17.01.2015 Views

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kinerja Ekonomi Makro<br />

Bab 2<br />

160<br />

150<br />

140<br />

130<br />

120<br />

110<br />

100<br />

90<br />

GRAFIK 2.12<br />

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, 2008―2013<br />

(indeks, 2007=100)<br />

IB IT NTP<br />

2008 2009 2010 2011 2012 2013<br />

Sumber: Badan Pusat Statistik<br />

hasil produksi pertanian yang relatif<br />

lebih tinggi bila dibandingkan dengan<br />

kenaikan indeks harga barang dan jasa,<br />

yang dikonsumsi oleh rumah tangga<br />

maupun untuk keperluan produksi<br />

pertanian. Naiknya NTP subsektor<br />

tanaman pangan sebesar 0,53 persen,<br />

NTP hortikultura sebesar 0,28 persen,<br />

NTP subsektor peternakan sebesar 0,30<br />

persen, dan NTP perikanan sebesar<br />

0,04 persen telah mempengaruhi<br />

kenaikan NTP nasional (lihat Grafik<br />

2.12).<br />

NTP juga menunjukkan daya tukar<br />

(term of trade) dari produk pertanian dibandingkan dengan barang dan jasa yang dikonsumsi<br />

petani dan dengan biaya produksi produk pertanian. Angka penghitungan diperoleh dengan<br />

membandingkan indeks harga yang diterima petani (It) yang merupakan cerminan fluktuasi<br />

harga barang-barang yang dihasilkan petani, dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib),<br />

sebagai cerminan fluktuasi harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani. Indeks ini<br />

digunakan juga sebagai data penunjang dalam penghitungan pendapatan sektor pertanian.<br />

Dengan angka NTP dapat diukur kemampuan tukar produk yang dijual petani dengan produk<br />

yang dibutuhkan petani dalam produksi dan konsumsi rumah tangga.<br />

Ketimpangan (Gini Ratio)<br />

Distribusi pendapatan merupakan salah satu aspek penting sebagai ukuran pemerataan<br />

pendapatan masyarakat di suatu negara. Sebagai ukuran pemerataan yang juga merefleksikan<br />

ukuran ketimpangan distribusi pendapatan masyarakat, biasanya digunakan koefisien Gini<br />

(Gini Ratio). Nilai koefisien Gini berkisar antara 0 (sangat merata) sampai dengan 1 (sangat<br />

timpang). Ketimpangan pendapatan masyarakat dikatakan rendah apabila koefisien Gini di<br />

bawah 0,3. Ketimpangan pendapatan masyarakat berada pada tahap sedang apabila koefisien<br />

Gini berada pada rentang 0,3 sampai dengan 0,5. Ketimpangan pendapatan masyarakat berada<br />

pada tahap tinggi atau sangat timpang, apabila koefisien Gini di atas 0,5.<br />

Selama 10 tahun terakhir, koefisien Gini Indonesia berkisar antara 0,32 sampai dengan 0,41.<br />

Walaupun nilai koefisien Gini menunjukkan peningkatan, namun ketimpangan pendapatan<br />

masyarakat Indonesia masih berada pada tahap sedang. Nilai rata-rata koefisien Gini Indonesia<br />

selama 5 tahun terakhir masih lebih rendah bila dibandingkan dengan koefisien Gini negara<br />

tetangga ASEAN seperti Thailand (0,40), Filipina (0,43), serta Malaysia (0,46). Cina sebagai<br />

negara yang sedang tumbuh pesat, mempunyai koefisien Gini sebesar 0,42, bahkan koefisien<br />

Gini Brasil mencapai 0,55 (lihat Grafik 2.13 dan Grafik 2.14).<br />

Meningkatnya ketimpangan di Indonesia pada beberapa tahun terakhir bukan disebabkan oleh<br />

“orang kaya semakin kaya dan orang miskin semakin miskin”, melainkan karena kemiskinan<br />

di Indonesia selama beberapa tahun terakhir terus mengalami penurunan. Dengan penurunan<br />

angka kemiskinan, penduduk di golongan pendapatan bawah juga mengalami kenaikan<br />

kesejahteraan.<br />

108<br />

106<br />

104<br />

102<br />

100<br />

98<br />

96<br />

94<br />

92<br />

90<br />

Nota Keuangan dan <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong><br />

2-23

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!