17.01.2015 Views

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Bab 2 Kinerja Ekonomi Makro<br />

pasokan bahan pangan dari sumber non-dalam negeri guna mengatasi kekurangan pasokan.<br />

Kenaikan harga komoditas bahan pangan juga didorong oleh kenaikan tarif angkutan sebagai<br />

implikasi kenaikan harga jual BBM bersubsidi. Faktor-faktor tersebut mendorong meningkatnya<br />

kekhawatiran masyarakat akan ketersediaan dan pasokan komoditas bahan pangan sehingga<br />

mendorong peningkatan ekspektasi inflasi.<br />

Dari komponen harga yang diatur pemerintah (administered price), laju inflasi tercatat sebesar<br />

15,10 persen (yoy), meningkat tajam bila dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar<br />

6,70 persen (yoy). Peningkatan laju inflasi komponen ini merupakan dampak pelaksanaan<br />

kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi yang berlaku sejak 22 Juni 2013 yang mendorong<br />

kenaikan tarif angkutan dan sarana transportasi lainnya di seluruh wilayah Indonesia. Komponen<br />

ini juga diperkirakan akan mengalami tekanan meningkat seiring dengan dampak lanjutan<br />

kebijakan kenaikan TTL sebesar 4,3 persen per triwulan. Ke depan, laju inflasi komponen harga<br />

yang diatur pemerintah berpotensi mengalami peningkatan (up side risk) seiring dengan rencana<br />

kenaikan harga jual elpiji non-subsidi tabung 12 kg serta penyesuaian reguler tarif jalan tol.<br />

Laju inflasi komponen inflasi inti (core inflation) mengalami peningkatan menjadi sebesar<br />

4,44 persen (yoy), meningkat bila dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar 3,98<br />

persen (yoy). Ke depan, komponen inflasi inti dikhawatirkan mengalami peningkatan seiring<br />

dampak pelaksanaan kebijakan BBM bersubsidi serta dampak lanjutan pada kelompok sandang,<br />

perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Selain itu, tren harga komoditas energi dan bahan<br />

pangan di pasar internasional yang meningkat serta gejolak di pasar uang yang mendorong<br />

depresiasi rupiah juga menimbulkan tekanan ganda terhadap komponen inflasi inti. Untuk itu,<br />

Pemerintah bersama Bank Indonesia berupaya keras untuk menurunkan ekspektasi inflasi serta<br />

menjaga agar pergerakan nilai tukar rupiah pada level fundamentalnya sehingga diharapkan<br />

mampu meredam tekanan pada komponen inflasi inti.<br />

Potensi tekanan inflasi terbesar pada tahun 2013 diperkirakan masih bersumber pada kenaikan<br />

harga bahan pangan dan energi yang terjadi baik di pasar internasional maupun domestik.<br />

Berdasarkan pengalaman historis pelaksanaan kebijakan di bidang energi pada tahun 2005<br />

dan 2008, serta adanya gangguan pasokan beberapa komoditas bahan pangan di pasar dalam<br />

negeri, laju inflasi sepanjang tahun 2013 berpotensi mengalami peningkatan (up side risk)<br />

yang cukup tinggi. Guna menghadapi tekanan inflasi yang meningkat sepanjang tahun 2013,<br />

Pemerintah dan Bank Indonesia terus berupaya untuk memperkuat sinergi serta menerapkan<br />

bauran kebijakan di bidang fiskal, moneter, dan sektor riil guna mengendalikan inflasi, agar laju<br />

inflasi tahun 2013 dapat dijaga pada kisaran 7,2 persen (yoy). Untuk mengendalikan inflasi pada<br />

level tersebut, Pemerintah terus melakukan langkah kebijakan dan extra effort guna menjaga<br />

agar dampak kebijakan tidak menimbulkan efek negatif ganda terhadap perekonomian dan<br />

tingkat kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat miskin. Kebijakan di bidang pangan<br />

tersebut bertujuan untuk menciptakan stabilisasi harga pangan dalam negeri antara lain melalui<br />

penyediaan pasokan bahan pangan yang memadai serta akses pangan bagi masyarakat.<br />

2.2.2.4 Suku Bunga SPN 3 Bulan<br />

Hingga bulan Juli 2013, Pemerintah telah melakukan pelelangan SPN 3 bulan sebanyak 8 kali<br />

dengan rata-rata tingkat suku bunga SPN 3 bulan mencapai 4,20 persen. Tingkat suku bunga<br />

SPN 3 bulan dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal. Faktor eksternal meliputi aliran<br />

modal masuk (capital inflows) dan suku bunga global. Sementara itu dari sisi internal, masa<br />

jatuh tempo instrumen SPN 3 bulan yang cukup pendek masih menjadi faktor penarik minat<br />

2-26<br />

Nota Keuangan dan <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!