Majalah-OJK-2
Majalah-OJK-2
Majalah-OJK-2
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
06<br />
INSPIRASI<br />
Rahmat dan Spirit<br />
Tak Mau Gagal<br />
“Saya orang yang punya kuping tipis. Saya<br />
tidak mau mendengar orang mengatakan<br />
saya gagal. Saya tidak bisa melihat<br />
kenyataan kalau saya adalah orang yang<br />
gagal. Itu yang memotivasi saya untuk<br />
tidak boleh gagal.”<br />
ntaian kata-kata itu<br />
awalnya merupakan<br />
U penyemangat bagi seorang<br />
Rahmat Waluyanto<br />
muda begitu menginjakkan kakinya di<br />
dunia nyata. Dan kata-kata itu mulai<br />
menemukan momentumnya sejak dia<br />
memasuki dunia kerja.<br />
Selepas menuntaskan kuliah strata satu<br />
di Universitas Gadjah Mada, Rahmat<br />
memutuskan untuk mendaftarkan<br />
diri pada Kementerian Keuangan yang<br />
pada medio 80-an tengah membuka<br />
lowongan.<br />
Pilihan itu bukan tanpa sebab.<br />
Terbukanya kesempatan untuk<br />
melanjutkan jenjang pendidikan ke<br />
tingkat yang lebih tinggi menjadi alasan<br />
Rahmat memilih Kementerian Keuangan<br />
sebagai tempat meniti karier. Padahal<br />
dengan bekal lulusan akuntansi, ia bisa<br />
saja memilih bidang lain, yang saat itu<br />
banyak dibutuhkan perusahaan swasta<br />
besar di bidang perminyakan dan<br />
tambang.<br />
Selain itu, sejak di bangku sekolah<br />
menengah, Rahmat sering membaca<br />
novel tentang petualangan orang<br />
Indonesia yang sekolah di luar negeri<br />
dan terobsesi untuk sekolah ke luar<br />
negeri. “Kelihatannya orang kalau hidup<br />
di luar negeri itu menyenangkan. Jadi<br />
saya punya cita-cita untuk sekolah di<br />
luar negeri,” cerita Rahmat.<br />
Keputusannya itu boleh dibilang<br />
tak keliru. Beberapa tahun setelah<br />
menjadi pegawai Kementerian<br />
Keuangan –dulu Departemen Keuangan,<br />
Rahmat kemudian mendaftar untuk<br />
mendapatkan beasiswa Master.<br />
Pada awal 90-an, pria yang lahir dan<br />
menghabiskan masa kanak-kanak di<br />
Lampung ini berangkat ke Amerika<br />
Serikat untuk menempuh studi di<br />
University of Denver, Colorado,<br />
untuk merengkuh Master of Business<br />
Administration.<br />
Tampaknya keinginan kuat belajar sudah<br />
menjadi obsesinya. Selepas mendapatkan<br />
gelar Master pada 1992, dia pun<br />
melanjutkan pendidikannya ke Inggris<br />
tepatnya di University of Birmingham,<br />
untuk mengambil gelar Doktoral di<br />
Fakultas Akuntansi dan Keuangan.<br />
Ketika menamatkan studinya itu,<br />
berbarengan dengan krisis ekonomi<br />
yang mulai memercik. Rahmat pun<br />
dilanda kebingungan karena merasa<br />
beban hidupnya bertambah berat.<br />
“Pulang studi di tahun 1997, itu masih<br />
krisis dan keadaan yang sangat sulit.<br />
Bagaimana saya harus membiayai<br />
keluarga, sementara gaji PNS saat itu<br />
sangat kecil. Saya down,” tutur Rahmat.<br />
Namun demikian, lelaki yang memulai<br />
karier sebagai staf di Direktorat<br />
Pengawasan BUMN itu merasa bahwa<br />
inilah tantangan awal yang harus<br />
dihadapi pasca selesai belajar di luar<br />
negeri.<br />
“Saya pun berpikir, saya tidak boleh<br />
gagal. Saya pun memilih untuk mengajar<br />
di tujuh tempat. Lumayan, ketika itu<br />
kalau ditotal bisa mendapat penghasilan<br />
tambahan Rp15 juta, itu tahun 1997-<br />
1998.”<br />
Sejak itu, tantangan memang seperti<br />
teman karib bagi lelaki kelahiran 3