDA,<br />
red). Tetapi kalau berbicara<br />
<strong>Bandung</strong>, pasti akan sangat tertarik<br />
dengan kekayaan intelektual<br />
kita, sumber daya manusianya,<br />
karena alasan tadi. Terus<br />
terang ini menjadi sebuah iklim<br />
dan sudah sedemikian mendukung,<br />
termasuk imej yang sudah<br />
ada.<br />
Tanya : Selain ke pengembangan<br />
industri kreatif dan ekonomi<br />
kerakyatan, akan diarahkan ke<br />
mana Dan sudah sejauh mana<br />
Jawab : Kalau dari perspektif<br />
39
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
kebijakan, saya pikir Pemkot<br />
<strong>Bandung</strong> sudah masuk fase aktualisasi.<br />
Kita baca di RPJP bahkan<br />
turunannya yang akan dilegalkan<br />
menjadi sebuah perda,<br />
salah satu inti pola pembangunan<br />
adalah mewujudkan <strong>Bandung</strong><br />
sebagai kota yang berkekuatan<br />
atau bertumpu pada<br />
pengembangan ekonomi kreatif.<br />
Ini artinya, semua hard ware<br />
dan soft ware yang ada di kita,<br />
harus bisa mendukung. Kita optimis,<br />
karena komunitas-komunitas<br />
masyarakat, ‘tidak dibentuk<br />
pun’, mereka sudah terbentuk<br />
dengan sendirinya, contohnya<br />
saja BCCF (<strong>Bandung</strong> Creative<br />
City Forum), BHTV (<strong>Bandung</strong><br />
High Tech Valley). Ada juga<br />
Common Room Networks Foundation,<br />
yang berisi komunitas<br />
orang-orang kreatif <strong>Bandung</strong>,<br />
tujuannya agar <strong>Bandung</strong> tetap<br />
leading dibandingkan kota lain.<br />
Tanya : Ekonomi kreatif, aspek-aspek<br />
apa saja yang sudah<br />
dimiliki <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
Jawab : Ada tiga aspek, pertama<br />
talent atau bakat SDM. Di<br />
<strong>Bandung</strong> sangat berlimpah,<br />
potensinya banyak, karena sudah<br />
terbangun imaje bahwa <strong>Kota</strong><br />
<strong>Bandung</strong> adalah pusatnya<br />
orang mengenyam<br />
pendidikan.Kedua, toleran,<br />
masyarakat kita sangat apresiatif<br />
soal gagasan atau ide, dalam<br />
bentuk apa pun, tentunya<br />
dalam konteks positif. Jadi<br />
masyarakat <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> sebetulnya<br />
selain dikenal dengan<br />
keramahtamahannya, juga<br />
memiliki toleransi yang tinggi.<br />
Sehingga bisa menghargai setiap<br />
ide apakah itu dituangkan<br />
dalam bentuk pemikiran,<br />
tulisan, atau karya apa pun,<br />
baik di dunia musik, fashion,<br />
percetakan, kerajinan, atau<br />
teknologi lainnya. Dan ketiga,<br />
aspek teknologi. Kalau produkproduk<br />
ekonomi sudah<br />
didukung teknologi yang tinggi,<br />
saya pikir daya saing itu tinggal<br />
memetik saja.<br />
Tanya : Sebagai kota kreatif,<br />
potensi mana saja yang dimiliki<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>.<br />
Jawab : Ada 10 kekuatan industri<br />
kreatif di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
yang saat ini diunggulkan. Yaitu<br />
potensi di bidang periklanan, arsitek,<br />
seni (kerajnan/craf ), fashion<br />
dan desain, musik dan film,<br />
riset dan pengembangan, kuliner,<br />
seni pertunjukan, dan<br />
games. Ini menjadi kekuatan kita<br />
dan sudah diakui oleh dunia<br />
internasional. Persoalannya<br />
sekarang, unsur tiga pilar yang<br />
ada, yaitu pemerintah,<br />
masyarakat dan kalangan dunia<br />
usaha belum bersinergi secara<br />
optimal.Sekarang ini kita terus<br />
mencoba memaksimalkan sinergitas<br />
ketiga unsur tersebut.<br />
Tanya : Apakah hal Itu menjadi<br />
kendala<br />
Jawab : Awalnya saya tidak<br />
berbicara kendala, tetapi<br />
berbicara optimal dan belum optimalnya<br />
saja. Kalau dulu ’kan<br />
seolah-olah pemerintah berjalan<br />
sendiri, sibuk dengan program<br />
dan kegiatannya. Mungkin, itu<br />
pun kurang sejalan dengan apa<br />
yang diharapkan masyarakat.<br />
Kemudian kalangan pebisnis,<br />
mereka berjalan sendiri,<br />
asalkan bisa melaksanakan aktivitas<br />
usahanya dan memperoleh<br />
profit sesuai yang diinginkan,<br />
tanpa memperhatikan<br />
apa yang menjadi main stream<br />
40
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
tujuan pembangunan. Dan ketiga,<br />
yang bisa dikatakan sangat<br />
jarang, yaitu pemerintah<br />
melakukan kerjasama, konsultasi<br />
dan komunikasi dengan<br />
kalangan akademisi. Padahal,<br />
ini adalah kekuatan sumber<br />
daya atau potensi yang sangat<br />
luar biasa yang harus segera kita<br />
rangkul sebab kita punya visi<br />
yang sama untuk mewujudkan<br />
kesejahteraan masyarakat.<br />
Tanya : Berkaitan dengan 10<br />
keunggulan <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> tadi,<br />
apakah sudah bisa dikatakan<br />
merata di seluruh wilayah <strong>Kota</strong><br />
<strong>Bandung</strong><br />
Jawab : Tentunya tidak semua<br />
ada sebab masing-masing<br />
wilayah memiliki keunggulan<br />
tersendiri. Tetapi jika mengupas<br />
potensi keunggulan setiap<br />
wilayah, lihat data sekundernya.<br />
Misalnya di kecamatan<br />
ini, apa kekuatanya, kita punya<br />
datanya masing-masing.<br />
Walaupun dari ke-30 kecamatan<br />
tersebut, hanya 14 kecamatan<br />
yang bisa menggambarkan<br />
keunggulan, keunikan<br />
dan potensi yang sangat menonjol,<br />
meski di masing-masing kecamatan<br />
tentu punya keunggulan<br />
masing-masing, apakah itu<br />
dari aspek makanannya,<br />
kreativitasnya, dan lain sebagainya.<br />
Tanya : Dari data yang ada,<br />
akan diarahkan ke mana Lalu<br />
pengembangannya<br />
Jawab : Saya mimpinya begini,<br />
kalau saya mencoba mengadopsi<br />
negara berkembang<br />
seperti China, yang menggunakan<br />
pendekatan kekuatan<br />
wilayah. Misalnya ketika<br />
berbicara Beijing, apa kekhasannya,<br />
Beijing harus menjadi<br />
kota perdagangan, kota<br />
yang benar-benar menunjukkan<br />
kekuatan infrastruktur sebagai<br />
kota modern, dan semua itu<br />
didukung karena memang negaranya<br />
sangat kaya. (Ema lalu<br />
menyebut cadangan devisa China<br />
saat ini berada di atas 2 triliun<br />
dolar AS). Begitu pula dengan<br />
Nanning, Provinsi Guang<br />
Zhi, yang diarahkan sebagai kota<br />
penyelenggaraan even internasional.<br />
Dalam China Asia Expo,<br />
baru-baru ini, kita bisa melihat<br />
bagaimana mereka ingin<br />
melakukan kemitraan pola dagang,<br />
dan itu dilakukan dengan<br />
negara-negara Asean, termasuk<br />
Indonesia. <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
sendiri ditunjuk sebagai salah<br />
satu City of charm (<strong>Kota</strong><br />
Menarik, red), yang diberikan<br />
kepercayaan untuk bisa<br />
mengeksplorasi daya tarik<br />
kotanya dengan didukung<br />
kekuatan informasi, komunikasi<br />
dan teknologi. Hal ini bisa<br />
menjadi pembelajaran bagi kita.<br />
Tanya : Bercermin dari Negara<br />
China tadi, potensi pengembangan<br />
<strong>Bandung</strong> sebagai kota kreatif<br />
tampaknya memberi prospek<br />
bagus bagi perwujudan visi <strong>Kota</strong><br />
<strong>Bandung</strong> sebagai <strong>Kota</strong> Jasa<br />
yang Bermartabat. Sampai sejauh<br />
ini, apakah ada kendala<br />
dalam pengembangannya.<br />
Jawab : Kendala itu ada.<br />
Dari dua komunitas, BCCF dan<br />
BHTV misalnya, kita ingin<br />
mendorong <strong>Bandung</strong> agar<br />
menjadi sebuah ‘planet’ yang<br />
diisi komunitas-komunitas<br />
kreatif yang berbasis kepada<br />
ekonomi ber-IT tinggi. Ini berarti,<br />
kita harus menciptakan<br />
kota metropolis, sehingga se-<br />
41
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
mua perangkat yang ada diperuntukkan<br />
bagi kepentingan<br />
umum, semua bersifat free<br />
services. (Ema kemudian mencontohkan,<br />
dimana mayarakat<br />
bisa mengakses internet di<br />
taman-taman, penyediaan billboard<br />
untuk memberikan<br />
layanan informasi kebutuhan<br />
bahan pokok, menjadikan<br />
Alun-alun <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> sebagai<br />
pusat layanan informasi,<br />
memberi kemudahan<br />
pelayanan perizinan, hingga<br />
penerapan paper less baik di<br />
lembaga pemerintahan<br />
maupun swasta).<br />
Kemudian ada gagasan untuk<br />
pembuatan bangunan publik<br />
berkualitas yang memberikan<br />
ruang bagi peningkatan ekspresi<br />
seni. Mereka siap tidak dibayar<br />
asalkan disediakan tempat<br />
dan dipermudah dalam hal perizinan.<br />
Kalau sudah begitu,<br />
seperti air yang mengalir, akan<br />
lahir inspirasi-inspirasi yang<br />
akan kita tangkap sebagai fasilitator<br />
dan penyusun regulator.<br />
Ide lain, adanya public art sebagai<br />
wadah bagi karya-karya<br />
seni, penataan pedestrian, termasuk<br />
mengubah gaya hidup<br />
konsumerisme menjadi lebih<br />
produktif dan sehat. Mimpi ini<br />
penting, sebagaimana falsafah<br />
Sunda, ngalamun heula lah<br />
baru ngalaman, ini pun sama.<br />
Kenapa dalam manajemen modern<br />
harus ada visi, visi itu ’kan<br />
lamunan, sesuatu yang ingin kita<br />
capai, yang tentunya harus<br />
didukung dengan keseriusan,<br />
konsistensi, kerja keras,<br />
berpikir, kemauan yang kuat.<br />
Mereka juga menginginkan<br />
adanya keragaman festival<br />
seperti Helar Fest, sehingga semua<br />
komunitas kreatif<br />
berkumpul mengaktualisasikan<br />
diri yang dikemas dalam even<br />
yang sifatnya simultan. Saya<br />
bahkan berpikir, kenapa tidak<br />
Januari hingga Desember, <strong>Bandung</strong><br />
punya ciri. Misalnya Januari<br />
kita ada karnaval bunga,<br />
Februari ada even kuliner <strong>Bandung</strong>,<br />
dan seterusnya hingga<br />
Desember. Kenapa tidak, ada<br />
satu bulan khusus bagi penyelenggaraan<br />
pameran yang<br />
bernuansa Islami, atau<br />
menggambarkan kehidupan<br />
keagamaan di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />
itu bisa kita kemas dan tidak<br />
sulit. Termasuk pula upaya revitalisasi<br />
Sungai Cikapundung,<br />
sehingga bisa bernilai wisata<br />
dan <strong>Bandung</strong> benar-benar menjadi<br />
home town.<br />
Tanya : Bagaimana sikap<br />
Pemkot <strong>Bandung</strong><br />
Jawab : Ini baru usulan. Nantinya<br />
akan kita pilah, mana<br />
yang bisa diselenggarakan<br />
dalam jangka pendek, mana<br />
yang masih memerlukan kajian,<br />
telaahan, dan bentuk konstruksi<br />
kerjasama yang harus<br />
dilakukan. Yang pasti, kita sudah<br />
membentuk Forum Pemasaran<br />
<strong>Kota</strong>, sehingga kita<br />
punya mitra dari kalangan pebisnis<br />
dan perguruan tinggi<br />
yang akan bersama-sama menemukan<br />
srategi paten yang bisa<br />
mendorong pemasaran kota<br />
dengan beberapa tolok ukurnya,<br />
yaitu keberhasilan dalam<br />
tingkat life ebilitasnya, visitabilitasnya,<br />
atau bagaimana kita<br />
mendorong keberlangsungan<br />
kehidupan ekonomi (economic<br />
sustainability), sosial atau social<br />
suistainability, dan lingkungan<br />
atau environment suistainability.<br />
42
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
Tanya : Perwujudan konkretnya<br />
sudah sampai dimana<br />
Apakah <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> berencana<br />
untuk menghimpunnya<br />
dalam satu wadah, mengingat<br />
sampai saat ini komunitas yang<br />
ada terkesan masih berjalan<br />
sendiri-sendiri<br />
Jawab : Di bidang lingkungan<br />
hidup, misalnya. Melalui<br />
program <strong>Bandung</strong> Hijau, kita<br />
ingin terus menciptakan daya<br />
dukung lingkungan yang menunjang<br />
kenyamanan dan<br />
keindahan kota. Memang saat<br />
ini komunitas yang ada masih<br />
berdiri sendiri-sendri, meski<br />
pun kegiatan yang dilakukan<br />
sudah saling terkoneksi. Tetapi<br />
dalam waktu dekat, kita akan<br />
bentuk sebuah wadah khusus<br />
yang akan menghimpun seluruh<br />
potensi komunitas kreatif<br />
yang ada di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>.<br />
Tanya : Apakah sudah ada<br />
kerjasama dengan pihak luar<br />
Jawab : Momentum kerjasama<br />
dalam Sister City harus<br />
dapat kita dorong, agar sister<br />
city tidak hanya cukup dengan<br />
saling berkunjung, tetapi ada<br />
manfaat nyata yang diberikan.<br />
Misalnya, melalui pertukaran<br />
budaya, pendidikan, atau kerjasama<br />
ekonomi yang lebih luas<br />
lagi. Sudah saatnya bagi kita<br />
untuk merreduksi hal-hal yang<br />
sifatnya seremonial, untuk kemudian<br />
diisi dengan hal produktif<br />
dan inovatif yang memberikan<br />
manfaat bagi kedua kota<br />
tersebut.<br />
Selain itu, merubah mind set<br />
juga harus segera dilakukan. Kita<br />
tidak boleh lagi terjebak dengan<br />
yang sifatnya terlalu rutin,<br />
karena ide dan inovasi setiap detik<br />
berkembang dan sangat<br />
dibutuhkan bagi perkembangan<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> ke depan.<br />
Tanya : Kerjasama lain selain<br />
sister city<br />
Jawab : Saya pikir belum terinventarisasi<br />
secara maksimal.<br />
Tapi inovasi dan kreativitas<br />
masyarakat kita sudah sangat<br />
luar biasa. Dan itu menjadi<br />
modal dasar. Tinggal bagaimana<br />
kita menghimpunnya sehingga<br />
menjadi kekuatan yang bisa<br />
terkendali, termonitor dan terintegrasikan.<br />
Tanya : Bagaimana kaitan<br />
peran komunitas industri kreatif<br />
bagi pencapaian visi <strong>Kota</strong> bandung<br />
dan pelaksanaan tujuh<br />
program prioritas pembangunan<br />
Jawab : Potensi kreativitas ini<br />
memberi dampak besar terhadap<br />
pelaksanaan target 7 program<br />
prioritas. Karena dampak<br />
yang diberikan tidak hanya pada<br />
peningkatan aspek ekonomi,<br />
tetapi juga pendidikan, sosial,<br />
lingkungan hidup, politik dan<br />
lainnya. Politik tidak selalu diartikan<br />
sempit berbicara masalah<br />
orientasi kekuasaan. Tetapi<br />
bagaimana politik mampu<br />
melakukan revitalisasi kebjakan<br />
yang berpihak kepada<br />
masyarakat, yang promasarakat.<br />
Sedangkan visi,<br />
saya kira visi kota jasa<br />
bermartabat itu core bisnisnya<br />
ekonomi. Jasa itu bagian dari<br />
aktivitas ekonomi. Jadi otomatis<br />
apabila ekonomi terus didorong<br />
untuk bisa berkorelasi dengan<br />
aspek-aspek yang tadi saya sebutkan,<br />
otomatis secara langsung<br />
maupun tidak langsung<br />
akan menunjang visi dan pelaksanaan<br />
tujuh program prioritas.<br />
(yun)**<br />
43
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
Ketua Common Room Network Foundation, Gustaff H. Iskandar,<br />
Mimpikan <strong>Bandung</strong><br />
Punya Gedung Kesenian<br />
M<br />
ESKI mengaku sempat kaget dengan apresiasi<br />
dan dukungan yang diberikan <strong>Pemerintah</strong><br />
<strong>Kota</strong> (Pemkot) <strong>Bandung</strong> terhadap<br />
perkembangan industri keatif dewasa ini, Gustaff<br />
H. Iskandar merasa senang, karena ternyata momentum<br />
tersebut menjadi titik tolak terciptanya<br />
hubungan kerjasama yang lebih baik antara<br />
Pemkot <strong>Bandung</strong> dengan para pelaku industri kreatif<br />
yang selama ini seolah berjalan sendiri.<br />
“Saya kaget juga, karena waktu itu ada stereotype<br />
yang berkembang bahwa kerjasama dengan<br />
pemerintah itu repot, kerjasama dengan pemerintah<br />
itu begini begitu. Tetapi pada pelaksanaannya, ternyata<br />
stigma itu kelihatannya secara perlahan berubah.<br />
Ini kemajuan, dan bisa dikarenakan ada perubahan<br />
internal juga, meski pun saya melihat masih ada beberapa<br />
persoalan yang sifatnya administratif dan<br />
birokratis yang agak-agak sulit ditembus. Tapi<br />
seiring dengan perkembangan dan perubahan<br />
yang berjalan, lama kelamaan pasti<br />
akan berubah,” ungkap Ketua Common<br />
Room Networks Foundation, beberapa<br />
waktu lalu, di kantornya yang<br />
kental dengan nuansa nyeni di<br />
kawasan Jalan Kyai Gede<br />
<strong>Bandung</strong>.<br />
Rupanya, pengalaman<br />
kerjasama pada<br />
tahun 2007 tersebut<br />
menjadi pintu masuk<br />
bagi terjalinnya<br />
kerjasama<br />
yang lebih intens<br />
antara Pemkot <strong>Bandung</strong><br />
dengan sejumlah<br />
komunitas kreatif di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />
termasuk Common Room<br />
Networks Foundation dan <strong>Bandung</strong><br />
Creative City Forum (BC-<br />
CF). Penyelenggaraan Helar<br />
Fest <strong>2008</strong> lalu, bahkan dinilai<br />
44
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
Gustaff sebagai salah satu contoh ideal,<br />
bagaimana komunitas masyarakat sipil bisa<br />
langsung berinteraksi dan bekerjasama dengan<br />
pemeritah kota untuk mengeksplorasi dan<br />
mengembangkan potensi warga secara maksimal.<br />
Menurut pria kelahiran Sukabumi 34 silam<br />
tersebut, salah satu catatan penting adalah,<br />
setelah momentum Helar fest <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> semakin<br />
mendapat<br />
perhatian<br />
dari<br />
banyak pihak,<br />
bukan<br />
hanya komunitas<br />
masyarakat<br />
lokal di <strong>Kota</strong><br />
<strong>Bandung</strong>,<br />
tetapi juga<br />
kota-kota internasional.<br />
“Itu hal<br />
yang membanggakan.<br />
Bahkan di beberapa<br />
headline<br />
koran nasional,<br />
<strong>Bandung</strong><br />
masih<br />
menjadi tren.<br />
Jadi sebetulnya<br />
<strong>Bandung</strong><br />
berhasil<br />
membangun<br />
reputasi baru<br />
dan saya<br />
pikir salah<br />
satu kontribusi<br />
penting adalah ketika <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong><br />
bekerjasama langsung dengan masyarakat, “<br />
ujar istri dari Reyna Wulansari ini.<br />
Oleh karena itu, meski menilai sedikit terlambat,<br />
Gustaff berharap perhatian Pemkot terhadap<br />
perkembangan industri kreatif di <strong>Kota</strong><br />
<strong>Bandung</strong> tidak berhenti pada membantu penyelenggaraan<br />
even-even kreatif, tetapi lebih luas<br />
lagi, mengeluarkan kebijakan khusus yang dapat<br />
menjamin terwujudnya kebebasan pengembangan<br />
kreativitas di kalangan masyarakat,<br />
dengan memperhatikan keberagaman budaya<br />
bangsa yang ada saat ini. “Dengan begitu kebijakan<br />
yang dikeluarkan berlaku lebih universal<br />
dan tidak boleh mewakili kepentingan kelompok<br />
tententu,” ujarnya.<br />
Selain itu, Gustaff dan seluruh rekannya<br />
mengimpikan <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> memiliki gedung<br />
pertunjukan seni dan budaya yang representatif,<br />
sebab gedung pertunjukan yang ada saat ini jauh<br />
dari harapan,<br />
PENAMPILAN kreasi<br />
salah satu peserta pada<br />
acara Sabuga Jazz Fest<br />
(Foto Dok. BCCF).<br />
bahkan bisa<br />
dikatakan<br />
sangat<br />
menyedihkan.<br />
”Upaya ini<br />
harus dilihat<br />
sebagai peluang<br />
untuk<br />
menghilangkan<br />
stigma<br />
negatif<br />
tentang pemerintah.<br />
Karena<br />
pengembangan<br />
industri<br />
kreatif berkaitan<br />
erat dengan<br />
reputasi<br />
<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />
baik di<br />
mata publik<br />
lokal, regional<br />
hingga internasional.<br />
Apalagi <strong>Kota</strong><br />
<strong>Bandung</strong><br />
telah menjadi<br />
salah satu pilot<br />
project kota kreatif di Asia Timur,” ujarnya.<br />
Gustaff juga berharap pemerintah untuk lebih<br />
memperhatikan nasib para pelaku seni kreatif,<br />
karena sesungguhnya yang membuat mereka<br />
bertahan hingga kini tidak lebih karena rasa<br />
kecintaan kepada seni yang luar biasa dalam.<br />
“Kalau dari sisi finansial, mereka tidak dapat<br />
apa-apa. Padahal kalau mau dilihat, mereka<br />
tidak kaya-kaya amat, bahkan ada yang hidup<br />
sebagai tukang sablon, dan pekerjaan lain<br />
sekadar untuk bertahan hidup. (yun)**<br />
45
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
Project Officer Learning & Creativity British Council, Endro Catur<br />
“Sebagai <strong>Kota</strong> Kreatif,<br />
Kekuatan <strong>Bandung</strong> Ada<br />
pada Faktor Manusianya”<br />
SALAH satu project officer<br />
yang menangani proyek <strong>Kota</strong> Kreatif.<br />
Bergabung dengan British Council<br />
sejak tahun 20<strong>05</strong>, kelahiran Jakarta<br />
10 Mei 1977 ini, berharap agar<br />
<strong>Bandung</strong> dapat terus tumbuh<br />
sebagai kota kreatif tidak hanya<br />
pada skala nasional, namun juga<br />
internasional. Berikut cuplikan<br />
wawancara Hana Ganrina<br />
dari SBK di Hotel Imperium<br />
beberapa waktu lalu.<br />
46
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
Tanya: Sebenarnya keterlibatan British<br />
Council dalam Proyek <strong>Bandung</strong> kreatif ini<br />
awal mulanya bagaimana<br />
Jawab: British Council memulai proyek di<br />
bidang industri kreatif pada tahun 20<strong>05</strong>.<br />
Awalnya, karena isu mengenai industri kreatif<br />
masih baru dan belum banyak pihak di<br />
Indonesia yang tahu, kami mulai memperkenalkan<br />
isu ini dengan cara mengidentifikasi<br />
siapa saja pelaku di industri ini<br />
melalui program International Young Creative<br />
Enterpreneur (IYCE) of the Year.<br />
Kompetisi ini mengidentifikasi wirausahawan<br />
muda Indonesia di bidang kreatif<br />
yang diselenggarakan sejak 2006 dan kami<br />
berkomitmen akan melaksanakannya sampai<br />
tahun 2011. Kompetisi ini pun sifatnya<br />
global dimana pemenang nasional (salah<br />
satunya dari Indonesia) akan ikut berkompetisi<br />
dengan pemenang dari sembilan negara<br />
lain di Inggris, untuk mendapatkan<br />
award dan project grant senilai £7500.<br />
Setelah kami mengevaluasi proyek IYCE,<br />
dari beberapa sektor, musik, desain,<br />
screen, fashion, interaktif dan communication,<br />
ternyata pemenang dan applicant-nya<br />
banyak yang berasal dari <strong>Bandung</strong>. Kami<br />
bertanya-tanya, ada apa sih dengan <strong>Bandung</strong><br />
Kenapa bisa banyak sekali orangorang<br />
kreatif yang ada di kota ini<br />
Dulu kami belum mengenal isu kota kreatif.<br />
Seiring dengan perkembangan proyek<br />
IYCE (industri kreatif) dan menjawab pertanyaan<br />
di atas, kami memperkenalkan<br />
proyek baru yaitu <strong>Kota</strong> Kreatif yang diluncurkan<br />
tahun 2007 dengan ditunjuknya<br />
<strong>Bandung</strong> sebagai pionir kota kreatif di region<br />
Asia Timur dalam sebuah regional<br />
meeting yang mengundang tim British<br />
Council di region Asia Timur dan perwakilan<br />
dari kota-kota yang akan di jadikan<br />
kandidat sebagai kota kreatif dimana Ridwan<br />
Kamil mewakili kota <strong>Bandung</strong> sebagai<br />
kota kreatif.<br />
Tanya: Apakah ini suatu proyek percontohan<br />
Jawab: Bisa di sebut proyek percontohan<br />
karena <strong>Bandung</strong> sebagai pionir kota kreatif<br />
bisa menjadi model bagi kota-kota lain di<br />
Indonesia dan region Asia Timur untuk<br />
menjadi kota kreatif dengan ciri khas-nya<br />
masing-masing.<br />
Dengan menjadi kota kreatif, kami tidak<br />
ingin ada persepsi bahwa <strong>Bandung</strong> sebelumnya<br />
tidak kreatif tapi melalui proyek<br />
ini kami mulai memperkenalkan aspek jejaring,<br />
kebijakan, kebersinambungan atau<br />
sustainability, dan hal-hal lain yang diperlukan<br />
agar <strong>Bandung</strong> tetap menjadi sebuah<br />
kota yang kreatif dengan ciri khasnya<br />
tersendiri. British Council berkomitmen<br />
membantu <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> memfasilitasi<br />
ketiga aspek tersebut.<br />
Yang pertama yaitu network atau jejaring.<br />
Kami mempertemukan wirausahawan kreatif<br />
<strong>Bandung</strong> dengan wirausahawan kreatif<br />
dari beberapa kota di Asia Timur dan Inggris<br />
melalui beberapa program seperti ketika<br />
kami mendatangkan 56 wirausahawan<br />
kreatif dari Inggris dan Asia Timur ke acara<br />
KICKFest kemarin lalu. Mereka berinteraksi,<br />
menganalisis dan saling memberikan<br />
rekomendasi mengenai kota <strong>Bandung</strong> untuk<br />
kemudian dijadikan sebuah studi kasus<br />
yang diharapkan berguna untuk<br />
pengembangan kota kreatif lainnya.<br />
Aspek kedua, kami juga membantu Indonesia<br />
dalam memperkenalkan metode<br />
pemetaan industri kreatif. Pemetaan industri<br />
kreatif yang dilakukan oleh Departemen<br />
Perdagangan pada tahun 2007 mengadopsi<br />
metode pemetaan yang dilakukan Inggris<br />
pada tahun 1998 dan 2001. Pada akhirnya,<br />
dari hasil pemetaan ini diharapkan muncul<br />
kebijakan-kebijakan baik pemerintah pusat<br />
maupun daerah yang berhubungan dengan<br />
pengembangan industri kreatif.<br />
Untuk aspek ketiga, kami bekerja sama<br />
dengan <strong>Bandung</strong> Creative City Forum (BC-<br />
CF) meluncurkan <strong>Bandung</strong> Creative Entrepreneur<br />
Network (BCEN) yang salah satu<br />
tujuannya adalah agar orang-orang kreatif<br />
di kota <strong>Bandung</strong> tetap didukung oleh<br />
kotanya sehingga <strong>Bandung</strong> tetap menjadi<br />
<strong>Kota</strong> Kreatif yang didukung oleh pertumbuhan<br />
wirausahawan kreatif-nya.<br />
Selain itu, kami juga mendatangkan ahli<br />
kota kreatif seperti Charles Landry bekerja<br />
sama dengan ITB untuk membagi ilmu dan<br />
47
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
LINTAS KOTA<br />
pengalamannya menjadi konsultan beberapa<br />
kota kreatif di dunia. Ketika ke <strong>Bandung</strong>,<br />
dia membantu melihat apa sih potensi<br />
<strong>Bandung</strong> sebagai kota kreatif Bisa menjadi<br />
kota kreatif dengan karakteristik seperti<br />
apa.<br />
Tanya: Sebenanya yang dimaksud dengan<br />
kreatif itu dinilai dari mananya<br />
Jawab: Kami tidak berhenti pada esensi<br />
yang mana kreatif dan yang mana tidak<br />
kreatif. Namun kami juga melihat aspek<br />
kreativitas dari sisi komersial.<br />
Di Inggris, ada 13 sektor kreatif yang<br />
telah diakui melalui proyek pemetaan industri<br />
kreatif tahun 2001 di antaranya<br />
fesyen, musik dan seterusnya. Orang-orang<br />
muda yang bekerja di 13 sektor itu terbukti<br />
meraih kesuksesan seperti mampu menciptakan<br />
lapangan kerja atau mengangkat usaha<br />
mereka ke jenjang internasional tanpa<br />
melihat latar belakang pendidikan mereka<br />
di bidang kreatif atau bukan. Wirausahawan<br />
kreatif seperti itu yang bisa jadi contoh<br />
untuk wirausahawan lain.<br />
Di Indonesia sendiri, tidak semua<br />
wirausahawan kreatif yang sukses berlatar<br />
belakang pendidikan di bidang kreatif. Fiki<br />
Satari, misalnya. Pemilik distro Airplane<br />
Systm punya latar belakang non-kreatif,<br />
tapi ia mampu memimpin banyak orangorang<br />
kreatif dan dalam usahanya yang<br />
bergerak dibidang kreatif<br />
Tanya: Apa kerja sama dengan British<br />
Council ini ada batas waktunya<br />
Jawab: British Council punya komitmen<br />
untuk bekerja sama dengan kota <strong>Bandung</strong><br />
sampai tahun 2011 untuk proyek <strong>Kota</strong> Kreatif<br />
ini termasuk dengan BCCF, <strong>Bandung</strong><br />
Creative Entrepreneur Network dan tentunya<br />
dengan <strong>Pemerintah</strong> <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>. Untuk<br />
International Young Creative Entrepreneur,<br />
kami akan mendukung proyek ini selama<br />
mungkin selama ada mitra dari Indonesia.<br />
Tanya: Bentuk bantuan yang di berikan<br />
oleh British Council seperti apa saja<br />
Jawab: Kita memfasilitasi terbentuknya<br />
jejaring, expert dan program yang mendukung<br />
proyek <strong>Kota</strong> Kreatif ini.<br />
Tanya: Ok, kalau Kerja samanya sendiri<br />
yang diharapkan seperti apa<br />
Jawab: Kami percaya tidak ada satu kota<br />
kreatif yang lebih baik dibandingkan kota<br />
yang lain dan itu bukan tujuan proyek <strong>Kota</strong><br />
Kreatif ini, tapi kami mengharapkan kota<br />
<strong>Bandung</strong> yang telah kreatif dari dulunya,<br />
dapat menjadi kota kreatif yang<br />
berkesinambungan; tidak akan berhenti<br />
sampai sekarang saja.<br />
Sekarang banyak sekali orang-orang kreatif<br />
di <strong>Bandung</strong>, tapi bagaimana dua atau<br />
lima tahun ke depan Kami harap <strong>Bandung</strong><br />
bisa menjadi kota kreatif dengan karakteristiknya<br />
sendiri dan bisa menjadi pionir<br />
atau role model bagi kota kota lain di Indonesia<br />
dan Asia Timur yang juga berminat<br />
mengadopsi konsep kota kreatif.<br />
Dan ini telah terbukti. Dengan menjadi<br />
pionir kota kreatif di Asia Timur, <strong>Bandung</strong><br />
mulai dilirik dan dijadikan contoh oleh kota<br />
kota lain, seperti misalnya di Cebu (Philipina),<br />
Kuala Lumpur (Malaysia), Bangkok<br />
(Thailand), Ho Chin Min City (Vietnam),<br />
Auckland (New Zealand) dan Tamsui (Taiwan).<br />
Tanya: Selama ini kerja sama yang telah<br />
dirintis dengan siapa saja<br />
Jawab: Kami bekerja dengan seluruh institusi<br />
yang memiliki visi yang sama untuk<br />
mengembangakan kota kreatif. Seperti konsep<br />
triple helix itu, kami bekerja dengan <strong>Pemerintah</strong><br />
Provinsi Jawa Barat dan <strong>Pemerintah</strong><br />
<strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> (government), <strong>Bandung</strong><br />
Creative City Forum dan <strong>Bandung</strong> Creative<br />
Entrepreneur Network (business) dan Institut<br />
Teknologi <strong>Bandung</strong> (Academic).<br />
Kami terbuka untuk bekerjasama dengan<br />
siapa pun di kota ini selama punya visi<br />
yang sama yaitu mengembangkan <strong>Bandung</strong><br />
sebagai kota kreatif. Memang bagusnya<br />
menjadi satu kesatuan seperit konsep triple<br />
helix itu. Soalnya, kalo berjalan sendirisendiri,<br />
takutnya pergerakannya menjadi<br />
terhambat. (hana)<br />
48
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
PARLEMENTARIA<br />
DPRD Menyepakati LK<br />
Usulan Belanja Hibah<br />
DPRD <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> menyepakati menjadikan<br />
lembaran kota (LK) Tahun <strong>2008</strong><br />
tentang belanja hibah, tambahan Rp<br />
40.370.653.739 yang direncanakan dalam perubahan<br />
APBD <strong>2008</strong>, menjadi agenda pembahasan.<br />
Ditindaklanjuti dengan pembentukan<br />
panitia khusus (Pansus) IX, untuk langsung dibahas.<br />
Hal ini diputuskan dalam sidang paripurna<br />
DPRD yang dihadiri 30 dari 45 anggotanya,<br />
bertempat di Ruang Paripurna DPRD <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />
Jalan Aceh Senin (3/11).Dipimpin Ketua<br />
DPRD <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> Drs H Husni Muttaqien dan<br />
dihadiri Wali <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, H. Dada Rosada,<br />
S.H, M.Si., dan jajarannya.<br />
Anggota Pansus yang akan membahas LK Hibah<br />
ini, Ir Herri Mei Oloan (koordinator), dibantu<br />
para anggota, Enrizal Nazar, Adi Wahyono, Dedi<br />
Rusmawan AT, H Isa Subagja, Rike Suryaningsih,<br />
S.H, Hendri Pangkas Panggabean, S.T., M.T.,<br />
Johni Hidayat, Drs. H. Yod Mintaraga, Drs. H.<br />
Tomtom Dabul Komar, S.H., M.H., Drs. H. Kadar<br />
Slamet, Drs. Deden Rukman Rumaji, Drs. H.<br />
Nanang Sugiri, M.H., H Iim Abdurrochim, dan<br />
49
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
PARLEMENTARIA<br />
Iman Setiawa Latif.<br />
Menurut wali kota, pengajuan LK Hibah ini<br />
adalah dalam rangka menunjang fungsi pemerintahan<br />
dan pelayanan kepada masyarakat.<br />
Mekanismenya, ditempuh melalui pemberian hibah.<br />
Ini sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam<br />
Negeri Nomor 30/2007 tentang pedoman<br />
penyusunan APBD Tahun <strong>2008</strong>.<br />
Hibah dapat diberikan dalam bentuk uang,<br />
barang dan atau jasa, yang secara spesifik telah<br />
ditetapkan peruntukannya, serta harus digunakan<br />
sesuai dengan<br />
persyaratan<br />
yang ditetapkan<br />
dalam naskah perjanjian<br />
hibah daerah.<br />
Untuk merealisasikannya,<br />
maka<br />
uang atau barang<br />
yang akan dihibahkan<br />
kepada<br />
pihak tertentu, terlebih<br />
dahulu harus<br />
mendapat persetujuan<br />
DPRD <strong>Kota</strong><br />
<strong>Bandung</strong>.<br />
Wali kota menuturkan,<br />
penggunaan<br />
belanja hibah<br />
ini, diperuntukan<br />
bagi<br />
badan/organisasi<br />
swasta dan belanja<br />
hibah kelompok masyarakat atau perorangan,<br />
serta akan menjadi bagian dari proses pemberdayaan<br />
masyarakat dalam rangka mengembangkan<br />
krativitas, produktivitas dan kemandirian<br />
warga kota, khususnya mendorong pelaksanaan<br />
7 program prioritas pembangunan dan 5<br />
gerakan lingkungan hidup.<br />
dikatakannya, tambahan belanja hibah senilai<br />
lebih Rp 40 miliar diperuntukan untuk program<br />
pendidikan (Bawaku Cerdas), kesehatan (Bawaku<br />
Sehat), peningkatan pendapatan dengan pemberian<br />
modal usaha melalui Bawaku Makmur, mendorong<br />
prestasi olahraga (Pengcab PSSI dan<br />
Badan Pembina Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia),<br />
Agama (penyelenggaraan MTQ), serta mendukung<br />
penyelenggaraan Pemilu 2009. “Kita<br />
menyadari, badai krisis yang terjadi saat akhirakhir<br />
ini, tidak bisa dihindari, akan membuka<br />
peluang bertambahnya penduduk miskin dan<br />
angka pengangguran di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,”kata wali<br />
kota.<br />
“Kami berharap dana hibah ini menjadi stimulus<br />
bagi para penerima, agar mereka bisa lebih<br />
kreatif dan inofatif dalam berbagai kehidupan,<br />
serta memberi nilai tambah perkembangan sosial<br />
ekonomi warga <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,” ujarnya.<br />
Guna menjamin transparansi, dan akuntabilitas<br />
pengelolaan dana hibah ini, ditandaskan wali<br />
kota, pemkot akan<br />
menyempurnakan<br />
teknis pengelolaannya<br />
dengan melibatkan<br />
aparat kewilayahan<br />
dan stakeholders<br />
lainnya,<br />
agar program ini<br />
dapat dilaksanakan<br />
dengan aman<br />
serta tidak mengabaikan<br />
kepercayaan<br />
rakyat.<br />
Ditanya persoalan<br />
krisis global,<br />
terutama<br />
dampaknya terhadap<br />
pemutusan<br />
hubungan kerja<br />
(PHK) yang<br />
berdampak kemungkinan<br />
bertambahnya<br />
rumah tangga miskin (RTM), dikatakan<br />
wali kota, tugas Pemkot adalah melindungi warganya<br />
yang miskin, jangan sampai akibat dari<br />
kemiskinan, menimbulkan gangguan kamtibmas.<br />
Karenanya, Pemkot <strong>Bandung</strong>, berupaya melanjutkan<br />
kebijakan Bawaku Cerdas di sektor pendidikan,<br />
Bawaku Makmur di sektor ekonomi<br />
rakyat dan Bawaku Sehat sebagai pendamping<br />
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)<br />
programnya <strong>Pemerintah</strong> Pusat. Bahkan di APBD<br />
2009, Pemkot merencanakan akan menganggarkan<br />
untuk Bawaku Pangan bagi RTM. “Kesiapan<br />
kearah ini telah dilakukan, dihitung berapa<br />
anggaran yang dibutuhkan. -- Di <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>,<br />
diperkirakan tidak kurang 5.000 orang akan<br />
terkena PHK sebagai dampak krisis ekonomi global<br />
saat ini,” ungkapnya.**<br />
50
EDISI 6 / <strong>2008</strong><br />
SWARA WARGA<br />
Tempat Sampah<br />
Serba Praktis<br />
SAYA akan membuat semuanya serbapraktis,<br />
tetapi juga mempunyai manfaat yang besar bagi<br />
masyarakat <strong>Bandung</strong> tentunya. Saya akan<br />
membuat tempat sampah berbagai fungsi yang<br />
bisa memisahkan sampah sendiri, antara sampah<br />
organik dan sampah nonorganik. Jadi, tempat<br />
sampah ini sekalian kita membuang sampah<br />
sekalian bisa misahin sendiri, jadi kan enggak<br />
perlu misahin lagi. Terus<br />
juga selain bisa misahan antara<br />
organik dan nonorganik,<br />
tempat sampah ini juga bisa<br />
mendaur ulang secara<br />
otomatis, tentunya ukurannya<br />
akan besar. Bagi yang<br />
enggak bisa diuraiin lagi ,<br />
sampah itu akan dibakar<br />
dan kita kubur di dalam<br />
tanah.<br />
Evelyn, X-A, SMAK 1 BPK<br />
Penabur<br />
Devin Alamsyah, VII A, SMP Plus Assalaam<br />
<strong>Bandung</strong><br />
MENURUT saya, masyarakat <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
mempunyai jiwa kreativitas yang tinggi. Itu terbukti<br />
dengan karya masyarakat <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong><br />
yang telah banyak diakui masyarakat dalam dan<br />
luar <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> sendiri. Karya-karya<br />
masyarakat <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong> kebanyakan tercipta<br />
dari tangan generasi muda <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>, seperti<br />
banyaknya band yang berasal dari <strong>Kota</strong> <strong>Bandung</strong>.<br />
Karya-karya lainnya seperti berbagai distro<br />
yang menjamur dan menjadi tren, juga berbagai<br />
kreativitas seni lainnya.<br />
Astika Maullina Pauji Astuti, XII IPA 3,<br />
SMAN 1 Cihaurbeuti<br />
KALAU aku diberi kesempatan untuk terjun ke<br />
dalam bidang tersebut, Aku lebih menyukai<br />
bidang perbukuan sesuai hobiku yang suka baca.<br />
Akan tetapi, sepertinya aku enggak bisa terjun<br />
secara langsung. Mungkin aku hanya bisa<br />
menyimpan saham aja, karena aku sama sekali<br />
tidak berbakat dalam bidang seperti itu. Biarkan<br />
orang yang lebih ahli mengurusnya.Percuma<br />
donk kalau terjun langsung, tetapi hasilnya enggak<br />
memuaskan.<br />
Giyats Shifa Novianti Nugraha, kelas VII A,<br />
SMP Assalaam <strong>Bandung</strong><br />
SEJAK lama <strong>Bandung</strong> memang sudah memiliki<br />
berbagai karya seni dan budaya hasil<br />
kreativitas masyarakatnya. Kesenian yang<br />
terkenal dari <strong>Bandung</strong> antara lain tari<br />
jaipong, wayang golek, dan angklung.<br />
<strong>Bandung</strong> juga terkenal dengan<br />
wisata belanja dan wisata kulinernya.<br />
Darwin Jayadi, VIII C-09,<br />
SMPK 5 BPK Penabur<br />
KALAU aku terjun ke dunia<br />
yang memakai bahan dasar<br />
ramah lingkungan, aku akan<br />
mengganti plastik yang biasa dibawa<br />
oleh ibu-ibu setelah mereka belanja, menjadi<br />
anyaman tas yang dapat dipakai berulang-ulang<br />
oleh mereka. Tujuannya mengurangi pemakaian<br />
plastik karena plastik menyebabkan banjir.<br />
Makanya, jangan menggunakan plastik secara<br />
berlebihan!<br />
51