17.01.2015 Views

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Bab 3<br />

Pendapatan Negara<br />

Dalam APBNP tahun 2013, pendapatan bea masuk ditargetkan mencapai Rp30,8 triliun, naik<br />

8,4 persen dari realisasinya dalam tahun 2012. Hal ini terutama didukung oleh proyeksi impor<br />

yang diperkirakan masih cukup tinggi sepanjang tahun 2013, depresiasi nilai tukar rupiah<br />

terhadap dolar Amerika Serikat di 2013, dan extra effort dalam mengurangi penyelundupan.<br />

Pendapatan Bea Keluar<br />

Pendapatan bea keluar bersumber<br />

dari pengenaan bea keluar atas<br />

ekspor bijih mineral, kulit, kayu,<br />

biji kakao, kelapa sawit, serta CPO<br />

dan produk turunannya. Dalam<br />

periode 2008—2012 pendapatan<br />

bea keluar mengalami pertumbuhan<br />

rata-rata sebesar 11,8 persen per<br />

tahun. Realisasi pendapatan bea<br />

keluar tertinggi terjadi pada tahun<br />

2008 dan 2011, pada saat harga CPO<br />

di pasar internasional melampaui<br />

level US$1.200,0 per metrik ton.<br />

GRAFIK 3.5<br />

PERKEMBANGAN HARGA CPO INTERNASIONAL DAN PENDAPATAN BEA KELUAR, 2008−2012<br />

US$/MT<br />

1400<br />

1200<br />

1000<br />

800<br />

600<br />

400<br />

200<br />

0<br />

Hal ini disebabkan karena pendapatan bea keluar didominasi oleh bea keluar atas CPO dan<br />

produk turunannya yang memberikan kontribusi rata-rata sebesar 91,7 persen dalam periode<br />

tersebut. Oleh karena itu, faktor utama yang memengaruhi pendapatan bea keluar CPO adalah<br />

perkembangan harga CPO di pasar internasional yang menjadi harga referensi bagi penetapan<br />

tarif maupun perhitungan harga patokan ekspor (HPE) di dalam negeri.<br />

Harga CPO internasional dalam periode 2008—2012 berfluktuasi seiring dengan perkembangan<br />

permintaan CPO dunia, terutama dari negara Cina, India, dan Uni Eropa. Harga CPO tertinggi<br />

terjadi pada awal tahun 2008 dan 2011. Pada kurun waktu tersebut, harga CPO di pasar<br />

internasional melampaui level US$1.200/metrik ton (MT). Sementara itu, harga terendah<br />

terjadi pada tahun 2009 pada saat terjadi krisis global, yaitu pada level di bawah US$200/MT.<br />

Perkembangan harga CPO dan pendapatan bea keluar pada periode 2008—2012 dapat dilihat<br />

pada Grafik 3.5.<br />

Dalam tahun 2013, pendapatan bea keluar diperkirakan hanya mencapai Rp17,6 triliun, atau<br />

turun 17,1 persen dari realisasinya dalam tahun 2012. Jumlah tersebut terdiri atas pendapatan<br />

bea keluar CPO dan turunannya sebesar Rp11,1 triliun, pendapatan bea keluar atas bijih<br />

mineral sebesar Rp6,1 triliun, dan pendapatan bea keluar atas produk lainnya sebesar Rp0,4<br />

triliun. Faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan bea keluar tahun 2013 antara lain<br />

(a) terjadinya kecenderungan penurunan harga CPO internasional yang diperkirakan mencapai<br />

rata-rata sebesar US$817/MT sehingga tarif BK CPO diperkirakan rata-rata mencapai sebesar<br />

10,5 persen; dan (b) kebijakan penghiliran industri kelapa sawit yang ditujukan untuk<br />

meningkatkan daya saing produk turunan CPO nasional, sehingga berdampak pada perubahan<br />

komposisi kontribusi ekspor CPO terhadap total ekspor CPO dan turunannya (lihat dalam<br />

Grafik 3.6). Penurunan kontribusi ekspor CPO tersebut berpengaruh terhadap pendapatan<br />

Harga CPO<br />

Bea Keluar<br />

Sumber : Kementerian Keuangan (data diolah)<br />

Miliar Rp<br />

4000<br />

3500<br />

3000<br />

2500<br />

2000<br />

1500<br />

1000<br />

500<br />

0<br />

-500<br />

3-14<br />

Nota Keuangan dan <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!