281 POTENSI BAKTERI YANG BERASOSIASI DENGAN SPONS ...

281 POTENSI BAKTERI YANG BERASOSIASI DENGAN SPONS ... 281 POTENSI BAKTERI YANG BERASOSIASI DENGAN SPONS ...

oseanografi.lipi.go.id
from oseanografi.lipi.go.id More from this publisher
30.01.2015 Views

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (2010) 36(3): 281-292 ISSN 0125-9830 POTENSI BAKTERI YANG BERASOSIASI DENGAN SPONS ASAL BARRANG LOMPO (MAKASSAR) SEBAGAI SUMBER BAHAN ANTIBAKTERI oleh TUTIK MURNIASIH dan ABDULLAH RASYID Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI Received 05 May 2010, Accepted 19 October 2010 ABSTRAK Pengembangan obat dari senyawa yang dihasilkan oleh spons mengalami beberapa masalah, maka bakteri laut yang bersimbiosis dengan spons menjadi sumber substansi aktif yang menjanjikan. Lebih mudah dalam perkembangbiakan telah menjadikan bakteri laut lebih unggul dibanding sumber biota tingkat tinggi. Tujuan kegiatan ini adalah mengisolasi bakteri yang berasosiasi dengan spons sebagai sumber substansi aktif. Sampling bakteri yang bersimbiosis dengan spons dilakukan di perairan Pulau Barrang Lompo Makassar, pada bulan Juni 2009. Skrining antibakteri terhadap ekstrak bakteri hasil isolasi dilakukan dengan metode difusi agar. Studi awal tentang skrining antibakteri terhadap beberapa ekstrak bakteri yang diisolasi dari spons Theonella sp., Aaptos sp., Melophlus sarassinorum, Callyspongia sp., Ircinia sp., Stylissa flabeliformes, Lisoclinum sp. dan Clathria sp. asal Barrang Lompo Makassar menunjukkan bahwa dari 75 isolat, terdapat 60 isolat bakteri yang berpotensi mengandung substansi aktif anti bakteri patogen Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis dan Vibrio eltor. Persentase jumlah koloni tertinggi (100%) bakteri penghambat bakteri patogen diperoleh dari spons Aaptos sp., Melophlus sarassinorum dan Callyspongia sp., selanjutnya sebesar 90% dari spons Clathria sp. Kata kunci : antibakteri, bakteri simbion, spons. 281

Oseanologi dan Limnologi di Indonesia (2010) 36(3): <strong>281</strong>-292 ISSN 0125-9830<br />

<strong>POTENSI</strong> <strong>BAKTERI</strong> <strong>YANG</strong> <strong>BERASOSIASI</strong> <strong>DENGAN</strong> <strong>SPONS</strong> ASAL<br />

BARRANG LOMPO (MAKASSAR) SEBAGAI SUMBER BAHAN<br />

ANTI<strong>BAKTERI</strong><br />

oleh<br />

TUTIK MURNIASIH dan ABDULLAH RASYID<br />

Pusat Penelitian Oseanografi – LIPI<br />

Received 05 May 2010, Accepted 19 October 2010<br />

ABSTRAK<br />

Pengembangan obat dari senyawa yang dihasilkan oleh spons mengalami<br />

beberapa masalah, maka bakteri laut yang bersimbiosis dengan spons menjadi<br />

sumber substansi aktif yang menjanjikan. Lebih mudah dalam perkembangbiakan<br />

telah menjadikan bakteri laut lebih unggul dibanding sumber biota tingkat tinggi.<br />

Tujuan kegiatan ini adalah mengisolasi bakteri yang berasosiasi dengan spons<br />

sebagai sumber substansi aktif. Sampling bakteri yang bersimbiosis dengan spons<br />

dilakukan di perairan Pulau Barrang Lompo Makassar, pada bulan Juni 2009.<br />

Skrining antibakteri terhadap ekstrak bakteri hasil isolasi dilakukan dengan metode<br />

difusi agar. Studi awal tentang skrining antibakteri terhadap beberapa ekstrak bakteri<br />

yang diisolasi dari spons Theonella sp., Aaptos sp., Melophlus sarassinorum,<br />

Callyspongia sp., Ircinia sp., Stylissa flabeliformes, Lisoclinum sp. dan Clathria sp.<br />

asal Barrang Lompo Makassar menunjukkan bahwa dari 75 isolat, terdapat 60 isolat<br />

bakteri yang berpotensi mengandung substansi aktif anti bakteri patogen<br />

Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis dan Vibrio eltor. Persentase jumlah koloni<br />

tertinggi (100%) bakteri penghambat bakteri patogen diperoleh dari spons Aaptos<br />

sp., Melophlus sarassinorum dan Callyspongia sp., selanjutnya sebesar 90% dari<br />

spons Clathria sp.<br />

Kata kunci : antibakteri, bakteri simbion, spons.<br />

<strong>281</strong>


MURNIASIH & RASYID<br />

ABSTRACT<br />

THE POTENTIAL SPONGE-ASSOCIATE BACTERIA FROM BARRANG<br />

LOMPO AS SOURCE OF ANTIBACTERIAL AGENT. Since the development of<br />

drug derived from sponge metabolite faced many problems, sponges-associate<br />

bacterial became a promising source of biologically actives substances. The less<br />

difficulties in enhancing the bacterial cultivation than the higher organisms are an<br />

excellent advantage in developing drug from microorganisms. This research was<br />

conducted to elucidate the potential of Indonesian sponge-associate bacteria as<br />

source of antibacterial agent. Sponge-associated bacteria was collected from<br />

Barrang Lompo Makassar coastal in June 2009. Screening of antibacterial activity<br />

of extract bacterial was done using agar diffusion method. The preliminary study on<br />

antibacterial activity derived from extract of bacteria that associate with Theonella<br />

sp., Aaptos sp., Melophlus sarassinorum, Callyspongia sp., Ircinia sp., Stylissa<br />

flabeliformes, Lisoclinum sp. and Clathria sp. showed that from 75 isolated<br />

bacteria, there were 60 potential bacterial isolates inhibiting Staphylococcus<br />

aureus, Bacillus subtilis and Vibrio eltor. The highest percentages of potential<br />

isolated bacteria (100%) were associate with sponges Aaptos sp., Melophlus<br />

sarassinorum, Callyspongia sp. and 90% was sponge Clathria sp.<br />

Key words: antibacterial, associate bacteria, sponge.<br />

PENDAHULUAN<br />

Spons adalah hewan berpori yang bersifat filter feeder sehingga menjadi<br />

habitat bagi mikroorganisme untuk bersarang di dalam tubuhnya. Mikroorganisme<br />

mempunyai dua peran yang penting dalam sistem biologi spons, yaitu sebagai<br />

sumber makanan dan hidup bersimbiosis baik secara inter maupun intra selular<br />

(VACELET & DONADEY 1977; FRIEDERICH et al. 1999). Beberapa senyawa<br />

aktif yang diisolasi dalam spons juga ditemukan dalam bakteri yang bersimbiosis<br />

dengannya, oleh sebab itu beberapa peneliti berpendapat bahwa bakteri terlibat<br />

sebagian maupun keseluruhan dalam biosintesa senyawa aktif tertentu dalam spons<br />

(BEWLEY et al. 1996; FLOWERS et al. 1998). Untuk membuktikan hipotesa<br />

tersebut, maka beberapa peneliti bahan alam laut melakukan penelitian tentang<br />

pencarian substansi bioaktif dari mikroba yang bersimbiosis dengan spons. Beberapa<br />

senyawa baru yang mempunyai aktivitas farmakologi telah ditemukan<br />

(JAYATILAKE et al. 1996; MITOVA et al. 2003; SUZUMURA et al. 2003). Salah<br />

satu senyawa antimikroba norharman telah diisolasi dari bakteri Pseudoalteromonas<br />

piscicida yang berasosiasi dengan spons Hymeniacida perleve (ZHENG et al. 2005).<br />

Senyawa tersebut sebelumnya telah diisolasi dari spons asal Indonesia (RAO et al.<br />

2003).<br />

282


<strong>POTENSI</strong> <strong>BAKTERI</strong> <strong>YANG</strong> <strong>BERASOSIASI</strong> <strong>DENGAN</strong> <strong>SPONS</strong><br />

Komunitas bakteri yang berasosiasi dengan spons sebagian besar adalah<br />

proteobacteria, bacteroidetes, firmicutes dan actinomycetes (TAYLOR et al. 2007).<br />

Mikroba yang potensial sebagai target penghasil senyawa aktif adalah<br />

cyanobacteria, jamur dan actinomycetes. Senyawa aktif yang dihasilkan oleh<br />

Actinomycetes micromonospora dari spons adalah senyawa antimalaria manzamine<br />

(ANG et al. 2000). Senyawa peptida antibakteri telah diisolasi dari spons Hyatella<br />

sp. dan bakteri simbion Vibrio sp. (OCLARIT et al. 1994). Beberapa senyawa<br />

antibakteri jenis quinolone juga diisolasi dari bakteri simbion spon Homoplysia sp.<br />

yaitu bakteri Pseudomonad (BULTEL et al. 1999). Adanya hubungan antara<br />

produksi antibakteri oleh mikroba simbion dengan spons telah diteliti oleh<br />

NARSINHA & ANIL 2000, yang melaporkan bahwa senyawa antibakteri yang<br />

dihasilkan oleh bakteri simbion spons (ά proteobacterium MBIC 3368, Idiomarina<br />

sp dan Pseudomonas sp.) sangat dipengaruhi oleh like-protein rekombinan yang<br />

terdapat pada biota inang Suberitas domuncula. Penelitian tersebut memperkuat<br />

adanya hubungan kerjasama dalam biosintesa metabolit sekunder antara mikroba<br />

simbion dengan spons.<br />

Indonesia yang mempunyai megadiversitas jenis spons, sangat potensial<br />

bersimbiosis dengan mikroorganisme penghasil senyawa aktif. Melihat potensi<br />

tersebut, maka kelompok peneliti produk alam laut mulai melakukan penelitian<br />

substansi bioaktif dari mikroba yang bersimbiosis dengan spons. Sebelumnya (th<br />

1997-2007) telah dilakukan penelitian substansi aktif dari spons Indonesia<br />

(RACHMANIAR et al. 1997; RACHMANIAR et al. 1998; RACHMANIAR et al.<br />

2001; RACHMANIAR et al. 2004, RACHMANIAR et al. 2005; RACHMANIAR<br />

et al. 2006; RACHMANIAR et al. 2007). Berdasarkan data tersebut didapatkan<br />

jenis-jenis spons potensial penghasil senyawa aktif. Spons potensial tersebut akan<br />

dipilih sebagai biota inang dalam penelitian ini. Tujuan utama dalam penelitian ini<br />

adalah mengetahui bakteri yang berasosiasi dengan spons sebagai sumber substansi<br />

aktif antibakteri yang mudah dikulturkan.<br />

BAHAN DAN METODE<br />

Bahan<br />

Bahan kimia yang digunakan untuk isolasi bakteri dalam spons diantaranya<br />

adalah media marine-agar yang mengandung pepton (5 g), ekstrak khamir (1 g), agar<br />

(15 g) dan air laut. Media selektif enrichment digunakan antibiotik ampisilin<br />

produksi Phyto Technology Laboratory sebanyak 10 μg/5 mL larutan media, 20%<br />

media marine broth. Media fermentasi digunakan 100% media marine broth<br />

(ADACHI, pers com). Media untuk pengujian antibakteri digunakan nutrien agar<br />

yang mengandung ”peptic digest” 5 g, natrium klorida 5 g, ekstrak daging sapi 1,5 g<br />

dan ekstrak kapang 1,5 g. Untuk penyimpanan digunakan gliserol 87%, sedangkan<br />

bakteri bioindikator uji antibakteri digunakan Staphylococcus aureus, Bacillus<br />

subtilis dan Vibrio eltor yang didapatkan dari Laboratorium Mikrobiologi<br />

Universitas Indonesia.<br />

283


MURNIASIH & RASYID<br />

Pelarut organik yang digunakan antara lain etil asetat GR, aseton GR dan<br />

metanol GR. Peralatan yang digunakan adalah laminar air flow, sentrifuge,<br />

evaporator, rotary shaker dan inkubator.<br />

Pengambilan sampel spons<br />

Pengambilan sampel bakteri yang bersimbiosis dengan spons potensial<br />

dilakukan di perairan Pulau Barrang Lompo, Makassar pada kedalaman 2-10 m<br />

dengan teknik scuba diving pada bulan Juni 2009. Sesudah diangkat dari permukaan<br />

laut, segera dilakukan pemotretan dan diambil sebagian jaringan sponsnya,<br />

kemudian dimasukkan ke dalam medium 5% marine broth untuk diisolasi<br />

bakterinya (cara direct plating), dan sebagian lagi dimasukkan ke dalam media yang<br />

mengandung antibiotik ampicilin untuk isolasi bakteri cara enrichment.<br />

Identifikasi spons dilakukan dengan mencatat ciri-ciri khusus (warna,<br />

tekstur, bentuk, ukuran dan kedalaman saat pengambilan. Kemudian sistematika dan<br />

identifikasi spons mengikuti buku panduan karya HOOPER (1997), selain itu juga<br />

menggunakan pustaka karya MAPSTONE (1990).<br />

Isolasi bakteri simbion<br />

Metode yang digunakan untuk isolasi bakteri yang bersimbiosis dengan<br />

spons potensial adalah metode ”direct plating” dan metode ”enrichment”<br />

(HIROSHE pers com). Tahapan isolasinya adalah sebagai berikut : Spons potensial<br />

dengan kode (Sp.1, Sp.2, Sp.3 ,Sp.4, Sp.5, Sp.6, Sp.7 dan Sp.8) masing-masing<br />

dimasukkan dalam media 5% marine broth dalam air laut steril dan dilakukan<br />

pengadukan menggunakan stirer, kemudian dilakukan pengenceran 10 1 , 10 2 , 10 3 dan<br />

10 4 . Masing-masing hasil pengenceran diambil 100 μL diteteskan dalam 10% media<br />

marine agar kemudian disebar, lalu diinkubasi pada suhu 30 O C menggunakan<br />

inkubator. Isolasi ini dilakukan langsung saat pengambilan sampel spons di<br />

lapangan.<br />

Untuk metode pengkayaan (enrichment), sebagian spons dimasukkan dalam<br />

10 mL media 5% marine broth yang ditambahkan antibiotik ampicillin sebanyak 10<br />

μg untuk menekan pertumbuhan mikroflora yang tidak diinginkan. Kultur diinkubasi<br />

pada suhu kamar selama dua minggu menggunakan shaker inkubator di<br />

laboratorium.<br />

Pemurnian bakteri simbion<br />

Dari metode ”direct plating” yang dilakukan saat di lapangan, diamati<br />

koloni-koloni yang tumbuh sesudah inkubasi selama satu hingga dua minggu.<br />

Banyaknya koloni dihitung, kemudian koloni-koloni yang bentuk dan warnanya<br />

berbeda diisolasi. Masing-masing koloni dilakukan purifikasi, yaitu dengan cara<br />

menggoreskan 1 ose koloni arah zig-zag pada petri yang berisi media 100% marineagar<br />

kemudian diinkubasi pada suhu 30 o C selama 1-2 hari. Sesudah tumbuh kolonikoloni<br />

baru dilakukan penggoresan ulang pada media 100% marine agar hingga<br />

didapatkan koloni tunggal.<br />

284


<strong>POTENSI</strong> <strong>BAKTERI</strong> <strong>YANG</strong> <strong>BERASOSIASI</strong> <strong>DENGAN</strong> <strong>SPONS</strong><br />

Untuk metode pengkayaan, penyebaran cairan kultur ke media 100% marine<br />

agar dilakukan sesudah dua minggu inkubasi, selanjutnya seperti metode direct<br />

plating, kultur diinkubasi pada suhu 30 o C selama satu minggu dan jumlah koloni<br />

dihitung, diisolasi dan dipurifikasi. Penyimpanan hasil purifikasi dilakukan<br />

menggunakan 25% gliserol dalam media marine agar (HIROSHE pers. com.).<br />

Kultur bakteri<br />

Semua isolat murni dikultur dalam 5 mL media marine broth (100%),<br />

kemudian diinkubasi selama 5 hari sambil dikocok dengan stirer (100 rpm). Larutan<br />

kultur disentrifuse pada suhu 4 O C selama 15 menit (6.000 rpm). Kemudian<br />

dipisahkan antara pellet dan supernatannya.<br />

Ekstraksi metabolit sekunder<br />

Setelah disentrifuse proses dilanjutkan dengan ekstraksi terhadap supernatan<br />

dan pellet. Supernatan diekstraksi menggunakan pelarut 5mL etil asetat, kemudian<br />

dievaporasi untuk menghilangkan fase organiknya. Ekstrak kering dilarutkan dalam<br />

1 mL metanol. Bagian pellet diekstrak dengan aseton sebanyak 5 mL kemudian<br />

disentrifuse pada suhu 4 O C selama 15 menit (6.000 rpm). Bagian supernatan<br />

diuapkan etil asetatnya, selanjutnya endapan dilarutkan dengan 1 mL metanol<br />

(ADACHI, pers com).<br />

Skrining aktivitas antimikroba<br />

Kegiatan skrining aktivitas antimikroba dilakukan terhadap ekstrak<br />

supernatan dan pellet dengan bioindikator bakteri patogen, yaitu Staphylococcus<br />

aureus, Bacillus substilis dan Vibrio eltor. Ketiga jenis bakteri tersebut diperoleh<br />

dari Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta.<br />

Metode penapisan yang digunakan adalah metode difusi agar (BAUER et al. 1996).<br />

Sebanyak 15 μL sampel diteteskan di atas kertas cakram 6 mm, diuapkan dalam<br />

”clean bench,” sesudah kering diletakkan di atas permukaan media nutrien agar yang<br />

sebelumnya sudah diinokulasi bakteri bioindikator. Sebagai kontrol positip<br />

digunakan antibiotik ampicillin konsentarasi 10 μg. Inkubasi dilakukan pada suhu<br />

30 o C selama satu malam. Aktivitas antibakteri ditunjukkan dengan adanya zona<br />

bening di sekitar kertas cakram dan dibandingkan dengan aktivitas antibiotik<br />

ampicillin.<br />

HASIL DAN PEMBAHASAN<br />

Sampel spons yang digunakan sebagai biota inang terdiri dari 8 spesimen<br />

dari jenis Theonella sp., Aaptos sp., Melophlus sarassinorum, Callyspongia sp.,<br />

Ircinia sp., Stylissa flabeliformes, Lisoclinum sp., Clathria sp. Tabel 1 merupakan<br />

hasil pengukuran jumlah koloni bakteri yang tumbuh dalam CFU (Colony Forming<br />

Unit ).<br />

285


MURNIASIH & RASYID<br />

Tabel 1. Jumlah total koloni bakteri simbion.<br />

Table 1. Total number of symbiotic bacterial colony.<br />

No Sponge<br />

Code<br />

Latin Name<br />

Simbiont colony numbers<br />

(CFU/mL)<br />

Direct plating Enrichment<br />

1 Sp.1 Theonella sp. 1.16 10 5 5. 10 4<br />

2 Sp.2 Aaptos sp. 2.4 10 5 fungi contaminant<br />

3 Sp.3 Melophlus sarassinorum > 1.10 7 5.6. 10 6<br />

4 Sp.4 Callyspongia sp. > 1.10 7 1.82 10 4<br />

5 Sp.5 Ircinia sp. 7.2. 10 4 6.82. 10 4<br />

6 Sp.6 Stylissa flabeliformes 2.8. 10 5 2.5. 10 6<br />

7 Sp.7 Lisoclinum sp. > 1.10 7 1.355. 10 6<br />

8 Sp.8 Clathria sp. > 1.10 7 1.3. 10 3<br />

Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat ditunjukkan bahwa di antara delapan jenis<br />

spons, jumlah terbanyak bakteri simbion terdapat dalam spons sp.3 (Melophlus<br />

sarassinorum ). Bakteri yang diisolasi dengan “direct plating” rata-rata mempunyai<br />

jumlah koloni yang relatif lebih tinggi bahkan beberapa sampel mencapai lebih<br />

besar dari 10 5 dibanding dengan metode pengkayaan (enrichment). Hal tersebut<br />

disebabkan pada metode direct plating, cairan kultur dari spons langsung ditanam<br />

pada media marine broth yang merupakan media umum bagi bakteri laut. Sedangkan<br />

pada metode enrichment, larutan kultur ditambahkan antibiotik ampicilin sehingga<br />

beberapa mikroba patogen terhambat pertumbuhannya oleh antibiotik ini. Gambar 1<br />

adalah profil koloni bakteri hasil sebaran dengan metode “enrichment”. Bakteri yang<br />

sudah diisolasi selanjutnya disimpan dalam gliserol stok untuk menghindari<br />

terjadinya perubahan aktivitas antibakterinya.<br />

a<br />

b<br />

Gambar 1. Penyebaran koloni bakteri simbion spons Sp.5 (a) dan Sp.6 (b) pada<br />

media marine agar.<br />

Figure 1. The spreading of bacteria colony associate with sponge Sp.5 (a) and<br />

Sp.6 (b) on marine agar medium.<br />

286


<strong>POTENSI</strong> <strong>BAKTERI</strong> <strong>YANG</strong> <strong>BERASOSIASI</strong> <strong>DENGAN</strong> <strong>SPONS</strong><br />

Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh SILBERHORN et al. (2007),<br />

isolasi dilakukan berdasarkan perbedaan morfologi, masing-masing koloni dengan<br />

morfologi yang sama diambil 2 hingga 3 buah untuk dilakukan purifikasi dan uji<br />

antibakteri. Pada penelitian tersebut, SILBERHORN et al. (2007) berhasil<br />

mengisolasi bakteri simbion pada spons Axinella polypoides dengan jumlah bakteri<br />

(cfu/g) pada spons adalah 1,5x10 5 , 2,4x10 6 , 8,9x10 5 , 3,1x10 5 , 2,1x10 5 , 1,6x10 6 ,<br />

1,3x10 5 dan 1,8x10 6 berturut-turut untuk Chodrica mucula, Tethya aurantium,<br />

Clathrina clathris, Agelas oroides, Ircinia sp., Petrosia reinformmis, Suberitas<br />

domuncula dan Acanthela acuta. Pada penelitian SILBERHORN dan kawankawan,<br />

kelimpahan bakteri simbion berkisar antara 1,3.10 5 hingga 2,4.10 6 ,<br />

sedangkan dalam penelitian ini diperoleh kelimpahan lebih tinggi, yaitu berkisar 1,3<br />

10 3 hingga > 10 7 .<br />

Hasil skrining aktivitas antibakteri<br />

Skrining kemampuan antibakteri beberapa ekstrak isolat terhadap bakteri<br />

patogen Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis dan Vibrio eltor dilakukan<br />

terhadap beberapa ekstrak isolat hasil pemurnian bakteri yang bersimbiosis dengan<br />

delapan spesimen spons baik dengan isolasi cara direct plating maupun enrichment.<br />

Gambar 2 adalah zona hambatan uji antibakteri terhadap beberapa ekstrak bakteri<br />

hasil isolasi.Hasil perhitungan jumlah ekstrak bakteri yang positif menghambat<br />

pertumbuhan Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis dan Vibrio eltor disajikan<br />

pada Tabel 2.<br />

Gambar 2. Zona hambat beberapa ekstrak bakteri simbion sponge terhadap<br />

Vibrio eltor (a), Bacillus subtilis (b) dan Staphylococcus aureus (c).<br />

Figure 2. The inhibition zone of several extract from sponge-symbiotic bacterial<br />

against Vibrio eltor (a), Bacillus subtilis (b), and Staphylococcus<br />

aureus (c).<br />

,<br />

287


MURNIASIH & RASYID<br />

Tabel 2. Hasil perhitungan jumlah koloni positif dari masing-masing spesimen<br />

spons.<br />

Table2. Total number of positive bacterial colony isolated from sponge<br />

specimen.<br />

Code Sponges Number of Number of Total Percentage<br />

isolated inhibited extract of inhibited<br />

bacteria bacteria against<br />

bacteria<br />

colony Sa Bs Ve<br />

(%)<br />

Sp1 Theonella sp. 15* 4 4 2 8 53.33<br />

Sp2 Aaptos sp. 10* 8 3 6 10 100<br />

Sp3 Melophlus 6* 1 1 6 6 100<br />

sarassinorum<br />

Sp4 Callyspongia sp. 11** 5 6 8 11 100<br />

Sp5 Ircinia sp. 6*** 5 3 5 5 83.33<br />

Sp6 Stylissa<br />

7*** 3 3 4 4 57.14<br />

flabeliformes<br />

Sp7 Lisoclinum sp. 10*** 5 4 4 7 70<br />

Sp8 Clathria sp. 10*** 4 9 6 9 90<br />

TOTAL 75 60 80<br />

* direct plating** direct plating & enrichment *** enrichment<br />

Dari 75 isolat bakteri yang dimurnikan (Tabel 2), terdapat 60 isolat yang<br />

mempunyai kemampuan antibakterial, yang ditunjukkan oleh pembentukan zona<br />

bening pada pertumbuhan bakteri patogen. Isolat-isolat bakteri yang diisolasi dari<br />

spesimen spons Sp1-Sp4 (sebagian) diperoleh dengan cara “direct plating” tanpa<br />

melalui penambahan antibiotik ampicilin, sedangkan isolat dari spesimen spons Sp.4<br />

(sebagian) – Sp.8 diisolasi dengan cara “enrichment” (dengan penambahan<br />

antibiotik). Jika kita telaah persentase antara isolat potensial dengan jumlah koloni<br />

yang diisolasi, maka bakteri simbion baik dengan cara “direct plating” maupun<br />

“enrichment” mengandung bakteri potensial antibakteri lebih dari 50% dari koloni<br />

yang dimurnikan. Persentase bakteri potensial tertinggi (100%) terhadap jumlah<br />

koloni yang diisolasi terdapat pada spons Sp2: Aaptos sp. , Sp3: Melophlus<br />

sarassinorum dan Sp.4: Callyspongia sp., selanjutnya sebesar 90% dari spons Sp8 :<br />

Clathria sp.<br />

Penelitian SILBERHORN et al. (2007) melaporkan bahwa persentase total<br />

isolate aktif dari beberapa spons terhadap Eschericia coli, Bacillus subtilis,<br />

Staphylococcus lentus dan Candida glabrata adalah seperti pada Tabel 3. Pada<br />

penelitian SILBERHORN tersebut persentase aktifitas isolat bakteri dari spons C.<br />

reniformis, A. polypoides, T. aurantium, C. clathis, A. oroides, Ircinia sp, P.ficiforis,<br />

S. douncula dan A. acuta berkisar 5-70%. RADJASA et al. (2007) melaporkan<br />

bahwa screening terhadap bakteri yang berasosiasi dengan spons Aaptos sp.<br />

terhadap antibakteri dan substansi MDR (Multi Drug Resistance) menunjukkan tiga<br />

isolat bakteri potensial dari jenis Halomonas aquamarina, Alpha proteobacterium<br />

dan Pseudoalteromonas luteviolacea.<br />

288


<strong>POTENSI</strong> <strong>BAKTERI</strong> <strong>YANG</strong> <strong>BERASOSIASI</strong> <strong>DENGAN</strong> <strong>SPONS</strong><br />

Tabel 3. Persentase aktifitas total isolat bakteri yang diisolasi dari berbagai<br />

spons terhadap Eschericia coli, Bacillus subtilis, Staphylococcus<br />

lentus dan Candida glabrata.<br />

Table 3. Percentage of total isolated sponge-associated bacteria against<br />

Eschericia coli, Bacillus subtilis, Staphylococcus lentus and Candida<br />

glabrata.<br />

Sample Tested isolates (n) Activity total (%)<br />

HW Li 80 13<br />

C. reniformis 57 70<br />

A. polypoides 13 54<br />

T. aurantium 108 18<br />

C. elathis 112 26<br />

A. oroides 112 12<br />

I. sp. 100 37<br />

P. fieiformis 105 0<br />

S. domuneula 112 46<br />

A. aeuta 102 5<br />

Average 29<br />

Ref: SILBERHORN et al. (2007)<br />

KESIMPULAN<br />

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat 80%<br />

total bakteri potensial penghasil substansi antibakteri dari sejumlah koloni hasil<br />

isolasi dari spons Sp1: Theonella sp., Sp.2: Aaptos sp., Sp.3: Melophlus<br />

sarassinorum, Sp.4: Callyspongia sp, Sp5: Ircinia sp, Sp6.: Stylissa flabeliformes,<br />

Sp.7: Lisoclinum sp., Sp.8: Clathria sp. Prosentase tertinggi terdapat pada spons<br />

Aaptos sp., Melophlus sarassinorum sp., Callyspongia Sp. dan Clathria sp.<br />

Identifikasi secara molekuler dan analisis substansi aktif diperlukan untuk<br />

mendapatkan informasi yang lebih komprehensif.<br />

PERSANTUNAN<br />

Penulis sangat berterima kasih kepada Pusat Riset Kelautan Universitas<br />

Hasanudin Makassar yang telah membantu dalam pengambilan sampel spons, selain<br />

itu kami juga sangat berterimakasih kepada Departemen Pendidikan Nasional<br />

Pendidikan Tinggi dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang telah<br />

memberikan dana penelitian melalui proyek insentif peneliti dan perekayasa.<br />

289


MURNIASIH & RASYID<br />

DAFTAR PUSTAKA<br />

ANG, K.K., M.J. HOLMES, T. HIGA, M.T. HAMANN and U.A. KARA 2000. In<br />

vivo antimalarial activity of the beta-carboline alkaloid manzamine A.<br />

Antimicrob. Agent. Chemother. 44: 1645-1649.<br />

BAUER, A.W., W.M. KIRBY, J.C. SHERRIS and M. TUREK 1996. Antibiotic<br />

susceptibility testing by a standardized single disk method. Am. J. Clin.<br />

Pathol. 45: 493-498.<br />

BEWLEY, C.A., N.P. HOLLAND and D.J. FAULKNER. 1996. Two classes of<br />

metabolites from Theonella swinhoei are localized in distinct populations of<br />

bacterial symbionts. Experientia 52: 716-722.<br />

BULTEL, P.V., J.P. BERGE, C. DEBITUS, J.L. NICOLAS and M. GUYOT 1999.<br />

Metabolites from the sponge-associated bacterium Pseudomonas species.<br />

Mar. Biotechnol. 1: 384-390.<br />

FRIEDERICH, A.B., H. MAERKERT , T. FENDERT, J. HACKER, P. PROKSCH<br />

and U. HENTSCHEL.1999. Microbial diversity in he marine sponge<br />

Aplysina cavernicola (formely Verongia cavernicola) analyzed by<br />

fluorescence in situ hybridization (FISH). Mar. Biol. 134: 461-470.<br />

FLOWERS, AE., M.J. GARSON, R.I. WEBB, E.J. DUMDEI and R.D. CHARAN.<br />

1998. Cellular origin of chlorinated diketopiperazines in the dictyoceratid<br />

sponge Dysidea herbacea (Keller). Cell Tissue Res. 292: 597-607.<br />

HOOPER, J. 1997. Guide to sponge collection and identification. Queensland<br />

Museum South Brisbane Australia : 26-29.<br />

JAYATILAKE, G.S., M.P. THORNTON, A.C. LENARD, J.E. GRINWADE and<br />

B.J. BAKER. 1996. Metabolites from an Antarctic sponge-associated<br />

bacterium, Pseudomonas aeroginosa. Journal of Natural Products 59: 293-<br />

296.<br />

MAPSTONE, G.M. 1990. Reef corals and sponges of Indonesia a video-based<br />

learning module. Printed by United Nations Educational, Scientific and<br />

Cultural Organization, Paris France : 10-20.<br />

MITOVA, M., G. TOMMONARO and D.S. ROSA. 2003. A novel cyclopeptide<br />

from a bacterium associated with the marine sponge Ircinia muscarium.<br />

Zetschift für Naturforschung 58: 740-745.<br />

290


<strong>POTENSI</strong> <strong>BAKTERI</strong> <strong>YANG</strong> <strong>BERASOSIASI</strong> <strong>DENGAN</strong> <strong>SPONS</strong><br />

NARSINHA, L.T. and A.C. ANIL. 2000. Antibacterial activity of the sponge Ircinia<br />

ramose: Importance of its surface-associated Bacteria. Journal of Chemical<br />

Ecology. 26(1):57-71.<br />

OCLARIT, J.M., H. OKADA, S. OHTA, K. KAMIMURA, Y. YAMAOKA, R.<br />

LIZUKA, S. MIYASHIRO and S. IKEGAMI. 1994. Anti-bacillus<br />

substances in the marine sponge Hyatella species produced by an associated<br />

Vibrio species. Bacterium. Microbios. 78: 7-16.<br />

RACHMANIAR, R., T. MURNIASIH dan F. UNTARI 1997. Laporan penelitian<br />

screening substansi bioaktif dari spons dan karang lunak. Pusat Penelitian<br />

dan Pengembangan Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia : 4-5.<br />

RACHMANIAR, R., T. MURNIASIH, A. RASYID dan F. UNTARI 1998.<br />

Laporan penelitian substansi bioaktif dari spons. Pusat Penelitian<br />

Oseanologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia: 3-7.<br />

RACHMANIAR, R., T. MURNIASIH, A. RASYID dan F. UNTARI 2001.<br />

Laporan penelitian substansi antiinfeksi dari spons dan makroalga. Pusat<br />

Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia : 4-10.<br />

RACHMANIAR, R., T. MURNIASIH, A. RASYID dan F. UNTARI 2004.<br />

Laporan penelitian sensus biota laut dari spons dan karang lunak dalam<br />

hubungannya dengan potensi bioprospekting. Pusat Penelitian Oseanografi<br />

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia:3-5.<br />

RACHMANIAR, R., T. MURNIASIH, A. RASYID dan F. UNTARI 2005.<br />

Laporan Penelitian Sensus Biota Laut dari spons dan karang lunak dalam<br />

hubungannya dengan potensi bioprospekting. Pusat Penelitian Oseanografi<br />

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia :4-8.<br />

RACHMANIAR, R., A. RASYID dan F. UNTARI 2006. Laporan penelitian<br />

sensus biota laut dari spons dan karang lunak dalam hubungannya dengan<br />

potensi bioprospekting. Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu<br />

Pengetahuan Indonesia : 3-10.<br />

RACHMANIAR, R., A. RASYID dan F. UNTARI 2007. Laporan penelitian<br />

sensus biota laut dari spons dan karang lunak dalam hubungannya dengan<br />

potensi bioprospekting. Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu<br />

Pengetahuan Indonesia.: 4-20.<br />

RADJASA O.K., D.H. KENCANA, A. SABDONO, R.A. HUTAGALUNG and E.<br />

SRI LESTARI. 2007. Antibacterial acivity of Marine Bacteria Associated<br />

with sponge Aaptos sp. against Multi Drug Resistant (MDR) strain. Jurnal<br />

Matematika dan Sains 12(4): 147-151.<br />

291


MURNIASIH & RASYID<br />

RAO, K.V, B.D. SANTARSAIRO, A.D. R.F. SCHINAZI, B.L. TEKWANI and<br />

M.T. HAMAUN 2003. New manzamine alkaloids with activity against<br />

infectious and tropical parasitic diseases from an Indonesian sponge.<br />

Journal of Natural Product 66: 823-828.<br />

SILBERHORN, A.M., V. THIEL and J.F. IMHOFF 2007. Abundance and<br />

bioactivity of cultured sponge-associated bacteria from the Mediterranean<br />

Sea. Microbial Ecology 55: 94-106.<br />

SUZUMURA, K., T. YOKO, M. FUNATSU, K. NAYAI, K. TANAKA, H.<br />

ZHANG and K. SUZUKI 2003. YM-266183 and YM-266184, novel<br />

thiopeptide antibiotics produced by Bacillus aureus isolated from a marine<br />

sponge . Structure elucidation. Journal of Antibiotics (Tokyo) 56: 129-134.<br />

TAYLOR, M.W., R. RADAX, D. STEGER and M. WAGNER 2007. Spongeassociated<br />

microorganisms: Evolution, Ecology, and Biotechnological<br />

Potential. Microbiol. Mol.Biol. Rev. 71(2): 295-347.<br />

VACELET, J. and DONADEY 1977. Electronmicroscope study of the association<br />

between methane-oxidizing bacteria and deep sea carnivorous cladorhizid<br />

sponge. Mar. Ecol. Prog. 145: 77-85.<br />

ZHENG, L., H. CHEN, X. HAN, W. LIN and X. YAN 2005. Antimicrobial<br />

screening and active compound isolation from marine bacterium NJ6-3-1<br />

associated with the sponge Hymeniacidon perleve. World Journal of<br />

Microbiology & Biotechnology. 21: 201-206.<br />

292

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!