17.01.2015 Views

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Pendapatan Negara Bab 3<br />

3.1 Umum<br />

BAB 3<br />

PENDAPATAN NEGARA<br />

Pendapatan negara merupakan komponen yang sangat penting dan strategis dalam struktur<br />

APBN mengingat peranannya sebagai sumber dari kapasitas fiskal Pemerintah, menekan<br />

defisit anggaran, dan pembiayaan belanja negara. Sesuai dengan UU Nomor 17 Tahun 2003<br />

tentang Keuangan Negara, pendapatan negara terdiri atas penerimaan perpajakan, penerimaan<br />

negara bukan pajak (PNBP), dan penerimaan hibah. Dalam struktur APBN, pendapatan<br />

negara terdiri atas pendapatan dalam negeri, yang terdiri atas penerimaan perpajakan dan<br />

PNBP, serta penerimaan hibah. Penerimaan perpajakan meliputi pendapatan pajak dalam<br />

negeri dan pendapatan pajak perdagangan internasional yang hingga saat ini merupakan sumber<br />

utama kapasitas fiskal Pemerintah. Selain itu, kebijakan perpajakan juga berperan penting<br />

dalam pengelolaan ekonomi nasional. Pendapatan pajak dalam negeri berupa pendapatan<br />

pajak penghasilan (PPh), pendapatan pajak pertambahan nilai barang dan jasa dan pajak<br />

penjualan atas barang mewah (PPN dan PPnBM), pendapatan pajak bumi dan bangunan<br />

(PBB), pendapatan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), pendapatan cukai,<br />

dan pendapatan pajak lainnya.<br />

Dari sudut regulasi, ketentuan yang mengatur pemungutan pajak dalam negeri (pajak-pajak<br />

pusat) adalah UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan<br />

(KUP) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan UU Nomor 28 Tahun 2007.<br />

Selain itu, UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa<br />

kali diubah, terakhir dengan UU Nomor 36 Tahun 2008. Selanjutnya, UU Nomor 8 Tahun<br />

1983 tentang PPN Barang dan Jasa dan PPnBM sebagaimana telah beberapa kali diubah,<br />

terakhir dengan UU Nomor 42 Tahun 2009. Ketentuan lainnya adalah UU Nomor 19 Tahun<br />

1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan UU<br />

Nomor 19 Tahun 2000, UU Nomor 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah<br />

dan Bangunan (BPHTB) sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2000, dan<br />

UU Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagaimana telah<br />

diubah dengan UU Nomor 12 Tahun 1994. Terkait dengan pemungutan PBB dan BPHTB,<br />

sesuai dengan semangat otonomi daerah yang ditandai dengan berlakunya UU Nomor 32<br />

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 12<br />

Tahun 2008, serta pemberlakuan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan<br />

Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, Pemerintah melakukan revisi UU Nomor<br />

18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menjadi UU Nomor 28 Tahun<br />

2009, di mana Pemerintah mengalihkan pendapatan BPHTB dan PBB sektor perdesaan dan<br />

perkotaan yang sebelumnya adalah pendapatan pajak pusat menjadi pendapatan pajak daerah.<br />

BPHTB telah dialihkan pendapatannya sejak tahun 2011 sedangkan pendapatan PBB sektor<br />

perdesaan dan perkotaan akan dialihkan seluruhnya pada tahun <strong>2014</strong> dengan masa peralihan<br />

yang dimulai sejak tahun 2012.<br />

Selanjutnya, ketentuan yang mengatur pemungutan cukai adalah UU Nomor 11 Tahun 1995<br />

tentang Cukai, sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 39 Tahun 2007. Pendapatan<br />

Nota Keuangan dan <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong> 3-1

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!