Majalah-OJK-2
Majalah-OJK-2
Majalah-OJK-2
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
34<br />
FOKUS PERBANKAN<br />
BTN menggandeng Bank<br />
Simpanan Nasional<br />
Malaysia (BSNM), salah<br />
satu bank asal negeri<br />
jiran, untuk belajar<br />
mengenai branchless<br />
banking.<br />
Direktur Utama BTN<br />
Maryono<br />
Bila Bank Mandiri berguru sampai ke<br />
Afrika Timur, Bank Tabungan Negara (BTN)<br />
menggandeng salah satu bank asal negeri<br />
jiran, Bank Simpanan Nasional Malaysia<br />
(BSNM) untuk belajar mengenai branchless<br />
banking.<br />
Direktur Utama BTN Maryono mengatakan,<br />
melalui kerja sama ini perseroan akan<br />
belajar model layanan branchless banking<br />
yang telah diterapkan di Malaysia. “Karena<br />
BSNM dalam waktu setahun lebih bisa<br />
mengembangkan 4500 agen banking, dan<br />
kontribusinya besar bagi mereka, model ini<br />
yang akan kita pelajari,” ujarnya.<br />
Saat ini perseroan telah melakukan uji<br />
coba branchless banking di Jawa Tengah<br />
dengan produk Tabungan Cermat dan<br />
menggunakan mesin EDC (electronic data<br />
capture). Produk yang diberlakukan dalam<br />
uji coba tersebut merupakan embrio<br />
yang akan dikembangkan menjadi produk<br />
branchless banking. Dengan produk tersebut,<br />
nasabah dapat melakukan penarikan dan<br />
penyetoran.<br />
Ke depan, BTN berencana mengembangkan<br />
layanan untuk pembayaran tagihan<br />
KPR (Kredit Kepemilikan Rumah). Saat<br />
ini nasabah Tabungan Cermat telah<br />
mencapai 140 ribu “Kita pakai EDC tidak<br />
pakai telepon, jadi tabungan tanpa buku.<br />
Pengembangannya ke depan kita akan lihat<br />
peraturan dari BI,” tutur Maryono.<br />
Sepanjang proses uji coba yang berlangsung<br />
sejak Mei hingga November 2013, BI<br />
mencatat beberapa kendala yang dihadapi<br />
dalam penerapan layanan pembayaran atau<br />
mobile payment services (MPS).<br />
Deputi Direktur Departemen Kebijakan<br />
dan Pengawasan Sistem Pembayaran Bank<br />
Indonesia Yura A. Djalins mengatakan,<br />
kendala dialami unit perantara layanan<br />
sistem pembayaran (UPLSP) atau agent<br />
banking. Terminologi UPLSP digunakan oleh<br />
bank sentral untuk menggantikan istilah<br />
unit perantara layanan keuangan (UPLK)<br />
yang digunakan selama ini. “Kendala UPLSP<br />
adalah sinyal telekomunikasi yang lemah,”<br />
ujar Yura.<br />
Selanjutnya, nasabah juga tidak dapat<br />
dengan segera membuka rekening.<br />
Dibutuhkan waktu sekitar 1-4 hari bagi<br />
nasabah untuk dapat membuka rekening<br />
karena membutuhkan persetujuan dari<br />
bank. “Selain itu juga ada kendala masih<br />
rendahnya kesadaran masyarakat. Ini akibat<br />
edukasi yang masih rendah,” jelas Yura.<br />
Kendala lain yang dialami oleh perbankan<br />
penyelenggara MPS paling utama adalah<br />
dalam mencari UPLSP. Yura mengatakan,<br />
selama periode Mei hingga Agustus 2013,<br />
lima bank peserta uji coba MPS telah<br />
merekrut sebanyak 128 UPLSP. Transaksi<br />
yang paling banyak dilakukan adalah setoran<br />
tunai, diikuti oleh pembayaran tagihan dan<br />
terakhir transfer dana. / TIM EPK