2009 - Ciputra Development

2009 - Ciputra Development 2009 - Ciputra Development

ciputradevelopment.com
from ciputradevelopment.com More from this publisher
22.01.2015 Views

The original consolidated financial statements included herein are in the Indonesian language PT CIPUTRA DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Tahun yang Berakhir pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 (Disajikan dalam rupiah, kecuali dinyatakan lain) PT CIPUTRA DEVELOPMENT Tbk AND SUBSIDIARIES NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS Years Ended December 31, 2010 and 2009 (Expressed in rupiah, unless otherwise stated) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan) 2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued) j. Properti investasi (lanjutan) j. Investment properties (continued) Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus selama umur manfaat ekonomis properti investasi sebagai berikut: Depreciation is computed using the straightline method over the estimated useful lives of the investment properties as follows: Tahun/Years Tanah tidak disusutkan/not amortized Land Bangunan dan prasarana 20 - 50 Buildings and infrastructures Properti investasi dihentikan pengakuannya pada saat pelepasan atau ketika properti investasi tersebut tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat ekonomis di masa depan yang dapat diharapkan pada saat pelepasannya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian atau pelepasan properti investasi diakui dalam laporan laba rugi dalam tahun terjadinya penghentian atau pelepasan tersebut. Transfer ke properti investasi dilakukan jika, dan hanya jika, terdapat perubahan penggunaan yang ditunjukkan dengan berakhirnya pemakaian oleh pemilik, dimulainya sewa operasi ke pihak lain atau selesainya pembangunan atau pengembangan. Transfer dari properti investasi dilakukan jika, dan hanya jika, terdapat perubahan penggunaan yang ditunjukkan dengan dimulainya penggunaan oleh pemilik atau dimulainya pengembangan untuk dijual. Untuk transfer dari properti investasi ke properti yang digunakan sendiri, Perusahaan menggunakan metode biaya pada tanggal perubahan penggunaan. Jika properti yang digunakan Perusahaan menjadi properti investasi, Perusahaan mencatat properti tersebut sesuai dengan kebijakan aset tetap sampai dengan saat tanggal terakhir perubahan penggunaannya. An investment property should be derecognized upon disposal or when the investment property is permanently withdrawn from use and no future economic benefits are expected from its disposal. Gains or losses arising from the retirement or disposal of an investment property is credited or charged to operations in the year the asset is derecognized. Transfers to investment properties should be made when, and only when, there is a change in use, evidenced by the end of owneroccupation, commencement of an operating lease to another party or end of construction or development. Transfers from investment properties should be made when, and only when, there is a change in use, evidenced by the commencement of owner-occupation or commencement of development with a view to sell. For a transfer from investment properties to owner-occupied property, the Company uses the cost method at the date of change in use. If an owner-occupied property becomes an investment property, the Company shall record the investment property in accordance with the fixed assets policies up to the date of change in use. 25

The original consolidated financial statements included herein are in the Indonesian language PT CIPUTRA DEVELOPMENT Tbk DAN ANAK PERUSAHAAN CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI Tahun yang Berakhir pada Tanggal-tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 (Disajikan dalam rupiah, kecuali dinyatakan lain) PT CIPUTRA DEVELOPMENT Tbk AND SUBSIDIARIES NOTES TO THE CONSOLIDATED FINANCIAL STATEMENTS Years Ended December 31, 2010 and 2009 (Expressed in rupiah, unless otherwise stated) 2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan) 2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued) k. Kapitalisasi biaya pinjaman k. Capitalization of borrowing costs Sebelum tanggal 1 Januari 2010, biaya pinjaman dicatat berdasarkan PSAK No. 26, “Biaya Pinjaman”, yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia pada tahun 1997. Efektif tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan dan Anak Perusahaan mengadopsi PSAK No. 26 (Revisi 2008), “Biaya Pinjaman”, yang mengharuskan biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan konstruksi atau pembuatan aset kualifikasian dikapitalisasi sebagai bagian biaya perolehan aset tersebut, serta persyaratan untuk mulai mengkapitalisasi biaya pinjaman, penghentian sementara dan penghentiannya. Penerapan PSAK No. 26 (Revisi 2008) ini tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pelaporan keuangan dan pengungkapan dari Perusahaan dan Anak Perusahaan. Biaya pinjaman dibebankan pada saat terjadinya. Biaya pinjaman dikapitalisasi apabila dapat secara langsung dikaitkan dengan perolehan, pembangunan atau produksi dari aset tertentu. Kapitalisasi biaya pinjaman dimulai ketika aktivitas untuk mempersiapkan pembangunan aset untuk dipergunakan atau dijual sesuai tujuannya sedang berlangsung dan pengeluaran serta biaya pinjaman sedang terjadi. Biaya pinjaman dikapitalisasi sampai dengan aset tersebut siap digunakan sesuai tujuannya. Apabila nilai tercatat dari aset tersebut melebihi jumlah yang diharapkan dapat dipulihkan atau nilai realisasi bersih, maka diakui rugi penurunan nilai. Prior to January 1, 2010, borrowing costs were accounted based on PSAK No. 26, “Borrowing Costs”, issued by the Indonesian Institute of Accountants in 1997. Effective January 1, 2010, the Company and Subsidiaries adopted PSAK No. 26 (Revised 2008), “Borrowing Costs”, which requires capitalization of directly attributable borrowing costs to the acquisition, construction, or production of a qualifying asset, and requirements for commencement, suspension and cessation of capitalization. The adoption of PSAK No. 26 (Revised 2008) has no significant impact on the financial reporting and disclosures of the Company and Subsidiaries. Borrowing costs are generally expensed as incurred. Borrowing costs are capitalized if they are directly attributable to the acquisition, construction or production of a qualifying asset. Capitalization of borrowing costs commences when the activities to prepare the asset for its intended use or sale are in progress and the expenditures and borrowing costs are being incurred. Borrowing costs are capitalized until the assets are ready for their intended use. If the resulting carrying amount of the asset exceeds its recoverable amount or net realizable value, an impairment loss is recognized. l. Penurunan nilai aset l. Impairment of asset value Nilai yang dapat diperoleh kembali atas aset, diestimasi apabila terdapat peristiwa atau perubahan keadaan yang memberikan indikasi bahwa nilai tercatat aset mungkin tidak sepenuhnya dapat diperoleh kembali. Apabila terjadi penurunan nilai aset, maka kerugian atas penurunan nilai aset diakui pada laporan laba rugi konsolidasi tahun berjalan. The recoverable amount of an asset is estimated whenever events or changes in circumstances indicate that its carrying amount may not be fully recoverable. Impairment in asset value, if any, is recognized as a loss in the current year’s consolidated statement of income. 26

The original consolidated financial statements included herein are in<br />

the Indonesian language<br />

PT CIPUTRA DEVELOPMENT Tbk<br />

DAN ANAK PERUSAHAAN<br />

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN<br />

KONSOLIDASI<br />

Tahun yang Berakhir pada Tanggal-tanggal<br />

31 Desember 2010 dan <strong>2009</strong><br />

(Disajikan dalam rupiah, kecuali dinyatakan lain)<br />

PT CIPUTRA DEVELOPMENT Tbk<br />

AND SUBSIDIARIES<br />

NOTES TO THE CONSOLIDATED<br />

FINANCIAL STATEMENTS<br />

Years Ended<br />

December 31, 2010 and <strong>2009</strong><br />

(Expressed in rupiah, unless otherwise stated)<br />

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI (lanjutan) 2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING<br />

POLICIES (continued)<br />

k. Kapitalisasi biaya pinjaman k. Capitalization of borrowing costs<br />

Sebelum tanggal 1 Januari 2010, biaya<br />

pinjaman dicatat berdasarkan PSAK No. 26,<br />

“Biaya Pinjaman”, yang dikeluarkan oleh<br />

Ikatan Akuntan Indonesia pada tahun 1997.<br />

Efektif tanggal 1 Januari 2010, Perusahaan<br />

dan Anak Perusahaan mengadopsi PSAK No.<br />

26 (Revisi 2008), “Biaya Pinjaman”, yang<br />

mengharuskan biaya pinjaman yang dapat<br />

diatribusikan secara langsung dengan<br />

perolehan konstruksi atau pembuatan aset<br />

kualifikasian dikapitalisasi sebagai bagian<br />

biaya perolehan aset tersebut, serta<br />

persyaratan untuk mulai mengkapitalisasi<br />

biaya pinjaman, penghentian sementara dan<br />

penghentiannya.<br />

Penerapan PSAK No. 26 (Revisi 2008) ini tidak<br />

memberikan pengaruh yang signifikan<br />

terhadap pelaporan keuangan dan<br />

pengungkapan dari Perusahaan dan Anak<br />

Perusahaan.<br />

Biaya pinjaman dibebankan pada saat<br />

terjadinya. Biaya pinjaman dikapitalisasi<br />

apabila dapat secara langsung dikaitkan<br />

dengan perolehan, pembangunan atau<br />

produksi dari aset tertentu. Kapitalisasi biaya<br />

pinjaman dimulai ketika aktivitas untuk<br />

mempersiapkan pembangunan aset untuk<br />

dipergunakan atau dijual sesuai tujuannya<br />

sedang berlangsung dan pengeluaran serta<br />

biaya pinjaman sedang terjadi. Biaya pinjaman<br />

dikapitalisasi sampai dengan aset tersebut<br />

siap digunakan sesuai tujuannya. Apabila nilai<br />

tercatat dari aset tersebut melebihi jumlah<br />

yang diharapkan dapat dipulihkan atau nilai<br />

realisasi bersih, maka diakui rugi penurunan<br />

nilai.<br />

Prior to January 1, 2010, borrowing costs<br />

were accounted based on PSAK No. 26,<br />

“Borrowing Costs”, issued by the Indonesian<br />

Institute of Accountants in 1997. Effective<br />

January 1, 2010, the Company and<br />

Subsidiaries adopted PSAK No. 26 (Revised<br />

2008), “Borrowing Costs”, which requires<br />

capitalization of directly attributable borrowing<br />

costs to the acquisition, construction, or<br />

production of a qualifying asset, and<br />

requirements for commencement, suspension<br />

and cessation of capitalization.<br />

The adoption of PSAK No. 26 (Revised 2008)<br />

has no significant impact on the financial<br />

reporting and disclosures of the Company and<br />

Subsidiaries.<br />

Borrowing costs are generally expensed as<br />

incurred. Borrowing costs are capitalized if<br />

they are directly attributable to the acquisition,<br />

construction or production of a qualifying<br />

asset. Capitalization of borrowing costs<br />

commences when the activities to prepare the<br />

asset for its intended use or sale are in<br />

progress and the expenditures and borrowing<br />

costs are being incurred. Borrowing costs are<br />

capitalized until the assets are ready for their<br />

intended use. If the resulting carrying amount<br />

of the asset exceeds its recoverable amount<br />

or net realizable value, an impairment loss is<br />

recognized.<br />

l. Penurunan nilai aset l. Impairment of asset value<br />

Nilai yang dapat diperoleh kembali atas aset,<br />

diestimasi apabila terdapat peristiwa atau<br />

perubahan keadaan yang memberikan indikasi<br />

bahwa nilai tercatat aset mungkin tidak<br />

sepenuhnya dapat diperoleh kembali. Apabila<br />

terjadi penurunan nilai aset, maka kerugian<br />

atas penurunan nilai aset diakui pada laporan<br />

laba rugi konsolidasi tahun berjalan.<br />

The recoverable amount of an asset is<br />

estimated whenever events or changes in<br />

circumstances indicate that its carrying<br />

amount may not be fully recoverable.<br />

Impairment in asset value, if any, is<br />

recognized as a loss in the current year’s<br />

consolidated statement of income.<br />

26

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!