Download - Ditjen Cipta Karya
Download - Ditjen Cipta Karya
Download - Ditjen Cipta Karya
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
LIPUTAN KHUSUS<br />
Perjalanan Muhibah Sanitasi Perdesaan di India 12<br />
INFO BARU 1<br />
UU KIP Mengatur Hajat Informasi Setiap Orang 15<br />
ASIA PACIFIC MINISTERS’<br />
CONFERENCE ON HOUSING<br />
AND URBAN DEVELOPMENT<br />
(APMCHUD) KE-3 2010 di<br />
solo<br />
AJANG PROMOSI<br />
PENCAPAIAN INDONESIA<br />
Edisi 02/Tahun VIII/2010<br />
RIS PNPM Mandiri<br />
Mengurangi<br />
Kemiskinan<br />
dengan Infrastruktur
daftar isi<br />
Februari 2010<br />
Berita Utama<br />
http://ciptakarya.pu.go.id<br />
4 RIS PNPM Mandiri<br />
Mengurangi Kemiskinan<br />
dengan Infrastruktur<br />
Pelindung<br />
Budi Yuwono P<br />
Penanggung Jawab<br />
Danny Sutjiono<br />
Dewan Redaksi<br />
Antonius Budiono, Tamin M. Zakaria<br />
Amin, Susmono, Guratno Hartono,<br />
Joessair Lubis,<br />
Budi Hidayat<br />
Pemimpin Redaksi<br />
Dwityo A. Soeranto, Sudarwanto<br />
Penyunting dan Penyelaras Naskah<br />
T.M. Hasan, Bukhori<br />
Bagian Produksi<br />
Djoko Karsono, Emah Sadjimah,<br />
Radja Mulana MP. Sibuea,<br />
Djati Waluyo Widodo, Aulia UI Fikri,<br />
Indah Raftiarty<br />
Bagian Administrasi & Distribusi<br />
Sri Murni Edi K, Ilham Muhargiady,<br />
Doddy Krispatmadi, A. Sihombing,<br />
Ahmad Gunawan, Didik Saukat Fuadi,<br />
Harni Widayanti, Deva Kurniawan,<br />
Mitha Aprini, Nurfhatiah<br />
Kontributor<br />
Panani Kesai, Rina Agustin Indriani,<br />
Sriningsih BZ, Hadi Sucahyono,<br />
Amiruddin, Handy B. Legowo,<br />
Endang Setyaningrum, Syamsul Hadi,<br />
Ismono Yahmo, Muhammad Abid,<br />
Siti Bellafolijani, Djoko Mursito,<br />
Ade Syaeful Rahman,<br />
Th. Srimulyatini Respati,<br />
Alex A. Chalik, Bambang Purwanto,<br />
Edward Abdurahman, Alfin B. Setiawan,<br />
Nieke Nindyaputri, Deddy Sumantri,<br />
M. Yasin Kurdi, Lini Tambajong<br />
Alamat Redaksi<br />
Jl. Patimura No. 20, Kebayoran Baru<br />
12110 Telp/Fax. 021-72796578<br />
Email<br />
publikasi_djck@yahoo.com<br />
8 Lampung Tengah<br />
Sediakan Rp 1,6 Miliar<br />
sebagai BOP RIS PNPM<br />
10 Fasilitator Masyarakat<br />
Desa Babakan Loa, RIS<br />
PNPM Mandiri Lampung<br />
Mengabdi dengan Hati<br />
Liputan Khusus<br />
12 Perjalanan Muhibah<br />
Sanitasi Perdesaan di India<br />
Info Baru<br />
15 UU KIP Mengatur Hajat<br />
Informasi Setiap Orang<br />
19 APMCHUD Ke-3<br />
2010 Ajang Promosi<br />
Pencapaian Indonesia<br />
Inovasi<br />
22 Pipa Plastik Serat Kaca,<br />
Terobosan Baru Sistem<br />
Perpipaan<br />
24 Perubahan NIP Baru<br />
PNS‘Lebih Otentik dan<br />
Unik’<br />
27 Tahun 2010, Sistem<br />
Semi E-Procurement Plus<br />
Tambah Empat Provinsi<br />
4<br />
12<br />
Redaksi menerima artikel, berita,<br />
karikatur yang terkait bidang cipta<br />
karya dan disertai gambar/foto<br />
serta identitas penulis. Naskah<br />
ditulis maksimal 5 halaman A4,<br />
Arial 12. Naskah yang dimuat akan<br />
mendapat insentif.<br />
Resensi<br />
22<br />
29 Rusunawa di Indonesia<br />
Gagasan,Perkembangan<br />
dan Keberlanjutan<br />
(2005-2009)
Foto Cover : Jembatan Gantung<br />
RIS PNPM di Desa<br />
Bunut Seberang,<br />
Kecamatan Padang<br />
Cermin,Kab. Pesawaran<br />
@.....Suara Anda<br />
SKPA Tambahan Desa 2009<br />
editorial<br />
Jangan Buat Citra Buruk Program Pemberdayaan<br />
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri hingga saat ini sudah menginjak usia<br />
3 tahun. Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Kementerian Pekerjaan Umum pun semakin meningkatkan<br />
anggarannya untuk proram-program di bawah payung program ini. Itu semua karena asa tinggi untuk<br />
meningkatkan kesejahteraan masyarakat (khususnya perdesaan) melalui pembangunan infrastruktur dan<br />
bukti yang sudah terlihat dengan menyerap tenaga kerja yang tidak sedikit. Pemerintah ingin menjamin<br />
program tersebut berjalan sesuai harapan, yaitu melalui perangkat pedoman, peraturan, pembinaan, dan<br />
pengawasan yang telah dibuat. Namun bukan berarti semua beres, penyimpangan tetap akan mengintai<br />
ketika ada niat dan kesempatan. Apalagi jika sudah berurusan dengan uang.<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Edisi Februari 2010 ini akan mengulas Program RIS PNPM Mandiri di Provinsi<br />
Lampung. Banyak pelajaran bisa dipetik dari lawatan Tim Redaksi di provinsi ini, dari mulai dugaan kasus<br />
pemungutan, antusiasme masyarakat menerima program, suka cita fasilitator, implementasi pembangunan<br />
infrastruktur secara teknis, dll. Sebutlah ini sebagai pembelajaran masyarakat untuk mandiri dengan<br />
kendaraan Program Pemberdayaan. Harapan masyarakat yang tinggi akan peningkatan kesejahteraan<br />
dengan tersedianya infrastruktur jangan sampai dibayar dengan catatan gagal. Direktur Jenderal <strong>Cipta</strong><br />
<strong>Karya</strong> Budi Yuwono berpesan agar jangan ada cerita buruk yang bisa menteror masyarakat penerima lain<br />
dan berpikir macam-macam tentang program pemberdayaan.<br />
Edisi ini juga mengulas cerita menarik lain dari muhibah sanintasi ke India yang bisa menjadi pelajaran<br />
berharga utuk masyarakat Indonesia. Dengan pendekatan Community-Led Total Sanitation, para fasilitator<br />
mencoba mengajak masyarakat berpikir bahwa membiayai sanitasi lebih murah daripada biaya berobat<br />
kalau sakit akibat sanitasi yang buruk, suatu pelajaran semangat kemandirian yang begitu tinggi di tingkat<br />
masyarakat disana, hal inipun tercermin melalui harga BBM (bensin) yang per liternya sekitar 30 rupe (Rp.<br />
6.000,-) artinya subsidi BBM tidak diberlakukan dan masyarakat dapat menerimanya.<br />
Menjelang diberlakukannya Undang-undang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) pada 10 April 2010<br />
nanti, Redaksi tak mau menyia-nyiakan momen ini untuk mensosialisasikan poin-poin penting untuk<br />
diketahui oleh masyarakat maupun Badan Informasi Publik. Sebagai bagian dari BIP di lingkungan <strong>Ditjen</strong><br />
<strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>, kami pun sedang menyusun kesiapan menyambut pemberlakuan UU ini.<br />
Dari ajang internasional, tak ketinggalan kami pun menyajikan kesiapan Asia Pacific Minister’s<br />
Conference on Housing and Urban Development (APMCHUD) yang akan dipusatkan di Solo, Jawa Tengah,<br />
Juni 2010 mendatang. APMCHUD sebagai pertemuan regional dilaksanakan secara regular dua tahunan,<br />
untuk membahas kebijakan yang komprehensif mengenai isu-isu yang berhubungan dengan perumahan,<br />
permukiman, dan pembangunan perkotaan. Di Solo, APMCHUD akan mengangkat tema Empowering<br />
Communities for Sustainable Urbanization - with special focus on Adaptation to Climate Change and<br />
Strengthening the Local Economy (Pemberdayaan Komunitas untuk Urbanisasi Berkelanjutan, dengan fokus<br />
khusus pada Adaptasi terhadap Perubahan Iklim dan Penguatan Ekonomi Lokal).<br />
Selamat membaca dan berkarya!<br />
Pak, saya adalah operator komputer tentang pelaporan e-monitoring<br />
Dinas PU <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Kab. Banyuasin. Apakah laporan tersebut<br />
bisa digabung dalam aplikasi e-monitoring antara DIPA RIS-PNPM<br />
dengan surat SKPA 2009, sedangkan 2 Dana ini RIS-PNPM berasal<br />
dari ADB (Asian Development Bank) dan surat SKPA 2009 berasal<br />
dari APBN Rupiah Murni Bagaimana cara untuk pelaporan melalui<br />
e-monitoring Mohon bantuan Bapak. Terima kasih.<br />
Tomi Jepisa<br />
Sdr. Tomi Jepisa, Yth. Pelaporan e-Monitoring yang dilakukan oleh<br />
Satker PIP Kabupaten Musi Banyuasin adalah e-Monitoring gabungan<br />
antara DIPA RIS-PNPM dengan SKPA 2009. E-Monitoring gabungan ini<br />
dilakukan setelah me-restore backup data e-Monitoring SKPA yang<br />
dikirim dari Satker PPIP Pusat. Backup data e-Monitoring SKPA untuk<br />
Kabupaten Banyuasin tersebut telah dikirim Satker PPIP Pusat kepada<br />
PPK Randal/PPK PIP Satker Propinsi Sumatera Selatan (randalsumsel@<br />
yahoo.co.id, ismail.alwi@gmail.com, d4v1d_18@yahoo.com). Bapak<br />
dapat menghubungi staf PPK randal tersebut (Sdr. David no Hp.<br />
085273889772) yang bertugas sebagai operator e-Monitoring Satker<br />
PIP Provinsi Sumatera Selatan atau menghubungi Sdr. Wayan Lindu<br />
Suwara (tlp. 021-5742254, email: ppip.djck2@gmail.com) asisten Monev<br />
Satker PPIPP Pusat. Terimakasih. (Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>).<br />
Redaksi menerima saran maupun tanggapan terkait bidang <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> ke email publikasi_djck@yahoo.com atau saran dan pengaduan di www.pu.go.id<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010 3
Berita Utama<br />
Foto Atas : Jembatan Desa Sido Rahayu, Kabupaten Tulang Bawang<br />
Foto Bawah : Anak-anak di Pekon Sinar Banten Kec. Talang Padang, Lampung<br />
merasa nyaman setrelah dibangun talud penahan sungai<br />
dan jalan setapak di lingkungan rumahnya.<br />
RIS PNPM Mandiri<br />
Mengurangi<br />
Kemiskinan<br />
dengan Infrastruktur<br />
TTingkat kemiskinan di Indonesia masih<br />
cukup tinggi, terutama kemiskinan di wilayah<br />
perdesaan, baik ditinjau dari indikator<br />
jumlah dan persentase penduduk miskin,<br />
maupun tingkat kedalaman dan keparahan<br />
kemiskinan itu sendiri. Melalui program<br />
PNPM Mandiri angka kemiskinan hingga<br />
Maret 2009 sudah mencapai 14,15 persen<br />
dari jumlah total penduduk atau sekitar<br />
32,55 juta rumah tangga miskin. Angka<br />
itu menurun 2,5 juta orang dibandingkan<br />
tahun 2008 (www.menkokesra.go.id).<br />
Masalah kemiskinan di perdesaan antara<br />
lain disebabkan rendahnya pelayanan dan<br />
kondisi infrastruktur dalam mendukung<br />
pengembangan ekonomi perdesaan,<br />
produktivitas, mobilitas dan distribusi hasilhasil<br />
produk pertanian yang merupakan<br />
bidang paling banyak digeluti oleh<br />
masyarakat.<br />
4 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010
BERITAUTAMA<br />
“Program ini<br />
mengupayakan<br />
peningkatan prasarana<br />
dasar perdesaan<br />
dan pendekatan<br />
pemberdayaan<br />
masyarakat.”.<br />
(Dirjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>)<br />
Tak hanya itu, akses masyarakat<br />
perdesaan terhadap pengambilan<br />
kebijakan pembangunan selama ini masih<br />
lemah, karena tidak memiliki koneksi yang<br />
memadai, kapasitas yang terbatas dan<br />
seterusnya. Sementara itu, pembangunan<br />
yang dilakukan di kawasan perdesaan oleh<br />
pemerintah daerah sering bersifat top down.<br />
Masyarakat sering menganggap fasilitasfasilitas<br />
itu sebagai hadiah, dan tidak<br />
melahirkan sense of belonging. Sehingga<br />
lambat laun, kondisi seperti ini akan membentuk<br />
mental masyarakat yang kurang<br />
gigih dalam berusaha, bekerja dengan<br />
fasilitas apa adanya, kurang perhatian<br />
terhadap usaha pengembangan prasarana<br />
di lingkungannya, apalagi berpikir tentang<br />
orientasi pembangunan berkelanjutan.<br />
Dalam upaya mengejar ketertinggalan<br />
pembangunan perdesaan, adalah dengan<br />
menyediakan sarana dan prasarana dengan<br />
tingkat pelayanan yang handal. Dalam hal ini<br />
Kementerian Pekerjaan Umum melalui <strong>Ditjen</strong><br />
<strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>, melaksanakan program Rural<br />
Infrastructure Support to PNPM Mandiri (RIS<br />
PNPM Mandiri). Program ini mengupayakan<br />
peningkatan prasarana dasar perdesaan dan<br />
pendekatan pemberdayaan masyarakat.<br />
Pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan<br />
mendorong peran serta masyarakat dalam<br />
pelaksanaan serta meningkatkan kapasitas<br />
masyarakat dalam pelaksanaan serta dalam<br />
proses pembangunan. Dengan demikian,<br />
diharapkan hasil pelaksanaan dapat sesuai<br />
dengan kebutuhan masyarakat yang telah<br />
diidentifikasikan secara partisipatif.<br />
“Untuk mencapai sasaran tersebut, kita<br />
telah melaksanakan program pembangunan<br />
perdesaan tahun 2009 untuk 1.853 desa,”<br />
kata Dirjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>, Budi Yuwono pada<br />
suatu kesempatan.<br />
Program tersebut tersebar di Riau,<br />
Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung.<br />
Program RIS PNPM Mandiri, jelas Budi<br />
Yuwono, bertujuan untuk meningkatkan<br />
kesejahteraan masyarakat desa melalui<br />
perbaikan akses masyarakat miskin terhadap<br />
pelayanan infrastruktur dasar perdesaan,<br />
yang mencakup jalan perdesaan, irigasi<br />
perdesaan, air minum perdesaan, serta<br />
infrastruktur sanitasi perdesaan.<br />
“Oleh karena itu, program ini bukan<br />
sekedar program fisik saja tapi benarbenar<br />
dirancang untuk membangun desa<br />
dan masyarakatnya”, kata Budi. Karena itu<br />
penyelenggaraannya berdasarkan pada 7<br />
pendekatan, yakni Pemberdayaan Masyarakat;<br />
Keberpihakan kepada yang miskin; Otonomi<br />
dan desentralisasi; Partisipatif; Keswadayaan;<br />
Keterpaduan program pembangunan; dan<br />
Penguatan Kapasitas Kelembagaan pemerintah<br />
daerah dan masyarakat.<br />
Total anggaran yang telah dialokasikan<br />
untuk RIS PNPM Mandiri hingga saat ini<br />
mencapai Rp 463 miliar. Dana itu berasal<br />
dari bantuan ADB dan rupiah murni.<br />
Setiap desa mendapatkan bantuan sebesar<br />
Rp 250 juta dalam bentuk Dana Bantuan<br />
Infrastruktur Perdesaan. Titik berat kegiatan<br />
adalah peningkatan infrastruktur perdesaan<br />
yang meliputi sarana jalan dan transportasi<br />
perdesaan, sanitasi perdesaan, air minum<br />
perdesaan, drainase perdesaan dan irigasi<br />
perdesaan. Program ini dimaksudkan untuk<br />
meningkatkan kesejahteraan masyarakat<br />
desa melalui perbaikan akses masyarakat<br />
miskin terhadap pelayanan infrastruktur<br />
perdesaan.<br />
“Masyarakat melalui Kelompok Pemanfaat<br />
dan Pemelihara (KPP) yang didampingi<br />
oleh pemerintah daerah, masih harus<br />
mengoperasikan dan memelihara infrastruktur<br />
yang dibangun, sehingga mampu memberikan<br />
pelayanan yang memadai bagi masyarakat,”<br />
jelas Budi. (bcr)<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010 5
Berita Utama<br />
Foto Atas: Bak penampung utama untuk disalurkan ke rumah tangga Desa Babakan Loa. SPAM perdesaan yang dilaksanakan RIS PNPM Mandiri.<br />
Foto Bawah : Warga Pekon Tugu Papak, Semaka, Tanggamus sekarang bisa melakukan mobilitas dengan mudah setelah dibangun jembatan melalui<br />
program RIS PNM dan swadaya masyarakat (jalan).<br />
“Kedua program tersebut sudah dirasakan<br />
manfaatnya oleh masyarakat, dimana<br />
masyarakat sendiri yang merencanakan<br />
dan membangun, karena itu masyarakat<br />
pula yang harus merawat dan<br />
menjaganya,”<br />
(Bambang Kurniawan, Bupati Tanggamus,<br />
Lampung)<br />
6 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010
BERITAUTAMA<br />
Peresmian PPIP<br />
dan RIS PNPM Mandiri<br />
Kabupaten Tanggamus<br />
Membagi<br />
Tanggung Jawab<br />
Kepada<br />
Masyarakat<br />
Menutup bulan Januari – tepatnya Rabu,<br />
27 Januari 2010, Bupati Tanggamus, Bambang<br />
Kurniawan meresmikan proyek Rural<br />
Infrastructure Support to Program Nasional<br />
Pemberdayaan Masyarakat (RIS – PNPM),<br />
dan Program Pembangunan Infrastuktur<br />
Perdesaan (PPIP) Tahun Anggaran 2009.<br />
Kedua program tersebut dilaksanakan oleh<br />
Organisasi Masyarakat Setempat (OMS) di 121<br />
Pekon (desa), yang tersebar di 21 kecamatan<br />
di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung,<br />
yang menerima bantuan dari Direktorat<br />
Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>, baik dari APBN (PPIP),<br />
maupun loan (RIS – PNPM).<br />
Peresmian dipusatkan di Pekon Tugu<br />
Papak, Kecamatan Semaka. Dalam peresmian<br />
ini Dirjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> diwakili Kasubdit<br />
Program dan Anggaran, Direktorat Bina<br />
Program, Panani Kesai. Peresmian tersebut<br />
menandai penyerahan secara resmi RIS– PNPM<br />
dan PPIP dari pemerintah kepada masyarakat.<br />
Bambang Kurniawan menegaskan agar<br />
infrastruktur yang sudah dibangun dapat<br />
dijaga dengan baik, sehingga manfaatnya<br />
bisa berkelanjutan untuk meningkatkan<br />
kesejahteraan masyarakat.<br />
“Kedua program tersebut sudah dirasakan<br />
manfaatnya oleh masyarakat, dimana<br />
masyarakat sendiri yang merencanakan dan<br />
membangun, karena itu masyarakat pula<br />
yang harus merawat dan menjaganya,” tutur<br />
Bambang. Ia menambahkan, kedua program<br />
tersebut telah berhasil dilaksanakan, sehingga<br />
diharapkan pemerintah tidak segan-segan<br />
melanjutkan program itu di masa yang akan<br />
datang.<br />
RIS–PNPM dilaksanakan di 93 pekon, dan<br />
PPIP di 28 pekon dan Kabupaten Tanggamus<br />
dan Kabupaten Pringsewu, pemekaran tahun<br />
2009. Kedua program itu telah menyerap<br />
sekitar 5.000 tenaga kerja, baik laki-laki<br />
maupun perempuan selama tahun 2009.<br />
Secara rinci RIS-PNPM dan PPIP di Kabupaten<br />
Tanggamus selama tahun 2009 lalu, telah<br />
membangun antara lain jalan lingkungan<br />
sepanjang 60.500 m, jalan paving block<br />
30.489 m, jalan beton tumbuk (rabat beton)<br />
sepanjang 9.510 m, dan jalan lapen (lapis<br />
penetrasi makadam) 370 m. Selain jalan,<br />
dibangun juga prasarana dan sarana air<br />
minum dan sanitasi sebanyak 34 unit, saluran<br />
drainase sepanjang 19.684 m, talud penahan<br />
tanah 50.400 m, jembatan beton sebanyak<br />
64 unit, jembatan gantung 1 unit, bending<br />
bronjong 404 unit, bendung 1 unit, sumur<br />
gali 24 unit, gorong-gorong 204 unit, dan bak<br />
penampung 11 unit.<br />
Bupati Tanggamus juga berkomitmen<br />
membuat replikasi PNPM Mandiri di<br />
daerahnya dengan meluncurkan program<br />
“Gerbang Helau” atau Gerbang Baru dengan<br />
pola dan pendekatan yang sama, hanya saja<br />
dananya lebih sedikit dibandingkan PPIP<br />
maupun RIS-PNPM. Gerbang Helau nantinya<br />
akan disalurkan kepada pekon-pekon yang<br />
tidak terjangkau program PNPM Mandiri.<br />
Dirjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> dalam pesannya yang<br />
disampaikan Panani Kesai menjelaskan,<br />
program tersebut tidak semata membangun<br />
“Gerbang Helau nantinya<br />
akan disalurkan kepada<br />
pekon-pekon yang tidak<br />
terjangkau program PNPM<br />
Mandiri”.<br />
(Bupati Tanggamus)<br />
fisik, tapi benar-benar dirancang untuk<br />
membangun desa untuk meningkatkan<br />
kesejahteraan masyarakat desa melalui<br />
perbaikan akses masyarakat miskin terhadap<br />
infrastruktur perdesaan seperti jalan, irigasi,<br />
air minum, dan sanitasi. Setiap desa sasaran<br />
menerima Rp 250 juta dalam bentuk dana<br />
bantuan infrastruktur.<br />
“Saya berterimakasih kepada masyarakat<br />
Kabupaten Tanggamus yang telah mampu<br />
melaksanakan program ini dengan baik.<br />
Saya harapkan partisipasi masyarakat<br />
ini terus berjalan. Masyarakat melalui<br />
Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara<br />
(KPP) yang didampingi Pemda masih<br />
harus mengoperasikan dan memelihara<br />
infrastruktur yang dibangun, sehingga<br />
memberikan pelayanan optimal kepada<br />
masyarakat,” pesan Dirjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>.<br />
(bcr)<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010 7
Berita Utama<br />
Lampung Tengah<br />
Provinsi Lampung tercatat sebagai provinsi<br />
penerima program Rural Infrastructure Support<br />
(RIS) PNPM Mandiri tahun 2009. Sebanyak<br />
413 desa telah menerima bantuan program<br />
pemberdayaan yang diandalkan pemerintah<br />
untuk mengentaskan kemiskinan. Kabupaten<br />
Lampung Tengah menyediakan Rp. 1,6 miliar<br />
sebagai Biaya Operasional Program (BOP)<br />
untuk 77 desa yang menjadi sasaran tahun<br />
2010.<br />
Selain itu, Pemerintah Kabupaten<br />
Lampung Tengah juga seakan berlomba<br />
dengan Pemerintah Pusat, yaitu dengan<br />
meluncurkan program bernama “Beguai<br />
Jejamo Wawai” (BJW) atau berbuat bersama<br />
untuk kebaikan. BJW adalah motto Lampung<br />
Tengah dan menjadi program dengan<br />
pendekatan yang sama dengan Program<br />
Pemberdayaan seperti RIS PNPM, PPIP<br />
dan lainnya, ciri khasnya adalah proses<br />
perencanaan, pelaksanaan, dan pemeliharaan<br />
yang dilakukan oleh masyarakat sendiri.<br />
Dengan tambahan bantuan dari Direktorat<br />
Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> melalui RIS PNPM akan<br />
mempercepat pembangunan infrastruktur<br />
perdesaan, terutama di desa-desa tertinggal .<br />
“Kami sangat berterimakasih kepada<br />
<strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> yang telah membantu<br />
132 kampung (desa) yang tersebar di 19<br />
kecamatan dengan RIS PNPM Mandiri.<br />
Kunjungan Bapak Direktur Jenderal <strong>Cipta</strong><br />
<strong>Karya</strong> di Kabupaten Lampung Tengah sangat<br />
melegakan karena kami tidak repot-repot lagi<br />
ke Jakarta dengan membawa kliping tentang<br />
kabupetan, yang 70% warganya adalah<br />
transmigran Jawa,” ujar Bupati Lampung<br />
Tengah Mudiyanto Thoyib.<br />
Di hadapan Dirjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>, Direktur<br />
Bina Program, serta rombongan, serta 55<br />
camat dan kepala desa di Lampung Tengah,<br />
Mudiyanto Thoyib, mengatakan pihaknya<br />
akan mengucurkan dana APBD sebesar Rp<br />
1,6 miliar untuk BOP RIS PNPM Mandiri dan<br />
PPIP 2010 yang akan dilaksanakan di 77<br />
kampung di wilayahnya. Mudiyanto siap<br />
menambah dana BOP pada APBD Perubahan<br />
jika daerahnya diberikan tambahan lokasi RIS<br />
PNPM maupun PPIP.<br />
“Kami juga mengharapkan pelaksanaan<br />
program bisa dimulai dari Juli atau Agustus<br />
BERITAUTAMA<br />
Sediakan Rp 1,6 Miliar<br />
sebagai BOP RIS PNPM<br />
Truk pengangkut barang melewati jalan yang<br />
sudah diperkuat onderlagh di Desa Sakti Buana,<br />
Seputih Banyak, Lampung Tengah<br />
“Kami siap menambah<br />
dana BOP pada APBD<br />
Perubahan jika daerah<br />
kami diberikan tambahan<br />
lokasi RIS PNPM maupun<br />
PPIP”.<br />
(Bupati Lampung Tengah)<br />
karena pada saat itu banyak warga kami yang<br />
nganggur akibat kemarau dan belum masuk<br />
masa panen. Sebelumnya pelaksanaan RIS dan<br />
PPIP tidak ada bantuan alat-alat berat, tahun<br />
ini kami meminta Dinas PU meminjamkannya<br />
saja dan masyarakat hanya membeli solarnya<br />
saja,” tambah Mudiyanto.<br />
Merubah perilaku<br />
Direktur Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Budi<br />
Yuwono menekankan bahwa program RIS<br />
PNPM maupun PPIP adalah wadah semua<br />
orang untuk belajar. Sebagai Pembina, baik<br />
di tingkat pusat maupun daerah, aparat<br />
pemerintah harus ikhlas karena yang<br />
dilakukannya adalah belanja sosial. Dana<br />
kedua program tersebut langsung dikucurkan<br />
ke rekening masyarakat untuk melengkapi<br />
karakter program pemberdayaan, di mana<br />
masyarakat merencanakan, melaksanakan,<br />
dan memelihara sendiri infrastruktur yang<br />
dibuat.<br />
“Jika ada hasil pekerjaan yang kurang<br />
baik jangan lantas diserahkan ke kontraktor.<br />
Biarkan masyarakat bangga dengan apa<br />
yang sudah dihasilkannya karena itulah<br />
prinsip-prinsip pemberdayaan. Baik Presiden<br />
maupun Wapres dalam setiap kesempatan<br />
berkomitmen akan terus meningkatkan<br />
program pemberdayaan yang tahun ini<br />
sudah dilakukan di 3.900 desa (RIS PNPM<br />
dan PPIP, red). Dengan demikian, kita semua<br />
harus menjamin program pemberdayaan ini<br />
berjalan dengan baik,” pesan Budi Yuwono.<br />
(bcr)<br />
8 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010
Berita Utama<br />
Pastikan Dana RIS<br />
Utuh Diterima<br />
Masyarakat<br />
DDirektur Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Kementerian<br />
Pekerjaan Umum, Budi Yuwono, berpesan<br />
kepada masyarakat penerima Program Rural<br />
Infrastructure Support to Program Nasional<br />
Pemberdayaan Masyarakat (RIS – PNPM<br />
Mandiri) untuk memastikan dana sebesar<br />
Rp 250 juta yang diterima digunakan untuk<br />
membangun infrastruktur desa sesuai yang<br />
disepakati. Masyarakat harus kritis kepada<br />
para oknum pemungut dana RIS PNPM dan<br />
tidak perlu membayar jasa para fasilitator<br />
masyarakat (FM) dan aparat di atasnya karena<br />
sudah ada haknya masing-masing.<br />
“Jangan ada cerita yang aneh-aneh<br />
(pungutan liar – red) agar tidak mempengaruhi<br />
pelaksanaan program RIS PNPM dan PPIP<br />
yang tahun 2010 ini akan dilaksanakan di<br />
3.900 desa, dan 413 di antaranya ada di<br />
Provinsi Lampung,” ujar Budi Yuwono saat<br />
mengunjungi Desa Sakti Buana, Kecamatan<br />
Seputih Banyak, Kabupaten Lampung<br />
Tengah, Selasa (16/2).<br />
Budi menambahkan, setiap daerah<br />
menyediakan dana sebesar 5% dari jumlah<br />
bantuan untuk pendampingan. Dengan<br />
demikian, masyarakat tidak perlu membayar<br />
bantuan fasilitator dalam melakukan proses<br />
perencanaan Program Jangka Menengah<br />
“KPP jangan segan<br />
meminta retribusi untuk<br />
setiap truk yang lewat<br />
agar dananya untuk<br />
pemeliharaan”.<br />
(Dirjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>)<br />
(PJM) sebagai syarat pencairan dana RIS<br />
PNPM.<br />
“Masyarakat juga perlu terlibat sendiri<br />
dalam proses pembangunan, apapun jenis<br />
kegiatannya asalkan hasil kesepakatan warga.<br />
Jangan dikontrakkan, karena sudah terbukti<br />
di desa ini masyarakat mampu melakukan<br />
peningkatan kualitas jalan dengan onderlagh<br />
sepanjang 1.400 meter, 1.300 meter dari<br />
program RIS, dan sekitar 100 meter lanjutannya<br />
adalah swadaya masyarakat. Bandingkan,<br />
menurut informasi jika dikontrakkan akan<br />
memakan Rp 300 juta untuk 1.000 meter,<br />
itulah hebatnya pemberdayaan,” pungkas<br />
Budi Yuwono.<br />
Selain pada OMS, Budi juga berpesan<br />
kepada Kelompok Pengguna dan Pemelihara<br />
(KPP) agar tidak segan meminta retribusi<br />
untuk setiap truk pengangkut yang lewat<br />
agar dananya bisa digunakan untuk<br />
pemeliharaan.<br />
BERITAUTAMA<br />
Dirjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>, Budi Yuwono bersama Direktur<br />
Bina Program sedang meninjau lokasi bak<br />
penampung utama dalam SPAM yang dibangun<br />
melalui RIS PNPM Mandiri Kabupaten Pesawaran,<br />
Lampung<br />
Kepala Desa Sakti Buana, I Nyoman<br />
Suasjaya, menjelaskan tiap harinya ada<br />
lebih dari 100 truk pengangkut barang yang<br />
melewati jalan di desanya. Nyoman bersama<br />
OMS dan KPP sudah menyepakati akan<br />
menarik Rp. 5000 kepada tiap truk tersebut.<br />
Selain di Desa Sakti Buana, Dirjen <strong>Cipta</strong><br />
<strong>Karya</strong> yang didampingi Direktur Bina Program<br />
Danny Sutjiono dan pejabat di lingkungan<br />
<strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>, menyempatkan<br />
berkunjung di Desa Babakan Loa, Kecamatan<br />
Kedondong, Kabupaten Pesawaran. RIS PNPM<br />
di desa tersebut berhasil membangun Sistem<br />
Penyediaan Air Minum (SPAM) yang sudah<br />
dirasakan manfaatnya sejak Nopember 2009<br />
lalu.<br />
“Air dari mata air ditangkap dengan intake<br />
yang kemudian disalurkan dengan sistem<br />
gravitasi sepanjang 1,4 km untuk melayani<br />
masyarakat di 4 Dusun . Tiap dusun dibangun<br />
bak penampung sebelum disalurkan ke<br />
rumah tangga. Sebelumnya, masyarakat<br />
harus mengambil air sejauh 500 meter selama<br />
belasan tahun,” kata Kepala Desa Babakan<br />
Loa, Abdul Rosyid.<br />
Selain 4 bak penampung utama dari<br />
RIS PNPM, masyarakat secara swadaya<br />
membangun bak penampung tambahan<br />
sebanyak 6 unit yang sementara ini baru<br />
tersebar di Dusun I Babakan Loa. Ke depan,<br />
bersama OMS dan KPP, A. Rosyid sudah<br />
membuat rencana program peningkatan<br />
jalan desa dan penyaluran sambungan<br />
rumah. “Rencana ini tentunya jika desa kami<br />
dipercaya lagi menerima kegiatan RIS PNPM<br />
tahun 2010,” pungkas Rosyid. (bcr)<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010 9
Berita Utama<br />
Fahman Yulisandi<br />
Fasilitator Masyarakat Desa Babakan Loa,<br />
RIS PNPM Mandiri Lampung<br />
Mengabdi<br />
dengan<br />
Hati<br />
Awalnya Fahman Yulisandi dan empat<br />
Fasilitator Masyarakat (FM) Desa Babakan Loa<br />
sempat ragu apakah air yang ditangkap dari<br />
mata air gunung Pesawaran bisa disalurkan ke<br />
rumah warga sejauh 1,4 km. Sebagai fasilitator<br />
masyarakat, ia tak boleh menunjukkan sikap<br />
yang menyebabkan masyarakat pesimis. Di<br />
tengah keraguan itu, dengan menguatkan<br />
tekad bersama kepala desa, dalam tiga bulan<br />
(September – November 2009) Fahman<br />
bersama masyarakat mampu membangun<br />
Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang<br />
dirindukan masyarakat selama ini.<br />
Fahman tidak sendirian. Ia bersama<br />
tiga FM lainnya, yaitu Umi syarifah,<br />
Bendri Iskandar, dan Tristian Ari Wibowo.<br />
Mengabdi dengan hati adalah spirit mereka<br />
mewujudkan masyarakat yang berdaya untuk<br />
meningkatkan kualitas permukimannya<br />
melalui pembangunan SPAM perdesaan.<br />
Fahman adalah mantan kontraktor, namun<br />
baru menyelami ragam masalah di tengah<br />
masyarakat sejak bergabung dalam Rural<br />
Infrastructure Support (RIS) dalam Program<br />
Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM<br />
Mandiri) tahun 2009 untuk memfasilitasi<br />
masyarakat Desa Babakan Loa, Kecamatan<br />
Kedondong, Kabupaten Pesawaran.<br />
“Saat awal menjadi FM saya merasa berat<br />
karena harus mengenali tabiat masyarakat.<br />
Saya sebelumnya tidak bisa bicara di depan<br />
umum (berdialog dengan masyarakat, red),<br />
tapi lama kelamaan terbiasa. Ini pelajaran<br />
berharga bagi saya,” tutur Fahman.<br />
Beruntung di Desa Babakan Loa memiliki<br />
Lurah yang tanggap dengan kebutuhan<br />
masyarakatnya. Desa ini juga memiliki<br />
kelompok masyarakat bernama Ulu Ili (hulu<br />
dan hilir, red) yang sudah lama berusaha<br />
melayani kebutuhan air minum masyarakat<br />
meskipun dengan cara tradisional<br />
menyalurkan air dengan bambu. Masuknya<br />
RIS PNPM awalnya menjadi perdebatan<br />
antara dua kubu,kubu yang satu ingin agar<br />
dibuatkan jalan lagi, sedangkan yang<br />
lain ingin agar dibangun sistem<br />
jaringan air bersih.<br />
Dengan keterbatasan<br />
y a n g a d a , F a h m a n<br />
m e n g a k u b e l u m<br />
melakukan uji terhadap<br />
a i r a p a k a h l a y a k<br />
minum. Dengan bijak<br />
dia mengatakan, “Pada<br />
dasarnya air dari mata air<br />
layak minum, jika kami<br />
lakukan tes dan ternyata<br />
hasilnya tidak layak nanti<br />
malah akan meresahkan<br />
masyarakat sendiri,” kata<br />
ayah dua anak ini.<br />
Fahman mengaku<br />
hanya menjalankan<br />
P r o g r a m J a n g k a<br />
Menengah (PJM)<br />
yang sudah disusun<br />
10 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010
BERITAUTAMA<br />
Fahman Yulisandi (kanan) dan Kepala Desa Babakan Loa, A. Rosyidi (ke-2 dari kanan), beserta masyarakat<br />
dan fasilitator lainnya<br />
masyarakat yang dimotori oleh Organisasi<br />
Masyarakat Setempat (OMS). Peran OMS diakui<br />
Fahman sangat penting untuk menggerakkan<br />
masyarakat sekaligus menjustifikasi bahwa<br />
program yang dijalankan memang pilihan<br />
masyarakat sendiri.<br />
Dari 7 desa yang mereka fasilitasi, ia salut<br />
dengan OMS Desa Bayas Jaya dan Babakan<br />
Loa yang bekerja sepenuh hati. Desa lainnya,<br />
jika kepala desanya lah yang lebih aktif.<br />
Bersama OMS dan Kepala Desa pula<br />
Fahman mencari harga aktual di pasar ketika<br />
menyusun RAB. Dia yakin, kalau anjuran Kepala<br />
Dinas PU Kabupaten Pesawaran<br />
a g a r m e n g a c u S N I , maka Rp. 250 juta<br />
yang didapat dari RIS PNPM tidak c u k u p<br />
u n t u k mewujudkan p r o g r a m y a n g<br />
d i d a m b a k a n masyarakat. D e n g a n<br />
swadaya masyarakat senilai Rp<br />
31 juta, barang-barangpun sukses<br />
didatangkan ke Desa Babakan<br />
Loa untuk melunasi kebutuhan<br />
j a r i n g a n a i r minum di desa<br />
ini.<br />
A l h a s i l , pipa utama<br />
s e p a n j a n g 4,6 km mengalirkan<br />
air dari bak penangkap sumber<br />
air ke Dusun I, II, dan III dan<br />
ditampung di 4 bak penampung<br />
utama. Karena perumah di<br />
Dusun I cenderung berpencar,<br />
masyarakat kemudian secara<br />
swadaya membangun 6 bak<br />
penampung lagi di beberapa titik<br />
lokasi yang dekat dengan perumahan.<br />
“Tanpa sepengetahuan saya,<br />
setelah 4 bak utama itu dibangun,<br />
secara swadaya masyarakat<br />
“Peran OMS sangat penting<br />
untuk menggerakkan<br />
masyarakat sekaligus<br />
menjustifikasi bahwa<br />
program yang dijalankan<br />
memang pilihan<br />
masyarakat sendiri”.<br />
(Fasilitator Masyarakat)<br />
membangun 6 bak tambahan karena mereka<br />
ingin lebih memperluas pelayanannya,” kata<br />
Fahman.<br />
Difasilitasi oleh Ulu Ili sebagai Kelompok<br />
Pengguna dan Pemelihara (KPP), masyarakat<br />
sepakat untuk membayar Rp. 5000 per<br />
bulannya untuk air yang mereka pakai.<br />
Memang masih lebih tinggi dibandingkan<br />
yang dilayani oleh PDAM, namun nilai tersebut<br />
sudah diputuskan mereka untuk peningkatan<br />
dan pemeliharaan jaringan. Bicara<br />
tentang pemeliharaan, Fahman mengaku<br />
kesulitan memobilisasi pengumpulan dana<br />
pemeliharaan di desa yang membangun<br />
jalan, lain ceritanya di desa yang membangun<br />
irigasi dan jaringan air bersih.<br />
Bersama mengalirnya air dari gunung<br />
sampai masyarakat desa, pujian pun<br />
mengalir dari beberapa peserta rombongan<br />
kunjungan kerja Direktur Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />
Budi Yuwono di Desa Babakan Loa. Namun<br />
dengan rendah hati Fahman dan rekan-rekan<br />
FM lainnya menunjuk masyarakatlah yang<br />
patut dipuji untuk suksesnya pembangunan<br />
sistem jaringan air minum oleh RIS PNPM<br />
Mandiri.<br />
Meskipun rencananya tahun depan dia<br />
tidak lagi di Kabupaten Pesawaran, Fahman<br />
tetap optimis OMS dan Ulu Ili akan berperan<br />
maksimal memelihara jaringan agar berlanjut<br />
lebih lama. “Saya dengar mereka setiap<br />
minggu melakukan pengecekan dari sumber<br />
sampai jaringan rumah,” kata Fahman.<br />
Masyarakat puas, jaringan dapat<br />
mengalirkan air dengan lancar, bahkan<br />
air di bak penampung sampai berlebih<br />
dan meluber. Agaknya di balik kesuksesan<br />
tersebut, Fahman dan masyarakat desa itu<br />
masih memiliki pekerjaan rumah bagaimana<br />
air bisa diatur debitnya. (bcr)<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010 11
Liputan Khusus<br />
Sebuah catatan ringan Bambang Purwanto saat menghadiri acara muhibah sanitasi di Banglasdeh dan India akhir 2009<br />
lalu. Rombongan sebanyak 19 orang terdiri dari wakil Bappenas, Depdagri, Depkes, Pemda Lamongan, Bogor, Lobar,<br />
Muara Enim, Dep. PU dan Bank Dunia.<br />
Seorang perempuan di India sedang mengisi air dari sebuah pompa air<br />
Perjalanan Muhibah<br />
Sanitasi<br />
Perdesaan<br />
di India<br />
Bambang Purwanto*)<br />
Pertanyaan pertama yang muncul<br />
dibenak penulis saat menerima kabar<br />
mendapat kesempatan kunjungan muhibah<br />
sanitasi ke India adalah “Ada apa dengan<br />
sanitasi disana ” dan pertanyaan ini masih<br />
terus berputar dikepala sampai kami tiba di<br />
tempat yang terkenal dengan Taj Mahal yang<br />
megah itu. Terdapat beberapa tempat unik<br />
terkait dengan sanitasi yang kami kunjungi.<br />
Taman Bunga Mawar. Di desa Borban desa<br />
pertama yang kami kunjungi di India dalam<br />
wilayah Ahmednagar District, merupakan<br />
taman yang mempunyai arti tersendiri bagi<br />
warga desa tersebut. Dimana sebelumnya<br />
di lokasi taman mawar , merupakan tempat<br />
buang hajatnya warga desa khususnya pada<br />
saat pagi hari maupun sore menjelang gelap.<br />
Namun sekarang setelah desa tersebut<br />
12 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010
LIPUTANKHUSUS<br />
www.flickr.com<br />
Foto Kiri Atas : Sebagian masyarakat India masih mempergunakan sungai untuk<br />
mencuci<br />
Foto Kiri Bawah : Seorang ibu sedang mempergunakan fasilitas air bersih<br />
di Kalyani, India<br />
Foto Kanan : Seorang perempuan muda India sedang mempergunakan fasilitas<br />
air bersih<br />
terbebas dari dolbun (modol dikebun/sunda,<br />
open defecation/buang hajat), dibekas lokasi<br />
tersebut dijadikan taman bunga mawar<br />
yang harum. Selain itu juga didirikan papan<br />
peringatan bahwa desa tersebut telah<br />
terbebas dari dolbun dan semua rumah di<br />
desa telah memiliki wc tersendiri. Bahkan<br />
pada acara kumpul bersama warga kami<br />
diberi “tanda mata masing-masing setangkai<br />
bunga mawar, yang kami balas dengan<br />
nyanyian lagu cucakrowo buat memeriahkan<br />
suasana pertemuan.<br />
Memasuki Desa Wadgaon kami sedikit<br />
surprise. Jalan desa mulus yang dibangun<br />
melalui 80 % dana pemerintah dan 20 %<br />
dana masyarakat, lingkungan yang bersih,<br />
rumah-rumah (189 buah) tertata rapih dan<br />
hampir semuanya terbuat dari tembok, balai<br />
pertemuan desa, ada TK (40 murid) dan SD (67<br />
murid). Desa ini dengan penduduk 1.199 jiwa<br />
(665 laki-laki dan 544 wanita) sebagian besar<br />
penduduk petani dengan beternak sapi (550<br />
ekor) kambing (250 ekor) , harga sapi antara<br />
15.000- 20.000 rupe sedangkan kambing<br />
antara 1500-2.000 rupe.<br />
Desa ini sebelumnya mempunyai<br />
kondisi sanitasi yang sama dengan desa<br />
di Bangladesh. Dimana kebiasaan warga<br />
untuk buang hajat sembarangan, berbekal<br />
hasil workshop bulan Februari tahun 2002<br />
di Bangladesh dimulailah program Total<br />
Sanitation khususnya di Ahmednagar district.<br />
Pada saat kunjungan pertama di desa,<br />
seluruh warga laki-perempuan, tua-muda<br />
diajak jalan-jalan keliling desa, ternyata<br />
semua orang sambil jalan menutup<br />
hidungnya masing-masing akibat bau<br />
kotoran manusia yang tersebar dimanamana,<br />
sang fasilitator berujar untuk tidak<br />
menutup hidung, dari situ dimulailah<br />
penyuluhan tentang pola hidup bersih dan<br />
sehat (ala PHBS).<br />
Suatu pelajaran berharga buat mereka<br />
untuk mengenali kondisi lingkungan desa<br />
mereka, dan biarkan mereka merasakan dan<br />
menilainya sendiri bagaimana “bau-nya” desa<br />
mereka akibat kebiasaan mereka sendiri yang<br />
buang hajat sembarangan dan ternyata tidak<br />
menyenangkan mereka.<br />
Melibatkan Murid<br />
Pembangunan wc komunal dimulai dari<br />
sekolah secara gotong royong, para murid<br />
dan orang tua mengangkut batu, pasir<br />
dan mencangkul secara bersama, jadilah<br />
wc sekolah, dimulailah pendidikan bersih<br />
lingkungan dari sekolah, disediakan sabun,<br />
kran air, didekat wc.<br />
Sebelumnya sering dikeluhkan oleh<br />
bu guru bila sedang mengajar terpaksa<br />
menutup hidung akibat bau kotoran manusia<br />
yang menyengat. Setelah pembangunan wc<br />
sekolah dan kebiasaan bersih lingkungan<br />
mulai dirasakan manfaatnya oleh para murid,<br />
pada kenyataannya banyak murid yang<br />
dirumahnya tidak memiliki wc, sehingga<br />
mereka mengadu sambil menangis dan<br />
merengek untuk dibangunkan wc di<br />
rumahnya. Terpanggillah para orang tua<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010 13
LIPUTANKHUSUS<br />
Foto Kiri Atas & Kanan Atas :<br />
MCK di sebuah asrama sekolah di Gujarat, India<br />
Foto Kanan Bawah :<br />
Sebuah MCK di Karnataka, India<br />
www.flickr.com<br />
untuk membangun wc dirumahnya.<br />
Lomba Sanitasi<br />
Di India khususnya di Maharashtra<br />
terdapat dua program sektor sanitasi<br />
yaitu; The Total Sanitation Campaign dan<br />
Sant Gadge Baba Clean Village Sanitation<br />
(SGBCVS) di seluruh negara bagian. SGBCVS<br />
merupakan kampanye untuk mendidik dan<br />
memotivasi penduduk perdesaan. Semua<br />
desa berkesempatan untuk mendaftar<br />
mengikuti program ini dengan melakukan<br />
kegiatan spesifik yang dapat membuat desa<br />
mereka bersih.<br />
Desa yang mengikuti lomba kemudian<br />
dinilai oleh tim independen berdasarkan<br />
kriteria yang spesifik misalnya kondisi air<br />
bersih, jumlah toliet, inovasi, kepemilikan<br />
dan sebagainya. Tiga desa akan ditetapkan<br />
sebagai pemenang dan berhak mendapatkan<br />
hadiah, namun bukan hadiah yang menjadi<br />
tujuan utamanya, mereka harapkan reputasi<br />
dan kebanggaan bahwa desa mereka terpilih<br />
menjadi desa bersih, penghargaan ini mereka<br />
pajang di balai desa, dan penghargaan ini bisa<br />
dicabut apabila mereka tidak bisa menjaga<br />
prestasi mereka.<br />
Di India, pemerintahnya mempunyai<br />
misi bahwa tahun 2007 semua district<br />
(setingkat kabupaten) sudah bebas dari<br />
buang hajat sembarangan. Ini semua<br />
www.flickr.com<br />
mereka wujudkan melalui “Hagandari<br />
Mukt Gaon” (Desa Bebas Buang Hajat<br />
Sembarangan) melalui Penyuluhan Sanitasi<br />
Total dengan membentuk kelembagaan<br />
masyarakat berdasarkan organisasi berbasis<br />
keberlanjutan, memaksimalkan peran semua<br />
pihak termasuk para jurnalis, yang berkeliling<br />
desa membuat tulisan-tulisan tentang<br />
sanitasi.<br />
Mereka juga mempunyai pengalaman<br />
seperti kita dimana prasarana dan sarana (p/s)<br />
sanitasi yang dibangun Pemerintah di masa<br />
lalu banyak yang tidak berfungsi (difungsikan<br />
oleh masyarakat).<br />
Sehingga mereka mengubah pola<br />
pendekatan pembangunan p/s sanitasi<br />
dengan total melibatkan seluruh pihak dan<br />
ternyata hasilnya lebih menggembirakan,<br />
mencoba mengajak masyarakat berpikir<br />
bahwa membiayai sanitasi lebih murah<br />
daripada biaya berobat kalau sakit akibat<br />
sanitasi yang buruk, suatu pelajaran semangat<br />
kemandirian yang begitu tinggi di tingkat<br />
masyarakat disana, hal inipun tercermin<br />
melalui harga bbm (bensin) yang per liternya<br />
sekitar 30 rupe (Rp. 6.000,-) artinya subsidi<br />
bbm tidak diberlakukan dan masyarakat<br />
dapat menerimanya.<br />
*) Kabid Pemantauan dan Evaluasi Kinerja<br />
Pelayanan, Badan Pendukung Pengembangan<br />
SPAM, Kementerian PU<br />
14 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010
INFOBARU 1<br />
Info Baru 1<br />
www.flickr.com<br />
UU KIP<br />
Mengatur Hajat Informasi Setiap Orang<br />
Adi Sasutji* & Julianti**)<br />
S etiap orang berhak untuk<br />
berkomunikasi dan memperoleh informasi<br />
untuk mengembangkan pribadi dan<br />
lingkungan sosialnya, serta berhak untuk<br />
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,<br />
mengelola, dan menyampaikan informasi<br />
dengan menggunakan segala jenis saluran<br />
yang tersedia (Pasal 28 F UUD 1945).<br />
Undang–Undang Nomor 14 Tahun 2010<br />
tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP)<br />
resmi diberlakukan mulai 30 April 2008<br />
setelah melalui sosialisasi dan perdebatan<br />
yang panjang. Semua lembaga publik, tak<br />
terkecuali Kementerian Pekerjaan Umum,<br />
termasuk Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> perlu<br />
melakukan persiapan yang matang.<br />
Persiapan tersebut terkait Prasarana dan<br />
Sarana, SDM, Pendanaan serta Manajemen<br />
Pengumpulan, Pengolahan, Penyajian Data<br />
dan Informasi Infrastruktur bidang <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />
yang memadai dan terintegrasi. Termasuk<br />
juga mekanisme permintaan, pencatatan,<br />
monitoring, evaluasi dan penyampaiannya<br />
kepada pengguna Informasi Publik. <strong>Ditjen</strong><br />
<strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> sebagai lembaga publik memiliki<br />
banyak jenis kegiatan yang terkait dengan<br />
berbagai sektor, karenanya perlu persiapan<br />
lebih komprehensif.<br />
Samakan persepsi<br />
Sebagai tahap awal persiapan, semua<br />
pihak yang terkait perlu menyamakan<br />
persepsi terhadap definisi yang terkandung<br />
dalam UU tersebut. UU ini mendefinisikan<br />
beberapa hal sebagai berikut:<br />
Pertama, informasi adalah keterangan,<br />
pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang<br />
mengandung nilai, makna dan pesan, baik<br />
data, fakta maupun penjelasannya yang dapat<br />
dilihat, didengar, dan dibaca yang disajikan<br />
dalam berbagai kemasan dan format sesuai<br />
dengan perkembangan teknologi informasi<br />
dan komunikasi secara elektronik ataupun<br />
nonelektronik.<br />
Kedua, informasi Publik adalah informasi<br />
yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dikirim,<br />
dan/atau diterima oleh suatu Badan Publik<br />
yang berkaitan dengan penyelenggara<br />
dan penyelenggaraan Negara dan/atau<br />
penyelenggara dan penyelenggaraan<br />
Badan Publik lainnya yang sesuai dengan<br />
UndangUndang ini serta informasi lain yang<br />
berkaitan dengan kepentingan publik.<br />
Ketiga, Badan Publik adalah Lembaga<br />
Eksekutif, Legislatif, Yudikatif dan Badan lain<br />
yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan<br />
dengan penyelenggaraan Negara, yang<br />
sebagian atau seluruh dananya bersumber<br />
dari APBN dan/atau APBD, atau Organisasi<br />
Non Pemerintah sepanjang sebagian atau<br />
seluruh dananya bersumber dari APBN dan/<br />
atau APBD, sumbangan masyarakat, dan/<br />
atau sumber luar negeri.<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun 01/Tahun VIII/2010 15
Penerbitan undang-undang ini membawa<br />
tujuan antara lain:<br />
1. Menjamin hak warga negara untuk<br />
mengetahui rencana pembuatan<br />
kebijakan publik, program kebijakan<br />
publik, dan proses pengambilan<br />
keputusan publik, serta alasannya.<br />
2. Mendorong partisipasi masyarakat<br />
dalam proses pengambilan kebijakan<br />
publik;<br />
3. Mewujudkan penyelenggaraan negara<br />
yang baik.<br />
4. Mengembangkan ilmu pengetahuan<br />
dan mencerdaskan kehidupan bangsa;<br />
dan/atau<br />
5. Meningkatkan pengelolaan dan<br />
pelayanan informasi di lingkungna<br />
Badan Publik.<br />
Isi UU KIP yang Perlu Dicermati<br />
a. Hak Pemohon Informasi Publik<br />
Secara singkat hak pemohon<br />
informasi publik dapat dijelaskan antara<br />
lain; memperoleh informasi, melihat dan<br />
mengetahui informasi publik, menghadiri<br />
pertemuan publik, mendapatkan<br />
salinan informasi. Pemohon juga berhak<br />
menyebarluaskan informasi, mengajukan<br />
permintaan disertai alasan, serta mengajukan<br />
gugatan.<br />
b. Kewajiban Pengguna Informasi Publik<br />
Pe n g g u n a wajib m e n g g u n a k a n<br />
informasi publik sesuai dengan peraturan<br />
perundang-undangan. Selain itu juga harus<br />
mencantumkan sumber informasi publik,<br />
baik untuk kepentingan sendiri maupun<br />
untuk keperluan publikasi.<br />
c. Hak dan Kewajiban Badan Publik<br />
B a d a n Pu b l i k b e r h a k m e n o l a k<br />
memberikan informasi publik y a n g<br />
dikecualikan sesuai dengan ketentuan<br />
peraturan perundang-undangan. Badan ini<br />
juga berhak menolak permintaan informasi<br />
yang tidak sesuai dengan ketentuan<br />
perundangundangan. Penolakan harus<br />
disertai dengan alasan yang jelas.<br />
Selain memiliki hak, Badan Publik juga<br />
berkewajiban; pertama, menyediakan,<br />
memberikan dan/atau menerbitkan Informasi<br />
Publik yang berada di bawah kewenangannya.<br />
Kedua, menyediakan Informasi Publik yang<br />
akurat, benar, dan tidak menyesatkan.<br />
Ketiga, membangun dan mengembangkan<br />
Sistem Informasi dan Dokumentasi untuk<br />
mengelola Informasi Publik secara baik<br />
dan efisien sehingga dapat diakses secara<br />
mudah. Keempat, membuat pertimbangan<br />
Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi d<br />
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengelola, dan menyampaikan informasi dengan menggu<br />
(Pasal 28 F UUD 1945)<br />
secara tertulis setiap kebijakan yang diambil<br />
(pertimbangan politik, ekonomi, sosial,<br />
budaya, pertahanan dan keamanan Negara.<br />
Keempat, dapat memanfaatkan sarana dan/<br />
atau media elektronik dan non elektronik.<br />
d. Informasi Berkala<br />
Informasi yang wajib disediakan dan<br />
diumumkan secara berkala (paling lambat<br />
6 bulan sekali) terdiri dari informasi yang<br />
berkaitan dengan Badan Publik, kegiatan<br />
dan kinerja Badan Publik terkait, laporan<br />
keuangan, dan/atau informasi lain yang diatur<br />
dalam peraturan perundang-undangan.<br />
e. Informasi yang Wajib Diumumkan<br />
Sertamerta<br />
Badan Publik wajib mengumumkan<br />
secara sertamerta suatu informasi yang<br />
dapat mengancam hajat hidup orang banyak<br />
dan ketertiban umum. Informasi tersebut<br />
disampaikan dengan cara yang mudah<br />
dijangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa<br />
yang mudah dipahami.<br />
f. Wajib Tersedia Setiap Saat<br />
Informasi yang wajib ada setiap saat<br />
antara lain;<br />
1. Daftar Informasi Publik yang berada<br />
di bawah penguasaannya;<br />
2. Hasil keputusan Badan Publik dan<br />
pertimbangannya;<br />
3. Seluruh kebijakan yang ada berikut<br />
dokumen pendukungnya;<br />
4. Rencana kerja proyek termasuk<br />
perkiraan pengeluaran tahunan<br />
Badan Publik;<br />
5. Perjanjian Badan Publik dengan pihak<br />
ketiga;<br />
6. Informasi dan kebijakan yang<br />
disampaikan Pejabat Publik dalam<br />
pertemuan yang terbuka untuk<br />
umum;<br />
7. Prosedur kerja pegawai Badan<br />
Publik yang berkaitan dengan<br />
16 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010
INFOBARU 1<br />
an lingkungan sosialnya, serta berhak untuk<br />
nakan segala jenis saluran yang tersedia<br />
pelayanan masyarakat; dan/atau<br />
8. Laporan mengenai pelayanan akses<br />
Informasi Publik.<br />
g. Informasi yang Dikecualikan<br />
Informasi yang dikecualikan adalah<br />
informasi yang jika dibuka dapat<br />
menyebabkan hal-hal sebagai berikut:<br />
1. Menghambat proses penegakan<br />
hukum;<br />
2. Mengganggu kepentingan perlindungan<br />
HAKI, dan perlindungan dari<br />
persaingan usaha tidak sehat;<br />
3. M e m b a h a y a k a n pertahanan dan<br />
keamanan Negara;<br />
4. Mengungkapkan kekayaan alam<br />
Indonesia;<br />
5. Merugik an ketahanan ekonomi<br />
Nasional;<br />
6. Merugikan kepentingan hubungan<br />
luar negeri;<br />
7. Mengungkapkan isi akta otentik<br />
www.pinsertpics.com<br />
yang bersifat pribadi dan kemauan<br />
terakhir ataupun wasiat seseorang;<br />
8. Mengungkap rahasia pribadi<br />
9. Memorandum atau surat-surat antar<br />
Badan Publik atau intra Badan Publik,<br />
yang menurut sifatkan dirahasiakan<br />
kecuali atas putusan komisi informasi<br />
atau pengadilan;<br />
10. Informasi yang tidak boleh<br />
diungkapkan berdasarkan Undang-<br />
Undang.<br />
h. Mekanisme Memperoleh Informasi<br />
Secara singkat bisa dijelaskan mekanisme<br />
memperoleh informasi berikut ini. Setiap<br />
pemohon Informasi Publik dapat mengajukan<br />
permintaan secara tertulis atau tidak tertulis.<br />
Badan Publik wajib mencatat nama dan<br />
alamat Pemohon Informasi Publik, subjek<br />
dan format informasi permintaan serta<br />
cara penyampaiannya. Selanjutnya Badan<br />
Publik terkait wajib memberikan tanda<br />
bukti penerimaan permintaan Informasi<br />
Publik, berupa nomor pendaftaran pada saat<br />
permintaan diterima.<br />
Paling lambat dalam waktu 10 hari kerja<br />
sejak diterimanya permintaan, Badan Publik<br />
yang bersangkutan wajib menyampaikan<br />
pemberitahuan tertulis yang berisikan:<br />
a. Informasi yang diminta berada<br />
dibawah penguasaannya ataupun<br />
tidak;<br />
b. Badan Publik wajib memberitahukan<br />
Badan Publik yang menguasai<br />
informasi yang diminta, apabila<br />
informasi yang diminta tidak berada<br />
dibawah kekuasaannya;<br />
c. Penerimaan dan penolak an<br />
permintaan dengan alasan yang<br />
tercantum pada informasi yang<br />
dikecualikan;<br />
d. Dalam hal permintaan diterima<br />
seluruhnya atau sebagian<br />
dicantumkan materi informasi yang<br />
akan diberikan;<br />
e. Alat penyampai dan format informasi<br />
yang akan diberikan; dan/atau<br />
f. Biaya serta cara pembayaran untuk<br />
memperoleh informasi yang diminta.<br />
Badan Publik yang bersangkutan dapat<br />
memperpanjang waktu untuk mengirimkan<br />
pemberitahuan, paling lambat tujuh hari kerja<br />
berikutnya dengan memberikan alasan secara<br />
tertulis. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata<br />
cara permintaan informasi kepada Badan<br />
Publik diatur oleh Komisi Informasi.<br />
i. Komisi Informasi<br />
Komisi Informasi adalah lembaga mandiri<br />
yang berfungsi menjalankan UndangUndang<br />
ini dan peraturan pelaksanaanya menetapkan<br />
petunjuk teknis standar layanan Informasi<br />
Publik dan menyelesaikan Sengketa informasi<br />
Publik melalui Mediasi dan/atau Ajudikasi<br />
nonlitigasi.<br />
Komisi Informasi bertugas; pertama,<br />
menerima, memeriksa, dan memutus<br />
permohonan penyelesaian Sengketa<br />
Informasi Publik melalui Mediasi dan/atau<br />
Ajudikasi nonlitigasi yang diajukan oleh setiap<br />
Pemohon Informasi Publik berdasarkan<br />
alasan sebagaimana dimaksud dalam<br />
UndangUndang ini; Kedua, menetapkan<br />
kebijakan umum pelayanan Informasi<br />
Publik; dan ketiga, menetapkan petunjuk<br />
pelaksanaan dan petunjuk teknis.<br />
j. Penyelesaian Sengketa Informasi<br />
Apabila sengketa informasi tidak dapat<br />
diselesaikan pada tingkat Komisi Informasi,<br />
penyelesaian sengketa dilanjutkan dengan<br />
pengajuan gugatan melalui Pengadilan<br />
Tata Usaha Negara apabila yang digugat<br />
adalah Badan Publik Negara dan pengajuan<br />
gugatan melalui Pengadilan Negeri apabila<br />
yang digugat adalah Badan Publik Non<br />
Pemerintah.<br />
Pihak yang tidak menerima putusan<br />
Pengadilan Tata Usaha Negara atau<br />
Pengadilan Negeri dapat mengajukan kasasi<br />
kepada Mahkamah Agung paling lambat<br />
dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak<br />
diterimanya putusan Pengadilan Tata Usaha<br />
Negara atau Pengadilan Negeri.<br />
k. Ketentuan Pidana<br />
Setiap orang yang dengan sengaja<br />
menggunakan Informasi Publik secara<br />
melawan hukum dipidana dengan pidana<br />
penjara paling lama 1 tahun dan/atau pidana<br />
denda paling banyak Rp.5.000.000 (lima juta<br />
rupiah).<br />
Badan Publik yang dengan sengaja tidak<br />
menyediakan, tidak memberikan, dan/atau<br />
tidak menerbitkan Informasi Publik berupa<br />
Informasi Publik Secara Berkala, Serta Merta,<br />
Tersedia Setiap Saat, dan/atau Informasi<br />
Publik yang harus diberikan atas dasar<br />
permintaan sesuai dengan UndangUndang<br />
ini, dan mengakibatkan kerugian bagi orang<br />
lain dikenakan pidana kurungan paling lama<br />
1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling<br />
banyak Rp.5.000.000 (lima juta rupiah).<br />
Setiap orang yang dengan sengaja dan<br />
melawan hukum menghancurkan, merusak<br />
dan/atau menghilangkan dokumen Informasi<br />
Publik dalam bentuk media apapun yang<br />
dilindungi Negara dan/atau yang berkaitan<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010 17
INFOBARU 1<br />
dengan kepentingan umum dipidana<br />
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)<br />
tahun dan/atau pidana denda paling banyak<br />
Rp.10.000.000 (sepuluh juta rupiah).<br />
Setiap orang yang dengan sengaja dan<br />
tanpa hak mengakses dan/atau memperoleh<br />
dan/atau memberikan informasi yang<br />
dikecualikan ( butir H. No. 1, 2, 4, 6, 7, 8, 9 dan<br />
10) dipidana dengan pidana penjara paling<br />
lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda<br />
paling banyak Rp.10.000.000 (sepuluh juta<br />
rupiah).<br />
Setiap Orang yang dengan sengaja dan<br />
tanpa hak mengakses dan/atau memperoleh<br />
dan/atau memberikan informasi yang<br />
dikecualikan (butir H. No. 3 dan 5), dipidana<br />
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)<br />
tahun dan/atau pidana denda paling banyak<br />
Rp.20.000.000 (dua puluh juta rupiah).<br />
Setiap Orang yang dengan sengaja<br />
membuat Informasi Publik yang tidak benar<br />
atau menyesatkan dan mengakibatkan<br />
kerugian bagi orang lain dipidana dengan<br />
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun<br />
dan/atau pidana denda paling banyak<br />
Rp.5.000.000 (lima juta rupiah).<br />
Permasalahan<br />
Sejumlah masalah atau kendala yang<br />
saling terkait dalam pelaksanaan UU tersebut,<br />
antara lain:<br />
A. Prasarana dan Sarana :<br />
1. Belum tersedianya ruang khusus<br />
yang memadai untuk melayani<br />
pemohon/pengguna informasi ke-<br />
PU-an (Loket Pelayanan Informasi PU<br />
atau LPI-PU/ Call Center / Help Desk ).<br />
2. Fungsi prasarana dan sarana<br />
peralatan yang telah ada belum<br />
dapat sepenuhnya diandalkan<br />
mendukung pelaksanaan UU – KIP<br />
secara online.<br />
3. Prasarana dan sarana pendukung<br />
juga belum tersedia, misalnya katalog<br />
data dan informasi PU, telpon, fax,<br />
email khusus (lpi-pu@pu.go.id atau<br />
call-center-pu@pu.go.id atau helpdeskpu@pu.go.id),<br />
komputer, printer,<br />
mesin fotocopy dan scanner.<br />
4. Belum tersedianya fasilitas penyimpan<br />
data digital dan non digital yang siap<br />
dipublikasikan.<br />
B. Sumber Daya Manusia (SDM) :<br />
1. Belum semua pihak/SDM yang<br />
tugasnya terkait dengan UU ini<br />
memahami dan peduli.<br />
2. Belum dipersiapkan petugas LPI-PU/<br />
Call Center/Help Desk y a n g<br />
memahami dan menguasai substansi<br />
data dan informasi PU dan yang<br />
komunikatif.<br />
3. Belum dipersiapkan petugas LPI-PU/<br />
Call Center/Help Desk y a n g<br />
memahami dan menguasai teknologi<br />
informasi dan komunikasi.<br />
4. Belum dipersiapkan petugas yang<br />
mencatat, memonitor dan mengevaluasi<br />
kebutuhan dan kepuasan pengguna.<br />
5. Belum dipersiapkan SDM Bidang<br />
H u k u m y a n g m e m a h a m i d a n<br />
menguasai UU tersebut untuk<br />
penyelesaian sengketa informasi PU.<br />
6. Belum dilibatkannya Jafung Arsiparis<br />
untuk mendukung manajemen data<br />
digital dan non digital di semua<br />
Satminkal / Unit Kerja.<br />
C. Pendanaan :<br />
1. Belum disiapkan pendanaan untuk<br />
pengadaan ruang LPI-PU/ Call Center /<br />
Help Desk dan perlengkapannya;<br />
2. Belum disiapkan pendanaan untuk<br />
pemeliharaan ruang LPI-PU/ Call<br />
Center / Help Desk dan perlengkapannya;<br />
3. Belum disiapkan pendanaan untuk<br />
pengadaan dan peningkatan kapasitas<br />
SDM yang bertugas di LPI-PU/ Call<br />
Center / Help Desk .<br />
D. Data dan Informasi<br />
1. Data dan Informasi infrastruktur PU<br />
belum semuanya terstruktur/<br />
terklasifikasi sesuai dengan yang<br />
diamanatkan Undang-Undang ini.<br />
2. Integrasi data dan informasi dengan<br />
format baku belum dapat diterapkan<br />
untuk semua Satminkal / Unit Kerja.<br />
3. Belum diadakan monitoring dan<br />
evaluasi bersama secara berkala<br />
terhadap data dan informasi yang<br />
telah disajikan melalui website dan<br />
media lainnya. Kalau tidak layak<br />
publish ditarik dari tayangan saja.<br />
Alternatif Solusi Bertahap<br />
A. Terkait Prasarana dan Sarana<br />
1. Pengadaan ruang LPI-PU/Call Center<br />
/Help Desk dan perlengkapannya<br />
yang memadai dan sesuai kebutuhan<br />
2. Peningkatan fungsi dan integrasi<br />
prasarana dan sarana yang telah ada<br />
dengan ruang dan perlengkapannya<br />
yang baru;<br />
3. Penyediaan dan pemeliharaan semua<br />
perlengkapan dan pendukungnya.<br />
B. Terkait SDM<br />
1. Sosialisasi melalui berbagai media<br />
dan dilakukan beberapa kali.<br />
2. Penetapan Koordinator Komunikasi,<br />
Penanggung Jawab, Pengelola dan<br />
Kontak Person setiap Unit Kerja dan/<br />
atau Satminkal.<br />
3. Penetapan petugas dan pelatihan<br />
sesuai kebutuhannya.<br />
4. Pengaturan, pembinaan dan<br />
pengawasan oleh semua Satminkal/<br />
Unit Kerja terkait.<br />
C. Terkait Pendanaan<br />
1. Dialokasikan dana setiap tahun yang<br />
memadahi;<br />
2. Peningkatan pendanaan bila<br />
permintaan melonjak.<br />
D. Data dan Informasi<br />
1. Semua Satminkal/Unit Kerja terkait<br />
membuat daftar tertulis yang diketahui/<br />
disepakati oleh Kepala Satminkal/ Unit<br />
Kerja yang bersangkutan, untuk semua<br />
s t r u k t u r / k l a s i f i k a s i d ata d a n<br />
informasinya ( secara berkala,sertamerta,<br />
setiap saat tersedia dan yang<br />
dikecualikan) sesuai dengan yang<br />
diamanatkan Undang-Undang ini,<br />
daftar ini selanjutnya dimanfaatkan<br />
untuk menyusun katalog.<br />
2. M e n e t a p k a n b e r s a m a p ro s e s<br />
pengumpulan, pengolahan dan<br />
penyajiannya untuk diintegrasikan<br />
dengan format baku termasuk<br />
variabelnya yang tetap, yang akan<br />
diterapkan untuk semua Satminkal /<br />
Unit Kerja.<br />
Semoga artikel ini dapat memberikan<br />
manfaat ganda bagi pengguna dan<br />
penyelenggara pembangunan infrastruktur<br />
PU beserta seluruh manajemennya.<br />
Penulis menghimbau dan mengajak<br />
seluruh pengguna dan penyelenggara<br />
pembangunan infrastruktur PU beserta<br />
seluruh manajemennya untuk meningkatkan<br />
kerjasama dan kepeduliannya dalam peran<br />
sertanya ikut melaksanakan Undang-Undang<br />
ini di lingkungan masing-masing, sehingga<br />
tidak terjadi sengketa yang tidak diharapkan<br />
bersama.<br />
*) Kepala Balai Informasi Literal, Pusat<br />
Pengolahan Data (Pusdata)<br />
Kementerian Pekerjaan Umum<br />
**) Kasi Program dan Pelayanan Teknis, Balai<br />
Informasi Literal, Pusdata<br />
(Sumber: Undang-Undang No. 14 tahun 2008<br />
(http://www.setneg.go.id/), Paparan Sosialisasi<br />
Undang-Undang No. 14 tahun 2008 di<br />
Yogyakarta - 5 Agustus 2008 , Dept. Kominfo)<br />
18 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010
INFOBARU 2<br />
Info Baru 2<br />
Asia Pacific Ministers’ Conference On Housing<br />
And Urban Development (APMCHUD) Ke-3, 2010 di Solo<br />
Ajang Promosi<br />
Pencapaian Indonesia<br />
Anna Rubhasy dan Panji Estutama *)<br />
www.flickr.com<br />
Permasalahan urbanisasi dalam<br />
dek ade terak hir menjadi tantangan<br />
yang kompleks dalam perencanaan kota.<br />
Permasalahan yang mencakup diantaranya<br />
permasalahan populasi, keberadaan<br />
kawasan kumuh serta kelengkapan<br />
penyediaan infrastruktur menjadi suatu<br />
fenomena dalam kehidupan perkotaan.<br />
Saat ini terdapat 11 kota megapolitan<br />
di Asia, dengan populasi yang melebihi 10<br />
juta orang dan pertumbuhan penduduk<br />
perkotaan yang meningkat dua kali lipat<br />
dari 3,3 milyar pada tahun 2007 menjadi<br />
6,4 milyar pada tahun 2050, dengan kondisi<br />
sebagian dari pertumbuhan ini berlangsung<br />
pada negara berkembang.<br />
Diperkirakan pada tahun 2020 populasi<br />
diok. humaskemenpera<br />
Foto Atas : Keraton Surakarta. APMCHUD ke-3 akan diselenggarakan pada tanggal 22-24 Juni 2010 di<br />
Surakarta (Solo), Jawa Tengah<br />
Foto Bawah : Jumpa pers pertemuan biro APMCHUD ke-4 di Jakarta 6 Agustus 2009<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010 19
penduduk kumuh dunia mencapai 1,4 milyar<br />
atau dengan kata lain satu dari dua warga<br />
daerah kumuh akan bertempat tinggal di<br />
Asia. Jumlah populasi dunia yang tinggal<br />
diperkotaan mengakibatkan penggunaan<br />
emisi sebesar 75% sehingga temperatur<br />
global menjadi meningkat menjadi lebih dari<br />
2 0 C pada tahun 2050 dan akan menimbulkan<br />
bencana alam dengan dampak yang<br />
menghancurkan, seperti banjir, kekeringan,<br />
tsunami dan sebagainya.<br />
Permasalahan tersebut menjadi dasar<br />
bagi Badan PBB dan berbagai negara,<br />
terutama negara-negara yang merasa paling<br />
rentan terhadap dampak dari perubahan<br />
iklim, untuk ikut peduli dan berusaha<br />
meminimalisasi dampak tersebut. Negaranegara<br />
Asia Pasifik juga menyadari akan faktafakta<br />
tersebut. Untuk itu, diselenggarakanlah<br />
Asia Pacific Ministers’ Conference on Housing<br />
and Urban Development (APMCHUD), sebagai<br />
upaya pemberdayaan masyarakat mengenai<br />
urbanisasi berkelanjutan.<br />
APMCHUD merupakan Konferensi Tingkat<br />
Tinggi Menteri yang menangani Perumahan,<br />
Permukiman, dan Pengembangan Perkotaan.<br />
Pertemuan ini diadakan dengan tujuan untuk<br />
menjawab tantangan urbanisasi, perumahan<br />
dan pengelolaan permukiman, Millenium<br />
Development Goals (MDGs), kemiskinan<br />
perkotaan dan lingkungan kumuh, serta<br />
mengembangkan strategi dan kebijakan bagi<br />
pengembangan permukiman dan perkotaan.<br />
APMCHUD juga menjadi wadah saling<br />
berbagi pengalaman dan informasi tentang<br />
perumahan, permukiman, dan pembangunan<br />
perkotaan untuk pengurangan kemisknan,<br />
untuk memungkinkan negara-negara di<br />
kawasan Asia Pasifik berbicara satu suara pada<br />
lingkup regional dan internasional.<br />
Saat ini, negara Asia Pasifik yang tergabung<br />
dalam APMCHUD berjumlah 68 negara, terdiri<br />
dari Afganistan, American Samoa, Armenia,<br />
Australia, Azerbaijan, Bahrain, Bangladesh,<br />
Bhutan, Brunei Darussalam, Kamboja,<br />
Republik Rakyat Cina, Kepulauan Cook,<br />
Siprus, Republik Kepulauan Fiji, Polinesia<br />
Perancis, Georgia, Teritorial Guam, India,<br />
Indonesia, Republik Islam Iran, Irak, Jepang,<br />
Jordania, Kazakhstan, Kiribati, Korea, Kuwait,<br />
Kirgizstan, Republik Demokratik Rakyat Laos,<br />
Libanon, Malaysia, Maladewa, Kepulauan<br />
Marshall, Micronesia (Fed States), Mongolia,<br />
Myanmar, Nauru, Nepal, Kaledonia Baru,<br />
Selandia Baru, Niue, Kepulauan Mariana Utara,<br />
Oman, Pakistan, Palau, Palestinian Territory,<br />
Papua Nugini, Filipina, Qatar, Federasi Rusia,<br />
Samoa, Arab Saudi, Singapura, Kepulauan<br />
Solomon, Sri Lanka, Republik Arab Suriah,<br />
Tajikistan, Thailand, Timor-Leste, Tonga,<br />
Turki, Turkmenistan, Tuvalu, Uni Emirat Arab,<br />
Uzbekistan, Vanuatu, Vietnam, Yaman.<br />
APMCHUD diselenggarakan pertama kali<br />
di New Delhi, India, yang kemudian tanggal<br />
pelaksanaan Konferensi tersebut yaitu 15-<br />
16 Desember 2006 dinyatakan sebagai<br />
tanggal berdirinya APMCHUD. Pelaksanaan<br />
APMCHUD yang ke-1 menghasilkan Deklarasi<br />
New Delhi dan kerangka tambahan tentang<br />
implementasi Urbanisasi Berkelanjutan di Asia<br />
Pasifik. Kemudian pelaksanaan APMCHUD<br />
yang ke-2 di Teheran, Iran, pada tanggal 12-<br />
14 Mei 2008, menghasilkan Deklarasi Teheran<br />
dan Rencana Aksi untuk Kerjasama Regional<br />
tentang Promosi Pembangunan Perkotaan<br />
Berkelanjutan di Asia Pasifik.<br />
Solo sebagai Tuan Rumah APMCHUD Ke-3<br />
APMCHUD sebagai pertemuan regional<br />
dilaksanakan secara regular dua tahunan.<br />
Ajang ini diadakan untuk membahas kebijakan<br />
yang komprehensif mengenai isu-isu terkini<br />
yang berhubungan dengan perumahan,<br />
permukiman, dan pembangunan perkotaan.<br />
Untuk pelaksanaan APMCHUD yang ke-3,<br />
kota Surakarta (Solo), Jawa Tengah, terpilih<br />
menjadi tuan rumah penyelenggara.<br />
Para pemangku kepentingan di Kota Solo<br />
telah berhasil memperlihatkan kemajuan<br />
pesat dalam pembangunan perkotaan<br />
berkelanjutan, diantaranya melakukan<br />
relokasi pada 989 PKL dari Mojosari ke Pasar<br />
Semanggi, preservasi lingkungan perumahan<br />
di Kampung Laweyan, dan pembangunan<br />
Solo City Walk. Di samping pencapaiannya<br />
20 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010
INFOBARU 2<br />
APMCHUD ke-3 yang akan diselenggarakan pada tanggal 22-24 Juni 2010 di Surakarta (Solo),<br />
Jawa Tengah, dapat dijadikan sebagai ajang mempromosikan pencapaian Indonesia dalam<br />
pemberdayaan pembangunan perumahan, permukiman, dan perkotaan berkelanjutan,<br />
serta dapat dimanfaatkan sebagai ajang dalam mempromosikan budaya Indonesia.<br />
Foto Kiri : Rusunawa Semanggi Solo<br />
Foto Kanan : Salah satu sudut Taman Kota Solo di depan Terminal Tirtonadi yang sebelumnya kumuh<br />
dalam pembangunan, fasilitas bandara<br />
dan akomodasi di Solo sebagai pendukung<br />
kegiatan APMCHUD sangat memadai.<br />
APMCHUD ke-3 yang akan<br />
diselenggarakan pada tanggal 22-24 Juni<br />
2010 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.<br />
Gelaran internasional ini dapat dijadikan<br />
sebagai ajang untuk mempromosikan<br />
pencapaian Indonesia dalam pemberdayaan<br />
pembangunan perumahan, permukiman,<br />
dan perkotaan berkelanjutan. APMCHUD ke-3<br />
ini juga dapat dimanfaatkan sebagai ajang<br />
dalam mempromosikan budaya Indonesia.<br />
Kegiatan APMCHUD Ke-3<br />
Tema yang ditentukan untuk APMCHUD<br />
ke-3 adalah Empowering Communities<br />
for Sustainable Urbanization - with special<br />
focus on Adaptation to Climate Change<br />
and Strengthening the Local Economy<br />
(Pemberdayaan Komunitas untuk Urbanisasi<br />
Berkelanjutan, dengan fokus khusus pada<br />
Adaptasi terhadap Perubahan Iklim dan<br />
Penguatan Ekonomi Lokal).<br />
Dari tema tersebut, pembahasan isu<br />
akan dibagi ke dalam lima Kelompok Kerja<br />
secara paralel, yang terdiri dari: Perencanaan<br />
dan Manajemen Perkotaan dan Perdesaan;<br />
Peningkatan Kualitas Kawasan Kumuh<br />
Perkotaan; Pelaksanaan MDGs untuk Air dan<br />
Air Limbah; Pembiayaan Perumahan dan<br />
Permukiman Berkelanjutan; Penanganan<br />
Urbanisasi Berkelanjutan.<br />
Kegiatan APMCHUD pun terbagi menjadi<br />
dua, yaitu kegiatan utama dan kegiatan<br />
pendukung. Kegiatan utama adalah kelompok<br />
kerja, menyusun dan menetapkan Deklarasi<br />
Solo dan Rencana Aksi. Deklarasi Solo<br />
direncanakan akan berisi kerangka regional<br />
pemberdayaan masyarakat untuk urbanisasi<br />
yang berkelanjutan, khususnya dalam konteks<br />
perubahan iklim dan penguatan ekonomi<br />
lokal. Sedangkan kegiatan pendukung<br />
berupa pameran dan kunjungan lapangan ke<br />
beberapa lokasi praktik terbaik (best practice).<br />
Pameran akan memperlihatkan praktik terbaik<br />
dalam penanganan urbanisasi berkelanjutan<br />
dan foto-foto dengan tema pembangunan<br />
permukiman di Indonesia.<br />
Ada dua hal yang dapat dilakukan untuk<br />
dapat berpartisipasi dalam APMCHUD 2010.<br />
Pertama, menjadi Peserta Konferensi dan<br />
menghadiri APMCHUD di Solo, dengan cara<br />
mendaftarkan diri terlebih dahulu di website<br />
Seknas Habitat (www.habitat-indonesia.or.id/<br />
apmchud/). Seknas Habitat dibentuk pada<br />
tahun 2008 melalui Surat Keputusan Bersama<br />
Menteri Pekerjaan Umum dengan Menteri<br />
Perumahan Rakyat (Nomor 3/PKS/M/2008<br />
dan Nomor 9/SKB/M/2008), yang menunjuk<br />
Direktur Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> sebagai Ketua<br />
Tim Pengarah, Sekretaris Kementerian<br />
Perumahan Rakyat sebagai Wakil Ketua Tim<br />
Pengarah, dan Sekretaris Direktorat Jenderal<br />
<strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> sebagai Ketua Tim Pelaksana<br />
Seknas Habitat. Peserta konferensi dapat<br />
menambah wawasan, pengalaman, serta<br />
dapat meningkatkan jejaring sosial dan<br />
kerjasama. Kedua, memberikan masukan<br />
untuk materi kelompok kerja melalui website<br />
Seknas Habitat Welcome to Solo, in June 2010.<br />
(www.habitat-indonesia.or.id/apmchud/).<br />
*) Staf Subdit Kebijakan dan Strategi,<br />
Direktorat Bina Program, <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010 21
Inovasi 1<br />
Bidang teknologi perpipaan telah<br />
mengalami sejarah yang panjang. Dimulai<br />
dari pipa-pipa zaman Romawi yang dibuat<br />
dari material terakota dan kayu hingga pipapipa<br />
beton, besi, baja dan plastik yang kerap<br />
digunakan di era teknologi informasi ini.<br />
Perkembangan teknologi memungkinkan<br />
produksi pipa yang semakin ringan, kuat<br />
dan tahan lama. Selain itu, meningkatnya<br />
kesadaran publik mengenai kesehatan dan<br />
isu-isu lingkungan memicu produsen untuk<br />
mencari bahan yang aman bagi manusia<br />
dan lingkungan. Saat ini, muncul inovasi<br />
Pipa Plastik Serat Kaca,<br />
Terobosan Baru<br />
Sistem Perpipaan<br />
terbaru material pipa yang kuat, tahan lama<br />
dan ramah lingkungan yaitu Pipa Plastik<br />
Penguatan Serat Kaca atau GRP Pipe (Glass<br />
Reinforced Plastic Pipe).<br />
GRP merupakan produk komposit yang<br />
mengandung serat kaca atau fiberglass. Serat<br />
kaca diproduksi dari kaca cair yang ditarik<br />
menjadi serat-serat tipis berdiameter 0.005<br />
mm – 0.01 mm. Serat-serat ini kemudian<br />
dapat dibuat menjadi benang ataupun<br />
ditenun menjadi kain yang diserap dengan<br />
bahan resin sehingga menjadi bahan yang<br />
kuat untuk dipakai sebagai badan mobil,<br />
bangunan kapal, dan sebagainya.<br />
Material serat kaca yang telah ditenun ini<br />
sanggup menahan gaya tekan maupun tarik,<br />
namun kurang kuat menahan gaya geser<br />
Naomi Paramita Adhi *)<br />
(shear). Dengan menggabungkan serat kaca<br />
dengan bahan plastik, maka menghasilkan<br />
material dengan kekuatan yang lebih tinggi<br />
terhadap gaya geser maupun gaya tarik dan<br />
tekan. Sifatnya yang ringan namun kuat dan<br />
tahan lama membuatnya banyak dipakai<br />
di bidang-bidang pertahanan, konstruksi,<br />
elektronik, transportasi hingga alat olahraga.<br />
Contohnya seperti badan pesawat dan stick<br />
golf.<br />
Bahan GRP pertama kali dikembangkan<br />
di Inggris pada era perang dunia kedua<br />
dan digunakan sebagai bahan bangunan<br />
kapal. Barulah beberapa dekade setelahnya<br />
dikembangkan pipa yang menggunakan<br />
material GRP.<br />
Di Asia, pipa GRP pertama kali diproduksi<br />
huitongfrp.hisupplier.com<br />
Pipa GRP merupakan inovasi terbaru material pipa yang kuat, tahan lama dan ramah lingkungan<br />
22 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010
INOVASI 1<br />
oleh perusahaan Hankuk Fiber Co., Ltd yang<br />
berpusat di Gyeongnam, Korea Selatan, pada<br />
tahun 1998. Pada akhir tahun itu juga dimulai<br />
penggunaannya secara domestik di dalam<br />
negeri Korea Selatan.<br />
Pada tahun-tahun selanjutnya pipa<br />
ini berhasil mendapatkan sertifikasi dari<br />
lembaga standarisasi di Korea Selatan. Hingga<br />
akhirnya pada tahun 2004 mendapatkan<br />
penghargaan dari Kementerian Lingkungan<br />
Korea Selatan dan dijadikan sebagai salah<br />
satu pipa standar untuk fasilitas air minum<br />
negeri tersebut. Kini, pipa tersebut telah<br />
digunakan dalam berbagai proyek air minum<br />
maupun air limbah di seluruh dunia.<br />
Kekuatan pipa GRP terletak dari<br />
strukturnya yang terdiri dari 12 lapisan<br />
bahan. Lapisan-lapisan tersebut memiliki<br />
struktur seperti sandwich yang bagian paling<br />
dalamnya diisi dengan lapisan coal tar resin<br />
yang kuat namun cukup elastis sehingga<br />
tidak mudah patah.<br />
Lapisan ini diapit oleh tiga lapis bahan<br />
serat kaca yang memberikan ketahanan<br />
tinggi terhadap tekanan internal. Kemudian<br />
Foto Atas : Sistem pemipaan zaman Romawi dan masa kini<br />
Foto Bawah : Pemasangan Pipa GRP untuk pegairan pertanian di Buan, Korea<br />
ditambah lagui sebuah lapisan material<br />
kain khusus. Lapisan yang berada di bagian<br />
paling luar maupun paling dalam terbuat dari<br />
bahan plastik resin yang permukaannya lebih<br />
licin, sehingga lebih lancar mengalirkan air<br />
maupun limbah. Dengan kekuatannya dan<br />
kemampuan mengalirkan air yang tinggi,<br />
pipa ini dinyatakan memiliki masa pakai semipermanen<br />
dan hampir tidak memerlukan<br />
perawatan (very low maintenance).<br />
Pipa GRP telah terbukti lebih unggul<br />
dari jenis-jenis pipa lainnya, seperti pipa<br />
beton yang dikenal berkekuatan tinggi,<br />
namun sangat berat dan sering bocor. Pipa<br />
beton biasanya diperkuat untuk mencegah<br />
kebocoran dengan teknik sentrifugasi.<br />
Pada proyek Nonsan Ganggyeong<br />
Intercepting Sewer pada tahun 2003, pipa<br />
GRP mulai digunakan untuk menggantikan<br />
pipa beton sentrifugasi yang patah ketika<br />
dipasang dengan panjang 100 m. Pada<br />
akhirnya digunakan pipa GRP yang dipertebal<br />
menjadi 15-28 mm, dua kali lipat dari ukuran<br />
normalnya yaitu 8 mm, agar mampu mencapai<br />
ukuran yang lebih panjang. Ternyata terbukti<br />
pipa GRP tersebut mampu mencapai panjang<br />
lebih dari 100 m dan tidak patah pada saat<br />
pemasangan. Dengan ketebalan yang masih<br />
tergolong sangat tipis jika dibandingkan<br />
dengan ketebalan pipa beton yang mencapai<br />
70 mm, pipa GRP terbukti lebih ekonomis<br />
dengan harganya yang lebih murah 5% dari<br />
pipa beton.<br />
Selain itu, pipa GRP juga memiliki<br />
keunggulan dibandingkan dengan pipa dari<br />
material logam. Pipa logam dikenal karena<br />
kekuatannya yang tinggi dan variasinya yang<br />
banyak, mulai dari pipa besi sampai pipa baja<br />
galvanis. Namun, pipa-pipa ini juga memiliki<br />
berat yang besar serta rentan terhadap korosi<br />
dan reaksi terhadap bahan kimia. Pipa-pipa<br />
tersebut harus diberi perlakuan khusus<br />
seperti pelapisan dan penutupan untuk<br />
mencegah korosi.<br />
Pipa asal Korea yang terbuat dari material<br />
plastik dan serat kaca ini terbukti sangat kuat<br />
dan tahan terhadap korosi oleh kandungan<br />
kimiawi yang mungkin terdapat dalam air<br />
ataupun limbah yang dialirkannya.<br />
Material plastik polyester resin yang<br />
digunakan sebagai pelapis luar dan dalam<br />
pipa GRP telah teruji oleh FDA (Food and Drug<br />
Administration), lembaga makanan dan obatobatan<br />
Amerika Serikat, sebagai bahan yang<br />
tidak bereaksi dengan asam maupun basa.<br />
Kementerian Lingkungan Korea Selatan juga<br />
telah menguji air yang dialirkan melalui pipa<br />
GRP dan menemukan bahwa air tersebut<br />
aman dikonsumsi oleh manusia dan aman<br />
bagi lingkungan. Selain itu bahan serat kaca<br />
yang dipakai dalam pipa ini dikategorikan<br />
sebagai bahan yang tidak karsinogenik (tidak<br />
menyebabkan kanker) oleh IARC (International<br />
Agency for Research on Cancer).<br />
Satu-satunya kelemahan pipa ini adalah<br />
ketidakpopulerannya sebagai inovasi yang<br />
relatif baru dan belum dikenal masyarakat.<br />
Selain itu, produsen pipa ini terbilang<br />
masih sedikit dan belum diproduksi oleh<br />
pabrik lokal di Indonesia, sehingga untuk<br />
mendapatkannya masih harus mengimpor.<br />
Dengan berbagai keunggulan yang<br />
dimilikinya, pipa ramah lingkungan ini pantas<br />
mendapatkan sorotan yang lebih banyak<br />
supaya lebih dikenal dan diaplikasikan dalam<br />
sistem perpipaan di Indonesia . Dengan begitu<br />
diharapkan di masa depan pemerintah dalam<br />
hal ini Kementerian Pekerjaan Umum selaku<br />
komandan pembangunan infrastrukur dapat<br />
menggunakannya untuk proyek-proyek air<br />
minum maupun air limbah.<br />
*) Staf Subdit Data dan Informasi,<br />
Dit. Bina Program<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010 23
Inovasi 2<br />
Perubahan NIP Baru PNS<br />
‘Lebih Otentik<br />
dan Unik’<br />
Siti Aliyah Junaedi *)<br />
Perubahan NIP dari 9 digit menjadi 18 digit<br />
sudah dilakukan. Menurut BKN, Kebijakan<br />
Konversi NIP ini merupakan langkah strategis<br />
untuk pemutakhiran data PNS yang sangat<br />
Komprehensif. Setiap terdapat perbedaan<br />
data maka satu-persatu tata naskah PNS<br />
harus dilakukan penelitian, secara cermat,<br />
terutama untuk PNS yang berbeda tanggal<br />
lahir dan NIP yang dimiliki.<br />
Perubahan tersebut didasarkan pada<br />
Peraturan Kepala BKN No.22 Tahun 2007<br />
tentang Nomor Identitas PNS. Perubahan<br />
NIP ini sebenarnya d i b e r l a k u k a n<br />
dan mulai dipakai awal tahun, Januari<br />
2009. Tapi mungkin karena begitu banyak<br />
jumlah PNS, maka BKN tidak bisa on time<br />
mengirimkan SK-nya kepada masing-masing<br />
PNS tepat waktu.<br />
Setelah dilakukan kajian, Sistem NIP<br />
yang lama tidak mungkin dipertahankan lagi.<br />
NIP yang baru merupakan identitas Pegawai<br />
Negeri Sipil yang otentik dan unik. Perubahan<br />
NIP ini menjadi mutlak, karena pengaturan<br />
Nomor Identitas PNS ini merupakan<br />
bagian dari pelaksanaan administrasi PNS.<br />
Sistem yang lama sudah tidak mungkin<br />
dipertahankan lagi. Pada 2 digit pertamanya<br />
sudah tidak unik lagi. Dua digit itu menunjuk<br />
instansi yang pertama kali seseorang PNS<br />
24 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010
INOVASI 2<br />
dianggap menjadi CPNS. Sejalan dengan<br />
pelaksanaan otonomi daerah yang sudah<br />
bergulir hampir sembilan tahun menjadikan<br />
NIP tersebut, maka sistem NIP pun perlu<br />
diganti.<br />
Sebelum dilakukan konversi NIP, terlebih<br />
dahulu dilakukan verifikasi data terhadap<br />
4,1 juta PNS yang akan dijadikan bagian<br />
dari identitas PNS yang bersangkutan. Data<br />
tersebut menyangkut NIP lama, nama,<br />
tanggal lahir, bulan dan tahun diangkat<br />
menjadi CPNS/PNS dan jenis kelamin. Dengan<br />
dijadikannya tanggal lahir sebagai bagian<br />
dari identitas PNS, diharapkan kesalahan<br />
tanggal lahir sudah dapat diketahui di saat<br />
yang bersangkutan mulai diangkat menjadi<br />
CPNS. Hal itu juga sesuai dengan Undangundang<br />
Nomor 11 tahun 1969 tentang<br />
Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda<br />
Pegawai yang tidak memungkinkan lagi<br />
adanya perubahan tanggal lahir. NIP yang<br />
baru sudah berlaku mulai Januari 2009 dan<br />
kenaikan pangkat periode april 2009 sudah<br />
akan menggunakan NIP baru, sehingga tidak<br />
menjadi kendala proses KP dan mutasi lainnya<br />
kedepan dan CPNS untuk formasi 2008 sudah<br />
akan menggunakan NIP baru.<br />
Bagi PNS yang telah mendapatkan surat<br />
penetapan konversi NIP Baru pasti akan<br />
kaget. Betapa tidak NIP yang dahulu telah<br />
dihafal sebayak 9 digit menjadi 18 digit. Tetapi<br />
bagaimanapun tujuan penggunaan NIP baru<br />
18 digit ini akan sangat berpengaruh besar<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010 25
INOVASI 2<br />
pada manajemen pengelolaan administrasi kepegawaian secara menyeluruh. Tujuan intinya<br />
adalah untuk memudahkan dalam administrasi kepegawaian. Sebelumnya mari kita “bedah”<br />
makna dari kedelapan belas digit yang digunakan. Kita ambil contoh sebagai berikut :<br />
19810316 200802 2 001<br />
• Delapan digit pertama yaitu : 19810316 adalah deskripsi dari kelahiran dengan format<br />
YYYY-MM-DD (Y=tahun, M=bulan, D=tanggal) sehingga dapat diketahui bahwa tanggal<br />
lahir PNS tersebut adalah : 16 Maret 1981.<br />
• Enam digit selanjutnya yaitu : 200802 adalah deskripsi dari TMT CPNS dengan format<br />
YYYY-MM (Y=tahun, M=bulan) sehingga dapat diketahui bahwa TMT CPNS-nya adalah 1<br />
Februari 2008 (TMT=terhitung mulai tanggal).<br />
• Satu digit selanjutnya adalah : 2 yang mendeskripsikan bahwa kode jenis kelaminnya<br />
adalah Perempuan (sedangkan untuk kode 1 adalah Laki-laki).<br />
• Tiga digit terakhir yaitu : 001 merupakan nomor urut dari Nama PNS tersebut, yang<br />
didapatkan dari urutan seluruh PNS se-Indonesia yang mempunyai kesamaan pada<br />
kelahiran, TMT CPNS serta jenis kelamin.<br />
Dengan berubahnya NIP yang digunakan oleh PNS se-Indonesia tentu saja berpengaruh<br />
besar pada berubahnya pula seluruh administrasi kepegawaian yang terlibat dalam birokrasi<br />
PNS. Diantaranya perubahan data pada Karpeg, Karis/Karsu, Kartu Askes, penggunaannya<br />
pada penulisan sebuah Surat Keputusan maupun Surat Perintah lainnya, yang jelas akan<br />
membutuhkan space yang lebih lebar.<br />
Sebagai langkah strategis dalam<br />
pelaksanaan Reformasi Biokrasi di bidang<br />
kepegawaian maka bagian Kepegawaian dan<br />
Ortala di lingkungan Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong><br />
<strong>Karya</strong> melakukan Pendataan Ulang Pegawai<br />
Negeri Sipil baik yang ada di Pusat maupun<br />
di daerah melalui program Monitoring<br />
Pegawai Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>.<br />
Hasil pendataan tersebut dijadikan dasar<br />
untuk membangun database kepegawaian<br />
dengan menggunakan perubahan NIP<br />
19 digit. Agar data yang diperoleh dapat<br />
maksimal maka dalam program monitoring<br />
pegawai ini dilakukan pengkoreksian jika<br />
terdapat kesalahan pada penomoran dan<br />
unit organisasi yang ada pada SK NIP baru<br />
tersebut serta mendata pegawai yang belum<br />
menerima SK NIP baru tersebut.<br />
Diharapkan dengan perubahan NIP dari 9<br />
digit menjadi 18 digit pelayanan prima dapat<br />
diberikan kepada para Pegawai Negeri Sipil.<br />
*) Staf Bagian Kepegawaian dan Ortala<br />
Setditjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Bagian<br />
Foto Atas & bawah : Suasana pendaftaran NIP baru<br />
Suasana penyerahan NIP baru dalam rangka monitoring pegawai <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> di Provinsi Jambi<br />
26 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010
INOVASI 3<br />
Inovasi 3<br />
Kementerian Pekerjaan Umum telah membuat perangkat agar pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa dapat dilakukan secara lebih baik dengan menggunakan<br />
perangkat komputerisasi, yaitu e-Procurement<br />
Tahun 2010,<br />
Sistem Semi E-Procurement<br />
Plus<br />
Tambah<br />
Empat Provinsi<br />
Mulai 2010 ini, sistem Semi E-Procurement<br />
plus diberlakukan untuk 4 Satker Provinsi<br />
di luar Pulau Jawa. Satker provinsi tersebut<br />
adalah Propinsi Bali, Gorontalo, Riau dan<br />
Kalimantan Selatan. Sementara untuk sistem<br />
e-Emonitoring pada 2010 ini juga lebih<br />
diperbarui, diantaranya penambahan fasilitas<br />
upload foto untuk dokumentasi pekerjaan<br />
fisik.<br />
Setiap tahun tiap Kementerian Pekerjaan<br />
Umum mendapat tugas untuk melaksanakan<br />
kegiatan yang merupakan amanat UU yaitu<br />
UU APBN. Semua kegiatan tersebut perlu<br />
dipertanggung jawabkan sebaik-baiknya,<br />
diantaranya dengan melaksanakan amanat<br />
tersebut secara transparan, jujur, dan<br />
berkeadilan serta dalam rangka memberantas<br />
praktik KKN yang sedang terus digalakkan<br />
guna terlaksananya Good Governance.<br />
Salah satu kegiatan adalah Pengadaan<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010 27
INOVASI 3<br />
Barang dan Jasa (baik pengadaan barang,<br />
konsultan, maupun jasa konstruksi) yang<br />
harus dilakukan melalui pelelangan maupun<br />
pemilihan langsung dan pengadaan<br />
langsung. Pengadaan Barang dan Jasa di<br />
Kementerian PU harus dilaksanakan dengan<br />
peraturan dan ketentuan yang berlaku.<br />
Untuk hal tersebut Kementerian<br />
Pekerjaan Umum telah membuat perangkat<br />
untuk dipergunakan sebagai sarana agar<br />
pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa<br />
dapat dilakukan secara lebih baik dengan<br />
menggunakan perangkat komputerisasi,<br />
yaitu e-Procurement. Selain itu, dalam<br />
melaksanakan pemantauan dan pelaporan,<br />
setiap Satker harus berpedoman pada aturan<br />
dan petunjuk yang telah ditetapkan, antara<br />
lain adalah dengan melakukan pelaporan<br />
progres kegiatan dengan menggunakan<br />
mekanisme e-Monitoring.<br />
Dalam rangka mensosialisasikan<br />
e-Procurement dan e-Monitoring tersebut,<br />
<strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> dalam hal ini Direktorat<br />
Bina Program melakukan sosialisasi di empat<br />
kota di Indonesia yaitu Jakarta, Balikpapan,<br />
Surabaya dan Batam. Sosialisasi ini diikuti<br />
oleh para Satker Propinsi di seluruh Indonesia<br />
para Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) serta<br />
asisten perencanaan maupun pelaksanaan<br />
untuk e-Procurement maupun e-Monitoring.<br />
Dalam satu kesempatan Direktur Bina<br />
Program Danny Sutjiono mengatakan,<br />
sosialisasi ini merupakan sarana untuk saling<br />
berbagi satu dengan yang lainnya. Para<br />
Satker dipersilahkan untuk mengajukan<br />
tuntutannya, karena ini merupakan sarana<br />
untuk memperbaiki bagaimana strategi<br />
kita kedepan dalam melaksanakan tugas<br />
monitoring maupun pelelangan dengan<br />
baik.<br />
“Tahun ini penyerapan kita sebesar 94%<br />
merupakan yang terbaik diantara Satminkal<br />
PU lainnya. Meskipun demikian e-monitoring<br />
kita hanya mencapai 86%. Ini merupakan<br />
tantangan kita pada tahun 2010 ini. Saya harap<br />
alasan klasik seperti komputer dan jaringan<br />
internet sudah tidak ada lagi,” katanya.<br />
Adapun para instruktur untuk kegiatan<br />
e-Procurement adalah dari Pusat Pengolahan<br />
Data (PUSDATA) Kementerian Pekerjaan<br />
Umum yang merupakan pengelola sistem<br />
e-Procurement, sedangkan instruktur untuk<br />
kegiatan e-Monitoring adalah dari Biro<br />
Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri<br />
Kementerian Pekerjaan Umum selaku<br />
pengelola sistem e-Monitoring.<br />
Dalam sosialisasi tersebut akan diberikan<br />
Foto Atas & Bawah : Suasana Sosialisasi Pemantapan E-Procurement dan E-Monitoring di lingkungan<br />
Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />
penjelasan mengenai sistem yang akan<br />
diaplikasikan dan dilakukan pemantapan<br />
untuk mengoperasikan sistem tersebut<br />
dengan data dari masing-masing Satuan<br />
Kerja yang bersangkutan. Oleh karena itu<br />
para peserta diminta untuk membawa data<br />
yang terkait dengan Satuan Kerjanya masingmasing.<br />
Para Satuan Kerja akan diberikan<br />
software sistem aplikasi e-Procurement dan<br />
e-Monitoring agar dapat diimplementasikan<br />
di unit kerjanya masing-masing<br />
Sosialisasi ini dilakukan, dengan harapan<br />
semua Satuan Kerja di lingkungan Direktorat<br />
Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> baik di Pusat maupun<br />
di Daerah dapat menerapkan tahapannya<br />
dan melaporkan realisasinya melalui:<br />
a. Penayangan informasi umum tentang<br />
Satker (nama Kasatker/PPK/Alamat Satker/<br />
Pagu dana) ; b. Penayangan informasi paket<br />
kegiatan yang akan dilaksanakan serta<br />
pagu dananya; c. Tahap-tahap prakontrak<br />
selanjutnya hingga tahap penandatanganan<br />
kontrak.<br />
Pengalaman tahun sebelumnya<br />
menunjukkan masih ada Satker yang<br />
memulai kegiatan pelelangan pada bulan<br />
Mei, yang berdampak pada lambatnya<br />
progres keuangan. Untuk itu diharapkan agar<br />
proses lelang dapat segera dilaksanakan,<br />
sehingga pada awal April sudah dilakukan<br />
penandatanganan kontrak, dan paling lambat<br />
akhir November 2010 pekerjaan telah selesai.<br />
Danny menambahkan, penempatan<br />
petugas-petugas yang khusus, teliti, dan<br />
cermat sangat diperlukan di masingmasing<br />
Satker, untuk menghasilkan hasil<br />
pemantauan yang cepat, akurat, dan terkini.<br />
Ketepatan waktu dalam pengiriman back-up<br />
dan kelengkapan akurasi data yang dikirim<br />
merupakan indikasi keberhasilan proses<br />
e-Monitoring.<br />
”Ketaatan pengiriman akan dipantau oleh<br />
Dit. Bina Program, Satker yang terlambat atau<br />
tidak mengirim laporan progres kegiatan<br />
secara elektronik akan diberi teguran dan<br />
dilaporkan ke Inspektorat Jenderal (sebagai<br />
bagian dari penilaian kinerja Satker terbaik<br />
dan Satker terburuk),” tambahnya.<br />
28 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010
RESENSI<br />
Resensi<br />
Rusunawa<br />
di Indonesia<br />
Gagasan, perkembangan<br />
dan keberlanjutan<br />
(2005-2009)<br />
Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)<br />
dirintis oleh Kementerian Pekerjaan Umum sejak tahun 2003<br />
(Dahulu Departemen Kimpraswil) kemudian tahun 2005 dilanjutkan<br />
Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Negara Perumahan<br />
Rakyat atas banyaknya permintaan dari Pemerintah Daerah dalam<br />
upaya penyediaan rumah sewa murah di perkotaan.<br />
Buku Rusunawa di Indonesia ini merupakan review pembangunan<br />
Rusunawa yang dilakukan oleh <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> selama lima tahun.<br />
Dimana Rusunawa yang dibangun meliputi rusunawa Masyarakat<br />
Berpenghasilan Rendah (MBR), Rusunawa pekerja atau buruh,<br />
Rusunawa mahasiswa.<br />
Rusunawa MBR yang dibangun antara lain, Seruai, Belawan, Seni<br />
Raja dan Surakarta. Sementara Rusunawa pekerja atau buruh antara<br />
lain Muka Kuning Batam, Menteng Asri Bogor dan Kima Daya Makassar.<br />
Untuk Rusunawa Mahasiswa antara lain Rusunawa USU Medan, UNPAD<br />
Sumedang dan ITS Surabaya, dan lain-lain.<br />
Buku setebal 118 halaman ini berisi foto profil tiap-tiap Rusunawa<br />
yang dibangun, dilengkapi juga dengan testimoni penghuni<br />
Rusunawa tersebut. Seperti testimoni Agus penghuni Rusunawa<br />
Gulomantung Gresik berikut ini “Saya merasa beruntung dapat terpilih<br />
sebagai penghuni atau penyewa Rusunawa Gulomantung, sehingga<br />
dapat bekerja lebih nyaman dan gampang mencapai tempat bekerja<br />
dibanding sewaktu masih tinggal di rumah orang tua yang relatif agak<br />
jauh. Di tempat ini saya dapat juga membawa keluarga, satu istri dan<br />
satu anak balita” katanya.<br />
Buku ini juga dilengkapi dengan tabel dan juga peta tematik<br />
pembangunan Rusunawa di Indonesia. Sehingga kita dapat dengan<br />
mudah mengetahui penyebaran rusunawa di Indonesia.<br />
Seperti kita ketahui, penyelenggaraan rusunawa sudah berjalan<br />
selama 2003-2009. Peningkatan penyediaan rusunawa setiap tahun<br />
menunjukkan dinamika terhadap kebutuhan bertempat tinggal yang<br />
layak dalam peningkatan kualitas perkotaan. Performa Kementerian<br />
Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> sebagai<br />
instansi teknis, mampu mensinergikan kinerja dan kesepakatan dalam<br />
penyelenggaraan serta pengelolaan rusunawa di Indoensia.<br />
Dimana salah satu tugas dan tanggung jawab <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />
adalah menuntaskan target ke-11 MDG’s yaitu mencapai perbaikan<br />
yang berarti meningkatkan kehidupan paling tidak sejumlah 100<br />
juta masyarakat miskin yang hidup di permukiman kumuh pada<br />
tahun 2020. Target tersebut diejawantahkan salah satunya melalui<br />
pembangunan sekitar 60.000 unit satuan Rusunawa sampai dengan<br />
tahun 2009.<br />
Outcome yang diharapkan, adalah : perbaikan kawasan kumuh dan<br />
peningkatkan kualitas lingkungan permukiman perkotaan, penyediaan<br />
hunian layak, memadai, murah dan berkualitas, memberikan kepastian<br />
hukum dalam menghuni bagi masyarakat, pembelajaran kemandirian<br />
masyarakat melalui pembentukan institusi pengelola Rusunawa,<br />
peningkatan kesejahteraan bagi MBR, menjadi percontohan (best<br />
practice) untuk direplikasi oleh Pemda.<br />
Buku ini cocok untuk koleksi para satuan kerja di daerah baik<br />
provinsi maupun kabupaten. Paling tidak buku ini dapat memberikan<br />
kita pandangan maupun pemikiran tentang kebijakan maupun<br />
implementasi pembangunan Rusunawa Bidang <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> di<br />
Indonesia.<br />
Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010 29
Seputar Kita<br />
2010, PNPM Mandiri<br />
Kementerian PU<br />
Sasar 17.420 Desa<br />
Tahun 2010, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)<br />
Mandiri Kementerian Pekerjaan Umum yang dinakhodai oleh <strong>Ditjen</strong><br />
<strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> menyasar 17.420 desa. Program ini terdiri dari Program<br />
Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) di 8200 desa, Program<br />
Pembangunan Infrastruktur Perkotaan (PPIP) di 3900 desa, Program<br />
Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) di<br />
4000 desa dan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis<br />
Masyarakat (Pamsimas) di 1320 desa.<br />
<strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Budi Yuwono mengatakan, pada pemerintahan<br />
Kabinet Indonesia Bersatu II ini perhatian pemerintah sangat besar<br />
terhadap program-program pemberdayaan. Kedepannya program<br />
–program seperti ini akan terus ditingkatkan tiap tahunnya. Disamping<br />
itu, anggaran untuk program ini juga cukup besar.<br />
“Beberapa waktu lalu, Wakil Presiden Budiono baru saja<br />
menyerahkan bantuan langsung sebesar Rp 1,2 triliun untuk program<br />
pemberdayaan. Di <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> sendiri pada tahun 2010 sebanyak<br />
40% dari total anggaran yang ada atau sekitar Rp 4 triliun dialokasikan<br />
untuk program pemberdayaan. Sorotan pemerintah maupun publik<br />
terhadap program ini cukup besar, sehingga harus dilaksanakan<br />
dengan sebaik-baiknya ,” katanya disela-sela acara Konsolidasi RIS<br />
PNPM di Jakarta, (9/2).<br />
Sebanyak 24 kabupaten/kota sudah menyusun Strategi<br />
Sanitasi Kota (SSK) dalam rangka mendukung Program Percepatan<br />
Pembangunan Sanitasi Perkotaan (PPSP) di Indonesia selama lima<br />
tahun (2010 – 2014). Tahun 2010 ini ditargetkan SSK sudah dimiliki<br />
Rakor Kegiatan<br />
Bidang <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> 2010<br />
24 Kabupaten/Kota Telah Miliki Strategi Sanitasi Kota<br />
SEPUTARKITA<br />
Dalam rangka melakukan pembinaan terhadap aparat pemerintah<br />
pusat, provinsi dan kabupaten/kota dalam hal penyusunan dan<br />
pengendalian program TA 2010 bidang <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>, <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong><br />
<strong>Karya</strong> mengadakan Rapat Kooordinasi Pelaksanaan kegiatan Bidang<br />
<strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> TA 2010, di Jakarta (12/2). Rakor ini diikuti seluruh Kepala<br />
Satuan Kerja di semua sektor Bidang <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>, PPK Perencanaan<br />
dan pengendalian serta para pejabat eselon 2 dan 3 di lingkungan<br />
<strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>.<br />
Dirjen <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Budi Yuwono dalam arahannya mengatakan,<br />
lima tahun terakhir merupakan tugas yang berat bagi <strong>Ditjen</strong> <strong>Cipta</strong><br />
<strong>Karya</strong>. Menurutnya, masih terdapat kelemahan dalam Rencana Strategi<br />
(renstra) bidang <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong>, dimana renstra yang disusun tidak sesuai<br />
dengan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM).<br />
“Akibatnya terjadi backlog atau gap yang cukup besar untuk<br />
beberapa sektor tertentu. Start kita tidak baik pada saat itu. Untuk lima<br />
tahun kedepan, RPIJM sudah disahkan dan renstra sudah dikonsolidasi<br />
dengan baik. Sehingga selama lima tahun kedepan kita mempunyai<br />
acuan yang lebih jelas dan baik,” katanya.<br />
oleh 41 kabupaten/kota, dan hingga 2014 ditargetkan sebanyak 330<br />
kabupaten/kota akan difasilitasi dalam Urban Sanitation Development<br />
Program (USDP) untuk menyusun SSK. SSK berisi detail rencana teknis<br />
pembangunan sanitasi mencakup air limbah, persampahan, dan<br />
drainase, baik drainase perkotaan maupun drainase mandiri.<br />
Demikian disampaikan Direktur Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> Kementerian<br />
Pekerjaan Umum, Budi Yuwono, saat memberikan pengarahan dalam<br />
Seminar on Sewerage and Water Environmental Issues, di Jakarta, Selasa<br />
(23/2). Seminar ini hasil kerjasama Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />
dengan Ministry of Land, Infrastructure, Transport and Tourism (MLIT)<br />
Government of Japan.<br />
“Tidak adanya komitmen dan dukungan dari Pemerintah Pusat,<br />
Pemerintah Daerah, sektor swasta atau komunitas akan membuat<br />
tugas jauh lebih sulit. Untuk melaksanakan komitmen ini dibutuhkan<br />
banyak dana, yaitu sekitar Rp. 8,4 triliun dari Anggaran Nasional dan<br />
Rp. 1,3 triliun dari APBD,” tutur Budi Yuwono.<br />
30 Buletin <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong> - 02/Tahun VIII/2010
Segenap Pimpinan dan Staf<br />
Direktorat Jenderal <strong>Cipta</strong> <strong>Karya</strong><br />
Mengucapkan<br />
SELAMAT<br />
TAHUN BARU IMLEK 2561<br />
GONG XI FAT CHAI