17.01.2015 Views

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Pendapatan Negara Bab 3<br />

hukum lainnya; (b) penerapan sistem aplikasi cukai (SAC) secara sentralisasi; dan<br />

(c) audit terhadap para pengusaha BKC.<br />

Selain menerapkan kebijakan yang bertujuan mengoptimalkan penerimaan negara, dalam tahun<br />

2013 Pemerintah juga memberikan kebijakan penyesuaian batas penghasilan tidak kena pajak<br />

(PTKP) dan fasilitas perpajakan untuk mengembangkan sektor-sektor tertentu dalam bentuk<br />

pajak ditanggung Pemerintah (DTP) dengan alokasi sebesar Rp4,6 triliun. Fasilitas dalam<br />

bentuk DTP tersebut terdiri atas PPh DTP atas komoditas panas bumi sebesar Rp0,8 triliun,<br />

PPh DTP atas bunga, imbal hasil, dan penghasilan pihak ketiga atas jasa yang diberikan kepada<br />

Pemerintah dalam penerbitan surat berharga negara (SBN) di pasar internasional sebesar Rp3,1<br />

triliun, serta bea masuk DTP untuk sektor-sektor tertentu sebesar Rp0,8 triliun.<br />

Selanjutnya, mulai 1 Juli 2013 Pemerintah juga mewajibkan pelaku UMKM yang memiliki<br />

peredaran (omzet) di bawah Rp4,8 miliar per tahun untuk membayar pajak penghasilan sebesar<br />

satu persen. Ketentuan itu diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013<br />

Tentang Pajak Penghasilan atas Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki<br />

Peredaran Bruto Tertentu (pengusaha/pedagang dengan omzet lebih kecil dari Rp4,8 miliar<br />

setahun, kecuali pedagang keliling, pedagang asongan, warung tenda di fasilitas umum, dan<br />

sejenisnya). Penerapan pajak terhadap UMKM tersebut bukan bertujuan untuk meningkatkan<br />

pendapatan negara, melainkan untuk membantu persiapan pelaku usaha UMKM menjadi sektor<br />

formal, berupa kemudahan bagi UMKM untuk mendapat akses ke lembaga keuangan sehingga<br />

akan mendorong sektor tersebut makin berkembang.<br />

Pendapatan Pajak Dalam Negeri<br />

Pendapatan pajak dalam negeri meningkat rata-rata 10,6 persen per tahun dalam periode tahun<br />

2008—2012, dari Rp622,4 triliun (2008) menjadi Rp930,9 triliun (2012). Apabila dilihat dari<br />

kontribusi jenis-jenis pajak, pendapatan PPh nonmigas memberikan kontribusi terbesar dengan<br />

Persen (y-o-y)<br />

GRAFIK 3.2<br />

PERTUMBUHAN PENDAPATAN PAJAK DALAM NEGERI, 2008−2013<br />

80<br />

75,0<br />

2008 2009 2010 2011 2012 APBNP 2013<br />

60<br />

40<br />

20<br />

0<br />

-20<br />

24,2<br />

17,6<br />

14,2<br />

-11,0<br />

28,8<br />

21,7<br />

20,1<br />

11,4<br />

6,8 6,6<br />

35,7<br />

25,5<br />

19,4 21,5<br />

20,5<br />

-7,9<br />

17,8<br />

6,9 4,6<br />

-4,3 -3,1<br />

-5,6<br />

24,2<br />

16,0<br />

-<br />

-6,4<br />

-<br />

-<br />

23,4<br />

14,7 16,7<br />

10,7 16,4 10,2<br />

27,3 28,3<br />

10,8<br />

7,2<br />

2,7<br />

-1,0<br />

-40<br />

-35,0<br />

PPh<br />

Migas<br />

PPh<br />

Nonmigas<br />

PPN dan PPnBM PBB BPHTB Cukai Pajak Lainnya<br />

Sumber: Kementerian Keuangan<br />

Nota Keuangan dan <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong> 3-7

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!