penilaian kinerja keuangan - USU Library - Universitas Sumatera ...
penilaian kinerja keuangan - USU Library - Universitas Sumatera ...
penilaian kinerja keuangan - USU Library - Universitas Sumatera ...
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
PENILAIAN KINERJA KEUANGAN<br />
SUCIPTO<br />
Jurusan Akuntansi<br />
Fakultas Ekonomi<br />
<strong>Universitas</strong> <strong>Sumatera</strong> Utara<br />
BAB I<br />
PENDAHULUAN<br />
Kinerja <strong>keuangan</strong> perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan<br />
individual yang dibuat secara terus menerus oJeh manajemen. Oleh karena itu untuk<br />
menilai <strong>kinerja</strong> <strong>keuangan</strong> suatu perusahaan, perlu dilibatkan analisa dampak<br />
<strong>keuangan</strong> kumulatif dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya<br />
dengan menggunakan ukuran komparatif.<br />
Dalam membahas metode <strong>penilaian</strong> <strong>kinerja</strong> <strong>keuangan</strong>, perusahaan harus<br />
didasarkan pada data <strong>keuangan</strong> yang dipublikasikan yang dibuat sesuai dengan<br />
prinsip akuntansi <strong>keuangan</strong> yang berlaku umum. Laporan ini merupakan data yang<br />
paling umum yang tersedia untuk tujuan tersebut, walaupun seringkali tidak<br />
mewakili- hasil dan kondisi ekonomi. Laporan <strong>keuangan</strong> disebut sebagai "kartu skor"<br />
peliodik yang memuat hasil investasi operasi dan pembiayaan perusahaan, maka<br />
fokus akan diarahkan pada hubungan dan indikator <strong>keuangan</strong> yang memungkinkan<br />
analisa <strong>penilaian</strong> <strong>kinerja</strong> masa lalu dan juga proyeksi hasil masa depan dimana akan<br />
menekankan pada manfaat serta keterbatasan yang terkandung didalamnya.<br />
Perusahaan kemungkinan akan menggunakan informasi akuntansi untuk<br />
menilai <strong>kinerja</strong> manajer. Kemungkinan lain adalah informasi akuntansi digunakan<br />
bersamaan dengan informasi non akuntansi untuk menilai kerja manajernya. Kinerja<br />
manajer diwujudkan dalam berbagai kegiatan mencapai tujuan perusahaan. Dan<br />
karena setiap kegiatan itu memerlukan sumber daya maka <strong>kinerja</strong> manajemen akan<br />
tercermin dari penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan perusahaan.<br />
Disamping itu informasi akuntansi merupakan dasar yang objektif dan bukan<br />
subjektif sebagai dasar <strong>penilaian</strong> <strong>kinerja</strong> manajer.<br />
Masalah pengukuran atau <strong>penilaian</strong> berkaitan dengan keluaran bukan<br />
masukan. Dengan sedikit pengecualian (biaya atau pengeluaran) dapat diukur pada<br />
organisasi nirlaba seperti halnya pada organisasi yang berorientasi pada laba. Tetapi<br />
tanpa ukuran yang baik untuk keluaran penggunaan informasi biaya untuk menilai<br />
<strong>kinerja</strong> <strong>keuangan</strong> akan menjadi subjektif.<br />
BAB II<br />
A1. Definisi Penilaian Kinerja<br />
Informasi akuntansi sangat bermanfaat untuk menilai pertanggungjawaban<br />
<strong>kinerja</strong> manajer. Karena <strong>penilaian</strong> <strong>kinerja</strong> pada dasarnya merupakan <strong>penilaian</strong><br />
perilaku manusia dalam melaksanakan peran yang dimainkannya dalam mencapai<br />
tujuan organisasi atau perusahaan. Kemungkinan yang lain adalah digunakannya<br />
informasi akuntansi bersamaan dengan informasi non akuntansi untuk menilai<br />
<strong>kinerja</strong> manajer atau pimpinan perusahaan.<br />
Pengertian <strong>kinerja</strong> menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997, hal<br />
503) adalah merupakan kata banda (n) yang artinya: 1. Sesuatu yang dicapai, 2.<br />
Prestasi yang diperlihatkan, 3. Kemampuan kerja (tt peralatan), sedangkan <strong>penilaian</strong><br />
<strong>kinerja</strong> menurut Mulyadi (1997, hal 419) adalah penentuan secara periodik<br />
© 2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 1
efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya<br />
berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang ditetapkan sebelumnya. Karena<br />
organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka <strong>penilaian</strong> <strong>kinerja</strong><br />
sesungguhnya merupakan <strong>penilaian</strong> atas prilaku manusia dalam melaksanakan peran<br />
yang mereka mainkan dalam organisasi.<br />
Sedangkan pengertian <strong>kinerja</strong> <strong>keuangan</strong> adalah penentuan ukuran-ukuran<br />
tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan<br />
laba.<br />
Dalam mengukur <strong>kinerja</strong> <strong>keuangan</strong> perlu dikaitkan antara organisasi<br />
perusahaan dengan pusat pertanggungjawaban. Dalam melihat organisasi<br />
perusahaan dapat diketahui besarnya tanggungjawab manajer yang diwujudkan<br />
dalam bentuk prestasi kerja <strong>keuangan</strong>. Namun demikian mengatur besarnya<br />
tanggungjawab sekaligus mengukur prestasi <strong>keuangan</strong> tidaklah mudah sebab ada<br />
yang dapat diukur dengan mudah dan ada pula yang sukar untuk diukur.<br />
Sedangkan tujuan <strong>penilaian</strong> <strong>kinerja</strong> (Mulyadi, 1997) adalah:<br />
" Untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam<br />
mematuhi standar prilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan<br />
tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar prilaku dapat berupa kebijakan<br />
manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran."<br />
Penilaian <strong>kinerja</strong> dilakukan untuk menekan prilaku yang tidak semestinya dan<br />
untuk merangsang dan menegakkan prilaku yang semestinya diinginkan melalui<br />
umpan balik hasil <strong>kinerja</strong> dan waktu serta penghargaan baik yang bersifat instrinsik<br />
maupun ekstrinsik.<br />
A2. Manfaat Penilaian Kinerja<br />
Salah satu sarana manajemen paling panting yang harus dibebankan agar<br />
tujuan organisasi dapat tercapai adalah faktor man usia. Tanpa manusia yang<br />
berkualitas, betapapun canggihnya sistem yang dirancang, tujuan organisasi<br />
mungkin hanya sekedar angan-angan saja. Disamping sarana, prinsip-prinsip<br />
organisasi harus pula dipenuhi seperti adanya pembagian tugas yang adil,<br />
pendelegasian tugas. rentang kekuasaan, tingkat pengawsan yang cukup, kesatuan<br />
perintah dan tanggung jawab serta koordinasi masing-masing unit merupakan suatu<br />
hal yang harus terus menerus disempurnakan.<br />
Untuk itu <strong>penilaian</strong> <strong>kinerja</strong> dimanfaatkan oleh manajemen untuk hal-hal<br />
sebagai berikut :<br />
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisian melalui pemitivasian<br />
karyawan secara maksimum.<br />
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti<br />
promosi, transfer dan pemberhentian.<br />
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk<br />
menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.<br />
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka<br />
menilai <strong>kinerja</strong> mereka.<br />
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.<br />
Ad.1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian<br />
karyawan secara maksimum.<br />
Dalam mengelola perusahaan, manajemen menetapkan sasaran yang akan<br />
dicapai dimasa yang akan datang dan didalam proses yang disebut<br />
perencanaaan (planning). Pelaksanaan rencana memerlukan alokasi sumber<br />
daya secara efisien. Disamping itu pelaksanaan rencana memerlukan<br />
pengendalian agar efektif dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan.<br />
Pelaksanaan rencana dapat ditempuh dengan cara tangan besi, dengan<br />
© 2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 2
ancaman terhadap pelaksanaan agar mematuhi prilaku standar untuk<br />
mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Pelaksanaan rencana dengan cara<br />
ini dapat menjamin sasaran organisasi secara efektif dan efisien. Namun cara<br />
pencapaian tujuan ini akan mengakibatkan moral kerja karyawan menjadi<br />
rendah. Akan berbeda kondisi moral karyawan jika pengelolaan perusahaan<br />
didasarkan atas maksimisasi motivasi karyawan dalam mencapai sasaran<br />
organisasi. Maksimisasi motivasi karyawan berarti membangkitkan dorongan<br />
dalam diri karyawan untuk mengerahkan usahanya dalam mencapai sasaran<br />
yang ditetapkan oleh organisasi. Jika setiap karyawan memahami sasaran<br />
yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan setiap karyawan melaksanakan<br />
internalisasi sasaran perusahaan sebagai sasaran pribadinya maka kesesuaian<br />
tujuan individu karyawan dengan sasaran perusahaan secara keseluruhan<br />
akan terjadi. Kesesuaian sasaran individu karyawan dengan sasaran<br />
perusahaan inilah yang akan memotivasi karyawan untuk mencapai tujuan<br />
organisasi. Maksimisasi motivasi karyawan dalam mencapai sasaran<br />
perusahaan inilah yang merupakan tujuan pokok <strong>penilaian</strong> <strong>kinerja</strong>. Salah satu<br />
diantara teori motivasi yang dikembangkan oleh para peneliti untuk<br />
memprediksi motivasi dan <strong>kinerja</strong> adalah expectary theory dimana menurut<br />
teori ini perilaku seseorang dipengaruhi oleh probabilitas yang dilekatkan<br />
terhadap hubungan individu sebagai berikut :<br />
a. Usaha yang diperlukan untuk mencapai tujuan<br />
Motivasi seseorang yang telah ditetapkan ditentukan oleh persepsi orang<br />
tersebut terhadap hubungan antara usaha dengan tujuan yang hendak<br />
dicapai. Jika untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan diperlukan<br />
usaha yang besar, sasaran yang memberikan tantangan akan motivasi<br />
seseorang. Dengan demikian sasaran yang memberikan tantangan akan<br />
memotivasi orang selama sasaran tersebut telah dirasakan adil dan<br />
realistis.<br />
b. Kinerja dan penghargaan<br />
Jika seseorang merasakan barjwa terdapat kemungkinan yang tinggi<br />
suatu <strong>kinerja</strong> yang baik akan mendapatkan penghargaan atau<br />
penghargaan yang diterima didasarkan atas <strong>kinerja</strong> yang baik, motivasi<br />
orang akan berusaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan akan tinggi.<br />
Sebaliknya jika terdapat kemungkinan yang rendah suatu <strong>kinerja</strong><br />
memperoleh penghargaan, motivasi orang untuk mencapai sasararl yang<br />
telah ditetapkan rendah pula.<br />
c. Penghargaan yang mernuaskan tujuan pribadi<br />
Untuk dapat memotivasi individu, penghargaan harus dirasakan adil oleh<br />
individu tersebut. Jika penghargaan yang diterima oleh seseorang<br />
dirasakan adil, maka penghargaan ini akan memberikan kepuasan bagi<br />
orang tersebut. Kepuasan yang tinggi berarti bahwa tujuan individu dapat<br />
dipuaskan melalui usaha pencapaian sasaran perusahaan. Dengan<br />
demikian penghargaan harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan<br />
setiap individu agar memotivasi individu dalam mencapai sasaran yang<br />
ditetapkan oleh perusahaan.<br />
Ad.2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan<br />
seperti promosi, transfer dan pemberhentian<br />
Penilaian <strong>kinerja</strong> akan menghasilkan data yang dapat dipakai sebagai dasar<br />
pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan yang dinilai<br />
<strong>kinerja</strong>nya. Jika manajemen puncak akan memutuskan promosi manajer ke<br />
jabatan yang lebih tinggi, data hasil evaluasi <strong>kinerja</strong> yang diselenggarakan<br />
secara periodik akan sangat membantu manajemen puncak dalam memilih<br />
© 2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 3
manajer yang pantas untuk dipromosikan. Begitu pula dalam pengambilan<br />
keputusan penghentian kerja sementara, transfer dan pemutusan hubungan<br />
kerja permanen, manajemen puncak memerlukan data hasil evaluasi <strong>kinerja</strong><br />
sebagai salah satu informasi penting. yang dipertimbangkan dalam keputusan<br />
tersebut.<br />
Ad.3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan<br />
untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan<br />
Jika manajemen puncak tidak mengenal kekuatan dan kelemahan yang<br />
dimilikinya, sulit bagi manajemen untuk mengevaluasi dan memilih program<br />
pelatihan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan karyawan. Dalam masa<br />
kerjanya, perusahaan mempunyai kewajiban untuk mengembangkan<br />
karyawannya agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan perubahan<br />
lingkungan bisnis perusahaan yang senantiasa berubah dan berkembang.<br />
Hasil <strong>penilaian</strong> <strong>kinerja</strong> dapat digunakan untuk mengidentifikasi kelemahan<br />
karyawan dan untuk mengantisipasi keahlian dan keterampilan yang dituntut<br />
oleh pekerjaan agar dapat memberikan respon yang memadai terhadap<br />
perubahan lingkungan bisnis dimasa yang akan datang. Hasil <strong>penilaian</strong> <strong>kinerja</strong><br />
juga dapat menyediakan kriteria untuk memilih program pelatihan karyawan<br />
yang memenuhi kebutuhan karyawan dan untuk mengevaluasi kesesuaian<br />
program pelatihan karyawan dengan kebutuhan karyawan.<br />
Ad.4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan<br />
mereka menilai <strong>kinerja</strong> mereka.<br />
Dalam organisasi perusahaan, manajemen atas mendelegasikan sebahagian<br />
wewenangnya kepada manajemen dibawah mereka. Pendelegasian<br />
wewenang ini disertai dengan alokasi sumber daya yang diperlukan dalam<br />
pelaksanaan wewenang tersebut. Manajer bawah melaksanakan wewenang<br />
dengan mengkonsumsi sumber daya yang dialokasikan kepada mereka.<br />
Penggunaan wewenang dan konsumsi sumber daya dalam pelaksanaan<br />
wewenang ini dipertanggung jawabkan dalam bentuk <strong>penilaian</strong> <strong>kinerja</strong>.<br />
Dengan pengukuran <strong>kinerja</strong> ini manajemen atas memperoleh umpan balik<br />
mengenai pelaksanaan wewenang dan penggunaan sumber daya dalam<br />
pelaksanaan wewenang yang dilakukan oleh manajemen bawah. Berdasarkan<br />
hasil <strong>penilaian</strong> <strong>kinerja</strong> ini manajemen atas memberikan <strong>penilaian</strong> terhadap<br />
<strong>kinerja</strong> manajemen bawah. Dilain pihak <strong>penilaian</strong> <strong>kinerja</strong> ini memberikan<br />
umpan balik bagi manajemen bawah mengenai bagaimana manajemen atas<br />
menilai <strong>kinerja</strong> mereka.<br />
Ad.5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan<br />
Penghargaan dapat digotongkan datam dua kelompok yaitu penghargaan<br />
instrinsik dan penghargaan ekstrinsik. Penghargaan instrinsik berupa rasa<br />
puas diri yang diperoleh seseorang yang telah berhasil menyelesaikan<br />
pekerjaannya dengan baik dan telah mencapai sasaran tertentu. Penghargaan<br />
ekstrinsik terdiri dari kompensasi yang diberikan kepada karyawan baik yang<br />
berupa kompensasi langsung, tidak langsung, maupun yang berupa<br />
kompensasi non <strong>keuangan</strong>. Untuk meningkatkan penghargaan instrinsik<br />
manajemen dapat menggunakan berbagai macam tehnik seperti penggayaan<br />
pekerjaan (job enrichment), penambahan tanggung jawab, partisipasi datam<br />
pengambilan keputusan dan usaha lain yang meningkatkan harga diri<br />
seseorang dan mendorong orang menjadi yang terbaik. Kompensasi langsung<br />
adalah pembayaran langsung berupa gaji atau upah pokok, honorarium<br />
lembur dan hari libur, pembagian laba, pembagian saham dan berbagai bonus<br />
lainnya yang didasarkan atas <strong>kinerja</strong> karyawan. Penghargaan tidak langsung<br />
adalah semua pembayaran untuk kesejahteraan karyawan seperti asuransi<br />
© 2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 4
kecelakaan, asuransi hari tua, honorarium, liburan dan tunjangan masa sakit.<br />
Kompensasi tidak langsung ini tidak mempunyai dampak terhadap motivasi<br />
individu dalam mencapai sasaran organisasi karena kompensasi ini diberikan<br />
kepada siapa saja yang bekerja dalam perusahaan. Kompensasi ini hanya<br />
berpengaruh kepada motivasi karyawan jika dihapuskan. Penghargaan non<br />
<strong>keuangan</strong> dapat berupa sesuatu yang ekstra yang diberikan oleh perusahaan<br />
kepada karyawan berupa ruangan kerja yang memiliki lokasi istimewa,<br />
peralatan kantor yang istimewa, tempat parkir khusus, gelar istimewa dan<br />
sekretaris pribadi. Penggayaan pekerjaan atau job enrichment adalah suatu<br />
pendekatan untuk memotivasi karyawan dengan kombinasi tugas yang<br />
lingkup<br />
dan tanggung jawabnya berbeda-beda dan memberikan kesempatan kepada<br />
karyawan untuk memiliki otonomi yang lebih besar dalam pengambilan<br />
keputusan. Distribusi penghargan instrinsik baik yang langsung, tidak<br />
langsung, maupun non <strong>keuangan</strong> memerlukan data hasil <strong>kinerja</strong> karyawan<br />
agar penghargaan tersebut dirasakan adil oleh karyawan yang menerima<br />
penghargaan tersebut. Pembagian penghargaan yang dipandang tidak adil<br />
menurut persepsi karyawan yang menerimanya maupun yang tidak<br />
menerimanya akan berakibat timbulnya prilaku yang tidak semestinya.<br />
A3. Tahap Penilaian Kinerja<br />
Tahap <strong>penilaian</strong> <strong>kinerja</strong> dilaksanakan dalam dua tahap utama yaitu: tahap<br />
persiapan dan tahap <strong>penilaian</strong>. Tahap persiapan terdiri dari tahap rinci yaitu:<br />
1. Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggungjawab<br />
2. Penentuan kriteria yang dipakai untuk mengukur <strong>kinerja</strong><br />
3. Pengukuran <strong>kinerja</strong> sesungguhnya<br />
Tahap <strong>penilaian</strong> terdiri dari tiga tahap rinci :<br />
1. Pembandingan <strong>kinerja</strong> sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan<br />
sebelumnya<br />
2. Penentuan penyebab timbulnya penyimpangan <strong>kinerja</strong> sesungguhnya dari yang<br />
ditetapkan dalam standar<br />
3. Penegakan prilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk<br />
mencegah perilaku yang tidak diinginkan.<br />
Tahap Persiapan<br />
1. Penentuan daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggungjawab<br />
Jika orang akan diminta untuk bertanggungjawab atas sesuatu, langkah pertama<br />
yang harus dilakukan adalah menetapkan dengan jelas daerah<br />
pertanggungjawaban yang menjadi wewenang. Dalam daerah<br />
pertanggungjawaban tersebut ia diberi wewenang untuk mempengaruhi secara<br />
signifikan berbagai variabel yang menentukan pencapaian sasaran yang telah<br />
ditetapkan. Jika seseorang dirninta untuk mempertanggungjawabkan suatu<br />
kegiatan yang ia tidak memiliki wewenang untuk mengendalikan kegiatan<br />
tersebut, ia akan mengalami kecemasan dan keputusasaan. Motivasi orang<br />
tersebut untuk melaksanakan kegiatan akan hilang dan perilaku yang tidak<br />
semestinya akan timbul. Penilaian <strong>kinerja</strong> harus diawali dengan penetapan garis<br />
batas tanggung jawab yang jelas bagi manajer yang akan dinilai <strong>kinerja</strong>nya.<br />
Batas tanggung jawab yang jelas ini dipakai sebagai dasar untuk menetapkan<br />
sasaran atau standar yang harus dicapai oleh manajer yang akan diukur<br />
<strong>kinerja</strong>nya. Dengan batas tanggungjawab dan sasaran yang jelas, seseorang<br />
akan mudah dinilai kinerjc;inya. Ada tiga hal yang berkaitan dengan penentuan<br />
daerah pertanggungjawaban dan manajer yang bertanggungjawab antara lain:<br />
1. Kriteria penetapan tanggungjawab<br />
© 2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 5
2. Tipe pusat pertanggungjawaban<br />
3. Karakteristik pusat pertanggungjawaban<br />
Ad.1 . Kriteria penetapan tanggungjawab<br />
Untuk memotivasi manajer secara efektif tanggungjawab yang<br />
dibebankan kepada manajer harus memenuhi kriteria sebagai berikut :<br />
1. Tanggungjawab harus konsisten dengan wewenang yang dimiliki oleh<br />
manajer atas pendapatan dan/biaya<br />
2. Batas tanggungjawab harus teliti dan adil<br />
Ruang lingkup tanggungjawab seorang manajer yang akan diukur<br />
<strong>kinerja</strong>nya harus ditetapkan secara teliti untuk menghindari terjadinya<br />
tanggungjawab yang tumpang tindih (over lapping). Batas<br />
tanggungjawab seorang manajer harus ditetapkan secara adil dan<br />
diterima oleh manajer sebagai suatu pembagian tanggungjawab yang<br />
adil<br />
3. Untuk mengembangkan pengendalian operasional, daerah<br />
pertanggungjawaban yang dibebankan kepada seorang manajer harus<br />
dapat diukur efisiensi dan efektifitasnya akan penentuan tugas khusus<br />
tertentu<br />
4. Kriteria evaluasi <strong>kinerja</strong> yang dipilih harus sesuai ruang lingkup<br />
tanggungjawab yang dibebankan kepada manajer.<br />
Ad.2. Tipe pusat pertanggungjawaban.<br />
Dalam organisasi perusahaan, penentuan daerah pertanggungjawaban<br />
dan manajer yang bertanggungjawab dilaksanakan dengan menetapkan<br />
pusat-pusat pertangungjawaban dan tolak ukur <strong>kinerja</strong>nya. Pusat<br />
pertanggungjawaban merupakan suatu unit organisasi yang dipimpin oleh<br />
seorang manajer yang bertanggungjawab. Suatu pusat<br />
pertanggungjawaban dapat dipandang sebagai suatu sistem yang<br />
mengolah masukan menjadi keluaran. Masukan suatu pusat<br />
pertanggungjawaban yang diukur dalam satuan uang disebut dengan<br />
biaya sedangkan keluaran suatu pusat pertanggungjawaban yang<br />
dinyatakan dalam satuan uang disebut dengan pendapatan.<br />
PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN<br />
Masukan<br />
PROSES<br />
Keluaran<br />
Masukan x harga= biaya Keluaran x harga =<br />
Pendapatan<br />
Gambar 1. Pusat pertanggungjawaban sebagai suatu sistem<br />
Berdasarkan karekteristik masukan dan keluarannya dan hubungan<br />
diantara keduanya, pusat perianggungjawaban dapat dibagi menjadi 4<br />
macam yaitu :<br />
© 2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 6
Pusat Pendapatan<br />
Pusat Biaya<br />
Tipe pusat<br />
pertanggungjawaban<br />
Pusat Laba<br />
Pusat Investasi<br />
Ad.3. Karakteristik Pusat pertanggungjawaban<br />
Berdasarkan karakteristik hubungan antara masukan dan keluarannya<br />
perlu dikaitkan antara organisasi perusahan dengan pusat<br />
perianggungjawaban. Dengan melihat pada organisasi perusahan dan<br />
pusat pertanggungjawaban akan dapat diketahui besarnya tanggungjawab<br />
para manajer yang diwujudkan dalam bentuk prestasi kerja.<br />
2. Penetapan kriteria yang dipakai untuk mengukur <strong>kinerja</strong><br />
Manajemen puncak harus memperoleh jaminan bahwa setiap manajer<br />
bertindak sesuai dengan sasaran perusahaan. Untuk mewujudkan hal ini, harus<br />
terdapat kesesuaian an-tara sasaran organisasi dengan sasaran manajer secara<br />
individual. Kesesuaian sasaran dipengaruhi oleh prosedur yang digunakan untuk<br />
menilai <strong>kinerja</strong> manajer, karena <strong>penilaian</strong> <strong>kinerja</strong> memaksa setiap manajer bertindak<br />
sesuai dengan ukuran yang ditetapkan dalam kriteria <strong>kinerja</strong>.<br />
Dalam menetapkan kriteria <strong>kinerja</strong> manajer berbagai faktor berikut ini perlu<br />
dipertimbangkan :<br />
1. Dapat diukur atau tidaknya kriteria<br />
2. Rentang waktu sumber daya dan biaya<br />
3. Bobot yang dipertimbangkan atas kriteria<br />
4. Tipe kriteria yang digunakan dan aspek prilaku yang ditimbulkan<br />
Ad.1. Dapat diukur atau tidaknya kriteria<br />
Tidak semua <strong>kinerja</strong> dapat diukur secara kuantitatif. Keunggulan produk<br />
dipasar, pemanfaatan sumber daya manusia, kekompakan tim, kepatuhan<br />
perusahaan terhadap semua peraturan kemasyarakatan merupakan ukuran<br />
<strong>kinerja</strong> yang bersifat jangka panjang dan sulit untuk diukur secara kuantitatif.<br />
Hal ini berbeda dengan ukuran kemampuan unit organisasi dalam<br />
menghasilkan laba dengan mudah dapat diukur secara kuantitatif. Biasanya<br />
<strong>kinerja</strong> yang dengan mudah dapat diukur secara kuantitatif akan memperoleh<br />
perhatian yang lebih besar dari manajemen puncak. Padahal meskipun secara<br />
kuantitatif sulit untuk diukur, <strong>kinerja</strong> yang bersangkutan dengan keunggulan<br />
produk di pasar, pemanfaatan sumter daya manusia, dan lain-lain tersebut<br />
diatas sama pentingnya dengan <strong>kinerja</strong> yang dapat diukur dengan mudah<br />
secara kuantitatif. Jika suatu <strong>kinerja</strong> lebih diperhatikan atau diberi bobot lebih<br />
oleh manajemen puncak, para manajer akan memusatkan usahanya pada<br />
© 2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 7
pencapaian sasaran yang diukur <strong>kinerja</strong>nya dan memberi perhatian yang<br />
kurang terhadap yang lain.<br />
Ad.2. Rentang waktu sumber daya dan biaya<br />
Sumber daya yang dikorbankan untuk mencapai sasaran tertentu seringkali<br />
memiliki rentang waktu jangka panjang untuk menghasilkan manfaat bagi<br />
perusahaan<br />
Ad.3. Bobot yang diperhitungkan atas kriteria<br />
Manajer yang dinilai <strong>kinerja</strong>nya akan memiliki kecenderungan untuk<br />
mengerahkan usahanya menuju pencapaian sesuatu yang diberi bobot besar<br />
dalam <strong>penilaian</strong> <strong>kinerja</strong>. Jika misalnya manajemen puncak memberi bobot<br />
besar atas kriteria yang bersifat jangka pendek seperti kemampuan unit<br />
organisasi dalam menghasilkan laba dan pangsa pasar jangka pendek, maka<br />
hal ini akan membuat para manajer yang dinilai <strong>kinerja</strong>nya akan menahan diri<br />
dari tindakan atau prilaku yang dapat membahayakan kemungkinan<br />
pencapaian tujuan laba dan pangsa pasar jangka pendek<br />
3. Pengukuran Kinerja sesungguhnya<br />
Setelah seorang manajer ditetapkan bagian atau aktifitas yang menjadi daerah<br />
wewenangnya dan ditetapkan pula kriteria dalam menjalankan bagian atau dalam<br />
melaks:anakan aktifitasnya, langkah berikutnya dalam <strong>penilaian</strong> <strong>kinerja</strong> adalah<br />
melakukan pengukuran hasil sesungguhnya bagian atau aktifitas yang menjadi<br />
daerah wewenang manajer tersebut. Meskipun pengukuran <strong>kinerja</strong> tampaknya<br />
objektif, bersifat repetitif dan merupakan kegiatan yang rutin, namun pengukuran<br />
<strong>kinerja</strong> itu sendiri seringkali memicu timbulnya prilaku yang tidak semestinya.<br />
PeriJaku yang tidak seharusnya muncul dalam pengukuran <strong>kinerja</strong> adalah :<br />
1. Perataan (smothing)<br />
2. Pencondongan (biasing)<br />
3. Permainan (gaming)<br />
4. Penonjolan dan pelanggaran aturan (focusing and illegal act)<br />
Ad.1. Perataan (smothing)<br />
Perataan meliputi semua kegiatan yang digunakan oleh manajer untuk<br />
mempengaruhi arus data dengan cara mempercepat atau menunda pesan<br />
yang disampaikan kepada manajer atasnya. Perataan di!akukan dengan cara<br />
mengirim pesan dalam periode sekarang mengenai peristiwa yang terjadi<br />
dalam periode yang akan datang atau menunda pengiriman pesan mengenai<br />
peristiwa sekarang sampai dengan periode yang akan datang. Informasi<br />
pendapatan dan biaya biasanya merupakan informasi yang menjadi objek<br />
perataan untuk memenuhi kepentingan pribadi manajer yang diukur<br />
<strong>kinerja</strong>nya.<br />
Ad.2. Pencondongan (biasing)<br />
Perilaku tidak semestinya yang lain yang kemungkinan timbul dalam proses<br />
pengukuran <strong>kinerja</strong> sesungguhnya adalah pencondongan, yang merupakan<br />
metode manipulasi data yang digunakan oleh manajer dengan memilih pesan<br />
diantara berbagai rangkaian pesan yang mungkin dihasilkan, yang<br />
kemungkian menghasilkan gambaran yang paling menguntungkan bagi<br />
<strong>kinerja</strong> manajer tersebut. Jika kemungkinan untuk memilih, manajer<br />
cenderung akan memilih metode akuntansi yang memberikan gambaran yang<br />
paling baik bagi manajer.<br />
Ad.3. Permainan ( gaming)<br />
Manipulasi hasil kerja dapat pula dilaksanakan dengan memanfaatkan<br />
berbagai aspek hubungan antara atasan dengan bawahannya. Permainan<br />
adalah perilaku pengirim pesan yang bertindak untuk menyebabkan pesan<br />
© 2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 8
yang diinginkan yang seharusnya dikirim. Jika misalnya manajer atas<br />
menetapkan aturan main dalam pengukuran <strong>kinerja</strong> seperti target laba, biaya<br />
standar, aturan untuk pendistribusian penghargaan, manajer bawahnya<br />
kemudian memilih satu diantara altematif tindakan<br />
yang mungkin dilaksanakan, yang menghasilkan dampak yang paling<br />
menguntungkan bagi dirinya. Permainan ini dapat dicegah dengan mengukur<br />
<strong>kinerja</strong> manajer tidak dengan kriteria tunggal tapi dengan kriteria beragam<br />
(multiple creteria) atau kriteria gabungan (composite criteria)<br />
Ad.4. Penonjolan dan tindakan meianggar aturan<br />
Cara lain yang digunakan olell manajer yang mengirim pesan tentang ukuran<br />
<strong>kinerja</strong>nya agar sesuai dengan kebutuhan pribadinya adalah penonjolan den<br />
tindakan melanggar aturan. Penonjolan terjadi dengan cara menonjolkan<br />
pesan yang<br />
menguntungkan diri pengirim pesan dan menyembunyikan pesan yang tidak<br />
menguntungkan dirinya. Prilaku ini seringkali terjadi jika perusahaan<br />
menggunakan kriteria beragam untuk pengukuran <strong>kinerja</strong>. Penonjolan dapat<br />
berupa pemalsuan data yang digunakan untuk pengukuran <strong>kinerja</strong> jika<br />
manajer tidak dapat mencapai target yang telah ditetapkan atau manajer<br />
dapat membatasi keluaran bagiannya untuk menghindari dinaikkannya target<br />
keluaran dimasa yang akan datang atau karyawan yang sangat produktif<br />
ditekan oleh rekan sekerjanya untuk mengurangi kecepatan kerjanya.<br />
Penonjolan sering berbentuk pelanggaran aturan perusahaan atau bahkan<br />
pelanggaran hukum. Misalnya untuk memberikan gambaran profitabilitas<br />
perusahaan kepada calon kreditur atau investor, manajemen perusahaan<br />
memalsukan angka-angka pendapatan dan biaya.<br />
Tahap Penilaian<br />
1. Pembandingan <strong>kinerja</strong> sesungguhnya dengan sasaran yang telah ditetapkan<br />
sebelumnya<br />
Dalam evaluasi <strong>kinerja</strong>, hasil pengukuran <strong>kinerja</strong> secara periodik kemudian<br />
dibandingkan dengan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Informasi<br />
penyimpangan <strong>kinerja</strong> sesungguhnya dari sasaran yang telah ditetapkan<br />
diumpanbalikkan dalam laporan <strong>kinerja</strong> kepada manajer yang bertangungjawab<br />
untuk menunjukkan efisiensi dan efektifitas <strong>kinerja</strong>.<br />
Laporan <strong>kinerja</strong> harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:<br />
1. Laporan <strong>kinerja</strong> untul (manajer tingkat bawah harus berisi informasi yang<br />
rinci dan laporan <strong>kinerja</strong> untuk manajer tingkat diatasnya harus berisi<br />
informasi yang lebih ringkas. Semakin tinggi jenjang manajer, semakin<br />
ringkas isi laporan <strong>kinerja</strong>nya<br />
2. Laporan <strong>kinerja</strong> berisi unsur terkendali dan unsur tidak terkendali yang<br />
disajikan secara terpisah, sehingga manajer yang bertanggung jawabatas<br />
<strong>kinerja</strong> dapat dimintai pertanggungjawaban atas unsur-unsur yang<br />
dikendalikan olehnya<br />
3. Laporan <strong>kinerja</strong> harus mencakup penyimpangan baik yang menguntungkan<br />
ataupun yang merugikan<br />
4. Laporan <strong>kinerja</strong> sebaiknya diterbitkan paling sedikit sebulan sekali<br />
5. Laporan <strong>kinerja</strong> harus disesuaikan dengan kebutuhan dan pengalaman<br />
pemakai<br />
6. Penyajian laporan <strong>kinerja</strong> sebaiknya memperhatikan kemampuan penerima<br />
dalam memahami laporan tersebut.<br />
© 2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 9
2. Penetuan penyebab timbulnya penyimpangan <strong>kinerja</strong> sesungguhnya dari yang<br />
ditetapkan dalam standar<br />
Penyimpangan <strong>kinerja</strong> sesungguhnya dari sasaran yang ditetapkan perlu<br />
dianalisis untuk menentukan penyebab terjadinya penyimpangan tersebut, dan<br />
dapat direncanakan tindakan untuk mengatasinya. Baik penyimpangan yang<br />
merugikan maupun yang menguntungkan memerlukan perhatian, analisis, dan<br />
penafsiran dan manajemen. Penyimpangan yang merugikan memberi tanda<br />
bahaya dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menemukan penyebab<br />
yang tepat. Penyimpangan yang menguntungkan juga memerlukan perhatian<br />
yang sama dari manajemen karena mengandung informasi yang banyak<br />
manfaatnya. Penyimpangan tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan<br />
memberikan penghargaan terhadap <strong>kinerja</strong> yang luar biasa dan untuk<br />
menunjukkan realistis atau tidaknya sasaran yang ditetapkan. Penyimpangan<br />
yang menguntungkan dapat pula menjelaskan ketidakefisienarl dibidang yang<br />
lain. Masalah yang kemungkinan timbul dalam menentukan penyebab<br />
penyimpangan adalah manajer dan bawahannya tidak bekerja sama dalam<br />
penyelidikan. Seringkali pencarian penyebab terjadinya penyimpangan dianggap<br />
sebagai upaya untuk rnencari siapa yang salah. Dalam situasi ini manajer<br />
seringkali merasa terancam, bersikap bertahan, menolak kekeurangan yang<br />
terjadi atau mencoba untuk menyalahkan orang lain. Untuk rnenghindari situasi<br />
seperti ini para manajer harus diyakinkan bahwa proses evaluasi adalah mencari<br />
penyebab yang ditujukan untuk memecahkan masalah masa yang akan datang<br />
dan bukan mencari siapa yang salah atas hasil yang tidak menguntungkan<br />
dimasa yang lalu.<br />
3. Penegakkan perilaku yang diinginkan dan tindakan yang digunakan untuk<br />
mendegah perilaku yang tidak diinginkan<br />
Tahap akhir <strong>penilaian</strong> <strong>kinerja</strong> adalah tindakan koreksi untuk menegakkan perilaku<br />
tertentu didalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Sasaran yang<br />
dicapai dengan menggunakan perilaku tidak seperti yang diinginkan bukan<br />
merupakan tujuan <strong>penilaian</strong> <strong>kinerja</strong>. Perilaku merupakan tindakan orang untuk<br />
memproduksi hasil.<br />
Hasil merupakan petunjuk efektifitas <strong>kinerja</strong>. Organisasi harus melakukan<br />
evaluasi atas keduanya, perilaku dan hasil yang dicapai dari perilaku tersebut.<br />
Hasil dimasa yang akan datang dapat dipengaruhi oleh penegakkan perilaku yang<br />
diinginkan melalui sistem penghargaan yang didasarkan atas <strong>kinerja</strong>.<br />
Sistem akuntansi memiliki fungsi yang penting dalam evaluasi <strong>kinerja</strong> manajer<br />
dengan cara menyediakan data kuantitatif untuk menentukan bagaimana,<br />
kepada siapa, dan untuk apa penghargaan didistribusikan atau tidak<br />
didistribusikan. Sistem akuntansi juga dapat menunjukkan bidang yang<br />
didalamnya perlu diadakan perubahan perilaku untuk penyehatan dan<br />
pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang.<br />
A4. UKURAN KINERJA<br />
Terdapat tiga macam ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur <strong>kinerja</strong> secara<br />
kuantitatif yaitu :<br />
1. Ukuran kriteria tunggal (Single criterium).<br />
2. Ukuran kriteria beragam (Multiple criterium)<br />
3. Ukuran kriteria gabungan (Composite criterium)<br />
Ad.1. Ukuran kriteria tunggal ( Single criterium)<br />
Yaitu ukuran <strong>kinerja</strong> yang hanya menggunakan satu ukuran untuk menilai<br />
<strong>kinerja</strong> manajernya. Jika kriteria tunggal digunakan untuk mengukur<br />
<strong>kinerja</strong>nya, orang akan cenderung memusatkan usahanya kepada kriteria<br />
© 2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 10
tersebut sebagai akibat diabaikannya kriteria yang lain yang kemungkinan<br />
sama pentingnya dalam menentukan sukse atau tidaknya perusahaan atau<br />
bagiannya. Sebagai contoh manajer produksi diukur <strong>kinerja</strong>nya dari<br />
tercapainya target kuantitas produk yang dihasilkan dalam jangka waktu<br />
tertentu kemungkinan akan mengabaikan pertimbangan penting lainnya<br />
mengenai mutu, biaya, pemeliharaan equipment dan sumber daya manusia.<br />
Ad.2. Ukuran kriteria beragam (Multiple criterium)<br />
Yaitu ukuran <strong>kinerja</strong> yang menggunakan berbagai macam ukuran dalam<br />
menilai <strong>kinerja</strong> manajernya. Kriteria ini merupakan cara untuk mengatasi<br />
kelemahan kriteria tunggal dalam pengukuran <strong>kinerja</strong>. Berbagai aspek <strong>kinerja</strong><br />
manajer dicari ukuran kriterianya sehingga seorang manajer diukur<br />
<strong>kinerja</strong>nya dengan berbagai kriteria. Tujuan penggunaan kriteria ini adalah<br />
agar manajer yang diukur <strong>kinerja</strong>nya mengerahkan usahanya kepada<br />
berbagai <strong>kinerja</strong>. Contohnya manajer divisi suatu perusahaan diukur<br />
<strong>kinerja</strong>nya dengan berbagai kriteria antara lain profitabilitas, pangsa pasar,<br />
produktifitas, pengembangan karyawan, tanggung jawab masyarakat,<br />
keseimbangan antara sasaran jangka pendek dan sasaran jangka panjang.<br />
Karena dalam ukuran kriteria beragan tidak ditentukan bobot tiap-tiap <strong>kinerja</strong><br />
untuk menentukan <strong>kinerja</strong> keseluruhan manajer yang diukur <strong>kinerja</strong>nya,<br />
maka manajer akan cenderung mengarahkan usahanya, perhatian, dan<br />
sumber daya perusahaannya kepada kegiatan yang menurut persepsinya<br />
menjanjikan perbaikan yang terbesar <strong>kinerja</strong>nya secara keseluruhan. Tanpa<br />
ada penentuan bobot resmi tiap aspek <strong>kinerja</strong> yang dinilai didalam menilai<br />
<strong>kinerja</strong> menyeluruh manajer, akan mendorong manajer yang diukur<br />
<strong>kinerja</strong>nya menggunakan pertimbangan dan persepsinya masing-masing<br />
didalam memberikan bobot terhadap beragan kriteria yang digunakan untuk<br />
menilai <strong>kinerja</strong>nya.<br />
Ad.3. Ukuran kriteria gabungan (Composite criterium)<br />
Yaitu ukuran <strong>kinerja</strong> yang menggunakan berbagai macam ukuran<br />
memperhitungkan bobot masing-masing ukuran dan menghitung rata-ratanya<br />
sebagai ukuran menyeluruh <strong>kinerja</strong> manajernya. Karena disadari bahwa<br />
beberapa tujuan lebih panting bagi perusahaan secara keseluruhan<br />
dibandingkan dengan tujuan yang lain, beberapa perusahaan memberikan<br />
bobot angka tertentu kepada beragan kriteria <strong>kinerja</strong> untuk mendapatkan<br />
ukuran tunggal <strong>kinerja</strong> manajer, setelah memperhitungkan bobot beragam<br />
kriteria <strong>kinerja</strong> masing-masing. Contohnya diumpamakan seorang manajer<br />
divisi diukur <strong>kinerja</strong>nya dari dua unsur yaitu profitabilitas dan pangsa pasar.<br />
Bobot <strong>kinerja</strong> profitabilitas ditetapkan sebesar 4 dan untuk pangsa pasar<br />
ditetapkan 6. Misalkan ukuran <strong>kinerja</strong> profitabilitas dan pangsa pasar<br />
menggunakan nilai yang berkisar 0 s/d 10. Manajer divisi A yang memperoleh<br />
nilai 8 untuk profitabilitas dan 6 untuk pangsa pasar, akan memperoleh<br />
ukuran kriteria gabungan sebesar 20 dan akan dihitung serta digambarkan<br />
sebagai berikut :<br />
Nilai Bobot Nilai x Bobot<br />
Profitabilitas 8 4 32,00<br />
Pangsa Pasar 6 6 36,00<br />
Jumlah - 10 68,00<br />
Ukuran kriteria gabungan - - 6,80<br />
© 2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 11
DAFTAR PUSTAKA<br />
Anthony, Robert N., Dearden, John., dan Bedford, Norton M. (1996). Sistem<br />
Pengendalian Manajemen. (Edisi kelima). Jakarta: Penerbit Erlangga<br />
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1997 ). Kamus Besar Bahasa Indonesia.<br />
Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (Edisi<br />
kedua). Jakarta: Penerbit Balai Pustaka<br />
Helfert, Erich A (1996). Tehnik Analisis Keuangan: Petunjuk praktis untuk mengelola<br />
dan mengukur <strong>kinerja</strong> perusahaan. (Edisi kedelapan). Jakarta: Penerbit<br />
Erlangga<br />
_____________(1993). Analisa Laporan Keuangan .(Edisi ketujuh). Jakarta:<br />
Penerbit Erlangga<br />
Mulyadi (1997). Akuntansi Manajemen: Konsep, manfaat dan rekayasa. (Edisi<br />
kedua). Yokyakarta : Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi<br />
YKPN<br />
Polimeni, Ralp S., Fabozzi, Frank J., Adelberg, Arthur H .(1988). Akuntansi Biaya:<br />
Konsep dan aplikasi untuk pengmbilan keputusan manajerial. (Edisi<br />
kedua). Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga<br />
Supriyono, R.A (1989). Akuntansi Manaiemen 2 : Struktur pengendalian manajemen<br />
(Edisi pertama). Yokyakarta : BPFE UGM<br />
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian (1989). Metode Penilaian Survai (Edisi revisi).<br />
Jakarta: LP3ES<br />
Usry, Milton F dan Hammer, Lawrence H (1994). Akuntansi Biaya: Perencanaan dan<br />
pengendalian (Edisi Kesepuluh). Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga<br />
Weston, Fred J and Brigham, F, Eugene (1993). Dasar-Dasar Manajemen<br />
Perusahaan. (Edisi kesembilan). Jilid I. Penerbit Erlangga<br />
Wilson, James D dan Campbell, John B (1990). Controllership. Tugas akuntan<br />
manajemen. (Edisi ketiga). Jakarta: Penerbit Erlangga.<br />
© 2003 Digitized by <strong>USU</strong> digital library 12