25.01.2015 Views

Majalah-OJK-2

Majalah-OJK-2

Majalah-OJK-2

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

NOVEMBER 2013 TH. I EDUKASI KONSUMEN 49<br />

Eksekutif Pengawas Pasar Modal <strong>OJK</strong><br />

telah menetapkan Surat Edaran (SE)<br />

<strong>OJK</strong> Nomor 01/SE<strong>OJK</strong>.04/2013 yang<br />

menetapkan “Kondisi lain sebagai<br />

kondisi pasar yang berfluktuasi secara<br />

signifikan”.<br />

SE ini sebagaimana dimaksud dalam<br />

Pasal 1 angka 1 huruf b Peraturan<br />

<strong>OJK</strong> Nomor 2/P<strong>OJK</strong>.04/2013 tentang<br />

Pembelian Kembali Saham yang<br />

Dikeluarkan oleh Emiten atau<br />

Perusahaan Publik dalam Kondisi Pasar<br />

Yang Berfluktuasi Secara Signifikan.<br />

Sebagaimana diketahui, sebelum SE<br />

tersebut dikeluarkan, sejak 20 Mei<br />

2013 sampai 27 Agustus 2013 terjadi<br />

penurunan IHSG sebesar 1.247,134<br />

poin (23,91 persen). Kondisi inilah<br />

yang ditetapkan sebagai “kondisi lain”<br />

sebagaimana dimaksud Pasal 1 angka 1<br />

huruf b P<strong>OJK</strong> Nomor 2/P<strong>OJK</strong>.04/2013.<br />

Ketentuan dalam SE <strong>OJK</strong> ini mulai<br />

berlaku pada 27 Agustus 2013 sampai<br />

dengan tanggal dicabutnya SE tersebut.<br />

<strong>OJK</strong> akan memantau aksi pembelian<br />

saham kembali (buybuck) oleh sejumlah<br />

emiten. Wasit pasar modal ini akan<br />

memberikan sanksi jika terbukti ada<br />

yang melakukan pelanggaran.<br />

Salah satu isu pelanggaran terkait<br />

buyback ini adalah penentuan harga<br />

pembelian kembali saham. Dalam<br />

P<strong>OJK</strong> Nomor 2 ini, tidak diatur secara<br />

detil mengenai harga buybuck. Namun,<br />

sebelum mengeksekusi aksi korporasi ini,<br />

emiten wajib memberikan keterbukaan<br />

informasi, salah satunya mengenai<br />

pembatasan harga saham buyback.<br />

Di bawah aturan ini emiten bebas<br />

melakukan buyback tanpa harus<br />

menggelar RUPS. Dengan aturan tanpa<br />

RUPS ini <strong>OJK</strong> berharap, kepercayaan<br />

diri pelaku pasar meningkat sehingga<br />

memicu aksi beli.<br />

Ini berbeda dengan aturan<br />

sebelumnya, yakni Peraturan Badan<br />

Pengawas Pasar Modal dan Lembaga<br />

Keuangan (Bapepam-LK) Nomor<br />

XI B2 tentang Pembelian Kembali<br />

Saham Yang Dikeluarkan oleh<br />

Emiten atau Perusahaan Publik. Belied<br />

ini mengharuskan emiten untuk<br />

memperoleh persetujuan RUPS terlebih<br />

dahulu sebelum buyback.<br />

Selain itu, juga ada aturan main<br />

mengenai ketentuan harga buyback.<br />

Isinya, harga penawaran untuk membeli<br />

kembali saham harus lebih rendah<br />

atau sama dengan harga perdagangan<br />

sebelumnya.<br />

Nurhaida, Kepala Eksekutif Pengawas<br />

Pasar Modal <strong>OJK</strong> mengatakan, pihaknya<br />

akan intensif memeriksa laporan<br />

kegiatan buyback setiap emiten. “Jika<br />

terjadi pelanggaran, tentu akan kami<br />

kenakan sanksi,” ujarnya.<br />

Adapun sanksi yang diberikan akan<br />

disesuaikan dengan pelanggaran yang<br />

dilakukan. Bisa berupa peringatan<br />

tertulis, denda atau dipaksa melepas<br />

kembali saham yang telah di-buyback.<br />

Bila ditilik, peraturan buyback yang<br />

dikeluarkan <strong>OJK</strong> ini merupakan<br />

kebijakan yang tepat dan cepat.<br />

Maklumlah, krisis dan guncangan di<br />

sektor keuangan global berulang-ulang<br />

kali terjadi dan dalam siklus yang makin<br />

lama makin singkat. Indonesia, pasca<br />

krisis 98 juga mengalami turbulensi<br />

sektor keuangan yang merupakan imbas<br />

dari pasar keuangan global, terutama<br />

Amerika Serikat.<br />

Dan tahun ini, guncangan itu pun<br />

menghampiri pasar modal nasional.<br />

IHSG berfluktuasi cukup tajam, bahkan<br />

sempat menyentuh di bawah level<br />

3.900. Disinilah taji <strong>OJK</strong> mulai diuji.<br />

Menghadapi situasi itu, otoritas langsung<br />

meresponnya dengan mengeluarkan<br />

aturan yang memberikan kemudahan<br />

bagi emiten atau perusahaan publik<br />

untuk membeli kembali sahamnya<br />

(buyback) untuk mengurangi kerugian.<br />

Buyback sejatinya untuk menahan<br />

penurunan harga. Kalau di bawah 15<br />

persen efeknya akan berkurang. Kalau<br />

di atas 20 persen makin bagus. Semakin<br />

banyak yang buyback, maka akan<br />

semakin berpengaruh terhadap kondisi<br />

pasar Indonesia.<br />

Meski belum terlalu signifikan, namun<br />

kebijakan buyback dari <strong>OJK</strong> ini cukup<br />

efektif menahan kejatuhan bursa.<br />

Setidaknya, dua hari berturut-turut<br />

setelah dikeluarkan kebijakan ini, bursa<br />

kembali ke zona hijau. IHSG mulai<br />

menguat, naik 77,12 poin (1,92 persen) ke<br />

posisi 4/103,59. Sehari sebelumnya IHSG<br />

juga menguat 58,63 poin ke 4.026,48.<br />

<strong>OJK</strong> akan intensif<br />

memeriksa laporan<br />

kegiatan buyback setiap<br />

emiten. Jika terjadi<br />

pelanggaran, tentu akan<br />

kami kenakan sanksi.<br />

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal<br />

Nurhaida<br />

Pendeknya, seperti diakui pengamat,<br />

pelaku dan otoritas bursa, langkah ini<br />

merupakan bukti pemerintah sudah<br />

melakukan upaya menyelamatkan pasar<br />

modal. Selain itu, kebijakan ini sukses<br />

memberikan sinyal positif kepada pelaku<br />

pasar bahwa pemerintah selalu waspada.<br />

Karena itu otoritas pasar modal akan<br />

terus menyosialisasikan kabijakan baru<br />

ini kepada emiten untuk dimanfaatkan.<br />

Beberapa emiten atau perusahaan<br />

publik nampaknya juga masih mengkaji<br />

secara internal, sehingga kebijakan ini<br />

belum berdampak banyak. Emiten harus<br />

menghitung berapa kebutuhan buyback<br />

yang dilakukan, dan ini tergantung<br />

setiap individu.<br />

“Suatu kebijakan itu tidak bisa langsung,<br />

begitu diterapkan besoknya langsung<br />

berefek,” ucap Kepala Divisi Stabilitas<br />

Sistem Keuangan <strong>OJK</strong>, Harry Tangguh.<br />

“Intervensi <strong>OJK</strong> hanya bisa melalui<br />

peraturan, tapi kan tidak mungkin<br />

mengubah secara terus-menerus, begitu<br />

ada masalah bikin peraturan lagi, terus<br />

diubah lagi, nanti dibilang plin-plan,”<br />

sambung Harry. /Tim EPK<br />

www.ojk.go.id

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!