25.01.2015 Views

Majalah-OJK-2

Majalah-OJK-2

Majalah-OJK-2

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

10<br />

Rahmat Waluyanto<br />

Tempat dan Tanggal Lahir<br />

Lampung, 3 Oktober 1956<br />

Pendidikan<br />

(1983) Universitas Gajah Mada - Sarjana<br />

Akuntansi<br />

(1992) University of Denver, Colorado,<br />

AS – Master of Business<br />

Administration<br />

(1997) University of Birmingham, UK -<br />

Doktoral di Fakultas Akuntansi<br />

dan Keuangan<br />

Karir<br />

(1985 - 1988) Staf Direktorat<br />

Pengawasan BUMN<br />

(1988 - 1993) Kepala Seksi Direktorat<br />

Institusi Keuangan dan<br />

Akuntansi<br />

(1999 - 2000) Kepala Sub-direktorat<br />

di Kantor Direktorat<br />

Pengawasan Akuntan<br />

dan Penilai<br />

(2000 - 2001) Koordinator Divisi<br />

Manajemen Kas di<br />

Kantor Direktorat<br />

Jenderal untuk Institusi<br />

Keuangan<br />

(2001 - 2004) Kepala Departmen<br />

Manajemen Portofolio<br />

di Kantor Manajemen<br />

Obligasi Negara<br />

(2004 - 2005) Kepala Sub-direktorat<br />

untuk Divisi Manajemen<br />

Portofolio dan Risiko<br />

(2005 - 2006) Direktur Manajemen<br />

Penjaminan<br />

utang Negara di<br />

Direktorat Jenderal<br />

Perbendaharaan<br />

(2005 - 2012) Komisaris PT Polytama<br />

Propindo<br />

(2007 - 2012) Komisaris PT PLN<br />

(2007 - 2012) Komisaris PT Kliring<br />

Penjaminan Efek<br />

Indonesia<br />

(2008) Deputi Gubernur<br />

International Monetary<br />

Fund<br />

(2009 - 2012) Dirjen Pengelolaan<br />

Utang Negara<br />

Kementerian Keuangan<br />

(2012 - Kini) Wakil Ketua Dewan<br />

Komisioner <strong>OJK</strong><br />

Awalnya, Rahmat mengaku tidak berniat<br />

untuk bergabung dengan lembaga<br />

yang resmi dibentuk tahun 2012 lalu.<br />

Pengalaman dan posisinya sebagai orang<br />

yang paham betul seluk-beluk obligasi<br />

negara membuatnya merasa lebih<br />

dibutuhkan di Kementerian Keuangan.<br />

Namun, karena waktu itu Menteri<br />

Keuangan Agus Martowardojo<br />

memintanya ikut seleksi anggota<br />

dewan komisioner <strong>OJK</strong>, dia pun<br />

menyanggupinya. Saat itu Menkeu –<br />

seperti diceritakan Rahmat–menganggap<br />

bahwa hubungan antara Kemkeu dan<br />

<strong>OJK</strong> itu akan sangat erat dan karenanya<br />

dibutuhkan seseorang yang bisa<br />

menjembatani keduanya.<br />

Sebagaimana diketahui, <strong>OJK</strong> dan<br />

Kemenkeu berada dalam satu atap dalam<br />

Forum Koordinasi Stabilitas Sistem<br />

Keuangan (FKSSK). Jika ada krisis, dan<br />

pemerintah harus melakukan bailout,<br />

maka Kemenkeu-lah pihak yang<br />

menginisiasi keputusan itu.<br />

“Ini salah satu pertimbangan dari<br />

Menteri keuangan bahwa salah satu<br />

Dewan Komisioner <strong>OJK</strong> harus ada<br />

yang dari kementrian keuangan. Jadi<br />

kehadiran saya di <strong>OJK</strong> diharapkan<br />

membantu dalam koordinasi dan<br />

komunikasi antara <strong>OJK</strong> dan Kementrian<br />

Keuangan,” ulas Rahmat.<br />

Sebagai orang nomor dua di institusi<br />

tersebut, tugasnya adalah mengurusi<br />

internal dan juga sebagai Ketua Komite<br />

Etik <strong>OJK</strong>. Namun demikian perannya<br />

meluas karena dia juga terlibat dalam<br />

semua pengambilan keputusan di bidang<br />

pengaturan pengawasan perbankan,<br />

pasar modal, IKNB, dan bidang edukasi<br />

dan perlindungan konsumen, hinga<br />

bidang audit risk manajemen. Dia juga<br />

menangani hal-hal internal seperti<br />

keuangan, SDM, organisasi, IT, dan<br />

hukum.<br />

Hal itu tentu menambah cakrawala<br />

pengetahuannya di sektor jasa keuangan<br />

dan berkesempatan memahami secara<br />

lebih mendalam perekonomian secara<br />

makro dan mikro. “Kalau dulu terbatas<br />

di pasar SBN, sekarang meliputi semua<br />

lembaga keuangan. Ini menempatkan<br />

saya pada posisi unik,” kata Rahmat lagi.<br />

Bahkan tak jarang, lelaki yang sempat<br />

dijuluki “Bapak Surat Utang Negara” ini<br />

juga memerlukan diri berdiskusi atau<br />

sekadar berbincang-bincang dengan<br />

pegawai dari divisi-divisi yang ada di<br />

<strong>OJK</strong>.<br />

Tak cuma itu dia juga kerap kali sengaja<br />

mendatangi pejabat di otoritas untuk<br />

bertukar pikiran di luar forum resmi.<br />

“Saya mencoba mengembangkan<br />

program yang sifatnya membangun<br />

kebersamaan, baik itu kebersamana<br />

dengan sesama di <strong>OJK</strong>, atau dengan<br />

rekan otoritas lain,” ujar Rahmat.<br />

Menurut dia, membangun kebersamaan<br />

itu penting untuk melancarkan<br />

koordinasi karena itulah yang menjadi<br />

penyebab kegagalan Financial Sector<br />

Autority di Inggris. Kegagalan di lembaga<br />

itu, kata Rahmat, bukan masalah teknis,<br />

tetapi karena hubungan pucuk pimpinan<br />

kedua lembaga, yakni FSA dan Bank<br />

Of England itu tidak baik. Sehingga<br />

mengganggu proses pelaksaann tugas<br />

masing-masing pihak.<br />

“Kami, setiap bulan melakukan deputies<br />

meeting untuk lembaga-lembaga yang<br />

tergabung dalam FKSSK. Kalau dalam<br />

UU <strong>OJK</strong> hanya mengatur pertemuan<br />

puncuk pimpinan lembaga, tetapi dalam<br />

kenyataannya kita memandang perlu<br />

melibatkan para deputi,” kata Rahmat.<br />

Meski saat ini sudah menduduki posisi<br />

strategis di lembaga strategis, Rahmat<br />

mengaku tidak banyak yang berubah<br />

dari dirinya. Kebiasaannya membantu<br />

orang-orang sekitarnya yang dinilai<br />

membutuhkan tetap dijalaninya.<br />

Malahan dia mengaku bahwa apa yang<br />

dicapainya saat ini boleh jadi adalah<br />

karena doa dari orang-orang yang<br />

pernah ditolongnya. Oleh karenanya<br />

dia akan berusaha membantu orang lain<br />

terutama orang kecil. “Doanya mereka<br />

itu luar biasa. Saya tidak mengharapkan<br />

bantuan dari mereka, cukup dengan<br />

doanya saja,” kata dia.<br />

Kini Rahmat yang merasa mulai<br />

menemukan waktu-waktu luang<br />

mencoba untuk menikmati hobinya<br />

mendengarkan alunan musik dan<br />

sesekali berjalan-jalan berdua dengan<br />

sang istri. “Kini kalau di rumah saya<br />

santai, dengar musik. Bahkan saya<br />

menikmati musik yang saya download<br />

dari Youtube, karena di situ musik-musik<br />

lawas ada videonya.” / Tim EPK

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!