Majalah-OJK-2
Majalah-OJK-2
Majalah-OJK-2
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
08<br />
INSPIRASI<br />
Prinsipnya saya ingin<br />
meninggalkan legacy yang<br />
baik. Seperti juga saya ingin<br />
meninggalkan legacy yang<br />
baik di <strong>OJK</strong>. Jadi di setiap<br />
tempat memang saya ingin<br />
meninggalkan legacy yang baik.<br />
Rahmat Waluyanto<br />
Tempat dan Tanggal Lahir<br />
Lampung, 3 Oktober 1956<br />
Pendidikan<br />
(1983) Universitas Gajah Mada - Sarjana Akuntansi<br />
(1992) University of Denver, Colorado, AS – Master of<br />
Business Administration<br />
(1997) University of Birmingham, UK - Doktoral di<br />
Fakultas Akuntansi dan Keuangan<br />
Karir<br />
(1985 - 1988) Staf Direktorat Pengawasan BUMN<br />
(1988 - 1993) Kepala Seksi Direktorat Institusi<br />
Keuangan dan Akuntansi<br />
(1999 - 2000) Kepala Sub-direktorat di Kantor<br />
Direktorat Pengawasan Akuntan dan<br />
Penilai<br />
(2000 - 2001) Koordinator Divisi Manajemen Kas<br />
di Kantor Direktorat Jenderal untuk<br />
Institusi Keuangan<br />
(2001 - 2004) Kepala Departmen Manajemen<br />
Portofolio di Kantor Manajemen Obligasi<br />
Negara<br />
(2004 - 2005) Kepala Sub-direktorat untuk Divisi<br />
Manajemen Portofolio dan Risiko<br />
(2005 - 2006) Direktur Manajemen Penjaminan<br />
utang Negara di Direktorat Jenderal<br />
Perbendaharaan<br />
(2005 - 2012) Komisaris PT Polytama Propindo<br />
(2007 - 2012) Komisaris PT PLN<br />
(2007 - 2012) Komisaris PT Kliring Penjaminan Efek<br />
Indonesia<br />
(2008) Deputi Gubernur International Monetary<br />
Fund<br />
(2009 - 2012) Dirjen Pengelolaan Utang Negara<br />
Kementerian Keuangan<br />
(2012 - Kini) Wakil Ketua Dewan Komisioner <strong>OJK</strong><br />
berbahaya.<br />
Waktu itu likuiditas di dalam negeri kering. Kalau pemerintah<br />
menerbitkan bond, akan terjadi crowding out. Artinya<br />
pembiayaan swasta akan terdesak karena pemerintah akan<br />
masuk ke pasar dalam jumlah besar waktu. Sementara jika<br />
pemerintah memaksa menerbitkan bond maka yield akan<br />
semaking tinggi, harga turun, biaya bunga utang membengkak<br />
dan membebani APBN.<br />
Akhirnya Rahmat dan tim di Debt Management Office<br />
waktu itu memutuskan untuk menerbitkan obligasi di pasar<br />
internasional sebesar 3 miliar dollar AS. “Tetapi orang pada<br />
menertawakan saya, karena dalam situasi krisis seperti ini<br />
berani-beraninya menjual bond di pasar internasional,” kisah<br />
Rahmat.<br />
Namun bagi dia saat itu adalah bagaimana agar APBN itu<br />
aman dengan ongkos berapapun. Oleh karena itu, meski<br />
harus membayar yield 11,75 persen waktu itu, dan dikritik<br />
publik karena terlalu mahal, Rahmat berhasil menghindarkan<br />
anggaran negara dari risiko kehilangan kepercayaan dari pasar<br />
dan investor.<br />
Terbukti keputusan pemerintah waktu itu relatif berhasil<br />
karena akhirnya kepercayaan dari investor pulih, dan<br />
anggaran pemerintah aman. Bahkan di tahun 2009,<br />
pemerintah justru bisa melakukan penghematan atas<br />
pembayaran bunga utang di APBN.<br />
Pengorbanan yang dilakukannya dalam mempersiapkan<br />
penawaran obligasi internasional yang pertama kali bagi<br />
Indonesia terasa tidak sia-sia. “Tekanan yang begitu besar saat<br />
itu memaksa saya kadang harus pulang larut, tanpa ganti baju,<br />
dasi, langsung tertidur di sofa. Ketika bangun ternyata sudah<br />
pagi dan pakaian kerja masih melekat,” cerita Rahmat.<br />
Apa yang sudah dikerjakannya itu merupakan buah dari<br />
prinsip hidupnya selama ini, yaitu selalu berupaya untuk<br />
tidak gagal. “Saya orang yang punya kuping tipis. Saya tidak<br />
mau mendengar orang mengatakan saya gagal. Saya tidak<br />
bisa melihat kenyataan kalau saya adalah orang yang gagal.<br />
Itu yang memotivasi saya untuk tidak boleh gagal. Apakah<br />
berhasilnya sejauh mana, itu saya tidak tahu, tetapi tidak