17.01.2015 Views

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kinerja Ekonomi Makro<br />

Bab 2<br />

Perkembangan ekspor dan impor selama periode 2008 sampai dengan 2012 berfluktuasi<br />

mengikuti perkembangan ekonomi global. Kontraksi ekonomi global yang terjadi pada tahun<br />

2009 telah menyebabkan penurunan aktivitas ekspor dan impor di berbagai belahan dunia,<br />

termasuk di Indonesia. Pertumbuhan ekspor yang pada tahun 2008 tumbuh sebesar 9,5<br />

persen, kemudian berbalik dan mengalami kontraksi hingga mencapai pertumbuhan minus 9,7<br />

persen pada tahun 2009. Hal yang serupa terjadi pula pada aktivitas impor yang pada tahun<br />

2008 tumbuh 10,0 persen, menurun hingga mencapai pertumbuhan minus 15,0 persen pada<br />

tahun 2009. Walaupun terjadi tekanan pada kinerja perdagangan internasional, secara total<br />

masih terjadi peningkatan ekspor neto pada tahun 2009. Melemahnya pendapatan dan daya<br />

beli mitra dagang utama Indonesia telah menyebabkan penurunan ekspor secara signifikan.<br />

Penurunan ekspor tersebut telah membawa dampak yang sama pada kinerja impor, tidak saja<br />

melalui dampak pelemahan pada pendapatan dan daya beli masyarakat Indonesia, tetapi juga<br />

pada kebutuhan akan bahan baku dan barang modal untuk memproduksi komoditi ekspor. Di<br />

samping itu, krisis ekonomi di berbagai negara telah menyebabkan kekhawatiran pada stabilitas<br />

keuangan dan ekonomi di negara-negara berkembang, sehingga menimbulkan tekanan likuiditas<br />

yang juga berdampak negatif pada dukungan perbankan terhadap kegiatan produksi.<br />

Memasuki tahun 2010 hingga tahun 2011, kinerja ekspor dan impor kembali membaik.<br />

Mulai membaiknya kondisi ekonomi global, walaupun dalam tingkat yang relatif lemah, telah<br />

membawa dampak positif pada kinerja ekspor Indonesia. Pertumbuhan ekspor dan impor<br />

kembali mencatat pertumbuhan di atas 10 persen. Namun, tekanan pada kinerja ekspor<br />

dan impor kembali terlihat pada tahun 2012. Lambatnya proses pemulihan ekonomi global<br />

dan meningkatnya tekanan ekonomi di negara-negara mitra dagang kembali menyebabkan<br />

pelemahan kinerja kedua komponen pendapatan nasional tersebut.<br />

Pada tahun 2012 terjadi perkembangan yang kurang baik bagi kinerja perdagangan internasional<br />

Indonesia. Perlambatan laju pertumbuhan ekspor dan penurunan harga komoditas ekspor<br />

utama Indonesia di pasar internasional telah menyebabkan penurunan nilai ekspor Indonesia<br />

secara signifikan. Pada saat yang sama, terjadi penurunan impor namun tidak secepat<br />

penurunan ekspor. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya defisit neraca perdagangan<br />

Indonesia, pertama kali sejak tahun 1961. Bila disimak lebih jauh, salah satu penyebab terjadi<br />

defisit neraca perdagangan tersebut adalah tekanan defisit pada neraca perdagangan komoditi<br />

migas. Pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan selama ini mendorong kenaikan<br />

konsumsi BBM domestik yang berdampak pada kebutuhan impor BBM yang tinggi. Pada saat<br />

yang sama, produksi migas Indonesia tengah mengalami penurunan terutama akibat sumursumur<br />

minyak yang semakin tua dan kurang produktif. Peningkatan konsumsi bahan bakar<br />

minyak bersubsidi yang disertai dengan kenaikan harga minyak mentah dan kondisi terus<br />

melemahnya nilai tukar Rupiah, antara lain menjadi latar belakang kebijakan penyesuaian harga<br />

BBM bersubsidi di dalam negeri. Peningkatan harga BBM bersubsidi yang disertai kebijakan<br />

pengelolaan konsumsi BBM diharapkan dapat mendorong penghematan konsumsi BBM dalam<br />

negeri dan menghambat pertumbuhan impor migas yang terlalu tinggi.<br />

Dari sisi lapangan usaha, hampir semua sektor menunjukkan peningkatan setiap tahun. Bila<br />

dicermati lebih lanjut, terlihat bahwa pertumbuhan kelompok sekunder dan tersier selalu lebih<br />

tinggi bila dibandingkan dengan pertumbuhan kelompok primer, bahkan cenderung lebih tinggi<br />

bila dibanding dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Sebaliknya, meskipun kontribusinya<br />

terhadap pertumbuhan ekonomi besar, namun pertumbuhan sektor primer selama lima tahun<br />

terakhir selalu lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional.<br />

Nota Keuangan dan <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong><br />

2-7

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!