17.01.2015 Views

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Bab 3<br />

Pendapatan Negara<br />

pajak lainnya adalah pendapatan bea meterai, yang ketentuan pemungutannya menggunakan<br />

UU Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Meterai. Pendapatan pajak perdagangan internasional<br />

terdiri atas pendapatan bea masuk dan pendapatan bea keluar, diatur dengan UU Nomor 10<br />

Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 17 Tahun 2006.<br />

Sementara itu, PNBP meliputi penerimaan sumber daya alam (SDA), pendapatan bagian<br />

laba BUMN, PNBP lainnya, dan pendapatan BLU. Ketentuan yang mengatur mengenai PNBP<br />

adalah UU Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, sedangkan<br />

pendapatan BLU diatur dalam UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,<br />

dimana ketentuan pelaksanaannya diatur dalam PP Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan<br />

Keuangan BLU sebagaimana diubah dengan PP Nomor 74 Tahun 2012.<br />

Penerimaan hibah merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang diatur dengan UU<br />

Nomor 17 Tahun 2003 tentang Kekayaan Negara dan UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang<br />

Perbendaharaan Negara, serta diatur ketentuan pelaksanaannya dalam PP Nomor 10 Tahun<br />

2011 tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah.<br />

Besaran pendapatan negara dalam APBN terutama pendapatan dalam negeri (penerimaan<br />

perpajakan dan PNBP), sangat dipengaruhi oleh perkembangan kondisi perekonomian baik<br />

global maupun domestik. Beberapa indikator ekonomi makro yang mempunyai pengaruh<br />

kuat terhadap realisasi pendapatan dalam negeri antara lain adalah pertumbuhan ekonomi,<br />

nilai tukar rupiah, inflasi, harga minyak mentah Indonesia (ICP), dan lifting migas. Selain itu,<br />

perkembangan pendapatan negara juga sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan kebijakan di<br />

bidang pendapatan negara yang secara umum bertujuan untuk mengoptimalkan pendapatan<br />

dalam negeri tanpa mengganggu iklim dunia investasi. Mengingat perkembangan dan dinamika<br />

pembangunan yang membutuhkan anggaran makin besar, maka pelaksanaan kebijakan<br />

optimalisasi penerimaan perlu senantiasa ditingkatkan.<br />

Peran pendapatan negara sangat besar dalam membiayai belanja negara. Akan tetapi,<br />

terjadinya berbagai krisis sejak 2008 hingga 2012, dimulai dengan krisis subprime mortgage di<br />

Amerika Serikat sampai dengan krisis utang yang menimpa beberapa negara dalam zona Eropa,<br />

berimbas pada melambatnya perekonomian dunia yang menimbulkan efek pada perekonomian<br />

domestik. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya penurunan kinerja pendapatan negara,<br />

yang selanjutnya berdampak pada menurunnya proporsi belanja negara yang dibiayai dari<br />

pendapatan negara. Pada tahun 2008, pendapatan negara sanggup membiayai 99,6 persen<br />

dari total belanja negara, tetapi pada tahun 2012 proporsi tersebut turun menjadi 89,7 persen,<br />

dengan pertumbuhan proporsi rata-rata pendapatan negara terhadap belanja negara dalam<br />

lima tahun terakhir negatif 2,6 persen.<br />

3.2 Perkembangan Pendapatan Negara Tahun 2008—2012<br />

dan Perkiraan Pendapatan Negara Tahun 2013<br />

Pendapatan negara pada periode 2008—2012 terus mengalami peningkatan. Dalam periode<br />

tersebut, secara nominal pendapatan negara meningkat rata-rata sebesar 8,1 persen per tahun,<br />

dari Rp981,6 triliun pada tahun 2008 menjadi Rp1.338,1 triliun pada tahun 2012. Pendapatan<br />

negara terdiri atas pendapatan dalam negeri yang tumbuh 8,0 persen per tahun dan memberikan<br />

3-2<br />

Nota Keuangan dan <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!