17.01.2015 Views

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

NK- RAPBN 2014

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kinerja Ekonomi Makro<br />

Bab 2<br />

Sementara itu, negara-negara emerging markets selama periode 2008-2012 juga mengalami<br />

tren perkembangan yang sama dengan negara maju. Cina merupakan salah satu dari sedikit<br />

negara yang tetap mampu mencapai pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi di saat krisis<br />

ekonomi global 2008 dan 2009, yaitu masing-masing mencapai sebesar 9,6 persen dan 9,2<br />

persen. Pada tahun 2010, Cina terus berakselerasi hingga mampu mencapai pertumbuhan<br />

ekonomi 10,4 persen. Kekuatan perekonomian Cina pada periode tersebut, selain ditopang<br />

oleh tingginya aktivitas ekspor serta investasi, juga didukung oleh kebijakan stimulus yang<br />

ditempuh oleh Pemerintah Cina. Meskipun demikian, pada tahun 2011, perekonomian Cina<br />

mulai merasakan dampak negatif dari krisis utang di Kawasan Eropa. Pertumbuhan ekonomi<br />

Cina pada tahun 2011 mengalami perlambatan menjadi 9,3 persen, dan berlanjut pada tahun<br />

2012, di mana ekonomi China hanya mampu tumbuh sebesar 7,8 persen, yang merupakan<br />

pertumbuhan ekonomi terendah dalam 12 tahun terakhir.<br />

Tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di Chna, perekonomian India mengalami pertumbuhan<br />

yang fluktuatif dalam lima tahun terakhir. Perekonomian India tumbuh 6,2 persen pada tahun<br />

2008, dan 5,0 persen pada tahun 2009. Bahkan, pada tahun 2010, ekonomi India mencatat<br />

pertumbuhan ekonomi dua digit, sebesar 11,2 persen. Namun, pada tahun 2011, pertumbuhan<br />

ekonomi India mulai melambat dan hanya tumbuh sebesar 7,7 persen, dan berlanjut melambat<br />

menjadi 4,0 persen pada tahun 2012. Melambatnya laju pertumbuhan India tersebut disebabkan<br />

oleh melemahnya kinerja sektor manufaktur sebagai imbas krisis yang terjadi di negara-negara<br />

maju.<br />

Sementara itu, pelemahan ekonomi di negara-negara maju berimplikasi negatif pada kinerja<br />

perdagangan dunia. Penurunan permintaan ekspor dari negara-negara maju selanjutnya<br />

menyebabkan pola perdagangan dunia ikut mengalami perlambatan. Setelah mengalami proses<br />

pemulihan pasca krisis 2009, pertumbuhan volume perdagangan dunia naik ke level tertinggi<br />

sebesar 12,9 persen pada tahun 2010. Memasuki tahun 2011, menurunnya permintaan dari<br />

negara-negara maju akibat krisis yang terjadi di kawasan Eropa serta perlambatan ekonomi<br />

AS mengakibatkan volume perdagangan global mengalami penurunan menjadi 6,0 persen<br />

pada tahun 2011. Pada tahun 2012, relatif lemahnya permintaan global telah mengakibatkan<br />

perlambatan pertumbuhan volume perdagangan dunia, sehingga turun menjadi 2,5 persen<br />

(lihat Grafik 2.2).<br />

GRAFIK 2.2<br />

PERTUMBUHAN VOLUME PERDAGANGAN DUNIA,<br />

2008–2012<br />

%, yoy<br />

15,0<br />

12,9<br />

10,0<br />

5,0<br />

0,0<br />

-5,0<br />

-10,0<br />

-15,0<br />

2,9<br />

2008 2009 2010 2011 2012<br />

-10,5<br />

Sumber: World Economic Outlook - IMF, Juli 2013<br />

6,0<br />

2,5<br />

Krisis perekonomian global yang<br />

terjadi pada tahun 2008–2009<br />

juga telah menyebabkan harga<br />

komoditas mengalami penurunan<br />

yang cukup signifikan. Pada tahun<br />

2009, harga komoditas minyak<br />

mentah internasional turun hingga<br />

36,3 persen, sementara harga<br />

komoditas pangan dan industri<br />

turun 15,7 persen. Pada tahun 2011,<br />

kenaikan harga-harga komoditas<br />

di pasar global masih berlanjut<br />

akibat melemahnya pasokan serta<br />

membaiknya aktivitas perdagangan<br />

dunia. Melemahnya pasokan<br />

Nota Keuangan dan <strong>RAPBN</strong> <strong>2014</strong><br />

2-3

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!